Anda di halaman 1dari 4

295

Bab XIII PT Perkebunan Nusantara X (Persero) Dalam Semester II TA 2005, BPK melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas pendapatan, biaya dan investasi pada PT Perkebunan Nusantara X (Persero), selanjutnya disebut PTPN X, Tahun Buku (TB) 2004 dan TB 2005 (s.d. Semester I). Pemeriksaan ditujukan untuk menilai apakah jumlah pendapatan, biaya dan investasi yang dilaporkan telah wajar sesuai dengan sistem pengendalian intern (SPI) dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, BPK juga melakukan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan. 1. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu BPK telah memeriksa pendapatan, biaya dan investasi TB 2004 dan TB 2005 (Semester I) dengan realisasi anggaran masing-masing pendapatan sebesar Rp933,92 miliar dan Rp836,31 miliar, biaya sebesar Rp933,98 miliar dan Rp824,64 miliar serta investasi sebesar Rp47,49 miliar dan Rp25,91 miliar. Cakupan pemeriksaan atas masing-masing pendapatan sebesar Rp607,05 miliar dan Rp501,78 miliar atau 65% dan 60% dari realisasi, biaya sebesar Rp700,49 miliar dan Rp536,01 miliar atau 75% dan 65% dari realisasi serta investasi sebesar Rp35,62 miliar dan Rp19,43 miliar atau 75% dan 75% dari realisasi. Beberapa temuan hasil pemeriksaan yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut. 1.1 PTPN X memiliki beberapa unit usaha terdiri dari 11 pabrik gula (PG), tiga kebun tembakau dan satu industri bobbin serta tiga rumah sakit yang tersebar di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pada akhir tahun 2004, PTPN X menginventarisasi seluruh aset tanah yang dimiliki/dikuasai oleh perusahaan. Dari laporan inventarisasi tersebut aset tanah yang dimiliki PTPN X per Pebruari 2005 seluas 82.561.197 m2 yang terdiri atas 1.463 bidang/petak. Dari jumlah tersebut yang telah bersertifikat sebanyak 723 bidang/petak, sisanya sebanyak 740 bidang/ petak masih dalam proses pengurusan. Dari hasil pemeriksaan atas tanah diketahui hal-hal berikut: 1.1.1 Terdapat tanah yang dikuasai dan tercatat sebagai aset PG tetapi tanpa didukung bukti kepemilikan yang sah, seluas 832.305 m2, yaitu pada PG Watoetoelis seluas 58.613 m2, PG Gempolkrep seluas 32.392 m2 dan PG Pesantren Baru seluas 741.300 m2.
Terdapat tanah yang dikuasai oleh PTPN X, tidak didukung dengan bukti kepemilikan yang sah.

296

1.1.2 Terdapat tanah yang tercatat pada pembukuan perusahaan dengan bukti kepemilikan namun dikuasai oleh Pihak III dan tanah tanpa bukti kepemilikan yang sah tercatat dalam pembukuan perusahaan dan dikuasai pihak III, yaitu pada PG Watoetoelis seluas 17.639 m2, PG Gempolkrep seluas 520.164 m2, PG Tjoekir seluas 10.917 m2 dan PG Pesantren Baru seluas 57.574 m2. 1.1.3 Terdapat tanah yang dikuasai oleh PTPN X tanpa bukti kepemilikan yang sah dan tidak tercatat dalam pembukuan perusahaan seluas 334.309 m2, terletak di Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Hal tersebut mengakibatkan PTPN X tidak mempunyai kekuatan hukum atas penguasaan tanah yang tidak mempunyai bukti kepemilikan yang sah; menanggung risiko berpindahnya hak atas tanah tersebut kepada pihak lain; pengendalian terhadap aset tanah dan bangunan lemah.
Pengadaan dua unit Steam Boiler senilai Rp27,10 miliar pada PG Djombang Baru dan PG Meritjan yang dibayar dengan penyerahan ampas tebu, kurang memperhatikan jumlah tebu yang diproduksi.

1.2 Dalam rangka optimalisasi kapasitas PG, PTPN X telah membangun dua unit Boiler baru pada PG Djombang Baru dan PG Meritjan. Selama ini Boiler yang digunakan PTPN X menggunakan bahan bakar ampas tebu atau residu, sedangkan Boiler yang baru menggunakan bahan bakar batu bara. Sehubungan dengan hal tersebut, pada 18 Desember 2003 diadakan pertemuan antara PTPN X dengan calon mitra kerja, yaitu PT Eka Timur Raya (PT Etira), PT Pakerin dan PT Karya Kompos Bagas (PT KKB) untuk membahas mengenai kesanggupan pelaksanaan pembangunan dua unit Steam Boiler tersebut. Dalam pertemuan tersebut yang tertarik dengan program PTPN X hanya PT KKB. Kemudian diterbitkan Surat Perintah Kerja (SPK) dan dituangkan dalam Kontrak No.XX-KONTR/04.013 tanggal 4 Maret 2004 tentang Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan 1 unit Steam Boiler kapasitas 30 ton uap/jam NCR pada PG Djombang Baru senilai Rp13,11 miliar dan Kontrak No. XX-KONTR/04.014 tanggal 4 Maret 2004 tentang Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan satu unit Steam Boiler kapasitas 30 ton uap/ jam NCR pada PG Meritjan senilai Rp12,47 miliar. Batas waktu penyelesaian kontrak adalah 7 September 2004. Pembayaran dengan ampas tebu dimulai pada tahun 2004 untuk masing-masing steam boiler sejumlah 175.000 ton selama lima tahun atau 35.000 ton/tahun terhitung sejak masa giling tahun 2004 s.d. tahun 2008. Harga dasar ampas tebu diperhitungkan sebesar Rp40/kg (diluar PPN) dengan eskalasi kenaikan harga ampas tebu 7% per tahun.

297

Dari laporan kajian Tim Khusus pengadaan boiler, jumlah proyeksi produksi ampas selama lima tahun adalah sebanyak 7.250.000 ton. Dari jumlah tesebut jumlah ampas tebu yang harus disediakan sebagai pembayaran kepada PT KKB sebanyak 350.000 ton ampas tebu yang dicicil setiap tahun sebanyak 70.000 ton selama lima tahun. Dalam pemeriksaan diketahui jumlah ampas yang diserahkan kepada PT KKB selama tahun 2004 hanya 42.841 ton atau hanya 61,20% dibanding jumlah yang seharusnya diserahkan kepada PT KKB. Sedangkan produksi ampas tebu pada tahun 2005 adalah sebanyak 1.316.746,26 ton dan yang diserahkan kepada PT KKB hanya sebanyak 36.374,27 ton dari yang seharusnya 70.000 ton. Hal tersebut mengakibatkan PTPN X berpotensi mengeluarkan biaya tunai apabila tidak sanggup menyediakan ampas tebu sebanyak 350.000 ton pada akhir tahun 2008. 1.3 Piutang Petani Tebu Rakyat (PTR) merupakan pinjaman yang diberikan oleh PTPN X kepada PTR yang digunakan untuk biaya garap, saprodi, bibit, beban traktor dan pengembangan lahan kering. Hasil pemeriksaan atas dokumen pinjaman beberapa PTR dalam rangka KKP pada PG Djombang Baru, PG Meritjan dan PG Lestari menunjukkan masalah sebagai berikut: 1.3.1 Pinjaman PG Djombang Baru dan PG Meritjan kepada PTR sebesar Rp366,83 juta belum sepenuhnya diawasi dengan baik. Hal ini terlihat dari kondisi sebagai berikut: 1.3.1.1 Terdapat Kelompok PTR pada PG Djombang Baru yang menggilingkan tebunya pada PG Lestari dengan saldo piutang sebesar Rp98,21 juta yaitu piutang kepada Sdr. H. Sah Djoni senilai Rp89,72 juta, Sdr. M. Makhur senilai Rp5,96 juta dan Sdr. Rochani senilai Rp2,53 juta. 1.3.1.2 Terdapat Kelompok PTR yang menggilingkan tebunya kepada pihak lain di luar PTPN X padahal masih mempunyai tunggakan pada PG Djombang Baru sebesar Rp157,22 juta yang terdiri atas 17 petani, sehingga PG Djombang Baru tidak dapat memotong DO petani sebagai pelunasan pinjamannya. 1.3.1.3 Terdapat Kelompok PTR yang sudah menunggak pada MT 2001/ 2002, tetapi tetap diberikan pinjaman pada MT 2002/2003 kepada dua petani dengan nilai sebesar Rp99,16 juta.
Pengendalian terhadap piutang kepada Petani Tebu Rakyat masih lemah, sehingga tertunggak sebesar Rp3,86 miliar.

298

1.3.1.4 Pada PG Meritjan terdapat piutang kepada PTR yang tertunggak sebesar Rp12,24 juta yang terjadi karena petani tersebut tidak menanam tebu lagi. 1.3.2 Penagihan terhadap sisa tunggakan pada PG Lestari yang diberikan dalam MT 1998/1999 s.d. 2002/2003 sebesar Rp3,50 miliar kurang optimal. Hal tersebut mengakibatkan terjadi piutang tertunggak sebesar Rp3,86 miliar (Rp0,36 miliar + Rp3,50 miliar). 2. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Berdasarkan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan Semester I TA 2002/2003 pada PTPN X diketahui terdapat enam temuan yang belum selesai ditindaklanjuti (dipantau) yaitu: 2.1 Penyelesaian pekerjaan rekondisi turbin alternator Coppus 3,5 MW di PG Pesantren Baru oleh CV Abadi untuk persiapan giling tahun 2002 berlarut-larut sampai dengan tahun giling 2003 dan mengakibatkan kehilangan kesempatan untuk menghasilkan gula senilai Rp1,65 miliar. 2.2 Kerja sama asistensi hukum antara PTPN X dengan pihak ketiga dalam rangka penyelesaian sengketa perpajakan menyalahi Surat Edaran Menteri Keuangan No. SE-16/MK/1991 dan mengakibatkan ketidakhematan sebesar Rp7,98 miliar. 2.3 Pemberian uang jasa masa akhir jabatan (UJAMJ) Direksi PTPN X sebesar Rp627,55 juta, tidak sesuai ketentuan. 2.4 Penyelesaian pajak pertambahan nilai atas jasa giling tahun 1999 dan 2000 sebesar Rp34,17 miliar, berlarut-larut. 2.5 Penyertaan pada PT Aneka Usaha Perkebunan, PT Industri Gula Tinanggea, PT Perkebunan Agro Industri Nusantara dan PT Mitra Tani Dua Tujuh seluruhnya sebesar Rp20,26 miliar berpotensi merugikan PTPN X. 2.6 Prosedur penghapusan aktiva PTPN X sebesar Rp1,10 miliar tidak sesuai ketentuan.

Anda mungkin juga menyukai