Anda di halaman 1dari 29

Tugas Farmasi Fisika

Dosen : Dina Rahmawanty, S.Far, M.Farm., Apt.

Larutan dan Kelarutan Kesetimbangan Ion, Larutan Dapar, dan Larutan Isotonis

Kelompok 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Nasrullah Antung Lisa Ariati Weni Wulandari Meilinda Puspitasari Lingga Ayudia Rizki Hardianti Mina Zamzami Nisa Abdina Wilujeng Dwiprasetyo M. Hidayatullah Rahmina Aulia Ahmad Nazar Winarto Raudatul Jannah Selvia Muliana Yulia Pujianti Nor Aida Anggi Nur Deswanti Nurlita Adilla J1E112205 J1E109029 J1E109221 J1E111207 J1E112006 J1E112012 J1E112021 J1E112028 J1E112037 J1E112044 J1E112051 J1E112061 J1E112064 J1E112072 J1E112017 J1E112084 J1E112203 J1E112216

Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNLAM 2013

1.

ASAM, BASA, DAN GARAM A. Asam Asam menurut Arrhennius berarti suatu zat yang apabila terlarut dalam air dapat menghasilkan ion H+ atau H3O+ (hidronium). Jadi, pembawa sifat asam adalah ion H+ (ion hidrogen), sehingga rumus kimia asam selalu mengandung atom hidrogen.Contoh HCl, HNO3, HClO4, H2SO4. Menurut Lewis, asam adalah suatu zat yang dapat menerima pasangan electron bebas atau sebagai akseptor pasangan electron. Contoh BF3NH3, BF3 (Barium trifosfor) (Kireina, 2013). Adapun sifat-sifat asam adalah sebagai berikut: a. Korosif, merusak bahan-bahan yang mengandung logam dan bahanbahan yang terbuat dari marmer, semen dan juga berbahaya terkena kulit (pada keadaan pekat) b. Rasanya asam c. Memerahkan kertas lakmus d. Zat elektrolik yang bila dilarutkan dalam air akan membentuk larutan yang dapat menghantarkan arus listrik e. Menghasilkan ion H+ dalam air f. Dapat bereaksi dengan logam menghasilkan H2 g. Dapat mengubah warna zat yang dimiliki oleh zat lain (dapat dijadikan indikator asam atau basa) h. Memiliki pH kurang dari 7 (pH < 7) i. Menghasilkan oksida logam (karat) dan gas H2 (Sriyanto, 2011). B. Basa Basa menurut Arrhennius adalah suatu zat yang apabila terlarut dalam air dapat menghasilkan OH-. Oleh karena itu, semua rumus kimia basa umumnya mengandung gugus OH. Semakin banyaknya jumlah ion OH yang dihasilkan, maka semakin kuat lah sifat basanya. Contohnya KOH, NaOH, dan Ca(OH)2. Adapun menurut Lewis, basa adalah suatu zat yang dapat mendonorkan pasangan elektron bebas. Contohnya NH3. Menurut Bronsted Lowry, basa adalah spesi yang menerima proton pada

suatu reaksi pemindahan proton. Umumnya basa berwujud Kristal padat (Gunawan, 2011). Adapun sifat-sifat basa adalah sebagai berikut: a. Basa bersifat kaustik (licin) dan kalau terkena kulit terjadi sesuatu seperti lendir. Sifat ini sering kita alami kalau tangan kita terkena kapur pekat, sifat ini disebut sifat kaustik basa. b. Selain itu basa juga bersifat alkali (bereaksi dengan protein di dalam kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian). c. Berasa pahit d. Mengubah lakmus merah menjadi biru e. Basa beraksi dengan lemak menjadi biru f. Memiliki pH di atas 7 (pH > 7) g. Basa menetralkan sifat asam, sehingga dihasilkan air (H2O). h. Basa bersifat korosif (Sriyanto, 2012). C. Garam Garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Garam merupakan senyawa yang terbentuk dari reaksi antara asam dan basa. Secara umum, proses pembentukan garam dirumuskan sebagai berikut. Asam + Basa -> Garam + Air Berikut ini adalah karakteristik dari garam, adalah : 1. Memiliki titik lebur yang tinggi. 2. Merupakan senyawa ionik dengan ikatan kuat. 3. Dalam bentuk leburan atau larutan dapat menghantarkan listrik. 4. Sifat larutannya dapat berupa asam, basa, atau netral. Sifat ini tergantung dari jenis asam/basa kuat pembentuknya. (Mona, 2012). Contoh garam yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari hari, antara lain : a. Garam dapur (NaCl) yang terbentuk dari reaksi antara natrium hidroksida dengan asam klorida.

b. MgSO4 (Magnesium sulfat)/garam Inggris digunakan sebagai obat cuci perut c. CaCO3 (Calsium Carbonat) senyawa dalam batu kapur, pualam Al2(SO4)3 (aluminium sulfat) digunakan untuk menjernihkan air NaC17H35COO (Natrium Stearat) digunakan sebagai komponen utama sabun mandi. (Sriyanto, 2012). 1. ASAM KUAT, BASA KUAT, ASAM LEMAH, DAN BASA LEMAH Berdasarkan penetuan derajat keasaman (pH), maka suatu larutan tersebut memiliki pH = 7, maka larutan bersifat netral, jika suatu larutan tersebut < 7, maka larutan bersifat asam, dan apabila suatu larutan tersebut pH > 7, maka larutan bersifat basa. Asam terbagi menjadi dua, yaitu asam kuat dan asam lemah. Begitu juga pada larutan basa terbagi menjadi dua, yaitu basa kuat dan basa lemah. Pembagian ini sangat membantu dalam penentuan derajat keasaman (pH) (Petrucci, 1987). A. Asam Kuat Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya ( = 1). Asam kuat adalah asam yang dalam air sebagian besar atau seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ionnya Untuk menyatakan derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung dari

d. Na2CO3 (calsium karbonat) digunakan sebagai soda pencuci e. f.

konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya (Petrucci, 1987). Beberapa contoh senyawa yang tergolong asam kuat adalah sebagai berikut : a. Asam klorida (HCl) b. Asam nitrat (HNO3) c. Asam sulfat (H2SO4) d. Asam bromida (HBr) e. Asam iodida (HI) f. Asam klorat (HClO3) g. Asam perklorat (HClO4) (Petrucci, 1987).

B. Asam lemah Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, 1, (0 < < 1). Asam lemah adalah asam yang dalam air sebagian kecil molekulnya terurai menjadi ion-ionnya. Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi
+

asam

lemahnya keasaman

(seperti dilakukan

halnya dengan

asam

kuat).

Penghitungan

derajat

menghitung

konsentrasi [H ] (Petrucci, 1987). Beberapa contoh senyawa yang tergolong asam lemah adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. Asam format (HCOOH) Asam asetat (Asam cuka) (CH3COOH) Asam fluorida (HF) Asam kar bonat (H2CO3) Asam sitrat (C6H8O7) Asam sianida (HCN) Asam nitrit (HNO3) Asam borat (H2Bo3) Asam silikat (H2SIO3) Asam antimonit (H2SbO3) Asam antimonat (H2SbO4) Asam stanat (H2SnO3) Asam stanit (H2SnO2) Asam plumbat (H2PbO3) Asam plumbit (H2PbO4) Asam oksalat (H2C2O4) Asam benzoat (C6H5COOH) Asam hipoklorit (HClO) Asam sulfit (H2SO3) Asam sulfida (H2S) Asam fosfit (H3PO3) Asam fosfat (H3PO4) Asam arsenit (H3AsO3)

24. 25. 26. 27. 28.

Asam arsenat (H3AsO4) Asam flosianat (H5CN) Asam finol (C6H5OH)\ Asam askorbat (C5HO6) Asam laktat (C3H5O3)

(Petrucci, 1987). C. Basa kuat Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya ( = 1). Basa kuat adalah basa yang dalam air sebagian besar atau seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ionnya. Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH dari konsentrasi basanya. pH ditentukan melalui konsentrasi ion hidrogen tersebut (Petrucci, 1987). Beberapa contoh senyawa yang tergolong basa kuat adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Litium hidroksida (LiOH) Natrium hidroksida (NaOH) Kalium hidroksida (KOH) Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) Rubidium hidroksida (RbOH) Stronsium hidroksida (Sr(OH) 2) Sesium hidroksida (CsOH) Barium hidroksida (Ba(OH) 2) Magnesium hidroksida (Mg(OH) 2)

10. Berilium hidroksida Be(OH) 2) (Petrucci, 1987). D. Basa lemah Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, 1, (0 < < 1). Basa lemah adalah salah satu yang tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida dalam larutan.. Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat) (Petrucci, 1987).

Amonia adalah basa lemah yang khas. Sudah sangat jelas amonia tidak mengandung ion hidroksida, tetapi amonia bereaksi dengan air untuk menghasilkan ion amonium dan ion hidroksida. Akan tetapi, reaksi berlangsung reversibel, dan pada setiap saat sekitar 99% amonia tetap ada sebagai molekul amonia. Hanya sekitar 1% yang menghasilkan ion hidroksida (Petrucci, 1987). ). Beberapa contoh senyawa yang tergolong basa kuat adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Amonium hidroksida (NH4OH) Aluminium hidroksida (Al(OH) 3) Besi (III) hidroksida (Fe(OH) 3) Amoniak (NH3) Besi (II) hidroksida (Fe(OH) 2) Karbosium hidroksida (CA(OH) 3) Nikel hidroksida (Ni(OH) 2) Seng hidroksida (Zn(OH) 2) Kadmium hidroksida (Cd(OH) 2) Bismut hidroksida (Bi(OH) 3) Perak hidroksida (Ag(OH)) Emas (I) hidroksida (Au(OH)) Emas (III) hidroksida (Au(OH)3) Tembaga (I) hidroksida (Cu(OH) 2) Tembaga (II) hidroksida (Cu(OH)) Raksa (I) hidroksida (Hg(OH)) Raksa (II) hidroksida (Hg(OH) 2) Timah (II) hidroksida (Sn(OH)2) Timah (IV) hidroksida (Sn(OH)4) Timbal (II) hidroksida (Pb(OH) 2) Mangan hidroksida (Mn(OH) 2) Kobalt (III) hidroksida (Co(OH)3) Kobalt (II) hidroksida (Co(OH) 2) Anilia (C6H5NH2) Dimetilamina ((CH3)2 NH)

26. 27. 28. 29. 30. 31.

Hidrasim (H2NNH2) Hidroksilamida (HONH2) Metilamina (CH3 NH2) Urea (H2NCONH2) Glukosa (C6H2O6) Metil hidroksida (CH3OH)C2H5NH3OH

(Petrucci, 1987). 2. TEORI BRONSTED-LOWRY Menurut teori Bronsted-Lowry, asam adalah suatu zat, bermuatan atau tidak bermuatan,yang dapat memberikan proton, sedang basa adalah suatu zat, bermuatan atau tidak bermuatan yang dapat menerima proton dari asam. Kekuatan relatif dari asam dan basa diukur oleh kecenderungan dari zat ini untuk memberi dan menerima proton. HCl adalah asam kuat karena ia mudah memberikan proton, sedangkan asam asetat adalah asam lemah karena memberikan protonnya hanya dalam jumlah kecil. Kekuatan dari asam atau basa bervariasi dengan pelarutnya. HCl adalah asam lemah di dalam asam asetat glasial dan asam asetat adalah asam kuat di dalam cairan amoniak. Karena itu, kekuatan dari asam tidak hanya tergantung pada kekuatan memberikan proton, tetapi juga pada kemampuan pelarut menerima proton dari asam. Inilah yang disebut kekuatan basa dari pelarut (Martin, 2009). Pelarut dapat diklasifikasikan sebagai protofolik, protogenik, amfiprotik dan aprotik. Protofilik adalah suatu pelarut yang dapat menerima proton dari zat terlarut. Pelarut protogenik adalah senyawa pemberi proton yang ditunjukkan oleh asam. Pelarut amfiprotik bekerja sebagai penerima proton dan pemberi proton. Pelarut aprotic seperti hidrokarbon tidak menerima juga tidak memberi proton dan dalam keadaan ini menjadi netral, sehingga berguna untuk mempelajari reaksi asam dan basa yang bebas dari pengaruh pelarut. Dalam klasifikasi Bronsted-Lowry, asam dan basa dapat sebagai anion seperti HSO4- dan CH3COO-, kation seperti NH4+ dan H3O+, atau molekul netral seperti HCl dan NH3. Air dapat bekerja baik sebagai asam atau basa dan oleh karena itu disebut amfiprotik. Reaksi asam-basa terjadi bila asam bereaksi dengan basa untuk membentuk asam baru dan basa baru.

Karena reaksi menyangkut perpindahan proton, hal ini dikenal sebagai reaksi protolitik atau protolisis (Martin, 2009). 3. KESETIMBANGAN ASAM-BASA Kesetimbangan asam basa adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion hydrogen yang diproduksisetara dengan konsentrasi ion hydrogen yang dikeluarkan oleh sel. Kesetimbangan asam basa adalah kesetimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi hydrogen akan terus menghasilkan ion dalam jumlah sangat banyak, ternyatakonsentrasi ion hydrogen dipertahankan pada pH 7,4 (Aslinar, 2011). Tingkat kekuatan suatu asam melukiskan ukuran tingkat kemudahan ion hidrogen yang dapat dilepaskan dari spesies yang bersangkutan. Ukuran yang umum untuk asam dan basa adalah perbandingannya relatif terhadap air dalam hal tetapan keseimbangan. Untuk asam, tetapan ini diidentifikasi sebagai tetapan ionisasi asam, Ka. Reaksi keseimbangan asam dengan rumus HA adalah: HA (aq)+H2O (l) <> H3O+ (aq) +A- (aq), sehingga rumusan tetapan keseimbangan ionisasinya adalah Ka= [H3O+][A-]/[HA] (Winarto, 2013). Karena nilai tetapan melibatkan numerik dengan pangkat / eksponen sangat kecil hingga sangat besar, maka ukuran kuantitatif kekuatan asam lebih sering dinyatakan dalam pKa dengan pKa = - log Ka. Dengan demikian, makin kuat suatu asam makin besar nilai Ka atau makin negatif nilai pKa (Winarto, 2013). Untuk basa, tetapan kesetimbangan diidentifikasi sebagai tetapan ionisasi basa, Ka. Reaksi keseimbangan basa dengan rumus A- adalah: A- (aq)+H2O (l) <> HA (aq) +OH- (aq) Oleh karena itu rumus tetapan keseimbangan ionisasinya adalah Kb= [HA][OH-]/[A-] dan secara sama pKb=-log Kb. oleh karena itu dapat dipahami bahwa semakin kuat suatu basa makin besar nilai Kb atau makin kecil nilai pKb (Winarto, 2013).

Berikut adalah faktor-faktor menyebabkan pergeseran kesetimbangan: a. Perubahan konsentrasi (dM) Jika konsentrasi zat ditambah, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser menjauhi zat yang ditambah. Jika konsentrasi zat dikurangi, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser mendekati zat yang dikurang. b. Perubahan tekanan (dP) dan volume (dV) Jika tekanan diperbesar, berarti volume mengecil, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah koefisien kecil. Jika tekanan diperkecil, berarti volumenya bertambah, maka reaksi kesetimbangan akan begeser ke arah koefisien besar. c. Perubahan suhu (dT) Jika suhu dinaikan, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah endoterm (dH=+). Jika suhu diturunkan, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah eksoterm (dH=-). (Mistry, 2012) Tetapan kesetimbangan (K) ada dua macam, yaitu Kc dan Kp. Kc adalah tetapan kesetimbangan yang dihitung berdasarkan jumlah

konsentrasi/molaritas (M) dan Kp adalah tetapan kesetimbangan yang dihitung berdasarkan jumlah tekanan parsial gas (P). Secara umum rumusan K adalah perkalian jumlah zat di ruas kanan masing-masing dipangkatkan koefisiennya dibagi perkalian jumlah zat di ruas kiri masing-masing dipangkatkan koefisiennya. Jumlah (molaritas/tekanan parsial) yang dipakai pada perhitungan Kc/Kp adalah jumlah pada saat kesetimbangan. Jika jumlah zat-zat saat kesetimbangannya belum diketahui, maka dapat dicari dengan membuat tabulasi data (pentabelan data dari jumlah zat pada saat mula-mula (m), bereaksi (b), dan saat kesetimbangan (s) (Mistry, 2012). Jika fase zat dalam reaksi kesetimbangan adalah solid (s), loquid (l), larutan (aq), dan gas (g), maka dapat dihitung Kc dan Kp dengan melibatkan jumlah zat dari zat yang berfase gas (g) saja. Jika fase zat-zatnya: s, l, dan g (tidak ada aq), maka dapat dihitung Kc dan Kp dengan melibatkan jumlah zat dari zat fase gas (g) saja. Jika fase zat-zatnya: s, l, dan aq (tanpa ada g), maka tetapan kesetimbangan yang dapat dihitung adalah Kc saja dengan melibatkan

jumlah zat dari zat fase larutan (aq) saja. Berikut adalah contoh rumus Kc dan Kp suatu reaksi kesetimbangan:

(Mistry, 2012) 4. IONISASI SECARA UMUM, IONISASI ASAM LEMAH, IONISASI BASA LEMAH, IONISASI AIR, ELEKTROLIT POLIPROTIK, IONISASI OBAT A. Ionisasi Secara Umum Ionisasi adalah proses mengubah sebuah atom atau molekul menjadi ion dengan menambahkan atau mengurangi partikel bermuatan seperti elektron atau ion. Ionisasi dapat terjadi pada salah satu dari dua cara yaitu : pertama, ketika elektron diperoleh atau hilang oleh partikel, kedua, ketika salah satu atom atau molekul menggabungkan dengan atom atau molekul yang sudah memiliki muatan. Partikel bermuatan sendiri disebut ion. Ion yang bermuatan positif disebut kation, dan ion yang bermuatan negatif disebut anion. Selain itu, ion terdiri dari satu atom disebut ion monoatomik, dan ion terdiri dari atom beberapa disebut ion poliatomik. Ionisasi sering terjadi karena jumlah elektron partikel yang dimiliki. Partikel dengan berpasangan (bahkan bernomor) elektron lebih stabil dibandingkan dengan elektron tidak berpasangan, atom dengan kulit elektron diisi juga lebih stabil dibandingkan dengan kulit elektron yang hanya diisi sebagian (Yani, 2013). Ketika partikel bertabrakan dan berinteraksi, maka elektron dari satu atom akan ditarik ke yang lain dalam rangka untuk memberikan jumlah elektron atau untuk mengisi salah satu dari kulit elektronnya. Sebuah atom dengan jumlah ganjil elektron dan hanya elektron tunggal di kulit terluarnya akan cenderung mempengaruhi elektron dalam seperti interaksi. Partikel bermuatan melalui ionisasi cenderung tidak stabil dan terjadi secara alami yang memiliki kulit elektron yang diisi dengan jumlah yang sama dari proton dan electron (Yani, 2013).

B. Ionisasi Asam Lemah Menurut konsep kesetimbangan, kecepatan dari reaksi kekanan berkurang dengan bertambahnya waktu sebagai contoh asam asetat berkurang, sedangkan kecepatan dari reaksi kebalikan dimulai pada nol dan bertambah apabila ion hidrogen dan ion asetat terbentuk dalam jumlah yang lebih besar. Pada akhirnya, kesetimbangan diperoleh bila dua kecepatan adalah sama yaitu bila Rf = Rr (1) (Martin, 2009).

Konsentrasi dari produk dan reaktan tidak perlu sama pada kesetimbangan, yang perlu adalah kecepatan reaksi ke kanan dan reaksi kebalikan harus sama. Karena persamaan (1) berlaku untuk kesetimbangan, persamaan k1 x [HAc] x [H2O] dan k2 x [H3O+] x [Ac-] dapat diletakkan sama k1 x [HAc] x [H2O] = k2 x [H3O+] x [Ac-] (Martin, 2009). C. Ionisasi Basa Lemah Basa lemah tidak terion, B, sebagai contoh NH3. Bereaksi dengan air sebagai berikut : B + H2O OH + B Kb = [OH] [BH] [B] Garam dari basa kuat dan asam lemah seperti Na asetat, terdisosisasi sempurna dalam larutan air. Ion Na tidak dapat bereaksi dengan air, karena akan membentuk NaOH yang merupakan elektrolit kuat dan akan terdisosiasi sempurna kedalam ion-ionnya (Martin, 2009). D. Ionisasi Air Konsentrasi ion hydrogen atau hidroksil dalam larutan asam atau basa dapat dinyatakan dalam gram ion per liter atau mol per liter. Larutan yang mengandung 17,008 g ion hidroksil atau 1,008 g ion hidrogen perliter dikatakan mengandung 1 gram ion atau 1 mol ion hidroksil atau ion hidrogen per liter. Disebabkan karena ionisasi air, adalah mungkin untuk menetapkan suatu hubungan kuantitatifantara konsentrasi ion hydrogen dan hidroksil dari suatu larutan air (Martin, 2009).

Konsentrasi ion hydrogen atau ion hidroksil dalam larutan asam, netral atau larutan basa dinyatakan dalam bentuk konsentrasi ion hydrogen atau lebih mudah dalam satuan pH.dalam hal yang berhubungan denan disosiasi asam dan basa lemah, air terionisasi sedikit menghasilkan ion hidrgen dan hidroksil. Seperti yang telah diselidiki, elektrolit lemah memerlukan adanya air atau sejumlah pelarut polar lainnya untuk ionisasi. Sesuai dengan itu 1 molekul air dapat dianggap sebagai zat larut elektrolit lemah yang bereaksi dengan molekul air yang lain sebagai pelarut. Reaksi autoprotolitik ini diperlihatkan sebagai : H2O + H2O H3O+ + OH (Martin, 2009).

E. Ionisasi dari Elektrolit Poliprotik Asam yang memberikan satu proton dan basa yang menerima satu proton dissebut elektrolit monoprotik. Asam poliprotik (polibasa) adalah suatu zat yang dapat memberikan dua atau lebih proton dan basa poliproyik dapat menerima dua atau lebih proton. Asam diprotik (dibasa), seperti asam karbonat, terionisasi dalam dua tahap, dan asam triprotik (tribasa) seperti asam fosfat, terionisasi dalam tiga tahap. Dalam setiap poliprotik, protolisis pertama adalah terbesar dan tahap berikutnya menjadi kurang lengkap pada setiap konsentrasi asam yang diberikan (Martin, 2009). F. Ionisasi Obat Ionisasi obat adalah proses pengubahan molekul suatu obat menjadi ion-ion. Ionisasi molekul obat merupakan hal yg penting karena terkait dengan absorbsi obat dan distribusinya dalam jaringan-jaringan tubuh. PKa obat adalah penting untuk aktivitas farmakologi sejak itu mempengaruhi baik penyerapan dan bagian obat melalui membran sel. Dalam beberapa kasus, hanya bentuk ionik dari obat aktif dalam kondisi biologis) (Oabinajah, 2013). 5. Ka, Kb, pH, pKa, pKb A. Ka dan Kb Tetapan ionisasi asam (Ka), merupakan tetapan kesetimbangan untuk reaksi kesetimbangan asam. Hal ini menunjukkan perbandingan konsentrasi reaktan dan produk pada kesetimbangan. Produk yang penting

dari reaksi ionisasi asam ialah ion hidronium dan konsentrasi ion hidronium sering diistilahkan sebagai nilai pH, yang merupakan nilai logaritma negatif dari ion hidronium (Sahri, 2010). Tetapan ionisasi basa (Kb) merupakan tetapan kestimbangan untuk reaksi kesetimbangan basa. Hubungan antara Ka dan Kb. Terdapat hubungan yang sederhana antara tetapan disosiasi dari asam lemah, Hb, dan basa konjugatnya, B-, (atau antara BH+ dan B) bila pelarutnya adalah amfiprotik. Semakin tinggi Ka, semakin kuat asam dan apabila semakin tinggi Kb, semakin kuat basa (Sahri, 2010). B. pH, pKa, dan pKb pH adalah kepanjangan dari pangkat hidrogen atau power of hydrogen. pH larutan menyatakan konsentrasi ion H+ dalam larutan. Suatu zat asam yang di masukkan ke dalam air akan mengakibatkan bertambahnya ion hidrogen (H+) dalam air dan berkurangnya ion hidroksida (OH-). Sedangkan pada basa, akan terjadi sebaliknya. Zat basa yang dimasukkan ke dalam air akan mengakibatkan bertambahnya ion hidroksida (OH-) dan berkurangnya ion hidrogen (H+). Jumlah ion H+ dan OH- di dalam air dapat di gunakan untuk menentukan derajat keasaman atau kebasaan suatu zat. Semakin asam suatu zat, semakin banyak ion H+ dan semakin sedikit jumlah ion OH- di dalam air. Sebaliknya semakin basa suatu zat, semakin sedikit jumlah ion H+ dan semakin banyak ion OH- di dalam air (Martin, 2009). pKa sering disebut juga sebagai kekuatan asam, sedangkan pKb sering disebut juga sebagai kekuatan basa. Suatu asam atau basa dikaakan kuat apabila terionisasi sempurna di dalam air. kekuatan asam bergantung pada bagaimana proton H+secara mudah dari ikatan H--X dalam spesi asam. pKa memuat dengan tepat hubungan yang sama untuk Ka sebagaimana pH digunakan untuk menunjukkan konsentrasi ion hidrogen: asam asam hidrofluorida asam metanoat asam etanoat hidrogen sulfida (Martin, 2009). Ka (mol dm-3) 5.6 x 10-4 1.6 x 10-4 1.7 x 10-5 8.9 x 10-8 pKa 3.3 3.8 4.8 7.1

Cara yang biasa untuk membandingkan kekuatan basa adalah melihat sejauh mana basa tersebut menghasilkan ion hidroksida dalam larutan. Hal ini mungkin terjadi karena basa tersebut mengandung ion hidroksida, atau karena basa tersebut mengambil ion hidrogen dari molekul air untuk menghasikan ion hidroksida. Membandingkan kekuatan basa dalam larutan: Kb Ketika basa lemah bereaksi dengan air, posisi kesetimbangan bervariasi antara basa yang satu dengan basa yang lain. Selanjutnya bergeser ke kiri, ke basa yang lebih lemah (Martin, 2009). 6. PASANGAN ASAM-BASA KONJUGAT NH3(aq) + H2O(aq) NH4+(aq) + OH(aq) Reaksi ke kanan, NH3 menerima proton dari H2O. Jadi, NH3 adalah basa dan H2O adalah asam. Pada reaksi kebalikannya, NH4
+

donor proton

terhadap OH. Oleh sebab itu, ion NH4 adalah asam dan ion OH adalah basa. Spesi NH3 dan NH4+ berbeda dalam hal jumlah protonnya. NH3 menjadi ion NH4+ melalui pengikatan proton, sedangkan ion NH4+ menjadi NH3 melalui pelepasan proton. Spesi NH4+ dan NH3 seperti ini dinamakan pasangan konjugat asam basa (Martin, 2009). Pasangan konjugat asam basa terdiri atas dua spesi yang terlibat dalam reaksi asam basa, satu asam dan satu basa yang dibedakan oleh penerimaan dan pelepasan proton. Asam pada pasangan itu dinamakan asam konjugatdari basa, sedangkan basa adalah basa konjugat dari asam. Jadi, NH4+ adalah asam konjugat dari NH3 dan NH3 adalah basa konjugat dari NH4+. Menurut Bronsted-Lowry, kekuatan asam basa konjugat adalah kebalikannya. Jika suatu senyawa merupakan asam kuat, basa konjugatnya adalah basa lemah. Kekuatan asam basa konjugat dapat digunakan untuk meramalkan arah reaksi asam basa. Suatu reaksi asam basa akan terjadi jika hasil reaksinya merupakan asam lebih lemah atau basa lebih lemah. Dengan kata lain, reaksi akan terjadi ke arah pembentukan spesi yang lebih lemah (Martin, 2009).

7. TETAPAN KEASAMAN Tetapan keasaman untuk sejumlah asam dalam bidang farmasi digunakan untuk mengetahui kecepatan eksresi obat. Adapun tetapan keasaman untuk asam lemah pada 25oC yaitu sebagai berikut : Asam lemah Asetat asetilsalisilat benzoat Borat dikloroasetat fumarat Galat Kafeina Laktat Maleat Oksalat (2H2O) Penisilin V Sakarin trikloroasetat Valerat (Martin , 1990) 8. DAPAR, PERSAMAAN DAPAR (PERSAMAAN HENDERSONBM 60,05 180,15 122,12 61,84 128,95 116,07 188,13 194,14 90,08 116,07 126,07 350,38 183,18 163,40 102,13 1,75 x 10-5 3,27 x 10-4 6,30 x 10-5 5,8 x 10-10 5 x 10
-2 pka

4,76 3,49 4,20 9,24 1,3 3,03 4,4 14,0 3,86 2,00 1,26 2,73 11,7 0,89 4,81

9,3 x 10-4 4 x 10-5 1 x 10-14 1,39 x 10-4 1,0 x 10-2 5,5 X 10 1,86 x 10-3 2,1 x 10-12 1,3 x 10-1 1,56 x 10
-5

HASSEBACH), DAN KOEFISIEN AKTIFITAS Larutan dapar adalah larutan yang dapat menahan perubahan pH karena penambahan basa atau asam dalam jumlah tertentu sesuai kapasitasnya. Nama lain dari larutan dapar adalah larutan penyangga dan larutan buffer. Komposisi dapar bisa berupa asam lemah dengan basa konjugatnya (garamnya dari basa kuat), atau basa lemah dengan asam konjugatnya

(garamnya dari asam kuat). Dapar dengan asam lemah lebih disukai karena pH lebih stabil dari pengaruh suhu. Pada basa lemah adanya pKw dalam persamaan pH dapar menyebabkan dia tidak stabil karena adanya perubahan suhu (Anita, 2012).

Dapar mempunyai beberapa besaran intensif yaitu pH dapar dan kapasitas dapar (indeks dapar, nilai dapar, koefisien dapar). pH dapar

dipengaruhi oleh pKa asam lemah atau basa lemah yang digunakan dan perbandingan asam (basa) lemah dengan basa (asam) konjugatnya, sesuai dengan persamaan Henderson=Hasselbalch berikut: Dapar dengan asam lemah: Dapar dengan basa lemah pH = pKa + log {[Garam]/[Asam]} Dapar dengan basa lemah : pH = pKw pKb + log {[Basa]/[Garam]} Dalam persamaan dapar di atas, besarnya kekuatan ionik dianggap tidak berpengaruh terhadap pH dapar. Jika kekuatan ionik diperhitungkan maka persamaannya menjadi (untuk asam lemah monobase): pH = pKa + log {[G]/[A]}= 0,5 I1/2/(1+ I1/2) (Anita, 2012). Koefisien aktivitas merupakan faktor yang digunakan dalam

termodinamika untuk menjelaskan penyimpangan dari perilaku ideal dalam campuran dari zat kimia . Dalam sebuah campuran ideal , interaksi antara setiap pasangan senyawa kimia yang sama (atau lebih, dengan entalpi dari pencampuran adalah nol) dan, sebagai hasilnya, sifat-sifat campuran dapat dinyatakan langsung dalam hal sederhana konsentrasi atau tekanan parsial zat tersebut misalnya pada hukum Raoult, atau dikenal dalam sifat anomaly air (keanehan air) (Anita, 2012). 9. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI pH LARUTAN DAPAR Faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan dapar adalah sebagai berikut: a. Penambahan larutan-larutan netral kedalam dapar mengubah pH larutan dengan berubahnya kekuatan ion. Penambahan air dengan jumlah cukup, jika tidak mengubah pH dapat mengakibatkan penyimpangan positif maupun negatif sekalipun kecil sekali, karena air selain bisa mengubah nilai koefisien keaktifan ia juga dapat bertindak sebagai basa lemah atau asam lemah. b. Pengenceran larutan dapar hingga menjadi kali kekuatan mula-mula. Bates mengatakan hal ini secara kuantitatif adalah istilah pengenceran, yaitu perubahan pH yang terjadi akibat Nilai pengenceran yang positif

menunjukkan bahwa harga pH akan naik dengan adanya pengenceran sedang nilai pengenceran negatif menunjukkan bahwa nilai pH turun dengan adanya pengenceran dapar. c. Temperatur Temperatur juga berpengaruh terhadap larutan- lariutan dapar kolthoof dan tekelenburg menyatakan istilah koefien temperatur. pH dapar asetat dijumpai meningkat dengan naikknya temperatur dapar asam relatif kecil namun pH sebagian besar dapar basa ternyata berubah lebih menyolok; hal ini disebabkan adanya nilai kW dalam persamaan dapar basa yang dapat berubah mengikuti perubahan temperature. Bates menunjukkan beberapa dapar basa yang menunjukkan perubahan pH yang sangat kecil akibat perubahan temperatur dan dapat digunakan dalam trayek pada pH 7 sampai 9. (Martin, 1990). Penting juga bagi kita untuk mengetahui bahwa larutan obat yang merupakan larutan elektrolit lemah juga dapat memperlihatkan kerja seperti larutan dapar. Larutan asam salisilat dalam dalam botol kaca lunak dipengaruhi oleh kebasaan gelas itu. Semula reaksi tersebut diduga akan menyebabkan nilai pH naik; tetapi ternyata ion natrium dari kaca lunak bersenyawa dengan ion salisilat membentuk natrium salisilat. Akibatnya larutan asam salisilat dan Natrium salisilat membentuk larutan dapar yang mencegah terjadinya perubahan pH. Aksi dapar semacam itu sebenarny terlalu lemah untuk menjegah terjadinya perubahan pH karena adanya CO2 dari udara dan kebasaan botolnya. Karena itulah dapar tambahan sering ditambahkan kelarutan obat untuk menjaga agar sitem tetap berada dalam trayek pH yang diiinginkan (Martin, 1990). 10. KAPASITAS DAPAR Kapasitas dapar adalah perbandingan penambahan basa kuat /asam kuat dengan sedikit perubahan pH yang terjadi karena penambahan itu. = B/ pH maks = 0,576 C (terjadi pada saat pH = pKa)

Kapasitas dapar yang dimilikinya memungkinkan penyimpanan lama dan dapat menyesuaikan dengan pH cairan tubuh yaitu 7,4 (Anita, 2012). 11. JENIS LARUTAN DAPAR DAN METODE PEMBUATANNYA A. Jenis Larutan Dapar Jenis Larutan Dapar terbagi menjadi dua kelompok, yaitu; a. Larutan Penyangga yang Mengandung Asam Lemah dan Garamnya Contoh : Larutan yang mengandung CH3COOH dan CH3COONa Larutan yang mengandung H2CO3 dan Na2CO3 Larutan yang mengandung H2S dan Na2S Larutan yang mengandung H3PO4 dan Na3PO4

b. Larutan Penyangga yang Mengandung Basa Lemah dan Garamnya. Contoh : Larutan yang mengandung NH4OH dan NH4Cl Larutan yang mengandung NH4OH dan (NH4)2SO4

(Utami, 2011) B. Metode Pembuatannya Larutan dapar dapat dibuat dengan pereaksi berikut, menggunakan air bebas karbondioksida P. Jika pereaksi berbentuk hablur, kecuali asam borat, sebelum digunakan lebih dahulu dikeringkan pada suhu 1100 sampai 1200 selama 1 jam Simpan larutan didalam wadah tahan terhadap zat kimia, tertutup rapat, seperti wadah kaca tipe I. Gunakan larutan dalam waktu 3 bulan. Jika terjadi kekeruhan atau telah memperlihatkan tanda kemunduran, tidak boleh digunakan.

1.

Dapar Asam Klorida Masukkan 50 ml kalium klorida 0,2 M kedalam labu tentukur 200 ml, tambahkan volume tertentu asam klorida 0,2 M kemudian tambahkan air sampai tanda. PH 1,2 1,3 1,4 1,5 2,2 (Depkes RI, 1995) Mililiter asam klorida 0,2 N 85,0 67,2 53,2 41,4 7,8

2.

Dapar Ftalat Asam Masukkan 50 ml kalium biftalat 0,2 M kedalam labu tentuku 200 ml, tambahkan volume tertentu asam klorida 0,2 M kemudian tambahkan air sampai tanda. PH 2,2 2,4 2,6 3,6 4,0 (Depkes RI, 1995) Mililiter asam klorida 0,2 N 49,5 42,2 35,5 6,3 0,1

3.

Dapar Ftalat Netral Masukkan 50 ml kalium biftalat 0,2 M kedalam labu tentuku 200 ml, tambahkan volume tertentu natrium hidroksida 0,2 M kemudian tambahkan air sampai tanda. PH 4,2 4,4 4,6 Mililiter natrium hidroksida 0,2 N 3,0 6,6 11,1

5,4 5,8 (Depkes RI, 1995) 4. Dapar fosfat

34,1 42,3

Masukkan 50 ml kalium fosfat monobasa 0,2 M kedalam labu tentuku 200 ml, tambahkan volume tertentu natrium hidroksida 0,2 M kemudian tambahkan air sampai tanda. PH 5,8 6,2 6,8 7,4 8,0 (Depkes RI, 1995) 5. Dapar Borat Alkalis Masukkan 50 ml asam borat P dan kalim klorida 0,2 M kedalam labu tentuku 200 ml, tambahkan volume tertentu natrium hidroksida 0,2 M kemudian tambahkan air sampai tanda. PH 8,0 8,6 9,2 9,6 10,0 (Depkes RI, 1995) Mililiter natrium hidroksida 0,2 N 3,9 11,8 26,4 36,9 43,7 Mililiter natrium hidroksida 0,2 N 3,6 8,1 22,4 39,1 46,1

12. LARUTAN DAPAR ISOTONIS DAN METODE PEMBUATANNYA (Liso, Metode Golongan I, dan Metode Golongan II) Larutan isotonis adalah larutan yang mempunyai tekanan osmosa sama dengan jaringan yang bersangkutan. Larutan dapar isotonis memiliki sifat koligatif yang sama dengan larutan NaCl 0,9%. A. Metode Liso Tf = Liso x C Liso = Tf / C (dalam M) B. Metode Golongan I yaitu dengan penambahan NaCl Metode golongan ini dibedakan lagi menjadi 2 yaitu a. Metode Cryoscopic dan b. Metode NaCl Ekivalen Cara ini dengan mengkonversi nilai zat ke NaCl, harga ekuivalennya ditunjukkan nilai E. Nilai E adalah jumlah NaCl yang sebanding dengan 1 gr zat. Metode ini digunakan untuk mengatur isotonisitas lebih dari satu zat dalam larutan. C. Metode Golongan II yaitu dengan penambahan air dalam jumlah tertentu sehingga membentuk larutan isotonis.Metode golongan ini dibedakan lagi menjadi 2 yaitu a. b. MetodeWhite Vincent dan Metode Sprowls

(Martin, 2009) 13. LARUTAN DAPAR DALAM SISTEM BIOLOGI DAN FARMASI A. Larutan Dapar Dalam Sistem Biologi 1. Sistem larutan penyangga dalam sel Contoh larutan penyangga di dalam sel adalah campuran asam lemah dihidrogen fosfat (H2PO4-) dan basa konjugasinya, yaitu monohidrogen fosfat (HPO42-). 2. Sistem larutan penyangga dalam cairan antarsel contoh larutan penyangga dalam cairan antarsel adalah campuran asam karbonat (H2CO3) dan basa konjugasinya, yaitu ion bikarbonat (HCO3-).

3. Sistem larutan penyangga dalam darah. Dalam plasma darah terdapat dua sistem larutan penyangga, yaitu campuran asam karbonat (H2CO3) dan basa konjugasinya (ion bikarbonat HCO3-), serta campuran asam hemoglobin (HHb) dan basa konjugasinya (HbO2-). 4. Adapun dalam sel darah merah bekerja dua sistem larutan penyangga, yaitu campuran asam karbonat (H2CO3) dan asam konjugasinya (ion bikarbonat HCO3-), serta campuaran asam hemoglobin (Hhb) dan basa konjugasinya (hemoglobin/Hb). 5. Sistem tersebut berfungsi untuk mengatur pH darah normal (7,35 7,45). Jika pH darah kurang dari 7,35 disebut asidosis. Adapun jika pH darah lebih dari 7,45 disebut alkalosis. Kematian dapat terjadi jika pH darah kurang dari 7,0 atau lebih besar dari 7,8. Berbagai zat yang masuk ke dalam tubuh atau zat hasil metabolisme yang kemudian diserap ke dalam darah, sangat mempengaruhi harga pH darah. Dengan adanya sistem larutan penyangga, penurunan atau kenaikkan pH secara drastisdapat dicegah (Tika, 2012). B. Larutan Dapar Dalam Sistem Farmasi Fungsi larutan penyangga dalam bidang farmasi (obat-obatan),

adalah banyak zat aktif yang harus berada dalam keadaan pH stabil. Perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang atau hilang sama sekali. Adanya larutan penyangga ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna. Selain aplikasi tersebut, terdapat fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4dan HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, dapat menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4. Selain itu penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat tetes mata. Pada obat tetes mata mempunyai pH yang sama dengan cairan tubuh kita, agar tidak menimbulkan efek samping (Tika, 2012).

14. CONTOH OBAT YANG TERGOLONG ASAM LEMAH, BASA LEMAH, DAN GARAM A. Contoh obat yang mengandung basa lemah: 1. Allumunium hidroksida Polysilane, antasida doen, konimag, Mylanta 2. Magnesium hidroksida Acitral, decamag B. Contoh obat yang mengandung asam lemah: 1. Asam askorbat Vitacimin 2. Asam benzoate Oskasal, mikorek,Obat kurap cap kapak C. Contoh obat yang mengandung garam: 1. Natrium Klorida Acetated ringers, expatum theracim 2. Kalium Karbonat Stomasel, Mylanta rolltabs, Calsium sandoz (Kasim, 2010).

KESIMPULAN

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari isi makalah adalah sebagai berikut: 1. Asam menurut Arrhennius berarti suatu zat yang apabila terlarut dalam air dapat menghasilkan ion H+ atau H3O+ (hidronium). Basa menurut Arrhennius adalah suatu zat yang apabila terlarut dalam air dapat menghasilkan OH-. Sedangkan garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). 2. Asam kuat adalah asam yang dalam air sebagian besar atau seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ionnya, contohnya HCl. Asam lemah adalah asam yang dalam air sebagian kecil molekulnya terurai menjadi ion-ionny, contoh CH3COOH. Basa kuat adalah basa yang dalam air sebagian besar atau seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ionnya, contohnya NaOH. Sedangkan basa lemah adalah salah satu yang tidak berubah seluruhnya menjadi ion hidroksida dalam larutan, contohnya NH3. 3. Menurut teori Bronsted-Lowry, asam adalah suatu zat, bermuatan atau tidak bermuatan,yang dapat memberikan proton, sedang basa adalah suatu zat, bermuatan atau tidak bermuatan yang dapat menerima proton dari asam. 4. Kesetimbangan asam basa adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion hydrogen yang diproduksisetara dengan konsentrasi ion hydrogen yang dikeluarkan oleh sel. Kesetimbangan asam basa adalah kesetimbangan ion hidrogen. 5. Ionisasi adalah proses mengubah sebuah atom atau molekul menjadi ion dengan menambahkan atau mengurangi partikel bermuatan seperti elektron atau ion. Jenis-jenis ionisasi adalah ionisasi asam lemah, ionisasi basa lemah, ionisasi air, ionisasi dari elektrolit poliprotik, dan ionisasi obat. 6. Semakin tinggi Ka, semakin kuat asam dan apabila semakin tinggi Kb, semakin kuat basa. pH larutan menyatakan konsentrasi ion H+ dalam larutan pH, pKa sering disebut juga sebagai kekuatan asam, sedangkan pKb sering disebut juga sebagai kekuatan basa.

7.

Pasangan konjugat asam basa terdiri atas dua spesi yang terlibat dalam reaksi asam basa, satu asam dan satu basa yang dibedakan oleh penerimaan dan pelepasan proton.

8.

Larutan dapar adalah larutan yang dapat menahan perubahan pH karena penambahan basa atau asam dalam jumlah tertentu sesuai kapasitasnya. Persamaan Henderson-Hasselbalch berikut: Dapar dengan asam lemah: Dapar dengan basa lemah pH = pKa + log {[Garam]/[Asam]} Dapar dengan basa lemah : pH = pKw pKb + log {[Basa]/[Garam]}

9.

Koefisien aktivitas merupakan faktor yang digunakan dalam termodinamika untuk menjelaskan penyimpangan dari perilaku ideal dalam campuran dari zat kimia.

10. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan dapar adalah penambahan larutan-larutan netral kedalam dapar mengubah pH larutan dengan berubahnya kekuatan ion, pengenceran larutan dapar hingga menjadi kali kekuatan mula-mula, dan temperatur. 11. Kapasitas dapar adalah perbandingan penambahan basa kuat /asam kuat dengan sedikit perubahan pH yang terjadi karena penambahan itu. 12. Jenis larutan dapar terbagi menjadi dua kelompok yaitu larutan penyangga yang mengandung asam lemah dan garamnya dan larutan penyangga yang mengandung basa lemah dan garamnya. 13. Larutan isotonis adalah larutan yang mempunyai tekanan osmosa sama dengan jaringan yang bersangkutan. Larutan dapar isotonis memiliki sifat koligatif yang sama dengan larutan NaCl 0,9%. 14. Metode pembuatan larutan dapar isotonis berdasarkan metode Liso : Tf = Liso x C Liso = Tf / C (dalam M) 15. Metode pembuatan larutan dapar isotonis berdasarkan metode Liso : 16. Metode pembuatan larutan dapar isotonis berdasarkan golongan I yaitu dengan penambahan NaCl. Metode golongan ini dibedakan lagi menjadi 2 yaitu metode cryoscopic dan metode NaCl ekivalen.

17. Metode pembuatan larutan dapar isotonis berdasarkan golongan II yaitu dengan penambahan air dalam jumlah tertentu sehingga membentuk larutan isotonis. Metode golongan ini dibedakan lagi menjadi 2 yaitu metodec white vincent dan metode sprowls. 18. Larutan dapar dalam sistem biologi berperan dalam sistem sel, cairan antarsel, plasma, dan sel darah merah. Sedangkan Larutan dapar dalam sistem farmasi adalah untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang harus berada dalam keadaan pH stabil, karena perubahan pH akan menyebabkan khasiat zat aktif tersebut berkurang. 19. Contoh obat yang mengandung basa lemah adalah Allumunium Hidroksida dan Magnesium Hidroksida. Contoh obat yang mengandung asam lemah adalah Asam Askorbat.sedangkan contoh obat yang mengandung garam adalah Natrium Klorida.

DAFTAR PUSTAKA

Anita. 2012.Larutan Dapar. http://anitabintiakhamad.blogspot.com/2012/03/larutan-dapar.html Diakses tanggal 4 September 2013 Aslinar. 2011. Keseimbangan Asam Basa http://aslinar.blogspot.com/2011/10/keseimbangan-asam-basa.html?m=1 Diakses tanggal 3 September 2013 Chayoy. 2011. Kesetimbangan Kimia. http://chayoy.blogspot.com/2011/04/makalah-kesetimbangan-kimia.html Diakses tanggal 3 September 2013 Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesi Edisi Keempat. Departemen Kesehatan. Jakarta. Gunawan, A. 2012. Asam, Basa dan Garam. http://unitedscience.wordpress.com/ipa-1/bab-2-asam-basa-dan-garam/ Diakses tanggal 2 September 2013 Kasim, F. 2010. ISO INDONESIA. PT. ISFI. Jakarta. Kireina, S. 2013. Asam, Basa dan Garam. http://regnoe.wordpress.com/ipa-1/klasifikasi-zat/asam-basa-dan-garam/ Diakses tanggal 2 September 2013 Martin, A. 1990. Farmasi Fisik Edisi Ketiga Jilid 1. Universitas Indonesia Press: Jakarta. Mistry. 2012. Kesetimbangan Kimia http://aboutche-mistry.blogspot.com/2012/11/kesetimbangan-kimia.html Diakses tanggal 3 September 2013 Mona, M. 2012. Kesimpulan Asam Basa dan Garam. http://matumona.wordpress.com/kelas-vii/asam-basa-dangaram/kesimpulan-materi-asam- basa-dan-garam/ Diakses tanggal 2 September 2013. Oabinajah. 2013. Perhitungan pH Asam dan Basa Dalam Larutan Air. http://www.scribd.com/doc/40334582/perjitungan-pH-asam-dan-basa-dalamlarutan-air Diakses tanggal 4 September 2013 Petrucci, R. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 2. Erlangga. Jakarta. Rosenberg, J. 1992. Kimia Dasar Teori dan Soal-Soal Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.

Sahri. 2010. pH Asam Basa http://www.sahri.ohlog.com/pH-asam-basa.html Diakses tanggal 4 September 2013 Sriyanto, B. 2011. Asam Basa dan Garam. http://budi-sriyanto.blogspot.com/2011/10/asam-basa-dan-garam.html Diakses tanggal 2 September 2013. Tika, 2012. Larutan Penyangga http://tikatiexa.blogspot.com/2012/04/fungsi-larutan-penyangga.html Diakses tanggal 4 September 2013 Utami, S. 2011. Lautan Buffer http://sriutami.blogspot.com/2011/03jenis/larutan-buffer.html Diakses tanggal 3 September 2013 Winarto, D. 2013. Tetapan Kesetimbangan Asam Basa http://www.ilmukimia.org/2013/01/tetapan-kesetimbangan-asambasa.html?m=1 Diakses tanggal 3 September Yani, A. 2013. Pengertian Ionisasi. http://id.svoong.com/exact-sciences/physics/2347638-pengertian-ionisasi/ Diakses tanggal 4 September 2013

Anda mungkin juga menyukai