Oleh: Niken Ayu Luckyta Putri (4151121447) Dhira Taramadia Westrika (4151121452) Yasyiroh Diniyati Utami (4151121453) Irene Oktaviane (4151121473) Dea Ardiani R (4151121475)
Ilustrasi Kasus
Seorang wanita Ny.Y berumur 50 tahun menderita neoplasma ovarium stadium terminal dengan metastase yang dengan tindakan kemoterapi dan radiasi hanya bersifat paliatif. Wanita tersebut mengalami nyeri tulang yang hebat dimana nyerinya sudah tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri bertambah hebat saat wanita itu mengubah posisinya.
Yaitu perbuatan yang tidak hanya untuk kebaikan saja melainkan perbuatan sisi baiknya. Dalam kasus ini, dokter tidak hanya bertindak demi kebaikan pasien saja (meringankan nyeri sehingga bisa beristirahat) namun juga melihat perbuatan sisi baiknya (tidak mempercepat kematian pasien).
Dalam hal ini pasien tidak dianggap obyek untuk menghasilkan uang, karena dokter tetap memberikan suntikan dengan dosis aman kepada pasien meskipun akan diberikan imbalan yg besar bila menuruti keinginan pasien.
Yaitu menghormati hakhak pasien, yaitu dengan memberikan suntikan antinyeri yang bisa meringankan penderitaan pasien dalam dosis yang aman.
Dokter mementingkan keadilan dalam bersikap, dokter tetap memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien tanpa memperhatikan unsur material. Selain itu dokter harus memperhatikan dosis sesuai kebutuhan pasien.
Dilema Etik
Primafacie
Pada kasus ini dokter mengambil keputusan untuk tidak menambah dosis sesuai dengan kaidah beneficence yaitu : Mengusahakan manfaat dibandingkan keburukan Mengutamakan kepentingan pasien