Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 LATAR BELAKANG Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon. Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh. Kelenjar endokrin dalam tubuh terdiri dari kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar pineal, dan pulau langerhans pada pankreas. Kelenjar tersebut memiliki struktur yang berbeda satu sama lain. Selain struktur, yang membedakan setiap kelenjar adalah sekresi yang dihasilkan dan fungsinya. Untuk mengetahui tentang struktur histologis dan fungsi kelenjar endokrin dari sistem endokrin, maka disusun makalah yang berjudul Sistem Endokrin. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1 1.2.2 Bagaimana sifat umum dari kelenjar endokrin? Apa sajakah yang termasuk kelenjar endokrin yang menyusun sistem endokrin? 1.2.3 Bagaimana peran kelenjar ini dalam tubuh manusia?

1.3 TUJUAN 1.3.1 1.3.2 1.3.3 Menjelaskan sifat umum dari kelenjar endokrin. Mendeskripsikan kelenjar endokrin yang menyusun sistem endokrin. Menjelaskan peran berbagai kelenjar endokrin dalam tubuh manusia.

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Sifat Umum dan Kelenjar Penyusun Sistem Endokrin Menurut Tenzer (1998), kelenjar endokrin pada vertebrata (termasuk manusia) memiliki sifat umum sebagai berikut: Seluruh kelenjar endokrin berukuran kecil dan mengandung banyak pembuluh darah Berdasarkan susunan sel sekretorinya, kelenjar hormon dibedakan menjadi dua tipe: o Tipe sinusoid. Tersusun atas sel-sel sekretori berbentuk kubus atau pipih yang terletak diantara sinusoid-sinusoid dan dilengkapi dengan matriks jaringan ikat. o Tipe folikel. Sel sekretori tersusun dalam kantung bulat (folikel). Folikel tersebut menimbun sekretnya dalam lumen sebelum dilepaskan dalam aliran darah. Tipe ini terdapat pada kelenjar tiroid. o Kelenjar pada sistem endokrin hanya berhubungan secara fungsional tanpa ada hubungan secara struktural. o Jumlah sekret yang disekresikan tergantung kebutuhan tubuh. Kelenjar endokrin yang terdapat pada vertebrata (termasuk manusia) antara lain, hipofisis, tiroid, paratiroid, adrenal, pineal, dan organ-organ tubuh yang mengandung kelenjar endokrin misalnya, pankreas, gonad, ginjal, lambung, dan usus halus (Tenzer, 1998).

Gambar 1. Sistem endokrin. Kelenjar endokrin dan hormon utama yang disekresikan disebutkan beserta lokasinya. Organ lain diperlihatkan dalam tanda kurung, termasuk jantung, ginjal, timus, usus, dan gonad yang mengandung sel endokrin dan memiliki fungsi endokrin penting. Selain itu, sejumlah besar jaringan yang tersebar luas dan sel di seluruh tubuh memilki fungsi endokrin tetapi tidak diperlihatkan pada gambar ini. Sel tersebut mencakup sel adiposa yang menyekresi hormon leptin dan sel endotel vascular yang menghasilkan polipeptida yang disebut endotelin yang meningkatkan vasokontriksi. Sumber: Junqueira et al, 2012.

2.2 Hipofisis (Pituitaria) 2.2.1 Struktur Kelenjar Hipofisis Kelenjar ini terletak di bawah diencephalon otak, di dalam lekukan kecil tulang sphenoid yang disebut sella tursika (sella turcica). Kelenjar ini menyekresikan bermacam-macam hormon yang mengatur dan mngendalikan aktivitas kelenjar hormon dan bagian tubuh lainnya. Meskipun demikian kelenjar ini bekerja di bawah

kendali sistem saraf pusat (terutama hipotalamus) dan kelenjar endokrin yang lain (Junqueira et al, 2012). Berdasarkan asal perkembangannya, Junqueira et al (2012) menjelaskan bahwa kelenjar hipofisis memiliki 2 bagian yaitu neurohipofisis berasal dari penonjolan bagian dasar diencephalon ke arah kaudal, sedangkan adenohipofisis berasal dari kantung Rathke, suatu penonjolan atap mulut ke arah dorsal. Pembentukan kelenjar hipofisis terangkum dalam gambar di bawah ini.

Gambar 2. Pembentukan kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis terbentuk oleh 2 struktur embrionik yang terpisah. (a) selama minggu ke 3 perkembangan kantong hipofisis (kantong Ratkhe) tumbuh dari dasar faring. Bakal neurohipofisis terbentuk dari diencephalon. (b) menjelang akhir bulan kedua kantong hipofisis terlepas dari dasar faring dan bersatu dengan bakal neurohipofisis. (c) saat periode janin pembentukan adenohipofisis dan neurohipofisis terselesaikan (Junqueira et al, 2012).

2.2.2

Sistem Portal Hipothalamo-Hipofisis dan Pelepasan Hormon di Hipofisis Suplai darah hipofisis berasal dari dua kelompok pembuluh darah yang

berasal dari arteri carotis interna. arteri hypophysealis superior mendarahi eminentia

mediana dan tangkai infundibulum. Arteri hypophysealis inferior mendarahi neurohypofisis dengan sejumlah kecil mendarahi tangkai. Arteri hypophysealis superior membentuk jalinan kapiler primer. Kapiler ini kemudian bergabung menjadi venula yang bercabang lagi menjadi jalinan kapiler sekunder di adenohipofisis. Kapiler kedua jalinan bertingkap. Sistem ini sangat penting karena sistem tersebut membawa neuropeptida dari eminentia mediana dalam jarak tertentu ke adenohipofisis tempat peptida tersebut menstimulasi atau menghambat pelepasan hormon oleh sel endokrin (Junqueira et al, 2012).

Gambar 3 sistem portal hipotalamo-hipofisis dan pelepasan hormon di hipofisis. Sistem portal hipotalamo-hipofisis dengan darah dari a. Hypophysealis superior dan inferior terdiri dari dua jalinan kapiler yang berurutan: satu di pars nervosa di sekitar infundibulum dan eminentia mediana dan yang kedua ujung di seluruh pars distalis yang bermuara ke dalam v. Hypophysealis pengumpul. Gambar ini juga memperlihatkan neuron (kuning) yang menjulurkan akson ke eminentia mediana dan mensekresikan peptida yang terbawa dalam kapiler ke pars distalis untuk mengatur pelepasan hormon dari sel di tempat tersebut dan neuron (hijau) dari nucleus supraopticus dan paraventricularis di hipotalamus yang menjulurkan akson ke pars nervosa untuk mensekresikan peptida yang diambil kapiler dan dibawa sel target di distal. (sumber: Junqueira et al, 2012).

2.2.3

Adenohipofisis Adenohipofisis memiliki tiga bagian, yaitu pars distalis, pars tuberalis, pars

intermedia. Pars tuberalis merupakan daerah berbentuk corong yang mengelilingi infundibulum neurohipofisis (kelenjar posterior). Pars tuberalis berfungsi untuk menyekresikan follikel stymulating hormon (FSH) dan hormon luteinisasi (LH). Pars intermedia merupakan suatu zona tipis sel basofilik di antara pars distalis dan pars nervosa neurohipofisis yang berperan untuk menyekresikan hormon penstimulasi melanin (MSH), - LPH dan - endorfin. MSH meningkatkan aktivitas melanosit dan sel pars intermedia dianggap sebagai sel melanotropik. Pars distalis merupakan bagian yang membentuk 75% adenohipofisis dan dilapisi oleh capsula fibrosa tipis. Komponen utamanya terdiri dari deretan sel epitel yang saling berselingan dengan kapiler bertingkap, terdapat fibroblas yang menghasilkan serat retikular yang menopang deretan sel yang menyekresikan hormon. Bagian ini bertugas mengatur hampir seluruh kelenjar endokrin lain, sekresi air susu, aktivitas melanosit, dan metabolisme otot, tulang, dan jaringan adiposa (Junqueira et al, 2012). Tabel 1 Sel-Sel Sekretoris Pars Distalis
Jenis Sel Hormon yang Dihasilkan Aktivitas Fisiologis Utama

Sel somatotrop Sel mammatropik (sel akrotropik) Sel gonadotropik Sel tirotropik Sel kortikotropik

Somatotropin (GH) Prolaktin (PRL)

Pertumbuhan tulang panjang mealui faktor pertumbuhan. Membantu sekresi air susu

FSH dan LH

Tirotropin (TSH) Kortikotropin adrenal (ACTH) Lipotrofin

FSH meningkatkan perkembangan folikel ovarium, sekresi esterogen dan spermatogenesis. LH membantu pematangan folikel ovarium, sekresi progesteron dan sekresi androgen sel interestisial Menstimulus sintesis, penyimpanan, sekresi hormon tiroid Menstimulus sekresi hormon korteks adrenal. Pengaturan metabolisme lipid.

Sumber: Junqueira et al, 2012

Aktivitas adenohipofisis diatur oleh hormon peptida yang dihasilkan oleh neuron khusus di nukleus hypothalami tertentu di akson yang berjalan ke eminentia mediana. Hormon ini merupakan hormon pelepas hipotalamik, setelah dilepaskan dari akson hormon diangkut kapiler menuju pars distalis tempat hormon ini merangsang sintesis dan atau pelepasan hormon (Junqueira et al, 2012). Tabel 2 Hormon Hipotalamus yang Mengatur Hipofisis Anterior
Hormon Hormon pelepas tirotropin (TRH) Hormon pelepas gonadotropin (GnRH) Somatostatin Hormon pelepas hormon pertumbuhan (GHRH) Hormon penghambat prolaktin (Dopamin) Hormon pelepas kortikotropin (CRH) Bentuk kimiawi Peptida dengan 3 asam amino Peptida dengan 10 asam amino 14 asam amino Polipeptida dengan 40 sampai 44 asam amino (2 bentuk) Asam amino yang termodifikasi Polipeptida dengan 41 asam amino Fungsi Menstimulasi sintesis dan sekresi Tirotropin (TSH) dan prolaktin Menstimulasi sekresi LH dan FSH Menghambat pelepas somatotropin (GH) dan Tirotropin (TSH) Menstimulasi sintesis dan sekresi somatotropin (GH) Menghambat pelepasan prolaktin Menstimulasi sintesis proopiomelanokortin (POMC) dan adrenokortikotropin (ACTH) dan -lipotropin (-LPH)

Sumber: Junqueira et al, 2012 2.2.4 Neurohipofisis (Hipofisis Posterior) Neurohipofisis terdiri dari pars nervosa dan tangkai infundibulum. Pars nervosa tidak memiliki sel sekretori, bagian ini hanya terdiri dari jaringan saraf yang mengandung sekitar 100.000 akson tak bermielin dari neuron sekretori di nucleus supraopticus dan nucleus paraventricularis hypothalami. Pars nervosa terdiri dari jaringan saraf termodifikasi yang mengandung akson tak bermielin yang diselubungi sel glia yang disebut pituisit. Akson berjalan dari nucleus supraopticus dan paraventricularis dan memiliki pelebaran yang disebut badan neurosekretori. Dari badan ini, oksitosin dan vasopresin dilepaskan oleh rangsangan saraf. Hormon yang disekresikan memasuki kapiler dan di sebarkan ke sel target. Berikut ini tabel hormon yang dihasilkan oleh kelenjar neurohipofisis beserta fungsinya (Junqueira et al, 2012).

Tabel 3 Hormon Kelenjar Hipofisis Posterior


Hormon Vassopresin hormon/ADH) Oksitosin (antidiuretik Fungsi Meningkatkan permeabilitas ductus colligentes renis Merangsang kontraksi sel mioepitel kelenjar mammae dan otot polos uterus

Sumber: Junqueira et al, 2012

2.3 Kelenjar Adrenal Kelenjar adrenal merupakan sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal (gambar 1), dan terbenam dalam dalam jaringan adiposa perirenal. Kelenjar adrenal dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang mengirimkan septa tipis ke bagian dalam kelenjar sebagai trabekula. Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapisan konsentris, yaitu korteks adrenal dan medula adrenalis (gambar 2).

Gambar 4

Gambar 5. Sumber:

Korteks dan medula dapat dibedakan berdasarkan asal, fungsi, dan ciri morfologi selama masa perkembangan embrional. Kedua struktur tersebut berasal dari lapisan germinal yang berbeda, korteks berasal dari mesoderm dan medula terdiri dari sel-sel yang berasal dari krista neuralis. Secara morfologi korteks adrenal berada pada lapisan perifer dan berwarna kekuningan, sedangkan medula adrenalis berada di tengah dan berwarna coklat-kemerahan (Junqueira et al 2012).

Junqueira et al, et al (2012) menyebutkan bahwa kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk di berbagai tempat di sekitar tepinya. Sel medula adrenalis menerima darah arteri dan arteri medula serta darah vena yang berasal dari kapiler korteks. Kapiler korteks dan medula membentuk vena medularis di sentral yang bergabung dan meninggalkan kelenjar sebagai vena adrenalis. Pada korteks adrenal, memiliki sel-sel khas yaitu sel penyekresi steroid. Sel penyekresi hormon tersebut tidak menyimpan produknya di dalam granul, namun steroid berdifusi bebas melalui membran plasma dan tidak memerlukan eksositosis yang akan dilepaskan dari sel. Korteks adrenal memiliki tiga zona konsentris dengan seretan sel epitel yang tersusun agak berbeda. Zona glomerulosa Lapisan ini berada tepat di dalam simpai jaringan ikat dengan deretan sel-sel kolumnar atau piramidal yang berhimpitan dan membentuk deretan bundar atau melengkung, yang dikelilingi kapiler. Sel-sel zona glomerulosa mensekresikan mineralocorticoids, senyawa yang berfungsi dalam pengaturan natrium, kalium, dan air. Produk utama adalah aldosteron, bekerja pada tubulus kontortus distal nefron dalam ginjal, mukosa lambung, dan ludah dan kelenjar keringat untuk merangsang reabsorpsi natrium (Ross, 2011). Zona fasciculata Zona ini terdiri dari deretan panjang setebal satu atau dua sel polihedral panjang yang dipisahkan oleh kapiler sinusoid. Sel pada zona ini mensekresikan glukokortilois, terutama kortisol yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Kortisol menginduksi mobilisasi lemak di jaringan adiposa subkutan dan pemecahan protein di otot. Zona retikularis Lapisan ini merupakan lapisan yang berbatasan dengan medula dan terdiri dari sel kecil yang tersebar disuatu jalinan korda irregular dengan kapiler yang lebar. Sel zona ini juga mensekresi kortisol, tetapi yang utama adalah mensekresi androgen lemah yaitu dehidroepiandrosteron (DHEA) yang diubah menjadi testosteron pada beberapa jaringan lain

Gambar 6

Gambar 7. perbedaan zona pada korteks adrenal

Medula adrenalis terdiri dari sel-sel polihedral besar, tersusun berupa deretan atau kelompok dan ditunjang oleh serabut retikuler. Sebagian besar kapiler sinusoid berada bersebelahan dan terdapat juga sejumlah sel ganglion parasimpatis. Sel parenkim medula yang dikenal sebagai sel kromafin memiliki banyak granula untuk sekresi dan penyimpanan hormon. Granula tersebut mengandung salah satu dari dua katekolamin, epinefrin atau norepinefrin. Sel kromafin medula dipersyarafi oleh ujung syaraf kolinergik dari neuron simpatis praganglionik yang memicu pelepasan hormon melalui eksositosis. Epinefrin dan norepinefrin dilepaskan ke darah dalam jumlah besar selama reaksi emosional yang intens (Junqueira et al 2012).

Gambar 8, perbedaan sel pada sel yang mensekresi epinefrin (E) dan noreepinefrin (NE)

2.4 Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid berada pada regio servikal di sebelah anterior laring yang terdiri dari dua lobus yang disatukan oleh isthmus (gambar 6). Pada masa awal embrionik, tiroid berkembang dari endoderm saluran cerna di dekat dasar bakal lidah. Kelenjar tiroid berfungsi untuk membuat hormon tiroid yaitu tiroksin

(tetraiodotironin atau T4) dan triiodotironin (T3) yang penting untuk pertumbuhan,

diferensiasi sel, pengaturan laju metabolisme basal dan konsumsi oksigen sel di seluruh tubuh.

Gambar 9

Junqueira et al, et al (2012) menjelaskan bahwa parenkim tiroid terdiri dari jutaan epitel kubus yang disebut folikel tiroid. Folikel tiroid ini dilapisi oleh selapis epitel kubus dengan lumen sentral yang terisi dengan suatu substansi gelatinosa yang disebut koloid (gambar 7) yang mengandung glikoprotein besar yaitu tiroglobulin. Tiroid adalah satu-satunya kelenjar dengan jumlah besar simpanan produk sekretorisnya. Kelenjar tiroid dilapisi oleh suatu capsula fibrosa, dari capsula ini septa terjulur ke dalam parenkim dan membaginya menjadi lobulus dan membawa pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe. Folikel terkemas secara rapat yang terpisah satu sama lain dan tersebar pada jaringan ikat retikuler. Sel folikel memiliki bentuk yang berfariasi sesuai aktivitas fungsional, yaitu kerika kelenjar aktif memiliki lebih banyak folikel yang terdiri atas epitel kolumnar rendah sedangkan kelenjar dengan sebagian besar sel folikular skuamosa dianggap hipoaktif. Jenis sel lain yaitu sel parafolikel atau sel C yang juga terdapat pada lamina basal epitel folikel membentuk kelompok sendiri diantara folikel-folikel (gambar 8). Sel C ini menyintesis dan mensekresi kalsitonin yang berfungsi menekan reabsopsi tulang oleh osteoklas (Junqueira et al 2012).

Gambar 10, sumber: Ross, 2011)

Gambar 11, sumber: Junqueira, et al, 2012

Hampir semua kedua hormon tiroid dibawa dalam darah dengan berikatan erat dengan protein plasma. Tiroksin (tetraiodotironin atau T4) adalah senyawa yang lebih banyak dijumpai, dan membentuk 90% hormon tiroid yang beredar.

2.5 Paratiroid 2.5.1 Sruktur Kelenjar Paratiroid

Gambar 12. Memperlihatkan Letak Kelenjar Paratiroid dalam Tubuh Manusia. Sumber: Junqueira, et al, 2012

Kelenjar paratiroid terdiri atas empat massa oval kecil, terletak di belakang kelenjar tiroid, satu pada masing-masing kutub atas dan bawah, umumnya terbenam dalam simpai kelenjar yang besar. Setiap kelenjar terdapat dalam simpai yang menjulurkan septa ke dalam kelenjar yang berbaur dengan serat retikular yang menyangga kelompok sel sekretoris yang berderet memanjang. Kelenjar ini memiliki jenis sel prinsipal (utama/chief cell) dan sel oksifil. Sel utama merupakan sel poligonal kecil dengan inti bulat dan sitoplasma sedikit asidofilik dan bergranula sekretoris yang di dalamnya terdapat polipeptida hormon paratiroid (PTH) yaitu suatu regulator utama kadar kalsium darah. Sel oksifil berukuran lebih besar dan berjumlah lebih sedikit daripada sel utama. Sel ini merupakan derivat transisional dari sel utama. Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid dan kalsitonin yang memiliki efek yang berlawanan yang menciptakan mekanisme ganda pengaturan

kadar Ca2+

darah yang merupakan faktor penting dalam homeostatis. Hormon

paratiroid menargetkan osteoblas yang merespon dengan menghasilkan suatu faktor penstimulasi-osteoklas untuk meningkatkan jumlah dan aktivitas osteoklas. Hal ini meningkatkan resorpsi matriks tulang berkapur dan pelepasan Ca2+ meningkatkan kadar Ca2+ sehingga

dalam darah yang mengakibatkan produksi hormon

paratiroid menurun. Kalsitonin dari kelenjar tiroid menghambat aktivitas osteoklas sehingga menurunkan kadar Ca2+ darah dan meningkatkan osteogenesis. Hormon paratiroid juga meningkatkan penyerapan Ca2+ dari saluran cerna dengan menstimulasi sintesis vitamin D. Hormon ini juga berperan dalam menurunkan kadar fosfat darah ysng merupakan efek dari sel tubulus ginjal yang mengurangi penyerapan fosfatnya dan memungkinkan lebih banyak ekskresi fosfat dalam urin. Kekurangan hormon ini menyebabkan ketidaknormalan tulang dan gigi. Adapun aktivitas partiroid dikendalikan oleh kadar kalsium darah dan tidak dipengaruhi langsung oleh kelnjar endokrin lain maupun sistem saraf (Tenzer, 1998). 2.6 Pulau Langerhans 2.6.1 Struktur dan Peran Pulau Langerhans dalam Tubuh Manusia Pulau Langerhans merupakan jaringan endokrin padat berbentuk sferis yang terbenam dalam jaringan eksokrin asinar pankreas, berjumlah lebih dari satu juta dalam pankreas manusia dan terbanyak dibagian ekor pankreas. Setiap pulau dikelilingi oleh serat retikular tipis yang memisahkan dengan jaringan asinar yang berdekatan. Setiap pulau terdiri atas sel-sel bulat atau poligonal tersusun berderet yang dipisahlan oleh jalinan kapiler bertingkap. Serabut saraf autonom berkontak dengan sejumlah sel endokrin dan pembuluh darah. Sel pulau penghasil-hormon utama paling mudah diidentifikasi dan dipelajari dengan imunosiotokimiawi (Junqueira et al et al, 2012, 2012). Tipe sel, kuantitas, dan fungsi penting hormon utama yang dihasilkan pulau teragkum dalam tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4 Jenis-Jenis Sel Utama dan Hormon Pulau Langerhans


Jenis Sel Sel atau A Sel atau B Sel atau D Jumlah -20% -70 5-10% Hormon Glukagon Insulin Somatostatin Fungsi Menyediakan energi dari glikogen dan lemak yang dihasilkan oelh glikogenesis dan lipolisis, meningkatkan kadar glukosa darah Membuat glukosa masuk sel dan menstimulasi penurunan kadar gula darah Menghambat pelepasan hormon sel pulau Langerhans lainnya melalui aksi parakrin lokal, mengahmbat sekresi GH dan TSH di kelenjar hipofisis anterior dan sekresi HCl oleh sel parietal lambung. Merangsang aktivitas sel chief lambung; menghambat sekresi empedu, sekresi enzim pankreas dan bikarbonat, serta motilitas usus.

F atau PP

Jarang

Polipeptida pankreas

Sumber: Junqueira et al, 2012 2.7 Kelenjar Pineal Ross (2011) menjelaskan bahwa kelenjar pineal merupakan kelenjar endokrin atau neuroendokrin yang mengatur irama harian aktivitas tubuh. Pada manusia, kelenjar ini terletak di dinding posterior ventrikel ketiga yang melekat pada otak dan berbentuk kerucut yang sangat kecil.

Gambar 13, Menunjukkan Letak Kelenjar Pineal. Sumber: Ross, 2011

Kelenjar pineal dibungkus oleh jaringan ikat pia meter dan terjulur septa yang mengandung pembuluh darah kecil membagi berbagai kelompok sel sekretoris yang mencolok dan berjumlah banyak yaitu pinealosit. Sel-sel ini menghasilkan melatonin

yang merupakan suatu derivat triptofan. Serabut saraf simpatis tidak bermielin memasuki kelenjar pineal dan berakhir di antara pinealosit. Selain sel pinealosit juga terdapat sel glia interstisial yang menyerupai astrosit. Sel tersebut memiliki inti panjang yang terpulas lebih kuat daripada inti pinealosit. Jumlah atrosit pineal ini hanya sekitar 5% (Junqueira, et al, 2012).

Gambar 14. Memperlihatkan Sekelompok Pinealosit (P) dan Memperlihatkan

Melatonin yang dilepaskan dari pinealosit bertambah pada kegelapan dan menurun selama terang. Pada manusia perubahan jumlah sekresi melatonin ini berperan penting dalam pengaturan irama harian aktivitas tubuh. Melatonin yang dilepaskan saat kegelapan mengatur fungsi reproduksi untuk menghalangi aktivitas steroidogenik pada gonad (Ross, 2011).

Astrosit (A) pada gambar b

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa sistem endokrin: 1. Memiliki sifat umum antara lain, seluruh kelenjar endokrin berukuran kecil dan mengandung banyak pembuluh darah, berdasarkan susunan sel sekretorinya, kelenjar hormon dibedakan menjadi tipe sinusoid dan tipe folikel, kelenjar pada sistem endokrin hanya berhubungan secara fungsional tanpa ada hubungan secara structural, jumlah sekret yang disekresikan tergantung kebutuhan tubuh. 2. Kelenjar endokrin yang terdapat pada manusia antara lain, hipofisis, tiroid, paratiroid, adrenal, pineal, dan organ-organ tubuh yang mengandung kelenjar endokrin misalnya, pankreas, gonad, ginjal, lambung, dan usus halus. 3. Kelenjar endokrin pada manusia memiliki peran penting sebagai pengatur semua kegiatan hormon lain (bersama dengan saraf) dalam tubuh manusia, misalnya mengatur metabolisme kalsium, karbohidrat, dan lipid, mengatur osmoregulasi, zat-zat yang disekresi maupun diekskresi, semua kegiatan tersebut dibantu oleh adanya hormon yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar endokrin.

Daftar Pustaka Junqueira, L. C.. Basic Histology (pdf). New York: The Mc. GrawHill companies. Ross, Michael H. 2011. Histology A Text and Atlas With Correlated Cell and olecular Biology. Philadelphia : Mc Millan company Tenzer, Amy. 1993. Struktur Hewan Bagian I. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.

Anda mungkin juga menyukai