Anda di halaman 1dari 3

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SULAWESI UTARA RESOR TOMOHON

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE (SOP) PENANGANAN BARANG BUKTI

Tondano,

Januari 2012

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SULAWESI UTARA RESOR TOMOHON

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE (SOP) PENGELOLAAN BARANG BUKTI

I.

PENDAHULUAN Dalam rangka mewujudkan penanganan barang bukti yang profesional, proporsional, akuntabel dan transparan maka perlu disusun buku Pedoman Pelaksanaan pengelolaan dan penyimpanan barang bukti tindak pidana yang disita oleh Penyidik Polri

II.

DASAR a. Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP. b. Undang-undang RI Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia c. Perkap No. 12 tahun 2009, tentang pengawasan dan pengendalian penanganan perkara pidana dilingkungan Polri. d. Grand Strategy Polri 2005-2025. e. Reformasi Birokrasi Polri.

III.

a. MAKSUD Dimaksudkan dapat dijadikan pedoman bagi para Penyidik dan Petugas Pengelola/Penyimpan barang bukti dalam melaksanakan pengelolaan dan penyimpanan barang bukti penyidikan tindak pidana. b. TUJUAN Bertujuan untuk menyamakan persepsi dan pola tindakan dalam mewujudkan mekanisme pengelolaan dan penyimpanan barang bukti penyidikan tindak pidana di berbagai tingkatan kesatuan Polri.

IV.

TATA CARA a. Persiapan 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Kelengkapan administrasi penyimpanan dan penyerahan barang bukti. Tatacara / proses pencatatan penerimaan barang bukti Tatacara / proses penilaian terhadap barang bukti Tatacara / proses penyimpanan dan perawatan barang bukti Tatacara / proses pencatatan pengeluaran dan penyerahan barang bukti Tatacara / proses pelelangan barang bukti Tatacara / proses pemusnahan barang bukti / b. Pelaksanaan . . . . . .

2 b. Pelaksanaan 1) 2) 3) 4) 5) Legalitas, yaitu setiap pengelolaan barang bukti harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Transparan, yaitu pelaksanaan pengelolaan barang bukti dilaksanakan secara terbuka. Proporsional, yaitu keterlibatan unsur-unsur dalam pelaksanaan pengelolaan barang bukti harus diarahkan guna menjamin keamanannya. Akuntabel, yaitu pengelolaan barang bukti dapat dipertanggung jawabkan secara hukum, terukur dan jelas. Efektif dan efisien, yaitu setiap pengelolaan barang bukti harus dilakukan dengan mempertimbangkan adanya keseimbangan yang wajar antara hasil dengan upaya dan sarana yang digunakan. Adanya bangunan tersendiri sebagai tempat penyimpanan barang bukti. Adanya pembagian ruangan sesuai dengan 4 (empat) kelompok barang bukti. Adanya ruangan administrasi yang terpisah dari ruang penyimpanan barang bukti. Adanya ruang jaga dibagian depan untuk memantau keluar masuknya orang dan atau barang.

6) 7) 8) 9)

10) Adanya fasilitas penerangan yang cukup. 11) Adanya fasilitas pemantau CCTV untuk memantau ruangan penyimpanan barang bukti. 12) Adanya rak atau almari sebagai tempat penyimpanan barang bukti. 13) Adanya berkas untuk menyimpan barang berharga dan Narkoba. 14) Adanya alat pemadam kebakaran. 15) Komputer pencatatan administrasi barang bukti. 16) Perabotan perkantoran V. PENUTUP Demikianlah Standard Operating Procedure (SOP) pelayanan reserse sebagai pedoman dan acuan kepada petugas pengelola barang bukti dalam rangka pedoman pelaksanaan pengelolaan dan penyimpanan barang bukti tindak pidana oleh penyidik polri. Tomohon, Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai