Anda di halaman 1dari 20

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A.1

Latar Belakang Dalam menulis sebuah karangan atau cerita tentunya selalu dijumpai susunan

dari banyak kata yang membentuk kalimat. Kalimat-kalimat tersebut harus dihubungkan lagi sehingga terbentuk sebuah paragraf. Menyusun paragraf berarti menyampaikan suatu gagasan atau pendapat tertentu yang harus disertai alasan ataupun bukti tertentu. Menyusun suatu paragraf yang baik harus memperhatikan beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain adalah ide pokok yang akan dikemukakan harus jelas, semua kalimat yang mendukung paragraf itu secara bersama-sama mendukung satu ide, terdapat kekompakan hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain yang membentuk alinea, dan kalimat harus tersusun secara efektif (kalimat disusun dengan menggunakan kalimat efektif sesuai ide bisa disampaikan dengan tepat). Oleh karena itu, untuk lebih memahami bagaimana menyusun sebuah paragraf yang benar dan mengetahui berbagai macam jenis paragraf, maka makalah ini disusun agar bisa menambah pengetahuan para pembaca tentang penggunaan paragraf yang baik.

A.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Apa definisi dari paragraf ? 2. Apa saja syarat pembentukkan sebuah paragraf yang baik ?

2 3. Apa saja jenis paragraf ?

A.3

Tujuan Setelah mengemukakan rumusan masalah diatas, maka pada akhirnya kami

tentunya memiliki tujuan. Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi pengetahuan mengenai definisi paragraf, syarat pembentukkan paragraf dan jenis-jenis paragraf..

A.4

Manfaat Dengan selesai nya pembuatan makalah ini, semoga manfaat yang dapat

diambil dari makalah yang kami sajikan ini adalah : a. Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau referensi bagi teman-teman mahasiswa, pelajar dan masyarakat umum sebagai bahan pembelajaran mengenai pengertian, syarat pembentukan dan jenis-jenis paragraf. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama pembelajaran yang berkaitan dengan paragraf.

A.5

Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I : A.1 A.2 A.3

PENDAHULUAN

Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

3 A.4 A.5 A.6 A.7 Manfaat Sistematika Penulisan Metode Landasan Teori PEMBAHASAN

BAB 2 : A. B. C.

Pengertian Paragraf Syarat-Syarat Pembentukkan Paragraf Jenis-Jenis Paragraf

BAB 3 : A.1 A.2

PENUTUP

Kesimpulan Daftar Pustaka

A.6

Metode Dalam pembuatan makalah ini, kelompok kami mengambil bahan dari sumber

buku, internet dan pemahaman kelompok kami terkait pelajaran bahasa Indonesia mengenai paragraf.

A.7

Landasan Teori Kelompok kami mengambil referensi dari H.S. Widjojo dalam bukunya Bahasa

Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, buku yang ditulis oleh E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai berjudul Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi dan dari Gorys Keraf.

4 BAB 2 PEMBAHASAN A Pengertian Paragraf Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau

mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Sebuah paragraf mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Bahkan, sering kita temukan bahwa suatu paragraf berisi lebih dari lima buah kalimat. Walaupun paragraf itu mengandung beberapa kalimat, tidak satu pun dari kalimat-kalimat itu yang memperkatakan soal lain. Seluruhnya memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat dengan masalah itu.1

Ciri-ciri paragraf:2 1. Kalimat pertama bertakuk kedalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya surat dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya: makalah, skripsi, tesis dan disertasi. Karangan, misalnya surat berbentuk lurus yang tidak bertakuk (Block Style) ditandai dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih banyak daripada jarak antarbaris lainnya. 2. Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik. Kalimat topik dapat ditempatkan pada posisi awal, tengah atau akhir. 3. Paragraf menggunakan ide penjelas (ide pendukung atau ide pengendali) yang dinyatakan dalam kalimat penjelas. 4. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik. Penempatan kalimat topik ada empat cara: (i) Kalimat topik pada posisi awal membentuk paragraf deduktif. (ii) Kalimat

1 2

E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, hal: 115 HS. Widjojo Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, hal: 222

5 topik pada posisi akhir membentuk paragraf induktif. (iii) Kalimat topik pada posisi tengah membentuk paragraf induktif-deduktif. (iv) Kalimat topik pada posisi awal dan akhir memberntuk paragraf deduktif-induktif. Kedua kalimat topik pada paragraf itu berisi gagasan yang sama. Kalimat topik pada akhir paragraf menegaskan gagasan kalimat topik pada posisi awal. Paragraf dengan dua kalimat topik itu dilakukan pada paragraf yang panjang, misalnya 6 s/d 10 buah kalimat. 5. Paragraf akademik terdiri atas kalimat topik, kalimat penjelas atau pendukung dan kalimat konklusi. Kalimat topik ditempatkan pada posisi awal. Paragraf akademik untuk berkomunikasi akademik dengan pembacanya, misalnya untuk menjawab tugas-tugas perkuliahan. Komunikasi berhasil jika seluruh informasi terpahami oleh pembacanya. Paragraf akademik disusun berdasarkan bahasa formal, baku dan menyajikan pesan dengan kalimat yang efektif. 6. Paragraf dalam esai akademik: esai terdiri dari atas beberapa paragraf yang diklasifikasi menjadi paragraf pendahuluan, paragraf penjelas dan paragraf konklusi. Paragraf penjelas diklasifikasi menjadi paragraf penjelas 1, penjelas 2 dan penjelas 3. Seluruh paragraf menyajikan gagasan secara lengkap dan menyatu. Seluruh kalimat mendukung kalimat topik dan tidak satupun, kalimat menyimpang dari kalimat topik. 7. Seluruh kalimat saling mengait. Pengertian dapat dilakukan dengan konjungsi, subsitusi (penggantian), elipsis (pelesapan) dan lain-lain.

Fungsi Paragraf:3 1. Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan kedalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan. 2. Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.

HS. Widjojo Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, hal: 22 3

6 3. Mengorganisasi gagasan dengan mengurutkan penempatan gagasan. a. Paragraf terdiri atas: kalimat topik, kalimat penjelas dan kalimat konklusi. b. Esai terdiri atas: paragraf pendahuluan, paragraf penjelas dan paragraf konklusi 4. Mengembangkan topik karangan kedalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil, misalnya: paragraf pendahuluan, paragraf pengembang 1, paragraf pengembang 2, paragraf pengembang 3 dan paragraf konklusi. 5. Mengendalikan variabel terutama karangan yangg terdiri atas beberapa variabel. Untuk dua variabel, misalnya: paragraf 1 pendahuluan pentingnya membalas kedua variabel x dan y; paragraf 2 membahas variabel x, paragraf 3 membahas variabel y, paragraf 4 membahas hubungan variabel x dan y, paragraf 5 hasil analisis, paragraf 6 menyajikan konklusi.

B.

Syarat-Syarat Pembentukan Paragraf Paragraf yang baik harus memenuhi syarat kesatuan, kepaduan, ketuntasan,

keruntutan dan konsistensi penggunaan sudut pandang.4 B.1 Kesatuan Paragraf Untuk menjamin adanya kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu pikiran. Paragraf dapat berupa beberapa kalimat. Tetapi, seluruhnya harus merupakan kesatuan, tidak satu kalimatpun yang sumbang, yang tidak mendukung kesatuan paragraf. Jika terdapat kalimat yang sumbang, paragraf akan rusak kesatuannya. Contoh paragraf tanpa kesatuan pikiran: Jateng Sukses. Kata-kata ini meluncur gembira dari pelatih regu Jateng setelah selesai pertandingan final Kejurnas Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung Olahraga Jateng, Semarang. Kota Semarang terdapat di pantai utara Pulau Jawa. Pernyataan itu dianggap wajar karena apa yang diimpi-impikan selama ini dapat terwujud, yaitu satu medali emas, satu medali perak dan satu
4

Ibid hal: 231-243

7 medali perunggu. Hal itu ditambah lagi oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang diperoleh itu adalah prestasi paling tinggi yang pernah diraih oleh Jateng dalam arena seperti itu. Dalam paragraf diatas, kalimat yang ditulis tebal dan digaris bawahi tidak menunjukkan keutuhan paragraf karena merupakan kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan. Oleh sebab itu, kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf.

B.2

Keterpaduan Paragraf dinyatakan terpadu jika dibangun dengan kalimat-kalimat yang saling

mengait. Keterkaitan kalimat dalam paragraf menghasilkan kejelasan gagasan. Keterkaitan kalimat itu menghasilkan keterpaduan paragraf menjadi satu kesatuan konsep, pikiran atau pendapat yang utuh dan kompak. Keterkaitan itu dapat dibangun melalui repitisi (pengulangan) kata kunci atau sinonim, kata ganti dan bentuk pararel.

B.2.1 Repitisi Semua kalimat dalam paragraf dihubungkan dengan kata kunci atau sinonimnya. Kata kunci (sinonimnya) yang telah disebutkan dalam kaliat pertama diulang pada kalimat kedua, ketiga dan seterusnya. Dengan pengulangan itu, paragraf menjadi padu, utuuh dan kompak.

B.2.2 Substitusi Kepaduan dapat dijalin dengan kata ganti, pronomina atau padanan. Sebuah kata yang telah disebutkan pada kalimat pertama (terdahulu) dapat disebutkan kembali pada kalimat berikutnya dengan kata gantinya. Kata ganti (padanan) dapat pula menggantikan kalimat, paragraf dan dapat pula menggantikan bab.

B.2.3 Kata Transisi Kata transisi yaitu kata penghubung, konjungsi, perangkat yang menyatakan adanya hubungan, baik intrakalimmat maupun antarkalimat. Penggunaan kata transisi yang tepat dapat memadukan paragraf sehingga keseluruhan kalimat menjadi padu, menyatu dan utuh. Kata transisi digunakan berdasarkan fungsi makna yang dihubungkan. Kata transisi menyatakan hubungan sebagai berikut: Sebab-Akibat itu, dampaknya Hasil-Akibat : akibatnya, hasilnya, dampaknya, akhirnya, jadi, sehingga Pertentangan : tetapi, namun, berbeda dengan, sebaliknya, kebalikan : sebab, karena, akibatnya, maka, ole karena itu, oleh sebab

daripada itu, kecuali itu, meskipun demikian, walaupun demikian Waktu Syarat Cara : ketika : jika, jikalau, apabila, kalau : cara yang demikian, cara ini

Penegasan : jadi, dengaa demikian, jelaslah bahwa Tambahan informasi : tambahan pula, selain itu, oleh karena itu, lebih

daripada itu, lebih lanjut, disamping itu, lebih-lebih, dalam hal demikian, sehubungan dengan hal itu, dengan kata lain, singkatnya, tegasnya Gabungan Urutan itu, selanjutnya Penulisan kata transisi antarkalimat harus diikuti koma. 1. Ia Mahasiswa paling ccerdas di kelasnya. Akan tetapi, setelah dua tahun tamat kuliah ia belum juga mendapatkan perkerjaan. 2. Setelah berupaya mendapatkan pekerjaan selama dua tahun itu, ia tetap saja belum mendapatkannya. Akhirnya, ia berwirausaha. : dan, serta : mula-mula, pertama, kedua, akhirnya, proses ini, sesudah

9 B.2.4 Konjungsi (Kata Perangkai): dan, tetapi, bahkan, tambahan pula, selain itu. Saya membaca lima buah buku dan meringkasnya menjadi lima halaman. Buku itu telah saya pelajari, tetapi tidak menemukan bagian yang relevan dengan bahasan itu. Saya pelajari kembali beberapa bagian yang penting. Bahkan, saya diskusikan bersama teman-teman. Tambahan pula, bahasan buku-buku itu kami perbandingkan. Selain itu, kami juga menambah referensi lain yang terkait dengan bahasan itu, hasilnya, teori yang mendasari kajiann itu belum memadai.

B.2.5 Struktur Pararel Struktur pararel (kesesjajaran) yaitu bentuk-bentuk sejajar: bentuk kata yang sama, struktur kalimat yang sama, repetisi atau pengulangan bentuk kata (kalimat) yang sama. Contoh: Sejak 1998, pelaksanaan reformasi hukum belum menunjukkan tandatanda yang serius. Menurut Presiden Megawati (Kompas, Agustus 2004), pelaksanaa tersebut justru terhambat oleh para penegak hukum di lapangan. Jika kelambanan berlarut-larut, publik menduga bahwa oknum penegak hukum belum sungguh-sungguh melaksanakan tanggung jawabnya. Sementara itu, para investor dan pengusaha berharap agar penegakkan hukum tersebut dipercepat. Jika berhasil,pencapaian keadilan dan kemakmuran masyarakat segera terwujud. Ini berarti, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan iklim bisnis juga terangkat. Kata-kata yang dicetak miring merupakan bentuk sejajar (pararel). Seluruhnya menggunakan imbuhan pe-an. Kesejajaran bentuk ini berfungsi untuk mengikat makna sehingga membentuk kepaduan paragraf. Selain itu, kepaduan paragraf tersebut juga dibarengi dengan kesejajaran struktur kalimat. Perhatikan, hampir setiap kalimat

10 menggunakan struktur yang sama, dimulai dengan anak kalimat, kata keterangan atau kata transisi.

B.3

Ketuntasan

B.3.1 Kalsifikasi Ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal itu dapat diwujudkan dengan: 1. Klasifikasi yaitu pengelompokkan objek secara lengkap dan menyeluruh. Ketuntasan klasifikasi tidak memungkinkan adanya bagian yang tidak masuk kelompok klasifikasi. Klasifikasi ada dua jenis, yaitu sederhana dan kompleks. Klasifikasi sederhana membagi sesuatu kedalam dua kelompok, misalnya: pria dan wanita, besar dan kecil, baik dan buruk. Sedangkan klaifikasi kompleks membagi sesuatu menjadi lebih dari dua kelompok, misalnya: besar-sedangkecil, pengusaha besar-menengah-kecil, negara maju-berkembang-terbelakang. 2. Ketuntasan bahasan yaitu kesempurnaan membahas materi secara menyeluruh dan utuh. Hal itu harus dilakukan karena pembahasan yang tidak tuntas akan menghasilkan simpulan yang salah, tidak sahih dan tidak valid. Contoh: Mahasiswa di kelas itu terdiri dari 15 orang perempuan dan 13 orang lakilaki. Prestasi perempuan mencapai IPK 4 sebanyak 3 orang, IPK 3 sebanyak 10 orang dan IPK 2,7 sebanyak dua orang. Sedangkan prestasi laki-laki mencapai IPK 4 sebanyak 2 orang, IPK 3 sebanyak 10 orang. Mereka yang belum mencapai IPK 4 berupaya meningkatkannya dengan menulis skripsi sesempurna mungkin sehingga dapat mengangkat IPK lebih tinggi. Sedangkan mereka yang sudah mencapai IPK 4 juga berupaya mendaapatkan nilai skripsi A dengan harapan dapat mempertahankan IPK akhir tetap 4. Klasifikasi objek pada contoh diatas menunjukkan ketuntasan. (1) Seluruh objek (mahasiswa) diklasifikasi. Tidak seorangpun dalam kelas itu yang tidak masuk kedalam

11 kelompok. (2) Klasifikasi pembahasan gagsan juga tuntas. Pengelompokkan IPK yang dicapai oleh mahasiswa (IPK 4, 3 dan 2,7) di kelas itu dibahas seluruhnya, tidak ada gagasan dan fakta yang tertinggal.

B.3.2 Definisi Formal Ketuntasan bahasan dapat dilakukan dengan definisi formal. Dalam definisi formal terdapat genus, kelas dan pembeda. Genus bersifat umum, kelas merupakan unsur, bagian-bagian atau detail atas genus, pembeda adalah penanda masing-masing kelas.

B.4

Konsistensi Sudut Pandang Sudut pandang adalah cara penulis menempatkan diri dalam karangannya.

Dalam cerita, pengarang sering menggunakan sudut panddang aku seolah-olah menceeritakan dirinya sendiri. Selain itu, pengarang dapat menggunakan sudut pandang dia atau ia seolah-olah menceeritakan dia. Dalam karangan ilmiah, pengarang menggunakan penulis. Sekali menggunakan sudut pandang tersebut harus

menggunakannya secara konsisten dan tidak boleh berganti sejak awal sampai akhir. B.5 Keruntutan Keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan, konsep, pemikiran dan lain-lain dalam karangan. Gagasan dei gagasan disajikan secara runtut bagaikan air mengalirtidak pernah putus. Karangan yang runtut enak dibaca, dapat dipahami dengan mudah dan menyenangkan pembacanya. Keruntutan dapat dilakukan dengan beberapa cara: 1. Urutan proses ddengan bilangan: Pembangunan karakter dilakukan secara bertahap. Pembangunan itu, pertama menginterventarisasi ..., tahap kedua ..., Tahap ketiga ... 2. Urutan proses tanpa bilangan: Pembangunan kampus dilakukan secara bertahap. Mula-mula ..., Selanjutnya ..., Akhirnya ...

12 3. Tahapan: bagian pertama ..., bagian kedua ..., bagian ketiga ... 4. Skala prioritas: unsur terpenting ..., agak penting ..., kurang penting .. 5. Pengembangan: pemikiran yang mendasari ..., pengembangan pemikirn itu ..., konsep yang dihasilkan ... 6. Strata (tingkatan) komunikasi yang paling efektif ..., sedang ..., kurang efektif ..., 7. Hubungan antarposisi (pernyataan yang dapat diuji kebenarannya): Kebijakan utama yaitu membangun kultur akademik merupakan prioritas kampus. Sejalan dengan hal itu kinerja penelitian dosen dan mahasiswa perlu ditingkatkan. (ilmiah, objektivitas, menyenagkan) Menulis yang runtut menuntut pengendalian pikiran dalam mengurutkan pernyataa demi pernyataan. Untuk itu, penulis memerlukan: (1) pemahaman konsep-konsep yang akan dibahas. (2) berkecermatan tinggi dalam menghipun gagasan, pemikiran, lengkap dan runtut. (3) Ketekunan dalam menjaring dan mengurutkan pikiran mana yang perlu ditempatkan pada posisi awal, tengah dan bagian akhir. (4) Gigih menemukan konsepkonsep yang berkelanjutan sampai tuntas.

C.

Jenis paragraf Beberapa penulis seperti Sabarti Akhadiah dan kawan-kawan, Gorys Keraf,

Soedjito, dan lain-lain membagi paragraf menjadi tiga jenis. Kriteria yang mereka gunakan adalah sifat dan tujuan paragraf tersebut. Namun karena pebicaraan tentang letak kalimat utama juga memberikan nama tersendiri bagi setiap paragraf, penulis cenderung menjadikan topik letak kalimat utama sebagai salah satu penjenisan paragraf. Berdasarkan hal tersebut, jenis paragraf dibedakan sebagai berikut: . C.1 Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya Gorys Keraf (1980:63-66) memberikan penjelasan tentang jenis paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya sebagai berikut.

13

a) Paragraf Pembuka Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus menarik minat dan perhatin pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yag sedang diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang panjang hanya akan meimbulkan kebosanan pembaca. b) Paragraf Penghubung Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan terdapat dalam paragrafparagraf ini. Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf prnghubung harus diperhatikan agar hubungan antara satu paragraf dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan disusun secara logis. Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung perntagan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang. c) Paragraf Penutup Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung. Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan haruslah teteap diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu

14 pendek. Hal yang paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.

C.2

Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama Letak kalimat utama juga turut menentukan jenis paragraf, dari dasar tersebut

penulis menetapkan letak kalimat utama dalam paragraf sebagai salah satu criteria penjenisan paragraf. Penjenisan paragraf berdasarkan letak kalimat utama ini berpijak pada pendapat Sirai, dan kawan-kawan (1985:70-71) yang mengemukakan empat cara meletakkan kalimat utama dalam paragraf.

a) Paragraf Deduktif Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus. Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar. Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat utama terletak di awal paragraf. Contoh : Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, dan ucapan terlihat dengan mudah. Pemakiaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan

persuratkabaran, radio, dan televisi sudah terjaga dengan baik. Para pemuka kitapun pada umumnya belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia

15 dengan baik dan benar. Fakta-fakta di atas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan. Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf (Deduktif),

yaitu pemakaian bahasa Indonesia di seluruh Indonesia belum seragam.

b) Paragraf Induktif Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat utama. Paragraf ini

dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal yang khusus ke hal yang umum. Contoh : Lebaran masih seminggu lagi, tetapi harga sembako seperti beras, gula, minyak, tepung, telur, dan lain-lain telah naik secara signifikan. Makanan yang biasanya dikonsumsi dalam merayakan Lebaran seperti roti, sirup, dan lain-lain melonjak harganya. Bahan pakaian dan pakaian jadi untuk berlebaran, seperti busana muslimah, baju koko, kopiah, kerudung, sajadah, dan sejenisnya pun tidak ketinggalan dari kenaikan harga yang cukup tinggi. Kenaikan harga barang-barang selalu terjadi menjelang Lebaran pada setiap tahun. Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diakhir paragraf (Induktif),

yaitu kenaikan harga barang-barang selalu terjadi menjelang Lebaran pada setiap tahun.

c) Paragraf Gabungan atau Campuran Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas ide pokok karena penulis

16 merasa perlu untuk itu. Jadi pada dasarnya paragraf campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua. Contoh : Buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Bagaimana orang bisa mengetahui ilmu dari berbagai belahan dunia. Dari buku pula kita bisa menambah pengetahuan maupun pengalaman. Jelaslah bahwa buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf, yaitu buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Sedangkan penegasan ide pokoknya terdapat dalam akhir kalimat, yaitu jelaslah bahwa buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.

d) Paragraf Tanpa Kalimat Utama Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama. Berarti pikiran utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi. Contoh paragraf tanpa kalimat utama: Contoh : Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai dusun Siberi Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikan guntur dan terdengar sampai lebih dari 1000 km jauhnya. (Intisari, Feb.1996 dalam Keraf, 1980:74) Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat deskriptif atau naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting

17 dari yang lain. Semuanya sama penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf tersebut. Paragraf tanpa kalimat utama disebut juga paragraf naratif atau paragraf deskriptif, yang merupakan salah satu jenis paragraf yang dibicarakan dalam penelitian ini.

C.3

Jenis Paragraf Berdasarkan Isi

a) Narasi Narasi atau cerita adalah jenis karangan yang menceritakan suatu pokok persoalan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam narasi adalah :

Biasanya cerita disampaikan secara kronologis. Mengandung plot atau rangkaian peristiwa. Ada tokoh yang menceritakan, baik manusia maupun bukan.

Contoh: Tepat pukul 16.30 perhitungan suara pilkades di empat tempat pemungutan suara selesai. Berita acarapun segera dibuat dan di tanda tangani, Pak Camat mengumumkan hasilnya. Teten yang bertanda gambar padi mendapat 782 suara, Sugiono dengan tanda gambar ketela 324 suara, Paidi bertanda gambar jagung 316 suara. Suara tidak sah ada 33 lembar.

b) Deskripsi

18 Deskripsi adalah jenis karangan yang dibuat untuk menyampaikan gambaran secara objektif suatu keadaan sehingga pembaca memiliki pemahaman yang samadengan informasi yang disampaikan. Ciri-ciri diskripsi adalah :

Bersifat informatif Pembaca diajak menikmati sesuatu yang ditulis Susunan peristiwa tidak dianggap penting

Contoh : Pagi hari itu duduk di bangku yang panjang dalam taman belakang rumah. Matahari belum tinggi, baru sepenggalah. Sinar matahari pagi menghangatkan badan. Di depanku bermekaran bunga beraneka warna. Angin pegunungan membelai wajah, membawa bau harum bunga. Kuhirup hawa pagi yang segar sepuas-puasku. Nyaman rasa badan dan hilanglah lelah berjalan untuk sehari kemarin.

c) Eksposisi Eksposisi adalah karangan yang dibuat untuk menerangkan suatu pokok persoalan yang dapat meperluas wawasan pembaca. Untuk mempertegas masalah yang disampaikan biasanya dilengkapi dengan gambar, data, dan statistik. Contoh : Investasi langsung asing di China pada 2010 mencapai $105,7 miliar dan pada 2011 sebesar $116 miliar. Sedangkan investasi asing pada semester pertama 2012 adalah $117 miliar. Negara utama asal investasi asing ke China adalah Amerika Serikat (28%), Eropa (23,42%) dan Asia (31,23%).

19 d) Argumentasi Argumentasi adalah jenis karangan yang berisi gagasan lengkap dengan bukti dan alasan serta dijalin dengan proses penalaran yang kritis dan logis. Argumentasi dibuat untuk mempengaruhi atau meyakinkan pembaca untuk menyatakan

persetujuannya. Contoh : Keluaga berencana berusaha menjamin kebahagiaan hidup keluarga. Ibu tidak selalu merana oleh karena setiap tahun melahirkan. Ayah tidak pula terlalu pusing memikirkan usaha untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Anakpun tidak terlantar hidupnya karena kebutuhan hidup yang terjamin.

e) Persuasi Persuasi adalah jenis karangan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang singkat, padat, dan menarik untuk mempengaruhi pembaca sehingga pembaca terhanyut oleh siratan isinya. Contoh : Menabung uang di bank lebih aman dan menguntungkan. Uang kita akan mendapat keuntungan dari bank sesuai dengan uang tabungan yang telah disetor. Uang kita juga akan terjaga keamanannya dari pencurian. Oleh karena itu marilah kita menabung uang di bank sebagai jaminan masa depan kelak.

20 BAB 3 PENUTUP A.1 Kesimpulan Dengan pembahasan yang sudah kami sajikan diatas, kelompok kami memberikan kesimpulan bahwa : Paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang dirangkai atau dihubungkan sehingga membentuk suatu gagasan tertentu. Sebuah paragraf yang baik harus memperhatikan beberapa persyaratan agar terbentuk suatu gagasan yang mudah dimengerti oleh para pembaca. Paragaf dibedakan menjadi tiga yaitu paragraf yang terbentuk berdasarkan sifat dan tujuan, berdasarkan letak kalimat utamanya, dan berdasarkan isinya.

A.2

Daftar Referensi Arifin, E. Zaenal & S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk

Perguruan Tinggi Edisi Revisi, Jakarta: Akademika Pressindo, 2010. Widjojo Hs, Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Pergurua Tinggi, Jakarta: Grasindo, 2005.

Anda mungkin juga menyukai