Anda di halaman 1dari 19

Abstraksi

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KAMPUS X 12 LANTAI DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SAP 2000

Yannes Kurniawan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Tehnik Sipil & Perenanaan, Universitas Gunadarma yns_13@yahoo.com ABSTRAKSI Dalam merancang suatu bangunan, perencanaan struktur (planing of structure) merupakan bagian awal yang penting yang sangat menentukan kekuatan atau daya layan (serviceability) dari suatu bangunan. Dengan adanya perencanaan struktur bangunan ini diharapkan bangunan yang dihasilkan nanti dapat memikul beban atau gaya-gaya yang bekerja selama masa penggunaan bangunan tersebut. Sehingga dalam perancangannya struktur atas maupun struktur bawah suatu bangunan harus memenuhi kriteria kekuatan (strength), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), keekonomisan serta umur rencana bangunan (durability). Untuk itu perencanaan atau perancangan yang akurat sebelum pembangunan mutlak diperlukan. Dalam mewujudkan semua itu maka perencanaan struktur gedung kampus 12 lantai ini untuk analisa strukturnya digunakan bantuan software SAP 2000 yang tidak lain bertujuan untuk mengurangi tingkat kesalahan perhitungan yang disebabkan oleh manusia (human error) dan mempersingkat waktu perencanaan. Adapun output yang dihasilkan oleh software SAP2000 ini adalah berupa gaya-gaya dalam yang bekerja pada struktur (gaya aksial, geser, torsi dan momen) yang akan digunakan untuk analisa penampang komponen struktur. Untuk analisa penampang komponen struktur baja (gording, batang tekan, batang tarik dan sagrod) digunakan metode LRFD (Load Resisstance Factor Design) sedangkan untuk analisa penampang komponen struktur betonnya (balok, kolom dan pelat) digunakan metode kekuatan (ultimit). Selain itu untuk mencegah terjadinya korban manusia maka diperlukan suatu peraturan atau standar struktur bangunan yang menetapkan syarat minimum yang berhubungan dengan segi keamanan, maka pada perencanaan kali ini digunakan standar SNI T-15-1991-03 yang telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum RI. Struktur gedung kampus ini direncanakan berdiri diatas tanah lunak pada wilayah zona gempa 4 (wilayah Jakarta) yang terdiri dari 12 lantai dengan panjang 91 meter, lebar 32,30 meter dan tinggi keseluruhan 52,16 meter. Kata Kunci : Planning of structure, Software SAP2000, Load Resistant Factor Design (LRFD), SNI T-15-1991-03, Metode Ultimit. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dengan adanya perencanaan struktur diharapkan bangunan yang dihasilkan nanti dapat memikul beban atau gaya-gaya yang bekerja selama masa penggunaan bangunan tersebut. Adapun beban-beban yang bekerja dapat berupa beban mati (dead load), beban hidup (live load), beban angin (wind load) dan beban gempa (earthquake load), dimana beban atau gaya-gaya tersebut dapat bekerja dalam arah vertikal maupun horisontal. Perkembangan teknologi telah membuat kemudahan dalam mendesain dan menganalisa kolom (column), balok (beam) serta plat lantai dibandingkan dengan menggunakan metode manual. Salah satu contohnya yaitu dengan menggunakan program SAP (Structure Analysis Programme). Program ini memberikan kemudahan dalam hal mendesain dan menganalisa penampang kolom, penampang balok, serta penampang pelat

1
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

lantai. Termasuk didalamnya tabel-tabel yang menunjukkan momen, torsi, axial force dan shear force yang bekerja pada ketiga penampang tersebut yang diakibatkan oleh beban atau gayagaya yang bekerja pada penampang itu sendiri. Diharapkan dengan menggunakan program ini, tingkat kesalahan dalam menganalisa dan medesain suatu bangunan dapat diminimalkan, sehingga didapatkan hasil perancangan yang optimal. Untuk mencegah terjadinya korban manusia baik pada saat pelaksanaan konstruksi maupun pada saat penggunaan bangunan maka dibuatlah suatu peraturan atau standar perencanaan struktur bangunan. Peraturan atau standar persyaratan struktur bangunan pada hakekatnya ditujukan untuk kesejahteraan umat manusia, untuk mencegah korban manusia. Oleh karena itu, peraturan struktur bangunan harus menetapkan syarat minimum yang berhubungan dengan segi keamanan. Di Indonesia, peraturan atau pedoman standar yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang telah beberapa kali mengalami perubahan dan pembaharuan, dimulai Peraturan Beton Indonesia 1955 (PBI 1955) kemudian PBI 1971, dan yang terakhir adalah Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton : SK SNI T-15-1991-03. Pembaharuan tersebut tiada lain ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam upaya mengimbangi pesatnya laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang behubungan dengan beton atau beton bertulang.

2. Tujuan Adapun tujuan dari pembahasan masalah pada perencanaan struktur gedung bertingkat ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui perilaku struktur akibat beban-beban yang bekerja. 2. Dapat menganalisa gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002. 3. Dapat menganalisa struktur penampang beton berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 dan struktur penampang baja berdasarkan metode LRFD. 4. Dapat merencanakan struktur suatu bangunan yang memenuhi kriteria kekuatan (strength), kenyamanan (service ability), keselamatan (safety), umur rencana bangunan (durability) serta keekonomisan.

3. Permasalahan Mengingat banyak sekali metode dan permasalahan yang akan ditemui pada perencanaan pembangunan konstruksi gedung bertingkat, maka penulis hanya membatasi masalah mengenai perencanaan struktur atas dan bawah dari pembangunan gedung konstruksi beton 12 lantai ini, diantaranya yaitu ; 1. 2. 3. Menganalisa struktur menggunakan program SAP (Structural Analysis Program 2000). Menghitung gempa berdasarkan SNI 03-1726-2002 dengan metode statis dan dinamis. Menganalisa struktur penampang beton (balok, kolom dan pelat) berdasarkan SK SNI T-151991-03.

2
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

4.

Menganalisa struktur penampang baja berdasarkan metode LRFD (Load Resistant Factor Design). Menganalisa kapasitas ujung (pile point resistant) dan selimut (pile frictional resistant) tiang pondasi berdasarkan data N-SPT.

5.

4. Manfaat Untuk menghasilkan suatu bangunan yang memenuhi kriteria kekuatan (strength), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), keekonomisan serta umur rencana bangunan (durability).

METODELOGI PERENCANAAN Pentingnya perencanaan dilakukan untuk mendapatkan suatu struktur yang baik dari segi keamanan dan ekonomis dari segi pembiayaan. Perencanaan yang dilakukan adalah perencanaan struktur gedung kampus yang direncanakan berdiri diatas tanah lunak pada wilayah zona gempa 4 (wilayah Jakarta) yang terdiri dari 12 lantai dengan panjang 91 meter, lebar 32,30 meter dan tinggi keseluruhan 52,16 meter. Analisis struktur pada perencanaan ini menggunakan bantuan program aplikasi struktur yaitu SAP2000. Adapun proses yang digunakan di dalam SAP2000 pada perencanaan ini adalah sebagai berikut :
START Koordinat Nodal Sifat Bahan Tipe Elemen Kondisi Batas Konektivitas Pembebanan

Modul Input Data (Pre-Processor)

Modul Komputasi Modul Output (Post-Processor) Program Utama : Peralihan Nodal Nilai Eigen Subroutine Elemen : Gaya-gaya Dalam Tegangan SELESAI Daftar Pustaka Elemen

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1. Peraturan dan Standar Perencanaan Struktur Baja Peraturan atau pedoman standar yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan baja di Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan dan pembaharuan, sejak Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) untuk gedung 1983 kemudian pada tahun 1987 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

3
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

378/KPTS/1987 tentang Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, maka PPBBI dirubah menjadi Pedoman Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung dengan Nomor SKBI-1.3.55.1987, dan pada tahun 1989 dijadikan Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan nama Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung dengan Nomor SNI-1729-1989-F, kemudian yang terakhir pada tahun 2000 SNI-1729-1989-F dirubah menjadi SNI 03-1729-2000. [D3] SNI 03-1729-2000 diadopsi dari peraturan AISC-LRFD (Specification for Structural Steel Buildings, 1994). AISC (American Institute of Steel Construction) merupakan lembaga gabungan dari pabrik baja dan perusahaan konstruksi baja, serta perorangan yang tertarik pada penelitian dan perencanaan struktur baja. Load Resistance Factor Design (LRFD) sendiri adalah suatu metode perencanaan struktur yang sedemikian sehingga pada saat struktur dibebani dengan berbagai kombinasi beban terfaktor yang direncanakan, maka kondisi batasnya tidak dilampaui. Kondisi batas (limit state) adalah suatu kondisi dimana struktur atau komponen struktur yang ada menjadi tidak fit (kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan atau kerusakan atau bahkan keruntuhan).

2. Peraturan dan Standar Perencanaan Struktur Beton Seperti halnya peraturan atau pedoman standar yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan baja di Indonesia, peraturan atau pedoman standar yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulangpun telah beberapa kali mengalami perubahan dan pembaharuan, sejak Peraturan Beton Indonesia 1955 (PBI 1955) kemudian PBI 1971, dan terakhir adalah Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Bertulang nomor : SK SNI T-15-1991-03. [D1] Mutu bahan beton untuk pelat (non pratekan) biasanya menggunakan K175 dan K250. Untuk struktur beton bertulang untuk balok, kolom (non pratekan) biasanya menggunakan K175, K250, K300 dan K400 sedangkan untuk struktur beton prategangan digunakan beton dengan kuat tekan tinggi berkisar antara K350-K500. Jika mutu beton dinyatakan dengan K dan di konversikan ke fc maka harus dikalikan 0,83. [G2] Untuk fc 30 MPa maka 1 = 0,85 ........................................................................................ ( 1 ) Untuk 30 < fc < 55 MPa maka 1 = 0,85 0,008 (fc - 30) ..................................................... ( 2 ) Untuk fc 55 MPa maka 1 = 0,65 ......................................................................................... ( 3 ) Modulus elastisitas beton (Ec) dan baja tulangan (Es) berdasarkan SK SNI T-15-1991 pasal 3.1.5 ditetapkan sebagai berikut : 1). Untuk beton normal (Wc = 2300 kg/m3) Ec = 4700 f 'c (Mpa) ...................................................................................................... ( 4 ) Dimana : fc fc bk = Kuat tekan beton untuk benda uji silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm = 0,83 bk = tegangan karakteristik benda uji kubus (15 X 15 X 15) cm.

4
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

2). Untuk berat jenis beton (Wc) antara 1500 kg/m3 dan 2500 kg/m3 Ec = 0,043 (Wc)1,5

f ' c (Mpa) ......................................................................................... ( 5 )

3). Modulus elastis baja tulangan (Es) = 200.000 Mpa = 2.106 kg/cm2 3. Pembebanan Berdasarkan jenisnya beban yang bekerja pada struktur suatu bangunan dapat digolongkan menjadi empat bagian yaitu : 1). Beban mati (dead load) 2). Beban hidup (live load) 3). Beban khusus dan 4). Beban akibat pengaruh alam Beban khusus dapat berupa beban konstruksi (construction load), beban temperatur (temperature load), beban dinamis (dynamic load) yang berasal dari mesin, beban yang terjadi akibat tekanan air dan beban-beban khusus lainnya yang terjadi akibat pengaruh khusus. Sedangkan beban akibat pengaruh alam dapat berupa beban angin, beban gempa, beban salju dan beban lainnya yang disebabkan karena pengaruh faktor alam. 4. Analisa Struktur Dengan Menggunakan Software SAP (Structural Analysis Program) 2000 adalah salah satu program komputer (software) yang digunakan untuk menganalisa dan mendesain berbagai macam bentuk struktur. Program SAP2000 merupakan perkembangan program SAP yang dibuat oleh Prof. Edward L. Wilson dari Universitas at Berkeley, US sekitar tahun 1970. Secara garis besar, perancangan model struktur frame dengan SAP2000 melalui 7 tahapan yaitu [P2] : 1. Menentukan geometri model struktur. 2. Mendefinisikan data-data. 3. Menempatkan (assign) data-data yang telah didefinisikan ke model struktur. 4. Memeriksa input data. 5. Analisis Struktur 6. Analisis disain penampang beton atau baja sesuai aturan yang ada. 7. Modifikasi struktur atau ReDesign. Dasar teori penyelesaian statik yang digunakan program SAP2000 dalam menganalisa struktur adalah berdasarkan metode matrik kekakuan. Suatu struktur jika menerima suatu gaya maka struktur tersebut akan berdeformasi atau terjadi suatu peralihan pada semua titik dalam struktur tersebut. Besar kecilnya gaya atau peralihan yang terjadi, dipengaruhi oleh kekakuan struktur atau kekakuan elemen pembentuk struktur. Dengan kata lain, pengertian kekakuan dalam analisa struktur adalah perbandingan antara gaya dengan peralihannya. Dengan demikian, hubungan antara gaya, peralihan dan kekakuan dapat ditentukan oleh bentuk persamaan berikut [K1] :

5
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

Untuk setiap elemen pembentuk struktur Untuk struktur secara keseluruhan

: {f n } = [k ]{u n } ................................ ( 6 )

U } ................................... ( 7 ) : {F } = [K ]{

Dalam penggunaan matrik [k ] harus disesuaikan dengan bentuk geometri elemenelemen, misalnya dalam suatu struktur terdiri dari elemen-elemen miring ( < 90 atau > 90), elemen datar (= 0) atau elemen tegak ( = 90), dimana koefisien matrik [k ] yang berlaku untuk semua kondisi geometri, maka matrik [k ] harus ditransformasi dengan suatu matrik transformasi, matrik [T ] yang bentuknya disesuaikan dengan sistem sumbu koordinat baik untuk bidang atau ruang. Prosedur umum dari transformasi koordinat dari sumbu lokal ke sumbu global adalah [T ] [k ][T ].
T

Joint atau nodal mempunyai peran yang sangat penting pada pemodelan analisa struktur. Joint merupakan titik kumpul yang menghubungkan antara elemen, dan merupakan titik pada struktur yang displacement-nya diketahui atau akan dihitung. Komponen displacement pada joint tersebut terdiri dari translasi dan rotasi yang disebut dengan degree of freedom (d.o.f). [W2] Degree of freedom (d.o.f) adalah derajat kebebasan suatu titik nodal untuk mengalami deformasi yang dapat berupa translasi (perpindahan) maupun rotasi (perputaran) terhadap tiga sumbu ruang. Suatu nodal dapat terjadi 6 bentuk deformasi jika berada pada suatu kondisi bebas, yaitu 3 translasi (x, y, z) dan 3 rotasi (x, y, z). Nodal yang tidak bebas berdeformasi yang biasanya terletak pada tumpuan diberikan restraint. Penempatan restraint pada d.o.f nodal sehingga menjadi nodal tumpuan adalah sangat penting sekali, karena menentukan stabilitas struktur tersebut. Jika tidak stabil, suatu struktur tidak dapat dianalisa. Prinsip derajat kebebasan atau degree of freedom (d.o.f) berkaitan erat dengan pengertian peralihan yaitu translasi atau rotasi nodal pada struktur akibat pembebanan [D2].
Z Y Z Y

Gambar 3. Deformasi Pada Nodal

Sebagai suatu acuan untuk menjabarkan besaran dan arah dari suatu gaya, atau peralihan yang bekerja dan terjadi pada suatu struktur, atau untuk menggambarkan dan menentukan kedudukan dan ukuran dari suatu struktur biasanya digunakan suatu sistem sumbu koordinat [K1]. Sistem koordinat yang digunakan pada penulisan ini adalah sistem koordinat global dan lokal. Sistem koordinat global adalah suatu sistem koordinat yang digunakan dalam pemodelan struktur, sedangkan sistem koordinat lokal ialah suatu sistem koordinat yang dimiliki oleh setiap bagian nodal, dan element (constraint). Semua sistem

6
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

koordinat yang digunakan dalam penulisan ini (baik lokal maupun global) adalah bersadarkan sistem koordinat tiga dimensi persegi (Cartesian) yang mengacu kepada kaidah tangan kanan.

Gambar 4. Sistem Koordinat Persegi (Cartesian) dalam SAP2000

Translasi atau gaya mempunyai arah positif jika selaras dengan sistem sumbu koordinat arah positif. Sedangkan untuk rotasi dan momen yang berarah positif, ditentukan dengan bantuan tangan kanan.
j

j
i

Gambar 5. Orientasi Default Batang Terhadap Sumbu Global

Output Gaya-gaya dalam pada elemen frame yang dihasilkan oleh program SAP2000 terdiri dari gaya dan momen yang dihasilkan dari penjumlahan tegangan tegangan pada potongan penampang elemen. Gaya-gaya dalam tersebut antara lain [W2] : 1. P, gaya aksial 2. V2, gaya geser pada bidang 1-2 3. V3, gaya geser pada bidang 1-3 4. T, momen torsi aksial 5. M2, momen pada bidang 1-3 (momen terhadap sumbu 2) 6. M3, momen pada bidang 1-2 (momen terhadap sumbu 3) Semua gaya dan momen ini diberikan pada setiap potongan sepanjang elemen.

(a) Aksial dan Torsi Positif

(b) Momen dan Geser Positif Pada Bidang 1-2

(c) Momen dan Geser Positif Pada Bidang 1-3


Gambar 2.8. Gaya dan Momen Internal Elemen Frame

7
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

5. Analisa Penampang 5.1. Batang Tekan (Compression Members) Batang tekan adalah elemen struktur yang mendukung gaya tekan aksial. Gaya tekan cenderung menyebabkan hancur atau tekuk pada elemen. Persyaratan yang dianjurkan oleh AISC untuk batang tekan adalah sebagai berikut. Hubungan antara beban-beban dan kekuatan diambil dari persamaan dibawah ini :

Pu c Pn ............................................................................................................................... ( 8 )
dimana : Pu Pn Fcr = Penjumlahan beban-beban terfaktor = Kuat tekan nominal = Ag Fcr = Tegangan tekuk kritis (critical buckling stress) = faktor ketahanan (resistance factor) untuk batang tekan = 0,85

Mengingat tegangan tekuk kritis (Fcr) merupakan sebuah fungsi dari rasio kelangsingan KL/r, sehingga parameter kelangsingan yang dianjurkan AISC adalah :

c =

Fy K L ................................................................................................................... ( 9 ) r E

untuk elemen tekan elastis :

Fcr =

2 E
L r
2

c 2

Fy ........................................................................................................... (10)

Untuk mengecheck kestabilan lokal batang tekan maka perlu dihitung nilai . Untuk profil I atau H dengan menganggap flange adalah element yang tidak kaku (unstiffened element) maka :

b ..................................................................................................................................... (11) t

5.2. Batang Tarik (Tension Member) Batang tarik adalah batang yang mendukung tegangan tarik aksial yang diakibatkan oleh bekerjanya gaya tarik aksial pada ujung-ujung batang. Tegangan yang terjadi pada batang tarik dapat dirumuskan sebagai berikut :

f =

P .................................................................................................................................... (12) A

Pu t Pn atau t Pn Pu ................................................................................................ (13)


Dimana : f A = Tegangan lentur aksial (axial tensile stress) = Luas area penampang (cross-sectional area)

Pu = Penjumlahan dari beban-beban terfaktor

8
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

t = Faktor reduksi kekuatan (untuk batas leleh t = 0,90 sedangkan untuk batas keruntuhan t = 0,75) Untuk menghindari pencapaian batas leleh (limit state of yielding) :

0,90Fy Ag Pu atau Ag

Pu ................................................................................. (14) 0,90 Fy Pu .................................................................................. (15) 0,75 Fy

Untuk menghindari batas runtuh (limit state of fracture) :

0,75Fu Ae Pu atau Ae

Luas netto efektif didapat dengan mengalikan luas netto aktual dengan faktor reduksi (U) :

x U = 1 L 0,9 .................................................................................................................. (16)

Gambar 3.28. Luas Netto Efektif (effective Net Area)

Luas netto efektif untuk sambungan baut adalah :

Ae = U An ............................................................................................................................ (17)
Luas netto efektif untuk sambungan las adalah :

Ae = U Ag ............................................................................................................................ (18)
Untuk memastikan konfigurasi sambungan, maka diperlukan peninjauan terhadap block shear. Ada dua model kegagalan yang mungkin terjadi yaitu : 1 Leleh pada bidang geser dan runtuh pada bidang tarik (shear yield and tension fracture) :

Rn = 0,6 Fy Agv + Fu Ant ................................................................................... (19)


2 Runtuh pada bidang geser dan leleh pada biang tarik (shear fracture and tension yield) :

[ [

] ]

Rn = 0,6 Fy Agv + Fu Ant ................................................................................... (20)


5.3. Gording Gording diidentifikasikan sebagai balok yang memikul atap dan rangka diantara atau diatas tumpuan. Hubungan dasar antara pengaruh beban-beban terfaktor yang bekerja dengan kekuatan nominal profil di tulis sebagai berikut [S3] :

Mu b Mn ............................................................................................................ (21)
dimana : Mu = Kombinasi dari beban-beban momen terfaktor

9
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

b Mn

= Faktor reduksi kekuatan untuk balok = 0.90 = Kekuatan momen nominal

Gambar 3.26. Keseimbangan Gaya Pada Balok

C =T Ac Fy = At Fy

Ac = At
A M p = Fy Ac a = Fy At a = Fy a = Fy Z ................................................... (22) 2
dimana : A a Z = Total luas penampang = Jarak antara titik berat setengah penampang terhadap garis netral =

A a = Modulus plastis penampang 2


AISC mengklasifikasikan bentuk penampang sebagai compact, noncompact atau

slender tergantung pada nilai rasio width-thickness.


Tabel 3.1. Width-Thickness Parameters

Element Flange

bf 2tf

65 Fy 640 Fy

141 Fy 10 970 Fy

Web

h tw

Sumber : William T. Segui, LRFD Steel Design, Penerbit PWS Publishing Company, Boston, 1994.

a. Jika b. Jika

c. Jika Kategori penampang didasarkan oleh rasio width-thickness terburuk dari penampang itu sendiri, misalnya jika web adalah compact dan flange adalah noncompact maka penampang dikategorikan sebagai noncompact.

p dan flange terhubung menerus kepada web, penampang adalah compact. p < r penampang adalah noncompact, dan > r penampang adalah slender.

5.4. Pelat Pelat atau slab adalah elemen bidang tipis yang menahan beban-beban transversal melalui aksi lentur ke masing-masing tumpuan. Karena dalam mendesain pelat gaya-gaya pada pelat bekerja menurut aksi satu arah dan dua arah sehingga dikenal adanya pelat satu arah (one-way slab) dan pelat dua arah (two way slab) [W1].

10
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

Gambar 3.29. Penampang Pelat

dx = h p

1 d t ............................................................................................................... (23) 2 x

1 d y = h p d x dt x .................................................................................................. (24) 2
Mt x = 0,001 q l x x .......................................................................................................... (25)
2

dimana x adalah koefisien momen

Mn =

MR

MR 0,8

SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5. mensyaratkan bahwa tebal minimum pelat satu arah (one way slab) adalah sebagai berikut : Dua tumpuan sederhana Satu ujung menerus Kedua ujung menerus Kantilever l / 20 l / 24 l / 28 l / 10

Sedangkan tebal maksimum dan minimum untuk pelat dua arah (two way slab) :

hmin

fy 0 , 8 ln + 1500 ....................................................................................................... (26) = 36 + 9 fy ln 0,8 + 1500 ..................................................................................................... (27) = 36

hmax

5.5. Balok Persegi Pada kondisi fc, regangan diserat beton bervariasi antara 0,003 sampai 0,008, tetapi secara praktis dapat ditetapkan bahwa regangan berkisar antara 0,003 sampai 0,004. Peraturan SNI dan ACI mengambil asumsi bahwa regangan maksimum pada serat beton terluar harus diambil sebesar 0,003. [W1]
c = 0 ,0 0 3 0 ,8 5 . f c' c a= .c

cc d
- a /2

a /2

h As

d fy b
s

Ts

Gambar 3.30. Diagram Tegangan dan Regangan Balok Bertulangan Tunggal (dalam kondisi seimbang)

11
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

b =

Asb ............................................................................................................................... (28) bd

As = b b d ......................................................................................................................... (29)
Untuk kondisi keruntuhan imbang (balance failure) berlaku :

s = y

................................................................................................................................. (30)

Regangan luluh baja (y) dapat ditentukan berdasarkan hukum Hooke :

s = y =

f E

........................................................................................................................ (31)

SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.1.5 menetapkan bahwa modulus elastisitas untuk beton normal (Ec) boleh diambil sebesar 4700

f c ' , sedangkan modulus elastis untuk tulangan non-pratekan

(Es) boleh diambil sebesar 200.000 Mpa. Jarak serat tekan terluar ke garis netral (c) dapat ditentukan dengan menggunakan segitiga sebanding dari diagram regangan sebagai berikut :

c 0,003 = d 0,003 +

0,003 d ............................................................................................................ (32) c= 0,003 + s 0,003 c= d ........................................................................................................ (33) f y 0,003 + E s

12
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

Tabel 4.3. Perhitungan As perlu Pada Pelat

Type Pelat

Dimensi (m)

ly lx
1,33

U (kg/m ) 868 868


2

x 0,055 0,038 0,050 0,038 0,061 0,035 0,059 0,036 0,069 0,051 0,056 0,037 0,067 0,051 0,059 0,050 0,038 0,043

Mu (kg.m) 966,735 667,926 878,850 667,926 648,613 372,155 627,347 382,788 958,272 708,288 777,728 513,856 930,496 708,288 819,392 694,400 527,744 597,184

Mu/0,8 (kg.m) 1.208,4190 834,9075 1.098,5630 834,9075 810,7663 465,1938 784,1838 478,4850 1197,8400 885,3600 972,1600 642,3200 1.163,1200 885,3600 1.024,2400 868,0000 659,6800 746,4800

d (cm) 9,4 8,2 9,4 8,2 9,4 8,2 9,4 8,2 9,4 8,2 9,4 8,2 9,4 8,2 9,4 8,2 9,4 8,2

Rn (Mpa) 1,367608 1,241683 1,243280 1,241683 0,917572 0,691841 0,887487 0,711608 1,355636 1,316716 1,100226 0,955265 1,316342 1,316716 1,159167 1,290898 0,746582 1,110173

0,005866 0,005311 0,005318 0,005311 0,003897 0,002924 0,003767 0,003009 0,005813 0,005641 0,004691 0,004060 0,005639 0,005641 0,004949 0,005527 0,003159 0,004735

max 0,04685 0,04685 0,04685 0,04685 0,04685 0,04685 0,04685 0,04685 0,04685 0,04685 0,04685 0,04685 0,04685 0,04685 0,04685 0,04685 0,04685 0,04685

min 0,005833 0,005833 0,005833 0,005833 0,005833 0,005833 0,005833 0,005833 0,005833 0,005833 0,005833 0,005833 0,005833 0,005833 0,005833 0,005833 0,005833 0,005833

As (mm ) 551,363 478,306 548,302 478,306 548,302 478,306 548,302 478,306 548,302 478,306 548,302 478,306 548,302 478,306 548,302 478,306 548,302 478,306
2

ly
6,0
4,50 6,00

lx
4,5 4,5

2
6,00

4,50

6,0

4,5 4,5

1,33

868 868

3
6 ,0 0

3 ,5 0

6,0 6,0 6,0 6,0 5,0 5,0 4,0

3,5 3,5 3,5 3,5 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0

1,71 1,71 1,50 1,50 1,25 1,25 1,00

868 868 868 868 868 868 868 868 868 868 868 868 868 868

4
6,00

3,50

5
6 ,0 0

4 ,0 0

6
6,00

4,00

7
5 ,0 0

4 ,0 0

8
5 ,0 0

4 ,0 0

9
4 ,0 0

4 ,0 0

1
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

Tabel 4.4. Momen Nominal (Mn) Pada Pelat

Type Pelat 1 2 3 4 5 6 7 8 9

As perlu (mm ) 551,363 478,306 548,302 478,306 548,302 478,306 548,302 478,306 548,302 478,306 548,302 478,306 548,302 478,306 548,302 478,306 548,302 478,306
2

Digunakan Tulangan 612 512 512 512 512 512 512 512 512 512 512 512 512 512 512 512 512 512

As aktual (mm ) 678,6 565,5 565,5 565,5 565,5 565,5 565,5 565,5 565,5 565,5 565,5 565,5 565,5 565,5 565,5 565,5 565,5 565,5
2

a (mm) 6,595687 5,496406 5,496406 5,496406 5,496406 5,496406 5,496406 5,496406 5,496406 5,496406 5,496406 5,496406 5,496406 5,496406 5,496406 5,496406 5,496406 5,496406

Mn (KN.m) 14,77212 10,75605 12,38469 10,75605 12,38469 10,75605 12,38469 10,75605 12,38469 10,75605 12,38469 10,75605 12,38469 10,75605 12,38469 10,75605 12,38469 10,75605

Mu (KN.m) 12,08420 8,34908 10,98560 8,34908 8,10766 4,65194 7,84184 4,78485 9,72160 6,42320 9,72160 6,42320 11,63120 8,85360 10,24240 8,68000 6,59680 7,46480

2
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

Tabel 4.5 Penulangan Lentur Balok

Section B1 B2 B3 B4 B5

Mu (KNm) 379,5513 259,3800 559,3361 402,8198 319,9225 59,9529 515,2809 107,6717 546,3580 418,3051

Mn (KNm) 474,4391 324,2250 699,1701 503,5248 399,9031 74,9411 644,1011 134,5896 682,9475 522,8814

bf (mm) 600 600 1750 1750 1125 1125 1000 1000 1875 1875

d (mm) 450 450 450 450 400 400 450 450 450 450

Rn 3,904849 2,668519 1,972967 1,420881 2,221684 0,416340 3,180746 0,664640 1,798709 1,377136

Rho 0,013729 0,008994 0,006509 0,004613 0,007384 0,001315 0,010903 0,002113 0,005903 0,004465

Rho max 0,023612 0,023612 0,023612 0,023612 0,023612 0,023612 0,023612 0,023612 0,023612 0,023612

Rho min 0,0035 0,0035 0,0035 0,0035 0,0035 0,0035 0,0035 0,0035 0,0035 0,0035

a (mm) 100,0831 65,5661 47,4460 33,6243 47,8491 8,5213 79,4766 15,4043 43,0326 32,5487

c (mm) 117,7448 77,1366 55,8188 39,5580 56,2930 10,0250 93,5019 18,1228 50,6266 38,2925

As (mm ) 3.706,941 2.428,480 5.125,556 3.632,407 3.322,996 591,781 4.906,176 950,926 4.980,845 3.767,368
2

Jmlh tul. 8D25 5D25 9D28 6D28 7D25 2D25 8D28 2D28 9D28 7D28

As aktual (mm ) 3.927,00 2.454,80 5.541,70 3.694,60 3.436,10 981,80 4.926,00 1.231,50 5.541,70 4.310,30
2

Mn (KNm) 628,2548 409,6736 944,9198 640,1824 516,8932 155,4148 808,3796 217,8759 949,8112 747,7951

Tabel 4.6 Penulangan Geser Balok

bw Section (mm) B1 B2 B3 B4 B5 Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan 350 350 350 350 300 300 350 350 350 350

d (mm) 450 450 450 450 400 400 450 450 450 450

D tul. (mm) 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Vu (KN) 314,521 139,32 325,417 295,347 156,905 126,147 214,777 195,146 412,414 345,59

Vc (KN) 141,4824 141,4824 141,4824 141,4824 107,7961 107,7961 141,4824 141,4824 141,4824 141,4824

0,6 x Vc (KN) 84,88943 84,88943 84,88943 84,88943 64,67766 64,67766 84,88943 84,88943 84,88943 84,88943

Vs (KN) 382,71928 90,71761 400,87928 350,76261 153,71223 102,44890 216,47928 183,76095 545,87428 434,50095

Vs max (KN) 565,9295 565,9295 565,9295 565,9295 431,1844 431,1844 565,9295 565,9295 565,9295 565,9295

s (mm) 106,330 448,583 101,513 116,017 264,744 397,217 187,983 221,453 74,549 93,658

1 3 f 'c

bw d

s maks (mm) 112,5 225 112,5 112,5 200 200 225 225 112,5 112,5

s terpasang (mm) 100 225 100 100 200 200 180 220 70 90

(KN) 282,9648 282,9648 282,9648 282,9648 215,5922 215,5922 282,9648 282,9648 282,9648 282,9648

3
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

Tabel 4.7. Penulangan Lentur Kolom Dengan Pengaku

Section

Ec
N/mm
2

Kolom b mm 500 400 400 500 500 400 400 400 h mm 600 600 500 700 600 600 600 500

EIk
kNm
2

Balok b mm 350 350 350 350 350 350 300 300 h mm 500 500 500 500 500 500 450 450

EIb
kNm
2

kolom bawah
13,57 10,86 6,28 21,55 13,57 10,86 17,38 10,06

kolom atas
13,57 10,86 6,28 21,55 13,57 10,86 17,38 10,06

k.lu/r

M1 kNm

M2 kNm 224,430 155,670 144,420 274,120 244,080 193,242 283,273 319,560

34-12(M1/M2)

Pu kN

K1 K1-A K1-B K2 K2-A K2-B K3 K3-A

27081,14 27081,14 27081,14 27081,14 27081,14 27081,14 27081,14 27081,14

64994,73 51995,78 30090,15 103209,2 64994,73 51995,78 51995,78 30090,15

12314,21 12314,21 12314,21 12314,21 12314,21 12314,21 7694,621 7694,621

18,472 18,472 21,700 16,000 18,472 18,472 18,667 22,167

127,86 153,36 107,74 251,62 243,82 164,88 274,77 287,31

27,163 22,178 25,048 22,985 22,013 23,761 22,360 23,211

6221,060 3249,115 525,810 7272,756 5345,446 898,107 2759,520 592,930

Section

et
mm

et min
mm 33 33 30 36 33 33 33 30

0,1.Agr.f'c kN 996,00 796,80 664,00 1162,00 996,00 796,80 796,80 664,00

K1

et/h

K2

d'/h

As total
mm
2

As sisi
mm
2

As terpsng

Mn aktual kNm

K1 K1-A K1-B K2 K2-A K2-B K3 K3-A

36,076 47,911 274,662 37,691 45,661 215,166 102,653 538,951

1,131 1,107 0,116 1,133 0,971 0,051 0,627 0,131

0,060 0,080 0,549 0,054 0,076 0,359 0,171 1,078

0,068 0,088 0,064 0,061 0,074 0,011 0,175 0,142

0,09 0,09 0,11 0,08 0,09 0,09 0,09 0,11

0,012 0,014 0,010 0,012 0,006 0,010 0,008 0,022

1,283 1,283 1,283 1,283 1,283 1,283 1,283 1,283

0,0154 0,0180 0,0128 0,0154 0,0077 0,0128 0,0103 0,0282

4619,520 4311,552 2566,400 5389,440 2309,760 3079,680 2463,744 5646,080

1154,880 1077,888 641,600 1347,360 577,440 769,920 615,936 1411,520

4D20 3D22 3D18 3D25 3D16 3D19 2D20 3D25

231,122 245,649 167,062 314,582 270,743 211,311 332,815 347,670

4
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

PENUTUP 5.1. KESIMPULAN Dari analisa perhitungan perencanaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Beban aksial (axial forces) terbesar yang dialami oleh struktur akibat beban yang diderita oleh struktur pada perencanaan kali ini terdapat pada komponen struktur kolom terbawah, hal ini dapat dibuktikan dari hasil analisa program SAP yang menunjukkan bahwa diagram dengan nilai beban aksial terbesar terdapat pada tiap-tiap kolom terbawah (lantai 1). 2. Dari hasil perhitungan perencanaan pile cap didapatkan bahwa pada perencanaan kali ini digunakan 3 tipe pile cap dengan ketebalan (d) masing-masing 1250, 1000 dan 650 mm, dimana untuk tipe jenis pile cap yang mendapatkan beban axial terbesar digunakan tulangan D29-140 pada potongan I dan pada potongan II digunakan tulangan D36-100, sedangkan untuk jenis pile cap yang menerima beban axial terkecil digunakan tulangan D20-110 pada potongan I dan II.
I I

II
600 600 1875 3075

1200

II
600

1200

1537,5 3075

3. Pada hasil perhitungan perencanaan kolom didapatkan bahwa pada perencanaan kali ini digunakan 8 tipe kolom dimana untuk kolom yang menerima momen terbesar (K3-A) digunakan tulangan lentur 8D25 dengan tulangan sengkang D10-140 sedangkan untuk kolom yang menerima momen terkecil (K1) digunakan tulangan lentur 4D20 dengan tulangan sengkang D10-320. 4. Pada perencanaan balok kali ini digunakan 13 tipe balok dimana untuk balok yang menerima momen terbesar (B2) digunakan tulangan lentur 9D28 dengan tulangan sengkang D12-100 sedangkan untuk balok yang menerima momen terkecil (B8) digunakan tulangan lentur 2D25 dengan tulangan sengkang D12-225. 5. Pada perencanaan pelat kali ini digunakan 9 tipe pelat dimana pada arah X dan Y rata-rata dipasang tulangan lentur 5D12. 6. Dari hasil perhitungan perencanaan struktur atap (roof structure) kali ini : Digunakan profil C 4x7.25 untuk gording. Digunakan profil double angle 2,5 x 2 x 3/16 untuk batang tarik (tension member) dan batang tekan (compression member). Digunakan sambungan (connection) baut ASTM A307 diameter inch dengan tegangan tarik izin 24 ksi dan Digunakan diameter sagrod inch (Ag = 0,19625)

1
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

7. Hasil perhitungan perencanaan digunakan penulangan minimum yang memenuhi momen terfaktornya. Pada perencanaan kali ini hasil perhitungan analisa struktur disajikan dalam bentuk tabel.

5.2.

SARAN Saran yang dapat diberikan dalam perencanaan adalah untuk merencanakan suatu

struktur harus memperhatikan faktor kemudahan dalam pelaksanaan (workability) serta faktor ekonomis dengan tidak mengurangi kriteria kekuatan dari komponen struktur itu sendiri. DAFTAR PUSTAKA Dipohusodo, Istimawan, 1994. Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Departemen Pekerjaan Umum RI, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [D1] Departemen Pekerjaan Umum, 1991. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15-1991-03), Penerbit Yayasan LPMB, Bandung. [D2] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997. Struktur Baja, Penerbit Gunadarma , Jakarta. [D3] Dewobroto, Wiryanto, 2004. Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP2000, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. [D4] Hardiyatmo, Hary Christady, 2002. Teknik Pondasi 2, Penerbit Beta Offset, Yogyakarta. [H1] H.G. Poulos & E.H. Davis, Pile Foundation Analysis And Design, John Wiley & Sons Inc. New York 1980. [H2] Katili, Irwan, 2000. Aplikasi Metode Elemen Hingga Pada Rangka-Balok-Grid-Portal, Penerbit Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok. [K1] Panitia Teknik Bangunan dan Konstruksi, 2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002), Penerbit Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. [P1] Poerbo M.Arch., Ir. Hartono, 2000. Struktur dan Konstruksi Bangunan Tinggi, Penerbit Djambatan, Jakarta. [P2] Pramono, Handi, 2004. Struktur 2D & 3D Dengan SAP 2000, Penerbit Maxikom, Palembang. [P3] Salmon, G. Charles, 1994. Struktur Baja Desain dan Perilaku, Penerbit Erlangga, Jakarta. [S1] Schodek, Daniel L., 1999. Struktur, Penerbit Erlangga, Jakarta. [S2] Segui, William T., 1994. LRFD Steel Design, Penerbit PWS Publishing Company, Boston. [S3] Sosrodarsono, Ir. Suyono, 2000. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta. [S4] Spiegel, Leonard dan Limbrunner, George F., 1991. Desain Baja Struktural Terapan, Penerbit PT Eresco, Bandung. [S5]

2
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Abstraksi

Sudarmoko, dan Aswin, Muhammad, 1994. Perancangan dan Analisis Kolom Beton Bertulang Mengacu SK SNI T-15-1991-03, Penerbit Biro Penerbit KMTS FT UGM, Yogyakarta. [S6] T., Gunawan, dan Saleh, Margaret, 1999. Diktat Teori dan Penyelesaian Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Jilid 1, Penerbit Delta Teknik Group, Jakarta. [T1] T., Gunawan, dan Saleh, Margaret, 1999. Diktat Teori dan Penyelesaian Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Jilid 2, Penerbit Delta Teknik Group, Jakarta. [T2] Universitas Katolik Parahyangan Program Pasca Sarjana Teknik Sipil., Manual Pondasi Tiang, Penerbit Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. [U1] Vis, W.C., dan Kusuma, Gideon, 1996. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03, Penerbit Erlangga, Jakarta. [V1] Wahyudi, L., dan A. Rahim, Syahril, 1999. Struktur Beton Bertulang Standar Baru SNI T-151991-03, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [W1] Wang, Chu-Kia dan Salmon, Charles G., 1993. Disain Beton Bertulang, Penerbit Erlangga, Jakarta. [W2] Wigroho, Haryanto Yoso, 2002. Analisis dan Perancangan Struktur Frame menggunakan SAP2000, Penerbit Andi, Yogyakarta. [W3] Yayasan Badan Penerbit PU, 1987. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, Departemen Pekerjaan Umum RI, Jakarta. [Y1] Yayasan Dana Normalisasi Indonesia, 1977. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, Penerbit Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. [Y2]

3
Jurusan Teknik Sipil Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai