Anda di halaman 1dari 24

LINGUISTIK :FONOLOGI DAN MORFOLOGI

PENGERTIAN BAHASA

Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disusun berdasarkan kesepakatan bersama
yang digunakan sebagai alat komunikasi dalam rangka menjalankan interaksi
sosial. Interaksi yang dapat terjadi dapat menggunakan :
Ä bunyi → verbal
Ä tulis → lambing terhadap bunyi

Beberapa dasar tentang berbahasa :


Bebicara → bunyi
Mendengarkan → menyimak
Menulis → lambing
Membaca → memahami lambing

Linguistik : Ilmu yang mempelajari tentag bahasa


Linguistik dapat dibagi menjadi beberapa cabang :
Fonologi
Morfologi
Etimologi
Semantik
Sintaksis

FONOLOGI

Fonologi berasal dari kata fona/fonem/bunyi. (fona = bahasa)


Fonologi adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tenatng bunyi-bunyi bahasa.

Dalam fonologi, secara umum dibicarakan :


o Fonetik, mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan fungsinya, yaitu
bagaimana
bunyi ujaran dan alat ucap menusia menghasilkan bunyi bahasa tersebut.
o Fonemik, ilmu yang mempelajari bunyi ujaran yang berfungsi membedakan arti.

Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat artikulator.


Artikulator :
o Paru-paru
o Tenggorokan
o Rongga mulut
o Hidu
Titik Artikulator :
o Bibir
o Lidah

1
o Langit-langir
o Gigi
o Pita suara

Bunyi Vokal : bunyi yang tidak mengalami hambatan di daerah artikulator.


o Disebut huruf hidup karena dapat berdiri sendiri dan dapat mengihupkan
konsonan.
o Terdiri dari : a, i, u, e,o.
o Diftong → au, ai, oi
o Klasifikasi vokal :
Berdasarkan bentuk bibir
· Vokal bulat → a, o, u
· Vokal lonjong → i, e
Berdasarkan tinggi rendah lidah
· Tinggi → i
· Tengah → e
· Bawah → a
Berdasarkan maju mundurnya lidah
· Depan → i, a
· Tengah → e
· Belakang → o

Bunyi Konsonan : bunyi yang mengalami hambatan dalam pengucapan.


o Pembentukan konsonan
§ Bilabial : pembentukan konsonan oleh 2 bibir. (b, p, m)
§ Apikodental : pembentukan konsonan oleh ujung lidah dan gigi (t, d, h)
§ Labiodental : pembentukan konsonan oleh gigi dan bibir (f, v)
§ Palatal : lidah – langit-langit keras (c, j)
§ Velar : belakang lidah – langit-langit lembut (k,g)
§ Hamzah (glottal stop) : posisi pita suara tertutup sama sekali.
§ Laringal : pita suara terbuka lebar, udara keluar melalui geseran.
o Pembentukan konsonan :
§ B → bilabial
§ C → palatal
§ D → apikodental
§ F → labiodental
§ G → glotis
§ H → hamsa (pita suara bergetar)
§ J → palatal
§ K → glotis
§ L → laringal
§ M → bilabial
§ N → apikodental
§ P → bilabial

2
§ Q → glotis
§ R → tril
§ S → desis
§ T → apikodental
§ V → labiodental
§ W → labiodental
§ X → glotis
§ Y → langit-langit lunak + lidah
§ Z → desis

MORFOLOGI

Berasal dari kata morf dan logos.


Morfologi adalah cabang ilmu bahasa ang mempelajari pembentukan kata yang
meliputi penggabungan morfem, pengulangan, dan penyerapan bahasa asing.

Pembagian Morfem :
o Morfem Terikat (Afiks)
§ Prefiks (awalan)
§ Infiks (sisipan)
§ Sufiks (akhiran)
§ Konfiks
§ Simulfiks
o Morfem Bebas (kata)

Jenis kata berdasar tata bahasa :


o Tata Bahasa Tradisional (10 Jenis kata)
§ Kata Benda
§ Kata Kerja
§ Kata Keadaan
§ Kata Keterangan
§ Kata Ganti
§ Kata Bilangan
§ Kata Sambung
§ Kata Depan
§ Kata Sandang
§ Kata Seru
o Tata Bahasa Struktural (Keraf Gorys) (4 jenis kata)
§ Kata Benda
§ Kata Kerja
§ Kata Sifat
§ Kata Tugas

Pembentukan Kata Jadian

3
o Mengalami perubahan (Morfofonemis)
§ Misalnya :me + cari → mencari
me + contek → mencontek
§ Variasi morfem karena pengaruh lingkungan kata yang dimasuki
huruf awalnya berbeda-beda : ALOMORF.
o Tidak mengalami perubahan (Morfologis)
§ Misalnya :
pe + lari → pelari
pe + lompat → pelompat

AFIKSASI

Afiksasi merupakan nama lain dari morfem terikat. Morfem terikat merupakan kata
yang tidak dapat berdiri sendiri. Sedangkan kata yang dapat berdiri sendiri disebut
sebagai morfem bebas. Morfem bebas merupakan kata dasar yang dapat berdiri
sendiri. Kata dasar dapat berupa kata benda, kata sifat, kata kerja, dll.
Penggabungan morfem bebas dan morfem terikat akan membentuk kata jadian.

Berikut ini akan dibahas mengenai afiksasi.


Afiksasi dibedakan menjadi beberapa kelompok:
1.) PREFIKS (Awalan)
2.) INFIKS (Sisipan)
3.) SUFIKS (Akhiran)
4.) KONFIKS (Penggabungan antara Prefiks dan Sufiks)
5.) SIMULFIKS (Imbuhan gabung)

A. PREFIKS
1. Awalan Ber-
Sifat:
- Semua imbuhan Ber- + (kata benda, kata sifat, kata kerja, kata bilangan,
kata keterangan) akan membentuk kata kerja.
- Mengalami morfofonemis menjadi be- pada kata yang dimulai dengan konsonan
“r”,
cth: beracun, dan kata yang suku pertamanya mengandung bunyi [-er], cth:
bekerja, beternak.
- Mengalami morfofonemis menjadi bel- pada kata dasar ajar menjadi belajar.
- Memiliki fungsi sebagai pembentuk kata kerja intransitif.
- Bila dipasangkan dengan kata benda umum akan membentuk makna “mempunyai
atau memakai”, cth: berdasi, bersepatu.
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan alat angkutan atau
kendaraan akan membentuk makna “naik”, cth: bersepeda, berkuda.
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan suatu kejadian akan
membentuk makna “mengeluarkan atau menghasilkan”, cth: berkarya, bertelur.
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan zat akan membentuk

4
makna “berisi atau mengandung”, cth: berair.
- Bila dipasangkan dengan kata ganti akan membentuk makna “memiliki atau
mempunyai”, cth: beradik, berkakak.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “merasakan atau
mengalami”, cth: bergembira, berduka cita.
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan utama akan membentuk makna
“kelompok atau himpunan yang terdiri dari yang disebut pada kata dasarnya”, cth:
berdua, berlima.

2. Awalan Me-
Sifat:
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal vokal, k, g, h akan
mengalami morfofonemis menjadi meng-, cth: menghilang.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal l, m, n, r, ng, ny, w, dan y
akan mengalami morfologis, cth: melawan.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal d, t, c, dan j akan
mengalami morfofonemis menjadi men-, cth: mendobrak.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal p, b, dan f akan mengalami
morfofonemis menjadi mem-, cth: membanting.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal s, sy akan mengalami
morfofonemis menjadi meny-, cth: menyapu.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar bersuku satu akan mengalami
morfofonemis menjadi menge-, cth: mengebom.
- Jadi, prefiks me- mempunyai beberapa variasi bentuk, yaitu men-, mem-, meny-,
meng-, menge-, dan yang tidak mengalami morfofonemis me-.
- Prefiks me- jika dipasangkan dengan kata dasar berbentuk apapun akan
membentuk kata kerja.

3. Awalan Pe-
Sifat:
- Membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem l, m, n, r, ng, ny, dan w akan
mengalami morfologis, cth: pemain.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem d, t, c, dan j akan mengalami
morfofonemis menjadi pen-, cth: pendatang.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem p, b, dan f akan mengalami
morfofonemis menjadi pem-, cth: pembela.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem s akan mengalami morfofonemis
menjadi peny-, cth: penyapu.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar bersuku satu akan mengalami
morfofonemis menjadi penge-, cth: pengebom.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal vokal, k, g, h akan
mengalami morfofonemis menjadi peng-, cth: pengasuh.
- Bila kata dasar yang melekat merupakan kata sifat, maka maknanya: alat untuk …

5
(pembersih), yang memiliki sifat … (pemarah), Yang menyebabkan … (pembersih),
yang bersifat … (pemuda)
- Bila kata dasar yang melekat merupakan kata benda, maka maknanya: pekerjaan
seseorang (petani), alat untuk … (penggaris, penghapus), yang membuat jadi…
(perusak).
- Bila kata dasar yang melekat merupakan kata kerha, maka akan memiliki makna
yang melakukan… (pemain, pekerja).

4. Awalan Per-
Sifat:
- Memiliki 3 macam bentuk, Per-, Pe-, dan Pel-.
- Membentuk kata kerja perintah, cth: Percepat!
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “Menjadikan lebih
…”, cth: pertegas, perkeras.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna “ Jadikan atau
anggap sebagai”, cth: perbudak.
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan akan membentuk makna “Menjadi atau
Bagi”, cth: perlima (Bagi lima).

5. Awalan Di-
Sifat:
- Fungsi awalan di- adalah membentuk kata kerja pasif.
- Awalan di- jika dipasangkan dengan kata kerja, akan berarti melakukan pekerjaan
pasif.
- Awalan di- jika dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna:
dikerjakan dengan, dibubuhi/diberi, dibuat menjadi.
- Di- sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata yang
diimbuhinya.

6. Awalan Ter-
Sifat:
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “ tiba-tiba, tak
disengaja, dapat di-, sudah di-, yang di-.”
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “ paling…”, cth:
terpandai.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna “dikenai atau
sampai /kena”.
- Fungsi awalan Ter- antara lain, membentuk kata kerja pasif (terhukum),
Membentuk kata kerja aktif (tersenyum), Membentuk kata keadaan (terbaru),
Membentuk kata benda (tersangka).

7. Awalan Ke-
Sifat:
- Awalan Ke- tidak mempunyai variasi bentuk atau morfofonemis

6
- Fungsi awalan ke- antara lain: membentuk kata bilangan yang menyatakan tingkat
dan kumpulan, membentuk kata kerja pasif dengan arti tidak disengaja,
membentuk kata benda dengan arti “orang atau sesuatu yang di…”
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan utama yang letaknya sesudah kata benda
akan membentuk makna: tingkat (cth: Ia duduk di kursi kedua), himpunan atau
kumpulan (cth: kedua orang itu teman saya).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan bermakna “kena atau tidak
sengaja”, cth: ketipu, ketabrak.
- Bila dipasangkan dengan kata tua, kasih, dan kehendak akan menghasilkan
makna “orang atau sesuatu yang di…”.

8. Awalan Se-
Sifat:
- Fungsi awalan se- adalah: membentuk kesatuan (serumah), membentuk
perbandingan (secantik), membentuk kata penghubung (sebelum, sesudah).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata benda, maka maknanya:
satu… (sebuah, sepotong), seluruh… (sekampung), seperti…(semacam).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya:
sama… (secantik), sampai… (sekenyang), sebatas… (sekuat).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya
adalah segera setelah…, cth: sepulang, sesampai.
- Bila dipasangkan dengan kata dasar berawalan huruf apapun akan mengalami
morfologis tetap menjadi se-.

B. SUFIKS
1. Akhiran –kan
Sifat:
- Memiliki fungsi: membentuk kata imperative (berikan, terangkan), membentuk
kata kerja transitif (bungkukkan, acungkan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “melakukan
perbuatan…”, cth: ambilkan.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “membuat jadi…”,
cth: damaikan.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna “memasukkan
ke…”, cth: gudangkan.
- Sufiks –kan searti dengan kata “pada, dengan, atas”, cth: berasaskan
kesetiakawanan = berasas pada kesetiakawanan.

2. Akhiran –an
Sifat:
- Akhiran –an memiliki fungsi membentuk kata benda, cth: makanan.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna: tempat (kubangan),
hasil pekerjaan (karangan), yang di- (minuman), alat untuk me- (timbangan), cara
me- (tendangan), dalam keadaan… (tiduran).

7
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan dan kata sifat akan membentuk makna:
yang bersifat (asinan), banyak bilangan (ribuan).
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna: banyak/ kumpulan
(rambutan), tiap-tiap (bulanan, tahunan), serupa/seperti (orang-orangan),
mengucapkan/memainkan (musikan, gitaran).

3. Akhiran –i
Sifat:
- Fungsi akhiran –i adalah membentuk kata kerja imperative (duduki, terangi) dan
membentuk kata kerja transitif yang berarti membuat jadi (tulisi).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya
adalah memberi/membubuhi (garami, gulai), menghilangkan (kuliti), menjadi…
(ketuai).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat, maka maknanya:
membuat jadi (yakini, awali).

C. INFIKS
Infiks –el-, -em-, -er-
Sifat:
Infiks memiliki makna :
- Menyatakan identitas- bila dilekatkan pada beberapa kata kerja, cth: gegar-
gelegar, gulung-gemulung.
- Menyatakan banyak- bila dilekatkan pada beberapa kata kerja atau beberapa kata
benda, cth: getar-geletar, laki-lelaki, jari-jemari.
- Berulang-ulang-bila dilekatkan pada beberapa kata kerja, cth: getar-gemetar.
- Menyatakan benda-bila dilekatkan pada beberapa kata benda, cth: gaji-gergaji,
suling-seruling.

D. KONFIKS
1. Ber-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-kan adalah membentuk kata kerja intransitive yang
dilengkapi dengan sebuah pelengkap.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu akan membentuk makna
“menjadikan yang disebut pelengkapnya sebagai yang disebut kata dasarnya”, cth:
bersenjatakan, berdasarkan.
- Imbuhan gabung ber-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan
vokal yang mendapat imbuhan gabung ber-kan akan mengalami morfologi.

2. Ber-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-an adalah membentuk kata kerja intrnasitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja yang menyatakan gerak akan membentuk
makna “banyak serta tidak teratur” (berlarian, beterbangan).

8
- Bila dipasangakan dengan kata kerja tertentu atau pada kata benda yang
menyatakan letak atau jarak, maka akan membentuk makna “saling atau
berbalasan” (berpotongan, bersebelahan).
- Imbuhan gabung ber-an tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal
mendapat imbuhan gabung ber-an akan mengalami morfologi.

3. Per-kan
Sifat:
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja tertentu
akan membentuk makna “jadikan bahan…” (pertunjukan).
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu
akan membentuk makna “jadikan supaya…” (perkenalkan).
- Imbuhan gabung per-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan
vokal yang mendapat imbuhan gabung per-kan akan mengalami morfologi.

4. Per-an
Sifat:
- Memiliki 3 bentuk : Per-an, Pe-an, Pel-an.
- Berfungsi membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan mebentuk makna “melakukan
hal” (pergerakan).
- Bila dipasangkan dengan kata benda, maka akan membentuk makna “masalah
tentang…” (perekonomian, perhotelan).
- Biila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tempat
….” (peristirahatan, persembunyian).
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan tempat akan membentuk
makna “daerah, wilayah, atau kawasan…” (pegunugnan, pedalaman).

5. Per-i
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan membentuk makna
“lakukan supaya jadi…” (pebaiki)
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “lakukan
yang disebutkan pada kata dasarnya” (Persetujui).
- Imbuhan gabung Per-I tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal
mendapat imbuhan gabung per-I akan mengalami morfolagi.

6. Pe-an
Sifat:
- Mempunyai 6 bentuk : Pe-an, Pem-an, Pen-an, Peny-an, Peng-an, Penge-an.
- Berfungsi untuk membentuk kata benda.

9
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata benda, kata sifat, maka akan
membentuk makna “hal atau peristiwa” (Pembinaan, Penghijauan, pemasaran”).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk makna
“proses” (Pembayaran, penulisan).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk makna
“tempat…” (pemakaman, pelelangan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata jadian pada kata gabung maka akan
mendapatkan makna “alat”, (penggorengan, penglihatan).

7. Di-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif
berimbuhan me-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja yang pelakunya terletak di belakang kata
kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan
gabung di-kan akan mengalami morfologi.

8. Di-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif
yang berimbuhan me-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung di-I akan mengalami morfologi.

9. Me-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja aktif transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat atau kata kerja yang
menyatakan keadaan, maka maknanya “menyebabkan jadi” (membingungkan).
- Bila dipasangakan dengan kata dasar merupakan kata kerja keadaan yang
mebentuk kata jadian, maka maknanya “menyebabkan jadi…” (menyeragamkan).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat yang berbentuk
gabungan kata, maka maknanya adalah “membuat jadi” (menghancurleburkan).
- Me-kan + kata kerja transitif akan menghasilkan makna “melakukan sesuatu
untuk orang lain” (membukakan, membelikan).

10. Me-i
Sifat:
- fungsi imbuhan gabung me-I adalah membentuk kata kerja aktif transitif.
- Me-I + kata sifat manghasilkan makna “membuat jadi” (menerangi).
- Me-I + kata benda menghasilkan makna “meberi atau membubuhi” (menggarami,

10
menggulai)
- Me-I + kata kerja menghasilkan makna “melakukan sesuatu” (menanami)
- Me-I + kata kerja yang menyatakan tindakan menghasilkan makna “melakukan
berulang-ulang” (menembaki, memukuli).
- Me-I + kata kerja yang menyatakan emosi/ sikap batin menghasilkan makna
“merasakan sesuatu pada” (menyukai, menyenangi).

11. Ter-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-kan adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “dapat dilakukan”
(terselesaikan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tidak
sengaja dilakukan” (tertanamkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Ter-kan akan mengalami morfologi.

12. Ter-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-I adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja atau sifat tertentu akan membentuk makna
“dapat dilakukan”, (terseberangi).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja dan kata benda tertentu akan membentuk
makna “tidak sengaja terjadi” (terlempari).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Ter-i akan mengalami morfologi.

13. Ke-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ke-an adalah membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, sifat, atau kata berimbuhan dan kata gabung
akan membentuk makna “hal atau peristiwa” (kedatangan, kenaikan,
keterlambatan)
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan jabatan akan membentuk
makna “tempat atau wilayah” (kedutaan, kelurahan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat, maka akan membentuk makna “sedikit
bersifat atau keadaan” (kehijauan, kepucatan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat atau kerja yang menyatakan keadaan akan
membentuk makna “mengalami atau tidak sengaja” (kebanjiran, kedinginan).
- Bila dipasangakan dengan beberapa kata sifat maka membentuk makna “terlalu”
(kebesaran, keasinan). Untuk menyatakan makna “terlalu” disarankan tidak
menggunakan imbuhan gabung Ke-an melainkan dengan menggunakan kata
keterangan terlalu, sehingga, dll.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu, akan membentuk makna “hal atau

11
masalah” (kehutanan, kepariwisataan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Ke-an akan mengalami morfologi.

E. SIMULFIKS
1. Memper-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-kan adalah membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna
“menjadikan sebagai bahan” (memperdebatkan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat dan kata kerja yang menyatakan keadaan
akan membentuk makna “menjadikan supaya” (mempersiapkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Memper-kan akan mengalami morfologi.

2. Memper-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-I membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “membuat supaya
obyeknya menjadi atau menjadi lebih” (memperbaiki).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “melakukan
yang disebut pada kata dasarnya” (memperturuti).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Memper-i akan mengalami morfologi.

3. Diper-kan
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif
berimbuhan gabung Memper-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya dengan makna “dibuat jadi…”.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Diper-kan akan mengalami morfologi.

4. Diper-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif
berimbuhan gabung Memper-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat
imbuhan gabung Diper-i akan mengalami morfologi.

JENIS KATA

12
Kata adalah kumpulan bunyi ujaran yang mengandung sebuah arti yang jelas. Atau,
kata adalah susunan dari huruf-huruf abjad yang mempunyai arti tertentu. Dengan
demikian,m apabila ada kumpulan bunyi ujaran atau kumpulan beberapa huruf
abjad namun tidak mengandung arti yang jelas, maka itu tidak dinamakan kata.

Jenis kata
Menurut jenisnya, dalam bahasa Indonesia kata dapat dibedakan menjadi sepuluh
jenis, yaitu :
Kata Benda
Kata Kerja
Kata Sifat
Kata Ganti
Kata Keterangan
Kata Bilangan
Kata Sambung
Kata Depan
Kata Sandang
Kata Seru
Kata Tanya

Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan antara kesepuluh jenis kata tersebut,
dibawah ini akan diuraikan penjelasannya masing-masing sebagai berikut :

1. Kata Benda
Kata benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan. Menurut
wujudnya, kata benda dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kata benda konkrit
Ialah kata benda yang wujud bendanya nampak kelihatan dengan jelas and dapat
ditangkap oleh pancaindera. Contoh : buku, kertas, rumah, dan sebagainya

b. Kata benda abstrak


Ialah kata benda yang wujud bendanya tidak nampak kelihatan dan tidak dapat
ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya ada. Contoh : ide, udara, ilmu,
dan sebagainya

Selain dua jenis kata benda diatas, ada satu lagi jenis kata benda, yaitu kata yang
dibendakan. Kata yang dibendakan adalah kata yang sebenarnya tidak terdiri dari
kata benda asli namun dianggap sebagai kata benda sebab mendapatkan imbuhan.
Contoh : keberanian, kekuatan, penyanyi, dan sebagainya.

Kata keberanian asalnya dari kata sifat, yaitu berani. Namun karena mendapatkan
imbuhan ke-an, maka kata sifat ini dianggap sebagai kata benda atau disebut
sebagai kata yang dibendakan.

13
Begitu pula dengan kata penyanyi yang aslanya kata kerja, yaitu nyanyi. Berhubung
kata ini mendapatkan imbuhan pe-, maka kata tersebut berubah menjadi kata yang
dibendakan.

Ciri-ciri kata benda :


1) Kata tersebut terebntuk dari imbuhan : ke-, pe-, ke-an, pe-an, per-an, -an dan –
nya.
2) Kata-kata tersebut dapat diperluas dengan menambahkan kata yang + kata
sifat.

2. Kata Kerja
Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Kata kerja juga
disebut verba. Kata kerja dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Kata kerja transitif
Adalah kata kerja yang selalu diikuti objek. Contoh : membeli, menabrak,
menangkap, dan sebagainya.

b. Kata kerja intransitif


Adalah kata kerja yang tidak diikuti secara langsung oleh objek. Contoh : menyanyi,
menari, berubah, dan sebagainya.

Dari segi bentuknya kata kerja transitif dapat dibedakan dalam tujuh bentuk, yaitu :
1) Kata kerja transitif tak berimbuhan, contoh : makan nasi, minum susu, dsb
2) Kata kerja transitif berimbuhan
a. Kata kerja transitif berawalan me :
· Menabrak pohon
· Memukul anjing
· Menelan obat

b. Kata kerja transitif berimbuhan me-kan :


· Mengikatkan tali
· Melepaskan sandal
· Memutuskan ikatan

c. Kata kerja transitif berimbuhan memper-kan :


· Mempertahankan prestasi
· Memperjuangkan hidup
· Mempermainkan bola

d. Kata kerja transitif berimbuhan me-i :


· Menyeberangi jalan
· Mengendarai sepeda
· Mengawasi ujian

14
e. Kata kerja transitif berimbuhan memper-i :
· Memperbarui lukisan
· Memperbaiki sepeda
· Memperingati hari kemerdekaan

f. Kata kerja transitif berimbuhan memper- :


· Memperburuk suasana
· Memperdalam ilmu
· Memperjelas masalah

Sedangkan kata kerja intransitif dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu :
1) Kata kerja intransitive berimbuhan
· Saya duduk-duduk
· Ibu berjalan-jalan
· Adik menangis

2) Kata kerja intransitive yang terbentuk dari kata kerja yang aus (tidak
berimbuhan)
· Adik lari
· Kakak pulang
· Ibu pergi

Ciri-ciri kata kerja :


1) Kata tersebut terbentuk dari imbuhan me-, di-, ber-, ter-, me-kan, di-kan, ber-an,
memper-kan, diper-kan, dan memper-i.
2) Kata tersebut dapat didahului kata telah, sedang, akan, hampir, dan segera.
3) Kata tersebut dapat diperluas dengan cara menambahkan dengan + kata sifat.
Contoh : menghitung dengan teliti, lari dengan cepat, dan sebagainya.

3. Kata Sifat
Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari suatu benda
atau sesuatu yang dibendakan. Kata ini disebut pula adjectiva. Menurut bentuknya,
kata sifat dibedakan menjadi :
a. Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar. Contoh : kuat, lemah, jauh, dan
sebagainya.
b. Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian. Contoh : terindah, mengecil, terbaru,
dan sebagainya.
c. Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang. Contoh : kekanak-kanakan, pontang-
panting, gelap-gulita dan sebagainya.
d. Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan. Contoh : amoral, kreatif, super, dan
sebagainya.
e. Kata sifat yang terbentuk dari frase atau kelompok kata. Contoh : murah hati,
keras kepala, kepala batu, dan sebagainya

15
Ciri-ciri kata sifat :
1) Kata tersebut terbentuk dengan tambahan imbuhan ter- yang mengandung arti
paling.
2) Kata tersebut dapat diterangkan atau didahului dengan kata-kata lebih, agak,
paling, sangat, cukup.
3) Kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk se + reduplikasi (pengulangan kata)
+ nya. Contoh : secantik-cantiknya, setinggi-tingginya, dan sebagainya

4. Kata Ganti
Kata ganti adalah kata yang dipergunakan untuk menggantikan benda atau sesuatu
yang dibendakan. Kata ganti dibedakan menjadi :
a. Kata ganti orang
Ialah kata ganti yang digunakan untuk menggantikan nama orang atau nama
benda-benda lain. Kata ganti orang dibagi lagi menjadi :
1) Kata ganti orang pertama tunggal, yaitu : aku, saya, hamba, dan sebagainya
2) Kata ganti orang pertama jamak, yaitu : kami, kita.
3) Kata ganti orang kedua tunggal, yaitu : kamu, dikau, kau, anda, dan sebagainya.
4) Kata ganti orang kedua jamak, yaitu : kalian
5) Kata ganti orang ketiga tunggal, yaitu : ia, dia, beliau
6) Kata ganti orang ketiga jamak, yaitu : mereka

b. Kata ganti kepunyaan


Ialah kata ganti yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Contoh : Baju
saya, sepatu kamu, sepedaku, mobilnya, dan sebagainya.

c. Kata ganti petunjuk


Ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjuk suatu tempat atau benda.
Contoh : ini, itu, sana, dan sebagainya.

d. Kata ganti penghubung


Ialah kata ganti yang dipakai untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk
kalimat. Kata penghubung yang biasanya dipakai yaitu : yang, tempat, waktu.
Contoh : Baju Rafi yang berwarna merah itu mahal harganya.
Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur.
Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali.

e. Kata ganti Tanya


Ialah kata ganti yang digunakan untuk menanyakan tentang benda, orang atau
tentang suatu hal. Contoh : apa, mana, siapa.

f. Kata ganti Tak Tentu


Ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan benda

16
atau orang yang jumlahnya tak tentu. Contoh : masing-masing, seseorang, sesuatu,
para, dan sebagainya.

5. Kata Keterangan
Kata keterangan adalah semua kata yang menerangkan atau memberikan
keterangan terhadap selain kata benda. Dengan kata lain, kata ketereangan adalah
semua kata yang memberi keterangan pada kata kerja, kata sifat, kata bilangan
atau seluruh kalimat.
Kata keterangan dapat dibedakan menjadi banyak bagian, diantaranya yaitu :
a. Kata keterangan tempat
Ialah semua kata yang menjelaskan suatu tempat lokasi, misalnya : disini, disitu, di
rumah, dan sebagainya.

b. Kata keterangan waktu


Ialah semua kata yang menjelaskan berlangsungnya sesuatu dalam waktu yang
teretntu, misalnya : sekarang, nanti, minggu depan, dan sebagainya.

c. Kata keterangan alat


Ialah kata yang menjelaskan dengan apa sesuatu itu berlangsung. Contoh : dengan
tongkat, dengan pisau, dengan membabi buta, dan sebagainya

d. Kata keterangan syarat


Ialah kata yang menerangkan terjadinya suatu proses di bawah syarat-syarat
tertentu, misalnya : jikalau, seandainya, bila, dan sebagainya.

e. Kata keterangan sebab


Ialah kata yang memberi keterangan mengapa sesuatu itu bisa berlangsung,
misalnya : sebab, karena, oleh karena itu, dan sebagainya.

6. Kata Bilangan
Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan atau
tingkatan suatu benda sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan dapat dibedakan
menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Kata bilangan utama
Ialah kata bilangan yang menyatakan satuan jumlah dalam angka. Contoh : satu,
seratus, seribu, dan sebagainya

b. Kata bilangan bertingkat


Ialah kata bilangan yang menunjukkan tingkatan atau susunan jumlah sesuatu.
Contoh : kesatu, kedua, keseribu, dan sebagainya

17
c. Kata bilangan tak tentu
Ialah kata bilangan yang menyatakan jumlah satuan sesuatu yang tak tentu.
Contoh : beberapa, sebagian, segerombolan, dan sebagainya.

d. Kata bilangan bilangan


Ialah kata bilangan pelengkap yang menunjuk pada satuan objeknya, yaitu :
sehelai, secarik, sekuntung, sebutir, seonggok, sebuah, sepiring, dan sebagainya.

Pemakaian Kata Bantu Bilangan


Dalam Bahasa Indonesia kata Bantu bilangan ini mempunyai pasangan kata
tersendiri yang tidak bisa ditukar dengan kata yang lain. Untuk lebih jelasnya,
lihatlah daftar kata Bantu bilangan berikut ini.
Kata Bantu bilangan
Pasangan kata
Sebatang
Pohon, kayu
Sebilah
Pisau, keris
Seberkas
Cahaya
Sebentuk
Cincin
Sebuah
Mangga, jeruk
Sebidang
Tanah
Sebongkah
Emas
Sebonggol
Bawang
Sebutir
Telur
Sebulir
Padi
Secangkir
Kopi, susu, teh
Secarik
Kertas
Secocok
Sate
Secawan
Mangkok
Seekor

18
Kuda, kambing, sapi
Segagang
Sirih
Segenggam
Pasir
Segumpal
Darah
Segulung
Ombak
Segayung
Jagung
Segantang
Beras
Sehelai
Rambut, benang
Seikat
Sayur
Sejengkal
Tanah
Sekaki
Paung
Sekapur
Sirih
Sekeping
Logam
Sekerat
Tebu
Sekalindan
Benang
Sekodi
Jarit, sarung
Semata
Wayang, jarum
Serorang
Anak, manusia
Sepasang
Kekasih, pengantin
Sepatah
Kata
Sepotong
Bambu
Sepucuk
Surat, senjata
Serawan

19
Gelang
Serajut
Jala
Seruas
Tebu
Serumpun
Bamboo
Sesayat
Daging
Sesisir
Pisang
Sesuap
Nasi
Setangkai
Bunga, daun, dahan
Seteguk
Air
Setandan
Pisang
Setukal
Benang
Seulas
Limau
Seuntai
kalung
Seutas
Tali

7. Kata Sambung
Kata sambung adalah kata yang berfungsi untuk menyambungkan bagian-bagian
dalam kalimat atau menggabungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain
bahkan satu paragraph dengan paragraph yang lain.
Berdasarkan jenisnya,kata sambung dapat dibedakan menjadi beberapa bagian,
yaitu :
a. Kata sambung menyatakan gabungan, contoh : dan, lagi, serta
b. Kata sambung menyatakan pertentangan, contoh : tetapi, akan tetapi,
melainkan, tidak hanya, dan sebagainya.
c. Kata sambung menyatakan waktu, contoh : bila, selama, sesudah, sehabis, dan
sebagainya.
d. Kata sambung menyatakan tujuan, contoh : agar, supaya, biar, dan sebagainya
e. Kata sambung menyatakan sebab, contoh : sebab, karena, sebab itu, dan
sebagainya

20
f. Kata sambung menyatakan akibat, contoh : hingga, sampai, dan sebagainya.
g. Kata sambung menyatakan syarat, contoh : jika, apabila, andaikata, dan
sebagainya
h. Kata sambung menyatakan pilihan, contoh : atau, maupun
i. Kata sambung menyatakan perbandingan, contoh : ibarat, seperti, bak, dan
sebagainya
j. Kata sambung menyatakan tingkat, contoh : semakin, kian, dan sebagainya
k. Kata sambung menyatakan penjelas, contoh : bahwa
l. Kata sambung menyatakan cara, contoh : sambil, sembari dan sebagainya
m. Kata sambung menyatakan pengantar kalimat, contoh : alkisah, konon, dan
sebagainya

8. Kata Depan
Kata depan adalah kata yang berfungsi merangkaikan kata/kelompok kata satu
dengan kata/kelompok kata yang lain dalam suatu kalimat sekaligus menentukan
jenis hubungannya. Pada umumnya, kata depan berfungsi merangkaikan kata
benda atau kata yang dibendakan dengan jenis kata lain. Adapun cara penulisan
kata depan adalah harus dipisahkan dengan kata yang mengikutinya.
Berdasarkan fungsinya, kata depan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Di, ke, dari
Ketiga kata depan ini digunakan untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan
tempat atau seuatu yang dianggap tempat, contoh : di Jakarta, ke Surabaya, dari
Bandung.

2. Pada
Kata depan ini digunakan untuk menyatakan orang, nama orang atau nama
binatang, nama waktu atau kiasan. Dipergunakan kata depan pada untuk
menggantikan kata depan di atau kata depan yang lain, contoh : pada suatu hari,
pada bapak, dan sebagainya.

3. Dengan
Kata depan ini digunakan untuk menyatakan alat atau cara. Contoh : saya berjalan
dengan cepat.
4. Untuk, kepada, buat, tentang, akan, kepada
Kata depan ini digunakan sebagai pengantar objek tak langsung. Contoh : kami
berdiskusi tentang pelajaran.

9. Kata Sandang
Kata sandang sebenarnya tidak mempunyai arti, tetapi hanya mempunyai fungsi,
yaitu menjadikan sebuah kata itu sebagai kata benda. Contoh : Tuhan sang
Pencipta alam.

10. Kata Seru


Kata seru adalah kata yang sudah jelas menyatakan suatu maksud tertentu, yaitu

21
seruan yang terdapat dalam kalimat perintah. Kata seru yang paling sering
digunakan adalah partikel lah. Selain partikel lah, macam-macam kalimat seru yang
biasa digunakan dalam bahasa kita adalah ah, oi, hai, wah, cis, gih, aduh, amboi,
aduhai, masya Allah, dan sebagainya. Contoh :
· Hai, datanglah kemari!
· Pergilah ke sekolah!

11. Kata Tanya


Kata Tanya adalah uraian kata tanya dimasukkan kata ganti tanya. Macam-macam
kata tanya :
a. Apa
Digunakan untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh : Apa yang kau
lakukan ?
b. Siapa
Digunakan untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa namamu ?
c. Kapan
Digunakan untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu dimulai ?
d. Berapa
Digunakan untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak anakmu ?
e. Dimana
Digunakan untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah kakekmu ?
f. Bagaimana
Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh : Bagaimana kabar
nenekmu ?
g. Mengapa
Digunakan untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa kamu bolos kemarin ?
PEMBENTUKAN KATA
Pembentukan kata dapat melalui proses :
1. Afiksasi (sudah dibahas bada bagian sebelumnya)
2. Pengulangan / reduplikasi :
§ Kata ulang utuh : perulangan seluruh kata dasar. Bentuk ini juga disebut
dwilingga.
Contoh : ibu-ibu, kuda-kuda

§ Kata ulang sebagian / dwipurwa : Bentuk perulangan suku pertama kata dasarnya.
Contoh : lelaki, pepohonan, sesame.

§ Kata ulang berimbuhan : Bentuk perulangan kata dengan mendapat awalan,


sisipan, akhiran atau gabungan awalan dan akhiran sebelum atau sesudah kata
asarnya diulang.
Contoh : berlari-lari, kekanak-kanakan

§ Kata ulang berubah bunyi : Bentuk perulangan baik vokal maupun konsonan.
Contoh : lauk-pauk, serta-merta

22
§ Kata ulang semu : Bukan kata ulang
Contoh : kura-kura, kupu-kupu

Makna kata ulang :


Ä Menyatakan banyak tak tentu.
gunung-gunung, daerah-daerah
Ä Menyatakan sangat.
rajin-rajin, kuat-kuat
Ä Menunjukkan saling.
tuduh-menuduh, kenal-mengenal
Ä Menyatakan paling.
sebaik-baiknya, setinggi-tingginya.
Ä Menyatakan tiruan.
orang-orangan, mobil-mobilan
Ä Menyatakan melemahkan atau menunjukkan ketidaktentuan.
duduk-duduk, minum-minum
Ä Menyatakan dikenai sifat.
kebarat-baratan, kehijau-hijauan
Ä Menyatakan himpunan pada kata bilangan.
dua-dua, lima-lima

3. Penyerapan
Adalah penyerapan kata asing kedalam bahasa Indonesia
Kata asing boleh diserap bila :
¨ Dalam bahasa Indonesia tidak ada padanannya
Contoh : professor, sit-up, squash, golf, baseball, orgami, mie, rugby, mesin,
bakpao.
¨ Terjemahan dalam bahasa Indonesia lebih atau terlalu panjang
Contoh : komputer, kalkulator, urbanisasi, transmigrasi, televisi, liberalisme,
eksklusif, integrasi, kuantitas, permeabilitas, professional, suplemen, spesifikasi,
aborsi, sample, persuasi, deskripsi, inisiatif, manufaktur, komplementer, kongres,
konstitusi, deflasi, fantasi, imitasi
¨ Terjemahan dalam bahasa Indonesia ada padanannya tetapi maknanya negatif
Contoh : tai ® feses
ASAL BAHASA
Idiograf : Satu huruf melambangkan satu kata.
Cth: Huruf Cina/Korea.

Piktograf : Satu lambang melambangkan satu kalimat.


Cth: Tulisan Mesir/Indian.

Sylabis : Satu huruf melambangkan satu suku.


Cth: Bahasa Jawa/Arab.

23
Fonemis : Satu huruf satu bunyi.
Cth: Bahasa Indonesia/Inggris.

24

Anda mungkin juga menyukai