Neuro Case
Neuro Case
OLEH:
Rizcha Octaviani
030.09.211
PEMBIMBING:
Dr. Mukhdiar Kasim Sp.S
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga pembuatan karya tulis berupa
laporan kasus yang berjudul Stroke Non Hemoragik dapat tersusun dan
terselesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih saya ucapkan kepada Dr. Mukhdiar Kasim Sp.S , selaku
pembimbing penulisan yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian laporan
kasus ini.
Adapun pembuatan tulisan ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan selama masa kepaniteraan klinik penulis di RSUD Cilegon, juga untuk
mendiskusikan kasus stroke non hemoragik, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman dan mendukung penerapan klinis yang lebih baik
dalam memberikan kontribusi positif sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah disusun ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah istilah umum yang digunakan untuk satu atau sekelompok
gangguan cerebro vasculer, termasuk infark cerebral, perdarahan intracerebral dan
perdarahan subarahnoid. Menurut Caplan, stroke adalah segala bentuk kelainan
otak atau susunan saraf pusat yang disebabkan kelainan aliran darah, istilah stroke
digunakan bila gejala yang timbul akut.
Klasifikasi stroke dibagi ke dalam stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Dimana stroke iskemik memliki angka kejadian 85% terhadap seluruh stroke dan
terdiri dari 80% stroke aterotrombotik dan
hemoragik memiliki angka kejadian sebanyak
merata antara jenis stroke
subaraknoid.
Stroke
adalah
perdarahan intraserebral
salah
satu
penyebab
dan
stroke perdarahan
kematian
tertinggi,
yang
BAB II
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS
Nama
: Tn. O
No CM
: 305605
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 38 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Grogol
Status Pernikahan
: Kawin
Suku
: Jawa
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan Terakhir
: SLTA
Tanggal Masuk RS
: 15 Januari 2014
II.
ANAMNESA
Keluhan Utama
Mata kiri sulit mengedip (mata kiri menutup) sejak 3 hari sebelum masuk
rs.
Keluhan Tambahan
Bicara sedikit pelo serta mulut mencong ke kiri
Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke Poli syaraf RSUD Cilegon dengan keluhan mata kiri
sulit mengedip (mata kiri menutup) sejak 3 hari sebelum datang ke RS. Selain
itu pasien juga mengeluhkan bicara pelo (tidak jelas) dan mulut yang sedikit
mencong ke kiri sejak 3 hari sebelum datang ke RS. Hal yang terjadi pada
bicara pelo serta mulut yang mencong ke kiri dan pasien dirawat di RSUD
Cilegon sekitar 10 hari. Pasien juga mengatakan semenjak keluhan tersebut,
pasien mempunyai riwayat hipertensi. Setelah keluar dari perawatan, pasien
mengatakan sering mengontrolkan diri sebulan sekali. Pasien mengatakan
tidak mempunyai riwayat diabetes mellitus, pasien juga tidak mempunyai
penyakit jantung, pasien tidak mempunyai penyakit asma ataupun penyakit
paru. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi.
Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku merokok sejak muda serta sering minum kopi. Pasien
juga mengaku suka sekali makan jeroan dan makanan yang bersantan.
Selain itu pasien mengatakan sering makan goreng-gorengan dan jarang
berolahraga. Sejak srangan stroke pertama, pasien menghindari makanan
tersebut. Tapi akhir-akhir ini pasien mengatakan kerja terlalu berlebih dan
kurang beristirahat.
2.
Tanda Vital
a.
Kesadaran
b.
Tekanan darah
: compos mentis
: 150/90 mmHg
c.
Nadi
: 80x/menit
d.
Suhu
: 36,5 0C
e.
Pernapasan
: 20x/menit
f.
BB
: 60 kg
g.
TB
3.
Pemb.darah perifer
4.
Kel.Getah bening
5.
Jantung
6.
Paru
7.
Abdomen
8.
Extremitas
IV.
Proses Berpikir
: baik
Kecerdasan
: baik
V.
STATUS NEUROLOGI
Kesan Umum
Kesadaran
Pembicaraan :
Monoton
: tidak
Scanning
: tidak
Afasia
: tidak
Kepala
Besar
: normocephali
Asimetris
: tidak
Tortikolis
: tidak
: tidak
Lain-lain
: tidak
Pemeriksaan Khusus
1.
