Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya
dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai
tujuan pengajaran. Performance dan kompetensi tersebut meliputi : Ranah
kognitif seperti informasi dan pengetahuan (knowledge), konsep dan
prinsip (understanding), pemecahan masalah dan kreativitas; ranah
psikomotoris/skills; dan ranah afektif seperti perasaan, sikap, nilai, dan
integritas pribadi (Gunartomo, 2003). Issu (2005) menyatakan bahwa
prestasi belajar matematika merupakan pengetahuan yang diperoleh siswa
setelah mempelajari materi tersebut melalui proses belajar mengajar
dalam tiap semester atau setiap tahun berupa nilai.
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam
manusia yang terdiri dari: faktor biologis/jasmani (karena sakit, karena
kurang sehat, karena cacat tubuh) dan faktor psikologis (intelegensi, bakat,
minat, motivasi, dan faktor kesehatan mental). Faktor eksternal yaitu faktor
yang berasal dari luar diri manusia yang terdiri dari lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat dan media massa.
Salah satu faktor yang berasal dari dalam individu adalah
kecerdasan atau inteligensi. Kecerdasan atau Inteligensi merupakan
salah satu faktor internal yang penting dalam proses belajar peserta
didik, karena kecerdasan menentukan kualitas belajar peserta didik
yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi
hasil belajar peserta didik. Kecerdasan adalah salah satu faktor
psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, oleh
karena itu pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu
dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka
dapat memahami tingkat kecerdasan peserta didiknya. Pemahaman
terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan
dan merencanakan bantuan yang akan diberikan guru kepada peserta
didik.
2



Wechster (Putriani, 2011), definisinya mengenai intelegensi dinyatakan
sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk
mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia
mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara
terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara
efektif. Wechler (Putriani, 2011) merumuskan inteligensi sebagai
keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara
terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara
efektif. Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan
suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan
dengan kemampuan intelektual.
Definisi berbeda diungkapkan Gardner (Suparno, 2004) yaitu bahwa
kecerdasan atau inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan
persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-
macam dan dalam situasi yang nyata. Dalam teorinya Multiple
Intelligences atau Teori Intelegensi Ganda, Gardner mengungkapkan ada 9
inteligensi. Multiple Intelligences yang mencakup 9 kecerdasan itu pada
dasarnya merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan
emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ). Diantaranya adalah Inteligensi
linguistik (kemampuan menggunakan kata-kata/verbal), matematis-logis
(kemampuan menggunakan bilangan dan logika), ruang-visual (kemampuan
menangkap dunia ruang secara tepat), kinestetik-badani (kemampuan
menggunakan tubuh untuk mengungkapkan gagasan), musikal
(kemampuan mengembangkan dan mengekspresikan bentuk-bentuk
musik), interpersonal (kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap
perasaan orang lain), intrapersonal (kemampuan yang berkaitan dengan
pengetahuan akan diri sendiri), naturalis (kemampuan dalam hal
lingkungan), dan eksistensial (kemampuan untuk menjawab persoalan yang
berkaitan dengan keberadaan manusia). Menurut Gardner dalam diri
seseorang terdapat kesembilan inteligensi tersebut. Hanya saja suatu
inteligensi lebih menonjol daripada inteligensi yang lain.
Purwanto (Issu, 2005) menyatakan bahwa nilai buruk pada suatu mata
pelajaran tertentu bukan berarti anak itu bodoh terhadap mata pelajaran
itu, namun sering kali terjadi seorang anak malas terhadap suatu mata
pelajaran tetapi sangat giat dalam mata pelajaran yang lain.
Sebuah kenyataan bahwa manusia berbeda antara manusia yang satu
dengan manusia yang lainnya dalam berbagai hal, perbedaan itu meliputi
3



baik perbedaan fisik, kepribadian, minat, bakat, sosial, maupun
kecerdasan/inteligensi. Pada proses belajar akan tampak perbedaan-
perbedaan tersebut berupa kemampuan, keterampilan, gaya belajar
dimana perbedaan-perbedaan tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja.
Dengan kondisi yang berbeda-beda setiap peserta didik, pendidik dapat
membantu peserta didik untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.
Berdasarkan dari data pra penelitian yang telah dilakukan melalui
wawancara dengan I.R. S.Pd (pada hari senin, 3 april 2012) selaku guru
matematika SMP Negeri 3 Salatiga kelas VIII beliau bercerita mengenai
kondisi siswa-siswa kelas VIII yang nilainya tidak memenuhi kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70. Banyak usaha yang telah dilakukan
beliau seperti pemberian soal-soal latihan di kelas dengan cara hanya
mengganti angkanya saja dengan soal yang sama, penggunaan metode
yang bervariasi dalam pembelajaran, pemberian tugas, pembelajaran
kembali bagi siswa-siswa yang nilainya kurang, pemberian remidi namun
masih ada siswa yang nilainya kurang. Hal ini terjadi mungkin karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhinya. Apakah faktor kecerdasan yang
berasal dari dalam diri siswa juga dapat mempengaruhi prestasi belajar
matematika siswa-siswa tersebut, khususnya kecerdasan linguistik,
matematis-logis, dan ruang-visual. Hal ini dikarenakan dalam mempelajari
matematika membutuhkan kemampuan khusus seperti kemampuan
berhitung dan berlogika serta mengolah bilangan dengan baik karena akan
lebih mudah memahami perhitungan-perhitungan dalam matematika dan
mempelajari matematika (kecerdasan matematis-logis),kemampuan
menyusun hubungan antara informasi yang telah direkam dalam pikiran
siswa sebagai suatu pengertian-pengertian sehingga siswa mengerti dan
dapat mengambil kesimpulan (kecerdasan linguistik), dan kemampuan
mengamati serta menganalisa sebuah obyek matematika dalam bentuk
perspektif maupun gambar (kecerdasan ruang-visual).
Penelitian mengenai kecerdasan khususnya kecerdasan majemuk atau
Multiple Intelligences dalam kaitannya dengan prestasi belajar matematika
juga telah dilakukan oleh para peneliti. Dalam penelitian Tambunan (2006)
menunjukan terdapat hubungan antara kemampuan spasial dengan
prestasi belajar matematika. Kaplan (2011) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara prestasi belajar
matematika siswa tuna netra dengan kecerdasan logis-matematis,
kecerdasan intrapersonal, kecerdasan spasial dan kecerdasan linguistik.
4



Uzoglu (2011) dalam penelitiannya menunjukan bahwa ada korelasi positif
antara linguistik-verbal, logis-matematis, visual-spasial, interpersonal,
intrapersonal, dan bodily-kinesthetic dan prestasi belajar matematika.
Penelitian Yoong (2002) juga menemukan bahwa skor tes matematika
berkorelasi positif signifikan dengan skor kecerdasan logika matematika.
Namun temuan lain diperoleh dalam penelitian Issu (2005) yaitu
kecerdasan matematis-logis berkorelasi positif dan tidak signifikan dengan
prestasi belajar matematika serta kecerdasan bahasa berkorelasi positif
dan tidak signifikan dengan prestasi belajar matematika. Batulayan (2001)
dalam penelitiannya menemukan bahwa kecerdasan linguistik dan
kecerdasan ruang-visual/spasial tidak ada hubungan yang signifikan dengan
prestasi belajar. Penelitian Lean & Clemens (1982) menemukan bahwa
tidak ada hubungan antara kemampuan spasial dengan matematika.
Atas dasar telaah dari temuan-temuan tersebut di atas maka peneliti
mengajukan judul penelitian Hubungan Linguistic Intelligence, Logical-
Mathematics Intelligence, Dan Spatial Intelligence Dengan Prestasi
Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Pada SMP Negeri 3 Salatiga Tahun
Pelajaran 2011/2012.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan kajian pada latar belakang di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika
siswa disinyalir merupakan akibat faktor psikologis
inteligensi/kecerdasan.
2. Kecerdasan dalam diri manusia tidak tunggal melainkan ada
beberapa jenis kecerdasan (kecerdasan majemuk) .
3. Prestasi Belajar Matematika disinyalir terdapat hubungan dengan
kecerdasan majemuk (Linguistic Intelligence/ Inteligensi Linguistik ,
Logical-Mathematics Intelligence/ Inteligensi Matematis-logis,
Spatial Intelligence/ Inteligensi Ruang-visual).
4. Pengetahuan mengenai kecerdasan majemuk belum banyak
diketahui oleh para guru.

5



C. Batasan Masalah
Fokus dari penelitian ini akan lebih diarahkan pada:
1. Inteligensi atau kecerdasan khususnya kecerdasan majemuk atau
Multiple Intelligences.
2. Kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligences yang dibahas
hanya Linguistic Intelligence (Inteligensi Linguistik), Logical-
Mathematics Intelligence (Inteligensi Matematis-logis), Spatial
Intelligence (Inteligensi Ruang-visual).
3. Hanya membahas mengenai prestasi belajar matematika.
4. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Salatiga.

D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan
dari penelitian ini adalah
1. Adakah hubungan positif dan signifikan antara Linguistic Intelligence
(inteligensi linguistik) dengan prestasi belajar matematika.
2. Adakah hubungan positif dan signifikan antara Logical-Mathematics
Intelligence (inteligensi matematis-logis) dengan prestasi belajar
matematika.
3. Adakah hubungan positif dan signifikan antara Spatial Intelligence
(inteligensi ruang-visual) dengan prestasi belajar matematika.
4. Adakah hubungan positif dan signifikan antara Linguistic Intelligence
(inteligensi linguistik), Logical-Mathematics Intellligence (inteligensi
matematis-logis), Spatial Intelligence (inteligensi ruang-visual)
secara simultan dengan prestasi belajar matematika.

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Hubungan positif dan signifikan antara Linguistic Intelligence
(inteligensi linguistik) dengan prestasi belajar matematika siswa
kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.
2. Hubungan positif dan signifikan antara Logical-Mathematics
Intelligence (inteligensi matematis-logis) dengan prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran
2011/2012.
6



3. Hubungan positif dan signifikan antara Spatial Intelligence
(inteligensi ruang-visual) dengan prestasi belajar matematika siswa
kelas VIII SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.
4. Hubungan positif dan signifikan antara Linguistic Intelligence
(inteligensi linguistik), Logical-Mathematics Intellligence (inteligensi
matematis-logis), Spatial Intelligence (inteligensi ruang-visual)
secara simultan dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII
SMP Negeri 3 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memberi
gambaran yang jelas guna menjawab permasalahan yang ada. Hasil
penelitian diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak. Dalam penelitian ini
ada dua manfaat , yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut :
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi yang
telah ada mengenai hubungan Multiple Intelligences dengan
prestasi belajar matematika.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi
penelitian lain yang berminat meneliti permasalahan yang
terkait dengan penelitian terhadap prestasi belajar matematika
dengan menggunakan pendekatan holistik dan pendekatan
analisis sintetik.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut :
a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data
untuk meningkatkan kualitas prestasi belajar belajar
matematika dan meningkatkan motivasi siswa dalam
mempelajari matematika.
b. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
peningkatan proses pembelajaran matematika khususnya
pembelajaran dengan pendekatan Multiple Intelligences.
c. Bagi peneliti, melatih kemampuan serta menambah
pengalaman sebagai bekal dalam melaksanakan tugas mendidik.

Anda mungkin juga menyukai