Anda di halaman 1dari 21

STATUS MATA

I. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Alamat Masuk RSAM II. Anamnesa Keluhan utama : Mata kanan tidak bisa melihat disertai tanda peradangan sejak 1 bulan lalu. Keluhan tambahan : perasaan sakit pada kedua bola mata, sakit dikepala, rasa mual dan ingin muntah Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke poli mata RSAM dengan keluhan mata kanan tidak bisa melihat disertai tanda peradangan sejak 1 bulan yang lalu, pasien mengaku kedua bola matanya terasa sakit. Pasien mengaku pada awalnya merasakan sakit kepala hebat, disertai perasaan mual, dan ingin muntah. Kemudian pasien meminum obat sakit kepala yang dibeli di warung. Setelah meminum obat dari warung sakit kepala yang dirasakan pasien sedikit berkurang, tetapi pengelihatannya menjadi kabur sampai tidak bisa melihat keesokan harinya. Pasien tidak berobat ke dokter, dan hanya meminum obat yang dia beli sendiri diwarung. Tetapi sakit kepala yang ia rasakan tidak kunjung hilang, walaupun tidak sehebat sakit kepala yang ia rasakan seperti pada awal kejadian, mata kanan pasien pun tetap merah dan sering berair sehingga pasien memutuskan untuk memeriksakan diri ke RSAM. Penyakit kencing manis, dan tekanan darah tinggi disangkal pasien. Pasien menyangkal riwayat trauma di kepala. Riwayat penyakit dahulu Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi disangkal pasien. : : : : : : Tn. H 51 tahun laki-laki Petani Sepang Jaya, Bandar Lampung 20 Januari 2012

Riwayat penyakit keluarga Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti ini. Riwayat DM, dan hipertensi dalam keluarga disangkal

III.

Status oftalmologis

Ocular dextra

Ocular sinistra

6/60 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Kedudukan Normal Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Hiperemis (+)

VISUS KOREKSI SKIASKOPI SENSUS KOLORIS BULBUS OCULI SUPER CILIA PARESE/PARALYSE PALPEBRA SUPERIOR PALPEBRA INFERIOR CONJUNGTIVA PALPEBRA CONJUNGTIVA FORNICES CONJUNGTIVA BULBI SCLERA CORNEA

0 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Kedudukan Normal Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Hiperemis (+) Anikterik, hiperemis Oedem, keruh, arcus senil (+) dangkal Gambaran kripta tidak jelas Midriasis, sentral, RC (-) Jernih Tidak dilakukan Tidak dilakukan N+2 Tidak ada kelainan

Hiperemis (-) Anikterik Jernih, arcus senil (+)

CAMERA OCULI ANTERIOR IRIS PUPIL LENSA FUNDUS REFLEKS CORPUS VITREUM TENSIO OCULI SISTEM CANALIS LACRIMALIS

sedang Gambaran kripta baik, Midriasis, bulat, sentral, RC(+) Jernih Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak ada kelainan

IV.

Resume Pasien datang ke poli mata RSAM dengan keluhan mata kanan tidak bisa melihat disertai tanda peradangan sejak 1 bulan yang lalu, pasien mengaku kedua bola matanya terasa sakit. Pasien mengaku pada awalnya merasakan sakit kepala hebat, disertai perasaan mual, dan ingin muntah. Penyakit kencing manis, dan tekanan darah tinggi disangkal pasien. Pasien menyangkal riwayat trauma di kepala.

V. -

Pemeriksaan anjuran Tonometri aplanasi Funduskopi Kampimetri Test provokasi Gonioskopi

VI. VII. -

Diagnosis banding Keratitis uveitis Diagnosis kerja Glaukoma akut OD

VIII.

Penatalaksanaan 1. Bed Rest 2. Medikamentosa Segera turunkan tekanan intraokuler dengan pemberian: . . Timolol 0,50 % tetes mata, 2 kali 1 tetes tiap 4 jam Pilocarpine 2% ED gtt 3 kali sehari ODS Glaukon 250 mg tab, 3 - 4 kali sehari. Berdasarkan TIO yang ingin diturunkan KSR tab ,1 kali sehari

IX.

Prognosa Quo ad vitam Quo ad fungsionam Quo ad Sanationam : dubia ad malam : dubia ad malam : dubia ad bonam

GLAUKOMA

Glaukoma berasal dari kata Yunani Glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atropi saraf optik dan menciutnya lapang pandang. Pada kebanyakan orang, kerusakan syaraf mata ini disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam bola mata sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih yang membawa oksigen, gula dan nutrient/zat gizi penting lainnya ke bagian-bagian mata dan juga untuk mempertahankan bentuk bola mata). Pada sebagian pasien kerusakan syaraf mata bisa juga disebabkan oleh suplai darah yang kurang ke daerah vital jaringan nervus opticus, adanya kelemahan struktur dari syaraf atau adanya masalah kesehatan jaringan syaraf.

Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokular ini disebabkan : Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan. Ekskavasi glaukomatosa, penggaungan atau ceruk papil saraf optik akibat glaukoma merupakan gejala glaukoma yang mengakibatkan kerusakan pada saraf optik. Luas atau dalamnya ceruk ini pada glaukoma kongenital dipakai sebagai indikator progresivitas glaukoma. Klasifikasi Glaukoma Klasifikasi Vaughen untuk glaukoma adalah sebagai berikut : 1. Glaukoma Primer Glaukoma sudut terbuka (glaukoma simpleks) Glaukoma sudut sempit 2. Glaukoma Kongenital Primer atau infantil Menyertai kelainan kongenital lainnya 3. Glaukoma Sekunder Perubahan lensa Kelainan uvea Trauma Bedah Rubeosis Steroid dan lainnya 4. Glaukoma Absolut

Dari pembagian tersebut dapat dikenal glaukoma dalam bentuk bentuk : 1. Glaukoma sudut sempit primer dan sekunder (dengan blokade pupil atau tanpa blokade pupil) ; 2. Glaukoma sudut terbuka primer dan sekunder ; 3. Kelainan pertumbuhan, primer (kongenital, infantil, juvenil), sekunder kelainan pertumbuhan lain pada mata. Keempat jenis glaukoma di tandai dengan peningkatan tekanan didalam bola mata dan karenanya semuanya bisa menyebabkan kerusakan saraf optikus yang progresif.

PENYEBAB
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor aqueus. Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan di dalam bilik posterior melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan. Peningkatan tekanan intra okular akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapng pandabg tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

Glaukoma Primer Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, di mana tidak didapatkan kelainan yang merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah memiliki bakat bawaan glaukoma, seperti : 1. Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis bilik mata yang menyempit ; 2. Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan (goniodisgenesis), goniodisgenesis. Trabekulodisgenesis adalah : Barkan menemukan membran yang persisten menutupi permukaan trabekula. Iris dapat berinsersi pada permukaan trabekula tepat pada sklerap spur atau agak lebih ke depan. Goniodisgenesis Glaukoma primer bersifat bilateral, yang tidak selalu simetris dengan sudut bilik mata terbuka ataupun tertutup, pengelompokan ini berguna untuk penatalaksanaan dan penelitian. Untuk setiap glaukoma diperlukan pemeriksaan gonioskopi. berupa trabekulodisgenesis, iridodisgenesis dan korneodisgenesis dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis dan

Glaukoma sudut terbuka Pada glaukoma sudut terbuka, saluran tempat mengalirnya humor aqueus terbuka, tetapi cairan dari bilik mata anterior mengalit terlalu lambat. Secara bertahap tekanan intra okular akan meningkat (hampir selalu pada kedua mata) dan menyebabkan kerusakan saraf optikus, serta penurunan fungsi penglihatan yang progresif. Hilangnya fungsi penglihatan di mulai pada tepi lapang pandang dan jika tidak diobati pada akhirnya akan menjalar ke seluruh bagian lapang pandang, menyebabkan kebutaan. Glaukoma sudut terbuka sering terjadi setelah usia 35 tahun, tetapi kadang terjadi pada anak-anak. Penyakit ini cenderung diturunkan dan paling sering ditemukan pada

penderita diabetes atau miopia. Glaukoma sudut terbuka lebih sering terjadi dan biasanya penyakit ini lebih berat jika diderita oleh orang kulit hitam. Pada awalnya, peningkatan tekanan di dalam mata tidak menimbulkan gejala, lamalama timbul gejala berupa: Penyempitan lapang pandang tepi Sakit kepala ringan Gangguan penglihatan yang tidak jelas (misalnya melihat lingkaran di sekeliling cahaya lampu atau sulit beradaptasi pada kegelapan) Pada akhirnya akan terjadi penyempitan lapang pandang yang menyebabkan penderita sulit melihat benda-benda yang terletak I sisi lain ketika penderita melihat lurus ke depan. (disebut penglihatan terowongan) Glaukoma sudut terbuka mungkin menimbulkan gejala setelah terjadinya kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.

Glaukoma sudut tertutup Glaukoma sudut tertutup terjadi jika saluran tempat mengalirnya humor aqueus terhalang oleh iris. Setiap hal yang menyebabkan pelebaran pupil (misalnya cahaya redup, tetes mata midriatika atau obat tertentu) bisa menyebabkan penyumbatan aliran cairan karena tehalang oleh iris. Iris bisa menggesr kedepan dan secara tiba-tiba menutup saluran humor aqueus sehingga terjadi peningkatan intra okular secara mendadak. Glaukoma akut lebih sering terjadi pada malam hari karena pupil secara alami akan melebar di bawah cahaya yang redup.

Episode akut glaukoma sudut tertutup menyebabkan: Penurunan fungsi penglihatan yang ringan Terbentuknya limgkaran berwarna di sekeliling cahaya (Halo) Nyeri pada mata dan kepala

Gejala tersebut berlangsung hanya beberapa jam sebelum terjadinya serangan lebih lanjut. Serangan lanjutan menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan secara mendadak dan nyeri mata yang berdenyut. Penderita juga mengalami mual dan muntah. Kelopak mata membengkak, mata berair dan merah. Pupil melebar dan tidak mengecil jika diberi sinar yang terang. Sebagian besar gejala akan menghilang setelah pengobatan, tetapi serangan tersebut bisa berulang. Setiap serangan susulan akan semakin mengurangi lapang pandang penderita.

Glaukoma kongenitalis Glaukoma kongenitalis sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat gangguan perkembangan pada saluran humor aqueus. Glaukoma kongenitalis seringkali diturunkan.

GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK

Glaukoma sekunder Glaukoma sekunder terjadi jika mata mengalami kerusakan akibat: Infeksi

Peradangan Tumor Katarak yang meluas Penyakit mata yang mempengaruhi pengaliran humor Aqueus dari bilik anterior

KATARAK Adalah kekeruhan pada lensa Klasifikasi katarak: Katarak developmental Katarak degenerative Katarak komplikata Katarak traumatik

Berdasarkan stadumnya katarak dibagi menjadi 4 stadium: 1. Stadium Insipiens Stadium paling dini, belum menimbulkan penurunan visus, dan dengan koreksi, visus masih dapat mencapai 5/5-5/6. Kekeruhan terutama pada bagian perifer, berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda yang disebut sebagai spokes of wheel. 2. Stadium Imatur Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa, kekeruhan terutama di bagian posterior lensa. Pada saat pemeriksaan didapatkan shadow test (+) 3. Stadium Matur Lensa telah keruh seluruhnya, lensa tampak seperti mutiara. Pemeriksaan didapatkan shadow test (-) 4. Stadium Hipermatur Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, dan oleh karena kapsul lensa sudah rusak dan menjadi lebih permeabel, maka isi korteks dapat keluar sehingga lensa menjadi kempes, keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni, didapatkan iris yang termulan, kamera okuli anterior menjadi sangat dalam.

Pada Katarak sering terjadi glaukoma sekunder, prosesnya: Fakotopik Oleh karena proses Intumesensi, yaitu penyerapan cairan kamera okuli anterior (coa) oleh lensa, sehingga lensa menjadi cembung dan iris terdorong kedepan, coa menjadi dangkal, aliran coa tak lancar sedangkan produksi humor aqueus terus berlangsung, sehingga tekanan intraokuler meninggi dan menimbulkan glaukoma. Hal ini tidak selalu terjadi, umumnya pada stadium katarak imatur. Fakolitik Lensa yang keruh, jika kapsulnya menjadi rusak, substansi lensa yang keluar akan diresorbsi oleh serbukan fagosit atau makrofage yang banyak di coa, serbukan ini sedemikian banyaknya sehingga dapat menyumbat sudut coa dan menyebabkan glaukoma Penyumbatan dapat pula oleh karena substansi lensa sendiri yang menumpuk di sudut coa, terutama bagian kapsul lensa, dan menyebabkan exfolation glaukoma. Fakotoksik Substansi lensa di coa merupakan zat toksik bagi mata (protein asing) sehingga terjadi reaksi alergi dan timbullah uveitis. Uveitis ini dapat menyebabkan glaukoma Terapi Glaukomanya diobati seperti glaukoma akut, dan bila tekanan intraokulernya sudah turun/tenang, lensanya dikeluarkan.

Glaukoma Simpleks Glaukoma simpleks adalah glaukoma yang penyebabnya tidak diketahui. Merupakan suatu glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik mata terbuka. Glaukoma simpleks ini diagnosisnya dibuat bila ditemukan glaukoma pada kedua mata pada pemeriksaan pertama, tanpa ditemukan kelainan yang dapat merupakan penyebab. Pada umumnya glaukoma simpleks ditemukan pada usia lebi dari 40 tahun, walaupun penyakit ini kadang kadang ditemukan pada usia muda. Diduga glaukoma simpleks diturunkan secara dominan atau resesif pada kira kira 50 % penderita, secara

genetik penderitanya adalah homozigot. trabekulum dan kanal Schlemm.

Terdapat pada 99 % penderita glaukoma

primer dengan hambatan pengeluaran cairan mata (akuos humor) pada jalinan Terdapat faktor resiko pada seseorang untuk mendapatkan glaukoma seperti diabetes melitus dan hipertensi, kulit berwarna dan miopia. Bila pengaliran cairan mata (akuos humor) keluar di sudut bilik mata normal maka ini disebut glaukoma hipersekresi. Ekskavasi papil, degenarasi papil dan gangguan lapang pandang dapat disebabkan langsung atau tidak langsung oleh tekanan bola mata pada papil saraf optik dan retina atau pembuluh darah yang memperdarahinya. Mulai timbulnya gejala glaukoma simpleks ini agak lambat yang kadang kadang tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan. Pada keadaan ini glaukoma simpleks tersebut berakhir dengan glaukoma absolut. Pada glaukoma simpleks tekanan bola mata sehari hari tinggi atau lebih dari 20 mmHg. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang mengakibatkan terdapat gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa disadari oleh penderita. Akibat tekanan tinggi akan terbentuk atropi papil disertai dengan ekskavasio glaukomatosa. Gangguan saraf optik akan terlihat sebagai gangguan fungsinya berupa penciutan lapang pandang. Pada waktu pengukuran bila didapatkan tekanan bola mata normal sedang terlihat gejala gangguan fungsi saraf optik seperti glaukoma mungkin akibat adanya variasi diurnal. Patut dipikirkan kemungkinan pengukuran tekanan dilakukan dalam kurva rendah daripada variasi diurnal. Dalam keadaan maka dilakukan uji Glaukoma provokasi minum air,pilokarpin, uji variasi diurnal dan provokasi steroid. keluhan pasien amat sedikit atau samar. Misalnya mata sebelah terasa berat, kepala pening sebelah, kadang kadang penglihatan kabur dengan anamnesa tidak khas. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan memerlukan kaca mata koreksi untuk presbiopia lebih kuat dibanding usianya. Kadang kadang tajam penglihatan tetap normal sampai keadaan glaukomanyua sudah berat.

primer yang kronis dan berjalan lambat sering tidak ketahui bila mulainya, karena

Bila diagnosis sudah dibuat maka penderita sudah harus memakai obat seumur hidup untuk mencegah kebutaan. Tujuan pengobatan pada glaukoma simpleks adalah untuk memperlancar pengeluaran cairan mata (akuos humor) atau usaha untuk mengurangi produksi cairan mata (akuos humor). Diberikan pilokarpin tetes mata 1 4 % dan bila perlu ditambah dengan asetazolamid 3 kali satu hari. Bila dengan penobatan tekanan bola mata masih belum terkontrol atau kerusakan papil saraf optik berjalan terus disertai debfa penciutan kampus progresif maka dilakukan pembedahan. Pengobatan glaukoma simpleks : Bila tekanan 21 mmHg sebaiknya dikontrol rasio C/D, periksa lapang pandangan sentral, temukan titik buta yang meluas dan skotoma sekitar titik fiksasi. Bila tensi 24 30 mmHg, kontrol lebih ketat dan lakukan pemeriksaan di atas bila masih dalam batas - batas normal mungkin suatu hipertensi okuli. Bila sudah dibuat diagnosis glaukoma di mana tekanan mata di atas 21 mmHg dan terdapat kelainan pada lapang pandangan dan papil maka berikan polikarpin 2 % 3 kali sehari. Bila pada kontrol tidak terdapat perbaikan, ditambahkan timolol 0,25 % 1 2 dd sampai 0,5 %, asetazolamida 3 kali 250 mg atau epinefrin 1 2 %, 2 dd. Obat ini dapat diberikan dalam bentuk kombinasi untuk mendapatkan hasil yang efektif. Bila pengobatan tidak berhasil maka dilakukan trabekulektomi laser atau pembedahan trabekulektomi. Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini. Pembedahan tidak seluruhnya menjamin kesembuhan mata. Tindakan pembedahan merupakan tindakan untuk membuat filtrasi cairan mata (akuos humor) keluar bilik mata dengan operasi Scheie, trabekulektomi dan iridenkleisis. Bila gagal maka mata akan buta total. Pada glaukoma simpleks ditemukan perjalanan penyakit yang lama akan tetapi berjalan terus sampai berakhir dengan kebutaan yang sebut sebagai glaukoma absolut. Karena perjalanan penyakit demikian maka glaukoma simpleks disebut sebagai maling penglihatan.

Anjuran dan Keterangan Pada Penderita Glaukoma Primer Sudut Terbuka Penyakit ini tidak nyata dipengaruhi emosi Olah raga merendahkan tekanan bola mata sedikit Minum tidak boleh sekaligus banyak, karena dapat menaikkan tekanan Tekanan darah naik cepat akan menaikkan tekanan bola mata Tekanan darah tinggi lama bila diturunkan cepat akan mengakibatkan bertambah terancamnya saraf mata oleh tekanan mata Penderita memerlukan pemeriksaan papil saraf optik dan lapang pandangan 6 bulan satu kali. sering. Diagnosis banding glaukoma sudut terbuka adalah glaukoma bertekanan rendah, glaukoma sudut tertutup kronik, glaukoma sekunder dengan sudut terbuka, dan glaukoma dibangkitkan steroid. Glaukoma (Martin Doyle) GL Sudut Tertutup Serangan Tipe penderita B.M.D Sudut B.M.D Halo Papil Tekanan Kampus Pengobatan Orogosis Dekade ke 5 Emosional Dangkal Sempit + serangan Ekskavasi bila lanjut Naik bila diprovokasi + bila lanjut Dini, indektomi Dini, baik GL Simpleks Dekade ke 6 Anteriosklerotik Normal Biasa terbuka + dini Variasi diurnal tinggi Bjerrum, kontriksi Obat, bila gagal, filtr Sedang / buruk GL Infantil Bayi Lk > Pr Dalam sekali Kel. Kongenit Dalam sekali Tinggi Goniotomi Buruk Bila terdapat riwayat keluarga glaukoma, buta, miopia tinggi, anemia, hipotensi, mata satu atau menderita diabetes melitus, maka kontrol dilakukan lebih

Glaukoma Absolut Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit / terbuka) di mana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alkohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit. DIAGNOSA Pemeriksaan mata yang biasa dilakukan adalah: Pemeriksaan dengan Oftalmoskop, menunjukkan adanya perubahan pada saraf optikus akibat glaukoma. Pengukuran tekanan intraokuler dengan tonometri Tekanan intraokuler yang normal berkisar antara 15-20 mmHg. Umumnya tekana 24,4 mmHg masih dianggap batas tertinggi. Tekanan 22 mmHg dianggap high normal, dan kita harus waspada. Kadang glakoma terjadi pada tekanan yang normal. Pengukuran lapang pandang Ketajaman penglihatan Tes refraksi Respon refleks pupil Pemeriksaan slit lamp Pemeriksaan gonioskopi (untuk mengamati saluran humor aqueus)

PENGOBATAN Penanganan termasuk:

Tetes mata: cara ini merupakan yang paling umum dan sering dan harus dilakukan secara teratur. Sebagian pasien akan mendapatkan respon yang baik dari suatu obat, sementara yang lainnya bisa tidak mendapatkan respon, namun pemilihan pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan tipe glaukomanya.

Laser (laser trabeculoplasty): ini dilakukan jika obat tetes mata tidak menghentikan kerusakan penglihatan. Pada kebanyakan kasus, meski telah dilakukan tindakan laser ini, obat tetes mata tetap harus diberikan. Tindakan laser ini tidak memerlukan pasien untuk dirawat di rumah sakit.

Pembedahan (trabeculectomy) : ini dilakukan jika tetes mata dan penanganan dengan laser gagal untuk dapat mengontrol tekanan bola mata. Sebuah saluran dibuat untuk memungkinkan cairan mata mengalir keluar. Tindakan ini dapat menyelamatkan sisa penglihatan yang ada tapi tidak memperbaiki pandangan

Glaukoma sudut terbuka Obat tetes mata biasanya bisa mengendalikan glaukoma sudut terbuka. Obat yang pertama diberikan adalah Beta-blocker (misalnya timolol maleat, betaksolol, karteolol, levobunolol atau metipranolol) yang kemungkinan akan megurangi pembentukan humor aqueus. Juga dapat diberikan pilokarpin (miotikum) untuk memperkecil pupil dan meningkatkan pengaliran cairan atau mengurangi pembentukan humor aqueus). Obat lainnya yang juga diberikan adlah epinefrin, dipiverin dan karbakol (untuk memperbaiki pengaliran atau mengurangi pembentukan humor aqueus). Jika glaukoma tidak dapat dikontrol dengan obat-obatan atau efek sampingnya tidak dapat ditolerir oleh penderita, maka dilakukan pembedahan untuk meningkatkan pengaliran cairan dari bilik anterior. Digumakan sinar laser umtuk membuat lubang di dalam iris atau dilakukan pembedahan utuk memotong sebagian iris (iridotomi). Glaukoma sudut tertutup Minum larutan gliserin dan air bisa mengurangi tekanan dan menghentikan serangan glaukoma. Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya Asetazolamid).

Tetes mata pilokarpin menybabkan pupil miosis, sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat. Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata beta-blocker. Setelah suatu serangan, pemberian pilokarpin dan beta-blocker serta karbonik anhidrase biasanya terus dilanjutkan. Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan iasanya diberikan manitol intravena. Terapi laser untuk membuat lbang pada iris akan membantu mencegah serangan berikutnya dan sering kali menyembuhkan penyakit secara permanen. Jika glaukoma tidak dapat diatasi dengan terapi laser, dilakukan pembedahan untuk membuat lubang pada iris. Jika kedua mata memiliki saluranyang sempit, maka kedua mata diobati meskipun serangan hanya terjadi pada salah satu mata. Glaukoma Kongenitalis Untuk mengatasi glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan

PENCEGAHAN Tidak ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya glaukoma sudut terbuka. Jika penyakit ini ditemukan secara dini, maka hilangnya fungsi penglihatan dan kebutaan bisa dicegah dengan pengobatan. Orang-orang yang memiliki resiko menderita glaukoma sudut tertutup sebaiknya menjalani pemeriksaanmata yang rutin dan jika resikonya tinggi sebaiknya menjalani iridotomi untuk mencegah serangan akut.

DAFTAR PUSTAKA

Asbury Taylor, Sanitato James J. Trauma, dalam Vaughan Daniel G, Abury Taylor, Eva Paul Riordan. 2000. Oftalmologi Umum Edisi 14. Widya Medika: Jakarta. Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran . Edisi 25. EGC: Jakarta. Ilyas Sidharta, Prof, dr, DSM. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi ketiga Cetakan V. Balai Penerbit FKUI: Jakarta. James, B, dkk. 2002. Oftalmologi. Edisi 9. Erlangga: Jakarta. Wijaya, N. 1993. Ilmu Penyakit Mata.. Edisi revisi 6. KDT: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai