Anda di halaman 1dari 2

PRESS RELEASE:

“BKS DEKAN FAKULTAS HUKUM PTN WILAYAH BARAT


KAJI PENGELOLAAN SDA DAN LINGKUNGAN MENURUT
UUPA”

Dalam rangka implementasi Paradigma Baru pengelolaan


Perguruan Tinggi, seperti yang telah ditetapkan dalam Higher
Longsterm Strategy (HELTS) 2003-2010 Dikti Diknas, Dekan Fakultas
Hukum PTN Wilayah Barat secara berkala mengadakan pertemuan
Badan Kerjasama (BKS) Dekan. Tahun 2009 Fakultas Hukum Universitas
Malikussaleh Aceh ditunjuk sebagai tuan rumah kegiatan Badan
Kerjasama Dekan Fakultas Hukum, pada tanggal 12-14 Oktober 2009
mengadakan Rapat Koordinasi dan Seminar Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan yang Berkelanjutan Berdasarkan Undang-undang
Pemerintahan Aceh (UUPA). Kegiatan itu akan diikuti oleh 30 Dekan dan
Pembantu Dekan Fakultas Hukum, para dosen, anggota legislatif,
eksekutif, kalangan LSM, pimpinan BUMN serta pengusaha di
kabupaten Aceh Utara dan kota Lhokseumawe. Narasumber terdiri dari
Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H., Guru Besar Ilmu Hukum dari USU Medan
dan Prof. Dr. Zulkifli Husin, M.Sc , Guru Besar Ilmu Ekonomi dari
Unsyiah Banda Aceh.
Demikian dikatakan Sulaiman, S.H., M.Hum, Dekan Fakultas
Hukum Universitas Malikussaleh (Unimal), didampingi T. Nazaruddin,
S.H., M.Hum, Wakil Ketua Panitia yang juga Pembantu Dekan II. Dalam
kesempatan itu, para Dekan Fakultas Hukum akan mengkaji
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan
berdasarkan Undang-undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh (UUPA).
Menurut Sulaiman, tujuan rapat koordinasi dekan dan seminar
yakni untuk menyatukan visi, misi, program serta kegiatan yang dapat
mendorong akselerasi peningkatan kualitas pengelolaan Fakultas
Hukum. Mengkoordinasikan dan mengimplementasikan program dan
kegiatan yang telah disepakati bersama pada setiap Fakultas Hukum.
”Kemudian yang paling penting untuk merumuskan dan
merekomendasikan Qanun dan kebijakan pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan yang berkelanjutan berdasarkan UUPA,” tegas
Sulaiman.
Pada kesempatan itu, T. Nazaruddin menambahkan, beberapa
pasal yang mengatur tentang kewenangan dan pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan yaitu pasal 156 UUPA berbunyi
Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota mengelola sumber
daya alam di Aceh, baik di darat maupun di laut wilayah Aceh sesuai dg
kewenangannya. Pasal 160; Pemerintah dan pemerintah Aceh
melakukan pengelolaan bersama sumber daya alam minyak dan gas
bumi yg berada di darat dan di laut wilayah kewenangan Aceh.
Ketentuan lebih lanjut mengenai hal tersebut diatur dg Peraturan
Pemerintah. Pasal 162: Pemerintah Aceh dan pemerintah
kabupaten/kota berwenang menerbitkan izin penangkapan ikan dan
pengusahan sumber daya alam laut lainnya di laut sekitar Aceh sesuai
kewenangannya. Pasal 165: Penduduk Aceh dapat melakukan
perdagangan dan investasi secara internal dan internasional sesuai
peraturan perundang-undangan. Serta pasal 174: Pemerintah Aceh dan
pemerintah kabupaten/kota berwenang mengeluarkan izin usaha jasa
pengerahan tenaga kerja ke luar negeri berdasarkan peraturan
perundang-undangan yg diatur dg Qanun.
Lanjut T. Nazaruddin, Aceh sebagai daerah modal yang kaya
akan sumberdaya alam, di samping memiliki potensi pengembangan
sumberdaya alam yang menjadi ‘rahmat’ yang luar biasa dari Allah Swt
bagi masyarakat Aceh dan Indonesia, namun pasca industrialisasi,
konflik dan gempa/tsunami menyimpan berbagai persoalan dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Sudah menjadi ‘rahasia
umum’ bahwa sumberdaya alam Aceh tidak sepenuhnya memberi
rahmat bagi masyarakat Aceh (bahkan sebaliknya laknat?), khususnya
karena adanya mis-orientasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan
potensi alamNya, kesenjangan serta ketidakadilan sosial. Disamping itu
pula, terdapat potensi pencemaran dan perusakan lingkungan, baik di
sektor industri, kehutanan, perkebunan, serta perikanan. “Bagaimana
substansi Rancangan Qanun Aceh tentang Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan berdasarkan UUPA? Hal inilah yang menjadi
pertanyaan urgen dan strategis yang akan dikaji dalam rapat kordinasi
dekan dan seminar BKS Dekan di Fakultas Hukum Universitas
Malikussaleh,” ujar T. Nazaruddin yang juga mahasiswa Program
Doktor PSL USU Medan. @

Anda mungkin juga menyukai