Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Setiap daerah dan begitu pula setiap negara mempunyai ciri khas kebudayaan
yang dimiliki. Dimana kebudayaan itu turun temurun dilakukan dan diwariskan
pada anak dan cucu agar bias hidup bersama dengan manusia dan segenap
anggota masyarakat dengan rukun dan mencapai tujuan bersama yakni
ketentraman dan keamanan social. Dan islam adalah sebuah agama yang
berhadapan dengan berbagai kebudayaan dunia, sehingga secara langsung ataupun
tidak akan berpengaruh pada kebudayaan dunia.

B. TUJUAN
Makalah yang kami susun ini bertujuan :
1. untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Agama Dasar/Ilmu Budaya
Dasar/Ilmu Sosial Dasar
2. sebagai wacana untuk lebih mengenal kebudayaan dan islam dalam kaitannya
dengan penerapan kebudayaan.
3. sebagai literatur untuk lebih memahami asimilasi kebudayaan

C. RUMUSAN MASALAH
A. Definisi Kebudayaan, Asimilasi Dan Asimilasi Kebudayaan
B. Agama Islam Dan Peranannya Dalam Budaya Negara-Negara Timur
Tengah
C. Kaidah fiqhiyah dalam islam
D. Islam untuk semua kebudayaan dan semua kebudayaan bisa berasimilasi
dengan islam.
E. Mengapa dikatakan asimilasi kebudayaan dengan islam bukan dikatakan
sebagai bentuk akulturasi kebudayaan?


2

BAB II
PEMBAHASAN


A. Definisi Kebudayaan, Asimilasi Dan Asimilasi Kebudayaan

A.1. Definisi kebudayaan
Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki
arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurut Soerjanto
Poespowardojo 1993). Selain itu Budaya atau kebudayaan berasal daribahasa
Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Adapun menurut istilah Kebudayaan merupakan suatu yang agung dan mahal,
tentu saja karena ia tercipta dari hasil rasa, karya, karsa,dan cipta manusia yang
kesemuanya merupakan sifat yang hanya ada pada manusia.Tak ada mahluk lain
yang memiliki anugrah itu sehingga ia merupakan sesuatuyang agung dan mahal
Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan sistem gagasan
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar.
1


Definisi kebudayaan memiliki arti yang sangat luas dan beragam namun tetap
satu arti dan berikut adalah definisi kebudayaan dari beberapa tokoh ahli:
1. Herkovis
Kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi lain.
2. Andreas Eppink
Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-
lain.
3. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi

1
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/10/11/kebudayaan-nasional/ diunduh tanggal 5
Desember 2012
3

Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari beberapa definisi kebudayaan diatas dapat disimpulkan bahwa
kebudayaan adalah suatu sarana hasil karya, rasa, dan cipta yang mengandung
keseluruhan aspek sosial dan diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi.
2


A.2. Definisi Asimilasi
3

Asimilasi atau assimilation adalah proses sosial yang timbul bila ada
golongan-golongan manusia dengan latar belakangan kebudayaan yang berbeda-
beda yang saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama,
sehingga kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing
berubah sifatnya yang khas, dan unsur-unsurnya masing-masing berubah menjadi
unsur-unsur kebudayaan campuran. Secara singkat, asimilasi adalah pembauran
dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli
sehingga membentuk kebudayaan baru.

Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan berikut:
1. terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan berbeda.
2. terjadi pergaulan antarindividu atau kelompok secara intensif dan dalam waktu
yang relatif lama.
3. Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling berubah dan
menyesuaikan diri.

A.3. Definisi Asimilasi Kebudayaan
Dari pemaparan dua definisi diatas maka dapat kita paparkan definisi
asimilasi kebudayaan. Asimilasi kebudayaan adalah suatu kebudayaan yang
merupakan hasil dari percampuran dua budaya yang berbeda yang menghasilkan
suatu bentuk kebudayaan baru.


2
http://imanizty.wordpress.com/2012/06/14/kebudayaan-adalah-ciri-khas-bangsa-indonesia/
diunduh tanggal 5 Desember 2012
3
http://id.wikipedia.org/wiki/Asimilasi_%28sosial%29 diunduh tanggal 5 Desember 2012
4

B. Agama Islam Dan Peranannya Dalam Budaya Negara-Negara Timur
Tengah
Agama Islam adalah sebuah agama samawi yang dibawa oleh utusan Allah
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Inti ajaran agama islam yakni
mengesakan Allah dalam ibadah. Sebelum kedatangan islam, seluruh penduduk
bumi mempunyai banyak sekali sesembahan-sesembahan yang mereka sembah.
Ada diantara manusia menyembah matahari yang tersebar di negeri india, ada
pula yang menyembah api sebagaimana negeri Persia, ada pula yang menyembah
pohon dan batu berupa patung-patung yang dipahat yang mana ini tersebar meluas
diseluruh negeri.
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama
sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya.
Dengan agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah
hanya meridhoi Islam sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu
tidak ada suatu agama pun yang diterima selain Islam.
Allah taala berfirman,


Muhammad itu bukanlah seorang ayah dari salah seorang lelaki diantara
kalian, akan tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para Nabi. (QS. Al
Ahzab: 40)
Allah taala juga berfirman,


Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.(QS.Ali Imran:
19)
Allah taala berfirman,


Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam maka tidak akan pernah
diterima darinya dan di akhirat nanti dia akan termasuk orang-orang yang
merugi. (QS. Ali Imran: 85)
5

Allah taala mewajibkan kepada seluruh umat manusia untuk beragama demi
Allah dengan memeluk agama ini. Allah berfirman kepada Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam,


Katakanlah: Wahai umat manusia, sesungguhnya aku ini adalah utusan
Allah bagi kalian semua, Dialah Dzat yang memiliki kekuasaan langit dan bumi,
tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, Dia lah yang menghidupkan dan
mematikan. Maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya seorang Nabi
yang ummi (buta huruf) yang telah beriman kepada Allah serta kalimat-kalimat-
Nya, dan ikutilah dia supaya kalian mendapatkan hidayah. (QS. Al Araaf: 158)
Di dalam Shahih Muslim terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan dari jalur
Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Beliau bersabda yang artinya, Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di
tangannya. Tidaklah ada seorang manusia dari umat ini yang mendengar
kenabianku, baik yang beragama Yahudi maupun Nasrani lantas dia meninggal
dalam keadaan tidak mau beriman dengan ajaran yang aku bawa melainkan dia
pasti termasuk salah seorang penghuni neraka.
Hakikat beriman kepada Nabi adalah dengan cara membenarkan apa yang
beliau bawa dengan disertai sikap menerima dan patuh, bukan sekedar
pembenaran saja. Oleh sebab itulah maka Abu Thalib tidak bisa dianggap sebagai
orang yang beriman terhadap Rasul shallallahu alaihi wa sallam walaupun dia
membenarkan ajaran yang beliau bawa, bahkan dia berani bersaksi bahwasanya
Islam adalah agama yang terbaik.
Agama Islam ini telah merangkum semua bentuk kemaslahatan yang
diajarkan oleh agama-agama sebelumnya. Agama Islam yang beliau bawa ini
lebih istimewa dibandingkan agama-agama terdahulu karena Islam adalah ajaran
yang bisa diterapkan di setiap masa, di setiap tempat dan di masyarakat manapun.
Agama Islam adalah agama yang benar. Sebuah agama yang telah
mendapatkan jaminan pertolongan dan kemenangan dari Allah taala bagi siapa
saja yang berpegang teguh dengannya dengan sebenar-benarnya. Allah taala
berfirman,
6


Dia lah Zat yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa Petunjuk dan
Agama yang benar untuk dimenangkan di atas seluruh agama-agama yang ada,
meskipun orang-orang musyrik tidak menyukainya. (QS. Ash Shaff: 9)
Agama Islam adalah ajaran yang mencakup akidah/keyakinan dan
syariat/hukum. Islam adalah ajaran yang sempurna, baik ditinjau dari sisi aqidah
maupun syariat-syariat yang diajarkannya:
1. Islam memerintahkan untuk mentauhidkan Allah taala dan melarang
kesyirikan.
2. Islam memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang dusta.
3. Islam memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang aniaya.
4. Islam memerintahkan untuk menunaikan amanat dan melarang berkhianat.
5. Islam memerintahkan untuk menepati janji dan melarang pelanggaran janji.
6. Islam memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua dan melarang
perbuatan durhaka kepada mereka.
7. Islam memerintahkan untuk menjalin silaturahim (hubungan kekerabatan yang
terputus) dengan sanak famili dan Islam melarang perbuatan memutuskan
silaturahim.
8. Islam memerintahkan untuk berhubungan baik dengan tetangga dan melarang
bersikap buruk kepada mereka.

Secara umum dapat dikatakan bahwasanya Islam memerintahkan semua
akhlak yang mulia dan melarang akhlak yang rendah dan hina. Islam
memerintahkan segala macam amal salih dan melarang segala amal yang jelek.
Allah taala berfirman,


Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil, ihsan dan memberikan nafkah
kepada sanak kerabat. Dan Allah melarang semua bentuk perbuatan keji dan
mungkar, serta tindakan melanggar batas. Allah mengingatkan kalian agar kalian
mau mengambil pelajaran. (QS. An Nahl: 90)
4



4
http://muslim.or.id/aqidah/agama-islam.html diunduh tanggal 11 desember 2012
7

Begitu sempurna ajaran islam sehingga masyarakat rabbany hasil didikan
ajaran islam telah terbentuk dan menerapkan islam dalam keseharian mereka.
Masyarakat itu tidak lain adalah masyarakat yang terdiri dari sahabat-sahabat nabi
yang mana mereka adalah kaum dan ummat terbaik di muka bumi. dan
Sahabat adalah orang yang berjumpa dengan Nabi shallallahualaihi wa
sallam dalam keadaan muslim, meninggal dalam keadaan Islam, meskipun
sebelum mati dia pernah murtad seperti Al Asyats bin Qais. Sedangkan yang
dimaksud dengan berjumpa dalam pengertian ini lebih luas daripada sekedar
duduk di hadapannya, berjalan bersama, terjadi pertemuan walau tanpa bicara, dan
termasuk dalam pengertian ini pula apabila salah satunya (Nabi atau orang
tersebut) pernah melihat yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu Abdullah bin Ummi Maktum radhiyallahuanhu yang
buta matanya tetap disebut sahabat (lihat Taisir Mushthalah Hadits, hal. 198, An
Nukat, hal. 149-151)
5

Allah memuji para sahabat dalam firmanNya
/OO4O` NOcO *.- _ 4g~-.-4
+OE4` +7.-Og- O>4N
jOO7^- +7.4EO+O 4LuO4 W
_.4O> 4-+O -4Oc 4pO74-:4C
1E;_ =}g)` *.- L^4O;jO4 W
-EOc O) )_g-ON_N ;}g)` @O
g1OOO- _ ElgO _UV4` O)
gO.4OO+-- _ eUV4`4 O)
1_e"- >vO4OE E4Ou=
+O4*;CE- +4OEe4* E^U^4-c
O4O4c _O>4N gOg~Oc CUuNC
4v-OO- E^14Og Njgj
4OO7^- E4N4 +.- 4g~-.-
W-ONL4`-47 W-OUg4N4
geE)UO- gu+g` LE4Og^E`
-O;_4 Og4N ^g_
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.
kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,
tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti

5
http://muslim.or.id/manhaj/inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html diunduh tanggal 11
Desember 2012
8

tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu
kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan
hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Q.S Al-Fath:29)
Begitu pula nabi kita yang mulia memuji para sahabat sebagaimana kita
ketahui ucapan beliau bukan berdasarkan hawa nafsunya. Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sebaik-baik umat manusia adalah
generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabiin) dan
kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabiut tabiin). (Muttafaq
alaih)
6


Karena mereka dididik langsung oleh nabi, maka hasilnya mereka para
sahabat ridhwanullah ajmain mengamalkan islam dalam keseharian mereka,yang
mana sebelumnya kebiasaan mereka maupun kebudayaan mereka sangat jauh
berbeda dengan ajaran islam. Islam datang meluruskan jiwa-jiwa mereka sehingga
mereka mendapatkan kejayaan dan berhasil menjadikan ajaran islam sebagai
bagian rutinitas mereka sehingga terciptalah suatu kebudayaan yang diwariskan
turun temurun dalam masyarakat rabbany yang berjalan diatas rel-rel syariat.
Ketika mereka para sahabat telah menerapkan islam dalam semua aspek
hidup mereka dengan demikian islam menjadi sesuatu yang diwariskan turun
temurun sehingga terciptalah kebudayaan yang berlandaskan wahyu yakni islam.
Islam semakin meluas dan diterima oleh banyak lapisan masyarakat dan juga
banyak negeri, maka dengan islamnya negeri-negeri setiap individu merasa butuh
untuk mempelajari islam dan juga menerapkannya atau mengamalkannya dalam
keseharian mereka.
Dari sejarah dapat diketahui penyebaran islam dimulai dari daerah-daerah
terdekat dengan kota madinah sehingga seluruh jazirah arab mengenal islam
dengan baik dan mengamalkan ajaran islam sehingga secara langsung
mempengaruhi budaya setempat untuk disesuaikan dengan ajaran islam.

6
ibid
9

Contoh budaya masyarakat yang sangat jelas terlihat adalah pada syariat hijab
untuk kaum wanita muslimah. Sebelum islam datang, masyarakat jazirah arab
atau negeri-negeri timur tengah mempunyai kebudayaan berpakaian ala kadarnya
dan tidak jarang mereka tidak mengenakan sehelai benangpun ketika mereka
beribadah haji ke kabah. Ketika islam dating, islam mengatur batasan-batasan
berpakaian bagi muslimah untuk mengangkat derajat muslimah dengan
pensyariatan hijab bagi muslimah. Dan kaum muslimah diawal-awal islam
mengamalkan syariat tersebut dan menyebar ke daerah-daerah perluasan islam
sehingga menjadi ciri bahwa masyarakat Negeri-negeri Muslim kaum wanitanya
berhijab rapat sesuai syarI sehingga menjadi suatu kebudayaan islam.
Berikut penjelasan ustadz Abu Ayyaz pada blog yang beliau miliki
7

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang Mumin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Al Ahzab: 59)
Ayat ini tegas menjadi dalil atas wajibnya mengenakan jilbab bagi setiap
muslimah. Kewajiban mengenakan jilbab dalam ketentuan syariah sepadan
dengan kewajiban-kewajiban lainnya yang telah diatur dalam agama. Hal ini
bertolak belakang dengan anggapan sebagian orang yang menyatakan bahwa
jilbab merupakan produk budaya, atau ketentuan yang terikat secara kondisional
sehingga hukumnya boleh-boleh saja dikenakan.
Para pembaca perlu mengerti, dalam sejarah penetapan hukum syariah
(tarikh tasyri) telah digambarkan bahwa kebudayaan wanita-wanita Arab
jahiliyah sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam
ialah dalam keadaan terbuka auratnya, bahkan telanjang bulat ketika thawaf di
Kabah. Mereka melemparkan pakaian mereka dan meninggalkannya tergeletak
di atas tanah. Mereka tidak lagi mengambil pakaian tersebut untuk selamanya,
membiarkannya terinjak-injak oleh kaki orang-orang yang lalu lalang hingga
pakaian tersebut usang. Demikian kebiasaan jahiliyah yang dinamakan Al-Liqa

7
http://abuayaz.blogspot.com/2010/08/jilbab-wanita-muslimah.html
Diunduh tanggal 5 Desember 2012
10

ini berlangsung hingga datanglah Islam dan Allah memerintahkan mereka untuk
menutup auratnya, sebagaimana dalam firman-Nya surat Al-Araf ayat 31.
(Syarh Shahiih Muslim, Al-Imam An-Nawawi, 18/369).
Maka sungguh tidak relevan jika anggapan tersebut kita korelasikan dengan
kenyataan budaya Arab pada masa pra-Islam.
Adapun setelah itu Rasulullah Shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam
mewajibkan kepada isteri-isteri beliau, anak perempuan beliau dan wanita-wanita
kaum Muminin untuk mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka. Ini
menunjukkan bahwa jilbab bukanlah produk budaya Arab, akan tetapi murni
wahyu dari Allah yang turun kepada Nabi-Nya Muhammad Shallallahu alaihi wa
ala alihi wasallam guna diamalkan oleh segenap ummatnya dari kalangan
Muslimah dimanapun mereka berada sampai datangnya hari Kiamat.
Namun yang masih menjadi persoalan ialah biasnya definisi jilbab yang
dipahami ditengah masyarakat kita. (selesai penjelasan beliau)
Contoh Di atas hanya merupakan salah satu contoh islam menjadi sebuah
budaya dalam masyarakat, karena dalam prakteknya banyak sekali ajaran-ajaran
islam yang membudaya terutama pada masyarakat negeri-negeri Timur Tengah.

C. Kaidah Fiqhiyyah Dalam Islam.
Sebagaimana telah dijelaskan secara global diatas bahwa islam adalah sebuah
agama yang sudah sempurna, maka islam mepunyai kaidah-kaidah fiqhiyyah atau
batasan-batasan secara tinjauan hukum fiqhnya untuk menjaga kemurnian agama
islam ketika berhadapan dengan beragam budaya masyarakat di dunia karena
Agama Islam ditujukan untuk semua penduduk bumi yang notabene mempunyai
bermacam-macam kebudayaan.

C.1. Kaidah dalam beribadah
"Hukum asal dalam beribadah adalah haram dan batal kecuali yang ada
dalil yang memerintahkan"
Ada beberapa dalil , diantaranya adalah ayat Al Qur'an surah al Hujurat :1
11

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui. (QS. Al Hujurat :1)
Maksudnya orang-orang mukmin tidak boleh menetapkan sesuatu hukum,
sebelum ada ketetapan dari Allah dan RasulNya. Tidak boleh membuat cara
ibadah sebelum ada perintah dari Allah dan tuntunan dari Rasulullah.
Ibadah pada dasarnya adalah haram dan batal. Hukum asalnya adalah haram,
dan sesuatu yang batal, tidak syah, tidak berguna dan sia-sia.
Hukum haram dapat berubah menjadi wajib, atau sunnah apabila ada perintah
dari Allah dan Rasul-Nya.. Apabila tidak ada perintah dari Allah dan Rasul-Nya
atau apabila tidak ada dalil yang menyuruh (perintah) melakukannya, ia kembali
kepada hukum asal HARAM.
Hukum-hukum dalam beribadah sudah baku, hak mutlak / otoritas Allah
(karena Dia- lah yang menciptakan cara beribadah sehingga tidak ada peluang
bagi manusia untuk membuat cara baru walaupun dipandang baik). Hukum dalam
ibadah berupa mandat dari Allah dengan cara mengikuti Rasulullah, manusia
hanya menjalankan sesuai isi mandat dan juklak ( petunjuk pelaksanaan : Al
Qur'an dan Hadits Shahih). Apabila dilaksanakan atau tidak dilaksanakan, apabila
sesuai atau tidak sesuai, ada ganjaran, yaitu pahala dan dosa.


" Hukum asal ibadah adalah ( apabila ada) perintah"
Dalilnya adalah :
"Katakanlah: "Sesungguhnya Aku diperintahkan supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (QS. Az
Zumar : 11)
Tanpa adanya perintah Allah atau dari Rasul-Nya, maka siapa yang
memerintahkannya ? Kalau bukan atas perintah Allah dan Rasul-Nya maka bisa
terjatuh dalam kesyirikan, berarti ada "tuhan" lain yang memerintahkan cara
beribadah sesuai kemauan si "tuhan" tersebut. Padahal yang membuat cara
beribadah dan cara menyembah kepada Allah hanyalah Allah semata.
Maka tidak boleh melakukan suatu ibadah, walaupun (cara /model ibadah
tanpa dasar tadi) dipandang baik oleh orang [baca : bid'ah hasanah] dan dilakukan
12

oleh orang banyak. Lebih baik diam (tidak mengerjakan) apabila tidak tahu
dalilnya, atau bertanya kepada yang mengetahui hukumnya.
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah
mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap
Allah)." [ QS. Al An'am : 116]
Dalam ibadah jangan mengikuti persangkaan atau perasaan. Ah ! itukan baik
!, yang penting niatnya baik !, lihat orang-orang, banyak yang melakukannya. Ah
! itukan sudah tradisi ! Orang-orang sebelum kita (nenek moyang kita, bapak-
bapak kita) juga melakukannya !
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan
Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah
kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu
apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".( QS. Al Baqarah : 170 )
Kalau tidak ada perintah Allah, atau kalau tidak ada contohnya dari
Rasulullah, maka kita perlu bertanya, perintah siapakah yang menyuruh beribadah
dengan model seperti itu ? Kalau seandainya perintah manusia ( misalnya :
Syaikh, Tuan Guru, Guru Tariqat, Kiyai, Habib, dll) maka merekalah yang kita
sembah. Karena mengikuti atau menta'ati cara beribadah yang dibuat oleh mereka
sendiri (seandainya tanpa dalil yang shahih). Secara tidak sadar terjatuh dalam
perbuatan syirik, karena ada si pembuat baru selain Allah. Ingat ! Hanya Allah
yang membuat cara ibadah dan hanya Allah yang patut disembah atau di ibadahi,

dan tidaklah Allah menciptakan Manusia dan Jin kecuali hanya untuk
beribadah kepada Allah,


Tidak ada satu pun ibadah dalam Islam, kecuali Nabi sudah
mencontohkannya, kemudian di ikuti oleh para sahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in.
Kita tidak boleh meniru atau mengikuti siapapun dalam beribadah, walau dia
dikatakan sebagai orang yang alim atau ulama, kecuali orang itu mengikuti
(ittiba') cara Rasulullah, maka ikutilah. Cara mengetahui bagaimana tata cara
13

Rasulullah dalam beribadah dan muamalah adalah dengan cara mempelajari
Hadits-hadits yang shahih.
Ibadah adalah hubungan, sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah,
dengan mengharap ridha-Nya, ampunan-Nya, dan pasti tujuannya kebaikan
(mencari pahala). Allah-lah yang menciptakan ibadah, karena itu tidak boleh
melakukan ibadah kecuali apa yang telah disyari'atkan Allah. Sebab hanya
Pembuat Syari'at (Allah) sendiri yang berhak membuat cara-cara ibadah bagi
hamba-Nya untuk mendekatkan diri pada-Nya. Bahanyanya adalah apabila kita
salah sembah. Siapa yang kita sembah ?

Hakikat ibadah tercermin dalam dua hal :
1. Tidak ada yang di ibadahi kecuali hanya Allah.
2. Tidak boleh beribadah kepada Allah kecuali dengan cara yang telah
disyari'atkan-Nya.
Atau dalam pengertian yang lain :
1. Ikhlas hanya kepada Allah semata.
2. Amalan tersebut harus dikerjakan atas tuntunan (ittiba') kepada Rasulullah.
Ikhlash dan mutabaah adalah syarat diterimanya ibadah [talqihul ifhamil illiyah
bi syarhil qawaidil fiqhiyah 1 : 54, qaidah no.15 ]
8


C.2. Kaidah Dalam Muamalah


"Hukum asal dari sesuatu (muamalah/keduniaan) adalah mubah sampai ada
dalil yang melarangnya (memakruhkannya atau mengharamkannya)"(Imam
As Suyuthi, dalam al Asyba' wan Nadhoir: 43)


"Tidak boleh dilakukan suatu ibadah kecuali yang disyari'atkan oleh Allah, dan
tidak dilarang suatu adat (muamalah) kecuali yang diharamkan oleh Allah"

8
http://elhijrah.blogspot.com/2011/02/memahami-kaidah-penting-dalam-
beribadah.html diunduh tanggal 5 Desember 2012

14

Muamalah (keduniaan) pada dasarnya adalah mubah. Asal hukumnya
boleh (jaiz). Ia berubah hukumnya apabila ada larangan. Apabila ada larangan,
sesuatu yang halal, maka berubah menjadi haram dan makruh. Apabila tidak
ada larangan, atau apabila tidak ada dalil yang melarangnya, ia kembali kepada
hukum asalnya, yaitu HALAL.
"Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di Bumi untuk kamu" (QS. Al
Baqarah : 29)
"Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi semuanya (sebagai rahmat)" (QS. Al Jatsiyah : 13)
Allah sama sekali tidak menciptakan segala sesuatu dan menundukkannya
bagi kepentingan manusia sebagai ni'mat, kemudian Allah lantas
mengharamkannya bagi manusia ? Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan
beberapa bagian saja, sehingga wilayah haram dalam agama sangat sempit sedang
wilayah halal sangat luas.
Prinsip dalam beribadah lebih menekankan pada larangan sampai ada
perintah, prinsip dalam muamalah lebih menekankan pada pembolehan
sampai ada larangan. Sampai kalau ada dalil (yang membolehkan atau yang
melarang), maka status hukumnya berubah.
Kaidah ini harus dipahami betul-betul dahulu, sampai mengerti benar. Sebab
banyak orang salah dalam beragama, karena tidak mengerti Kaidah (hukumnya).
Salah melangkah pada start awal, maka langkah selanjutnya semakin keliru.
Semakin menjauh dari rel-nya, keluar jalan.
Dalam hal ibadah, akal hanya tunduk pasrah, tunduk kepada wahyu, meniru
apa yang sudah dicontohkan berdasarkan Al-Quran dan Hadits shahih. Akal tidak
boleh mengutak-atik hukum, kecuali hukum suatu ayat dijelaskan oleh ayat yang
lain, atau suatu ayat dijelaskan oleh hadits, atau suatu hadits dijelaskan oleh hadits
yang lain. Dari hukum umum menjadi khusus.

Perhatikan Kaidah yang sangat mulia ini ! :


15

"Kalau sekiranya suatu perkara itu "baik",( pasti Rasulullah, para sahabat,
tabi'in dan tabi'it tabi'in ) lebih dahulu melaksanakannya" daripada kita, karena
mereka lebih 'alim lebih ta'at dan lebih tahu tentang agama daripada kita.
Contoh :
Shalat, kita hanya tinggal mencontoh cara Rasulullah shalat, berdasarkan
syariat Allah. Atas perintah Allah : "Dirikanlah shalat !

Bagaimana
cara shalatnya ? , dijelaskan lewat hadits-hadits Rasulullah, Shalatlah kamu
sebagaimana kamu melihat bagaimana cara saya shalat

.Tidak
boleh membuat cara shalat yang baru. Seperti Shalat Hadiyah, ada tidak dalilnya ?
Dalam muamalah, akal diberikan porsi yang seluas-luasnya,

(kamu lebih mengerti dengan urusan duniamu) tetapi dengan syarat tidak boleh
terlepas dari Al-Quran dan Hadits, pada pertimbangannya (sebagai barometer).
Dalam muamalah tidak terbatas pada benda, tetapi mencakup perbuatan dan
aktivitas-aktivitas yang tidak termasuk dalam urusan ibadah.
Contoh :
Boleh makan dan minum, menciptakan tekhnologi, membuat kendaraan,
komputer, komunikasi canggih, jual-beli, sewa-menyewa, bermasyarakat, dll
sesukanya, asalkan sampai batasan yang tidak diharamkan atau dimakruhkan oleh
syariat. Boleh makan sebatas tidak dimakruhkan dan diharamkan, misalnya ;
jangan makan pakai tangan kiri, jangan minum sambil berdiri, jangan makan
sampai kenyang berlebihan, jangan makan binatang yang buas, bertaring,
mempunyai cakar tajam dll. Makan dan minum pada dasarnya boleh, kecuali yang
dibatasi oleh Al Qur'an dan Hadits.
Ada orang yang mengatakan, "Kalau begitu naik Haji, kalau pakai Pesawat
Terbang, bid'ah dong ? Dulukan pakai onta !. Rupanya orang tersebut tidak
mengerti mana batasan pengertian bid'ah. Bid'ah hanya dalam pelaksanaan
ibadahnya. Naik Pesawat Terbang bukan termasuk dalam pelaksanaan ibadah
Haji. Tapi ia adalah sarana. Kalau begitu orang yang naik Haji dengan berjalan
kaki jadi bid'ah juga dong ! Seandainya naik Haji harus pakai Onta. Pesawat
Terbang adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan, maka sifatnya mubah.


16

"Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu dan telah
kusempurnakan atasmu nikmatku dan telah kuridha'i Islam sebagai agamamu"
(QS. Al Maidah : 3)
Agama Islam adalah agama yang sempurna, sesuatu yang sempurna tidak
boleh dan tidak perlu ditambahi atupun dikurangi, karena Allah sendiri yang
mengatakan "sempurna" Apabila menambahi atau mengurangi, maka ia lebih
hebat dari Allah dan Rasul-Nya. Apa-apa yang datangnya dari Allah pasti
disampaikan oleh Rasulullah, dan tidak ada yang disembunyikan.
Allah berfirman;
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
[QS. Al Baqarah :67]
Semua Sunnah yang datang dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
adalah upaya untuk menjelaskan Al-Quran. Tidak ada satu pun yang samar atau
tersembunyi dari semua penjelasan yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan
dunia dan akhirat, melainkan beliau telah jelaskan, ini menunjukkan bahwa agama
Islam sudah sempurna.
Para Sahabat telah memberi kesaksian atas hal itu pada peristiwa Hajjatul
Wada ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sendiri meminta mereka
memberikan kesaksian, bahwa beliau Shallallahu alaihi wa sallam sudah
menyampaikan seluruh risalah. Tidak ada satu pun yang beliau tidak sampaikan.
Semua sudah disampaikan, apa saja yang membawa manusia ke Surga sudah
beliau jelaskan, dan apa saja yang membawa manusia ke Neraka sudah beliau
jelaskan pula.
9


9
http://elhijrah.blogspot.com/2011/02/memahami-kaidah-penting-dalam-beribadah.html diunduh
tanggal 5 Desember 2012


17

Demikianlah agama islam mempunyai kaidah-kaidah dalam ibadah dan
muamalah ketika berhadapan dengan banyak kebudayaan dunia.

D. Islam Untuk Semua Kebudayaan
Sebagaimana pemaparan diatas bahwa islam adalah sebuah agama samawi
penutup agama-agama sebelumnya maka semua manusia sejak kedatangan islam
harus tunduk dan patuh pada syariat islam. Islam ajarannya telah sempurna
sehingga tidak memerlukan penambahan ataupun pengurangan juga karena islam
adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia yang menginginkan ketentraman
hidup. Sejarah telah membuktikan bahwa Islam bias diterapkan dalam kehidupan
masyarakat, terkhusus masyarakat binaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam yakni masyarakat yang terdiri dari para sahabat nabi ridhwanullahu
ajmain.
Allah Taala berfirman:


Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat
bagi seluruh manusia (QS. Al Anbiya: 107)
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam diutus dengan membawa ajaran
Islam, maka Islam adalah rahmatan lilalamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh
manusia.
Secara bahasa, rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat
Lisaanul Arab, Ibnul Mandzur). Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan
dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa
sallam adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.

Penafsiran Para Ahli Tafsir
1. Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Tafsir Ibnul Qayyim:
Pendapat yang lebih benar dalam menafsirkan ayat ini adalah bahwa rahmat
disini bersifat umum. Dalam masalah ini, terdapat dua penafsiran:
Pertama: Alam semesta secara umum mendapat manfaat dengan diutusnya
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam.
18

Orang yang mengikuti beliau, dapat meraih kemuliaan di dunia dan akhirat
sekaligus. Orang kafir yang memerangi beliau, manfaat yang mereka dapatkan
adalah disegerakannya pembunuhan dan maut bagi mereka, itu lebih baik bagi
mereka. Karena hidup mereka hanya akan menambah kepedihan adzab kelak di
akhirat. Kebinasaan telah ditetapkan bagi mereka. Sehingga, dipercepatnya ajal
lebih bermanfaat bagi mereka daripada hidup menetap dalam kekafiran.
Orang kafir yang terikat perjanjian dengan beliau, manfaat bagi mereka
adalah dibiarkan hidup didunia dalam perlindungan dan perjanjian. Mereka ini
lebih sedikit keburukannya daripada orang kafir yang memerangi Nabi
Shallallahu alaihi Wa sallam.
Orang munafik, yang menampakkan iman secara zhahir saja, mereka
mendapat manfaat berupa terjaganya darah, harta, keluarga dan kehormatan
mereka. Mereka pun diperlakukan sebagaimana kaum muslimin yang lain dalam
hukum waris dan hukum yang lain.
Dan pada umat manusia setelah beliau diutus, Allah Taala tidak memberikan
adzab yang menyeluruh dari umat manusia di bumi. Kesimpulannya, semua
manusia mendapat manfaat dari diutusnya Nabi Shallallahu alaihi Wa sallam.
Kedua: Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun orang yang beriman
menerima rahmat ini dan mendapatkan manfaat di dunia dan di akhirat.
Sedangkan orang kafir menolaknya. Sehingga bagi orang kafir, Islam tetap
dikatakan rahmat bagi mereka, namun mereka enggan menerima. Sebagaimana
jika dikatakan Ini adalah obat bagi si fulan yang sakit. Andaikan fulan tidak
meminumnya, obat tersebut tetaplah dikatakan obat

2. Muhammad bin Ali Asy Syaukani dalam Fathul Qadir:
Makna ayat ini adalah Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad,
dengan membawa hukum-hukum syariat, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh
manusia tanpa ada keadaan atau alasan khusus yang menjadi pengecualian.
Dengan kata lain, satu-satunya alasan Kami mengutusmu, wahai Muhammad,
adalah sebagai rahmat yang luas. Karena kami mengutusmu dengan membawa
sesuatu yang menjadi sebab kebahagiaan di akhirat

19

3. Muhammad bin Jarir Ath Thabari dalam Tafsir Ath Thabari:
Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna ayat ini, tentang apakah
seluruh manusia yang dimaksud dalam ayat ini adalah seluruh manusia baik
mumin dan kafir? Ataukah hanya manusia mumin saja? Sebagian ahli tafsir
berpendapat, yang dimaksud adalah seluruh manusia baik mumin maupun kafir.
Mereka mendasarinya dengan riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahuanhu dalam
menafsirkan ayat ini:
,

Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ditetapkan baginya
rahmat di dunia dan akhirat. Namun siapa saja yang tidak beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya, bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah
yang menimpa umat terdahulu, seperti mereka semua di tenggelamkan atau di
terpa gelombang besar
dalam riwayat yang lain:
,
Rahmat yang sempurna di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang
beriman kepada Rasulullah. Sedangkan bagi orang-orang yang enggan beriman,
bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa
umat terdahulu

4. Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi dalam Tafsir Al Qurthubi
Said bin Jubair berkata: dari Ibnu Abbas, beliau berkata:
,

Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam adalah rahmat bagi seluruh
manusia. Bagi yang beriman dan membenarkan ajaran beliau, akan mendapat
kebahagiaan. Bagi yang tidak beriman kepada beliau, diselamatkan dari bencana
yang menimpa umat terdahulu berupa ditenggelamkan ke dalam bumi atau
ditenggelamkan dengan air
Ibnu Zaid berkata:

20

Yang dimaksud seluruh manusia dalam ayat ini adalah hanya orang-orang
yang beriman

5. Ash Shabuni dalam Shafwatut Tafasir
Maksud ayat ini adalah Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad,
melainkan sebagai rahmat bagi seluruh makhluk. Sebagaimana dalam sebuah
hadits:

Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah) (HR. Al
Bukhari dalam Al Ilal Al Kabir 369, Al Baihaqi dalam Syuabul Iman 2/596.
Hadits ini di-shahih-kan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 490, juga dalam
Shahih Al Jami, 2345)
Orang yang menerima rahmat ini dan bersyukur atas nikmat ini, ia akan
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Allah Taala tidak mengatakan rahmatan lilmuminin, namun mengatakan
rahmatan lil alamin karena Allah Taala ingin memberikan rahmat bagi
seluruh makhluknya dengan diutusnya pemimpin para Nabi, Muhammad
Shallallahu alaihi Wa sallam. Beliau diutus dengan membawa kebahagiaan yang
besar. Beliau juga menyelamatkan manusia dari kesengsaraan yang besar. Beliau
menjadi sebab tercapainya berbagai kebaikan di dunia dan akhirat. Beliau
memberikan pencerahan kepada manusia yang sebelumnya berada dalam
kejahilan. Beliau memberikan hidayah kepada menusia yang sebelumnya berada
dalam kesesatan. Inilah yang dimaksud rahmat Allah bagi seluruh manusia.
Bahkan orang-orang kafir mendapat manfaat dari rahmat ini, yaitu ditundanya
hukuman bagi mereka. Selain itu mereka pun tidak lagi ditimpa azab berupa
diubah menjadi binatang, atau dibenamkan ke bumi, atau ditenggelamkan dengan
air

Pemahaman Yang Salah Kaprah
Permasalahan muncul ketika orang-orang menafsirkan ayat ini secara
serampangan, bermodal pemahaman bahasa dan logika yang dangkal. Atau
21

berusaha memaksakan makna ayat agar sesuai dengan hawa nafsunya.
Diantaranya pemahaman tersebut adalah:

1. Berkasih sayang dengan orang kafir
Sebagian orang mengajak untuk berkasih sayang kepada orang kafir, tidak perlu
membenci mereka, mengikuti acara-acara mereka, enggan menyebut mereka kafir,
atau bahkan menyerukan bahwa semua agama sama dan benar, dengan berdalil
dengan ayat:


Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat
bagi alam semesta (QS. Al Anbiya: 107)
Padahal bukan demikian tafsiran dari ayat ini. Allah Taala menjadikan Islam
sebagai rahmat bagi seluruh manusia, namun bentuk rahmat bagi orang kafir
bukanlah dengan berkasih sayang kepada mereka. Bahkan telah dijelaskan oleh
para ahli tafsir, bahwa bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa
musibah besar yang menimpa umat terdahulu. Inilah bentuk kasih sayang Allah
terhadap orang kafir, dari penjelasan sahabat Ibnu Abbas Radhiallahuanhu.

2. Berkasih sayang dalam kemungkaran
Sebagian kaum muslimin membiarkan orang-orang meninggalkan shalat,
membiarkan pelacuran merajalela, membiarkan wanita membuka aurat mereka di
depan umum bahkan membiarkan praktek-praktek kemusyrikan dan enggan
menasehati mereka karena khawatir para pelaku maksiat tersinggung hatinya jika
dinasehati, kemudian berkata : Islam khan rahmatan lilalamin, penuh kasih
sayang. Sungguh aneh.
Padahal bukanlah demikian tafsir surat Al Anbiya ayat 107 ini. Islam sebagai
rahmat Allah bukanlah bermakna berbelas kasihan kepada pelaku kemungkaran
dan membiarkan mereka dalam kemungkarannya. Sebagaiman dijelaskan Ath
Thabari dalam tafsirnya di atas, Rahmat bagi orang mumin yaitu Allah
memberinya petunjuk dengan sebab diutusnya Rasulullah Shallallahu alaihi Wa
sallam. Beliau Shallallahu alaihi Wa sallam memasukkan orang-orang beriman
ke dalam surga dengan iman dan amal mereka terhadap ajaran Allah.
22

Maka bentuk kasih sayang Allah terhadap orang mumin adalah dengan memberi
mereka petunjuk untuk menjalankan perinta-perintah Allah dan menjauhi apa
yang dilarang oleh Allah, sehingga mereka menggapai jannah. Dengan kata lain,
jika kita juga merasa cinta dan sayang kepada saudara kita yang melakukan
maksiat, sepatutnya kita menasehatinya dan mengingkari maksiat yang
dilakukannya dan mengarahkannya untuk melakukan amal kebaikan.
Dan sikap rahmat pun diperlukan dalam mengingkari maksiat. Sepatutnya
pengingkaran terhadap maksiat mendahulukan sikap lembut dan penuh kasih
sayang, bukan mendahulukan sikap kasar dan keras. Rasulullah Shallallahu
alaihi Wa sallam bersabda:
.
Tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu, kecuali akan menghiasnya. Tidaklah
kelembutan itu hilang dari sesuatu, kecuali akan memperburuknya (HR. Muslim
no. 2594)

3. Berkasih sayang dalam penyimpangan beragama
Adalagi yang menggunakan ayat ini untuk melegalkan berbagai bentuk
bidah, syirik dan khurafat. Karena mereka menganggap bentuk-bentuk
penyimpangan tersebut adalah perbedaan pendapat yang harus ditoleransi
sehingga merekapun berkata: Biarkanlah kami dengan pemahaman kami, jangan
mengusik kami, bukankah Islam rahmatan lilalamin?. Sungguh aneh.
Menafsirkan rahmat dalam surat Al Anbiya ayat 107 dengan kasih sayang dan
toleransi terhadap semua pemahaman yang ada pada kaum muslimin, adalah
penafsiran yang sangat jauh. Tidak ada ahli tafsir yang menafsirkan demikian.
Perpecahan ditubuh ummat menjadi bermacam golongan adalah fakta, dan
sudah diperingatkan sejak dahulu oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa
sallam. Dan orang yang mengatakan semua golongan tersebut itu benar dan
semuanya dapat ditoleransi tidak berbeda dengan orang yang mengatakan semua
agama sama. Diantara bermacam golongan tersebut tentu ada yang benar dan ada
yang salah. Dan kita wajib mengikuti yang benar, yaitu yang sesuai dengan ajaran
Nabi Shallallahu alaihi Wa sallam. Bahkan Ibnul Qayyim mengatakan tentang
rahmat dalam surat Al Anbiya ayat 107: Orang yang mengikuti beliau, dapat
23

meraih kemuliaan di dunia dan akhirat sekaligus. Artinya, Islam adalah bentuk
kasih sayang Allah kepada orang yang mengikuti golongan yang benar yaitu yang
mau mengikuti ajaran Nabi Shallallahu alaihi Wa sallam.
Pernyataan biarkanlah kami dengan pemahaman kami, jangan mengusik
kami hanya berlaku kepada orang kafir. Sebagaimana dinyatakan dalam surat
Al Kaafirun:


Katakanlah: Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku
tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. dan kamu tidak pernah
(pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan
untukkulah, agamaku
Sedangkan kepada sesama muslim, tidak boleh demikian. Bahkan wajib
menasehati bila saudaranya terjerumus dalam kesalahan. Yang dinasehati pun
sepatutnya lapang menerima nasehat. Bukankah orang-orang beriman itu saling
menasehati dalam kebaikan?


Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran (QS. Al Ashr: 1 3)
Dan menasehati orang yang berbuat menyimpang dalam agama adalah bentuk
kasih sayang kepada orang tersebut. Bahkan orang yang mengetahui saudaranya
terjerumus ke dalam penyimpangan beragama namun mendiamkan, ia mendapat
dosa. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam:
.

Jika engkau mengetahui adanya sebuah kesalahan (dalam agama) terjadi
dimuka bumi, orang yang melihat langsung lalu mengingkarinya, ia sama seperti
orang yang tidak melihat langsung (tidak dosa). Orang yang tidak melihat
langsung namun ridha terhadap kesalahan tersebut, ia sama seperti orang yang
24

melihat langsung (mendapat dosa) (HR. Abu Daud no.4345, dihasankan Al
Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud)
Perselisihan pendapat pun tidak bisa dipukul-rata bahwa semua pendapat bisa
ditoleransi. Apakah kita mentoleransi sebagian orang sufi yang berpendapat shalat
lima waktu itu tidak wajib bagi orang yang mencapai tingkatan tertentu? Atau
sebagian orang kejawen yang menganggap shalat itu yang penting ingat Allah
tanpa harus melakukan shalat? Apakah kita mentoleransi pendapat Ahmadiyyah
yang mengatakan bahwa berhaji tidak harus ke Makkah? Tentu tidak dapat
ditoleransi. Jika semua pendapat orang dapat ditoleransi, hancurlah agama ini.
Namun pendapat-pendapat yang berdasarkan dalil shahih, cara berdalil yang
benar, menggunakan kaidah para ulama, barulah dapat kita toleransi.

4. Menyepelekan permasalahan aqidah
Dengan menggunakan ayat ini, sebagian orang menyepelekan dan enggan
mendakwahkan aqidah yang benar. Karena mereka menganggap mendakwahkan
aqidah hanya akan memecah-belah ummat dan menimbulkan kebencian sehingga
tidak sesuai dengan prinsip bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin.
Renungkanlah perkataan Ash Shabuni dalam menafsirkan rahmatan lil
alamin: Beliau Shallallahu alaihi Wa sallam memberikan pencerahan kepada
manusia yang sebelumnya berada dalam kejahilan. Beliau memberikan hidayah
kepada menusia yang sebelumnya berada dalam kesesatan. Inilah yang dimaksud
rahmat Allah bagi seluruh manusia. Rasulullah Shallallahu alaihi Wa sallam
menjadi rahmat bagi seluruh manusia karena beliau membawa ajaran tauhid.
Karena manusia pada masa sebelum beliau diutus berada dalam kesesatan berupa
penyembahan kepada sesembahan selain Allah, walaupun mereka menyembah
kepada Allah juga. Dan inilah inti ajaran para Rasul. Sebagaimana firman Allah
Taala:


Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut (QS. An Nahl: 36)
Selain itu, bukankah masalah aqidah ini yang dapat menentukan nasib
seseorang apakah ia akan kekal di neraka atau tidak? Allah Taala berfirman:
25


Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun (QS. Al Maidah:
72)
Oleh karena itu, adakah yang lebih urgen dari masalah ini?
Kesimpulannya, justru dakwah tauhid, seruan untuk beraqidah yang benar
adalah bentuk rahmat dari Allah Taala. Karena dakwah tauhid yang dibawa oleh
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam adalah rahmat Allah, maka
bagaimana mungkin menjadi sebab perpecahan ummat? Justru kesyirikanlah yang
sebenarnya menjadi sebab perpecahan ummat. Sebagaimana firman Allah Taala:


Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu
orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada
golongan mereka (QS. Ar Ruum: 31-32)

Pemahaman Yang Benar
Berdasarkan penafsiran para ulama ahli tafsir yang terpercaya, beberapa
faedah yang dapat kita ambil dari ayat ini adalah:
1. Di utusnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam sebagai Rasul
Allah adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.
2. Seluruh manusia di muka bumi diwajibkan memeluk agama Islam.Hukum-
hukum syariat dan aturan-aturan dalam Islam adalah bentuk kasih sayang Allah
Taala kepada makhluk-Nya.
3. Seluruh manusia mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi Wa sallam baik yang beriman, orang-orang kafir dan juga
orang-orang munafik.
4. Rahmat yang sempurna hanya didapatkan oleh orang yang beriman kepada
ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam
26

5. Orang yang beriman kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi Wa sallam, membenarkan beliau serta taat kepada beliau,
akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
6. Secara umum, orang kafir mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam berupa dihindari dari adzab yang
menimpa umat-umat terdahulu yang menentang Allah.
7. Orang munafik yang mengaku beriman di lisan namun ingkar di dalam hati
juga mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
Wa sallam. Mereka mendapat manfaat berupa terjaganya darah, harta, keluarga
dan kehormatan mereka. Mereka pun diperlakukan sebagaimana kaum
muslimin yang lain dalam hukum waris dan hukum yang lain. Namun di
akhirat kelak Allah akan menempatkan mereka di dasar neraka Jahannam.
8. Pengutusan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam menjadi rahmat
karena beliau telah memberikan pencerahan kepada manusia yang awalnya
dalam kejahilan dan memberikan hidayah kepada manusia yang awalnya
berada dalam kesesatan berupa peribadatan kepada selain Allah.
10


Penjelasan tentang islam rahmatan lil alamin sangat memuaskan sehingga
jelas bahwa islam adalah untuk semua manusia di muka bumi ini. Allah Maha
Mengetahui bahwa semua manusia di bumi mempunyai kebudayaan yang
berbeda-beda sebanyak yang Allah kehendaki, dan dengan rahmatNya Allah
mengajarkan dan hanya meridhai syariat Islam untuk semua manusia yang terdiri
dari berbagai kebudayaan. Dimana islam telah mempunyai aturan-aturan dan
kaidah-kaidah umum agar semua budaya bias berasimilasi dengan islam dan
kemurnian agama islam tetap terpelihara dan hal ini dibuktikan dengan
tersebarnya Islam keberbagai Negara yang notebene mempunyai latar budaya
yang berbeda.

Tidak ada yang dipungkiri dari kenyataan bahwa semua kebudayaan bias
berasimilasi dengan islam dalam batasan dan kaidahkaidah yang disebutkan.
Sebagai contoh adalah budaya berpakaian bagi kaum adam dan hawa. Kaum

10
.http://muslim.or.id/islam-rahmatan-lil-alamin/ diunduh tanggal 5 Desember 2012
27

Adam dibolehkan berpakaian sesuai urf(budaya) asalkan menutup aurat dan tidak
menyerupai orang kafir dalam pakaian syuhrah(kebesaran) mereka. Adapun kaum
Hawa dalam islam dituntun untuk menutup seluruh anggota badannya dgn
pakaian yang longgar, tebal tidak tipis, dan lain-lain sesuai persyaratan hijab
syarI dalam islam asalkan tidak berseberangan dengan kaidah ibadah dan
muamalah yang telah dipaparkan didepan. Contoh lain adalah dalam masalah
batasan safar yang islam tidak menentukan sejauh berapa kilometernya, tapi
disesuaikan bahwa jarak safar itu menurut urf(budaya) setempat untuk
menentukan sudah termasuk jarak safar atau tidak.


E. Mengapa Dikatakan Asimilasi Kebudayaan Dengan Islam Bukan
Dikatakan Sebagai Bentuk Akulturasi Kebudayaan?
Sebagaimana pemaparan di awal bahwa asimilasi kebudayaan adalah suatu
kebudayaan yang merupakan hasil dari percampuran dua budaya yang berbeda
yang menghasilkan suatu bentuk kebudayaan baru. Dan biasanya terdapat
golongan mayoritas dan minoritas yang salah satu dari keduanya mempengaruhi
kebudayaan lain sehingga pengaruhnya menciptakan kebudayaan baru bagi
golongan yang dipengaruhi.

Sedangkan akulturasi kebudayaan adalah suatu bentuk kebudayaan yang
merupakan hasil dari bertemunya dua kebudayaan dan hasil tersebut tetap
mempertahankan ciri khas kebudayaan masing-masing.

Lalu mengapa dikatakan Asimilasi kebudayaan dengan islam bukan
dikatakan sebagai bentuk akulturasi kebudayaan?. Jawabnya adalah karena
golongan yang mengalami proses asimilasi adalah golongan minoritas dalam hal
ini Islam dan golongan mayoritas dalam hal ini banyak kebudayaan dunia.
Biasanya, golongan minoritaslah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur
kubudayaannya, dan menyesuaikannya dengan kebudayaan dari golongan
mayoritas sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan kepribadian
kebudayaannya, dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas. Namun dalam hal ini
28

walaupun islam sebagai golongan minoritas dia diterima oleh golongan mayoritas
karena kesesuaiannya dengan fitrah manusia itu sendiri dan juga batasan dan
kaidah-kaidah islam syarat dengan kemashlahatan yang diinginkan oleh golongan
mayoritas, sehingga islam bias diterima dan dipraktekkan dalam seluruh
kebudayaan dan menjadi sebuah produk baru dalam kehidupan golongan
mayoritas dan berbaur dalam naungan syariat islam.
























29



BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan
1. Asimilasi kebudayaan adalah suatu kebudayaan yang merupakan hasil dari
percampuran dua budaya yang berbeda yang menghasilkan suatu bentuk
kebudayaan baru. Dan biasanya terdapat golongan mayoritas dan minoritas
yang salah satu dari keduanya mempengaruhi kebudayaan lain sehingga
pengaruhnya menciptakan kebudayaan baru bagi golongan yang dipengaruhi.
2. Dari sejarah dapat diketahui penyebaran islam dimulai dari daerah-daerah
terdekat dengan kota madinah sehingga seluruh jazirah arab mengenal islam
dengan baik dan mengamalkan ajaran islam sehingga secara langsung
mempengaruhi budaya setempat untuk disesuaikan dengan ajaran islam
3. Dua kaidah penting dalam islam ketika menghadapi berbagai kebudayaan
dunia agar bias ditrima dan diterapkan dalam kebudayaan-kebudayaan
tersebut.
"Hukum asal dalam beribadah adalah haram dan batal kecuali yang ada
dalil yang memerintahkan"
"Hukum asal dari sesuatu (muamalah/keduniaan) adalah mubah sampai
ada dalil yang melarangnya (memakruhkannya atau
mengharamkannya)"
4. Penjelasan tentang islam rahmatan lil alamin sangat memuaskan sehingga
jelas bahwa islam adalah untuk semua manusia di muka bumi ini. Allah Maha
Mengetahui bahwa semua manusia di bumi mempunyai kebudayaan yang
berbeda-beda sebanyak yang Allah kehendaki, dan dengan rahmatNya Allah
mengajarkan dan hanya meridhai syariat Islam untuk semua manusia yang
terdiri dari berbagai kebudayaan. Dimana islam telah mempunyai aturan-
aturan dan kaidah-kaidah umum agar semua budaya bias berasimilasi dengan
30

islam dan kemurnian agama islam tetap terpelihara dan hal ini dibuktikan
dengan tersebarnya Islam keberbagai Negara yang notebene mempunyai latar
budaya yang berbeda.
5. Mengapa dikatakan Asimilasi kebudayaan dengan islam bukan dikatakan
sebagai bentuk akulturasi kebudayaan?. Jawabnya adalah karena golongan
yang mengalami proses asimilasi adalah golongan minoritas dalam hal ini
Islam dan golongan mayoritas dalam hal ini banyak kebudayaan dunia.
Biasanya, golongan minoritaslah yang menguhah sifat khas dari unsur-unsur
kubudayaannya, dan menyesuaikannya dengan kebudayaan dari golongan
mayoritas sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan kepribadian
kebudayaannya, dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas. Namun dalam
hal ini walaupun islam sebagai golongan minoritas dia diterima oleh
golongan mayoritas karena kesesuaiannya dengan fitrah manusia itu sendiri
dan juga batasan dan kaidah-kaidah islam syarat dengan kemashlahatan yang
diinginkan oleh golongan mayoritas, sehingga islam bias diterima dan
dipraktekkan dalam seluruh kebudayaan dan menjadi sebuah produk baru
dalam kehidupan golongan mayoritas dan berbaur dalam naungan syariat
islam.


B. SARAN
Sebagai seorang muslim, sudah menjadi kewajiban untuk memperdalam
keilmuan dalam islam dan diamalkan dalam keseharian dan seharusnya pula
seorang muslim berbangga dengan agama islam karena islam satu-satunya agama
yang diridhai Allah. Pengamalan islam dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan
aturan syariat islam yang penuh mashlahat seyogyanya diwujudkan dan konsisten
untuk diterapkan. Maka dengan menerapkan islam dari yang pertama yakni diri
sendiri kemudian keluarga, kemudian lingkungan akan terbudayakan hidup dalam
naungan syariat islam sehingga kemashlahatan dan keamanan tercapai dengan
baik.

31





DAFTAR PUSTAKA


1. http://abuayaz.blogspot.com/2010/08/jilbab-wanita-muslimah.html Diunduh
tanggal 5 Desember 2012
2. http://dahlanforum.wordpress.com/2009/10/11/kebudayaan-nasional/ diunduh
tanggal 5 Desember 2012
3. http://elhijrah.blogspot.com/2011/02/memahami-kaidah-penting-dalam-
beribadah.html diunduh tanggal 5 Desember 2012
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Asimilasi_%28sosial%29 diunduh tanggal 5
Desember 2012
5. http://imanizty.wordpress.com/2012/06/14/kebudayaan-adalah-ciri-khas-
bangsa-indonesia/ diunduh tanggal 5 Desember 2012
6. http://muslim.or.id/aqidah/agama-islam.html diunduh tanggal 11 desember
2012
7. http://muslim.or.id/islam-rahmatan-lil-alamin/ diunduh tanggal 5 Desember
2012
8. http://muslim.or.id/manhaj/inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html diunduh
tanggal 11 Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai