Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Penelitian Teknik Sipil

STUDI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RSUP . Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO H. Halidin Arfan 1, Ahmad Zubair 1, Alpryono2
ABSTRACT: In an effort to improve public health, especially in large cities has increased the establishment of the hospital (RS). As a result of the effluent quality of hospital waste does not qualify. Hospital waste can pollute the environment around the hospital and can cause problems of health.The purpose of this research is to create an efficient WWTP planning in land use as well as having greater power bin and also merencankan WWTP using anaerobic and aerobic system that produces enfluen in accordance with effluent quality standard by reference to existing debit Dr. DR.Wahidin Sudirohusodo 389.53 m3/day and also the characteristics of the existing waste water. Keywords: WWTP, Wastewater Treatment, Study

ABSTRAK: Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di kota-kota besar semakin meningkat pendirian rumah sakit (RS). Sebagai akibat kualitas efluen limbah rumah sakit tidak memenuhi syarat. Limbah rumah sakit dapat mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah sakit dan dapat menimbulkan masalah kesehatan.Tujuan dari penelitian ini adalah membuat Perencanaan IPAL yang efisien dalam penggunaan lahan serta memiliki daya tampungan yang lebih besar dan juga merencankan IPAL dengan menggunakan sistem anaerob dan aerob sehingga mengahsilkan enfluen yang sesuai dengan baku mutu limbah cair dengan mengacu pada debit eksisting RSUP. DR.Wahidin Sudirohusodo yaitu 389,53 m3/hari dan juga karakterisitik air limbah yang ada.

Kata Kunci : IPAL, Pengolahan Air Limbah, Studi

PENDAHULUAN Dalam proses pelaksanaannya, RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo menghasilkan limbah yang terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo berasal dari dua sumber, yaitu limbah proses pelayanan dan limbah domestik. Limbah cair dari proses pelaksanaan masuk ke saluran yang berada di dalam rumah sakit untuk kemudian dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah. Sementara itu jumlah pengunjung dan pasien rumah sakit yang bertambah seiring dengan perkembangan membutuhkan IPAL yang lebih mampu dalam menangani produksi air limbah dimasa yang akan datang. Limbah cair dari proses pelaksanaan terutama dihasilkan akibat penggunaan air yang besar dalam proses pelayanan rumah sakit. Air limbah proses pelayanan rumah sakit berasal dari kegiatan pelaksanaan rumah sakit. Beban

air limbah yang akan diterima oleh IPAL bergantung pada jumlah pasien yang dilayani oleh RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan akan meningkat seiring dengan peningkatan kapasitas pelayanan RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo. GAMBARAN UMUM RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar- Sulawesi Selatan dengan koordinat Geografis berada pada 5 8' 6" LS dan 119 29' 36" BT. Luas areal rumah sakit sekitar 13,5 hektar dengan luas total bangunan sebesar 5,2 hektar. Topografi daerah Makassar relatif datar, yaitu di antara 4 m-5m diatas permukaan laut. Menurut klasifikasi Schimidt dan Ferguson, daerah Makassar termasuk dalam kelompok iklim tropis tipe B (basah) dengan suhu rata-rata 220 C - 360 C dan curah hujan

1. Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA 2. Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 9025, INDONESIA

Jurnal Penelitian Teknik Sipil

2.000 - 3.000 mm, dan jumlah hari hujan ratarata 108 hari pertahun. RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dalam melaksakan aktifitasnya ditunjang oleh poliklinik spesialis dan sub spesialis yang ditangani oleh 270 dokter ahli meliputi pelayanan Bedah Umum, Bedah Tumor, Bedah Anak, Bedah Ortopedi, Bedah Urologi, Bedah Saraf, Kardiologi, Anak. Selain itu juga didukung oleh tenaga paramedis perawatan sebanyak 697 orang, tenaga Paramedis Non Perawatan sebanyak 290 orang, Tenaga non medis sebanyak 1014 orang.

Debit (m3/hari) (m3/hari)

Maks (147 m3/hari)

Rata-rata (137 m3/hari)

170 160 150 140 130 120 110

100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Hari

Gambar 1. Fluktuasi Debit Harian Eksisting Total penggunaan air di RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo, baik untuk proses pelayanan maupun kegiatan lain rata-rata sebesar 389.53 m3/hari yang berasal dari PDAM dan air tanah. Dari rata-rata penggunaan air bersih tersebut berasal dari pengunjung, pasien dan berbagai perangkat rumah sakit. Berikut adalah daftar pengunjung beserta pasien rumah sakit pada tahun 2012 yang dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Data Pengunjung dan Pasien
Tahun (2012) Januari Februari Maret April Mei Juni Pengunjung 15467 13447 13200 13235 14135 12154 Pasien R.Inap R.Jalan 2314 17961 1973 14372 2120 14293 2095 14964 2161 15774 2207 14212

Kualitas air limbah menyatakan banyaknya kontaminan yang terdapat dalam air limbah. Kontaminan di dalam air limbah dapat berupa kontaminan fisik, kimia, maupun biologi. Karakteristik utama air limbah RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar adalah kandungan COD yang ada di dalam air limbah yang sangat tinggi. Selain COD yang tinggi, karakteristik air limbah RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah tingginya BOD, minyak dan lemak, serta TSS. Data kualitas air limbah RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3.

Berikut adalah gambar fluktuasi debit air limbah rumah sakit yang dapat dilihat pada gambar 1.

Jurnal Penelitian Teknik Sipil

Tabel 2. Data Kualitas Air Limbah Influen


Parameter Temperatur TDS TSS pH Besi (Fe) m Fluorida (F) NTK Nitrat, sebagai N Nitrit, sebagai N P- total BOD COD total COD terlarut (sCOD) COD tidak terlarut (pCOD) Fenol MBAS Minyak&Lemak Satuan C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Besaran 35 447 2030 3,4 1,302 12,41 28,016 28,5091 0,353 0,1069 12008 54090 35808 18282 0,134 0,471 2113,16

pendahuluan, unit pengolahan primer, dan unit pengolahan sekunder Pada pengolahan primer dilakukan operasi fisik yang bertujuan untuk menyisihkan padatan yang terapung maupun terlarut di dalam air limbah. Pengolahan primer menyiapkan air limbah untuk memasuki tahapan pengolahan selanjutnya, yaitu pengolahan sekunder. Dalam pengolahan sekunder digunakan proses biologi atau kimia untuk menyisihkan sebagian besar kandungan organik dalam air limbah Adapun Standar Baku Mutu Air Limbah menurut SK. Gub. Sulsel No. 14 Tahun 2003 yang dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Baku Mutu Air Limbah
Parameter Temperatur TDS TSS pH Besi (Fe) m Fluorida (F) Amoniak bebas (NH3-N) Nitrat, sebagai N Nitrit, sebagai N BOD COD Fenol MBAS Minyak&Lemak Satuan C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Besaran 30 2000 30 6-9 5 2 0,1 20 1 50 30 0,5 5 10

Data kualitas enfluen yang dihasilkan oleh IPAL RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo yang diperoleh dari hasil tes laboratorium dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Data Kualitas Air Limbah Enfluen
Parameter Temperatur TDS TSS pH Besi (Fe) m Fluorida (F) Nitrat, sebagai N Nitrit, sebagai N BOD COD Fenol MBAS Minyak&Lemak Satuan C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L Besaran 26 330 8 7,53 0,2714 0,7343 1,705 0 7,53 39,12 0,3912 0,3113 -

RANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT Untuk mengolah parameter-parameter air limbah, unit-unit pengolahan yang akan diterapkan terdiri dari unit pengolahan

Berdasarkan pemilihan yang telah dilakukan, maka di dalam IPAL RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo akan digunakan unitunit pengolahan sebagai berikut: Unit pengolahan pendahuluan : fine screen, tangki ekualisasi

Jurnal Penelitian Teknik Sipil

Unit pengolahan tingkat pertama : dissolved air flotation (DAF) Unit pengolahan tingkat kedua : upflow anaerobic sludge blanket (UASB), sequencing batch activated sludge

Adapun Skema dari beberapa tahapan diatas dapat dilihat pada gambar 2.

instalasi dapat terhindar dari shock loading. Bentuk tangki ekualisasi yang akan digunakan adalah segi empat. Selama ekualisasi dilakukan pengadukan untuk mencegah pengendapan solid dan timbulnya bau. Oksidasi biologi akibat adanya pengadukan di dalam tangki, menurut Metcalf&Eddy (2003), dapat menurunkan konsentrasi total COD sebesar 1020%. Dimensi dari desain tangki ekualisasi dapat dilihat pada tabel 4 dan gambar desainnya pada gambar 3.

Gambar 2. Skema Instalasi pengolahan Air Limbah Keterangan secara berurutan : 1. Tangki ekualisasi 2. DAF 3. Tangki Netralisasi pertama 4. Reaktor UASB Asidogenesis 5. Tangki Netralisasi kedua 6. Reaktor UASB Metanogenesis 7. Tangki Penambahan Nutrien 8. Reaktor Sequencing Batch Sludge 9. Bak kontrol Akhir Tabel 4. Rekapitulasi Desain Tangki Ekualisasi
Parameter Panjang sisi tangki Luas permukaan Kedalaman tangki Surface aerator Pompa air limbah Satuan m m2 m unit unit Nilai 5 25 3 2 2

Activated

Gambar desain tangki ekualisasi dapat dilihat pada gambar 3 berikut.


inffluent barscreen

surface aerator pompa effluent

a. Fine Screen dan Tangki Ekualisasi Fine screen digunakan untuk menyisihkan materi padatan yang berukuran lebih besar dari 2 mm. Tujuan penyisihan ini adalah untuk menghindari gangguan operasional pada proses yang terjadi di unitunit pengolahan selanjutnya. Penggunaan tangki ekualisasi bertujuan untuk menghasilkan aliran yang seragam sehingga unit-unit pengolahan di dalam

Gambar 3. Desain Tangki Ekualisasi


1 Tangki Ekualisasi

Jurnal Penelitian Teknik Sipil

b. Dissolved Air Flotation (DAF) Pada sistem DAF, udara dilarutkan ke dalam air limbah pada tekanan tertentu di atas tekanan atmosfer kemudian dilepaskan ke dalam tangki flotasi pada tekanan udara atmosfer. Penggunaan DAF bertujuan untuk menyisihkan minyak dan lemak serta TSS dari air limbah. TSS yang terkandung di dalam air limbah akan disisihkan menggunakan DAF karena kecepatan pengendapannya yang sangat kecil. Dimensi dari desain tangki ekualisasi dapat dilihat pada tabel 5 dan gambar desainnya pada gambar 4. Tabel 5. Rekapitulasi DAF
Parameter Jumlah tangki Diameter kolom flotasi Luas permukaan Kedalaman kolom flotasi Tekanan Satuan unit m m2 m psig Nilai 2 1 0,78 1,8 89

akan memasuki reaktor anaerob. Pengadukan bahan kimia yang akan terjadi di dalam tangki netralisasi pertama merupakan jenis pengadukan cepat (rapid mixing). Karena air limbah bersifat asam dengan pH 3,4 maka netralisasi akan dilakukan dengan penambahan basa. Basa yang akan digunakan untuk keperluan netralisasi air limbah RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah NaHCO3. Dimensi dari desain tangki ekualisasi dapat dilihat pada tabel 6 dan gambar desainnya pada gambar 5.

Tabel 6. Rekapitulasi Tangki Netralisasi Pertama


Parameter Panjang sisi tangki Luas permukaan Kedalaman tangki Diameter Impeller Pompa Pengaduk Satuan Nilai m 0,6 m 0,36 m 1 m 0,27 unit 2 Low shear hydrofoil 4 blades

Gambar desain tangki DAF dapat dilihat pada gambar 4 berikut.

Gambar desain tangki netralisasi pertma dapat dilihat pada gambar 5 berikut.
half bridge scraper minyak motor drive

pembuangan minyak influen


2 12 2 12

white water

Tangki DAF

pembuangan lumpur bottom scrapper

pompa udara

Gambar 4. Desain Tangki DAF c. Tangki Netralisasi Pertama Tangki netralisasi pertama berfungsi sebagai fasillitas penambahan bahan kimia untuk menetralisasi pH efluen dari DAF yang

3 Tangki Netralisasi Gambar 5. Desain TangkiINetralisasi Pertama

Jurnal Penelitian Teknik Sipil

d. Upflow Anaerobic Sludge Blanket Asidogenesis dan Metanogenesis Untuk pengolahan limbah cair di RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo akan digunakan reaktor UASB. Alasan pemilihan reaktor ini adalah karena memiliki organic loading yang besar sehingga limbah yang terolah dapat lebih banyak dan volume reaktor yang diperlukan tidak akan terlalu besar. Pemanfaatan solid sebagai sludge blanket juga akan menghasilkan lumpur yang lebih stabil. Reaktor UASB dilengkapi dengan zona pemisahan zona pemisahan gas, solid, dan liquid sehingga dapat menghemat penggunaan lahan. Dalam pengolahan air limbah RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo akan digunakan dua tahap pengolahan secara anaerob, yaitu asidogenesis dan metanogenesis. Hal ini disebabkan tingginya konsentrasi COD yang harus diturunkan di dalam air limbah. Tahapan asidogenesis akan berlangsung pada reaktor pertama sementara tahapan metanogenesis akan berlangsung pada reaktor kedua. Tahap pertama merupakan tahapan asidogenesis yang berfungsi untuk mengkonversi substrat (COD) menjadi asam asetat dan CO2. Dimensi dari desain tangki ekualisasi dapat dilihat pada tabel 7 dan gambar desainnya pada gambar 6. Tabel 7. Rekapitulasi Tangki Upflow Anaerobic Sludge Blanket Asidogenesis
Parameter Perencanaan Luas permukaan reaktor Panjang sisi reaktor Ketinggian total reaktor Jumlah GLSS Satuan m2 m m unit Nilai 64 8 5,5 2

Gambar desain tangki Upflow Anaerobic Sludge Blanket Asidogenesis dapat dilihat pada gambar 6 berikut.
pipa penyalur gas

pengumpul gas

effluent dari main launder

plat pengendap

deflector beam

influent

sludge blunket

nozzle feeding 4 Reaktor UASB Asidogenesis

Gambar 6. Desain Tangki Upflow Anaerobic Sludge Blanket Asidogenesis

e. Tangki Netralisasi Kedua Efluen dari reaktor asidogenesis perlu mengalami penyesuaian pH sebelum memasuki reaktor metanogenesis. Hal ini disebabkan terjadi penurunan pH pada proses asidogenesis, sementara bakteri metanogen yang berperan dalam proses metanogenesis memerlukan lingkungan pH yang netral, antara 6,6-7,6 (Anh, 2004). Diasumsikan pH efluen reaktor asidogenesis adalah sebesar 4. Pengadukan bahan kimia yang akan terjadi di dalam tangki netralisasi kedua merupakan jenis pengadukan cepat (rapid mixing). Dimensi dari desain tangki ekualisasi dapat dilihat pada tabel 8 dan gambar desainnya pada gambar 7. Tabel 8. Rekapitulasi Tangki Tangki Netralisasi Kedua
Parameter Panjang sisi tangki Luas permukaan Kedalaman tangki Diameter Impeller Pompa Satuan m m m m unit Nilai 0,6 0,36 1 0,27 2

Jurnal Penelitian Teknik Sipil

Gambar desain tangki Tangki Netralisasi Kedua dapat dilihat pada gambar 7 berikut.

Gambar 8. Upflow Anaerobic Sludge Blanket Metanogenesis


6 Reaktor UASB Metanogenesis

5 Tangki Gambar 7. Desain Tangki Tangki Netralisasi Netralisasi II Kedua

f. Upflow Anaerobic Sludge Blanket Metanogenesis Tahapan Kedua, yaitu metanogenesis, merupakan tahapan pembentukan gas metan dari substrat. Dimensi dari desain tangki ekualisasi dapat dilihat pada tabel 9 dan gambar desainnya pada gambar 8. Tabel 9. Rekapitulasi Upflow Anaerobic Sludge Blanket Metanogenesis
Parameter Perencanaan Panjang sisi reaktor Ketinggian total reaktor Luas permukaan reaktor Jumlah GLSS Satuan m m m2 unit Nilai 11 6,5 121 2

g. Tangki Penambahan Nutrien Agar proses degradasi substrat secara biologi dapat berjalan baik maka diperlukan nutrien dalam jumlah yang mencukupi. Apabila dalam air limbah tidak terdapat nutrien yang cukup maka diperlukan adanya penambahan sumber nutrien. Tangki penambahan nutrien yang diletakkan sebelum reaktor aerob bertujuan untuk mencampurkan sumber nutrien yang diperlukan, berupa nitrogen dan fosfor, ke dalam influen reaktor aerob. Pencampuran nutrien di dalam tangki penambahan nutrien akan dilakukan dengan cara pengadukan cepat (rapid mixing). Dimensi dari desain tangki ekualisasi dapat dilihat pada tabel 10 dan gambar desainnya pada gambar 9. Tabel 10. Rekapitulasi Tangki Penambahan Nutrien
Parameter Panjang sisi tangki Luas permukaan Kedalaman tangki Diameter Impeller Pompa Satuan m m m m unit Nilai 0,6 0,36 1 0,27 2

Gambar desain tangki Upflow Anaerobic Sludge Blanket Metanogenesis dapat dilihat pada gambar 8 berikut.

Jurnal Penelitian Teknik Sipil

Gambar desain tangki Penambahan Nutrien dapat dilihat pada gambar 9 berikut.

berfungsi sebagai inisiasi kontak antara mikroorganisme dan substrat. Dimensi dari desain tangki ekualisasi dapat dilihat pada tabel 11 dan gambar desainnya pada gambar 10. Tabel 11. Rekapitulasi Tangki Sequencing Batch Activated Sludge
Parameter Perencanaan Jumlah tangki Panjang sisi tangki Kedalaman total Luas permukaan total Satuan m m m2 unit unit unit Nilai 2 5 5 27,2 1 29 2

7 9. Tangki Penambahan Nutrien Gambar Upflow Anaerobic Sludge Blanket

Metanogenesis h. Sequencing Batch Activated Sludge Yang akan digunakan sebagai unit pengolahan di RSU. Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah reaktor sequencing batch activated sludge. Alasan pemilihan reaktor ini adalah karena dapat mengolah air limbah yang memiliki kandungan organik yang tinggi. Selain itu, operasionalnya yang fleksibel memungkinkan reaktor ini untuk berfungsi sebagai selector sehingga dapat meminimasi terjadinya sludge bulking. Sludge bulking adalah peningkatan volume lumpur di dalam reaktor akibat adanya mikroorganismne filamentous atau mikroorganisme yang bersifat hidrofili, yaitu mikroorganisme yang dapat menyerap air ke dalam tubuhnya. Efluen dari UASB metanogenesis akan memasuki reaktor sequencing batch activated sludge untuk diolah secara aerob. Tahapan yang terjadi di dalam reaktor sequencing batch activated sludge terdiri dari tahapan pengisisan, aerasi, pengendapan, pengeluaran, dan pembuangan lumpur. Tahap pengisian yang akan digunakan merupakan aerated fill yang

Jumlah floating decanter per tangki Jumlah diffuser per tangki Jumlah blower

Gambar desain tangki Sequencing Batch Activated Sludge dapat dilihat pada gambar 10 berikut.

inffluent effluen

decanter

blower

diffuser

pembuangan lumpur

Gambar 10. Desain Sequencing Batch Activated Sludge i. Bak Kontrol Akhir Bak kontrol akhir berfungsi untuk menampung air limbah yang keluar dari tangki SBR sebelum dibuang ke drainase samping rumah sakit. Bak kontrol akhir berfungsi juga sebagai fasilitas pengecekan performansi IPAL secara keseluruhan.

Reaktor SBAS

Jurnal Penelitian Teknik Sipil

Dimensi dari desain tangki ekualisasi dapat dilihat pada tabel 12 dan gambar desainnya pada gambar 11. Tabel 12. Rekapitulasi Bak Kontrol Akhir
Parameter Diameter m Kedalaman total m Luas permukaan total Satuan m m m2 Nilai 2,55 1,5 5.11

bimbingan dan pengarahannya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 2004. Keputuan Menteri Kesehatan No.1204/MENKES/SK/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta : DepkesRI. Depkes Sulsel, 2003. Keputuan Menteri Lingkungan Hidup No.58/MENLH/12/2003 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Rumah Sakit,Jakarta : Depkes RI. Ginting Perdana, 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri,Bandung : CV. Yrama Widya. Gubernur Sulawesi Selatan, 2003. Keputusan Gubernur Sul-Sel No.14/2003 tentang Pengelolaan, Pengendalian Pencemaran Air, Udara, Penetapan Baku Mutu Limbah Cair, Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi serta Tingkat Gangguan Kegiatan yang Beroperasi di Propinsi Sulawesi Selatan Karia & Christian,G L Karia R.A Christian. Wastewater Treatment: Concepts And Design Approach Metcalf & Eddy, Inc. 2003. Wastewater Engineering : Treatment, Disposal and Reuse 4th Edition. Mc Graw Hill. New York. Sastrodimedjo, Soewito, Pengantar Studi Pengelolaan Air Kotor (Jakarta : Pusdiknakes Departemen Kesehatan, 1985. Siregar A., 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah, Yogyakarta : Kanisius. SK. Gub. Sulsel No. 14 Tahun 2003 Sugiharto. 2008. Dasar-dasar pengolahan air limbah.Jakarta.

Gambar desain Bak Kontrol Akhir dapat dilihat pada gambar 11 berikut.

influent

effluent

9 BakDesain Kontrol Gambar 11. Bak Kontrol Akhir

KESIMPULAN Rancangan IPAL diasumsikan dapat menampung sekitar 1300 m3 air limbah dalam sehari dan memiliki luas areal tanah sebesar 272 m2 yang mana dalam perencanaannya IPAL RSUP.Dr.Wahidin Sudirohusodo menggunakan proses aerobic dan anaerobic. Instalasi pengolahan air limbah di RSUP.Dr.Wahidin Sudirohusodo yang direncanakan akan menghasilkan effluen yang sesuai dengan standar baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit menurut SK. Gub. Sulsel No. 14 Tahun 2003. Ucapan Terima Kasih Bapak Dr. Ir. H. Halidin Arfan, MSCdan Bapak Ir. Ahmad Zubair, MSC yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

Jurnal Penelitian Teknik Sipil

Sutawijaya I.B.G. 2005. Kerja Praktek : Evaluasi Sistem Pengolahan Limbah Cair Pabrik Gula Watoetoelis. Teknik Lingkungan FTSP-ITS, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai