Anda di halaman 1dari 4

Mobil Otomatis: Menyelamatkan Nyawa dan Mengurai Kemacetan Oleh Kristian Tjahjono | Jagat Pintar - Kam, 26 Jan 2012

Film horor sering menggambarkan mobil yang bisa berjalan sendiri tanpa pengemudi sebagai hal yang mengerikan sebagai tanda kehadiran makhluk halus. Tetapi mungkin dalam beberapa tahun mendatang, hal itu tidak lagi menakutkan.

Mobil yang dapat menyetir sendiri, dengan bantuan komputer, akan muncul.

Sebenarnya teknologi seperti itu sudah diperlukan sekarang. Mobil otomatis tidak saja dapat menghemat bahan bakar dan mengurangi kemacetan, tapi juga mencegah kecelakaan dan menyelamatkan nyawa.

Perlu diingat, kemacetan tidak melulu disebabkan oleh jumlah mobil, tapi juga perilaku pengemudi. Kita ambil contoh kemacetan di Jakarta. Sering kali terjadi macet hanya karena ada angkutan kota atau bus yang berhenti menunggu penumpang. Banyak pula kendaraan pribadi yang berjalan perlahan dan menghambat arus karena pengemudinya sambil bermain telepon seluler.

Belum lagi jika pengemudinya menyetir dalam kondisi teler atau mabuk.

Nah, faktor-faktor manusiawi yang kadang menjadi sumber permasalahan di jalan raya ini tidak dimiliki oleh sebuah komputer dalam mobil. Komputer tidak pernah merasakan emosi, stres, marah, bingung, atau mabuk. Komputer juga dapat menghitung jarak penghentian, menjaga kecepatan, serta memiliki reaksi lebih cepat dari kebanyakan pengemudi yang ada di jalan raya saat ini.

Banyak produsen otomotif melihat manfaat dari mengembangkan mobil otomatis tersebut. General Motors, misalnya, memprediksi mobil semi-otomatis akan bermunculan beberapa tahun lagi, sedangkan mobil yang benar-benar otomatis bisa menyetir sendiri dipasarkan tahun 2020.

Mobil elektrik dari BMW juga akan dilengkapi asisten macet (traffic jam assistant) yang akan mengemudikan kendaraan pada kecepatan rendah saat sedang macet. Audi dan VW juga

mengumumkan bahwa pengembangan mobil mereka akan menuju ke arah yang sama. Bahkan Google juga sedang berkutat dengan proyek mobil yang bisa berjalan sendiri.

Bagi kota besar di Indonesia seperti Jakarta, adanya mode otomatis dapat memberikan solusi berkendara. Jika sebelumnya diberlakukan sistem 3-in-1 dan kemudian ERP, kini cukup diberlakukan wajib mode otomatis, sehingga lalu lintas dapat bergerak dengan lancar dan tertib. Tentunya jika jalanan sudah sepi atau Anda sedang ingin menyetir, mode otomatis dapat dimatikan kembali. Sayangnya, ini juga berarti bahwa kebutuhan akan tenaga sopir profesional akan semakin menurun.

Siapkah Anda disopiri komputer?

https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=169460146490191&id=166167686819437 http://id.berita.yahoo.com/blogs/jagat-pintar/mobil-otomatis--menyelamatkan-nyawa-dan-menguraikemacetan.html

http://gamertangerang.blogspot.com/2014/01/dengan-tegra-k1-audi-akan-dapat.html 10 Februari 2014

Detroit, KompasOtomotif Diperkirakan, pada pertengahan dekade ini, mobil otonomos atau swa-mengemudi, mulai dipasarkan oleh produsen untuk segmen premium. Namun para ahli dari perusahaan mobil menyimpulkan, teknologi tersebut tidak bisa dicangkokkan begitu saja. Faktor mendasar yang perlu dipertimbangkan adalah kebiasaan pengemudi. Masalah yang akan muncul, bagaimana pengemudi mengubah kebiasaan pada mobil otonomos? Kalau mobil yang masih disupiri oleh manusia secara menyeluruh, pengemudi harus fokus ke jalan! Lantas bagaimana dengan pengemudi pada otonomos? Di lain hal, tidak mudah bagi setiap orang mengubah kebiasaan. Untuk itulah para ahli mempelajari tabiat manusia menghadapi perubahan. Sama dengan kondisi sekarang, mengubah kebiasaan membaca dari buku, koran atau majalah (cetak) media digital, yaitu tablet atau iPad atau layar komputer. Aktivitas SMS General Motors (GM) salah satu produsen yang sudah memastikan akan mencangkokkan teknologi otonomos pada salah mereknya, yaitu Cadilla, baru-baru ini bersama mitra kerjanya

meneliti aktivitas pengemudi pada mobil semi dan otonomos penuh. Ditemukan fakta, perhatian pengemudi dapat ditingkatkan dengan adanya asisten canggih tersebut plus fitur keselamatan lain. Pengemudi selalu punya kebiasaan berisiko tinggi. Misalnya, mengoperasikan smarthphone atau gadget elekronik saat mengemudi. Untuk memberi rasa aman, termasuk orang-orang di sekitarnya, kami coba membuat mobil yang dapat mengemudi sendiri atau diotomatisasikan, kata Dr. Eddy Llaneras, investigator di Virginia Tech Transportation Institute. Dengan cara ini diharapkan, jalan raya bukan lagi ajang manusia menjadi korban kelalaiannya. Dijelaskan, satu dari tiga pengemudi yang disurvei oleh AAA Foundations 2011 Traffic Safety Culture Index, melakukan aktivitas, mengirim pesan singkat (SMS) atau menerima dan mengirim surat elektronik (email) selagi mengemudi. Padahal, sebagian besar mereka sebenarnya tidak suka dengan kegiatan tersebut. Lebih fokus GM juga melakukan penetlian, menguji perhatian visual supir yang mengudikan mobil dengan tangan di setir dan setir yang membelokkan kendaraan secara otomatis. Keduanya melaju pada kecepatan penuh, sama-sama dilengkapi adaptive cruise control atau kontrol jelajah pintar (bisa menyesuaikan kecepatan dengan mobil di depannya). Studi dilakukan melalui simulator di Universitas Indiana-Universitas Purdue di Indianapolis dan penelitaian oleh VTTI pada tes trek GM di Michigan. Ketika tidak berakivitas (mobil terus jalan), pengemudi punya kecenderungan membagi perhatian visual antara jalan dengan lain atau tidak lagi melihat ke jalan. Di samping itu, berdasarkan studi dismpulkan, pengemudi berpengalaman dengan tambahan fitur seperti Forward Collison Alert, membuatnya lebih fokus ke jalan sampai 126 persen ketika setir otomatik dioperasikan. Kemampuan mendeteksi dan merespon kejadian di jalan raya main tinggi. Jarak jauh Sejak puluhan tahu lalu banyak orang bermimpi punya mobil yang bisa mengemudi sendiri. Kenyataan, hanya sebagian yang bisa menyesuaikan dengan teknologi ini saat pertama kali diperkenalkan, kata John Capp, GM Director of Global Active Safety Electronics& Innovation. Untuk itulah studi ini dilakukan, membantu GM dan mitra risetnya menentukan metode terbaik agar pengemudi tetap terlibat mengemudikan mobilnya. GM kini menyiapkan teknologi Drive Assist Package yang ditanamkan pada semua Cadillac XTS dan sedan ATS yang diproduksi November mendatang. Paket ini sudah termasuk fitur adaptive cruise control kecepatan penuh dan rem darurat otomatik untuk mencegah tabrakan. Riset kebiasaan manusia bertujuan untuk membantu GM dan pemasoknya menentukan teknologi yang dibutuhkan pengemudidan memastikan sistem otonomos di masa yang akan datang benarbenar aman.

Beberapa peserta survei yang diteliti sangat tertarik dengan otonomos. Mereka menilai, teknologi ini bisa sangat membantu pengemudi ketika melakukan perjalanan jarak jauh. Beban kerja pengemudi akan menjadi lebih ringan. GM dan mitranya menyimpulkan, cara pengemudi berinteraksi dengan kendaraan dan teknologi keamanan aktif akan menjadi kunci mobil menjadi otonomos. Diharapkan akan membantu pengemudi, khususnya di jalan yang memungkinkan teknologi ini digunakan secara penuh. http://otomotif.kompas.com/read/2012/06/23/2782/Mobil.Mengemudi.Sendiri.Mulai.Dijual.Perte ngahan.Dekade.ini

Anda mungkin juga menyukai