Anda di halaman 1dari 3

Judul Penatalaksanaan Hiperglikemia Neonatorum pada Bayi Preterm BBLSR Abstrak Hiperglikemia pada neonatus adalah salah satu

kelainan metabolik yang banyak dijumpai pada bayi preterm dan yang mengalami kondisi kritis. Secara umum kondisi ini terjadi karena perpaduan 3 hal, yaitu produksi berlebih glukosa oleh neonatus, pemberian glukosa eksogen yang terlalu banyak, dan penurunan kapasitas penggunaan glukosa. Penatalaksanaannya dengan menurunkan laju pemberian glukosa, inisiasi pemberian nutrisi enteral, dan terapi insulin, dengan target kadar glukosa serum 80 150 mg/dL. Isi Bayi perempuan, preterm dan BBLSR (usia 11 hari, BB 1450 g, BBL 1100 g) dengan hasil pemeriksaan gula darah sewaktu berulang tinggi. Hasil GDS tinggi pertama kali diketahui ketika bayi berusia 6 hari dan mengalami apneu. Bayi mendapat resusitasi cairan dan injeksi diuretik, selanjutnya GDS rutin diukur tiap pagi. Pada usia 8 hari bayi mendapat tambahan terapi insulin karena GDS tetap tinggi. Insulin diberikan ketika GDS tinggi. Pada usia 11 hari sejak pukul 09.45 WIB GDS high dan diberikan insulin 0,2 U IV. Pengukuran GDS dilakukan ulang tiap jam dan diberikan insulin 0,2 U tiap jam karena GDS tetap high sampai 3 jam berikutnya. Riwayat persalinan: lahir spontan dari ibu P1A0 UK 28 5/7 minggu di RSUD setelah mengalami kontraksi prematur post-coitus. Bayi lahir langsung menangis, skor APGAR 8/8/9. BBL 1100 g, GDS 97 mg/dL. Riwayat kehamilan: ANC rutin di bidan dan dokter Sp.OG, minum tablet besi dan vitamin (+), penyakit selama kehamilan (-), 5 hari sebelum lahir ibu merasakan kenceng-kenceng dan dirawat di RSUD, mendapat obat untuk menghilangkan kontraksi dan obat untuk mematangkan paru janin. Riwayat keluarga DM (-), hipertensi (-), sakit jantung (-). Dari pemeriksaan fisik didapatkan bayi di dalam inkubator, menangis kuat, gerak aktif, tanda preterm (+), vital sign dalam batas normal, terdapat retraksi dada dan nafas cuping hidung, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Diagnosis Neonatus preterm, jenis kelamin perempuan, usia 11 hari dengan BBLSR, distres respirasi, dan hiperglikemia neonatorum. Terapi O2 0,5 lpm (nasal kanul) Infus RL 5 tpm (mikrodrip) Injeksi Ceftriaxone 2 x 75 mg IV Injeksi Dexamethasone 0,1 cc IV Injeksi Aminophylline 5 mg IV Injeksi Insulin 0,2 U Subcutan jika GDS tinggi Pantau GDS Diit ASI (OGT) 19 cc/2 jam Diskusi Hiperglikemia pada neonatus adalah salah satu kelainan metabolik yang banyak dijumpai pada bayi preterm dan yang mengalami kondisi kritis. Belum ada konsensus yang mengatur

batasannya, tetapi sebagian besar sumber mendefinisikan hiperglikemia pada neonatus sebagai keadaan dimana kadar glukosa darah > 120 -125 mg/dL atau kadar glukosa plasma > 140 150 mg/dL tanpa memandang usia kehamilan, berat badan lahir, dan usia post natal. Hiperglikemia banyak terjadi pada 3 5 hari pertama kehidupan, tetapi dapat juga terjadi pada usia 10 hari atau lebih. Kejadiannya berbanding terbalik dengan berat badan lahir dan paling banyak mengenai bayi preterm. Hiperglikemia pada neonatus secara langsung berhubungan dengan penyakit dan segala bentuk stres. Secara umum, hiperglikemia terjadi karena perpaduan 3 hal: 1. produksi berlebih glukosa oleh neonatus 2. pemberian glukosa eksogen yang terlalu banyak 3. penurunan kapasitas penggunaan glukosa. Bayi preterm dan IUGR memiliki kapasitas sekresi insulin yang lebih rendah daripada bayi normal. Hal ini meningkatkan risiko hiperglikemia karena hampir semuanya menerima glukosa intravena dengan kecepatan yang lebih besar daripada kapasitas utilisasi glukosa. GIR (glucose infusion rate) > 11 mg/kg/BB/menit berhubungan dengan hiperglikemia. Selain itu, bayi preterm juga memiliki massa otot dan lemak yang rendah. Otot dan lemak adalah jaringan yang peka insulin, sehingga kapasitas penggunaan insulin neonatus preterm tidak besar. Bayi IUGR juga dapat memiliki resistensi insulin hepatik, sehingga produksi glukosa hepar tetap tinggi walaupun kadar glukosa plasma sudah tinggi. Hal ini ditambah juga dengan tertundanya pemberian nutrisi enteral segera setelah lahir sehingga menghambat sekresi inkretin yang mampu menstimulasi sekresi insulin. Faktor risiko lainnya adalah stress yang ditandai dengan meningkatnya kadar kortisol dalam plasma. Neonatus menderita stress fisiologis baik dari proses penyakitnya maupun dari intervensi medis yang dilakukan (contohnya prosedur yang menimbulkan nyeri seperti venipuncture, iritasi ET, injeksi katekolamin). Hormon stress tersebut menghambat sekresi dan aksi insulin, meningkatkan glukoneogenesis dan glikogenolisis sehingga menimbulkan hiperglikemia. Hiperglikemia pada neonarus yang terjadi secara akut memiliki potensi untuk menyebabkan gangguan cairan seperti diuresis osmotik, dehidrasi, serta ketidakseimbangan elektrolit dan pH darah. Hiperglikemia yang lebih lama juga dapat menyebabkan adaptasi metaolik yang menyebabkan resistensi insulin dan intoleransi glukosa. Belum ada konsensus yang mengatur penatalaksanaan hiperglikemia neonatorum, tetapi pada prinsipnya terapi ditujukan untuk menurunkan kadar glukosa secara bertahap. Terapi harus berdasarkan pada diagnosis dan etiologi yang dicurigai pada setiap kasus. Kecepatan pemberian glukosa, obat-obatan yang diberikan, urin output, serum elektrolit, dan berat badan harus diukur untuk mengetahui potensi dehidrasi, diuresis osmotik, dan status hidrasi. Pada neonatus dengan kadar gluksoa 125 350 mg/dL, mengurangi pemberian glukosa eksogen seharusnya cukup untuk menurunkan hiperglikemia. Kecepatan infus harus diturunkan secara bertahap, dari 1-2 mg/kg/menit setiap 2 4 jam dengan pemantauan kadar glukosa darah sampai tercapai normoglikemia atau tercapai GIR 3 4 mg/dL dan hiperglikemia tetap parah ( > 350 mg/dL). Pemberian nutrisi enteral diketahui dapat meningkatkan fungsi pankreas dan sekresi insulin. Bahkan dengan jumlah minimal dapat menstimulasi produksi inkretin, termasuk gastric inhibitory polypeptide dan pancreatic polypeptide. Jika hiperglikemia menetap, pemberian insulin dapat dipertimbangkan. Insulin dapat diberikan jika kadar glukosa plasma > 300 400 mg/dL walaupun GIR telah dikurangi < 3 4

mg/kg/menit.Metode yang umum digunakan berupa continuous infusion dimulai dari 0,02 0,05 U/kg/jam. Cara lain adalah dengan menambahkan fast acting insulin pada larutan D10% dengan kecepatan 0,01 0,1 U/kg/jam, kemudian titrasi kecepatan sampai level glukosa normal. Rekomendasi lain adalah dengan memberikan bolis insulin 0,05 0,1 U/kg/kali secara intravena. Bayi BBLSR < 30 minggu dapat meningkatkan toleransi glukosa 50 300% dan dapat mencapai normoglikemia setelah 3 6 jam terapi insulin. Kesimpulan Hiperglikemia pada neonatus didefinisikan sebagai kadar glukosa darah > 120 125 mg/dL atau kadar glukosa plasma > 140 150 mg/dL tanpa memandang usia kehamilan, berat badan lahir, dan usia post-natal. Faktor risikonya adalah bayi preterm, IUGR, terdapat peningkatan hormon stres, mendapat infus lipid dan glukosa yang berlebih, insufisiensi sekresi insulin, dan tertundanya pemberian nutrisi enteral. Penatalaksanaannya dengan menurunkan laju pemberian glukosa, inisiasi pemberian nutrisi enteral, dan terapi insulin, dengan target kadar glukosa serum 80 150 mg/dL. Referensi Hemachandra, A., & Cowett, R.M. 1999. Neonatal hyperglycemia. Diakses 21 Januari 2014 dari http://pedsinreview.aappublications.org/content/20/7/e16.full.pdf+html Jospe, N. 2009. Neonatal hyperglycemia. Diakses 22 Januari 2014 dari http://merckmanuals.com/proffesional/pediatrics/metabolic_electrolyte_and_toxic_dis orders_in_neonates/neonatal_hyperglycemia.html Kariamkonda, V.R., & Khashu, M. 2008. Controversies in the management of hyperglycemia in the ELBW infant. Diakses 22 Januari 2014 dar http://indianpediatrics.net/jan2008/jan29-38.htm Rozance, P.J., & Hay, W.W., Jr. 2010. Neonatal hyperglycmia. Diakses 22 Januari 2014 dari http://neoreviews.aappublications.org/content/11/11/e632 Bottino, M., et al. 2011. Interventions for treatment of neonatal hyperglycemia in very low birth weight infants. Diakses 21 Januari 2014 dari http://www.nichd.nih.gov/cochrane_data/bottinom_01/bottinom_01.html

Penulis Alindina Anjani, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Temanggung, Kab. Temanggung, Jawa Tengah

Anda mungkin juga menyukai