Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan dengan kemajuan jaman, begitu pula dengan cara berpikir masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal yang dinamis. Semakin banyak penemuan-penemuan atau penelitian yang dilakukan oleh manusia, tidak menutup kemungkinan adanya kelemahankelemahan didalamnya, maka dari itu dari apa yang telah diciptakan atau diperoleh dari penelitian tersebut ada baiknya berdasar pada nilai-nilai yang menjadi tolak ukur kesetaraan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Yaitu sila pancasila. Dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang diperoleh manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia guna melaksanakan pembangunan nasional.

1.2

Batasan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan paradigma ? b. Apa peranan pancasila dalam paradigma kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ? c. Bagaimana implementasi Pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus?

1.3

Tujuan Penulisan

a. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan paradigm. b. Menjelaskan peranan pancasila dalam paradigma kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. c. Menjelaskan implementasi Pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Paradigma Istilah Paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu

pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution (1970 : 49). Inti sari pengertian paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan sifatnya sangat dinamis hal ini disebabkan oleh makin banyaknya hasil-hasil penelitian manusia, sehingga dalam perkembangannya terdapat suatu kemungkinan yang sangat besar ditemukannya kelemahakelemahan pada teori yang telah ada, dan jikalau demikian maka ilmuan akan kembali pada asumsi-asumsi dasar serta asumsi-asumsi teoritis sehigga dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan kembali mengkaji paradigma dari ilmu pengetahuan tersebut atau dengan kata lain ilmu pengetahuan harus mengkaji dasar ontologis dari ilmu itu sendiri. Misalnya dalam ilmu-ilmu sosial manakala suatu teori yang didasarkan pada suatu hasil penelitian ilmiah yang mendasarkan pada metode kuantitatif yang mengkaji manusia dan masyarakat berdasarkan pada sifat-sifat yang parsial, terukur, korelatif dan positifistik maka ternyata hasil dari ilmu pengetahuan tersebut secara epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja dari objek ilmu pengetahuan yaitu manusia. Oleh karena itu kalangan ilmuan sosial kembali mengkaji paradigma ilmu tersebut, yaitu manusia. Berdasarkan hakikatnya manusia dalam kenyataan objektifnya bersifat ganda bahkan multi dimensi. Atas dasar kajian paradigma ilmu pengetahuan sosial tersebut kemudian

dikembangkanlah metode baru berdasarkan hakikat dan sifat paradigma ilmu tersebut yaitu manusia, yaitu metode kualitatif. Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam berbagai bidang kehidupan manusia serta ilmu pengetahuan lain, misalnya politik, hukum, ekonomi, budaya, serta bidang-bidang lainnya. Dalam masalah yang popular ini istilah Paradigma berkembang menjadi terminology yang mengandung konotasi pengertian Sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas, serta arah dan tujuan, dari suatu perkembangan, perubahan, serta proses dalam suatu bidang tertentu, termasuk dalam bidang pembangunan.

2.2

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara, bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Hal ini sebagai perwujudan praksis dalam meningkatkan harkat dan martabatnya. Tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yang rinciannya adalah sebagai berikut : melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, hal ini dalam kapasitasnya tujuan negara hukum formal adapun rumusan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini dalam pengertian negara hukum material, yang secara keseluruhan sebagai manifestasi tujuan khusus atau nasional. Adapun selain tujuan nasional juga tujuan internasional (tujuan umum) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasrkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social. Hal ini diwujudkan dalam tata pergaulan masyarakat internasional. Secara filosofis hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma

pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila. Oleh karena hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai subjek pendukung pokok sila-sila Pancasila sekaligus sebagai pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan pada kenyataan objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negara adalah organisasi (persekutuan hidup) manusia. Oleh karena itu negara dalam rangka mewujudkan tujuannya

melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya harus dikembalikan pada dasar-dasar hakikat manusia monopluralis. Unsur-unsur hakikat manusia monopluralis meliputi susunan kodrat manusia, rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat manusia makhluk individu dan makhluk sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena pembangunan nasional sebagai upaya praksis untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka pembangunan haruslah mendasarkan pada paradigma hakikat manusia monopluralis tersebut. Konsekuensinya dalam realisasi pembangunan nasional dalam berbagai bidang untuk mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut. Maka pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa (rohani) yang mencakup akal, rasa dan kehendak, aspek raga (jasmani), aspek individu, aspek makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek ketuhanannya. Kemudian pada gilirannya dijabarkan dalam berbagai bidang pembangunan antara lain politik, hukum, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi serta bidang kehidupan agama. Kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional harus memperhatikan konsep berikut ini: a. Pancasila harus menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri sebagai bangsa. Pancasila harus diletakkan sebagai kerangka berfikir yang objektif rasional dalam membangun kepribadian bangsa. Oleh sebab itu perlu dikembangkan budaya ilmu pengetahuan dalam memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa. b. Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional, perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan bangsa akibat dari pembangunan harus semakin menempatkan nilai-nilai Pancasila yang dapat dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. c. Pancasila merupakan arah pembangunan nasional, proses pembangunan nasional tidak terlepas dari control nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu, kemana arah pembangunan melalui tahap-tahapnya tidak dapat dilepaskan dari usaha

mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, sehingga pembangunan adalah pengamanan Pancasila. d. Pancasila merupakan etos pembangunan nasional, mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan diciptakan misi pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Konsistensi antara teori dan kenyataan dan ucapan dengan tindakan, merupakan paradigma baru dalam menjadikan Pancasila sebagai etika pembangunan nasional. e. Pancasila sebagai moral pembangunan, sebutan ini mengandung maksud agar nilai-nilai luhur. f. Pancasila (norma-norma Pancasila yang tercantum dalam pembukan UUD 1945) dijadikan tolak ukur dalam melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, maupun dalam evaluasinya.

Dalam menghadapi era globalisasi kita harus melihat dua karakteristik masyarakat Pertama, untuk pembangunan kemajemukan bangsa (S. Budisantoso. 1998:42-43).

masyarakat

dan keanekaragaman

budaya. Kedua,

dinamika masyarakat dan keterbukaan kebudayaan terhadap pembaharuan. Masyarakat majemuk Indonesia yang sedang mengalami perkembangan yang amat pesat karena dampak pembangunan nasional maupun rangsangan

globalisasi, memerlukan pedoman bersama (common frame of reference) dalam menganggapi tantangan demi keutuhan bangsa. Oleh sebab itu,

pembangunan nasional harus dapat memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini: a. Hormat terhadap keyakinan religius setiap orang b. Hormat terhadap martabat manusia sebagai pribadi atau subjek (manusia seutuhnya). c. Kesatuan sebagai bangsa yang melayani segala bentuk sektarianisme. Ini berarti komitmen kepada nilai kebersamaan seluruh bangsa dan komitmen moral untuk mempertahankan eksistensi dan perkembangan seluruh

bangsa Indonesia.

d. Nilai-nilai yang terkait dengan

demokrasi konstitusional (persamaan

politis, hak-hak asasi, hak-hak, dan kewajiban kewarganegaraan). e. Keadilan (equity). social yang mencakup persamaan (equality) dan pemerataan

2.2.1 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan IPTEK Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya, maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada hakikatnya merupakan hasil kreativitas rohani manusia. Unsur jiwa (rohani) manusia meliputi aspek akal, rasa dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam hubungan dengan intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral (etika). Atas dasar kreativitas akalnya manusia mengembangkan IPTEK dalam rangka untuk mengolah kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu tujuan yang esensial dari IPTEK adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga IPTEK pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terilat oleh nilai. Dalam masalah ini Pancasila telah memberikan dasar nilai-nilai bagi pengembangan IPTEK demi kesejahteraan hidup manusia. Pengembanga IPTEK sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi system etika dalam pengembangan IPTEK. Sila Ketuhanan yang Maha Esa, mengkomplementasikan Ilmu Pengetahuan, mencipta, perimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila ini IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan , dibuktikan dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksudnya dan akibatnya apakah merugikan manusia dengan sekitarnya. Pengolahan diimbangi dengan melestarikan. Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya (T.Jacob,1986).

Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusai dalam mengembangkan IPTEK haruslah bersifat beradab. IPTEK adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral. Oleh karena itu, pengembangan IPTEK harus didasarkan pada hakikat tujuan demi kesejahteraan umat manusia. IPTEK bukan untuk kesombongan, kecongkaan, dan keserakahan manusia namun haru diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusi. Sila Persatuan Indonesia, mengkomplementasikan universalia dan

internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan IPTEK diarahkan demi kesejahteraan umat manusia termasuk di dalamnya kesejahteraan bangsa Indonesia. Pengembangan IPTEK hendaknya dapat mengembangakan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa, serta keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, mendasari pengembangan IPTEK secara

demokratis. Artinya setiap ilmuwan haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK. Selain itu dalam pengembangan IPTEK setiap ilmuwan juga harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki sikap yang terbuka artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang. Maupun dibandingka dengan penemuann teori lainnya. Sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia, mengkomplementasikan pengembangan IPTEK haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupa kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya (T.Jacob,1986). Kesimpulanya bahwa pada hakikatnya sila-sila Pancasila harus merupakan sumber nilai, kerangka pikir serta basis moralitas bagi pengembangan IPTEK.

2.3

Implementasi Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Kampus Implementasi pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus adalah seperti

contoh-contoh paradigma pancasila diatas kehidupan kampus tidak jauh berbeda dengan kehidupan tatanan Negara. Jadi kampus juga harus memerlukan tatanan pembangunan seperti tatanan Negara yaitu politik, ekonomi, budaya, hukum dan antar umat beragama. Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maka sebagai makhluk pribadi sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreativitas rohani manusia. Unsur jiwa manusia meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak. Sebagai mahasiswa yang mempunyai rasa intelektual yang besar kita dapat memanfaatkan fasilitas kampus untuk mencapai tujuan bersama. Pembangunan yang merupakan realisasi praksis dalam Kampus untuk mencapai tujuan seluruh mahasiswa harus mendasarkan pada hakikat manusia (mahasiswa) sebagai subyek pelaksana sekaligus tujuan pembangunan. Oleh karena itu hakikat manusia merupakan sumber nilai bagi pembangunan pengembangan kampus itu sendiri.

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan

a. Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. b. Pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berperan dalam pembangunan nasional terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. c. Implementasi Pancasila sebagai paradigma dalam kehidupan kampus yaitu sebagai mahasiswa yang mempunyai rasa intelektual yang besar kita dapat memanfaatkan fasilitas kampus untuk mencapai tujuan bersama dalam pembangunan nasional.

DAFTAR PUSTAKA
. 2010. Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat Berbangsa dan Bernegara. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/464/jbptunikompp-gdl-dewitriwah23165-10-%28pertemu-a.pdf. [29 April 2012] . 2010. Makalah Pancasila sebagai Paradigma. http://www.gudangmateri.com/2010/04/makalah-pancasila-sebagaiparadigma.html. [29 April 2012] Edy Prihantoro. 2009. Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat Bangsa dan Negara. http://ocw.gunadarma.ac.id/course/computer-science-andinformation/information-system-s1-1/pendidikan-pancasila/pancasilasebagai-paradigma-kehidupan-dalam-masyarakat-bangsa-dan-negara.pdf. [29 April 2012] Premadevi. 2008. Pancasila sebagai Paradigma http://ayya3.blogspot.com/2008/12/bab-i-pendahuluan-1.html. 2012] Kehidupan. [29 April

Prof. DR. Kaelan, M.S. 2010. Pendidikan Pancasila. Edisi Reformasi 2010. Yogyakarta : Paradigma.

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/101082129.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai