Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Successful aging merupakan keadaan dimana kemungkinan sakit dan cacat sangat rendah dengan kemampuan kognitif dan fisik yang optimal serta turut berperan aktif dalam masyarakat.1 Dalam beberapa tahun terakhir ini, successful aging telah menjadi topik yang banyak diperbincangkan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk lansia yang terus meningkat. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lansia menetapkan bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas. Peningkatan jumlah lansia dikarenakan Indonesia sedang mengalami berbagai transisi, diantaranya transisi demografi yang terjadi akibat penurunan beberapa indikator kesehatan. Salah satunya adalah angka kematian bayi. Transisi demografi inilah yang menyebabkan perubahan struktur umur pada masyarakat dimana jumlah penduduk muda berkurang dan penduduk usia lanjut meningkat. Selain itu kemajuan dalam pemberantasan infeksi, perbaikan sanitasi dan pengetahuan juga

meningkatkan usia harapan hidup yang membuat jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia terus bertambah. Berdasarkan data DepKes, jumlah penduduk lansia (umur 65 tahun ke atas) di dunia tahun 2000 sebesar 425 juta jiwa (6,8% dari total penduduk dunia), sedangkan pada tahun 2025 diperkirakan akan mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat menjadi 828 juta jiwa (9,7% dari total penduduk dunia). Berdasarkan data dari BPS, di Indonesia mulai terjadi peningkatan angka harapan hidup (AHH) dan jumlah lansia. Pada tahun 2000, AHH di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan presentase populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan presentase populasi lansia adalah 7,56%). Dengan peningkatan jumlah lansia

ini, maka para lansia Indonesia diharapkan dapat menjadi pribadi yang sehat, dengan kemampuan kognitif dan fisik yang optimal serta turut berperan aktif dalam masyarakat atau dalam golongan successful aging. Istilah successful aging pertama kali ditemukan oleh R.J Havighurst pada tahun 1961 dalam Bearon (1996). Havighurst mendefinisikannya sebagai adding life to the years dan memperoleh kepuasaan hidup.2 Kepuasaan hidup berhubungan dengan kebahagiaan, menurut

Seligman(2002), terdapat 3 faktor internal yang berkontribusi terhadap kebahagiaan, yaitu kepuasan terhadap masa lalu, masa sekarang, dan optimisme akan masa depan.3 Kepuasaan hidup dapat dicapai apabila aspekaspek seperti religius, aktivitas fisik, psikososial, nutrisi, keadaan tempat tinggal serta keadaan ekonomi para lansia dapat terpenuhi dengan baik. Lansia merupakan masa dimana manusia tidak hanya secara biologis mengalami kemunduran namun fungsi kognitif juga menurun. Kemunduran pada fungsi kognitif terjadi karena pengurangan jumlah neuron pada otak dan bersamaan dengan penambahan usia, otak juga mengalami pengkerutan. Proses penuaan ini, tentu berada di luar jangkauan manusia, artinya manusia tidak dapat mencegah agar seseorang tidak mengalami penuaan. Namun manusia dapat memperlambat proses ini dengan memperhatikan berbagai aktivitas fisik dan menjaga pola makan yang berguna untuk menunjang masa tua sehingga dapat menjalankan masa itu dengan baik. Karakteristik penuaan tidak berlaku secara universal karena masing-masing individu memiliki faktor pendukung internal (misalnya spiritualitas) dan eksternal (misalnya keluarga) yang berbeda. Dikarenakan penelitian mengenai successful aging di Indonesia yang sangat sedikit maka peneliti berrmaksud meneliti successful aging lansia di kelurahan Kalibaru, Jakarta Utara yang ditinjau dari aspek psikososial, nutrisi, dan aktivitas fisik. Peneliti memilih ketiga aspek ini, karena menurut peneliti ketiga aspek ini memainkan peranan besar terhadap successful aging.

1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana aspek psikososial, nutrisi, dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi successful aging pada lansia di kelurahan Kalibaru, Jakarta Utara?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum : Mengetahui hubungan aspek psikososial, nutrisi, dan aktivitas fisik serta mendapatkan gambaran successful aging pada lansia di kelurahan Kalibaru, Jakarta Utara. 1.3.2. Tujuan khusus : 1. Mengetahui hubungan aspek psikososial dengan successful aging pada lansia di kelurahan Kalibaru, Jakarta Utara 2. Mengetahui hubungan aspek nutrisi dengan successful aging pada lansia di kelurahan Kalibaru, Jakarta Utara 3. Mengetahui hubungan aspek kemampuan fisik dengan successful aging pada lansia di kelurahan Kalibaru, Jakarta Utara 4. Mengetahui gambaran successful aging pada lansia secara keseluruhan di kelurahan Kalibaru, Jakarta Utara.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat dalam bidang akademik 1. Bertambahnya pengetahuan peneliti mengenai successful aging pada lansia di kelurahan Kalibaru Jakarta Utara ditinjau dari aspek psikososial, nutrisi, dan aktivitas fisik. 2. Merangsang peneliti lain untuk membuat penelitian yang lebih mendalam dan menyangkut aspek-aspek yang belum diteliti. 1.4.2. Manfaat bagi masyarakat Membantu petugas medis dan relawan sosial dalam memberikan promosi kesehatan yang baik dalam aspek psikososial, nutrisi, dan

aktivitas fisik bagi para lansia dan keluarganya sehingga kedepannya dapat menjadi golongan lansia successful aging. 1.4.3. Manfaat bagi instansi pemerintahan Membantu perencanaan dan pertimbangan usaha-usaha pelayanan kesehatan dan kebijakan terhadap kesehatan lansia yang lebih efektif dan efisien.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Successful Aging Rowe dan Kahn (1997) mendeskripsikan successful aging sebagai : 1. Keadaan dimana kemungkinan sakit dan cacat sangat rendah 2. Kemampuan kognitif dan fisik yang optimal 3. Turut berperan aktif dalam masyarakat1 Banyak aspek-aspek yang telah diketahui memegang peranan penting dalam successful aging seperti kesehatan fisik, psikologis, sosial, lingkungan dan lain sebagainya. Berdasarkan definisi inilah peneliti bergerak untuk meneliti apa saja yang akan mempengaruhi successful aging pada lansia dalam aspek psikososial, nutrisi, dan aktivitas fisik.

2.2. Aspek dari Successful Aging a. Faktor psikososial Perasaan bahagia dari seorang lansia akan sangat memepengaruhi kualitas hidupnya. Perasaan bahagia ini baik secara langsung maupun tidak langsung dapat diperoleh apabila keadaan lingkungan memang mendukung kehidupan lansia.7 Banyaknya teman untuk sharing dan melakukan aktivitas baru bersama (bernyanyi, senam, menari) bisa dijadikan moment rekreasi bagi para lansia. Pemikiran positif dari dalam diri lansia akan secara otomatis membangun dirinya untuk menjadi pribadi yang kuat walaupun di usia yang tidak muda lagi.1 1) Kepuasan terhadap berbagai aspek dalam hidup Perasaan puas adalah sesuatu yang hanya bisa dirasakan oleh individu yang terkait di dalamnya. Seorang lansia tentunya akan mencapai titik dimana dirinya merasa puas atas pencapaiannya saat ini dan penilaiannya bukan hanya

dari segi ekonomi (materi dan harta) tetapi dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan. 2) Perasaan bahagia Seberapa mampukah seseorang lansia memandang dirinya secara positif ? Inilah awal dari kebermaknaan hidup lansia yang mampu membuatnya tetap dalam keadaan seccessful aging. Dalam keadaan yang demikian maka seorang lansia akan memiliki perasaan bahagia untuk terus melanjutkan hidup dalam keadaan apapun. 3) Interaksi sosial Seberapa sering dan seberapa mampu seorang lansia dapat berinteraksi dengan orang lain baik. Interaksi yang dimaksud dalam hal ini tidak selalu diartikan sebagai hubungan antara satu lansia dengan lansia lainnya. Akan tetapi, hubungan yang lebih mengarah kepada bagaimana ia mengambil peran atas dirinya baik dengan kehidupan dengan keluarganya maupun orang asing. Faktor psikososial yang diuraikan diatas dapat diukur menggunakan standar WHOQOL-100 sebagai penentu kualitas hidup dari seorang lansia. Pengukuran lain yang mungkin dilakukan adalah menggunakan standar WHOQOL-BREF.13 Kedua jenis pengukuran ini adalah yang disarankan oleh WHO sebagai standar pengukuran yang paling tepat untu mengukur kualitas hidup. Akan tetapi karena terlalu rumitnya pengambilan data menggunakan WHOQOL-100, maka pengambilan data diperolaeh dengan adanya bantuan kuisioner WHOQOL-BREF. Dalam WHOQOL-BREF sendiri akan dimuat 26 pertanyaan yang dibagi dalam 4 domain. Masing-masing domain yang dimaksudkan adalah

DOMAIN

ASPEK DALAM DOMAIN

b. Nutrisi Salah satu hal yang membantu terpenuhinya nutrisi yang baik bagi lansia adalah diet yang sesuai dan teratur. Dalam hal ini, diet yang baik memberikan efek positif bagi kelangsungan hidup lansia. Sebagai contoh, protein membantu memeperlambat penurunan massa otot. Para lansia juga disarankan untuk mengkonsumsi lebih banyak sayur dan buah6 karena kandungan vitamin yang ada di dalamnya bisa bermanfaat sebagai antioksidan yang akan
5

berdampak

pada

kemungkinan kejadian Alzheimer pada lansia. 1. Karbohidrat 2. Protein

c. Kemampuan fisik Kemampuan fisik seorang lansia dapat diukur dari aktivitas sehari-hari, olahraga, status kesehatan, serta penampilan fisik (physical appearance). Para lansia agaknya memang memerlukan cukup olahraga dan latihan untuk membangun kebugaran tubuhnya. Dengan kondisi fisik yang optimal, maka seorang lansia bisa melakukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhannya sendiri secara mandiri.1 Banyak hal yang bisa diamati dan dinilai untuk menentukan apakah kemampuan fisik seorang lansia masih baik. beberapa diantaranya adalah penggunaan kuisioner ADL (Activities of Daily Living) dan IADL (Instrumental Activities of Daily Living). 1. Penampilan Fisik

Pertemua pertama dengans eseorang tentu diawali dengan penampilan. Penampilan yang diperlihatkan oleh lansia akan menunjukkan seperti apa kedaan dan karakteristik dari diri mereka. Apakah di usia lanjutnya, seorang lansia memakai baju yang sesuai dan pantas saat dilihat orang lain? Kata penampilan fisik disini lebih ditujukan kepada apa yang digunakan seorang lansia dan bagaimana ia tampil di depan umum secara sopan dengan apa yang ia kenakan.1 2. Aktivitas harian Di dalam hidupnya, seseorang tentu akan melakukan ativitas hariannya sendiri. Pertanyaannya bukan seberapa cepat (dalam masa pertumbuhannya) seseorang mampu melakukan aktivitas tersebut, tetapi sampai kapan seseorang mampu melakukan aktivitas hariannya secara mandiri. Seiring dengan

pertambahan usia (menjauhi usia produktif) maka fungsi tubuh seseorang akan menurun secara perlahan. Hal ini merupaka sesautu yang muthlak dan tidak dapat ditolak. Namu sejauh aman pelaksanaannya dapat dilakukan dapat diusahakan sebaik mungkin. Penilaian akan kemampuan melaksanakan tugas harian seorang lansia dapat dilakukan dengan bantuan kuisioner ADL dan IADL. Scoring akan menentukan kemampuan seorang lansia dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. 3. Olahraga

d. Ekonomi Uang dan materi secara gamblang selalu dikaitkan dengan kemakmuran. Walaupun uang bukan satu-satunya hal untuk mendukung kehidupan, tidak dapat dipungkiri bahwa uang memang memegang peranan yang cukup penting. Dalam hal ini, lansia yang memilki ekonomi stabil cenderung lebih baik dalam kehidupannya karena adanya jaminan akan kebutuhan.

Variabel-variabel yang termaksud dalam aspek ekonomi pada lansia mencakup uang yang dimiliki sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup yang diinginkannya, dan memiliki ekonomi yang stabil. Variabelvariabel ini juga turut mempengaruhi successful aging, karena pada umumnya saat memasuki usia tua, seorang lansia cenderung tidak seproduktif pada masa sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terlihat perbedaan yang mencolok antara lansia yang bermasalah pada aspek ekonomi dan kelompok lansia tanpa masalah ekonomi. 15 Proses penuaan membawa dampak perubahan yang tidak begitu berarti pada kelompok lansia dengan tingkat ekonomi tinggi dibandingkan dengan tingkatan ekonomi rendah. Individu yang memiliki tingkat ekonomi tinggi cenderung merasa puas dengan apa yang didapatkannya sehingga merasa aman terhadap penurunan kondisi fisiknya dan rasa aman secara umum terhadap kehidupannya di masa tua. Sebaliknya pada kelompok lansia dengan tingkat ekonomi rendah cenderung merasa tidak puas terhadap apa yang telah ia peroleh. Hal lain terkait faktor ekonomi ini adalah mengenai kestabilan ekonomi di usia tua.1 Apabila seorang lansia mengalami kestabilan dalam hal keuangan, tentu saja akan mengurangi satu beban pikirannya akan kesuliatan pemenuhan kebutuhan, terutama terkait pemenuhan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) sehari-hari.

e. Kognitif Kemampuan berpikir merupakan hal penting selama perkembangan hidup seseorang, begitu pula lansia. Kemampuan kognitif yang terpelihara baik dapat mendorong para lansia untuk tetap aktif bekerja dan memampukan mereka untuk diterima lebih baik di masyarakat. Salah satu cara memelihara kognitif para lansia adalah dengan banyak membaca . Fungsi kognitif pada lansia dinilai dari ada atau tidaknya gangguan pada kognitif mereka. Fungsi kognitif yang baik digambarkan dengan

kemampuan berpikir yang masih kritis dan baik dalam menghadapi masalah sehari-hari dan memecahkan masalahnya tersebut. Adapula wawasan serta pengetahuan umum yang baik dan cukup dimana lansia masih mengetahui hal-hal yang umum yang seharusnya diketahui semua orang. Biasanya wawasan atau pengetahuan umum ini didapatkan dari membaca koran misalnya. Kemunduran atau gangguan kognitif yang biasanya dialami oleh para lansia yaitu pelupa. Biasanya lansia sulit untuk mengingat apa yang sudah dipelajari. Lansia bisa menderita kemunduran hal ini dari gangguan yang sifatnya ringan hingga yang berat yaitu demensia. MMSE merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya serta valid untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan penyakit neurodegeneratif. Hasilnya, MMSE menjadi suatu metode pemeriksaan status mental yang digunakan paling banyak di dunia Mini Mental Status Examination (MMSE) merupakan suatu skala terstruktur yang terdiri dari 30 poin yang dikelompokkan menjadi 7 kategori: orientasi terhadap tempat (negara, provinsi, kota, gedung dan lantai), orientasi terhadap waktu (tahun, musim, bulan, hari dan tanggal), registrasi (mengulang dengan cepat 3 kata), atensi dan konsentrasi (secara berurutan mengurangi 7, dimulai dari angka 100, atau mengeja kata WAHYU secara terbalik), mengingat kembali (mengingat kembali 3 kata yang telah diulang sebelumnya), bahasa (memberi nama 2 benda, mengulang kalimat, membaca dengan keras dan memahami suatu kalimat, menulis kalimat dan mengikuti perintah 3 langkah), dan kontruksi visual. Skor MMSE diberikan berdasarkan jumlah item yang benar sempurna; skor yang makin rendah mengindikasikan gangguan kognitif yang makin parah. Skor total berkisar antara 0-30, skor 27-30 menggambarkan kemampuan kognitif sempurna. Skor MMSE 22-26 dicurigai mempunyai kerusakan fungsi kognitif ringan. Selanjutnya untuk skor MMSE 21

10

terdapat kerusakan aspek fungsi kognitif berat dan nilai yang rendah ini mengidentifikasikan resiko untuk demensia status mental yang digunakan paling banyak di dunia.

f. Faktor spiritual Spiritualitas merupakan salah satu aspek penting untuk mencapai successful aging. Penting bagi lansia untuk memiliki kepercayaan/agama dan pergi ke tempat ibadah untuk menemukan ketenangan serta tempat untuk bersyukur. Peneliti menemukan beberapa subkategori dari spiritualitas, yakni1 : Agama : memiliki kepercayaan Ketenangan dalam diri : merasakan ketenangan dan terbebas dari pikiran negative(misalnya takut akan tua) Perasaan menghargai : bersyukur dalam segala hal termasuk menjadi tua Perasaan mementingkan kepentingan orang lain : memberikan rasa cinta kasih kepada orang lain, memperhatikan orang lain, dan menjadi sukarelawan(misalnya menjadi relawan dip anti jompo untuk melayani lansia lainnya)

11

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL


3.1. Kerangka Teori
Aspek Psikososial
Kepuasan terhadap berbagai aspek dalam hidup Perasaan bahagia Dukungan sosial

Kemampuan Fisik
Penampilan fisik Olahraga Pelaksanaan tugas harian

Nutrisi
Asupan karbohidrat Asupan protein Asupan Vitamin

Ekonomi
Memilki banyak uang Pemenuhan kebutuhan terjamin Ekonomi stabil

Successful Aging

Kognitif
Kemampuan berpikir Dapat bekerja sehari-hari Banyak membaca Knowledge

Spiritual
Doa Kepercayaan Penghargaan akan hidup Perasaan bahagia

12

3.2.Kerangka Konsep VARIABEL INDEPENDENT


Nutrisi Asupan karbohidrat Asupan protein Asupan vitamin

VARIABEL DEPENDENT

Successful Aging
Kemampuan Fisik Penampilan fisik Olahraga Pelaksanaan tugas harian

1. Kemungkinan sakit sangat rendah 2. Kemampuan kognitif dan fisik yang optimal

Aspek Psikososial Kepuasan terhadap berbagai aspek dalam hidup Perasaan bahagia Dukungan sosial

3. Aktif dalam masyarakat

3.3.Definisi Operasional Variabel Dependent Variabel Definisi Operasional Kemungkinan Ketahanan tubuh seorang sakit sangat rendah Kemampuan kognitif dan fisik yang optimal
12

Cara Ukur Wawancara dengan kuisioner MNA Wawancara dengan kuisioner MMSE dan ADL/IADL8,9 Wawancara

Skala Pengukuran Ordinal

lansia yang optimal untuk tidak terserang penyakit Fungsi kognitif yang tetap terpelihara dan kemampuan fisik yang cukup untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Ordinal

Turut berperan aktif dalam masyarakat

Keterlibatan dalam kegiatan di lingkungan tempat tinggal Hasil ukur :

Nominal

13

[0] : lansia tidak ikut berperan [1] : lansia ikut berperan

VARIABEL INDEPENDENT Variabel Nutrisi Definisi Operasional Asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan diet tiap individu 11 Cara Ukur - Wawancara dengan kuisioner - Pengukuran 1. BMI Body Mass Index adalah suatu ukuran yang menghubungkan berat badan dengan tinggi badan untuk mengetahui komposisi badan seseorang Hasil ukur : [0] : <19 [1] : 19-21 [2] : 21-23 [3] : >23 BMI menggunakan timbangan dan meteran Skala Pengukuran Nominal

2. Konsumsi buah dan sayur

Banyaknya buah dan sayur yng dikonsumsi lansia dalam seminggu Hasil ukur : [0] : tidak konsumsi buah [1] : 1-3 kali seminggu [2] : 4-6 kali seminggu [3] : > 6 kali seminggu

14

3. Suplemen

Ada tidaknya konsumsi suplemen atau vitamin tambahan yang dikonsumsi lansia Hasil ukur : [0] : tidak konsumsi [1] : konsumsi, tapi tidak teratur [2] : konsumsi secara teratur

Kemampuan fisik

Kemampuan yang dimiliki

Wawancara

Ordinal

responden untuk melakukan dengan aktivitas sehari-hari kuisioner ADL/IADL8,9

1. Pekerjaan

Status pekerjaan lansia Hasil ukur : [0] : tidak memilki pekerjaan [1] : memiliki pekerjaan

2. ADL/IADL

3. Olahraga

Banyaknya atau frekuensi olahraga yang dilakukan lansia dalam 1 minggu : Hasil ukur : [0] : tidak pernah [1] : jarang [2] : rutin (setiap hari)

15

Psikososial

Hubungan antara setiap individu lansia dengan kelompok10 Hasil ukur : [1] : baik [2] : sedang [3] : buruk

Wawancara dengan kuisioner (WHOQOL100)13

Ordinal

4. Hipotesis 3.4.1 Aspek psikososial berpengaruh terhadap successful aging pada lansia di kelurahan Kalibaru, Jakarta Utara 3.4.2 Aspek nutrisi berpengaruh terhadap successful aging pada lansia di kelurahan Kalibaru, Jakarta Utara 3.4.3 Aspek aktivitas fisik berpengaruh terhadap successful aging pada lansia di kelurahan Kalibaru, Jakarta Utara

16

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Cross sectional merupakan salah satu penelitian observasional deskriptif, dimana tiap subyek penelitian diteliti satu kali dalam suatu waktu dan tidak diberi intervensi oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 6 bulan. Variabel independennya adalah nutrisi, kemampuan fisik dan faktor psikososial sedangkan variabel dependennya adalah successful aging. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuisioner terancang. Para responden (lansia) akan diambil secara acak( cluster sample).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Kali Baru, Jakarta Utara selama kurang lebih 6 bulan, dimulai sejak 1 Maret 2014.

4.3. Populasi Penelitian 4.3.1. Populasi Target Populasi target pada penelitian ini adalah semua lansia yang berusia lebih dari 60 tahun yang bertempat tinggal di Jakarta. 4.3.2. Populasi Terjangkau Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia lebih dari 60 tahun di Kelurahan Kali Baru yang memiliki jumlah penduduk 46.000 jiwa dan 10119 KK, 14 RW dan 171 RT.

4.4. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi terjangkau. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan cara randomisasi (Cluster sample).

17

4.5. Estimasi Besar Sampel 4.5.1. Perkiraan besar sampel minimal Cara pengambilan sampel dengan menggunakan cluster sehingga rumus yang digunakan adalah: 1. Rumus menghitung besar sampel :

( Variabel 2 . M e n g u j i Z2 Definisi

) Nilai yang Digunakan 1,6452

Konversi luar area di bawah kurva normal pada tingkat keperacayaan tertentu terhadap simpangan baku (CI = 95%)

p q d

Proporsi target populasi 1-p Derajat penyimpangan yang diinginkan

0,5 0,5 10% = 0,1

N n

Jumlah populasi Besar sampel minimal ( )

920 63

n = 63,4 64 2. Menguji sampel minimal yang dibutuhkan valid/tidak p * n = 0,5 * 64 32 p * n > 5 VALID 3. Menentukan jumlah sampel akhir Sampel dikali 2 untuk menghindari drop out Sampel = 64 * 2 = 128 sampel Berdasarkan kalkulasi di atas, dibutuhkan sebanyak 128 lansia. Dari data yang didapatkan, diketahui bahwa dari 46000 penduduk di kelurahan Kalibaru, 2% nya adalah lansia(920 jiwa).

18

Kader yang akan membantu peneliti untuk mewawancarai para lansia berjumlah 8 orang, dimana 1 orang dapat mewawancarai 16 lansia dalam 2 hari 1. Berikut ini, data jumlah lansia pada tiap RW No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 RW 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 Jumlah RT 12 15 11 12 13 13 10 11 10 10 15 14 13 12 Jumlah Lansia 17 35 28 55 78 84 95 87 68 89 77 55 63 89 Jumlah kumulatif 17 52 80 135 213 297 392 479 547 636 713 768 831 920

2. Berdasarkan data di atas, pemilihan RW dilakukan dengan cara : Penentuan interval = = 115

Berdasarkan interval tersebut, ditentukan RW yang akan diambil sampelnya, yaitu RW 4 6 7 8 10 11 13 14 Total Jumlah Lansia 55 84 95 87 89 77 63 89 639

No 1 2 3 4 5 6 7 8

3. Dari setiap RW akan ditentukan responden secara random sampling dengan proporsi responden sebagai berikut:

19

Lansia RW 4 = Lansia RW 6 = Lansia RW 7 = Lansia RW 8 = Lansia RW 10 = Lansia RW 11 = Lansia RW 13 = Lansia RW 14 = = = = = = = =

. 128 = 11.0 . 128 = 16.8 . 128 = 19.0 . 128 = 17.4 . 128 = 17.8 . 128 = 15.4 . 128 = 12.6 . 128 = 17.8

11 17 20 18 18 16 13 18

Total 131 Perbedaan total proporsi dengan estimasi sampel dikarenakan pembulatan ke atas 4. Melakukan pencatatan secara lengkap terhadap seluruh responden yang bersedia ikut serta dalam penelitian ini.

5. Kriteria Responden 4.6.1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi dari penelitian ini: - Para lanjut usia yang berumur 60 tahun - Bertempat tinggal tetap di Kelurahan Kalibaru, Jakarta Utara. - Lansia yang keadaan dimana kemungkinan sakit dan cacat sangat rendah - Lansia yang kemampuan kognitif dan fisik yang optimal - Lansia yang turut berperan aktif dalam masyarakat 4.6.2. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi dari penelitian ini:

20

Lansia yang memiliki hambatan sehingga tidak dapat diwawancara (tunawicara, tunarungu, tidak bisa membaca)

Lansia yang menolak untuk mengikuti penelitian Lansia yang berpindah-pindah tempat tinggal

6. Cara Pengumpulan Data dan Alat Pengambilan Data 4.7.1. Alokasi Subjek Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasi deskriptif yaitu cross sectional sehingga kelompok tidak diklasifikasikan kedalam kelompok studi maupun kelompok control. Pada penelitian ini hanya dilakukan observasi pada sekelompok lansia.

4.7.2. Pengukuran dan Intervensi a. Alat Ukur b. Teknik Pelaksanaan : kuesioner :

Pewawancara meminta persetujuan RT setempat untuk melaksanakan wawancara, jika disetujui, dengan bantuan kader setempat, menentukan waktu dan tempat yang sesuai untuk melaksanakan wawancara. Para kader membantu menanyakan kesediaan responden untuk diwawancarai. Jika responden menolak, tidak dipaksa

Pewawancara memulai dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud serta tujuan wawancara kepada responden, meyakinkan responden bahwa semua

jawabannya bersifat rahasia, serta menjelaskan kepada responden bahwa orang-orang yang dapat mengakses informasi wawancara ini hanya supervisor atau pihak lain yang berwenang. Pewawancara hendaknya bersikap netral dan objektif terhadap setiap respon. Hindari memberikan nasihat kepada responden, pewawancara harus bersikap ramah, sopan dan sabar

21

Pewawancara mencatat lamanya waktu wawancara dari awal hingga selesai Sebelum menutup wawancara, pewawancara memeriksa kembali apakah semua informasi yang dibutuhkan sudah diperoleh. Kemudian pewawancara mengucapkan terima kasih kepada responden.

7. Rencana Pengolahan dan Analisis Data Tahap-tahap rencana pengolahan dan analisis data : Editing Editing merupakan proses untuk memeriksa kelengkapan jawaban, kejelasan tulisan serta kesesuaian jawaban setelah pengumpulan data yang dilakukan oleh supervisor. Bila terdapat kekurangan dari hal-hal tersebut, maka supervisor akan meminta pewawancara untuk memperbaikinya dan kalau diperlukan, pewawancara akan turun ke lapangan lagi, apabila jawaban responden tidak jelas atau tidak masuk akal Coding Jawaban responden dipindahkan kedalam kotak kode. Agar lebih mudah diperiksa. Double Data Entry Kegiatan memindahkan data dari tempat pengumpulan data ke dalam computer. Data entry dapat dilakukan secara manual dengan computer menggunakan program SPSS. Double data entry adalah cara untuk meningkatkan akurasi data. Double entry data ini dilakukan oleh 2 orang dan mengentry data yang sama lalu dibandingkan untuk melihat kesalahan data yang sudah di entry. Cleaning Data Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. Data cleaning dapat dilakukan dengan membuat table distribusi frekuensi pada program SPSS. Tabel

22

distribusi

frekuensi

digunakan

untuk

mengetahui

missing

data,variasi data, dan memeriksa konsistensi variable yang satu dengan yang lain. Analisis Data Proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih sederhana, mudah dibaca, dan diintepretasikan dengan menggunakan program analisis statistik

Chi Square untuk melihat hubungan antara aspek fisik, nutrisi dan psikososial terhadap successful aging.

23

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Gayle Y. A new multidimensional model of successful aging: perception of Japanese American older adults. J Cross Cult Gerontol. 2011. 2. Definition of an older or elderly Person[Internet]. 2014 [cited 2014 Jan 17] Available from: http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/. 3. Cokorda. Mengenal successful aging[Internet]. 2014 [cited 2014 Jan 17]. Available from: http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=2 4&id=28762. 4. Boedhi-Darmojo R. Buku Ajar Geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Edisi ke2. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran FKUI; 2000 5. Anne-Sophie, Nicholas, Andrieu, Sandrine, Fati Nourhashemi, Rolland, Yves;et al. Successful aging and nutrition / Comment. Nutrition Reviews. 2001; 59, 8; pg. S88 6. Wellman NSK, BarbaraKirk-Sanchez, Neva J.Johnson, Paulette M. Eat better & move more: A community-based program designed to improve diets and increase physical activity among older americans. Am J Public Health. 2007;97(4):7107 7. Syme SL. Psychosocial interventions to improve successful aging. Ann Intern Med. 2003;139(5):4002 8. Lawton MP, Broody EM. Assessment of older people : self-maintaining and instrumental activities of daily living. Gerontologist 1969 9. Ward G,et al. A review of instrumental ADL assessment for use with elderly people. Rev Clin Gerontol 1998;8(1):65-71 10. David G. Myers. 1993. Social Psychology. McGraw Hill. 11. WHO | Nutrition [Internet]. WHO. [cited 2014 Jan 21]. Available from: http://www.who.int/topics/nutrition/en/ 12. Depp CA, Jeste DV. Definitions and Predictors of Successful Aging: A Comprehensive Review of Larger Quantitative Studies. Am J Geriatr Psychiatry. 2006;14(1):620.

25

13. WHO | WHO Quality of Life-BREF (WHOQOL-BREF) [Internet]. WHO. [cited 2014 Jan 21]. Available from: http://www.who.int/substance_abuse/research_tools/whoqolbref/en/ 14. Prof Yvone Suzy Handajani.2007.Gambaran Kesehatan pada Masyarakat Lanjut Usia di DKI Jakarta dan Hubungan dengan Determinannya. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya. 15. Castro AB, Gee GC, Takeuchi DT. Examining alternative measures of social disadvantage among Asian Americana :the relevance of economic opportunity, subjective social status, adn financial strain for health. J Immigrant Minority Health. 20120;12:659-71

26

Anda mungkin juga menyukai