Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
REGIONAL DEVELOPMENT
PENGANTAR RAPAT KOORDINASI TEKNIS KEBIJAKAN PENGUATAN KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU Jakarta, 30 Januari 2014
KERANGKA PAPARAN
DINAMIKA EKONOMI GLOBAL, POSISI EKONOMI NASIONAL TERKINI, DAN PEKERJAAN RUMAH
1.
2.
3.
DINAMIKA EKONOMI GLOBAL, POSISI EKONOMI NASIONAL TERKINI, DAN PEKERJAAN RUMAH
EKSTER NAL
INTERNA L
EKSTER NAL
Slide 4
EKSTER NAL
Sifat Kerjasama Ekonomi Internasional: 1. Perluasan Pasar/FTA 2. Blok Pasar 3. Pertukaran Potensi Ekonomi
POSISI
Indikator Nilai Tukar
Per 31 Des 2012: Rp9.670/USD depresiasi 6,6 % (ytd) Per 31 Desember 2013 : Rp12.189/USD depresiasi 19,54%(ytd) Per 15 Januari 2014 : Rp12.085/USD apresiasi 0,71% (ytd) Per 31 Des 2012: 4.316,7 menguat 12,9% (ytd) Per 30 Desember 2013 : 4.274,18 melemah 0,98% (ytd) Per 15 Januari 2014 : 4.441,59 menguat 3,92% (ytd) Inflasi sepanjang tahun 2012 sebesar 4,30% (ytd, yoy), rata-rata inflasi 2012: 4,28%, lebih rendah dibandingkan rata-rata 2011: 5,38% Inflasi Desember 2013: 0,55% (mtm) atau 8,38% (ytd,yoy) Rata-rata ICP sepanjang tahun 2012 sebesar US$112,7 per barel. Per Desember 2013 ICP mencapai US$107,2 per barel. Rata-rata tahun 2013 sebesar US$105,9 per barel Total capital inflow Jan-27 Des 2013 sebesar Rp37,3T. Saham = net outflow 20,7T; SUN net inflow 53,7; SBI (s.d Okt) = net inflow 5T. Capital intflow per 15 Januari 2014 adalah sebesar Rp 1,08 Triliun. Sehingga akumulasi capital intflow pada bulan Januari adalah sebesar 2,84 Triliun. Sementara di pasar SUN, posisi kepemilikan asing per 13 Januari 2014 adalah sebesarRp325,73 T, lebih tinggi dari posisi 31 Desember yang sebesar 323,65T. Per 30 Des 2012: Yield SUN 10Y = 5,19%, sedangkan Yield SUN 5Y = 4,755% Per 30 Des 2013: Yield SUN 10Y berada pada posisi 8,47%, sedangkan Yield SUN 5Y berada pada posisi 8,07%. Per 15 Jan 2014 : Yiled SUN 10Y berada pada posisi 8,6 %, sedangkan Yield SUN 5Y berada pada posisi 8,03%. Slide 6
IHSG
Yield SUN
POSISI
Indikator Pertumbuhan PDB
Investasi Langsung
Perdagangan Internasional
Neraca Pembayaran
Defisit transaksi berjalan sedikit menurun dari US$9,95 miliar (-4,4% dari PDB) pada Q2-2013 menjadi US$8,45 miliar di Q3-2013 (-4,0% PDB) .
Transaksi modal dan finansial masih positif walau menurun dari US$8,4 miliar di Q213 menjadi US$4,9 miliar.
Slide 7
POSISI
(1) United States (2) China
(3) Japan
(4) Germany (5) France (6) United Kingdom (7) Brazil (8) Italy (9) Russia
18 26
16
16
24
28
26
China
1990 1995 2000 2005 2010
Indonesia
2011 2012
(10) India
(11) Canada (12) Australia (13) Spain (14) Mexico (15) South Korea (16) Indonesia
(17) Turkey
(18) Netherlands (19) Saudi Arabia (20) Switzerland (21) Sweden (22) Norway (23) Iran (24) Belgium (25) Argentina 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000
Pada tahun 2005, Indonesia masih di peringkat 26. Keberhasilan pembangunan ekonomi indonesia telah membawa Indonesia ke dalam kelompok G20. Survey terbaru dari JBIC menyatakan Indonesia adalah negara yang paling potensial Untuk Medium term bagi pelaku industri di Jepang McKinsey & Company, dalam The Archipelago Economy: Unleashing Indonesias Potentials, menyebutkan Indonesia akan menduduki urutan ke-7 dunia pada tahun 2030. Syaratnya: 1) peningkatan pesat produktivitas tenaga kerja; 2) perlunya mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas; dan 3) negara perlu meningkatkan kemampuan pengelolaan terhadap peningkatan yang pesat dari konsumen penduduk kelas menengah (efisiensi sistem logistik dsb.).
Slide 8
POSISI
10. Market size (15) 9. Technological readiness (75) 8. Financial market dev. (60) 7. Labor market efficiency (103) 6. Goods market efficiency (50) 5. Higher education and training (64)
4. Health & primary education(72) 3. Macroeconomic environment (26) 2. Infrastructure (61) 1. Institutions (67)
RUMAH
DOMINASI P. JAWA DALAM PEMBENTUKAN PDB NASIONAL PDB Nasional (BPS, Des 2012) ~ US$ 910 B
Sumatera
23,8%
2,1%
57,5 %
Jawa
Bali-NT
2,5%
Slide 10
INTERNA MASALAH INFRASTRUKTUR MASIH MENJADI BEBAN DAYA SAING EKONOMI NASIONAL L
42
52
42
57
85
75
59
Slide 11
INTERNA L
NAD 91,06% Sumut 88,69% Riau 86,10%
Kaltim 73,69%
Kalteng 80,41% Gorontalo 66,03% Sulut 77,90% Malut 79,74%
Category :
> 60 % 41 - 60 %
Kalbar 76,37%
20 - 40 %
Papua Barat 71,49%
Sulbar 75,01%
Sulteng 70,40%
Sultra 66,93% Kalsel 77,71% Bali 77,35% Maluku 75,92% Papua 50,20%
Sulsel 78,77%
DIY 81,43%
Jatim 77,15%
NTB 62,86%
NTT 60,78%
REALISASI (Tahun) 2006 Rasio Elektrifikasi 63% 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 80,4%
INTERNA L
Penyerapan tenaga kerja hingga Februari 2013 masih di dominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah.
Slide 13
INTERNA L
Miskin 29 juta
Penanggulangan Kemiskinan
Sumber: BPS & TNP2K
Rentan 70 juta
&
Perlindungan Sosial
Atas 50 juta
Iklim Usaha
Pemberdayaan Masyarakat
Slide Slide 14 29
Malaysia
Progressive liberalization FDI liberalization process Enhancing FTA Learning from foreign best practices: Adopt Quality Standards for Goods and Services and Convert Existing Malaysian Standards into International Standards Promotion agencies . Enhancing Economic Development Zone Export Processing Implementing FTA to reduce trade barriers Developing Technology Economic Development Zone, removing barrier entry. Enhancing Services in all business cycles Triying to remove discriminatory pre-investment conditions in all sectors Investment facilitation (more transparent, consistent and predictable investment rules, regulations, policies and procedures.) Promote the growth and development of SMEs and MNEs . Introduce a new Customs and Tariff Modernization Act to comply with the Revised Kyoto Convention (RKC) Reduce Regulatory Bottlenecks, Entry Barriers and Discriminatory Provisions to Investment Promote joint investment missions that focus on regional clusters and production networks. FDI liberalization process Enhancing step up efforts to ease the way of doing business, to comply with international business best practices and to increase investors confidence
S
E A N
Thailand
Singapura
Philipina
Vietnam
INDONESIA: Sedang dibahas Instruksi Presiden mengenai strategi masing-masing sektor dalam menghadapi Komunitas Ekonomi ASEAN 2015. Namun demikian MP3EI merupakan strategi dalam menghadapi dinamika ekonomi global termasuk Komunitas Ekonomi ASEAN 2015. Oleh karena itu Program Enhanching Global Competitiveness untuk SDM, Wirausaha, dan Produk Barang dan Jasa ditujukan juga untuk menghadapi Komunitas Slide 16
3 PILAR STRATEGI
1 PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI MELALUI KORIDOR EKONOMI Pengembangan (dan revitalisasi) pusat-pusat pertumbuhan Luar Jawa 2 PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL Sinergi antar-pusat pertumbuhan dan pemerataan infrastruktur dasar 3 PENGUATAN KEMAMPUAN SDM DAN IPTEK NASIONAL Mendorong ke arah innovation driven economy
PRASYARAT
1. Perubahan mindset 2. Pengembangan Mutu Modal Manusia 3. Pemanfaatan seluruh sumber Pembiayaan Pembangunan 4. Pola pengelolaan Anggaran & Kekayaan Negara yang lebih baik. 5. Konsistensi kebijakan yang mendorong transformasi sektoral 6. Keberlanjutan Jaminan Sosial & Penanggulangan Kemiskinan 7. Ketahanan Pangan & Air. 8. Ketahanan Energi 9. Reformasi Birokrasi
Slide 17
NO 1 2 3 4 5 6
KORIDOR EKONOMI Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali Nusa Tenggara Papua Kep. Maluku TOTAL
KPI PRIORITAS 13 28 16 15 8 12 92
MODALITAS BANGSA
1 Sumber Daya Manusia 3 Negara Demokrasi Terbesar ke-3 di Dunia
Slide 20
KAPET
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Reformasi yang merubah tatanan kehidupan bernegara (Remodeling Statehood): desentralisasi, demokratisasi, reposisi peran Pemerintah/Corporate-state run economy. Meningkatkan tertib pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang nasional.
Adanya MP3EI yang mendorong penguatan integrasi ekonomi domestik, pengembanatgan potensi ekonomi daerah, dan peningkatan SDM, IPTEK, Teknologi, dan Inovasi. Adanya perbedaan karakter dan potensi sumber daya ekonomi diberbagai daerah yang menjadi unggulan dan andalan kegiatan ekonomi masyarakat. Perlunya mendorong pengembangan investasi dan ekspor daerah yang manfaat ekonominya dinikmati oleh Pemerintah dan masyarakat setempat termasuk mempercepat penyerapan tenaga kerja lokal.
Perlunya mendorong produk-produk unggulan ekspor baru yang mampu bersaing di pasar global. Perlunya memperluas kegiatan pengolahan SDA di luar pulau Jawa, khususnya wilayah bagian timur Indonesia. Sebagai pelaksanaan kebijakan pengembangan Sistim Logistik Nasional yang menterhubungkan antar potensi kawasan/koridor ekonomi yang sekaligus memiliki jaringan ke pasar global. Pengembangan digital government (e-gov) seperti INSW, E-Proc, E-Catalog, dsb untuk efisiensi pelayanan publik. Mempercepat pembangunan infrastruktur, air, dan energi secara luas di berbagai wilayah timur, khususnya remote area yang memiliki keungulan komparatif, dsb. Adanya program-program K/L yang dikonsentrasikan di daerah, seperti Minapolitan, Terminal Agro, Agro-teknopolitan, Pengembangan daerah tertinggal, ekonomi masyarakat hutan, dsb. Mempermudah pelaksanaan dan pengawasan berbagai fasilitas pengembangan kawasan termasuk pengembangan fasilitas kawasan berikat, Inland-FTA, dsb.
KAPET
Infrastruktur Energi Penguatan Otonomi Daerah Tata Ruang Sustainable Production and Consumption
Ketahanan Pangan Peningkatan Nilai Tambah Sektor Pemerataan Distribusi Pendapatan Daya Saing Global: SDM, Korporasi, dan Produk
Peningkatan Ekspor Perluasan Investasi Memperkecil ketertinggalan dan keterisolasian daerah tertentu
KAPET Khatulistiwa KAPET Sasamba KAPET Das Kakab KAPET Batu Licin KAPET Manado Bitung KAPET Palapas KAPET Pare Pare KAPET Bank Sejahtera KAPET Bima KAPET Mbay KAPET Seram KAPET Biak
Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan serta Pertambangan Nikel Nasional
KAPET
Sapi
Kelapa Kopi Ikan Kelapa Sawit dan Perkayuan (Rotan) Sektor Industri
BANDA ACEH Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional
KAPET
KALIMANTAN Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung Energi Nasional
A. KAPET KHATULISTIWA
Ikan
Rotan
KAPET
A. KAPET PALAPAS
Kakao
D. KAPET KAPET PARE-PARE
Padi sawah
Sapi
KAPET
BALI NUSA TENGGARA Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional
Sapi
Sapi Garam
Jagung
Rumput Laut Rumput laut MICE Jagung
A. KAPET BIMA B. KAPET MBAY
KAPET
Perikanan tangkap
A. KAPET SERAM
B. KAPET BIAK
KAPET
Penguatan koordinasi dan sinergitas dukungan K/L, Pemda, Pelaku Usaha, dan Pemangku Kepentingan Lainnya dalam penyediaan lahan, infrastruktur (Hard dan Soft), Air, Listrik, Pelaksanaan program pengembangan sektor, dan komitmen pelaku usaha
KAPET
TINDAK LANJUT
Revisi KEPPRES No. 150/2000 tentang KAPET dalam rangka Revitalisasi KAPET untuk:
menetapkan unit kerja di tingkat nasional (Seknas) yang berfungsi koordinasi kebijakan dan sinkronisasi program, serta pengawasan pelaksanaan pengembangan KAPET. Sedangkan badan pengelola di Daerah membuat rencana kerja/program dan mendukung pelaksanaan kegiatan bisnis di masing-masing KAPET. Menegaskan penyusunan RTR KAPET sebagai acuan spasial selama 20 tahun; Menyusun Roadmap/Masterplan KAPET untuk mengidentifikasi arah, strategi, kebijakan, program/kegiatan KAPET. K/L dan SKPD menyusun program/kegiatan yang dituangkan dalam RENSTRA dan RENJA;
Melakukan Sosialisasi dan branding KAPET;
Memulai pilot project pembangunan KAPET Parepare (Sebagai model) yang dimuat dalam development Package sebagai upaya perwujudan dari sinergitas program K/L.
SEKNAS
PUSAT
SEKNAS
PMU
A B C
K/L Terkait
GUBERNUR
A
Kab/Kota Terkait
DAERAH
GUBERNUR
BADAN PENGELOLAA KAPET
Gubernur membentuk gugus tugas (c/ Badan Pengelolaa KAPET ) di daerah dalam rangka: 1. Mengonsolidasikan program di tingkat provinsi (antar SKPD dan integrasi antar kabupaten/kota) 2. Menetapkan alokasi ruang di KAPET 3. Kemudahan dan perijinan investasi
Kab/Kota Terkait
KAPET
RTRWN
RPJP/D 2005-2025
Jk panjang
RPJMN/D 2015-2019
Kebijakan, Strategi, Sasaran, Target Outcome, Agenda Program, Rencana Kebutuhan Anggaran
CATATAN: Road Map dan Masterplan sebagai instrumen keterpaduan secara menyeluruh
RKP/D TAHUNAN
RENCANA AKSI NASIONALDAERAH TAHUNAN MUSRENBANG DA/NAS FORUM K/L (KONREG PU)
Tahunan
KAPET
Kementerian / Lembaga
KEM. PERHUBUNGAN KEM. PERTANIAN KEM. KELAUTAN DAN PERIKANAN KEM. DALAM NEGERI KEM. PERINDUSTRIAN KEM. PERDAGANGAN KEM. ESDM KEM. PEMBANG DATING BKPM
Minapolitan
KI
KSCT
Agropolitan
BAPPEDA
RM
DINAS PERINDUSTRIAN DINAS PERDAGANGAN
KAPET
Kluster pengembangan kawasan peruntukan pertanian pangan berkelanjutan
Agropolitan
Sinergitas Program Pengembangan Ekonomi Berbasis Kawasan (KAPET Pare-pare RM Aksess KSCT KAB.Pare-pare)
Minapolitan
Kluster pengembangan kawasan minapolitan berbasis masyarakat kegiatan perikanan budi daya (udang, rumput laut)
Kluster pengembangan kawasan peruntukan peternakan berbasis agrobisnis dan breeding center Kluster pengembangan sentra industri pengolahan pertanian tanaman pangan padi dan jagung, perkebunan kakao yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan Kluster pengembangan simpul distribusi Garongkong sebagai simpul distribusi hasil olahan industri turunan perkebunan, pertanian, dan perikanan
Pusat Koridor Pusat KAPET Kawasan KSCT (Minapolitan) Kawasan KSCT (Agropolitan)
...... bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya ............ (W.R. Supratman)
www.ekon.go.id