Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman yang mempunyai peranan

penting di Indonesia sebagai bahan baku utama pembuat gula pasir. Tanaman tebu (Saccharum officinarum) dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam industri gula. Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta penambahan atau penghematan devisa, tetapi juga langsung terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dan penyediaan lapangan kerja (Farid, 2003). Produksi gula Indonesia mengalami penurunan karena perubahan iklim global yang menyebabkan anomali cuaca, antara lain musim hujan yang berkepanjangan sehingga rendemen gula menurun. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah menanam varietas-varietas tebu yang toleran terhadap kondisi iklim basah, disamping sifat lainnya yang harus dimiliki varietas unggul tebu seperti kualitas gilingan tinggi, tipe kemasakan, rendemen gula tinggi dan tahan hama penyakit. Tujuan pemuliaan tanaman tebu salah satunya untuk mendapatkan varietas, klon yag mempunyai rendemen gula tinggi. Tanaman tebu merupakan tanaman yang mempunyai tingkat heterozygous tinggi sehingga tingkat keragaman genetiknya tinggi. Keragaman genetik yang tinggi merupakan faktor utama yang diperlukan dalam merakit varietas baru. Perakitan varietas baru dapat dilakukan melalui hibridisasi, transformasi genetic maupun kultur in vitro. Hibridisasi dilakukan dengan menyilangkan tetua 1 dengan tetua 2 yang mempunyai karakter yang diinginkan pemulia, transformasi genetic dengan menyisipkan gen target ke dalam tanaman sehingga tanaman mempunyai sifat unggul. Bioteknologi kultur in vitro dapat dimanfaatkan untuk merakit varietas unggul dengan karakter baru yang tidak ada dalam plasma nutfah. Salah satu metoda kultur in vitro yang efektif dan efisien untuk merakit varietas unggul adalah seleksi in vitro, dimana sifat baru yang diinginkan telah diarahkan sejak biakan ada dalam tabung kultur. . 1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pembiakan vegetative tanaman tebu dalam aspek pemuliaan tanaman yang berguna untuk perbaikan genetic tanaman tebu tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Asal dan Sejarah Tanaman Tebu Tanaman tebu (Saccharum officinarum L merupakan anggota genus Saccharum,

family Graminae dan tribe Andropogoneae. Asal mula tanaman tebu sampai saat ini belum didapatkan kepastiannya, dari mana asal muasal tanaman tebu. Namun sebagian besar para ahli yang memang berkompeten dalam hal ini, berasumsi bahwa tanaman tebu ini berasal dari Papua New Guinea. Pada 8000 SM, tanaman ini menyebar ke Kep. Solomon dan Kaledonia Baru. Ekspansi tanaman ini ke arah timur Papua New Guinea berlangsung pada 6000 SM, dimana tebu mulai menyebar ke Indonesia, Filipina dan India. Dari India, tebu kemudian dibawa ke China pada tahun 800 SM, dan mulai dimanfaatkan sebagai pemanis oleh bangsa China pada tahun 475 SM. Pada tahun 510 Sebelum Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah. Seperti halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sesudah masehi. Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642M , mereka menemukan keberadaan tebu yang kemudian dipelajari dan mulai diolah menjadi gula kristal. Ketika menguasai Mesir pada 710 M, tebu ditanam secara besarbesaran di tanah Mesir yang subur. Pada masa inilah, ditemukan teknologi kristalisasi, klarifikasi, dan pemurnian. Dari Mesir, gula menyebar ke Maroko dan menyeberangi Laut Mediterania ke benua Eropa, tepatnya di Spanyol (755 M) dan Sisilia (950 M). Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib pada abad ke-11. Para prajurit yang pulang menceritakan keberadaan rempah baru yang enak ini. Gula pertama diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099. Abad-abad berikutnya merupakan periode ekspansi besar-besaran perdagangan barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di

dalamnya adalah impor gula. Dari sebuah catatan perdagangan di Inggris, gula dihargai 2 Shilling/lb, nilai ini setara dengan beberapa bulan upah buruh rata-rata pada saat itu.Mungkin karena merupakan sebuah temuan baru, gula pada saat itu telah menjadi sebuah simbol dari status sosial. Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula sebagai penghias meja-meja mereka. Bahkan ketika Henry III dari Perancis mengunjungi Venice, sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya dengan menampilkan piring-piring, barangbarang perak, dan kain linen yang semuanya terbuat dari gula. Bahkan lebih gila nya lagi karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai obat. Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga 15 yang merekomendasikan pemberian gula kepada orangorang cacat untuk memperkokoh kekuatan mereka. Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice. Namun Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama berlayar ke India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana. Meskipun demikian, penemuan orang-orang Amerika lah yang telah mengubah konsumsi gula di dunia. Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa tanaman tebu untuk ditanam di kawasan Karibia. Iklim yang sangat menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan berdirinya sebuah industri dengan cepat. Kebutuhan terhadap gula yang besar bagi Eropa menyebabkan banyak kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago. Tanaman tebu dibudidayakan secara massal. Jutaan orang dikirim dari Afrika dan India untuk bekerja di penggilingan tebu. Oleh karenanya, produksi gula sangat erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat. Secara ekonomi gula sangatlah penting sehingga seluruh kekuatan Eropa membangun atau berusaha membangun jajahan di pulau-pulau kecil Karibia dan berbagai pertempuran terjadi untuk menguasai pulau-pulau tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di berbagai perkebunan besar di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina dan kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan lokal. Pada tahun 1750 terdapat 120 pabrik pemurnian gula yang beroperasi di Britania dengan hanya menghasilkan 30.000 ton per tahun. Pada tahap ini gula masih merupakan sesuatu yang mewah dan memberi keuntungan yang sangat besar sehingga gula dijuluki emas putih. Keadaan ini juga berlaku di negara-negara Eropa Barat lainnya.

Para pemerintah menyadari keuntungan besar yang didapat dari gula dan oleh karenanya mengenakan pajak yang tinggi. Akibatnya gula tetap merupakan sebuah barang mewah. Keadaan ini terus bertahan sampai dengan akhir abad ke-19 ketika kebanyakan pemerintahan mengurangi atau menghapus pajak dan menjadikan harga gula terjangkau untuk warga biasa. Di Jawa, tanaman tebu diperkirakan sudah ditanam sejak zaman Aji Saka. Perantau China yang bernama I Tsing mencatat bahwa perdagangan nira yang berasal dari gula tebu telah di perdagangkan di Nusantara (895 M). Industri Tebu dan pabrik gula mulai berkembang di Nusantara ketika masa penjajahan Belanda di mulai (1700-an). Pada awal abad ke-17 industri gula berdiri di sekitar selatan Batavia, yang dikelola oleh orang-orang China bersama pejabat VOC. Pada pertengahan abad ke-18, telah dilakukan ekspor gula dari 130 pabri Gula tradisional di Jawa. Dalam perkembangannya, ekspor gula yang dilakukan oleh kolonial Belanda mengalami naik turun akibat keterbatasan modal, kekurangan lahan, dan persaingan ekspor gula dengan India. Industri gula kolonial yang menggunakan tenaga pribumi mulai bergeliat kembali seiring diberlakukannya Cultuurstelsel oleh van den Bosch. Liberalisasi Industri gula di pasung. Semua sektor perekonomian gula di kuasai oleh pemerintah kolonial belanda. Meskipun menimbulkan penderitaan bagi kaum pribumi, kebijakan ini menjadikan Nusantara sebagai pengimpor gula terbesar dan mampu mendominasi pasar dunia. Ketika penjajahan telah berakhir, sebagian besar dari pabrik gula yang ada di Jawa masih merupakan bekas peninggalan Belanda. Ada lima spesies dari genus Saccharum yang bermanfaat bagi pemuliaan tanaman (Wrigley, 1981) yaitu : 1. Saccharum officinarum L. (2n = 180) Merupakan spesies yang dibudidayakan (oleh sebab itu sering disebut noble cane) dengan sifat batang berwarna terang, lunak, tebal, kandungan sukrosa tinggi, andungan serat rebdah, daun lebar. Sangat peka terhadap penyakit-penyakit utama, kecuali penyakit gummosis (Xanthomonas vasculorum) dan jelaga (Ustilago citaminae). Otaheite (sinonim dengan Bourbon, Lahaina, Vellai) merupakan noble cane yang pertama dibudidayakan secara luas, selanjutnya diiuti oleh seri Cheribon.

2. Saccharum spontaneum L. (2n = 40 128) Merupakan tebu liar di daerah Pasifik dan Asia (di Pulau Jawa disebut dengan glagah). Spesies ini merupakan sumber resistensi untuk beberapa penyakit utama seperti sereh, mosaic, gummosis, busuk merah (Physalospora tucumanensis), embun tepung (Sclerospora sacchari). Spesies ini merupakan rerumputan tahunan dari mulai ukuran yang pendek hingga tinggi, ruasnya panjang langsing dengan lubang pit di tengah batang, batang berwarna hijau kuning hingga putih. Rhizome membentuk banyak anakan. 3. Saccharum barberi Jeswiet ( 2n = 40 128) Merupakan tebu India. Batangnya keras dan langing dengan andungan serat yang tinggi. Kebal terhadap penyakit gummosis dan mosaic, resisten terhadap penyakit embun tepung. 4. Saccharum sisnense Roxb. Emend. Jeswiet (2n = 82 124) Disebut dengan tebu Cina atau Uba. Kandungan surosanya sedang dengan serat yang tinggi, batang sedang ketebalannya dengan daun yang medium hingga sempit. Kebal terhadap penyakit embun tepung. 5. Saccharum robustum Brandes et Jeswiet ex Grassl. (2n = 60 194) Merupakan tebu liar yang berasal dari New Guinea dan Melanesia. Tumbuh hingga 9 meter. Batangnya keras berkayu dengan lubang di tengahnya. Kandungan sukrosanya rendah. Resisten terhadap busuk merah. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa industry gula tebu memanfaatkan spesies Saccharum officinarum (noble cane) yang diduga berasal dari daerah Pasifik Selatan yaitu keminginan di New Guinea (Pulau Irian bagian Timur) dan selanjutnya menyebar e tiga arah migrasi yang berbeda (Blackburn, 1984). Pertama, dimulai pada tahun 8000 tahun sebelum Masehi yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru. Edua, dimulai sekitar tahun 6000 tahun sebelum Masehi ke Filipina, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Malaysia dan Burma serta India dan ketiga antara tahun 500 hingga 1100 sesudah Masehi yaitu ke Fiji, Tonga, Tahiti, Marquesa, dan Hawaii. Perkembangan yang luas dan besar dalam pengelolaan dan teknologi lapang berlangsung pada abad 20, sehingga pusat-pusat penelitian dan stasiun lapang di negaranegara penghasil gula (Hayes et al, 1995: Wrigley, 1981; Blackburn, 1984), seperti

Proeftstation voor de Java Suikerindustrie, Pasuruan (Indonesia sekarang bernama P3G), BWI, Central Sugar Cane Breeding Station (Barbaros), Quesland Bureu of Experiment Stations (Australia), Hawaian Sugar Planters Association, Honolulu (Hawaii), Mauritius Sugar Indistry Research Institute, Reduit (Mauritius), Mount Egdecombe, Natal (Afrika Selatan) dan di America Serikat (Baton Rouge, Lousina dan Canal Point, Florida).

2.2

Botani Tanaman Tebu 2.2.1 Daun Tebu Daun tebu merupakan daun tidak lengkap, yang terdiri dari helai daun dan pelepah daun saja, sedang tangkai daunnya tidak ada. Diantara pelepah daun dan helai daun bagian sisi luar terdapat sendi segitiga daun, sedang pada bagian sisi dalamnya terdapat pengenal lidah daun. Perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda

yang terdapat pada daun ialah pelepah daun dengan bagian-bagiannya

terutama bulu-bulu bidang punggung dan telinga.

2.2.2

Bulu Bidang Punggung Bulu bidang punggung yang selanjutnya disebut bidang punggung ialah

kelompok bulu yang terdapat pada bagian tengah punggung pelepah daun sebelah luar. Yang perlu diperhatikan ialah : Ada atau tidaknya bulu bidang punggung tersebut Pertumbuhan kelompok bulu apakah sempit atau lebar serta mencapai puncak pelepah atau tidak Kedudukan bulu-bulu berdiri atau rebah. Ukuran panjang bulu-bulu tersebut Bulu bidang punggung dinamakan sempit,apabila pertumbuhan kelompok bulu itu lebarnya kurang dari
1

/4 lebar pelepah daun. Dinamakan lebar apabila

pertumbuhan bulu-bulu itu lebarnya lebih dari 1/4 lebar pelepah daun. 2.2.3 Telinga dalam Pelepah Daun Telinga daun ialah tonjolan di sebelah atas tepi pelepah daun dan telinga dalam ialah telinga pelepah daun sebelah dalam. Yang perlu diperhatikan ialah : Ada atau tidak adanya telinga dalam tersebut. Pertumbuhan tinggi telinga apakah kuat, sedang atau lemah. Kedudukan telinga dalam tersebut apakah serong atau tegak

Klon tebu dikatakan bertelinga, apabila tinggi telinganya lebih panjang atau atau sama dengan lebarnya Sebaliknya dikatakan tidak bertelinga, apabila tinggi teling lebih pendek dari pada lebarnya . Kedudukan telinga dikatakan serong,apabila tepi pelepah daun dan tepi luar telinga merupakan suatu garis lengkung atau membuat sudut. Kedudukan telinga dikatakan tegak, apabila tepi pelepah daun dan tepi luar telinga merupakan garis lurus. Pertumbuhan telinga dikatakan kuat, apabila tinggi telinga 3 kali atau lebih dari pada lebarnya, dikatakan sedang,apabila tinggi telinganya lebih dari 1 sampai 3 kali lebarnya, sedangkan pertumbuhan telinga dikatakan lemah apabila tinggi telinganya sama dengan lebarnya.

2.2.4

Batang Tanaman Tebu Batang tebu tersusun dalam ruas-ruas, diantara ruas-ruas tersebut terdapat

buku-buku ruas dimana terletak mata yang dapat tumbuh menjadi kuncup tanaman baru. Disamping itu terdapat mata akar tempat keluarnya akar untuk kehidupan kuncup tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda pengenal yang terdapat pada batang, ialah terutama bentuk ruasnya, disamping itu juga sifat-sifat yang terdapat pada ruas itu sendiri sebagai keterangan tambahan.

2.2.5

Bentuk dan Susunan Ruas Batang Yang dimaksud dengan bentuk ruas disini kecuali dapat dibedakan atas enam

bentuk pokok, juga bentuk pada potongan penampang melintang ruas. Keenam bentuk-bentuk pokok tersebut ialah silindris, tong, kelos, konis, konis terbalik dan cembung-cekung sedangkan bentuk penampang (gilig) dan zag). melintang dibedakan atas bulat

pipih (gepeng). Mengenai susunan ruas, dapat lurus dan berbiku (zig-

2.2.6

Mata Tunas Tebu Yang dimaksud dengan mata ialah kuncup tebu yang terletak pada buku -

buku ruas batang. Kuncup - kuncup ini dari arah pangkal ke ujung batang tertanam disebelah kanan dan kiri berganti-ganti dan selalu terlindungi oleh pangkal pelepah daun. Yang perlu diperhatikan dalam mempelajari tanda- tanda pengenal yang

terdapat pada mata, ialah tepi sayap mata, rambut jambul dan rambut tepi basal mata.

Gambar (kanan : daun tebu; kiri : tanaman tebu lengkap)

Gambar Saccharum officinarum

Keterangan : leaf
stalk internode roots

: daun
: batang / tangkai : internodus : akar

leaf sheath
node secondary shoot

: pelepah daun : nodus : tunas sekunder

2.3

Pembungaan, Penyerbukan, dan Pembentukan Biji Pada tebu hampir semua spesies dari genus Sachharum tidak akan berbunga pada

panjang hari lebih dari 12 jam, ecuali S.spontaneum yang memang merupakan tanaman hari panjang. Umumnya dibutuhkan paling sedikit 10 jam dan paling banyak 12,5 jam dan suhu malam 20 250C untuk tejadinya inisiasi bunga. Tanda awal munculnya bunga adalah munculnya seludang daun yang panjang tetapi helai daunnya pendek (disebut dengan daun bendera). Seludang daun menutupi panikel yang masih muda. Akhirnya batang tebu memanjang dan mendorong panikel bunga keluar. Bunga tebu secara visual berbentuk seperti panah,sehingga sering pada literature bunga tebu disebut arrow. Spikelet membuka pada malam hari hingga pagi buta, dimulai dari paniel bagian atas selanjunta kea rah bawah. Kelembaban udara yang tinggi dapat memperlambat antehsis. Secara alami, penyerbukan silang dengan bantua angina. Pollen viable hanya pada waktu yang singkat dan anther akan gugur dari filament setelah anthesis, sebaliknya stigma tetap pesrsisten. Setrelah terjadi penyerbukan dan pembuahan, dibutuhkan 21 25 hari untuk pengisian dan pemasakan biji. Keluarnya bunga akan mengakhiri pemebentukan daun baru pada batang sehngga tumbuh cabang vegetative dari buku terbawah, selain itu adanya pembungaan akan mengurangi kandungan sukrosa pada batang tebu. Oleh karena itu pada budidaya tebu sering dilakukan perlambatan pembungaan agar kandungan sukrosa tetap tinggi. Biji hasil pembungaan meruapakn biji caryopsis dari satu karpel, perikarpnya menyatu dengan testa. Biji berbentuk ovate, berwarna coklat kekuning-kuningan dan berukuran amat kecil sekitar 1 mm panjangnya. Biji tersebut dengan cepat kehilangan viabilitasnya, tetapi bila disimpan dalam suhu rendah dapat dipertahankan paling tidak selama tiga tahun. Memperkirakan fertilitas biji secara kuantitatif, sangatlah penting bagi pemuliaan tebu seperti yang diparkan oleh walker (1980) dalam Blackburn (1984) sebagai berikut : Infloresens arrow terdiri dari 25.000 spikelet, tetapi jumlah yang dibuahi dan fertile hanya sekitar 3 33%, yaitu sekitar 700 spikelet yang akan berkembang menjadi biji. Biji tebu tidak mengalami dormansi, perkecambahan membutuhkan waktu 2 8 hari pda suhu 35%. Kecambah muda sangat lambat pertumbuhannya hingga fase empat daun, tetapi selanjutnya pertumbuhan berjalan dengan cepat. Tebu merupakan tanaman menyerbuk silang dengan bantuan angin, sering bersifat poliploid dan terkadang aneuploidy. Karena menyerbuk silang dan diperbanyak secara klonal maka heterozigousnya tinggi dan tidak toleran terhadap inbreeding (penyerbuan sendiri).

Persilangan antar klon akan meningkatkan keragaman pada progeny F1, dan pemuliaan tebu dapat menggunaan keragaman ini untuk membentuk klon yang baru. Persilangan dapat bersifat berpasangan (biparental cross, di mana baik tetua jantan dan betina diketahui), atau dapat pula berupa persilangan jamak (polycross, di mana tetua betina diketahui, sedangkan tetua jantan beragam genotipenya dan tidak diketahui). Program persilangan biparental lebih sering dilakukan dibandingkan persilangan polycross.

2.4

Metode Pengendalian Untuk Mempermudah Persilangan 2.3.1 Metode lantern (selubung) Kemajuan utama untu mengendalian pemuliaan tebu adalah ditemukannya sifat male sterility yang dapat digunaan sebagai induk betina yang dapat dibuahi dengan pollen dari induk jantan yang diinginkan untuk memperoleh progeny (keturunan) yang diketahu tetuanya. Pada metode ini persilangan dilakukan di lapang di mana bunga arrow diselubungi dengan lantern untuk mencegah masunya pollen yang tidak diinginkan dan pada saat yang bersamaan pollen dari tetua jantan yang telah ditetapkan juga dimasukkan ke dalam lantern. Biji kemudian dibiarkan masuk dan setelah lebih kurang tiga minggu, panikel yang terdiri dari biji yang masak (tidak lagi disebut arrow melainkan fuzz) dikumpulkan, diekstrak, dan disemai. Metode ini ditemukanoleh DAlberquerque dan Skeete (Stevenson, 1965; Blackburn, 1984). Metode Marcotting (mencangkok) Primordia akar yang terdapat di masing-masing nodus (buku) dapat diinduksi di lapang dengan menutupi buku yang terpilih dengan kertas aluminium atau plastic yang berisi medium perakaran seperti tanah lembab atau gambut. Bahan stimulant perakaran dapat pula diinjeksikan ke batang yaitu di Antara buku etiga dan keempat di bawah daerah marcotte. Sesaat sebleum bunga arrow muncul, batang tebu dipotong tepat di bawah wadah. Penutup plastic kemudian di buka dan dibuang. Selanjutnya dipindahkan ke pot atau tabung yang berisi tanah, dandiletakkan di rumah kaca. Bunga akan muncul, dan pengendalian persilangan dilakukan dengan cara menggabungkan bunga dari tetau jantan dan betina di dalam satu selubung kain.

2.3.2

2.3.3

Metode larutan ala Hawaii

Metode yang dikembangkan oleh Verret dan Mangelsdorf banyak digunakan oleh pemulia karena menghemat tenaga kerja untuk pekerjaan persilangan. Bunga yang menjelang mekar beserta sebagian kecil dari batang tebu dipotong dan dicelupkan ke dalam wadah berisi air. Bunga akan membuka secara normal, namun bunga akan mati dalam waktu beberapa hari. Kematian diduga disebabkan oleh blockade pada xylem (pembuluh kayu) oleh bakteri. Sehingga untuk memperpanjang umur bunga digunakan larutan yang mengandung bakterisida. Persilangan dilakukan dengan meletakkan potongan bunga jantan lebih tinggi daripada potongan bunga betina. Setelah penyerbukan selesai, bunga jantan disingkirkan sebaliknya bunga betina dipelihara hingga biji masak. Penyerbukan random dilakukan dengan menggoyang-goyangkan bunga jantan secara teratur.

2.3.4

Kultur Jaringan Eksplan dipersiapkan dari pucuk tebu pada bagian daun yang masih

menggulung mulai dari meristem apical sampai sepanjang kira-kira 25 cm. Buang pelepah bagian luar, kemudian bersihkan dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam alcohol 75 %. Di dalam Laminar Air Flow Cabinet, potong pucuk tebu tersebut hingga menjadi lima bagian dengan menggunakan pisau yang telah di diberi alcohol 75 %. Celupkan potongan pucuk tebu tersebut kedalam alcohol 75 % kemudian bakar diatas lampu bunsen beberapa saat biarkan hingga apinya padam. Kupas kulit luarnya, kemudian bakar kembali dengan teknik yang sama sampai diameter pucuk menjadi 1.5 cm. Potong pucuk yang telah dibakar menjadi 5 bagian dengan menggunakan scapel yang steril. Kulturkan eksplan pada media yang sudah disiapkan, dan letakkan pada rak kultur dengan kondisi tanpa cahaya untuk proses pengkalusan.

2.3.5

Hibridisasi Hibridisasi merupakan metode yang sudah lama dilakukan, bahkan smpai saat

ini hibridisasi tetap digunakan. Pemuliaan tanaman tebu dapat menggunakan metode ini yaitu si pemulia ingin mendapatkan varietas tebu rendemen gula yang tinggi dan tahan penyakit mosaic maka disilangkanlah tanaman tebu tetua BL dengan tetua P59, tetua yang mempunyai rendemen tinggi tetapi rentan penyakit mosaic sedangkan tetua P59 rendemen rendah tetapi resisten penyakit mosaic. Tetua disilangkan sehingga didapatkan progeny F1 kemudian dilakukan persilangan hingga generasi 6 atau 7 sehingga didapatkanlah progeny yang homozigot. Populasi tebu itu diseleksi dengan metode seleksi massa sehingga didapatlah tanaman tebu seperti yang diinginkan breeder seperti rendemen gula yang tinggi.

Bagan 1. Persilangan Pemuliaan Tanaman Tebu

TETUA A X TETUA B

PERSEMAIAN

SELEKSI INDIVIDU UMUR 6 BULAN

SELEKSI KLON TAHAP 1

UMUR 9 BULAN SELEKSI KLON TAHAP 2 UJI PENDAHULUAN HASIL

SELEKSI KLON TAHAP 3

SELEKSI PARENT CLON (PC)

SELEKSI RATOON 1 (R1)

SELEKSI RATOON 2 (R2)

Bagan 2. Persilangan Pemuliaan Tanaman Tebu

TETUA P59

BL

TETUA

PERSEMAIAN (F1)

SELEKSI INDIVIDU UMUR 6 BULAN

SELEKSI KLON TAHAP 1

SELEKSI KLON TAHAP 2

UMUR 9 BULAN

SELEKSI KLON TAHAP 3

SELEKSI PARENT CLON (PC)

SELEKSI RATOON 1 (R1)

SELEKSI RATOON 2 (R2)

III. KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan Pemuliaan tanaman tebu dilakukan untuk melakukan perbaian genetic tanaman tebu sehingga didapatkan tanaman tebu yang diinginan seperti rendemen gula yang tinggi, toleran cekaman kekeringan; salinitas, panas. Metode yang dapat dilakukan antara lain metode marcotting, kultur jaringan atau hibridisasi.

3.2

Saran Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mahasiswa dan

pengembangan serta penelitian di bidang ini lebih ditingkatkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA Blackburn, F. 1984. Sugar Cane. London: Longman Group Ltd. 414p Hafsah, Mohammad Jafar. 2002. Bisnis Gula di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Hayes, H.K., F.R. Immer and D.C Smith. 1995. Methods of Plant Breeding. New York: Mc Graw Hill Book Co. Inc. 515p P3GI. 1992. Statistik Tanaman Tebu. Pasuruan: P3GI. Sapuan, 1998. Kebijaksanaan Pergulaan dan Perkembangan Tata Niaga Gula di Indonesia. Available online atau www.bulog.go.id\papers\k_001gula. html Stevenson, G.C. 1965. Genetics and Breeding of Sugar Cane. London: Longmans. Wrigley, G. 1981. Tropical Agriculture. London: Longman. 496p.

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga dengan shalawat kepadanya kita akan mendapat syafaat di hari kiamat kelak. Amien.

Makalah ini ditulis untuk salah satu tugas kuliah Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif. Makalah ini disusun berdasarkan studi literatur bukan penelitian di lapangan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetati yang telah memberikan pengarahan dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Kemudian kepada orang tua yang telah memberikan bantuan materil dan doanya sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan. Selanjutnya semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca

Padang, 01 Oktober 2013

Penulis

MAKALAH PEMULIAAN TANAMAN MEMBIAK VEGETATIF


Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)

DISUSUN OLEH :

Fanny Amelia Windy Saputra

(1110211014) (1110212041)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

2013

Anda mungkin juga menyukai