Anda di halaman 1dari 15

Mengenal Epistemologi

A. Pengertian Epistemologi Secara etimologis dari bahasa Yunani episteme (pengertian) dan logos (kata, pikiran, percakapan, atau ilmu). Epistemologi berarti kata, pikiran, percakapan tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Webster Third New International ictionar! mengartikan epistemologi sebagai the stud! o" method and ground o" knowledge, especiall! with re"erence to its limits and #alidit!. Secara terminologin!a epistemologi seringkali dikatakan sebagai $branch o" philosoph! concerned with the nature o" knowledge, its possibilit!, scope and general basis% (Suhartono, &''() )erdasarkan pemahaman di atas, terdapat beberapa hal penting !ang dapat kita cermati tentang epistemologi* +ertama, epistemologi berkenaan dengan si"at pengetahuan, kemungkinan, cakupan, dan dasar , dasar pengetahuan. -edua, epistemologi membahas tentang reliabilitas pengetahuan, dan ketiga, epistemologi melakukan in#estigasi tentang sumber, struktur, metode, dan #aliditas pengetahuan. Epistemologi .uga dikenal dengan beberapa nama seperti krteriologi, kritika pengetahuan, gnoseologia, dan logika material. inamakan kriteriologia karena menetapkan benar tidakn!a pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran kebenaran. -ritika pengetahuan untuk memberikan tin.auan secara mendalam dalam menentukan benar tidakn!a pengetahuan !ang diperoleh manusia. /noseologia dari kata gnonis (pengetahuan) dan logos (ilmu). 0saha untuk memperoleh hakikat pengetahuan (biasan!a* !ang bersi"at keilahian). 1ogika material karena tugas epistemologi adalah berusaha menetapkan kebenaran suatu isi pemikiran, sedangkan !ang berkaitan dengan .alur pemikiran dibahas dalam logika "ormal.

B. Fungsi 2empela.ari epistemologi memiliki "ungsi !ang sangat penting dalam kehidupan manusia. alam kehidupan seharian, tanpa disadari kita sebenarn!a menggunakan epistemologi dalam arti !ang seluas3luasn!a. )erepistemologi sebenarn!a telah kita lakukan sehari3hari walaupun kita sadari , "ungsi pertama epistemologi* sebagai landasan bagi tindakan manusia dalam kehidupan sehari3hari. -edua , sebagai dasar bagi pengembangan keari"an dalam pengetahuan. Sebagaimana di.elaskan , epistemologi melakukan in#estigasi tentang sumber, struktur, dan metode pengetahuan. +engetahuan epistemologi mendorong manusia untuk memiliki wawasan !ang plural tentang pengetahuan dan oleh karenan!a diharapkan akan mengembangkan keari"an mas!arakat dalam berpengetahuan. alam epistemologi misaln!a dipahami bahwa ada ban!ak model untuk memperoleh pengetahuan. 4dakalan!a pengetahuan diperoleh melalui akal, adakalan!a melalui pengalaman, dan adakalan!a melalui agama. 2asing3masing pengetahuan itu memiliki $khas%. engan pemahaman pluralitas pengetahuan semacam ini tentu tidak la!ak kits untuk menganggap sebuah pengetahuan mengklaim diri sebagai !ang paling benar mengatasi pengetahuan !ang lain. -etiga, sebagai sarana mengetahui #ariasi kebenaran pengetahuan. -arena pengetahuan itu beragam, tentu #aliditas kebenarann!a .uga beragam. Tingkat kebenaran "ilsa"at, tentu ada perbedaan dengan tingkat kebenaran ilmiah. emikian .uga dengan kebenaran pengetahuan agama. Sesungguhn!a dalam kehidupan, manusia tidak bisa hidup .ika han!a mengandalkan pada satu kebenaran dan mena"ikkan kebenaran pengetahuan !ang lain. 2anusia berada dalam #arietas kebenaran pengetahuan !ang beraneka dan oleh karenan!a kehidupan manusia men.adi lebih mudah dan mendekati kesempurnaan. alam menghadapi sebuah persoalan ada kalan!a kita cukup mengandalkann!a pada pengetahuan !ang bersi"at pengalaman, adakalan!a mengandalakan pengetahuan ilmiah, dan adakalan!a mengandalkan pada pengetahuan "ilsa"at, dan adakalan!a pada pengetahuan agama dan adakalan!a mengandalkan secara kolaborati" dari beragam pengetahuan tersebut. emikianlah, "ungsi epistemologi baik !ang bersi"at langsung maupun tidak langsung. Tentu masih ban!ak lagi "ungsi lain tentang epistemologi . tetapi kiran!a tiga "ungsi ini dirasa sudah mencukupi

C. Sumber Pengetahuan Terdapat beberapa #ariasi sumber pengetahuan menurut beberapa pemikir sebagai berikut * 5. 6arold Titus, dkk.dalam Persoalan-persoalan Filsafat (578(*578) men.elaskan bahwa sumber pengetahuan !ang mungkin bagi manusia ada empat* a. b. c. d. &. -esaksian Sumber -edua* )ersandar kepada 9toritas: Indra sebagai Sumber* )ersandar kepada +ersepsi Indra: +emikiran sebagai Sumber* )ersandar pada akal: dan alam iri Sendiri sebagai Sumber* )ersandar kepada Intuisi

2ul!adi kartanegara dalam Pengantar Epistemologi Islam (&'';* 58) men.elaskan bahwa sumber pengetahuan !ang mungkin bagi manusia ada tiga* a. b. c. Indra 4kal, dan 6ati (Instuisi)

;.

S!amsudin 4ri" dalam +rinsip3prinsip asar Epistemologi Islam (&''<* &=) men.elaskan bahwa pengetahuan berasal dari sumber* a. b. c. d. +ersepsi Indera (idrak al-hawas): +roses 4kal Sehat (taaqul): Intuisi 6ati (qalb): In"ormasi !ang benar (khabar sadiq).

(.

4mtsal )akhtiar Filsafat Ilmu (&''<* 78) men.elaskan sumber pengetahuan !ang ada empat* a. b. c. d. Empirisme (pengalaman): >asionalisme (akal): Intuisi: dan Wah!u

<.

?u.un S. Suriasumantri dalam Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (&'';* <') men.elaskan bahwa sumber pengetahuan ada empat, !aitu* a. b. c. d. +enalaran: +engalaman: Intuisi: dan Wah!u.

)eragam pemikiran para ahli tentang sumber pengetahuan di atas, maka sebenarn!a kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sumber pengetahuan !ang dimungkinkan bagi manusia adalah sebagai berikut* 5. Sumber pengetahuan berasal dari pengalaman !ang bersandar dari persepsi indera ( idrak alhawas). Tidak ada seorang pemikir pun !ang mena"ikkan peran indera sebagai salah satu sandaran utama bagi manusia dalam memperoleh pengetahuan. 4kal pikiran tidak dapat ber"ungsi tanpa adan!a $data3data% !ang diperoleh melalui pengalaman inderawi ini. Sumber pengetahuan berasal dari pemikiran !ang bersandar dari akal@rasio. 2eskipun indera secara "undamental mampu men!uplai data3data untuk menghasilkan pengetahuan,tetappi kemampuan indera sangatlah terbatas. Seperti !ang di.elaskan oleh -arteanegara bahwa han!a melalui akal lah manusia bisa menghasilkan konsep3konsep !ang bersi"at uni#ersal tentang $manusia% muncul karena kemampuan manusia dengan akaln!a ia bisa menangkap $esensi% dari beragamn!a entitas3entitas khusus atau indi#idu3indi#idu !ang kemudian dikonseptualisasikan sebagai manusia. Tatkala kita bertan!a $Tolong tun.ukkan kepada sa!a manusia%, maka sesungguhn!a !ang dapat ditangkap oleh indera adalah kumpulan indi#idu3 indi#idu (si 4, si ), si A, dst) Sumber Bengetahuan !ang bersandar pada khabar sadiC. Ercakup dalam konteks ini adalah pengetahuan !ang bersumber pada otoritas atau kesaksian sumber !ang terperca!a dan .uga wah!uuntuk mendapatkan khabar ssadiC dalam tradisi islam sudah ada mekanisme !ang ketat.

&.

;.

D. Kadar Pengetahuan 2anusia berpengatahuan tidak lain dalam rangka menge.ar kebenaran. 6an!a dengan seperti inilah pengetahuan akan diterima kebenarann!a. 2engingat ob.ek pengetahuan itu beraneka macam, maka tolak ukur kebenaran !ang men.adi s!arat diteriman!a pengetahuan pun berlainan. Terhadap ob.ek pengetahuan !ang bersi"at* a. b. c. Empiris, ukuran kebenarann!a adalah bukti ken!ataan ("aktual): Ideal, sandaran kebenarann!a adalah hukum pikir (rasional): Transenden, landasan kebenarann!a adalah rasa perca!a (superrasional).

+engetahuan adalah tanggapan sub.ek terhadap ob.ek !ang diketahui. Tanggapan dengan demikian merupakan penilaiaan sub.ek terhadap ob.ek. 9leh karena itu, dalam hal ini kebenaran ada di dua sisi* a. b. )enarn!a "akta (bukti) adalah kebenaran ob.ek (dunia luar) )enarn!a ide (tanggapan) adalah kebenaran sub.ek (dunia dalam).

Dakta bersi"at ob.ekti", sehingga "akta tidak bisa salah atau dipersalahkan karena memang demikian adan!a sekalipun bernilai negati". 9leh karena itu, ada dua kemungkinan !ang ter.adi !aitu bahwa "aktan! benar dan tanggapan sub.ek benar atau "aktan!a benar dan tanggapan sub.ek salah. 1ebih lan.ut menurut 2udlor 4hmad (577(* 7(), bobot kebenaran itu ber.en.ang dalam tiga macam, !aitu* a. b. c. -ebenaran mutlak atau absolut !aitu kebenaran !ang sebenar3benarn!a, kebenaran se.ati, kebenaran sempurna, atau kebenaran hakiki. -ebenaran nisbi atau relati", !aitu kebenaran !ang setingkat di bawah kebenaran mutlak, kebenaran !ang tidak utuh -ebenaran dasar !aitu kebenaran !ang paling bawah. -ebenaran !ang tidak dapat dipersalahkan tetapi masih membutuhkan penegasan lebih lan.ut.

alam se.arah pemikiran manusia, tern!ata kebenaran mutlak belum .uga didapatkan oleh manusia dengan han! berdasarkan pada usaha sendiri. -endati demikian, manusia tidak berputus asa dalam usahan!a untuk menggapai kebenarann!a. ?ustru dengan usaha keras seperti itulah seseorang akan dapat mengetahui batas kemampuan dirin!a dan mengantarkann!a untuk men!adari penting!a T0NT0T4N W46Y0. -ebenaran dasar meskipun tidak ada orang !ang men!angkaln!a, dari sisi ilmu, hal itu belum mencapai tingkat !ang dapat di.amin secara ilmiah.

Terkait dengan pembahasan ini, terdapat teori kebenaran !ang populer dibahas dalam dalam berbagai buku "ilsa""at seperti !ang di.elaskan oleh 6unneE dalam Peta Filsafat (&''(* 58) dan 2udlor 4hmad (577(* 5'&) !aitu* 5. Teori -ebenaran -orespondensi

Suatu idea atau proposisi itu benar apabila secara akurat dan cukup men!erupai atau merepresentasikan realitas. alam bahasa lain, sebuah pern!ataan dikatakan benar .ika berkorespondensi dengan ken!ataan empiris. -alau kita mengatakan bahwa $hari ini hu.an turun% dan memang ken!ataan hu.an turun, maka pern!ataan itu benarlah adan!a. &. Teori -ebenaran -oherensi

Suatu proposisi atau pern!ataan benar .ika proposisi tersebut berada dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi dali !ang benar atau .ika makna !ang dikandungn!a berada dalam keadaan saling hubung dengan pengalaman !ang ada. alam ranah empiris misaln!a adalah tindakan hakim !ang mencocokkan antara pen!ataan terdakwa dengan sakis3saksi. ;. Teori -ebenaran +ragmatis

Teori ini mengukur kebenaran melalui konsekuensi praktis dari sebuah pern!ataan. ?ames mengemukakan $kita tidak dapat menolak suatu hipotesis .ika ia memberi man"aat bagi kehidupan.... .ika hipotesis bahwa Tuhan itu ber"ungsi (bagi seseorang).... berarti hal itu benar% (. Teori -ebenaran 4gama

-ebenaran religius ini adalah kebenaran !ang bersumber dari Tuhan. -ebenaran ini mutlak, berada di atas kemampuan dan kemauan manusia. -ebenaran ini bersi"at ob.ekti" uni#ersal artin!a berlaku bagi seluruh manusia di semua tempat dan segala Faman. -ebenaran ini bagi kaum non3religius dianggap tidak ada. Tetapi, bagai umat beragama kebenaran ini .elas adan!a. )erdasarkan pen.elasan di atas dapat dipahami bahwa spektrum kebenaran !ang men.adi tu.uan manusia berpengatahuan tidaklah monoton. 4da ban!ak teori tentang kebenaran. Tentu adan!a keragaman itu bukan untuk saling mena"ikkan, tetapi .ustru semakin saling men!empurnakan.

E. b!ek Epistimologi 9b.ek epistemologi ini menurut ?u.un S.Suriasumatri berupa $segenap proses !ang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.% +roses untuk memperoleh pengetahuan inilah !ang men.adi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus ber"ungsi mengantarkan tercapain!a tu.uan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara !ang harus dilalui dalam mewu.udkan tu.uan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tu.uan bisa terealisir, sebalikn!a tanpa suatu tu.uan, maka sasaran men.adi tidak terarah sama sekali. 9b.ek material "ilsa"at pengetahuan adalah ge.ala pengetahuan, ob.ek material "isa"at ilmu adalah mempela.ari ge.ala ilmu menurut sebab pokokn!a. Dilsa"at penelitian meneliti setiap pengetahuan dari ge.ala pengetahuan dalam kehidupan sehari3hari, menggali kebenaran, kepastian dan tahap3tahapann!a, ob.ekti#itas, abstraksi, intuisi, asal dan arah pengetahuan. +ertan!aan "ilsaat tidak di.awab dengan u.i empiris melainkan dengan penalaran, dengan bantuan telaah epistemologi akan didapat pemahaman hakiki tentang karakter dari ob.ek ilmu. Epistemologi tidak berakar pada periode pemikiran, tidak terkait pada prosedur praktis dan problem secara historis berkaitan dengan disiplin. Telaah dalam "ilsa"at ilmu tergantung pada sarana dan alat untuk memproses ilmu harus selaras atau konsisten denan karekter ob.ek material ilmu. 5. 4sumsi )eberapa 9b.ek Ilmu a. Ilmu alam dan empiris Ilmu empiris berpandangan mempela.ari ob.ek empiris dialam semesta dan berbagai ge.ala serta peristiwa !ang mempun!ai man"aat bagi manusia. Ilmu empiris mempun!ai asumsi mengenai ob.ek, antara lain * 5) 9b.ek3ob.ek tertentu mempun!ai kesurupaan dalam hal bentuk, struktur, dan si"at. Sehingga ilmu tidak membahas mengenai kasus indi#idual tetapi suatu kelas tertentu. &) 2enganggap benda tidak akan berubah dalam .angka waktu tertentu, hal ini memungkinkan kita untuk melakukan penelitian ilmiah terhadap ob.ek !ang kita selidiki. ;) 2enganggap ge.ala bukan ke.adian kebetulan tetapi mempun!ai pola tertentu dan urut3urutkan ke.adian !ang sama. b. Ilmu abstrak Ilmu abstrak merupakan ilmu !ang tidak kasat mata dan tidak terbatas ruang dan waktu. Ilmu abstrak ber"ungsi untuk memperkuat tegakn!a ilmu,ilmu !ang lain. 9b.ek dapat berupa konsep dan bilangan, ia berada dalam pemikiran manusia. c. Ilmu sosial dan kemanusiaan Ilmu kemanusiaan .uga mencakup ilmu sosial, ilmu ini merupakan ilmu empiris !ang mempela.ari manusia dalam segala aspek hidup, ciri khas, tingkah laku indu#idu atau bersama. 9b.ek material ilmu sosial adalah tingkah laku dalam tindakan, bersi"at bebas dan tidak

deterministik, mengandung pilihan, tanggung .awab, makna pengertian, dan !ang lain sehingga tidak bisasehingga tidak dapat diterapi dengan predikat $sebab3akibat%. -ensekuansi epistemologi untuk memahami "enomena manusia adalah sebagai ob.ek alamiah. 9b.ek ilmu kemanusiaan !aitu manusia secara keseluruhan, ia melampaui status ob.ek3bo.ek disekitarn!a. +eneliti dalam penilitian sosial .uga sebagai ob.ek, sehingga cara ber"ikir dalam ilmu sosial adaalah analog pada ilmu3ilmu alah cara ber"ikirn!a analah uni#ok. -arena ciri diatas maka ilmu kemanusiaan menggunakan titik pangkal data kriterium kebenaran dari ilmu3ilmu lainn!a. d. Ilmu se.arah 9b.ek material imu se.arah adalah data peninggalan masa lampau baik kesaksian, alat, makam, rumah, tulisan, atau kar!a seni. 9b.ek ilmu se.arah tidak dapt dieksperimen karena men!angkut masa lampau dan tidak dapat dikembalikan lagi. -arena ban!ak hal !ang mempengaruhi kemurnian ob.ek manusiawi terkait dalam penilaian, maka ob.ek ati#itas ilmu se.arah men.adi problem dalam menentukan ob.ekti#itas. &. Tara"3Tara" -epastian Sub.ekti#itas dan 9b.ekti#itas Ilmu a. E#idensi E#idensi ob.ek pengetahuan berkatian dengan tara" kepastian pengetahuan !ang dimiliki sub.ek, tara" kepastian subke. dalam ilmu tertentu ter.adi berdasarkan e#idensi ob.ek !agn dikenal. E#idensi dan kepastian perlu dika.i dari udut asli sub.ek dan ob.ek dalam ge.ala pengetahuan manusia pada umumn!a. 5) alam ilmu3ilmu empiris Semua ilmu empiris termasuk ilmu3ilmu kemanusiaan menge.ar kepastian, tetapi tara" kepastian konkret dalam ilmu empiris bersi"at bebas ( tidak ada paksaan untuk disetu.ui). E#idensi dan kepastian dalam ilmu empiris diwarnai sub.ekti"itas !agn membangun dan ob.ekti#itas (diluar pengalaman sub.ek). 2aksudn!a, makin dekat ilmu tertentu dengan pengalaman manusia seutuhn!a makin besar pula kesatuan sub.ek3ob.ekn!a dan makin besar pula peran sub.ek dalam kesatuan itu. &) alam ilmu3ilmu pasti alam tara" conte t of disco!er" ilmu pastipun masih dalam tara" coba3coba, sedangakan dalam conte t of #ustification han!a ada ungkapan !ang bersi"at aksiometris dan dalil3dalil !ang tidak terikat ruang dan waktu. Ilmu3ilmu pasti tidak bersi"at empiris, sehingga e#idensin!a bersi"at mutlak. b. 9b.ekti#itas Ilmu dikatakan ob.ekti" karena mendekati "akta3"akta !ang ada secara metodis, kesulitan khusus bagi ilmu manusia !aitu dalam praktekn!a tidak dapat melakukan eksperimen secara netral. Walaupun pengalaman eksperimental ilmu3ilmu manusia dibutuhkan, maka hal !ang memungkinkan !aitu arah menu.u kemanusiaan !ang lebih baik serta utuh. 9b.ekti"itas ilmu alam merupakan ob.ekti"itas !ang men!angkut apa !agn diberikan sebagai ob.ek. 9b.ek belum tentu sebuah benda tetapi semua !ang tampak oleh panca indera manusia.

Pengetahuan manusia, dapat dibedakan men!adi ob!ek "ang empiris, ideal, dan transenden 5. Empiris 9b.ek pengetahuann!a adalah sain (!aitu ob.ek3ob.ek !ang diteliti sain) ialah semua ob.ek !ang empiris ?u.un S. Suriasumantri (Dilsa"at Ilmu*Sebuah +engantar +opuler, 577(*5'<) men!atakan bahwa ob.ek ka.ian sain han!alah ob.ek !ang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman di sini adalah pengalaman indera. 9b.ek ka.ian sain haruslah ob.ek3ob.ek !ang empiris sebab bukti3bukti !ang harus ia temukan adalah bukti3bukti !ang empiris. )ukti empiris ini diperlukan untuk mengu.i bukti rasional !ang telah ditemukan dalam hipotesis. 9b.ek3ob.ek !ang diteliti dalam sain ban!ak sekali seperti alam, tumbuhan, hewan, dan manusia itu: semuan!a dapat di teliti oleh sain. ari penelitian3penelitian itu munculah teori sain. Teori tersebut berkelompok atapun dikelompokkan dalam masing3 masing cabang lain. Teori3teori !ang telah berkelompok itulah !ang disebut struktur sain, baik cabang3cabang sain maupun isi masing3masing cabang sain tersebut. &. Ideal, sandaran kebenarann!a adalah hukum pikir (rasional): 9b.ek pengetahuan!a berupa "ilsa"at, "ilsa"at sebagai se.enis pengetahuan !ang berusaha mencarisebab !ang sedalam3dalamn!a bagi segala sesuatu berdasarkan akal pikiran belaka. 6asbullah )akr! (Sistematik Dilsa"at,57=5:55) mengatakan bahwa "ilsa"at se.enis pengetahuan !ang men!elidiki segala sesuatu secara mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatn!a se.auh !ang dicapai akal manusia dan hasil berupa pemikiran. Tu.uan ber"ilsa"at adalah menemukan kebenaran !ang sebenarn!a, !ang terdalam. ?ika hasil pemikiran itu disusun, maka susunan itulah !ang kita sebut Sistematika Dilsa"at. Sistematika dan Struktur Dilsa"at dalam garis besar terdiri atas ontologi,epistimologi, dan aksiologi. Isi setiap cabang ilmu "ilsa"at ditentukan oleh apa ob.ek !ang diteliti (dipikirkan)3 n!a. 9b.ek penelitian "ilsa"at sangat luas dari penelitian sain. Sain han!a meneliti ob.ek !ang ada sedangkan "ilsa"at ob.ek !ang ada dan mungkin ada. Sebenarn!a masih ada ob.ek lain !ang disebut ob.ek "orma !ang men.elaskan si"at kemendalaman penelitian "ilsa"at. Ini dibicarakan pada epistimologi "ilsa"at.

+erlu ditegaskan bahwa selain meneliti ob.ek3ob.ek !ang ada dan empiris: !ang ada tetapi abstrak (tidak empiris) tidak dapat diteliti sain. Sedangkan "ilsa"at memiliki ob.ek !ang ada tetapi abstrak, adapun !ang mungkin ada, sudah .elas abstrak, itupun .ika ada. c. Transenden, landasan kebenarann!a adalah rasa perca!a (superrasional).

9b.ek +engetahuan!a adalah abstrak3suprarasional dengan paradigma 2istik. Sedang mistik sendiri adalah pengetahuan tidak rasional: ini pengertian !ang umum. 4dapun mistik pengertian!a bila dikaitkan dengan 4gama ialah pengetahuan (4.aran atau ke!akinan@iman) tentang Tuhan !ang diperoleh melalui meditasi atau latihan Spiritual, bebas dari ketergantungan pada indera dan rasio. +engetahuan 2istik adalah pengetahuan !ang tidak dapat dipahami rasio, maksudn!a, hubungan sebab akibat !ang ter.adi tidak dapat dipahami rasio. +engetahuan ini kadang3kadang memiliki bukti empiris tetapi keban!akan tidak dapat dibuktikan secara empiris. alam Islam, pengetahuan Empiris ini termasuk pengetahuan mistik ialah pengetahuan !angdiperoleh melalui .alan tasawu". +engetahuan !ang diperoleh misal tercakup dalam istilah marifah$ al-ittihad, atau hulul. +engetahuan %us"kas"afah, .uga adalah pengetahuan mistik dalam tasawu" !ang diperoleh memang bukan melalui .alan indera ataupun >asio. +engetahuan mistik ini ialah pengetahuan !ang supra rasional tapi kadang memiliki bukti empiris. Yang men.adi 9b.ek pengetahuan mistik adalah ob.ek !ang abstrak3supra3 rasional, seperti alam gaib termasuk Tuhan, malaikat, surga, neraka, .in dan lain3 lain. 9b.ek !ang han!a dapat diketahui melalui pengetahuan mistik ialah ob.ek3 ob.ek !ang tidak dapat dipahami oleh rasio, !aitu ob.ek Supra3natural (supra rasional). 9b.ek ini tidak dapat dimengerti begitu sa.a karena kita tak bisa menggunakan rasio, sebab ob.ek n!a !ang irasional misal ilmu kebal, debus, pelet dll. -alau kita ingin tahu kita perlu menempuh dengan memahami pengetahuan mistik dengan .alan supra3rasional

F. Metode #lmiah alam pembahasan kali ini, kita akan men.umpai berbagi pandangan. Sebagaian orang berpendapat, bahwa apa !ang disebut metode ilmiah ialah apa !ang dewasa ini dikenal sebagai metode pengetahuan alam. +endirian inilah !ang disebut metode monisme, khususn!a dalam bentuk naturalisme. +ada asasn!a, metode tersebut menolak perbedaan hakiki di antara berbagai .enis ob.ek, serta men.adi segenap ob.ek pengetahuan alam. -ekurangan pendirian ini .elas setelah uraian di atas. 2enurut pendirian lain, setiap .enis ob.ek menuntut metode tertentu. )erdasarkan pandangan itu, dapat dibedakan antara metode ilmu apriori, metode ilmu pengetahuan alam, dan metode ilmu pengetahuan agama. +endirian ini tidak pula dapat dibenarkan, bahwa suatu ilmu mungkin membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menurut berbagai metode. $. Metode aksiomatis atau dedukti%

asar metode ini telah kita kenal dalam silogisme. ?umlah bentuk silogisme !ang diapandang tepat ada 57 buah. -ebenaran suatu silogisme bergantung pada kebenaran premis3 premisn!a, !akni pendapat3pendapat !ang menimbulkan kesimpulan. Terdapat tiga unsur !ang dapat dipersoalkan dalam hubungann!a dengan pembenaran. +ertama, tiap pengertian !ang digunakan dalam perdalillan, hendakn!a ditegakkan dengan batasan atau de"inisi. Sebuah batasan dimaksudkan menerangkan sebuah pengertian secara eskpilit. engan perkataan lain, sebuah de"inisi hendakn!a memaparkan segenap ciri hakiki atau isi pengertian. 0nsur kedua, ialah aksioma. +erdalillan berpangkal pada aksioma, !aitu pendapat !ang kebenarann!a bersi"at e#iden, serta tidak dapat dibuktikan 0nsur ketiga, ialah postulat !ang merupakan pangkal perdalillan. 4dapun postulat itu sendiri merupakan pendapat !ang kebenarann!a tidak bersi"at e#iden, serta tidak dapat dibuktikan.

&.

Metode redukti% "ang indukti%

2etode ini merupakan kesimpulan umum berdasarkan data3data khusus !ang terdiri atas langkah3langkah sebagai berikut. 5. perumusan hipotesis

Sebuah hipotesis merupakan sebuah .awaban sementara terhadap masalah !ang diselidiki. -ebenaran hipotesis tersebut harus diu.i dalam penelitian. 6endakn!a, hipotesis ini berda sarkan perumusan anggapan dasar, !aitu pendapat !ang mendasari hipotesis itu dipandang benar tanpa pembuktian

&.

pengumpulan data ata dikumpulkan atas dasar hipotesis. 6asil pen!elidikan bergantung pada ketertiban pengumpulan data ini. +engumpulan data dilakukan berdasarkan obser#asi dan eksperimen

;.

klasi"ikasi data ata harus diklasi"ikasikan untuk memungkinkan ditarikn!a kesimpulan.

(.

generalisasi Inilah !ang dimaksud kesimpulan, !aitu suatu pendapat !ang bersi"at umum, kerap kali disebut hukum atau kaidah. 2etode ini oleh Windelband disebut nometis.

'.

Metode redukti% "ang tidak induki%

engan induksi , kita sampai pada generalisasi. 4dapun metode redukti" !ang tidak indukti" tidak tertu.u pada generalisasi, tetapi pada indi#idualisasi. alam metode ini, tidak dikumpulkan data !ang serupa !ang memungkinkan kesimpulan dalam bentuk generalisasi, tetapi bermacam3 macam data sekitar sesuatu hal !ang indi#idual. 2etode ini oleh Windelband disebut metode ideogra"is. alam hubungan ini , ilthe! membedakan antara menerangkan (erklaren) dan memahami (#erstehen). Terhadap ob.ek !ang berdasarkan atas hubungan kausal dapat dilakukan ob.ekti#asi, !aitu bahwa antara sub.ek (pen!elidik) dan ob.ek tidak perlu ada hubungan tertentu untuk mengenal ob.ek tertentu. Aara mengenal atau menerangkan ini disebut erklaren. Selain itu , ada pb.ek !ang menuntut sub.ek agar ia menempatkan diri di tempat ob.ek atau melakukan identi"ikasi dengan ob.ek.

(.

Metode %enomenologis

2etode ini bukan suatu metode di samping metode3metode lain, melainkan suatu persiapan terhadap metode lain dalam pen!elidikan ilmu empiris. +ada garis besarn!a , metode ini menuntut langkah3langkah sebagai berikut. 5. reduksi "enomologis 2enurut husserl, "enomena (ge.ala) !ang kita hadapi bukanlah "enomena itu sendiri atau "enomena !ang murni, melainkan disisipi data3data !ang bersi"at aksidental. >eduksi "enomologis dimaksudkan mencapai "enomena murni dengan .alan mengurung (einklammeren) data aksidental itu. 4dapun data tersebut terutama terletak pada tiga bidang. Yaitu sebagai berikut.

a. b. c. &.

sub.ekti#itas ialah mengurung segala sesuatu !ang bersi"at sub.ekti". Teori ialah mengurung hipotesis, anggapan dasar, antara lain asumsi dan postulat Tradisi ialah mengurung segala sesuatu berdasarkan tradisi, adat, kebiasaan, dan pendapat orang lain.

redukti" eiditis >eduksi !ang bertu.uan mencapai hakikat "enomena murni !ang dilakukan pada dua tara" adalah sebagai berikut. a. Tara" pertama tidak kan dipersoalan apakah "enomena itu benar $ada% atau tidak dengan maksud meniadakan masalah idealisme dan realisme, tetapi han!a mempersoalkan apakah "enomena itu, dan bagaimanakah "enomena itu. Tara" kedua dilakukan reduksi terhadap ciri3ciri !ang tidak hakiki pada "enomena murni sehingga hakikat "enomena murni

b. ;.

bahasa dan metode ilmiah Suatu masalah !ang dihadapi setiap metode ialah perumusan sesuatu pendapat dalam bahasa. alam uraian tentang logika, telah dikemukakan kepentingan penggunaan bahasa secara tertib. ewasa ini, penertiban bahasa menarik ban!ak perhatin dan menemukan perumusan, dalam suatu ilmu terkenal dengan nama semiotik

). Sikap #lmiah 2asalah lainn!a !ang .uga penting dalam masalah ilmu pengetahuan adalah sikap terhadap ilmu atau sikap seorang ilmuwan. Sikap ilmiah !ang baik dan melahirkan perilaku berilmu !ang baik pula sesuai dengan hakikat dan tu.uan ilmu pengetahuan itu sendiri. Sebalikn!a , para ahli psikologi men!atakan, bahwa sikap tidak selalu dan tidak dengan sendirin!a melahirkan tingkah laku. Tingkah laku baru muncul .ika sikap sikap didukung oleh kesempatan dan adan!a penilaian pribadi !ang bersesuaian, mustahil tingkah laku ter.adi. 9leh karena itu, sikap ilmiah penting men.adi salah satu pembicaraan dalam epistemologi. )erkenaan dengan hal tersebut, terdapat beberapa butir !ang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut 5. &. ;. (. <. G. +enggunaan ilmu harus berman"aat untuk tu.uan !ang lebih .auh dan lebih luhur. ?adi, penggunaan ilmu tidak sekadar untuk memenuhi kebutuhan sesaat atau .angka pendek Ilmu pengetahuan, selain mengikuti maksud dan tu.uan umumn!a,hendakn!a diterapkan menurut maksud khas dan prosedur teknis cabang ataupun subcabang tiap3tiap ilmu. -ebenaran ilmiah tidak dapat dipalsukan, tetapi perlu bi.aksana disampaikan sesuai dengan kebutuhan@nilai pentingn!a, dan suasana nilai buda!a@agama@moralitas, serta lingkungann!a. -ebenaran ilmiah tidak digunakan untuk mencari keuntungan dengan merugikan pihak lain atau dengan maksud menguntungkan sebagaian pihak. -eterbukaan ilmiah, se!ogian!a dilaksanakan dengan memerhatikan oentingn!a kerahasiaan .ika dirasakan perlu. +enggunaan ilmu pengetahuan tertentu harus disertai kesiapan bertanggung .awab akibat dan konsekuensin!a

*. Catatan Akhir Epistemologi merupakan cabang "ilsa"at !ang kedua, ia membahas persoalan bagaimana manusia dapat memperoleh pengetahuan dan bagaimana capaian pengetahuan manusia itu dapat dibenarkan. Epistemologi memiliki "ungsi !ang sangat "undamental mulai sebagai landasan bagi tindakan manusia sehari3hari, pengembangan keari"an dalam berpengetahuan, hingga sebagai sarana untuk pen!adaran bahwa di dunia ini terdapat #ariasi kebenaran !ang dimilik manusia !ang oleh karenan!a manusia la!ak men.adi manusia !ang sempurna (insan kamil). Epistemologi membahas beberapa persoalan penting seperti membahas tentang ob.ek pengetahuan manusia, seperti membahas tentang ob.ek pengetahuan manusia, sumber pengetahuan, klasi"ikasi pengetahuan, hingga kadar pengetahuan manusia. Terkait dengan ob.ek pengetahuan manusia, dapat dibedakan men.adi ob.ek !ang empiris, ideal, dan transenden.

Anda mungkin juga menyukai