Anda di halaman 1dari 7

ULASAN DISERTASI DR. ERNI AGUSTINA S.H. Sp.N.

BERJUDUL IMPLIKASI HUKUM GANDA TERKAIT DENGAN HAK MEWARIS DARI SEORANG ANAK HASIL PERKAWINAN IJAB QOBUL

TUGAS MATA KULIAH PENEMUAN HUKUM


Oleh: ANDI ABROR NRP: 121.0922.001 PROGRAM MAGISTER HUKUM PASCA SARJANA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA 2012

Daftar Isi
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 3 RINGKASAN DISERTASI .................................................................................................................................. 3 A. B. C. 1. 2. 3. D. E. Latar Belakang Masalah .................................................................................................................... 3 Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4 Kerangka Teori .................................................................................................................................. 4 Grand Theory ................................................................................................................................ 4 Middle Range Theory .................................................................................................................... 5 Applied Theory .............................................................................................................................. 5 Kerangka Konseptual ........................................................................................................................ 5 Kesimpulan........................................................................................................................................ 6

PENDAHULUAN
Ulasan disertasi DR. Erni Agustina M.H. yang berjudul IMPLIKASI HUKUM GANDA TERKAIT DENGAN HAK MEWARIS DARI SEORANG ANAK HASIL PERKAWINAN IJAB QOBUL ini adalah sebagai tugas mata kuliah PENEMUAN HUKUM pada Program Magister Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

RINGKASAN DISERTASI
Disertasi ini disusun dalam beberapa bagian. Dalam ulasan ini hanya akan diulas beberapa bagian saja, tidak secara keseluruhan yaitu:

A. Latar Belakang Masalah


Latar belakang masalah berisi penjelasan bahwa hukum yang berlaku bagi semua warga Negara Indonesia terhadap perkawinan diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 jo Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 merujuk kepada hukum masing-masing agama dan kepercayaan para pemeluknya (Pasal 2 UU No. 1 Tahun 1974 jo Pasal 10 Ayat 3 PP No. 9 Tahun 1975). Sehingga dengan undang-undang dan peraturan ini variasi perkawinan berdasarkan agama dan kepercayaan yang berke Tuhanan Yang Maha Esa sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 hasil Amandemen. Hal lain yang dijelaskan dalam latar belakang masalah adalah pelaksanaan suatu perkawinan ijab qabul dapat menjadi sumber kebahagiaan keluarga, namun dapat juga menjadi sumber konflik dilingkungan keluarga, baik hukum keperdataan mengenai perceraian, warisan harta kekayaan maupun konflik kepidanaan pelanggaran ganda mengenai suami kawin lagi tanpa izin istri pertama yang berakibat tidak harmonis rumah tangga meningkat konfrontasi yang menjadi perkara pidana dalam KUHP.Perkara pidana yang terjadi dapat berupa pertengkaran yang disertai delik penganiayaan, atau ancaman, atau penggelapan, akan merusaka barang dalam lingkup objek hukum pidana. Hal ini merupakan akibat negative suatu perkawinan yaitu dapat menjadi konflik pelanggaran ganda dibidang pidana dan perdata.

Lebih jauh dijelaskan tentang beberapa fakta konflik pidana dan perdata yang dapat terjadi. Perkawinan yang tidak dicatat menurut Hukum Negara dapat berdampak pelanggaran hukum pidana. Beberapa UU dapat digunakan untuk menjerat secara pidana pihak-pihak yang terkait dalam perkawinan ini misalnya mantan istri/suami

terkait harta peninggalan atau warisan, pelanggaran delik tanpa izin istri pertama atas perkawinan kedua. Fakta lain adalah kasus perdata yang menyebabkan anak yang lahir akibat dari perkawinan berdasarkan agama atau kepercayaan menjadi anak luar kawin yang tidak sah setelah berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974. Sehingga anak anak luar kawin dinyatakan tidak berhak mewaris dari harga peninggalan orang tuanya.

B. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian


Disertasi ini merumuskan beberapa rumusan hasil dari paparan latar belakang, yaitu: 1. Mengapa perlu adanya perlindungan hukum bagi anak hasil perkawinan ijab qobul 2. Apakah dapat diakui dihadapan hukum terhadap anak yang lahir dari hasil perkawinan ijab qabul oleh putusan hakim melalui teori penafsiran dan penemuan hukum 3. Manakah yang didahulukan untuk diadili dalam kasus perkara ganda dalam hukum pidana ataukah hukum perdata. Dengan ketiga rumusan di atas maka ditetapkan tujuan disertasi, yaitu:
1. Mengapa perlu adanya perlindungan hukum bagi anak hasil perkawinan ijab qabul tidak tercatat pada hukum Negara. 2. Mengkaji kekuatan putusan hakim dalam penemuan hukum untuk solusi perkara pelanggaran hukum ganda. 3. Mengetahui prioritas penyelesaian pelanggaran hukum ganda yang bersumber dasar hukum terhadap anak yang lahir dari hasil perkawinan ijab qabul tidak tercata pada hukum Negara.

C. Kerangka Teori
Untuk menjawab rumusan dan tujuan penelitian di atas digunakan kerangka teori: 1. Grand Theory Grand theory yang digunakan adalah teori kausalitas pelanggaran hukum dan teori penemuan hukum proses perkara ganda pidana dan perdata mengacu dari pendekatan norma Pasal 100 KUHAP. a. Teori kausalitas perkawinan yang menjadi sumber perkara pelanggaran hukum bersifat ganda. Dalam disertasi ini teori kausalitas meliputi bidang hukum pidana dan hukum perdata. Pada teori kausalitas dikenal teori condition sinequanon dan teori adequate.

b. Teori tentang perikatan, perkawinan ijab qabul, pencatatan perkawinan, pewarisan, yang berimplikasi perkara perdata dan pidana terhadap putusan hakim berdasarkan penemuan hukum untuk mengembangkan Pasal 100 KUHAP. 2. Middle Range Theory Teori Middle Range yang digunakan adalah Teori Relatif. Teori ini menyatakan apabila dalam suatu perbuatan hukum pidana terdapat suatu delik yang tidak dapat digunakan terhadap perbuatan pidana tersebut, maka apabila digunakan dalil tersebut akan dianggap bertentangan dengan hukum legalitas, padahal dimungkinkan mengembangkan asas legalitas kearah asas Principle of Justice sehingga hukum tersebut hukum yang tidak formal tapi secara materiil menimbulkan keadilan dalam masyarakat sehingga bersifat melawan hukum yang tidak tertulis. Selain Teori Relatif digunakan juga teori dasar keadilan komutatif Smith. Teori ini menyangkut pencegahan terhadap terlanggarnya hak dan kepentingan pihak lain, jaminan atas hak-hak sempurna setiap individu, dan jaminan serta penghargaan atas hak setiap individu dan hak masyarakat. Keadilan komutatif mau tidak mau juga menyangkut prinsip perlakuan yang sama didepan hukum bagi setiap anggota masyarakat. 3. Applied Theory Teori Victim, adanya pihak yang menjadi korban, karena adanya perbuatan yang tidak sesuai dengan hukum baik bidang perdata karena wanprestasi dalam suatu perjanjian maupun bidang hukum pidana karena melakukan pelanggaran hukum pidana. Perlindungan hukum terhadap anak yang berdasarkan social security yang berhubungan dengan social welfare dan human right.

D. Kerangka Konseptual
Pada bagian ini, disertasi membahas secara mendalam tentang: 1. Pelanggaran hukum bersifat ganda yang merupakan implikasi negative dari aspek hukum perdata dan aspek hukum pidana yang bersumber perikatan, perkawinan, pewarisan karena tidak mencatatkan perkawinan, dan kedudukan hukum anak luar kawin pada hukum Negara. 2. Hakekat perkawinan, yaitu menurut: a. Undang-Undang nomor 1 Tahun 1974 tentang syarat sahnya perkawinan b. Hukum Agama. c. Hukum Adat 3. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), menjelaskan perkawinan menurut BW seperti yang diatur dalam Pasal 26.

E. Kesimpulan
Dari hasil ulasan sebagai mana tersebut di atas, Saya sebagai pengulas dari disertasi yang dibuat oleh DR. Erni Agustina S.H. Sp. N. sepakat dengan kesimpulan yang dibuat dalam disertasi ini. Beberapa hal yang dapat dicatat adalah: Hukum merupakan sarana untuk melindungi kepentingan-kepetingan manusia oleh karena itu kekosongan hukum harus diisi oleh hakim melalui metode penafsiran dan upaya penemuan hukum baru dengan menggunakan metode penafsiran dan upaya penemuan hukum baru dengan menggunakan metode rechtsvinding. Hukum ada tidak untuk melayani kepentingannya sendiri demi kepastian hukum, akan tetapi diarahkan kepada tujuan untuk melindungi kepentingan-kepentingan subyek hukum yang berada dalam posisi yang rentan. Sehingga konsep-konsep hukum sebagai sarana social security, social welfare, dan perlindungan human right menjadi relevan diperhatikan oleh hukum. Kemudian dari ulasan di atas saya pun sependapat dengan kesimpulan yang dibuat dalam disertasi ini, yaitu: 1. Perkawinan ijab qabul yang dilakukan merupakan perbuatan yang secara hukum dinyatakan sah jika dilihat dari kerang teori yang dikemukakan terlebih lagi karena memang di dalam masyarakat berlaku ketentuan ketentuan seperti hukum agama dan hukum adat yang sangat di junjung tinggi. Meskipun dalam undang-undang perkawinan yang berlaku masih memerlukan pemenuhan syarat formil yaitu Pencatatan Perkawinan. 2. Mengacu pada kesimpulan no. 1 maka anak yang dilahirkan dari perkawinan ijab qabul sesungguhnya anak yang sah, yakni anak yang dilahirkan dalam perkawinan yang sah. Oleh karena itu Negara harus memberikan perlindungan hukum terhadap anak yang dilahirkan tersebut. 3. Dalam rangka perlindungan terhadap anak yang dilahirkan dari perkawinan ijab qabul, hakim harus melakukan penafsiran dengan menggunakan metode rechtsvinding yakni dengan menyelami, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Hakim harus mendahulukan penyelesaian perkara yang berimplikasi ganda dengan mendahulukan penyelesaian menurut sistem hukum perdata untuk menghindari kemungkinan resiko-resiko yang lebih besar kepada pra pihak. Prosedur hukum pidana merupakan upaya terakhir dalam menyelesaikan resiko-resiko lebih besar yang tidak dapat dihindarkan lagi. Saya sependapat dengan tiga kesimpulan di atas juga mengacu pada Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974. Pada Pasal 1 jelas sekali bahwa perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. Sehingga ijab qobul yang dilakukan

dalam perkawinan membuat sah perkawinan tersebut. Anak-anak yang dilahirkan atas perkawinan ijab qobul pun adalah anak-anak yang sah yang dapat hak mewaris dari kedua orang tuanya. Sedangkan untuk Pasal 2 yang mensyaratkan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak menggugurkan kesahan dari perkawinan ijab qobul yang dilakukan apabila perkawinan tersebut tidak dicatatkan. Sehingga kesimpulan nomor 2 di atas adalah tepat. Karena itu sudah seharusnya kesimpulan nomor 3 dilaksanakan oleh para hakim demi terlaksananya konsep-konsep hukum sebagai sarana social security, social welfare, dan perlindungan human right.

Anda mungkin juga menyukai