Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH LATIHAN FISIK PADA PERIODE PENGKADERAN TERHADAP KAPASITAS VITAL PAKSA PARU DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA

DETIK I ANGGOTA BARU KORPS PECINTA ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN Proposal Penelitian

OLEH YUSFINA P1502213413

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK KONSENTRASI FISIOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas fisik sebenarnya mempunyai esensi yang sederhana saja. Tidak diam, bergerak, beraktivitas, dinamis atau berolah-raga. Tidak membiarkan organ-organ tubuh dalam keadaan pasif, sehingga efeknya terasa pada

peredaran darah, pembakaran kalori dan metabolisme sel tubuh bekerja secara optimal. Bergerak untuk kehidupan yang lebih aman, nyaman, sehat, bahagia sehingga berdampak pada perbaikan kualitas kehidupan. Penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus menerus dalam bekerja menjadi penyebab 1 dari 10 kematian dan kecacatan dan lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik/bergerak. Oleh sebab itu beraktivitas fisik sangat diperlukan untuk memelihara kesehatan Dalam penelitian yang dilakukan oleh Matt Hewit dkk, dengan menggunakan model tikus sebagai percobaan menerangkan bahwa dengan aktivitas yang berlebihan akan menurunkan inflamasi pada saluran

nafas.Olahraga merupakan salah satu aspek kehidupan yang erat hubungannya dengan kesehatan dan sangat bermanfaat bagi kesehatan individu maupun masyarakat. Aktivitas olahraga sejak 20 abad yang lalu telah dianggap sebagai bagian dari usaha untuk mempertahankan kebugaran. Hipocrates (460-377SM) menyatakan bahwa apabila individu mendapat makanan dan latihan yang teratur akan menjadi sehat..

Korps Pecinta Alam Universitas Hasanuddin (Korpala Unhas) merupakan salah satu kegiatan ekstra kurikuler yang merupakan bagian dari unit kegiatan mahasiswa Unhas. Korpala Unhas berfokus pada kegiatan-kegiatan alam terbuka yang sarat akan nilai-nilai pendidikan, petualangan dan humanisme. Organisasi ini mengembangkan interaksi hampir di semua aspek penuh tantangan di alam bebas. Mulai dari kegiatan mendaki gunung, panjat tebing, susur gua serta penelusuran sungai dan laut. Tidak ketinggalan menguasai dengan sangat baik bahkan hampir sempurna, semua keterampilan search and recue yang berhubungan dengan seluruh kegiatan tersebut. Karenanya setiap anggota Korpala Unhas akan memiliki semua keterampilan alam terbuka, bagaimana hidup di alam bebas, sampai dengan bagaimana melakukan pertolongan dan evakuasi pada kasus-kasus kecelakaan kegiatan di alam bebas dan kasus-kasus bencana alam. Kegiatan yang dilakukan para anggota Korpala Unhas tidak hanya membutuhkan kreatifitas dan semangat juang yang tinggi, tetapi juga tingkat kebugaran sangat menentukan dalam kesuksesan kegiatan yang dilakukan. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang anggota Korpala Unhas, haruslah melalui berbagai tahapan yang begitu ketat. Salah satu kriteria yang sangat penting yaitu kesehatan fisik. Para calon anggota harus memiliki kondisi kesehatan fisik yang baik.Setelah dinyatakan lulus, para anggota diwajibkan lagi mengikuti training fisik untuk meningkatkan status kesehatan mereka sehingga para anggota Korpala Unhas berada dalam kondisi yang bugar.

Untuk mencapai tingkat kebugaran yang optimal, seorang anggota Korpala Unhas harus memiliki performa yang tinggi. Dari beberapa model pemeriksaan atau tes-tes spesifik untuk mengetahui tingkat kebugaran adalah tes spirometer. Dengan menggunakan spirometer maka kita dapat memonitor kebugaran pernafasan kita. Parameter yang sering dijadikan standar untuk memonitor kesehatan pernafasan adalah Kapasitas Vital Paksa Paru (Forced Vital Capacity/FVC) dan Volume Ekspirasi Paksa Detik I (Forced Expiratory Volume Detik 1/FEV1) Kapasitas Vital Paksa Paru adalah udara maksimum yang dapat diekspirasikan setelah inspirasi maksimum. Kapasitas Vital paksa paru mencerminkan perubahan volume maksimum yang dapat terjadi di dalam paru dan bermanfaat untuk menilai kapasitas fungsional paru. Volume Ekspirasi Paksa Detik 1 atau FEV1 adalah persentase kapasitas vital yang dapat diekspirasikan dalam detik pertama. Lama ekspirasi orang normal berkisar antara 4-5 detik dan pada detik pertama orang normal dapat mengeluarkan udara pernapasan sebesar 80% dari nilai kapasitas vital. Fase detik pertama ini dikatakan lebih penting dari fase-fase selanjutnya. Adanya obstruksi pernapasan didasarkan atas besarnya volume pada detik pertama tersebut Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan pada periode pengkaderan anggota baru terhadap kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I anggota Korps Pecinta Alam Universitas Hasanuddin tahun 2015.

B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I sebelum latihan fisik pada program pengkaderan dan sejauh mana pengaruh program tersebut terhadap kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I anggota baru Korpala Unhas

C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana nilai kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I sebelum latihan fisik pada periode pengkaderan anggota baru Korpala Unhas Tahun 2015 2. Bagaimana nilai kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I sesudah latihan fisik pada periode pengkaderan anggota baru Korpala Unhas Tahun 2015 3. Bagaimana pengaruh latihan fisik pada periode pengkaderan terhadap kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I anggota baru Korpala Unhas Tahun 2015.

D. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh latihan fisik pada periode pengkaderan terhadap kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I anggota baru Korpala Unhas Tahun 2015 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui nilai kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I sebelum latihan fisik pada periode pengkaderan anggota baru Korpala Unhas Tahun 2015 b. Untuk mengetahui nilai kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I sesudah latihan fisik pada periode pengkaderan anggota baru Korpala Unhas Tahun 2015. c. Untuk mengetahui pengaruh latihan fisik pada periode pengkaderan terhadap kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I anggota baru Korpala Unhas Tahun 2015

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Aplikatif a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar didalam mengaplikasikan teknik dan jenis latihan dalam rangka

memperbaiki performance mahasiswa khususnya para anggota Korpala Unhas b. Dapat menjadi acuan untuk penelitian lain khususnya yang tekait fisiologi olahraga 2. Manfaat Ilmiah a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah terkait pengembangan teori-teori dalam pelatihan mengenai aktivitas fisik dan pengukuran kesegaran jasmani khususnya pada para anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Unhas b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan edukasi mengenai factor risiko yang muncul terkait kebugaran fisik

BAB II LANDASAN TEORI A. Kesehatan Olahraga di Lingkungan Kampus Salah satu karakteristik makhluk hidup di dunia ini, termasuk manusia adalah melakukan gerakan. Antara manusia dan aktivitas fisik merupakan dua hal yang sulit atau tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dilihat bahwa sejak manusia pada zaman primitif hingga zaman modern, aktivitas fisik atau gerak selalu melekat dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, antara manusia dan aktivitas fisik tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Secara umum, olahraga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas fisik yang diatur oleh seperangkat aturan atau kebiasaan dan menekankan kemampuan fisikal serta keterampilan gerak sebagai penentu utama keberhasilannya. Pengertian ini memang masih sangat terbatas, karena pada kenyataannya olahraga pun melibatkan kemampuan mental, serta tidak kalah pentingnya ditentukan oleh kecanggihan peralatan yang digunakan. Tetapi, itulah yang sering mengemuka secara tegas dalam pemahaman kita sehari-hari. Kalah-menang sering menjadi ukuran kita ketika berolahraga. Akan tetapi, olahraga adalah sebuah produk budaya yang unik karena beberapa faktor, seperti daya tarik universal, keterlibatan emosional, serta kesempatan kebersamaan secara kolektif untuk berada bersama di dalam sebuah wilayah umum. Karena sifatnya yang demikian itulah pula, sebagaimana yang telah diketahui, olahraga telah menjadi sesuatu yang amat besar pengaruhnya dalam dunia yang sudah mengglobal ini.

Olahraga di tingkat universitas atau akademi mewujud dalam bentuk yang bervariasi, dari mulai sekedar kesempatan rekreasi informal hingga ke kesempatan kompetisi level elit dan terorganisasi ketat. Olahraga rekreasi meliputi aktivitas fitness, akuatik, rekreasi, program penjas dan olahraga (intrakurikuler), klub olahraga, aktivitas luar kelas, hingga pertandingan liga dalam bentuk intramurals (yang berarti di dalam dinding) (Siedentop, 1990; Danylchuk, 2007). Di kampus-kampus besar di Amerika Serikat, kegiatan olahraga bagi mahasiswa dipayungi oleh program payung yang disebut campus recreation. Program ini menggambarkan bermacam-ragam aktivitas rekreasi dan penggunaan waktu luang yang diprogramkan di dalam kampus. Misi dari program tersebut adalah peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (to promote health and wellbeing). Demikian juga kampus-kampus di Kanada, yang sering membungkus program olahraganya dengan pernyataan-pernyataan yang mengundang seperti, innovative promotion and delivery of recreation programs and services that inspire our diverse University community to live an active and healthy lifestyle, lengkap dengan tagline-nya yang berbunyi Healthy body, healthy mind (Danylchuk, 2007). Untuk mampu mengembangkan program-program yang ideal demikian, kampus-kampus di luar negeri didukung oleh suprastruktur yang kuat, umumnya dalam bentuk Sport Directorate atau Department of Campus Recreation. Ukuran dari departmen tersebut bisa berbeda, bergantung pada setting kampusnya, akan tetapi tujuannya sering amat tipikal dan target utama programnya adalah mahasiswa, meskipun programnya sangat terbuka bagi dosen, karyawan, serta

masyarakat sekitar pada umumnya. Di tingkat nasionalnya, program olahraga di Amerika Serikat melekatkan diri pada asosiasi nasional yang disebut The National Intramural-Recreational Sport Association (NIRSA) yang turut mengatur dan memberi pedoman dalam pengorganisasian dan pemanfaatan olahraga intracampus. Sedangkan di Kanada, adalah the Canadian Association for Health, Physical Education, Recreation, and Dance (CAHPERD), yang mengatur aktivitas Canadian Intramural Recreation Association (CIRA) sejak tahun 2003. Peluang olahraga rekreasi hadir di berbagai kampus universitas di seluruh dunia. Akan tetapi, dalam beberapa hal, terdapat perbedaan nuansa, terutama dalam volume cakupan programnya, termasuk tingkat keseriusan pengelolaannya (Danylchuk, 2007). Di Universitas Hasanuddin , kegiatan olahraga mahasiswa dipayungi oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang markas kegiatan berada di Gedung UKM. Unit Kegiatan Mahasiswa ( UKM ) di Universitas Hasanuddin adalah wadah yang dibentuk oleh pihak Universitas guna menyalurkan minat dan bakat dari para mahasiswa. Beberapa UKM ini beraktivitas di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa ( PKM ) yang difasilitasi oleh pihak universitas dimana di dalamnya terselenggara kegiatan yang berhubungan dengan UKM. Ada sekitar 25 UKM di Unhas yang setiap tahun akan merekrut anggota dari mahasiswa lintas fakultas. Syarat utama menjadi anggota UKM adalah terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Hasanuddin dan mengikuti diklat dasar atau pengkaderan untuk masuk dalam salah satu UKM ini.

Salah satu dari UKM tersebut adalah Korps Pecinta Alam Universitas Hasanuddin (Korpala Unhas). Korpala Unhas merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa yang didirikan tahun 1985, Korpala Unhas merupakan salah satu UKM terpandang dan terdepan dalam mengapresiasi bakat dan minat mahasiswa untuk berkegiatan di alam bebas. Jenis kegiatan Korpala Unhas bermacammacam, diantaranya susur gua, mendaki gunung dan tebing, berlayar, dll. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan di Indonesia, namun hingga ke luar Indonesia. Tujuan dari kegiatan yang dilakukan para anggota pun bermacam-macam, mulai dari meningkatkan kemampuan survival para anggota hingga tujuan kemanusiaan berupa menjadi tenaga suka rela dalam tindakan penyelamatan/rescue. Aktivitas di alam terbuka adalah suatu olahraga yang keras. Olahraga yang penuh petualangan, serta kegiatan ini membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kondisi fisik prima dan daya juang yang tinggi serta bahaya yang kapanpun siap menghadang. Kegiatan di alam terbuka ini penuh dengan resiko yang menghadapkan pada berbagai situasi dan kondisi alam yang apabila tidak diketahui dengan baik dan tanpa persiapan dapat membahayakan jiwa. Collin Mortlock, seorang pakar pendidikan alam terbuka mengkategorikan kemampuan yang diperlukan dan harus dilatih oleh para penggiat alam terbuka guna meminimalisir bahaya dari kegiatan tersebut yaitu : 1. Kemampuan teknis, yang berhubungan dengan ritme dan keseimbangan gerakan serta efisiensi pengguanaan perlengkapan.

2. Kemampuan kebugaran mencakup kebugaan spesifik yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, kebugaran jantung dan sirkulasinya, serta kemampuan pengkondisian tubuhnya terhadap tekanan lingkungan alam. 3. Kemampuan kemanusiawian yaitu pengembangan sikap positif kesegala asfek untuk meningkatkan kemampuan. Hal ini mencakup determinasi, analisa diri, kemandirian, serta kemampuan untuk memimpin dan dipimpin 4. Kemampuan pemahaman lingkungan, yaitu pengembangan kewaspadaan terhadap bahaya dari lingkungan yang spesifik. Dari ke empat aspek tersebut di atas, salah satunya yaitu kondisi fisik. Jadi jelaslah bahwa kondisi fisik adalah salah satu aspek yang harus pula dilatih dan dipersiapkan guna untuk mendukung keberhasilan suatu petualangan. Banyak kejadian kecelakaan dalam kegiatan alam terbuka yang disebabkan oleh kurangnya persiapan latihan kondisi fisik pelakunya, biasanya mereka yang awam atau masih amatir berkegiatan di alam terbuka jarang memasukan latihan fisik di dalam jadwal kegiatannya.

B. Latihan Fisik Pada Periode Pengkaderan Latihan fisik adalah pergerakan tubuh yang dilakukan oleh otot dengan terencana dan berulang yang menyebabkan peningkatan pemakaian energi dengan tujuan untuk memperbaiki kebugaran fisik. Pada umumnya, latihan fisik menggambarkan proses metabolik yang menyediakan energi untuk

kontraksi otot seperti aerobik (dengan oksigen) ataupun anaerobik (tanpa oksigen) (Hornsby, 2005). Latihan fisik memegang peranan yang sangat penting dalam aktifitas alam terbuka guna pencapaian tujuan yang telah di tetapkan bersama. Progam latihan kondisi fisik tersebut haruslah disusun secara teliti serta dilaksanakan secara cermat dan dengan penuh disiplin. Harsono seorang pakar dan dosen mata kuliah kondisi fisik mengatakan bahwa kalau kondisi fisik baik maka akan ada: 1. Peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung 2. Peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan. 3. Ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan. 4. Pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan 5. Respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan. Dengan adanya persiapan latihan kondisi fisik yang tersusun secara sistematis, berencana dan progresif akan mengurangi resiko yang disebabkan oleh lemahnya kondisi fisik seseorang, karena dengan persiapan yang matang fisik seseorang akan terbiasa menerima beban yang berat dan dengan memiliki kondisi fisik yang prima seseorang akan cepat pulih normal kembali kekeadaan semula setelah bekerja berat dan tubuh kita akan cepat siap kembali untuk menerima tugas berikutnya tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan hal ini sangat diperlukan oleh para penggiat aktivitas alam terbuka, baik

pendaki gunung, pemanjat tebing, pengarung jeram, penyusur goa ataupun kegiatan alam terbuka lainnya. Sebelum berlatih fisik harus ditentukan program latihannya, namun sebelum menentukan program latihan harus dilakukan tes awal terlebih dahulu salah satunya dengan tes Vo2MAX yaitu lari selama 15 menit. Program latihan yang disusun untuk penggiat alam terbuka ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan kemampuan Vo2max setinggitingginya dan DAM (Denyut Nadi Maksimal) atau MHR (Maximum Heart Rate). Alasan mengapa sasaran utama dari program latihan terhadap hal-hal diatas karena untuk mendaki gunung hal tersebut yang paling dibutuhkan yaitu system energi yang digunakan atau yang dominanya adalah kapasitas aerobic dan anerobik. Sebelum membuat pembuatan atau penyusunan program latihan terlebih dahulu dilakukan tes Vo2max oleh pelatih untuk mengetahui status kesehatan dan kondisi fisik awal sebagai bahan untuk penyusunan program latihan. Penyusuanan program latihan untuk anggota Korpala Unhas dibagi-bagi

kedalam beberapa tahapan dengan program latihan dan sasaran atau tujuan yang spesifik dan berbeda, adapun komponen yang dilatih adalah sebagai berikut : 1. Daya Tahan Umum Daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh untuk mampu berlatih dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang

berlebih setelah menyelesaikan latihan tersebut. Oleh karena itu maka latihan-latihan untuk mengembangkan komponen daya tahan haruslah sesuai dengan batasan tersebut. Jadi latihan-latihan yang dipilih harus berlangsung untuk waktu yang lama. Bentuk latihan untuk

meningkatkan daya tahan umum diantaranya: a. Lari jarak jauh b. Renang jarak jauh c. Cross-country atau lari lintas alam d. Fartlek e. Interval training f. Continuous training 2. Stamina Setelah mencapai suatu tingkatan daya tahan atau kemampuan aerobic yang memadai, latihan daya tahan harus ditingkatkan intensitasnya. Dengan demikian orang tersebut akan mampu untuk bertahan terhadap kelelahan yang disebabkan oleh kerja yang berat. Jadi stamina merupakan tingkatan dari endurance. Beberapa cara meningkakan endurance menjadi stamina adalah : a. Memperjauh jarak lari atau renang dengan tetap

memperhatikan tempo yang tinggi. b. Mempertinggi tempo (kecepatan 90% sampai 100% maksimal) c. Memperkuat otot-otot yang dibutuhkan untuk kerja tersebut

3. Kelentukan Kelentukan adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang gerak sendi. Kelentukan penting sekali bagi semua orang, karena perbaikan dalam kelentukan akan dapat: a. Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera pada otot dan sendi. b. Membantu dalam pengembangan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan. c. Membatu memperkembangkan prestasi. d. Menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu

melakukan gerakan-gerakan. e. Membantu memperbaiki sikap tubuh. Metode latihan untuk mengembangkan kelentukan adalah sebagai berikut: a. Peregangan dinamis b. Peregangan statis c. Peregangan pasif d. Peregangan PNF (Proprioceptive Neuromuscular Facilitation) 4. Kelincahan Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Bentuk latihan kelincahan adalah sebagai berikut:

a. Lari bolak balik (shuttle run). b. Lari belak-belok (zig-zag run). c. Lari boomerang. d. Halang rintang. e. Dot drill f. Three corner drill g. Down-the-line dril h. Heksagon. Untuk lebih spesifiknya latihan-latihannya adalah sebagai berikut: 1. Interval Training a. 12000 m = 6 keliling 5 seri X 2 dimana (6 X 200m) dilakukan sebanyak 5 kali dengan 2 kali ulangan. b. 10000m = 6 keliling 5 seri (5 X 1200m) dan 4 keliling 5 seri (5 X 800m), dilakukan dalam 1 keliling 50-70 detik c. 8000m = 5 keliling 5 seri (5 X 1000m) dan 3 keliling 5 seri (5 X 600m) atau 2 keliling 10 seri dengan ulangan 2 kali, didalam 1 keliling 35-40 detik 2. Continues run a. Lari 45 menit selama 2 kali dalam 1 keliling 52-60 detik b. Lari 30 keliling dalam 1 keliling 45-50 detik

3. Fartlek a. Lari 100 m dengan jogging 100m selama 30 menit kemudian dilanjutkan dengan lari 200m dengan jogging 100m selama 30 menit kemudian lari 300m dengan jogging 100m selama 30 menit. b. Lari biasa dengan medan bervariasi (memanjat keseimbangan, meloncat dll) selama 30-60 menit. 4. Weigth Training Bentuk gerakan-gerakan weigth training adalah Full down, Rowing, Biceps curl, triceps curl, good morning, squat, leg press, bench press, leg curl, sit-up, back up, helrise dan military press. Dari gerakan tersebut dilatih dengan berbagai variasi bentuk latihan diantaranya yaitu: a. Circuit training dengan melakukan gerakan di setiap pos selama 30 detik sampai 2 menit. b. Sistem jumlah angkatan pyramid (10-8-6-4-2) dengan beban mulai dari 25 -90% dari beban maksimal c. 4 repetisi dengan angkatan 75-80 % dari beban maksimal dengan 3 seri. 5. Circuit Training Melakukan gerakan di setiap pos selama 30 detik, gerakannya berupa: Push-up, sit-up, pull-up, squat jump, back up, squat thrust, angkat kaki dan step-up.

6. Polyometric Melakukan gerakan step-up cepat dan lambat, lompat bangku atau pembatas dua kaki, lompat bangku atau pembatas satu kaki, lompat dua kaki dan berdiri diatas bangku (keadaan diam), dan lompat satu kaki dan berdiri satu kaki di atas bangku (keadaan diam). Gerakan tersebut dilakukan dengan varisi bentuk latihan diantaranya yaitu: a. Masing-masing gerakan dilakukan selama 2-5 menit dengan lima kali ulangan. b. Masing-masing gerakan dilakukan dua menit dengan tiga kali ulangan. c. Masing-masing gerakan dilakukan selama dua menit setelah itu lari lima keliling. 7. Cross country Melakukan lari jogging atau jalan dengan langkah panjang dan cepat dengan beban 5-7 Kg selama 1-3 jam dengan medan menanjak ataupun berbukit. Program latihan fisik ini dilakukan dengan bervariasi supaya tidak jenuh, contohnya seperti Interval training dilakukan pada hari selasa dan kamis, weigth training atau circuit training dilakukan setiap hari rabu, cross country atau fartlek dilaksanakan setiap hari jumat dan variasi latihan lainnya.

C. Kapasitas Vital Paru Volume paru dan kapasitas fungsi paru merupakan gambaran fungsi ventilasi system pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas fungsi paru dapat diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan fungsi ventilisator paru. Selama pernapasan berlangsung, volume selalu berubah-ubah. Dimana mengembang sewaktu inspirasi dan mengempis sewaktu ekspirasi. Dalam keadaan normal, pernapasan terjadi secara pasif dan berlangsung hampir tanpa disadari. Beberapa parameter yang menggambarkan volume paru adalah: 1. Volume Tidal (Tidal Volume = TV), adalah volume udara masuk dan keluar pada pernapasan. Besarnya TV orang dewasa sebanyak 500 ml 2. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume=IRV), volume udara yang masih dapat dihirup kedalam paru sesudah inspirasi biasa, besarnya IRV pada orang dewasa adalah 3100 ml. 3. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspiratory Reserve Volume=ERV), volume udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa, besarnya ERV pada orang dewasa adalah 1200 ml. 4. Volume Residu (Residual Volume=RV), udara yang masih tersisa didalam paru sesudah ekspirasi maksimal. TV, IRV dan ERV dapat diukur dengan spirometer, sedangkan RV=TLC-VC. Kapasitas fungsi paru merupakan penjumlahan dari dua volume paru atau lebih. Yang termasuk pemeriksaan kapasitas fungsi paru-paru adalah:

1. Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity=IC) adalah volume udara yang masuk paru setelah inspirasi maksimal atau sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal (IC=IRV+TV). 2. Kapasitas Vital (Vital Capacity), volume udara yang dikeluarkan melalui ekspirasi maksimal setelah sebelumnya melakukan inspirasi maksimal. Kapasitas vital besarnya sama dengan volume inspirasi cadangan ditambah volume tidal (VC=IRV+ERV+TV). 3. Kapasitas Paru Total (Total Lung Capacity=TLC) adalah kapasitas vital ditambah volume sisa (TLC=VC+RV atau TLC=IC+ERV+RV) 4. Kapasitas Residu Fungsional (Functional Residual Capacity=FRC) adalah volume ekspirasi cadangan ditambah volume sisa

(FRC=ERV+RV) Kapasitas vital paru sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan dikeluarkan sebanyak-banyaknya (kirakira 4600 mL) (Guyton & Hall, 2008). Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang yang berpindah pada satu tarikan napas. Kapasitas ini mencakup volume cadangan inspirasi, volume tidal dan cadangan ekspirasi. Nilainya diukur dengan menyuruh individu melakukan inspirasi maksimum, kemudian

menghembuskan sebanyak mungkin udara di dalam parunya ke alat pengukur (Elizabeth J. Corwin, 2000:403).

Table 2.1 Nilai Standar Kapasitas Vital Paru

Umur 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56-60 61-65

laki-laki 700 850 1070 1300 1500 1700 1950 2200 2540 2900 3250 3600 3900 4100 4200 4300 4320 4320 4300 4280 4250 4220 4200 4180 4150 4120 4100 3990 3800 3600 3410 3240 3100 2970

perempuan 600 800 980 1150 1350 1550 1740 1950 2150 2350 2480 2700 2700 2750 2800 2800 2800 2800 2800 2790 2780 2770 2760 2740 2720 2710 2700 2640 2520 2390 2250 2160 2060 1960

Sumber : Herry Koesyanto & Eram TP, 2005

Table 2.2 Kriteria Gangguan Fungsi Paru Menurut ATS (American Thoracic Society) KVP (%) 80% 60 79% 51 59% 50% Kategori Normal Restriksi ringan Restriksi sedang Restriksi berat

Sumber : Mukhtar Ikhsan, 2002

D. Volume Ekspirasi Paksa Detik I Adalah besarnya volume udara yang dikeluarkan dalam satu detik pertama. Lama ekspirasi orang normal berkisar antara 4-5 detik dan pada detik pertama orang normal dapat mengeluarkan udara pernapasan sebesar 80% dari nilai VC. Fase detik pertama ini dikatakan lebih penting dari fase-fase selanjutnya. Adanya obstruksi pernapasan didasarkan atas besarnya volume pada detik pertama tersebut. Interpretasi tidak didasarkan nilai absolutnya tetapi pada perbandingan dengan FVC-nya. Bila FEV/FVC kurang dari 75% berarti normal. Penyakit obstruktif seperti bronchitis kronik atau emfisema terjadi pengurangan FEV lebih besar dibandingkan kapasitas vital (kapasitas vital mungkin normal) sehingga rasio FEV/FVC kurang 80%.

E. Pengaruh Latihan Terhadap Kapasitas Vital Paksa Paru dan Volume Ekspirasi Paksa detik I Selama latihan fisik, jumlah oksigen yang masuk ke aliran darah pada paru meningkat karena jumlah oksigen yang ditambahkan pada tiap unit darah dan aliran darah paru per menit meningkat (Ganong, 2003 ; Shepherd, 1963). Pada permulaan latihan fisik, terdapat kenaikan ventilasi yang tiba-tiba, selanjutnya diikuti oleh kenaikan yang perlahan. Pada latihan fisik sedang, peningkatan ventilasi terutama disebabkan dalamnya pernapasan, kemudian diikuti oleh peningkatan kecepatan pernapasan pada latihan fisik berat. Peningkatan yang mendadak pada permulaan latihan fisik diduga disebabkan karena rangsangan psikis dan impuls aferen propioreseptor dalam otot, tendon dan sendi. Peningkatan ventilasi sebanding dengan peningkatan konsumsi oksigen, tetapi mekanisme yang bertanggung jawab untuk perangsangan pernapasan ini tetap merupakan masalah yang masih banyak dipertentangkan. Peningkatan suhu tubuh mungkin berperan. Mungkin sensitivitas pusat pernapasan terhadap CO2 meningkat sehingga walaupun PCO2 rata-rata tidak meningkat, CO2 inilah yang bertanggung jawab untuk peningkatan ventilasi. Oksigen juga berperan sebagian walaupun kekurangan oksigen menurunkan PO2 arteri (Shepherd, 1963 ; Hargeaves, 2003 ; Mcllroy, 1963). Pada saat latihan fisik berat, pendaparan (buffer) karena peningkatan jumlah asam laktat yang dihasilkan mengeluarkan lebih banyak CO2 dan lebih lanjut hal ini meningkatkan vemtilasi. Dengan meningkatnya pembentukan asam, ventilasi meningkat dan pembentukan CO2 tetap sebanding. Jadi, CO2

alveolar dan CO2 arteri relatif hanya sedikit berubah dan PO2 alveolar juga turun, demikian juga PCO arteri (Ganong, 2003). Jika seseorang melakukan latihan fisik tentu akan mempengaruhi fungsi paru selama latihan oleh karena peningkatan penggunaan oksigen dalam darah. Karbondioksida dalam darah yang meningkat tersebut perlu dikeluarkan melalui paru-paru. Penilaian fungsi paru setelah latihan fisik sering memberikan arti klinis (Goubalt et al, 2001 ; Sabapathy et al, 2004). Perubahan yang terjadi dalam paru- paru ini dapat diukur. Spirometer digunakan untuk mengukur kapasitas vital dan subdivisinya serta kecepatan aliran ekspirasi atau inspirasi. Ada banyak penilaian yang biasa dilakukan salah satunya adalah volume ekspirasi paksa dalam satu detik (VEP1) dan kapasitas vital paksa (KVP) (Haddad, 2003).

F. Pengukuran Fungsi Paru Volume ekspirasi paksa pada detik pertama dan KVP adalah pemeriksaan uji fungsi paru yang sederhana dan relatif murah dimana KVP merupakan jumlah udara yang dapat dikeluarkan pada suatu ekspirasi paksa sesudah suatu inspirasi maksimal, sedangkan VEP1 adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan pada satu detik pertama suatu ekspirasi paksa sesudah suatu inspirasi maksimal. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk konfirmasi diagnosis, menentukan faktor pencetus serta menilai beratnya kelainan dan respons pengobatan (Anderson, 2002; Panditi dan Silverman, 2003).

Nilai VEP1 < 80% atau VEP1/KVP < 80% menunjukkan indikasi obstruksi jalan napas. Perbandingan VEP1 dan KVP > 80% mengindikasikan fungsi jalan napas yang normal. Dikatakan asma episodik jarang jika nilai VEP1/KVP > 80%, episodik sering jika nilai VEP1/KVP 60 - 80% dan asma persisten jika VEP1/KVP < 60% (Rahajoe, 2004). Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian besar volume dan kapasitas paru-paru dengan menggunakan alat spirometer (American Thoracic Society, 1987). Spirometer elektronik dapat mengukur berbagai macam parameter fungsi paru, misalnya VEP1, KVP, dan lain sebagainya. Pada pemeriksaan ini diperlukan latihan fisik smapai submaksimal selama 6-8 menit. Biasanya bronkokonstriksi muncul segera setelah latihan fisik dihentikan, maksimal sesudah 3-5 menit dan kembali ke keadaan sebelumnya dalam 1-2 jam. Keadaan bronkokonstriksi setelah latihan ini biasanya didahului bronkokonstriksi sebentar selama 1-2 menit pertama latihan.

G. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Faal Paru Factor normal yang ikut mempengaruhi besarnya parameter ventilasi pada individu normal adalah sebagai berikut : 1. Usia . Semakin tua usia, maka terjadi juga penurunan kapasitas vital paru. 2. Jenis kelamin. Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kirakira 20 sampai 25 persen lebih kecil dibandingkan pria

3. Tinggi badan dan berat badan. Bentuk tubuh, tingkat kegemukan juga dapat mempengaruhi besarnya nilaifaal paru, orang yang bertubuh besar dan atletis mempunyai nilai volume dan kapasitas paru yang lebih besar disbanding yang bertubuh kecil dan astenis 4. Tinggi tempat pengukuran faal paru di atas permukaan laut 5. Suhu tubuh saat pemeriksaan 6. Olahraga dan latihan fisik. Olahraga dan latihan fisik memegang peranan besar dalam perubahan system sirkulasi dan pernafasan. Kedua hal tersebut berlangsung terpadu sebagai akibat dari respon homeostasis. Latihan fisik yang teratur akan meningkatkan performa tubuh termasuk peningkatan kekuatan otot tubuh dan peningkatan kekuatan otot pernafasan sehingga daya tahan otot pernafasan pada orang yang terlatih akan lebih besar dari orang yang tidak terlatih 7. Posisi tubuh saat pemeriksaan Selain factor normal tersebut, terdapat pula factor lain yang memengaruhi besarnya nilai faal paru. Factor tersebut adalah kebiasaan merokok dan penyakit yang diderita oleh seorang individu. Merokok akan menyebabkan penurunan faal paru oleh karena rokok menyebabkan perubahan struktur dan fungsi dari system pernafasan

H. Kerangka Teori Factor yang berpengaruh pada latihan fisik : Jenis latihan fisik Lingkungan Usia IMT Sistem Respirasi

Fungsi paru : FVC FEV I Kebutuhan O2 Usia Jenis Kelamin IMT Suhu tubuh Riwayat Penyakit Kebiasaan Merokok

Sistem Kardiovaskular

System Otot Skeletal Frekuensi Napas Energy

Tekanan Darah

Denyut Jantung

Curah Jantung VO2Max

I. Kerangka Konseptual Kapasitas Vital Paksa Paru & Volume Ekspirasi Paksa Detik I

Latihan Fisik

Faal Paru

Kardiorespirasi

1.Latihan Fisik 2. Usia 3. Jenis Kelamin 4. IMT 5. Suhu Tubuh 6.Kebiasaan Merokok 7. Riwayat Penyakit

Keterangan : Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti : :

J. Hipotesis Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara latihan fisik pada periode pengkaderan terhadap kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi detik I anggota Korpala Unhas

K. Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Variable penelitian terdiri atas dua bagian yaitu variable independen berupa latihan fisik dan variable dependen berupa kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I. 2. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif. a. Latihan fisik Bentuk aktivitas fisik yang sifatnya formal, terencana dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh yang berulang-ulang dan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. b. Periode pengkaderan Masa orientasi yang dilakukan oleh anggota Korpala Unhas berupa kegiatan pendidikan alam terbuka, diksar, dan latihan fisik yang berlangsung selama 3 bulan. c. Kapasitas vital paksa paru Jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum yang akan diukur dengan spirometri dengan criteria sebagai berikut: 1) Normal>80% 2) Restriksi ringan 60 -79% 3) Restriksi sedang 51 59% 4) Restriksiberat < 50%

d. Volume ekspirasi detik I Volume ekspirasi Paksa detik 1 adalah sejumlah udara yang dihembuskan dengan paksa pada detik pertama yang mana volume udara yang keluar akan diukur menggunakan spirometri. e. Anggota Korpala Unhas Mahasiswa yang telah lulus dari serangkaian tes masuk penerimaan anggota korpala Unhas yang dibuktikan dengan kartu keanggotaan Korpala Unhas.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan studi prospektif yaitu dengan mengukur kapasitas vital paksa paru (FVC) dan volume ekspirasi paksa detik I (FEV1) anggota baru Korpala Unhas sebelum dan sesudah latihan fisik pada periode pengkaderan dengan metode analitik komparatif numeric berpasangan dua kelompok dengan pola design penelitian sebagai berikut :

Pre Test Latihan Fisik pada Periode Pengkaderan Selama 3 Bulan

Post Test

B. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Gedung Unit Kegiatan Mahasiswa Unhas selama 3 bulan.

2. Waktu Penelitian Waktu penelitian direncanakan pada bulan Maret 2015 sebelum pelaksanaan latihan fisik anggota baru Korpala Unhas pada periode pengkaderan sampai pada bulan Mei 2015 setelah program tersebut berakhir yang dilaksanakan selama 3 bulan

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota Korpala Unhas yang mengikuti latihan fisik pada periode pengkaderan. 2. Sampel Penelitian Dalam penelitian ini, semua populasi adalah sampel penelitian dengan syarat memenuhi kriteria seleksi. 3. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah teknik non random sampling dengan mengambil sampel jenuh.

D. Kriteria Seleksi 1. Kriteria Inklusi a. Bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani informed consent b. Responden berada ditempat saat penelitian dilakukan

c. Menyelesaikan masa pengkaderan selama 3 bulan 2. Kriteria Eksklusi a. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian b. Responden tidak berada di tempat saat penelitian dilakukan c. Responden tidak menyelesaikan masa pengkaderan selama 3 bulan 3. Kriteria Drop Out Responden tidak mengikuti salah satu pemeriksaan pre test maupun post test ataupun keduanya

E. Alur Penelitian Persiapan Penelitian

Identifikasi Subjek Penelitian

Informed Consent

Tidak Bersedia

Bersedia

Pengukuran FVC dan FEV1 + kuesioner (Pre Test)

Observasi Latihan Fisik

Pengukuran FVC dan FEV1 (Post Test)

Tidak Memenuhi syarat

Memenuhi Syarat

Pengolahan Data

Penyajian Data

F. Instrument Penelitian 1. Blanko Pemeriksaan 2. Spirometri 3. Alat Tulis

G. Manajemen dan Analisa Data 1. Jenis Data a. Data primer yaitu peneliti mengambil data melalui pemeriksaan langsung terhadap responden dengan menggunakan spirometri b. Data sekunder yaitu peneliti mengambil beberapa data yang menunjang data primer 2. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dari hasil pemeriksaan langsung kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I terhadap responden dengan menggunakan spirometri. 3. Pengolahan Data a. Analisis Multivariat b. Uji Wilcoxon

H. Etika 1. Menyertakan surat pengantar yang diajukan kepada pihak instansi setempat sebagai permohonan izin melakukan penelitian

2. Menyertakan surat persetujuan yang ditujukan kepada subjek penelitian 3. Menjaga kerahasiaan identitas subjek penelitian yang terdapat pada hasil kuesioner.

DAFTAR PUSTAKA Alsagaf H dr, Mangunegoro.2004. Nilai Normal Faal paru orang Indonesia pada Usia Sekolah dan Pekerja Dewasa Berdasarkan Rekomendasi American Anderson, S.D.,2002. Exercise-induced asthma in children: a marker of airway inflammation. Byllain. 2011. Kondisi Fisik bagi Penggiat Alam Terbuka. children and their parents. Arch Dis Child. Ganong, W.F.,2003. Review Of Medical Physiology 21st Edition. Lange Medical book: New York. Goubault, et al. 2001. Effects of inhaled salbutamol in exercising nonasthmatic athletes. Haddad, G.G., Fontan, J.J.P. 2004. Development and function of the respiratory system. Philadelphia: Nelson textbook of pediatrics 17th edition. Hargeaves, M.2003. Physiological Bases Of Sports Performance. Australia: McGraw Hill. Herry Koesyanto dan Eram Tunggul Pawenang.2005.Panduan Praktikum Laboratorium Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Semarang: UPT UNNES Press. Hornsby, W.G. 2005. Management Of Competitive Athletes With Diabetes. J.M. Harrington, F.S. Gill, 2003.Buku Saku Kesehatan Kerja.Jakarta : EGC. Jakarta: UKK Pulmonologi. Mcllroy, M.B.1963. The respiratory response to exercise. Pediatrics 2.

Mukhtar Ikhsan. 2002. Penatalaksanaan Penyakit Paru Akibat Kerja. Jakarta: UI Panditi, S. & Silverman M.2003. Perception of exercise-induced asthma by Rahajoe, N, Supriyatno B, Setyanto BD. 2004. Pedoman nasional asma anak. Rawa, Elang. 2010. Pentingnya Latihan Fisik Sebelum Pendakian Gunung. Bandung : Buletin Wanadri. Sabapathy, S ,et al .2004. Continuous and intermittent responses in

individuals with chronic obstructive pulmonary disease. Thorax.. Shepherd, J.T.1963. Circulatory changes in the lungs during exercise. Pediatrics. Sumamur, P.K. 1998. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV Haji Mas Agung. Thoracic Society (ATS) 1987. Surabaya : Indonesia Preumobil Project, Airlangga University Press. Press.

Anda mungkin juga menyukai