PENDAHULUAN
Persilangan antara jalan rel dan jalan raya dikenal pula dengan istilah Perlintasan. Uraian yang akan disampaikan pada sub-bab ini ialah yang berkaitan dengan persilangan sebidang antara jalan rel dan jalan raya.
Terdapat dua kelompok jenis persilangan dengan jalan raya, yaitu: a) persilangan/perlintasan dengan penutup/palang, b) persilangan/perlintasan tanpa penutup/palang
PENDAHULUAN
Tujuan
Mengetahui perbedaan persilangan dengan penutup dan tanpa penutup, serta perancangan struktur persilangan jalan rel dengan jalan raya.
Rumusan Masalah
Apa perbedaan persilangan dengan penutup dan tanpa penutup, serta perancangan struktur persilangan jalan rel dengan jalan raya.
Manfaat
Mampu memahami persilangan dengan penutup dan tanpa penutup, serta perancangan struktur persilangan jalan rel dengan jalan raya serta menambah wawasan dan pengetahuan untuk penulis dan juga pembaca.
PENGERTIAN
Perlintasan sebidang adalah perpotongan sebidang antara jalur kereta api dengan jalan. Peringatan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan peringatan bahaya atau tempat berbahaya pada jalan di depan pemakai jalan. Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saatmengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yangmembahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghindari bahayatersebut secara aman.
Penutup Sorong
Penutup Persilangan Penutup Jungkit
Digerakkan sejajar dengan sumbu jalan rel yang terdiri atas "pagar" dengan roda-roda kecil
terdiri atas batang yang salah satu ujungnya dapat berputar pada suatu sumbu horizontal, untuk memperkecil gaya yang dibutuhkan dan untuk membuka serta menutup dan diujung diberi beban kontra (Counter Weight)
Perlintasan sebidang yang dilengkapi dengan pintu otomatis harus memenuhi ketentuan: a. pintu dengan persyaratan kuat dan ringan, anti karat serta mudah dilihat dan memenuhi kriteria fail safe; b.pada jalan dipasang pemisah lajur;
Pada persilangan atau perlintasan tanpa penutup tersebut harus tersedia daerah pandangan bebas yang memadai baik bagi pengemudi kendaraan di jalan raya maupun bagi masinis kereta api. Persyaratan ketersediaan daerah pandang bebas tersebut mengakibatkan daerah pandangan bebas dimaksud berbentuk segitiga.
De
L W
Untuk keperluan keamanan, panjang dH yang didapat dari persamaan (2.a) perlu dikalikan dengan faktor keamanan minimum sebesar 1,1. Untuk menentukan koefisien gesek (f) yang digunakan dapat menggunakan Tabel 2.1
Kasus II
Dt
VT =
VG = al J = =
Jarak-jarak minimum pandangan bebas untuk kedua kasus tersebut di atas juga diberikan oleh PT Kereta Api (persero) melalui PD 10, seperti yang tercantum pada Tabel 2.3. Perlu dicatat bahwa baik yang berikan oleh AASHIO (1984) maupun oleh PD l0 tahun 1986 jarak pandangan bebas dimaksud (lihat Gambar 2.2 dan Gambar 2.3) ialah dengan syarat medannya rata, bebas dari benda-benda penghalang setinggi 1 meter ke atas, dan diperlintasan dipasang pasang semboyan dan rambu yang sesuai dengan peraturan/ketentuan yang berlaku.
Lebar perkerasan jalan raya pada persilangana antara jalan rel dengan jalan raya baik yang tanpa atau dengan penutup/palang harus sama dengan lebar perkerasan jalan raya yang bersangkutan. Agar supaya roda kereta dapat melewali persilangan ini maka perlu disediakan alur untuk flens roda selebar 40 mm. Lebar alur dimaksud harus selalu bersih dari bendabenda yang dapat mengganggu. Penyediaan alur untuk flens roda dapat dilakukan dengan pemasangan rel lawan yang panjangnya mencapai 80 cm di luar lebar persilangan dan dibengkokkan ke dalam.
Potongan melintang persilangan sebidang antara jalan rel dengan jalan raya menggunakan perkerasan beraspal
Potongan melintang persilangan sebidang antara jalan rel dengan jalan raya menggunakan balok kayu
Potongan melintang persilangan sebidang antara jalan rel dengan jalan raya menggunakan pelat beton.
Potongan melintang persilangan sebidang antara jalan rel dengan jalan raya menggunakan pelat baja khusus
SEKIAN
TERIMA KASIH :)