2.
3.
: (-)
Kernig
: >1350/>1350
Laseque
: >70/>70
Brudzinsky I
: -/-
Brudzinsky II
: -/-
: (-)
Muntah proyektil
: (-)
Sakit kepala
: (-)
Edema papil
Nervus Kranialis
Nervus I
Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus II
Kanan
Kiri
Visus
: tidak dilakukan
tidak dilakukan
Campus visus
: baik
baik
Melihat warna
: baik
baik
Funduscopi
: tidak dilakukan
tidak dilakukan
: ortoforia / ortoforia
: (+)/(-)
Temporal
: (+)/(+)
Nasal atas
: (+)/(+)
Temporal atas
: (+)/(+)
Temporal bawah
: (+)/(+)
Eksopthalmus
: (-)/(-)
Ptosis
Pupil
Bentuk
: bulat/bulat
Lebar
: 3mm/3mm
Anisokoria
: tidak
: +/+
:+/+
Reaksi konvergensi
:+/+
Nervus V
Cabang motorik
Otot masseter
: baik
Otot temporal
: baik
: baik
Cabang sensorik
I (Opthalmikus)
: baik
II (Maxillaris)
: baik
III (Mandibularis)
: baik
: tidak dilakukan
Nervus VII
Waktu diam
Kerutan dahi
: simetris
Tinggi alis
: simetris
Sudut mata
: simetris
Lipatan nasolabial
: simetris
Waktu gerak
Mengerut dahi
: simetris
Menutup mata
: tidak simetris
Bersiul
: tidak simetris
Memperlihatkan gigi
: tidak simetris
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: +/+
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
Vertigo
: -/-
Nervus IX, X
Bagian motorik
Suara biasa/ parau/ tidak bersuara : biasa
Kedudukan arcus faring
: simetris
Kedudukan uvula
: di tengah
: simetris
Detak jantung
Bising usus
: (+)
Menelan
: dapat
Bagian sensorik
Pengecapan 1/3 belakang lidah
: tidak dilakukan
Refleks muntah
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
Nervus XI
Mengangkat bahu
: baik
Memalingkan kepala
: baik
Nervus XII
Kedudukan lidah waktu istirahat
: di tengah
: tidak
Fasikulasi/tremor
: tidak
4.
Sistem Motorik
Kekuatan otot
Tubuh
Otot perut
: baik
Otot pinggang
: baik
Kedudukan difragma
Gerak
: simetris
Istirahat
: simetris
Lengan
M. deltoid (adduksi lengan atas)
: 5/5
: 5/5
: 5/5
: 5/5
: 5/5
: 5/5
Tungkai
Fleksi artic. Coxae
: 5/5
: 5/5
: 5/5
: 5/5
: 5/5
: 5/5
Gerakan jari-jari
: 5/5
Besar otot
Atrofi
: (-)
Pseudoatrofi
: (-)
Palpasi otot
Nyeri
: (-)
Kontraktur
: (-)
10
Konsistensi
: baik
Tonus otot
Tonus otot
Hipotoni
Spastik
Rigid
Rebound phenomen
Lengan
(-)
(-)
(-)
(-)
Tungkai
(-)
(-)
(-)
(-)
Gerakan involunter
Tremor
: (-)
Chorea
: (-)
Athetose
: (-)
Myokloni
: (-)
Ballismus
: (-)
Torsion spasme
: (-)
Fasikulasi
: (-)
Myokymia
: (-)
Koordinasi
Jari tangan-jari tangan
: baik
Jari tangan-hidung
: baik
: tidak dilakukan
Tumit-lutut
: tidak dilakukan
Pronasi-supinasi
: baik
Station
Romberg test: tidak dilakukan
5.
Sistem Sensorik
Rasa eksteroseptif
Rasa nyeri superfisial
: baik
: tidak dilakukan
: baik
Rasa propioseptif
Rasa getar
: tidak dilakukan
Rasa tekan
: baik
11
: baik
7.
: tidak dilakukan
: (-)
Alexia
: (-)
Agraphia
: (-)
Fingeranogsia
: (-)
: (-)
Acalculia
: (-)
Refleks
Refleks tendon/periost
Refleks biceps
: +/+
Refleks triceps
: +/+
Refleks patella
: +/+
Refleks achilles
: +/+
Refleks patologik
Tungkai
Babinski
: -/-
Chaddock
: -/-
Oppenheim
: -/-
Gonda
: -/-
Gordon
: -/-
Schaefer
: -/-
Lengan
Hoffman-tromer: -/8.
SSO
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Sekresi keringat
: baik
12
9.
Salivasi
: baik
Gangguan vasomotor
: tidak ada
: tidak ada
Columna Vertebralis
Kelainan lokal
Skoliosis
Khyposis
Khyposkoliosis
: baik
Ekstensi
: baik
Lateral deviasi
: baik
Rotasi
: baik
VI.
Membungkuk
: baik
Ekstensi
: baik
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan
Hasil
HEMATOLOGI
Hemoglobin
16 g/dl
Leukosit
10.650/mm3
Trombosit
252.000/mm3
Hematokrit
45,2 %
KIMIA DARAH
SGOT
16 U/l
SGPT
21 U/l
Ureum
21 mg/dl
Kreatinin
0.9 mg/dl
Glukosa Sewaktu
179 mg/dl
Pemeriksaan Lipid darah
LDL Cholesterol
Cholesterol
Trigliserid
HDL Cholesterol
175 mg/dl
262 mg/dl
174 mg/dl
53 mg/dl
Nilai Rujukan
14 18 g/dl
5000 10000 /mm3
150000 400000 /mm3
40 54 %
< 37 U/l
<41 U/l
10 50 mg/dl
0,67 1,36 mg/dl
< 140 mg/dl
<100 mg/dl
<200 mg/dl
<150 mg/dl
35-80 mg/dl
13
V. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Foto Thorax
Didapatkan kesan HHD (Hipertensi Heart Disease)
14
15
STROKE ISKEMIK
YA
Stroke perdarahan
Intracerebral
TIDAK
Penurunan kesadaran (+)
Nyeri kepala (-)
YA
TIDAK
Penurunan kesadaran (-)
Nyeri kepala (+)
Reflek babinsky (-)
YA
TIDAK
Penurunan Kesadaran (-)
Nyeri kepala (-)
Reflek Babinsky (+)
YA
TIDAK
16
YA
VII.RESUME
Pasien pria, 38 tahun ini datang ke poly saraf dengan keluhan utama pada
mata kiri sulit mengedip (mata kiri menutup), selain itu pasien ini juga berbicara
pelo dan mulut sedikit mencong ke kiri. Keluhan dirasakan sejak 3 hari sebelum
daratang ke RS. Beberapa bulan yang lalu, pasien pernah mengalami hal yang
sama (bicara pelo dan mulut mencong ke kiri) namun mata kiri masih bisa
berkedip. Pasien mempunyai riwayat hipertensi. Kedua orangtua pasien
mempunyai riwayat hipertensi, ayah pasien meninggal mendadak. Pasien sebelum
timbul
serangan
pertama
kali,
sering
mengkonsumsi
rokok,
makanan
GCS
: E4M6V disatria
Peningkatan TIK
:(-)
Nervus Cranialis
Motorik
Reflek fisiologis
: normal
Reflek patologis
: ( - ) tidak didapatkan
Sensorik
: baik
17
Otonom
IX.PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
Fisioterpi
Medikamentosa:
IVFD RL 20tp
Citicholin 3x500mg
Aspilet 1x1gr
Clopidogrel 3x1
Simvastatin 1x20 mg
18
X.PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad malam
Ad sanationam
: dubia ad malam
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pasien laki-laki berusia 38 tahun ini didiagnosa dengan SNH (Stroke
Non Hemoragik) berdasarkan ananmesis, pemeriksaan fisik dan pemeiksaan
penunjang yang mendukung.
Berdasarkan anamnesis dikatakan bahwa pasien menegeluhkan tidak dapat
mengedipkan mata kiri (mata kiri menutup), bicara pelo dan mulut lebih mencong
ke kiri sejak 3 hari SMRS. Ketiga hal tersebut menandakan adanya kelumpuhan
atau parese pada sebagian wajah yaitu wajah kiri . Tidak didapatkan penurunan
kesadaran, nyeri kepala, mual muntah pada anamnesis. Pada riwayat penyakit
dahulu, pasien pernah mengalami hal yang sama namun tidak terdapat kelainan
pada matanya (pasien mempunyai riwayat stroke sebelumnya). Pasien mempunyai
riwayat hipertensi yang merupakan faktor resiko terjadinya penyakit pembuluh
darah termasuk stroke. Pasien sebelum mengalami serangan stroke pertama
mempunyai kebiasaan merokok, minum kopi, makan jeroan dan santan.
Kebiasaan terebut dapat mengakibatkan hipertensi dan dislipidemia yang
merupakan faktor resiko stroke. Selain itu, orang tua pasien mempunya riwayat
hipertensi yang merupakan faktor resiko terjadi stroke pada pasien juga. Pasien
juga mengatakan akhir-akhir ini sering kecapean dan tiba-tiba muncul gejala
tersebut. Dari anamnesis, dapat diarahkan ke diagnosa stroke non hemoragik
karena adanya hemiparese sinistra dan didukung faktor resiko pada pasien.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan hipertensi grade I yang merupakan
faktor resiko stroke. Lalu didapatkan parese pada N.III yang mengakibatkan ptosis
19
dan gangguan gerak bola mata ke medial pada mata kiri. Pada pemeriksaan N.VII
didapatkan asimetri pada wajah yang nyata bila penderita disuruh melakukan
gerakan namun tidak nyata pada waktu istirahat. Hal tersebut menandakan pasien
mengalami parese n.VII sentral sinistra. Pada pemeriksaan n.XII didapatkan
parase n.XII sinistra karena jika lidah dijulurkan akan berdeviasi ke kiri dan
bicara pelo.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan kadar lipid yaitu
kolestrol total, LDL dan trigliserida yang menandakan dislipidemia, yang
merupakn faktor resiko penyakit stroke sendiri. Dari pemeriksaan radiologi yaitu
foto thorax didapatkan kesan HHD yang menandakan pasien memang mempunyai
riwayat hipertensi kronik. Pada pemeriksaan CT-Scan didapatkan gambaran
multiple infark lacunar pada corona radiata kanan-kiri dan pons. Hal ini
menandakan bahwa pasien mengalami hemiparese sinistra e.c stroke non
hemoragik. Pada infark lacunar gejala yang didapatkan biasanya hanya gangguan
motorik atau sensorik saja tanpa ada gangguan fungsi luhur. Infark yang terjadi
pada daerah pons ini sesuai beberapa nervus yang terletak di daerah tersebut
seperti N.VII, begitu pula N.III dan N.XII letaknya berdekatan dengan N.VII
tersebut.
Tatalaksana untuk pasien ini yaitu pasien harus dirawat untuk mencegah
perburukan lebih lanjut. Selain itu dilakukan pemasangan infus untuk pemberian
makanan, cairan, elektrolit yang disesuaikan dengan kondisi penderita agar
keadaan penderita stabil. Obat-obatan yang diberikan antara lain Citicholin,
citicholin dapat membantu memperbaiki membran sel saraf melalui peningkatan
phosphatidylcholine, perbaikan neuron kolinergik dan pengurangan dari
penumpukan asam lemak, dapt memulihkan kerusakn sphingomyelin setelah
keadaan ischemia. Selain itu digunakan juga obat Aspilet yang tujuannya adalah
untuk menghambat agregasi trombosit dengan jalan menghambat tromboksan A2
di trombosit, meningkatkan jumlah cAMP dengan mengurangi peningkatan
fibrinogen. Chopidogrel secara selektif menghambat ikatan Adenosine DiPhosphatase (ADP) pada reseptor ADP di paltelet yang dapat menimbulkan
penghambataan terhadap agregasi platelet. Simvastatin dapat menghambat HMGCOA reduktase yang mempunyai fungsi sebagai kaltalis dalam pembentukan
20
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara
fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap
lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular (WHO 1983). Stroke
pada prinsipnya terjadi secara tiba-tiba karena gangguan pembuluh darah otak
(perdarahan atau iskemik), bila karena trauma maka tak dimasukkan dalam kategori
stroke, tapi bila gangguan pembuluh darah otak disebabkan karena hipertensi, maka dapat
disebut stroke.(1)
EPIDEMIOLOGI
Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan
keganasan.Stroke diderita oleh 200 orang per 100.000 penduduk per tahunnya. Stroke
merupakan penyebab utama cacat menahun. Pengklasifikasiannya adalah 65-85%
merupakan stroke non hemoragik ( 53% adalah stroke trombotik, dan 31% adalah stroke
embolik) dengan angka kematian stroke trombotik 37%, dan stroke embolik 60%.
Presentase stroke non hemoragik hanya sebanyk 15-35%. 10-20% disebabkan oleh
perdarahan atau hematom intraserebral, dan 5-15% perdarahan subarachnoid.Angka
kematian stroke hemoragik pada jaman sebelum ditemukannya CT scan mencapai 7095%, setelah ditemukannya CT scan mencapai 20-30%.(1,2)
21
ETIOLOGI
Penyebab stroke antara lain adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme,
hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme sakular.
Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain seperti hipertensi, penyakit
jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes mellitus atau penyakit vascular perifer.
(2)
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke non
hemoragik maupun stroke hemorragik.
22
TIA
didefinisikan sebagai episode singkat disfungsi neurologis yang
disebabkan gangguan setempat pada otak atau iskemi retina yang terjadi
dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa adanya infark, serta
meningkatkan resiko terjadinya stroke di masa depan.
ii.
RIND
Defisit neurologis lebih dari 24 jam namun kurang dari 72 jam
iii.
Progressive stroke
iv.
Complete stroke
v.
Silent stroke
b. stroke hemoragik
23
FAKTOR RESIKO
1. Hipertensi
Kenaikan tekanan darah 10 mmHg saja dapat meningkatkan resiko terkena
stroke sebanyak 30%. Hipertensi berperanan penting untuk terjadinya infark
dan perdarah-an otak yang terjadi pada pembuluh darah kecil. Hipertensi
mempercepat arterioskleosis sehingga mudah terjadi oklusi atau emboli
pada/dari pembuluh darah besar. Hipertensi secara langsung dapat
menyebabkan arteriosklerosis obstruktif, lalu terjadi infark lakuner dan
mikroaneurisma.Hal ini dapat menjadi penyebab utama PIS.Baik hipertensi
sistolik maupun diastolik, keduanya merupakan faktor resiko terjadinya
stroke.
2. Penyakit Jantung
Pada penyelidikan di luar negeri terbukti bahwa gangguan fungsi jantung
secara bermakna meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke tanpa
tergantung derajat tekanan darah.
Penyakit jantung tersebut antara lain adalah:
-
Atrial fibrilasi
Aritmia
24
Kelainan EKG
3. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan faktor resiko untuk terjadinya infark otak,
sedangkan
peranannya
pada
perdarahan
belum
jelas.
Diduga
DM
dan 4
25
PATOFISIOLOGI
Trombosis (penyakit trombo oklusif) merupakan penyebab stroke yang paling
sering. Arteriosclerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama trombosis selebral. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah
awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau
kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi
secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada
setengah tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteria
besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut , sedangkan sel sel
ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen
pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada
26
percabangan atau tempat tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan
tempat tempat khusus tersebut. Pembuluh pembuluh darah yang mempunyai resiko
dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna,
vertebralis bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat
terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan
dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin
difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas
dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu
akan tersumbat dengan sempurna
1. Embolisme. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan
penderita trombosis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus
dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan
dari penyakit jantung. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi
embolus biasanya embolus akan menyumbat bagian bagian yang sempit..
tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi
media, terutama bagian atas.
2. Perdarahan serebri : perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua
penyebab utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan
sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya
disebabkan oleh ruptura arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak
dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser
dan tertekan. Darah ini mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan
vasospasme pada arteria di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke
seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak
menyerupai selai merah akhirnya akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut
histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan
mengalami nekrosis.(6)
GEJALA KLINIS
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan
menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke
menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya
27
jaringan otak yang mati (stroke in evolution). Perkembangan penyakit biasanya (tetapi
tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati
berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun
tergantung dari bagian otak yang terkena.(4,5,9)
Beberapa gejala stroke berikut:
Kesulitan menelan.
Kehilangan koordinasi.
Kehilangan keseimbangan.
Kejang.
DIAGNOSIS
28
Stroke adalah suatu keadaan emergensi medis. Setiap orang yang diduga
mengalami stroke seharusnya segera dibawa ke fasilitas medis untuk evaluasi dan terapi.
Pertama-tama, dokter akan menanyakan riwayat medis pasien jika terdapat tanda-tanda
bahaya sebelumnya dan melakukan pemeriksaan fisik. Jika seseorang telah diperiksa
seorang dokter tertentu, akan menjadi ideal jika dokter tersebut ikut berpartisipasi dalam
penilaian. Pengetahuan sebelumnya tentang pasien tersebut dapat meningkatkan
ketepatan penilaian.
Hanya karena seseorang mempunyai gangguan bicara atau kelemahan pada satu
sisi tubuh tidaklah sinyal kejadian stroke. Terdapat banyak kemungkinan lain yang
mungkin bertanggung jawab untuk gejala ini. Kondisi lain yang dapat serupa stroke
meliputi:
Tumor otak
Abses otak
saat dokter mencari informasi riwayat pasien dan melakukan pemeriksaan fisik, perawat
akan mulai memonitor tanda-tanda vital pasien, melakukan tes darah dan melakukan
pemeriksaan EKG (elektrokardiogram).
Bagian dari pemeriksaan fisik yang menjadi standar adalah penggunaan skala
stroke. The American Heart Association telah mempublikasikan suatu pedoman
pemeriksaan sistem saraf untuk membantu penyedia perawatan menentukan berat
ringannya stroke dan apakah intervensi agresif mungkin diperlukan.
29
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragis atau non hemoragis.
antara keduanya, dapat ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis neurologis,
algoritma dan penilaian dengan skor stroke, dan pemeriksaan penunjang.
1.
Anamnesis
Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya
adalah menetapkan stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragis atau
stroke non hemoragis. Untuk keperluan tersebut, pengambilan anamnesis harus dilakukan
seteliti mungkin.Berdasarkan hasil anamnesis, dapat ditentukan perbedaan antara
keduanya, seperti tertulis pada tabel di bawah ini.
30
31
32
3.b.
33
34
4. Pemeriksaan Penunjang
35
jenis patologi
lokasi lesi
ukuran lesi
36
Conventional angiogram: suatu angiogram adalah tes lain yang kadangkadang digunakan untuk melihat pembuluh darah. Suatu pipa kateter panjang
dimasukkan ke dalam arteri (biasanya di area selangkangan) dan zat warna
diinjeksikan sementara foto sinar-x secara bersamaan diambil. Meskipun
angiogram memberikan gambaran anatomi pembuluh darah yang paling detail,
tetapi ini juga merupakan prosedur yang invasif dan digunakan hanya jika benarbenar diperlukan. Misalnya, angiogram dilakukan setelah perdarahan jika sumber
perdarahan perlu diketahui dengan pasti. Prosedur ini juga kadang-kadang
dilakukan untuk evaluasi yang akurat kondisi arteri carotis ketika pembedahan
untuk membuka sumbatan pembuluh darah dipertimbangkan untuk dilakukan.
Carotid Doppler ultrasound: adalah suatu metode non-invasif (tanpa
injeksi atau penempatan pipa) yang menggunakan gelombang suara untuk
menampakkan penyempitan dan penurunan aliran darah pada arteri carotis (arteri
utama di leher yang mensuplai darah ke otak)
Tes jantung: tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung sering
dilakukan pada pasien stroke untuk mencari sumber emboli. Echocardiogram
adalah tes dengan gelombang suara yang dilakukan dengan menempatkan
peralatan microphone pada dada atau turun melalui esophagus (transesophageal
achocardiogram) untuk melihat bilik jantung. Monitor Holter sama dengan
electrocardiogram (EKG), tetapi elektrodanya tetap menempel pada dada selama
24 jam atau lebih lama untuk mengidentifikasi irama jantung yang abnormal.
Tes darah: tes darah seperti sedimentation rate dan C-reactive protein
yang dilakukan untuk mencari tanda peradangan yang dapat memberi petunjuk
adanya arteri yang mengalami peradangan. Protein darah tertentu yang dapat
meningkatkan peluang terjadinya stroke karena pengentalan darah juga diukur.
Tes ini dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab stroke yang dapat diterapi atau
untuk membantu mencegah perlukaan lebih lanjut. Tes darah screening mencari
infeksi potensial, anemia, fungsi ginjal dan abnormalitas elektrolit mungkin juga
perlu dipertimbangkan.(10,11,12)
37
38
PENATALAKSANAAN
Terapi dibedakan pada fase akut dan pasca fase akut.
1. Fase Akut (hari ke 0-14 sesudah onset penyakit)
Sasaran pengobatan ialah menyelamatkan neuron yang menderita jangan
sampai mati, dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tak
mengganggu/mengancam fungsi otak. Tindakan dan obat yang diberikan haruslah
menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup, tidak justru berkurang. Sehingga
perlu dipelihara fungsi optimal dari respirasi, jantung, tekanan darah darah
dipertahankan pada tingkat optimal, kontrol kadar gula darah (kadar gula darah
yang tinggi tidak diturunkan dengan derastis), bila gawat balans cairan, elektrolit,
dan asam basa harus terus dipantau.
Pengobatan yang cepat dan tepat diharapkan dapat menekan mortalitas dan
mengurangi kecacatan. Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki
aliran darah ke otak secepat mungkin dan melindungi neuron dengan memotong
kaskade iskemik. Pengelolaan pasien stroke akut pada dasarnya dapat di bagi
dalam :
1.
Breathing
Blood
39
2.
Brain
Bladder
Bowel
Stroke iskemik
Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)
Proteksi neuronal/sitoproteksi
Stroke Hemoragik
Pengelolaan konservatif
Pengelolaan operatif
Breathing : Jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem
Blood
40
41
Sayangnya bahwa
memperbaiki
sirkulasi
adalah
naftidrofuril
dengan
Obat
42
menginhibisi
reseptor
adenosin
difosfat
dan
thyenopyridine.
-
Proteksi neuronal/sitoproteksi
Sangat menarik untuk mengamati obat-obatan pada kelompok
ini karena diharapkan dapat dengan memotong kaskade iskemik
sehingga dapat mencegah kerusakan lebih lanjut neuron.
Obat-
cara
menghambat
menambah
sintesa
phospatidylcholine,
terbentuknya
radikal
bebas
dan
juga
43
Therapeutic Windows 2
14 hari.
o Piracetam, cara kerja secara pasti didak diketahui,
diperkirakan memperbaiki integritas sel, memperbaiki
fluiditas membran dan menormalkan fungsi membran.
Dosis bolus 12 gr IV dilanjutkan 4 x 3 gr iv sampai hari ke
empat, hari ke lima dilanjutkan 3 x 4 gr peroral sampai
minggu ke empat, minggu ke lima sampai minggu ke 12
diberikan 2 x 2,4 gr per oral,. Therapeutic Windows 7 12
jam.
o Statin, diklinik digunakan untuk anti lipid, mempunyai sifat
neuroprotektif untuk iskemia otak dan stroke. Mempunyai
efek anti oksidan downstream dan upstream.
Efek
(inducible
Nitric
Oxide
Synthese,
sifatnya
44
mengurangi
kerusakan
jaringan
iskemik
Bila terjadi
Pengelolaan operatif
45
Lebih 70 th
60 70 th
Koma/sopor
tak dioperasi
Sadar/somnolen
serebelum
operasi
kadang
hasilnya
Perdarahan putamen
Bila hematoma kecil atau sedang
tak
dioperasi
46
kecuali
kesadaran
atau
tak
defisit
neurologiknya memburuk
Perdarahan talamus
Pada umumnya tak dioperasi, hanya ditujukan pada
hidrocepalusnya akibat perdarahan dengan VP shunt
bila memungkinkan.
Perdarahan serebelum
Bila perdarahannya lebih dari 3 cm dalam minggu
pertama maka operasi
Bila perjalanan neurologiknya stabil diobati secara
medisinal dengan pengawasan
Bila hematom kecil tapi disertai tanda tanda
penekanan batang otak operasi
tanda
Berolahraga teratur
Rehabilitasi(12,13)
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada usia di atas 45 tahun,
maka yang paling penting pada masa ini ialah upaya membatasi sejauh mungkin
kecacatan penderita, fisik dan mental, dengan fisioterapi, terapi wicara, dan
psikoterapi. Jika seorang pasien tidak lagi menderita sakit akut setelah suatu
stroke, staf perawatan kesehatan memfokuskan pada pemaksimalan kemampuan
fungsi pasien. Hal ini sering dilakukan di rumah sakit rehabilitasi atau area khusus
di rumah sakit umum. Rehabilitasi juga dapat bertempat di fasilitas perawat.
Proses rehabilitasi dapat meliputi beberapa atau semua hal di bawah ini:
1. Terapi bicara untuk belajar kembali berbicara dan menelan
2. Terapi okupasi untuk mendapatkan kembali ketangkasan lengan dan tangan
48
Hari 3-5
Hari 7-10
2-3 minggu
Komunikasi, menelan
Team/family planing
3-6 minggu
10-12 minggu
Ketika seorang pasien stroke telah siap untuk pulang ke rumah, seorang
perawat sebaiknya datang ke rumah selama periode waktu tertentu sampai
keluarga terbiasa dengan merawat pasien dan prosedur untuk memberikan
bermacam obat. Terapi fisik dapat dilanjutkan di rumah.
Pada akhirnya pasien biasa ditinggalkan di rumah dengan satu atau lebih
orang yang menjaganya, yang sekarang mendapati hidupnya telah sangat berubah.
Merawat pasien stroke di rumah dapat sangat mudah atau sangat tidak mungkin.
49
Pada waktunya, ini akan menjadi jelas bahwa pasien harus ditempatkan pada
fasilitas perawatan yang terlatih karena perawatan yang sesuai tidak dapat
diberikan di rumah walaupun keluarga bermaksud baik untuk merawatnya.
Macam-macam rehabilitasi fisik yang dapat diberikan adalah :
1. Bed exercise
2. Latihan duduk
3. Latihan berdiri
4. Latihan mobilisasi
5. Latihan ADL (activity daily living)
6. Latihan Positioning (Penempatan)
7. Latihan mobilisasi
8. Latihan pindah dari kursi roda ke mobil
9.
Latihan berpakaian
KOMPLIKASI
Komplikasi pada stroke sering terjadi dan menyebabkan gejala klinik stroke menjadi
semakin memburuk. Tanda-tanda komplikasi harus dikenali sejak dini sehingga dapat
dicegah agar tidak semakin buruk dan dapat menentukan terapi yang sesuai. 1 Komplikasi
pada stroke yaitu:
1. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama):
1. Edema serebri: Merupakan komplikasi yang umum terjadi, dapat
menyebabkan defisit neurologis menjadi lebih berat, terjadi peningkatan
tekanan intrakranial, herniasi dan akhirnya menimbulkan kematian.
50
51
PROGNOSIS
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara
sempurna asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini
penting agar penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti
jalannya pincang atau berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih bisa disembuhkan.
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72
jam setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu dilakukan adalah
pemulihan. Tindakan pemulihan ini penting untuk mengurangi komplikasi akibat stroke
dan berupaya mengembalikan keadaan penderita kembali normal seperti sebelum
serangan stroke.
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya
dilakukan secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil. Tiap
pasien membutuhkan penanganan yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan pasien.
Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan.(8,9,13)
52
BAB V
KESIMPULAN
53
Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak
secara fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan
yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular.
Penyebab stroke antara lain adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme,
hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme
sakular. Stroke terbagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragic.
Faktor resiko untuk stroke diantaranya hipertensi, penyakit jantung,
diabetes mellitus, merokok, riwayat keluarga, penggunaan obat-obatan, kelainan
hematologi, beberapa penyakit infeksi. Diagnosa untuk stroke didapatkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium seperti kadar lipid,
pemeriksaan jantung seperti dengan ekg, pemeriksaan radiologi terutama dengan
CT-Scan. Penyakit stroke harus segera diatasi sebelum timbul komplikasi lebih
lanjut
DAFTAR PUSTAKA
54
55