Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kambing perah merupakan komoditas baru di Indonesia yang kemungkinan memiliki prospek pengembangan yang baik. Walaupun belum terbukti secara Ilmiah, anggapan yang berkembang di masyarakat adalah bahwa susu kambing dapat menyembuhkan berbagai penyakit pernafasan, seperti asma dan TBC. Oleh karena itu permintaan cenderung semakin meningkat dan harga yang masih cukup tinggi. Di sisi lain kambing perah dapat berperan ganda sebagai peghasil susu dan daging. Dari kebutuhan investasi, usaha kambing pernah memerlukan investasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan sapi perah dan disamping ini relatif lebih mudah dalam manajemen. Kambing perah yang banyak dikembangkan di Indonesia umumya kambing peranakan Etawah (PE), yang umumnya masih lebih dominan sebagai sumber daging dibandingkan dengan sumber air susu. Susu kambing belum dikenal secara Iuas seperti susu sapi padahal memiliki komposisi kimia yang cukup baik (kandungan protein 4,3% dan lemak 2,8%) relatif lebih baik dibandingkan kandungan protein susu sapi dengan protein 3,8% dan lemak 5,0% (Sunarlim dkk, 1992). Disamping itu dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing lebih mudah dicerna, karena ukuran molekul lemak susu kambing lebih kecil dan secara alamiah sudah berada dalam keadaan homogen (Sunarlim dkk, 1992) (Sinn, 1983).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1. Sekresi Hormonal

Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ tertentu. Dahulu sekresi hormonal dikenal dengan cara dimana hormon disintesis dalam suatu jaringan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja pada organ lain disebut sebagai fungsi Endokrin Ini bisa dilihat dari sekresi hormon Insulin oleh pulau Langerhans Pankreas yang akan dibawa melalui sirkulasi darah ke organ targetnya sel-sel hepar. Sekarang diakui hormon dapat bertindak setempat di sekitar mana mereka dilepaskan tanpa melalui sirulasi dalam plasma di sebut sebagai fungsi Parakrin, digambarkan oleh kerja Steroid seks dalam ovarium, Angiotensin II dalam ginjal, Insulin pada sel pulau Langerhans.Hormon juga dapat bekerja pada sel dimana dia disintesa disebut sebagai fungsi Autokrin. Secara khusus kerja autokrin pada sel kanker yang mensintesis berbagai produk onkogen yang bertindak dalam sel yang sama untuk merangsang pembelahan sel dan meningkatkan pertumbuhan kanker secara keseluruhan.

2.1.2 Reseptor Hormon Konsentasi hormon dalam cairan ekstrasel sangat rendah berkisar 10-15 10-9. Sel target harus membedakan antara berbagai hormon dengan konsentrasi yang kecil, juga antar hormon dengan molekul lain.Derjad pembeda dilakukan oleh molekul pengenal yangterikat pada sel target disebut Reseptor Reseptor Hormon: Molekul pengenal spesifik dari sel tempat hormon berikatan sebelum memulai efek biologiknya Umumnya pengikatan Hormon Reseptor ini bersifat reversibel dan nonkovalen Reseptor hormon bisa terdapat pada permukaan sel (membran plasma) atau pun intraselluler. Interaksi hormon dengan reseptor permukaan sel akan memberikan sinyal pembentukan senyawa yang disebut sebagai second messenger (hormon sendiri dianggap sebagai first messenger) Jika hormon sudah berinteraksi dengan reseptor spesifiknya pada sel-sel target, maka peristiwa-peristiwa komunikasi intraseluler

dimulai.Hal ini dapat melibatkan reaksi modifikasi seperti fosforilasi dan dapat mempunyai pengaruh pada ekspresi gen dan kadar ion. Peristiwa-peristiwa ini hanya memerlukan dilepaskannya zat-zat pengatur

2.1.3 Struktur Reseptor Hormon

Setiap reseptor hormon mempunyai sedikitnya dua daerah domain fungsional yaitu : 1. Domain pengenal akan mengikat hormon 2. Regio skunder menghasilkan (tranduksi) signal yang merangkaikan pengaturan beberapa fungsi intrasel Reseptor hormon Steroid dan Thyroid membentuk suatu superfamili yang besar dari faktor transkripsi. Disini termasuk juga reseptor untuk vitamin D dan Asam retinoid. Reseptor untuk hormon Glukokortikoid mempunyai beberapa domain fungsional yaitu: 1. Regio pengikat hormon dalam bagian terminal karboksil 2. Regio pengikatan DNA yang berdekatan 3. Sedikitnya dua regio yang mengaktifkan transkripsi gen 4. Sedikitnya dua regio yang bertanggung jawab atas translokasi reseptor dari sitoplasma ke nukleus 5. Regio yang mengikat protein renjatan panas tanpa adanya ligand

2.1.4 Klasifikasi Hormon

Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya: 1.Golongan Steroidturunan dari kolestrerol

2.Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat 3.Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil Thyroid,Katekolamin 4.Golongan Polipeptida/Protein Insulin,Glukagon,GH,TSH Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormone: 1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak 2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air . Berdasarkan lokasi reseptor hormone: 1.Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler 2.Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran) Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel : kelompok Hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa

cAMP,cGMP,Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler

2.1.5 Kelompok Hormon yang Berikatan dengan Reseptor Permukaan Sel

Kelompok hormon ini terdiri dari hormon-hormon yang bersifat larut dalam air dan terikat pada membran plasma sel sasaran. Hormon-hormon ini akan berkomunikasi dengan proses meabolisme intraselluler melalui senyawa yang disebut sebagai second messenger.Konsep second messenger timbul dari pengamatan Earl Sutherland dan rekan-rekan,bahwa Epineprin terikat pada membran plasma eritrosit burung merpati dan meningkatkan cAMP.Diikuti oleh berbagai macam percobaan ditemukan bahwa cAMP ternyata mengantarai efek metabolik banyak hormon. Senyawa second messenger yang diaktivasi oleh pengikatan antara hormonc dengan reseptor spesifiknya di membran plasma

2.1.5.1 cAMP Sebagai Second Messenger

cAMP merupakan second messenger yang dibentuk dari senyawa ATP oleh kerja enzim Adenilat Siklase dengan adanya Mg2+ yang membentuk suatu kompleks dengan ATP untuk bertindak sebagai substrat untuk reaksi. Mg2+ ATP cAMP + PPi + H+ Adenilat siklase cAMP mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam 4

proses kerja sejumlah hormon.Epineprin meningkatkan kadar cAMP yang tinggi di dalam sel-sel otot dan perubahan yang relatif kecil dalam sel-sel hati

2.1.5.2 cGMP Sebagai Second Messenger

Merupakan senyawa second messenger yang dibentuk dari GTP oleh kerja enzim Guanilil Siklase, yang terdapat dalam bentuk larut dan terikat

membran.Hormon Atriopeptin, suatu famili peptida dihasilkan dalam atrium jantung, menyebabkan natriuresis, diuresis,vasodilatasi otot dan inhibisi sekresi aldosteron . Hormon peptida ini mis:ANF akan mengaktifkan enzim guanilil siklase cGMP mengantarai efek hormon.Senyawa nitroprusida,nitrogliserin ,natrium nitrit, natrium azida,nitogen oksida (NO) meningkatkan cGMP dengan mengaktifkan guanilil siklase. Peningkatan cGMP akan berikatan dan mengaktifkan Protein Kinase Spesifik (Kinase G ) yang analog dengan Kinase A Enzim ini akan melakukan fosforilasi terhadap sejumlah protein otot polos .Peristiwa ini agaknya terlibat dalam proses relaksasi otot polos dan vasodilatasi.

2.1.5.3.

Ca2+ Sebagai Second Messenger

Secara luas kalsium terionisasi merupakan unsur regulator proses seluler termasuk kontraksi otot, rangkaian proses pembekuan darah, aktifitas enzim dan eksitabilitas membran dan mediator dari kerja hormon.Peran kalsium ion dalam aksi hormon diusulkan karena banyak hormon : 1. Dihambat dalam media kalsium bebas atau bila kadar kalsium intrasel berkurang 2. Mempengaruhi aliran kalsium sel Diketahui konsentrasi Ca2+ sitosol lebih rendah dibandingkan konsentrasi Ca2+ dalam cairan ekstraseluler dan organela intraseluler.Keadaan ini dipertahankan oleh adanya pompa Ca2+ / Mg2+ ATPase dependent.Hormon dan zat efektor lain dapat merangsang pelepasan ion kalsium ke dalam sitosol. Jalan utama hormon meningkatkan penambahan Ca2+ adalahmelalui stimulasi dari produksi InsP3 yang dihasilkan oleh pemecahan dari PIP2 yang diperantarai fosfolipase C

2.1.5.4.

PIP2

PIP2

(Phosphatidil

Inositida

4,5

Bisphosphat)

merupakan

senyawa

phospholipid dari membran, memainkan peranan dalam aksi hormon yang tergantung Ca2+. Produk metabolisme PIP2 diusulkan menyediakan komunikasi antara reseptor hormon membran plasma dengan reservoir Ca2+ intrasel mempengaruhi Ca2+ channel

2.1.5.5.

Hormon Pada Rangkaian Protein Kinase

Beberapa reseptor hormon seperti reseptor hormon Insulin, EGF, IGF memiliki aktivitas Tirosin Kinase Intrinsik. Perubahan penyesuaian yang yang ditimbulkan interaksi antara hormon dan reseptor pada reseptor ini mengaktivasi aktivitas kinase tirosin. Aktifitas enzim kinase ini mengakibatkan fosforilasi substrat pada residu tirosin Aktivitas tirosin dapat pula memulai serangkaian fosforilasi .Mekanisme umum untuk hal ini adalah melalui domain SH2 yang berikatan dengan fosfotirosin pada reseptor. Tirosin Fosfatase mengangkat gugus fosfat tirosin mengakhiri kerja dari protein terfosforilasi

2.1.6. INSULIN

Pulau Pankreas mensekresikan paling sedikit empat jenis hormon yaitu: - Isulin - Glukagon - Somastotatin - Polipeptida Pankreas Insulin disekresikan dari pankreas 40-50 unit/hari (15-20% dari penyimpanan ). Sekresi insulin dapat berlangsung secara : - Sekresi insulin basal: terjadi tanpa adanya rangsangan eksogen Ini merupakan jumlah insulin yang disekresikan dalam keadaan puasa - Sekresi insulin yang dirangsang : sekresi insulin karrena adanya respon terhadap rangsang eksogen. Sejumlah zat yang terlibat dalam pelepasan insulin disini adalah : 1. Glukosa rangsang pelepasan insulin paling poten Glukosa dapat masuk kedalam sel pankreas secara difusi pasif yang diperantarai protein membran yang spesifik disebut Glukosa Transpoter 2 rangsang sekresi insulin 6

2. Asam Amino, Asam lemak, Badan keton 3. Faktor hormonal Preparat adrenergik merangsang pelepasa insulin yang mungkin dengan cara peningkatan cAMP intrasel.Paparanyang terus menerus dengan hormon pertumbuhan, kortisol,laktogen plasenta, estrogen, progestin dalam jumlah yang berlebihan juga meningkatkan sekresi insulin 4. Preparat farmalologik : Senyawa Sulfonilurea Tolbutamid

2.1.6.1.Mekanisme Kerja Insulin

Dimulai dengan berikatnya insulun dengan reseptor glikoprotein yang spesifik pada permukaan sel sasaran. Reseptor ini terdiri dari 2 subunit yaitu: - subunit yang besar dengan BM 130.000 yang meluas ekstraseluler terlibat pada pengikatan molekul insulin - subunit yang lebih kecil dengan BM 90.000yang dominan di dalam sitoplasma mengandung suatu kinase yang akan teraktivasi pada pengikatan insulin dengan akibat fosforilasi terhadap subunit itu sendiri (autofosforilasi) Reseptor insulin yang sudah terfosforilasi melakukan reaksi fosforilasi terhadap substrat reseptor insulin ( IRS -1).IRS-1 yang terfosforilasi akan terikat dengan domain SH2 pada sejumlah proteinyang terlibat langsung dalam pengantara berbagai efek insulin yang berbeda. Pada dua jaringan sasaran insulin yang utama yaitu otot lurik dan jaringan adiposa, serangkaian proses fosforilasi yang berawal dari daerah kinase teraktivasi tersebut akan merangsang protein-protein intraseluler, termasuk Glukosa Transpoter 4 untuk berpindah ke permukaan sel. Jika proses ini berlangsung pada saat pemberian makan, maka akan mempermudah transport zat-zat gizi ke dalam jaringan-jaringan sasaran insulin tersebut.

2.1.6.2.

Efek Insulin

Efek pada hati - membantu glikogenesis - meningkatkan sintesis trigliserida, kolesterol, VLDL - meningkatkan sintesis protein 7

- menghambat glikogenolisis - menghambat ketogenesis - menghambat glukoneogenesis Efek pada otot - membantu sintesis protein dengan : . meningkatkan transport asam amino . merangsang sintesis protein ribosomal - membantu sintesis glikogen Efek pada lemak - membantu penyimpanan triglserida - meningkatkan transport glukosa ke dalam sel lemak - menghambat lipolisis intraseluler

2.1.7. Kelompok Hormon Mempunyai Reseptor Intrasel

Kelompok hormon ini bersifat lipofilik dan dapat berdifusi lewat membran plasma semua sel, tetapi hanya menjumpai reseptor spesifiknya di dalam sel sasaran. Kompleks Hormon Reseptor selanjutnya menjalani reaksi aktivasi yang tergantung pada suhu serta garam dan reaksi ini akan mengakibatkan perubahan ukuran, bentuk, muatan permukaan yang membuat kompleks hormon tersebut mampu berikatan dengan kromatin pada inti sel. Kompleks hormon reseptor berikatan pada suatu regio spesifik DNA yang dinamakan unsur respon hormon/HRE dan membuat aktif dan inaktif gen spesifik.Dengan memberi pengaruh yang selektif pada transkripsi gen dan produksi masing-masing mRNA ,pembentukan protein spesifik dan proses metabolik dipengaruhi. Kelompok hormon steroid seperti Estrogen,Progsteron, dan Kortison memberi pengaruh dominan pada transkripsi gen.Hormon ini akan berikatan dengan reseptornya di intrasel dari sel target. Kompleks hormon reseptor berbertindak sebagai sinyal intrasel akan terikat pada pada unsur respon hormon yang barfungsi mengaktivasi proses tanskripsi menyebabkan pembentukan mRNA spesifik. Efek yang sama juga terhadap hormon Thyroid

2.1.8. Hormon Thyroid

Kelenjar thyroid merupakan organ yang mensekresikan terutama hormon 3,5,3-l-triiodotironin ( T3) dan 3,5,3,5-l- tetraiodotironin (T4). Hormon ini membutuhkan Iodium untuk aktifitas biologiknya. Pada kelenjar Thyroid T3 dan T4 terikat pada thyroglobulin, tempat berlangsungnya biosintesa hormon ini . Pembebasan T3 dan T4 dari thyroglobulin memerlukan enzim proteolitik yang distimulasi oleh TSH (atau cAMP) tetapi dihambat oleh Iodium dan oleh Litium seperti Litium Karbonat yang digunakan untuk terapi manik depresif .Efek ini dimanfaatkan dengan penggunaan Kalium Iodida untuk terapi hiperthyroidisme. T3 dan T4 yang berada di sirkulasi berikatan dengan protein darah yaitu : - TBG ( 85 % ) - TBPA - Albumin (sedikit ) Aktifitas biologik hormon ini adalah oleh fraksi yang tidak terikat (bebas)

2.1.8.1.

Mekanisme Kerja

Hormon T3 dan T4 berikatan dengan reseptor spesifiknya dengan afinitas yang tinggi di nukleus sel sasaran. Di sitoplasma hormon ini berikatan pada tempat dengan afinitas yang rendah dengan reseptor spesifiknya. Kompleks hormon reseptor berikatan pada suatu regio spesifik DNA, menginduksi atau merepresi sintesis protein dengan meningkatkan atau menurunkan transkripsi gen. Dari transkripsi gengen ini timbul perubahan dari tingkat transkripsi m RNA mereka. Perubahan tingkat mRNA ini mengubah tingkatan dari produk protein dari gen ini.Protein ini kemudian memperantarai respon hormon Thyroid. Hormon Thyroid dikenal sebagai modulator tumbuh kembang penting pada usia balita Patofisiologi Pembesaran Thyroid goiter Simple goiter : usaha mengkompensasi produksi hormon thyroid yang kurang Jika berat Hypothyroidisme Therapi dengan hormon thyroid eksogen (Levotiroksin) Hipothyroidisme Dibedakan : - Kreatinisme - Miksedema Gambaran menonjol : - bradikardi 9

- hipertensi diastolik - kulit dan rambut kering - sensitif terhadap dingin Hiperthyroidisme Produksi thyroid berlebihan Penyebab bermacam macam : Penyakit Grave produksi thyroid merangsang IgG mengaktifkan reseptor TSH, pembesaran difus kelenjar thyroid - Penyakit Plumer thyroid membesar pada satu nodul

2.1.9. Hormon Turunan Eicosanoid

Tidak semua hormon dihasilkan oleh suatu kelenjar tertentu.Hormon golongan Eicosanoid mencakup: Prostanoid (Prostaglandin, Prostasiklin Tromboxan) dan Leukotrien adalah derivat asam lemak tak jenuh dengan kerangka 18,20 atau 22 karbon.Asam Arachidonat adalahsubstrat untuk sintesis berbagai eicosanoid pada manusia. Prekursor asam arachidonat ditemukan dalam membran lipid darimana ia dilepaskan sebagai respon dari berbagai rangsangan melalui kerja dari berbagai fosfolipase baik fosfolipase A atau fosfolipase C maupun lipase digliserida.Aktifitas fosfolipase A2 in vitro dapat dihambat oleh glukokortikoid melalui induksi dari protein yang disebut lipokortin, hal ini dapat menyumbang pada supresi glukokortikoid dari reaksi peradangan tertentu, tetapi makna inhibisi ini pada manusia belum ditetapkan. Sintesis prostanoid dari asam arachidonat dikatalisis oleh jalan Siklooksigenase. Sintesis Leukotrien dikatalisis oleh jalan Lipoksigenase Kerja enzim siklooksigenase dapat dihambat oleh Aspirin, Indometasin dan obat-obat antiinflamasi steroid lainnya menghambat sintesis prostanoid Kerja kelompok hormon ini serupa dengan hormon yang bertindak pada permukaan sel dan diduga secara predominan bertindak dalam suatu model parakrin dan autokrin. Eicosanoid pada hakekatnya mempengaruhi setiap jenis sel dalam berbagai cara Efek Prostaglandin seperti : Mencegah konsepsi Induksi akhir kehamilan terminasi kehamilan Pencegahan dan pengurangan ulkus ventrikuli Kontrol inflamasi dan tekanan darah 10

Kontrol transport ion melalui membran Modulasi transfer synaps Pengobatan asma Kongesti hidung

2.2

ENDORPHINE endorphine terdiri atas 31 asam amino yang ditemukan dalam hipofise tapi

disana akan mengalami asetilasi .Berikatan dengan reseptor SSP sama seperti opium morphin dimana jaringan otak dari vertebrata mempunyai reseptor untuk alkaloid (morphin ) opium. Senyawa endorphine yang dibentuk dari Proopiocortin ini, berperan dalam mengontrol persepsi rasa nyeri secara endogen sehingga dapat berperan analgesik yang kuat untuk rasa sakit pada tubuh selama beberapa jam. Potensi analgesik senyawa 18-30 kali lebih kuat dari morphin

2.3

Hubungan Hormon Pertumbuhan dengan Onkogen

Onkogen merupakan gen yang mempromosikan kanker. Mereka lazimnya mengalami perubahan melalui mutasi ataupun versi dari gen seluler normal yang diekspresikan secara berlebihan.Dalam banyak kasus onkogen merupakan analog dari hormon maupun faktor pertumbuhan, reseptor hormon,molekul yang

mentransmisikan kerja hormon. Mekanisme kerja onkogen secara : Terlibat dalam pengendalian pertumbuhan Meniru kerja faktor pertumbuhan Meniru reseptor yang ditempati faktor pertumbuhan Produk beberapa onkogen berupa faktor pertumbuhan atau sebahagian dari reseptor faktor pertumbuhan seperti : - Produk src, bertindak sebagai protein kinase - Produk ras bekerja stimulasi aktivitas adenilat siklase - Produk myc bertindak sebagai protein pengikat DNA

11

BAB III

3.I.

Kontrol Hormonal Pada Pertumbuhan Kelenjar Susu Beberapa hormon yang bertanggung jawab pada pertumbuhan kelenjar susu

sama dengan yang berperanan pada reproduksi. Ini sangat jelas terutama pada hormon-hormon yang dihasilkan oleh ovarium. Perkembangan kelenjar susu merupakan hasil samping dari proses reproduksi itu sendiri, perkembangan kelenjar susu diawali dalam rangka persiapan untuk memelihara / merawat anaknya. Observasi 12

yang paling awal pada kelenjar susu, menunjukkan bahwa perkembangan kelenjar susu mengikuti proses reproduksi. Ovariektomi akan menyebabkan terjadinya regresi kelenjar susu, selama kebuntingan maupun selama laktasi. Hasil ini menunjukkan bahwa hormon-hormon pituitaria dan ovarium juga bertanggung jawab terhadap perkembangan kelenjar susu. Disamping itu juga diketahui bahwa estrogen terutama berperan pada perkembangan saluran susu dan progesteron bertanggung jawab pada perkembangan lobulo-alveolar.

3.1.1 Estrogen dan Progesteron.

Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa kombinasi estrogen dan progesteron mempengaruhi kelenjar susu, estrogen terutama mempengaruhi pertumbuhan saluran susu sedangkan progesteron berpengaruh terhadap

perkembangan lobulo-alveolar. Dilain pihak ternyata injeksi estrogen dan progesteron tidak mampu menghasilkan pertumbuhan sebanyak yang dihasilkan dari proses kebuntingan. Pemberian preparat hormon estrogen dan progesteron mempunyai nilai ekonomis pada ternak perah, apabila diberikan pada sapi dara yang steril ini dapat mempengaruhi perkembangan kelenjar susu secara penuh sampai laktasi. Pemberian preparat hormon tersebut dapat dalam bentuk pelet yang diimplantasi-kan atau dengan cara injeksi. Injeksi estrogen saja pada ruminansia menyebabkan pertumbuhan saluran susu secara meluas dan pertumbuhan

lobuloalveolar tertentu saja. Namun jaringan lobulo-alveolar menunjukkan adanya abnormalitas, termasuk adanya alveolus cystic, epithel yang padat, dan alveolus yang tidak sempurna., disamping jumlah luas permukaan alveolus yang dihasilkan sangat kurang. Dengan penambahan pemberian hormon progesteron dapat menghilangkan abnormalitas tersebut. Produksi susu dari hasil rekayasa dengan pfemberian hormonhormon estrogen dan progesteron pada ternak hanya dapat menghasilkan susu kurang dari setengah jumlah yang dapat dihasilkan karena proses kebuntingan normal. Pengaruh injeksi hormon-hormon estrogen dan progesteron memberikan hasil yang terbaik kalau diberikan pada ternak yang sebelumnya telah mengalami kebuntingan. Estrogen dan progesteron hanya dapat menyebabkan pertumbuhan kelenjar susu sedikit sekali atau tidak ada sama sekali apabila diberikan pada hewan yang dihypophysectomi. Hormon-hormon kelenjar pituitaria anterior diperlukan sebagai tambahan pada estrogen dan progesteron. Hormon steroid gonade berperan 13

secara tidak langsung pada perkembangan kelenjar susu, dengan cara merangsang sekresi hormon prolaktin dan somatotrophin oleh kelenjar pituitaria anterior. Ternyata hormon-hormon estrogen, somatotrophin (STH) dan deoxycortico-sterone berperanan dalam perkembangan saluran susu pada tikus yang mengalami hypo-physectomiovariectomi dan adrenalectomi, sedangkan penambahan progesterone dan prolaktin diperlukan untuk mengasilkan perkembangan jaringan sekretori lobulo-alveolar yang sempurna. Hormon-hormon yang dihasilkan oleh placenta juga berperanan dalam proses perkembangan kelenjar susu. Telah dibuktikan dengan perlakuan hyphophysectomi pada beberapa hewan selama kebuntingan ternyata tidak menyebabkan terjadinya kemunduran

perkembangan kelenjar susu, ini menunjukkan bahwa kemungkinan hormon-hormon yang dihasilkan placenta dapat mengambil alih fungsi hormon-hormon yang dihasilkan oleh pituitaria untuk memacu perkembangan kelenjar susu. Hormonhormon yang lain khususnya adrenal corticoid dan insulin, tampak berperanan langsung dalam menjaga metabolisme normal pada hewan yang mengalami hypophysectomi, tetapi mereka mempunyai pengaruh yang langsung pada proliferasi kelenjar susu dan sekresinya. Pada kultur organ, sel-sel epithel pertama-tama mengadakan pembelahan sel sebelum melakukan sintesis casein sebagai respon terhadap prolaktin Pembelahan sel dibawah pengaruh insulin; karena itu sel tersebut harus mengadakan proliferasi dalam keadaan tersedianya hydrocortisone untuk mensisntesis casein dalam suasana tersedianya prolaktin.

3.1.2. Perubahan Histologis

Perubahan histologis terjadi selama proses inisiasi, terutama berhubungan dengan perubahan yang disebabkan karena adanya akumulasi cairan dalam lumen alveolus. Ini menyebabkan terjadi peningkatan ukuran alveolus, sel-sel epithel menjadi pipih, dan jumlah sel dalam satuan luas menjadi lebih sedikit. Sel-sel epithel juga menjadi penuh oleh perkembangan endoplasmic reticulum dengan ribosome yang menempel dan ditandai dengan peningkatan jumlah mitochondria. Nucleoli juga menjadi lebih berbeda selama sekresi.

14

3.2.

Menyerentakkan Berahi Kambing dengan Spons Progesteron

Produktivitas usaha ternak domba dan kambing sangat beragam dan umumnya masih rendah. Produktivitas tersebut dapat ditingkatkan antara lain dengan memperbaiki mutu bibit dan tata aksana pemeliharaan. Pengaturan pola perkawinan dan seleksi diperlukan untuk menghasilkan ternak yang bermutu baik. Pengaturan perkawinan memerlukan pejantan unggul, tetapi etersediaan pejantan sering terbatas. Agar pejantan yang ada dapat mengawini lebih banyak ternak betina telah diperkenalkan perkawinan buatan (kawin suntik/ inseminasi buatan = IB). Agar pelaksanaannya efektif dan efisien, IB dikombinasikan dengan penyerentakan berahi dengan menggunakan hormon tertentu. Penyerentakan berahi biasanya dilakukan dengan memberikan progestagen (progesteron sintetis) dalam kurun waktu tertentu, baik secara oral, penyuntikan maupun intravagina. Bahan penyerentak berahi berahi dapat berupa senyawa kimia yang mengandung hormon progesterone yang dikemas dalam spons, yang dikenal dengan nama medroxy progesteron acetate atau flugeston acetate. Spons ditempatkan dalam vagina selama 14 hari. Pada periode ini, kadar progesteron dalam darah meningkat dan akan menghambat sekresi FSH dan LH dari adenohipofisa yang menyebabkan pembentukan folikel degraaf terhambat sehingga ternak tidak menunjukkan tanda-tanda berahi. Setelah spons dicabut, kadar progesterone dalam darah menurun drastis dan kadar FSH meningkat sehingga merangsang perkembangan folikel. Sejalan dengan itu, kadar estrogen pun meningkat dan langsung merangsang proses ovulasi karena pengaruh LH dan meningkatkan timbulnya tanda-tanda berahi. Apabila proses ini dilakukan secara bersamaan pada beberapa ternak domba dan kambing betina maka ternak dapat berahi secara serentak. Permasalahan dalam penyerentakan berahi adalah mahalnya harga hormon penyerentak berahi yang ada di pasaran dan sulitnya mendapatkan hormon tersebut. Selain itu, spons impor umumnya mengandung progestagen 30-45 mg/spons yang sesuai untuk domba berbobot badan besar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Balai Penelitian Ternak telah membuat kemasan hormon penyerentak berahi yang lebih murah dan sesuai dengan kondisi ternak Indonesia. Spons modifikasi berbentuk silinder, terbuat dari busa super berdiameter 4 cm dengan tinggi 5 cm, yang digunakan untuk menampung hormone progesteron. Hasil penelitian menunjukkan, spons penyerentak berahi dengan berbagai tingkat konsentrasi hormone progesteron, 15

yang diaplikasikan secara intravagina selama 14 hari, memberikan respons berahi100% pada domba Garut betina (bobot hidup 25,8 kg). Pada kambing

Peranakan Etawah (PE) dengan menggunakan hormon flugeston acetate, 80-100% ternak dapat berahi. Berahi timbul 2-5 hari setelah spons dicabut, terbanyak (55%) pada hari ke-3 sejak spons dicabut dengan lama berahi 12-36 jam (Tabel 1). Hasil ini masih dalam kisaran waktu normal.

BAB IV KESIMPULAN

Organisme multiseluler memerlukan mekanisme untuk komunikasi antar sel agar dapat memberi respon dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan eksterna dan interna yang selalu berubah. Sistem Endokrin dan susunan saraf merupakan alat utama dimana tubuh mengkomunikasikan antara berbagai jaringan dan sel. Siistem saraf seriing diipandang sebagaii pembawa pesan mellalluii siistem strukturall yang tetap. Siistem Endokriin diimana berbagaii macam hormon diisekresiikan olleh kellenjar spesiifiik , diiangkut sebagaii pesan yang bergerak untuk bereaksii pada sell

16

atau organ targetnya (defiinisi klasik dari hormon). Kata hormon berasal darii iistiillah Yunani yang berarti membangkitkan aktifiitas. Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ tertentu. Sekresi hormon dikenal secara Endokrin, Parakrin dan Autokrin. Hormon sebelum memulai efek biologiknya harus berikatan dengan reseptor pengenal Spesifiknya. Reseptor hormon bisa terdapat pada permukaan sel (membran plasma) atau pun intraselluler. Hormon-hormon pituitaria dan ovarium juga bertanggung jawab terhadap perkembangan kelenjar susu. Disamping itu juga diketahui bahwa estrogen terutama berperan pada perkembangan saluran susu dan progesteron bertanggung jawab pada perkembangan lobulo-alveolar. Spons progesteron modifikasi dapat digunakan untuk menyerentakkan Berahi kambing dengan hasil yang baik. Ternak dapat berahi secara serentak dengan ovulasi dan tingkat kebuntingan yang baik pula.

DAFTAR PUSTAKA

Udiati Umi, Menyerentakkan berahi Domba Dan Kambing dengan Spons Progesteron. Warta Penelitian Dan Pengembangan Pertanian

Vol.29,No.,3,2007 Usman Budi, dkk., Buku Ajar Dasar Ternak Perah, Departemen Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, 2006

17

Toelihere R. Mozes, Drh., M. Sc., Dr., Fisiologi Reproduksi Pada Ternak, Penerbit Angkasa Bandung,1985 Toelihere R. Mozes, Drh., M. Sc., Dr., Inseminasi Buatan Pada Ternak, Penerbit Angkasa Bandung, 1985

Pengaruh Hormon Pada Ternak Kambing Perah

18

Oleh: IBNU WIJAYA 0107105048

JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA BALI 2008

19

Anda mungkin juga menyukai