Anda di halaman 1dari 8

Page |1

Teknologi Informasi dan Pengadilan

Enrico Simanjuntak, SH1.

Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi telah merubah banyak aspek kehidupan


manusia, dan hampir tidak ada aspek dari kehidupan modern yang bisa
dipisahkan dari kemajuan IT (Information Technology). Bersama dengan
perkembangan perdagangan global, kemajuan IT yang luar biasa bergerak saling
melengkapi dan mempengaruhi; “…communications and commerce are global;
investment is mobile; technology is almost magical…”.2 Ruang-ruang kehidupan
dan aktivitas yang sebelumnya nyaris tak terjamah, gelap atau jauh, kini dan
kelak akan semakin terbuka tabirnya dan saling bertaut satu sama lain.
Keterbukaan (transparansi) muncul sebagai sebuah paradigma tersendiri, atau
dengan kata lain menjadi ‘semangat jaman’ (geist) yang tak terbendung. Pada
kondisi yang demikian, ia menjadi moment of change bagi para Aparatur Negara—
dalam arti luas, termasuk bagi semua jajaran di MA dan semua lingkungan
peradilan di bawahnya. Itulah yang diterjemahkan dalam sejumlah program
dalam rangka modernisasi dan revitalisasi MA beserta semua peradilan di
dalamnya.

Peningkatan Kinerja Publik


Sejak diluncurkannya cetak biru (blue print) MA, sejumlah langkah
penting dan fundamental telah dilakukan, diupayakan dan akan terus
ditingkatkan oleh segenap warga peradilan, tentunya dengan dimotori semua
lapisan pimpinan di berbagai tingkatan organisasi kerja dalam kelembagaan MA.
Kini hampir setiap pengadilan berpacu menghadirkan situsnya.3 Tentunya, di
balik ini semua tersirat tumbuhnya semangat memperbaiki kinerja. Sebab, situs
itu dimaksudkan guna memberikan peluang yang lebih besar bagi warga
masyarakat guna memperoleh informasi seputar pengadilan : jadwal sidang, profil
pengadilan, konsultasi, artikel, peraturan-peraturan, putusan dsb. Sebaliknya,

1 Calon Hakim pada Pengadilan Tata Usaha Negara Medan.


2 Bill Clinton, First Inaugural Address, Wednesday, January 21, 1993, lihat www.projectgutenberg.com. Melalui
laman (website) ini dapat diunduh (download) secara gratis koleksi digital, ratusan buku, manuskrip, dokumen,
catatan dsb yang dianggap banyak mempengaruhi sejarah peradaban umat manusia.
3 Dirjen Badilag : “Sudah 250 Pengadilan Mengembangkan Web Site”, www.mahkamahagung.go.id, 31 Okt 2008.
Page |2

bagi warga peradilan, jaringan kerja (networking) antar satker kian intensif dan
dinamis.
Menilik pengalaman sejumlah Negara yang sudah mengadopsi IT dalam
Pengadilan didapat sejumlah point penting. Misalnya, E-Project yang digalang oleh
Komunitas Hukum masyarakat Eropa, setelah proyek ini dievaluasi di dua lokasi
percontohan : Varese (Italia) dan Wroclaw (Polandia) didapat sejumlah hasil
sebagai berikut: 1) Frekuensi persidangan secara langsung (face to face),
berkurang dengan adanya alternatif persidangan online (teleconfrence, VOIP) 2)
Berkembangnya pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk-bentuk tutorial
audio/video. 3) Pertukaran data perkara persidangan dengan memakai format
XML (bahasa pemrograman untuk tampilan situs) 4). Penghematan biaya atas
arsip perkara/persidangan dengan dilakukan perekaman secara multimedia
(video, tape, audio tape). 5) Adanya format standar kode untuk macam jenis data
(audio, video, photo, text) 6. Standarisasi sistem keamanan dan profil/identitas
pemakai untuk dapat mengakses data (authorized users).4 Mega-proyek ini
hampir melibatkan semua stakeholders di bidang hukum, mulai dari Pengacara,
Jaksa, Hakim dsb di semua negara anggota Uni Eropa.
Sedangkan reformasi peradilan di Philipina, dengan basis penggunaan IT di
lingkungan Pengadilan (The Action Program for Judicial Reform (APJR)),
diantaranya didasari oleh faktor-faktor berikut :
1. Banyaknya jam kerja para Hakim dan Pegawai yang terbuang untuk
mengumpulkan dan melakukan pengisian data jumlah perkara beserta
proses perkembangan tahapan penanganan perkaranya; Pengerjaan
laporan secara manual banyak menyita waktu dan dihabiskan untuk men-
checking dan rechecking angka dan keterangan lain untuk memastikan
akurasi dan kelengkapan data.
2. Pegawai terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mengumpulkan data
statistik perkara, proses perkara, serta sewaktu melacak ratusan laporan
bulanan. Akibatnya, tidak ada waktu yang cukup untuk melakukan
analisis data dan mempersiapkan laporan bagi para penentu keputusan
(decision makers). Para peneliti dan pengguna data lain mengalami frustrasi
karena kesulitan untuk memperoleh akses langsung terhadap laporan-
laporan yang berisikan informasi yang lebih detail, konsisten dan
komprehensif dari pengadilan.5

Sejalan dengan Visi MA untuk memberikan pelayanan hukum yang


berkualitas, etis terjangkau dan biaya rendah bagi masyarakat serta mampu
menjawab panggilan pelayanan publik, maka penerapan IT ini akan sangat

4 E-Court-electronic Court: judicial IT-based management: http://www.intrasoft-intl.com/e-court


5 The Management Information System Office (MISO) System Scope : The project followed a conventional system
development lifecycle including analysis, design, construction and implementation of an automated solution
consisting of the following components : 1. Electronic Log of Monthly Reports 2. Web-Based Data Capture.
Page |3

strategis menjawab kebutuhan pelayanan hukum yang efesien, efektif serta


ekonomis. Termasuk, dimungkinkannya perampingan organisasi dengan semakin
meningkatnya penggunaan IT ini. Sebab, sebagian besar pekerjaan yang bersifat
manual-tradisional akan berkurang, misalnya pengelolaan surat-masuk di bagian
umum, pencatatan register di bagian perkara dsb, dimana petugas yang tidak
bisa beradaptasi atau tehcno-phobia dengan perkembangan IT, maka lambat laun
akan kehilangan tugas, bahkan selanjutnya pekerjaan, sebagaimana terjadi di
Departemen Keuangan RI, manakala dilakukan perombakan struktur organisasi
yang dikombinasikan dengan penataan ulang sistem manejemen informasi dalam
rangka reformasi birokrasi. Bukankah kebutuhan organisasi kerja modern
menuntut sumber daya manusia yang kompeten, profesional, dinamis dsb ?.
Perlahan tapi pasti, pada masa-masa mendatang, komunikasi data tidak
lagi berorientasi printable output, akan tetapi menuju paperless output. Pola kerja
yang serba konvensional akan terhimpit arus sistem otomatisasi digital melalui
sejumlah aplikasi (program komputer). Di Negara Bagian Goa di India, sejak
pihak Pemerintah lokal menerapkan pendekatan e-government untuk melayani
warganya, maka efek sampingnya sejumlah departemen ditiadakan dan
digantikan dengan melakukan komputerisasi sejumlah pekerjaan yang semula
ditangani oleh sejumlah bagian fungsional. Di situ, komputerisasi difokuskan
pada pembuatan database guna menyebarkan informasi yang akurat dan cepat. 6
Satu hal yang patut dicatat, bahwa pelayanan publik yang bertolak dari
asas-asas transparansi, akuntabilitas serta mengandung prinsip :
kesederhanaan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, kemudahan akses dsb
akan sangat sulit diimplementasikan oleh para aparatur pemerintahan dalam
tugas sehari-harinya tanpa mengadopsi kemajuan IT dalam penerapannya.
Secara empirik, sudah terbukti bahwa peningkatan pelayanan kepada
masyarakat tidak bisa dilepaskan dari pembangunan sarana dan prasarana IT.
Sebagai contoh, kemajuan ekonomi China dan Vietnam yang pesat tidak lepas
dari kemampuan pemerintahnya untuk melakukan debirokratisasi dan deregulasi
urusan pemerintahan, khususnya dalam urusan penerbitan perijinan, dengan
mengadopsi kemajuan IT secara optimal.7 Atau lebih spesifik lagi, dapat dikaji

6 Diolah dari saduran tulisan Eko Ari Astuti dari tulisan J.J.R. Anand berjudul: “E-Governance: a Rising Wave in
Goa” dalam Egov, Volume 3, Februari 2007. http://www.majalaheindonesia.com/India.htm.
7 Legal reform and Economic development in Vietnam and China, A comparative analysis Master of Arts in Law and
Diplomacy Thesis, Submitted by Adam Day, 29 February 2004 Under the advisement of Professor Louis Aucoin, ©
2004 Adam Day. http://fletcher.tufts.edu.
Page |4

dari manfaat langsung dibalik fenomena bangkitnya gerakan e-goverment di


sejumlah derah di Indonesia, misalnya Kab. Sragen dan daerah lain.8 .
Dalam konteks dunia peradilan, keberhasilan Mahkamah Konstitusi (MK)
sebagai best practice pemanfaatan IT guna menunjang tata pemerintahan yang
baik dalam sistem peradilan (good governance in judiciary system), dapat
dijadikan faktor pendorong proses percepatan pengembangan IT di pengadilan.9
Sejalan dengan itu, MA memang telah memberikan perhatian yang besar bagi
pengembangan IT. Tim Pembaruan MA menetapkan Publikasi Putusan
Pengadilan dan Perbaikan Sistem Informasi Peradilan sebagai salah satu dari
lima prioritas utama program pembaruan MA.10 Selanjutnya, program prioritas
tersebut diimplementasikan dengan dikeluarkannya SK KMA No.
144/KMA/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan,
mendahului diundangkannya UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik.11 SK KMA No. 144 tsb menjadi tonggak monumental bagi
perkembangan IT di dunia peraadilan.

***

Sistem aplikasi yang merupakan pendukung kinerja aparatur :

Apabila diperhatikan sistem informasi peradilan yang sedang


dikembangkan, mulai dari Simari, Badilag dengan SIADPA-nya atau selanjutnya
di Badilum, Badimiltun, Bawas, Balitbangdiklat, Pengadilan-Pengadilan12, maka

8 Debirokratitasi proses pengurusan perijinan di sejumlah Kabupaten dan daerah, melalui penerapan layanan “satu
atap” atau one stop service menunjukan pengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Lihat executive
summary hasil penelitian Kantor Bank Indonesia Semarang bekerjasama dengan P3M Fakultas Ekonomi UNIKA
Soegijapranata Semarang tentang Analisis Dampak Penerapan One Stop Service (OSS) Terhadap Peningkatan
Investasi di Jawa Tengah.
9 “…Kita integrasikan perkembangan teknologi yang bisa membuat semua proses administrasi bisa berjalan rapi,
efektif dan lebih efisien. Nggak bisa kita mengubah orang dengan kotbah”. (Wawancara hukumonline dengan Jimly
Assiddiqie, 7 Agustus 2007). Sementara itu, MK juga bisa dijadikan model modernisasi semua lembaga pemerintah
(Harian Sindo 01/04/2008). Dalam wawancara dengan TVRI di Penghujung bulan Agustus lalu, Sekretaris Jenderal
MK, Janedjri M. Gaffar mengatakan MKRI merupakan MK terbaik se-Asia Tenggara dalam hal pengelolaan
administrasi.
10 Ke-5 Program prioritas pembaruan MA disusun dan disarikan dari rekomendasi-rekomendasi cetak biru oleh Tim
Pembaruan MA (1) Pengikisan Tumpukan Perkara, (2) Percepatan Proses Penyatuan Atap dan Penguatan Dasar-
dasar Pembinaan Kualitas dan Integritas Hakim (3) Pengembalian Kepercayaan Publik melalui Pendisiplinan Hakim
yang Menyimpang, (4) Publikasi Putusan Pengadilan dan Perbaikan Sistem Informasi Peradilan (5) Peningkatan
Kesejahteraan dan Anggaran Hakim dan Pengadilan, selengkapnya lihat cetak biru MA.
11 Berdasarkan ketentuan pasal 18 ayat (1) UU ini, informasi publik yang wajib disediakan oleh badan publik termasuk :
a) putusan badan peradilan b) ketetapan, keputusan, peraturan, surat edaran ataupun bentuk kebijakan lain, baik yang
tidak berlaku mengikat maupun mengikat ke dalam ataupun ke luar serta pertimbangan lembaga penegak hukum c)
surat perintah penghentian penyidikan atau penuntutan d) rencana pengeluaran tahunan lembaga penegak hukum e.
laporan keuangan tahunan lembaga penegak hukum f) laporan hasil pengembalian uang hasil korupsi dan/atau g)
informasi lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2).
12 Pengembangan Teknologi Informasi Lembaga Peradilan Menyongsong Keterbukaan Informasi, Guns Files—
Pameran Rakernas 2008.
Page |5

pada pokoknya masing-masing terdiri dari sistem informasi yang bersifat internal
(sistem Informasi administrasi di bidang Peradilan, Administrasi Hukum,
Administrasi Kepegawaian, Administrasi Umum, Administrasi Keuangan)13 Serta
sistem informasi yang bersifat eksternal yang pada dasarnya merupakan hasil
pengolahan data dari sistem internal yang format/media penyajiannya dapat
berupa : web sites, display monitor, CCTV (Circuit Central Television), Information
Desk, layanan SMS (Short Message Service) atau saluran hot–line dsb.
Proses perkara mulai dari mulai tingkat pertama, banding, kasasi, PK
hingga eksekusi, termasuk minutasi, memerlukan proses pencatatan dan
pengarsipan yang baik. Kehadiran sebuah aplikasi yang dibuat dengan mengikuti
alur kerja (work flow) administrasi berkas perkara, dengan tujuan untuk
merekam perjalan berkas perkara mulai proses paling awal sampai akhir dapat
menghemat banyak sumber daya. Sama halnya, dengan sistem informasi di
bidang hukum akan mampu menjawab kebutuhan akan manajemen pustaka
elektronik tentang dokumen-dokumen di bidang hukum : putusan,
yurisprudensi, literatur, peraturan, SEMA, Juklak/Juknis dsb. Aplikasi semacam
ini sangat berguna seiring dengan semakin pesatnya arus pergerakan informasi,
dimana pengetahuan terhadap informasi hukum yang up to date akan banyak
membantu cepatnya pengambilan pelbagai keputusan di bidang hukum.
Selain itu, jasa teknologi informasi dalam bidang hukum tidak hanya
berguna bagi para ahli hukum, tetapi juga penting bagi siapa saja ataupun
instansi apa saja yang memerlukan informasi hukum dalam waktu yang cepat.
Para praktisi hukum yang bekerja baik di dunia pendidikan dan penelitian
maupun yang bekerja di dunia bisnis, di dunia politik dan pemerintahan,
maupun di tengah masyarakat pada umumnya, semakin memerlukan jasa
pelayanan hukum yang cepat, agar mereka sendiri dapat pula memberikan
pendapat-pendapat hukum yang cepat dan tepat. Di setiap unit kerja kenegaraan,
pemerintahan maupun di dunia usaha (bisnis), jasa teknologi informasi semacam
ini juga sangat dibutuhkan untuk menjamin agar dinamika pelaksanaan tugas
sehari-hari dapat berjalan secara teratur dan taat asas.14
Dalam sistem otomatisasi elektronik yang nantinya telah berkembang,
dapat saja muncul kebutuhan bagi hakim untuk menggunakan komputer dalam

13 Selain kelima sistem informasi tersebut menurut H. Yodi M. Wahyunadi, SH, MH., Ketua PTUN Medan,
menambahkan executive information system (EIS), Presentasi Ketua PTUN : Rencana Pembangunan/Pengembangan
Sistem Informasi Peradilan di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan, Jumat 17 Oktober 2008.
14 Jimly Asshiddiqie, Masa Depan Hukum Di Era Teknologi Informasi: Kebutuhan Untuk Komputerisasi Sistem
Informasi Administrasi Kenegaraan dan Pemerintahan. Program Pendidikan Lanjutan Hukum Teknologi Informasi
dan Telekomunikasi, Lembaga Pendidikan Lanjutan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Senin, 1
Mei 2000.
Page |6

menjatuhkan putusan pidana. Sistem inilah yang biasa dikenal di Belanda


dengan istilah BOS (Beslissings Ondersteunde Systemen) atau ‘sistem pembantu
pengambilan.15 Jika sistem informasi perkara dan hukum berkaitan langsung
dengan “core bussiness” sebuah pengadilan, maka aplikasi di bidang kepegawaian
seperti SIKMA (Sistem Informasi Kepegawaian Mahkamah Agung), sangat penting
dalam hal pengelolaan data personal kepegawaian dari tingkat MA hingga
Pengadilan Tingkat Pertama meliputi : biodata, riwayat keluarga, riwayat
pendidikan dan pelatihan, riwayat kepangkatan, riwayat mutasi dan jabatan serta
riwayat tanda jasa dan hukuman disiplin. Aplikasi ini diharapkan mampu
membuka jalan bagi terciptanya Database SDM seluruh Personil MA dan 4
lingkungan peradilan di bawahnya. Dengan demikian, dapat diketahui secara
cepat data yang akurat mengenai jumlah dan tempat keberadaan (posisi tugas)
hakim ataupun pegawai yang ada di Indonesia. Selain itu, sistem evaluasi
terhadap kualitas, kinerja dan integritas hakim yang obyektif akan dapat
terbangun dan dijadikan sebagai salah satu sumber rujukan bagi promosi dan
mutasi hakim dan pegawai.
Sedangkan, sistem informasi di bidang keuangan berfungsi merekam
seluruh data keuangan kantor, disamping aplikasi SAKPA atau SABMN keluaran
Depkeu yang terkait dengan tugas-tugas sub bagian umum. Sehingga di sub
bagian umum aplikasi yang perlu dibuat untuk mendukung sistem informasi sub
bagian adalah aplikasi yang berfungsi melakukan pencatatan surat keluar masuk
serta sistem informasi di bidang perpustakaan. Kemudian apabila semua
pengadilan sudah memiliki website, maka Staf pengelola anggaran, dalam
penyusunan RKA-KL, SAI dan SABMN dapat menggunakan media internet via e-
mail sewaktu mengirimkannya ke MA.

Penutup

Pada dasarnya, orang/pihak yang sedang berperkara adalah orang yang


sedang ditimpa “musibah”16, untuk itu sikap yang memberikan kemudahan
pelayanan bagi para pihak pencari keadilan (justiciabelen) niscaya mampu
meringankan beban “kemalangan” yang dihadapinya. Kemudahan pelayanan itu

15 Ibid.
16 Perumpamaan ini sering diberikan oleh Dr. Supandi, S.H., M.Hum, Kapusdiklat Teknis Mahkamah Agung RI,
sewaktu memberikan kuliah atau pengarahan kepada para peserta Diklat Cakim Mahkamah Agung RI, angkatan II,
Anyer, Banten, 9 Juli s/d 23 September 2007.
Page |7

diantaranya : penyediaan & penyampaian informasi secara cepat dan benar


kepada pencari keadilan, proses persidangan tertib, perlakuan para hakim dan
pegawai yang “service-oriented” dsb. Kemudahan pelayanan tersebut dapat
diciptakan dengan sistem yang terbuka baik bagi pemantauan proses kerja dan
pengawasan hasil kerja.
Semua uraian di atas, pada dasarnya hanya sebatas penjabaran umum.
Masih banyak uraian yang bisa kita buat tentang manfaat keberadaan situs bagi
sebuah Pengadilan, belum lagi bila berbicara tentang Teknologi Informasi (TI)
secara luas. Tetapi berangkat dari situ, dapat diidentifikasi bahwa ‘situs’ dan
penggunaan TI secara umum, dalam konteks pengadilan, fungsinya dapat
dibedakan dua yakni yang pertama bersifat eksternal : mampu memberikan
kemudahan yang dibutuhkan masyarakat dan yang kedua: mengintegrasikan
organisasi kerja. Court to Citizen (C2C) dan Court to Court (C2C); Kedua fungsi ini
tidak bisa dipisahkan, satu sama lain saling mempengaruhi. Pelayanan elektronis
kepada para pencari keadilan, atau masyarakat, kualitasnya ditentukan dengan
bagaimana layanan itu disiapkan dan dikemas oleh pihak internal pengadilan.
Pengarang buku Third Way yang termashyur, Antony Giddens pernah
mengemukakan ironi dari globalisasi yakni akan terjadinya jurang yang semakin
lebar antara masyarakat yang melek teknologi dengan yang tidak. Pada saat
sebagian masyarakat merasakan kebutuhan yang semakin kuat terhadap
teknologi informasi, justru sebagian lagi merasakan keterasingan (alienated) dari
kemajuan teknologi informasi itu. Tetapi, bagi dunia peradilan kiranya patut
ditegaskan kembali bahwa penguasaan teknologi, tidak bisa ditawar-tawar, tak
bisa dihindari. Ia adalah sebuah keniscayaan, khususnya bagi para praktisi
hukum. Karena pada masa-masa mendatang tidak ada lagi tempat bagi para
praktisi hukum tradisional jika tidak beradaptasi dengan dinamika kemajuan
teknologi atau sebagaimana dikemukakan Susskind, R, :”…there is no future for
the traditional legal profession if it cannot adapt to the challenge of information
technology (`IT') “.17 Bahkan lebih ekstrim Ben Reed, Jr. menyatakan :
“…Technological advances are moving forward at lighting speed. Read any works
by futurists, think tankers, techno geeks, leaders, or those at the cutting edge of any
field of endeavor and they say the same thing—stay current with technology or you
will find yourself in the dark”.18

17 Susskind, R, The Future of Law: Facing the Challenges of Information Technology, (Oxford: Clarendon Press, 1996).
18 Ben Reed, Jr, Future Technology In Law Enforcement—A Research Project Submitted To The Faculty Of National
University in partial fulfillment of the requirements for the Degree of Bachelor of science in criminal justice
administration, Redding, California, December 2005.
Page |8

Anda mungkin juga menyukai