(04700294) (05700194)
PENDAHULUAN
Kornea merupakan bagian anterior dari mata yang harus dilalui cahaya
Kelainan yang bisa merusak bentuk dan kejernihan kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat, terutama bila letaknya di sentral (daerah pupil), bila kelainan ini tidak diobati maka dapat terjadi kebutaan
Keratitis merupakan suatu proses peradangan kornea yang dapat bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain bakteri, jamur, virus atau karena alergi. keratitis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan kedalaman lesi pada kornea (tempatnya), penyebab dan bentuk klinisnya
ISI
Keratitis
Definisi
Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam penglihatan menurun
Etiologi
Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi, atau partikel udara seperti debu, serbuk sari, jamur, atau ragi
Virus
Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya pembentukan air mata
Bakteri
Jamur
Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari atau sunlamps. Hubungan ke sumber cahaya yang kuat lainnya seperti pengelasan busur
Patofisiologi
Mata yang kaya akan pembuluh darah dapat dipandang sebagai pertahanan imunologik yang alamiah. Pada proses radang, mula-mula pembuluh darah mengalami dilatasi, terjadi kebocoran serum dan elemen darah yang meningkat dan masuk ke dalam ruang ekstraseluler. Elemen-elemen darah makrofag, leukosit polimorf nuklear, limfosit, protein C-reaktif imunoglobulin pada permukaan jaringan yang utuh membentuk garis pertahanan yang pertama. Karena tidak mengandung vaskularisasi, mekanisme kornea dimodifikasi oleh pengenalan antigen yang lemah. Keadaan ini dapat berubah, kalau di kornea terjadi vaskularisasi. Rangsangan untuk vaskularisasi timbul oleh adanya jaringan nekrosis yang dapat dipengaruhi adanya toksin, protease atau mikroorganisme.
Sel-sel ini bergerak ke arah sumber antigen di kornea dan dapat menimbulkan reaksi imun di tepi kornea. Sindrom iskhemik dapat dimulai oleh berbagai stimuli. Bahwa pada proses imunologik secara histologik terdapat sel plasma, terutama di konjungtiva yang berdekatan dengan ulkus.
Klasifikasi
Keratitis Pungtata (Keratitis Pungtata Superfisial dan Keratitis Pungtata Subepitel)
Lapisan yg terkena
Keratitis Marginal
Keratitis Interstisial
Keratitis superfisial
Keratitis marginal
Keratitis interstitial
Keratitis Bakteri
Klasifikasi
Keratitis Jamur
Keratitis Virus Keratitis Infeksi Herpes Zoster Keratitis Herpetik Penyebab Keratitis Infeksi Herpes Simplek : Keratitis Disiformis Keratitis Dendritik
Keratokonjungtivitis
Keratokonjungtivitis epidemi
Keratitis Alergi
Keratitis fasikularis
Keratokonjungtivitis vernal
Keratitis Bakteri
etiologi
Manifestasi Klinis
mata merah, berair, nyeri pada mata yang terinfeksi, penglihatan silau, adanya sekret penglihatan menjadi kabur.
Pada pemeriksaan bola mata eksternal hiperemis perikornea, blefarospasme, edema kornea, infiltrasi kornea
Terapi
etiologi
Jamur ragi (yeast) yaitu jamur uniseluler dengan pseudohifa dan tunas : Candida albicans, Cryptococcus sp, Rodotolura sp. Jamur difasik. Pada jaringan hidup membentuk ragi sedang media pembiakan membentuk : Blastomices sp, Coccidiodidies sp, Histoplastoma sp, Sporothrix sp.
Jamur berfilamen (filamentous fungi) Bersifat multiseluler dengan cabangcabang hifa, terdiri dari: Jamur bersepta : Furasium sp, Acremonium sp, Aspergillus sp, Cladosporium sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora sp, Curvularia sp, Altenaria sp. Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.
Manifestasi klinis
Riwayat trauma terutama tumbuhan, pemakaian steroid topikal lama Lesi satelit Tepi ulkus sedikit menonjol dan kering, tepi yang ireguler dan tonjolan seperti hifa di bawah endotel utuh Plak endotel Hypopyon, kadang-kadang rekuren Formasi cincin sekeliling ulku Lesi kornea yang indolen
Keratitis fungi
Terapi
Keratitis Virus
Etiologi
Herpes Simpleks Virus (HSV) merupakan salah satu infeksi virus tersering pada kornea
Patofisiologi
Pada epitelial :
Pada stromal :
terjadi reaksi imunologik tubuh terhadap virus yang menyerang yaitu reaksi antigen-antibodi yang menarik sel radang ke dalam stroma.
Sel radang ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak virus tetapi juga akan merusak stroma di sekitarnya.
Manifestasi Klinis
nyeri, fotofobia, penglihatan kabur, mata berair, mata merah, tajam penglihatan turun terutama jika bagian pusat yang terkena
Terapi
Debridement Terapi Obat
IDU (Idoxuridine) analog pirimidin (terdapat dalam larutan
1% dan diberikan setiap jam, salep 0,5% diberikan setiap 4 jam) Vibrabin: sama dengan IDU tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep Trifluorotimetidin (TFT): sama dengan IDU, diberikan 1% setiap 4 jam Asiklovir (salep 3%), diberikan setiap 4 jam. Asiklovir oral dapat bermanfaat untuk herpes mata berat, khususnya pada orang atopi yang rentan terhadap penyakit herpes mata dan kulit agresif.
Terapi Bedah
Keratitis Alergi
Etiologi
Reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata, biasanya penderita sering menunjukkan gejala alergi terhadap tepung sari rumput-rumputan
Manifestasi Klinis
Bentuk palpebra: cobble stone (pertumbuhan papil yang besar), diliputi sekret mukoid. Bentuk limbus: tantras dot (penonjolan berwarna abu-abu, seperti lilin) Gatal Fotofobia Sensasi benda asing
Mata berair dan blefarospasme
Terapi
Biasanya sembuh sendiri tanpa diobati Steroid topikal dan sistemik Kompres dingin Obat vasokonstriktor Cromolyn sodium topikal Koagulasi cryo CO2. Pembedahan kecil (eksisi). Antihistamin umumnya tidak efektif Kontraindikasi untuk pemasangan lensa kontak
Klasifikasi
Keratitis Flikten Keratitis Sika Bentuk klinis Keratitis Neuroparalitik Keratitis Numuralis
Keratitis Flikten/Skrofulosa/Eksemtosa
Flikten merupakan benjolan berdiameter 1-3 mm berwarna abuabu pada lapisan superfisial kornea.
Adapula ulkus yang menjalar dari pinggir ke tengah, dengan pinggir meninggalkan sikatrik sedangkan bagian tengah nya masih aktif, yang disebut wander phlyctaen.
Keadaan ini merupakan proses yang mudah sembuh, tetapi kemudian kambuh lagi di tempat lain bila penyebabnya masih ada dan dapat menyebabkan kelainan kornea berbentuk bercak-bercak sikatrik, menyerupai pulaupulau yang disertai geographic pattern.
Keratitis Sika
Merupakan peradangan konjungtiva dan kornea akibat keringnya permukaan kornea dan konjungtiva.
Berkurangnya komponen lemak, seperti pada blefaritis Berkurangnya airmata, seperti pada syndrome syrogen, setelah memakai obat diuretik, atropin atau dijumapai pada usia tua.
Berkurangnya komponen musin, dijumpai pada keadaan avitaminosis A, penyakit-penyakit yang menyebabkan cacatnya konjungtiva, seperti trauma kimia, Sindrom Steven Johnson, trakoma.
Penguapan yang berlebihan seperti pada kehidupan gurun pasir, lagoftalmus, keratitis neuroparalitika.
Keratitis Numularis
Diduga dari virus. Pada klinis, tanda-tanda radang tidak jelas, terdapat infiltrat bulat-bulat subepitelial di kornea, dimana tengahnya lebih jernih, disebut halo (diduga terjadi karena resorpsi dari infiltrat yang dimulai di tengah). Tes fluoresen (-). Keratitis ini kalau sembuh meninggalkan sikatrik yang ringan
Komplikasi
Gangguan refraksi
Ulkus kornea
Perforasi kornea
Glaukoma sekunder
Prognosis
Keratitis dapat sembuh dengan baik
ditangani dengan tepat tidak diobati dengan baik dapat menimbulkan ulkus yang akan menjadi sikatriks dan dapat mengakibatkan hilang penglihatan selamanya.
Virulensi organisme Luas dan lokasi keratitis Hasil vaskularisasi dan atau deposisi kolagen
KESIMPULAN
Keratitis Berdasarkan tempatnya
Berdasarkan penyebabnya Berdasarkan bentuk klinisnya Gejala umum keratitis Gejala khususnya
merupakan suatu infeksi pada kornea yang ditandai dengan adanya infiltrat yang disebabkan oleh beberapa faktor.
keratitis pungtata superfisialis keratitis marginal keratitis interstitial. keratitis keratitis keratitis keratitis keratitis keratitis keratitis keratitis bakterialis, fungal, viral akibat alergi. sika, flikten, nurmularis neuroparalitik
visus turun mendadak, mata merah, rasa silau, merasa ada benda asing di matanya.
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Ophthalmology. External Eye Disease and Cornea. San Fransisco 2008-2009. p. 179-90 Roderick B. Kornea. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : EGC. 2009. p. 125-49. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002. p.113 116 Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Hal: 56 Thygeson P. "Superficial Punctate Keratitis". Journal of the American Medical Association.1997. 144:1544-1549. Available at : http://webeye. ophth.uiowa.edu/ dept/service/cornea/cornea.htm (accessed: Februari 2013) Reed, KK. 2007. Thygeson's SPK photos. Nova Southeastern Univesity College of Optometry 3200 South University Drive Ft. Lauderdale, Florida. Available at: http://www.fechter.com/Thygesons.htm. (accessed: Februari 2013) Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Widya Medika.Jakarta, 2009
TERIMA KASIH