Bahasa Baku
Bahasa Baku
KIMIA DIK A 2011 FAKULTAS ILMU MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM UNIMED MEDAN 2014
Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi.Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi.
seseorang dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu (1) faktor interlingual dan (2) faktor intralingual. Faktor interlingual adalah faktor bahasa ibu pemakai bahasa, sedangkan faktor intralingual ialah faktor kesulitan atau ketidaktahuan pemakai bahasa akan kaidah-kaidah bahasa yang dipakai atau dipelajarinya. Kedua faktor ini dapat mengakibatkan lahirnya bentuk-bentuk lingual yang salah atau tidak gramatikal pada produksi bahasa seseorang. Pemakaian bentuk bahasa yang berupa partikel (sebagai batasan masalah penelitian ini) yang tidak tepat atau tidak gramatikal yang dapat digolongkan ke dalam pemakaian takbaku (non-standar) merupakan akibat pengaruh faktor interlingual dan faktor intralingual. Berkaitan dengan hal di atas, Marsaban (1962) mengemukakan beberapa penyebab sering terjadinya kesalahan dalam pemakaian bahasa Indonesia, yaitu antara lain: (1) salah yang terjadi karena pengaruh bahasa daerah, misalnya: - maka itu, makanya (salah, tidak baku) karena itu, sebab itu (tepat, baku); - kesemuanya (kurang tepat, tidak baku) semuanya (tanpa awalan ke) (Dari bahasa Jawa sakabehe?); (2) salah karena pengaruh bahasa asing, misalnya: - kamu dibolehkan untuk bertanya (kurang tepat, tidak baku) kamu dibolehkan bertanya - mempelajari tentang bahasa (kurang tepat, tidak baku) mempelajari bahasa (tepat, baku); (3) Karena kurang tahu akan tatabahasa Indonesia: - menanyakan tentang soal (kurang tepat, tidak baku) menanyakan soal (tepat, baku) - disebabkan karena (kurang tepat, tidak baku) disebabkan oleh (tepat, baku).
a. Kemantapan Dinamis Kemantapan dinamis berupa kaidah- kaidah dan aturan- aturan yang tetap. Bahasa baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat. b. Cendekia Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakaipadatempat- tempat resmi' Perwujudannyadalamkalimat, parugraph,dan satuan bahasa yang lain yang lebih
besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Proses pencendekiaan bahasa itu sangat penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber dari bahasa asing, harus dapat disamapaikan dalam bahasa Indonesia. c. Seragam Ragam baku bersifat seragam. Artinya, proses pembakuan adalah proses penyeragaman bahasa. Jadi pembakuan bahasa adalah pencarian titik- titik keseragaman. Bahasa baku memiliki ciri- ciri sebagai berikut: 1. Memakai ucapan baku Ucapan baku / benar berkaitan dengan penggunaan bahasa lisan. pembakuan ucapan atau pelafalan masih sulit dilakukan sampai sekarang. Sebagai acuan, pelafalan yang baik adalah pelafalan yang tidak terpengaruh oleh ucapan- ucapan kedaerahan. Sebagai contoh masyarakat Jawa mengucapkan bunyi b, d, j, dar g, diucapkan di awal kata: mBandung, mDemak, nJombang, ngGarut. Demikian pula, pengucapan kata- kata bersuku mati fonem akhir/b/,/ct/, dan lgl, dilafalkan/p/,/t/rtkl Misalnya pad,akata: bab, murid, ajeg, diucapkan menjadi bap, murit, ajek. 2. Memakai ejaan resmi Bahasa Indonesia memakai ejaan resmi, yaituEjaan Bahasa Indonesia yang Disempumakan( EYD)dalam bahasa tulis. 3. Menghindari unsur- unsur daerah baik leksikal maupun gramatikal Ciri ciri tersebut dapat di rangkumkan antara lain : (1) Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif bebas dari atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek. Misalnya, kata / keterampilan / diucapkan / ketrampilan / bukan / ketrampilan (2) Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata. Misalnya: Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu. Kuliah sudah berjalan dengan baik. (3) Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat. Misalnya: Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena
semua diangapnya penipu. (4) Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat. Misalnya: Bacalah buku itu sampai selesai! Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri? Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada. (5) Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya: Saya bertemu dengan adiknya kemarin. Ia benci sekali kepada orang itu. (6) Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat. Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat. Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi. Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu. (7) Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya: Saya anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini. Aku engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu. Saya Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama. (8) Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat. Misalnya: Surat Anda sudah saya baca. Kiriman buku sudah dia terima. (9) Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat. Misalnya: saudaranya dikomentari
mengotori harganya (10) Fungsi gramatikal (subyek, predikat, obyek sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya: Kepala Kantor pergi keluar negeri. Rumah orang itu bagus. (11) Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku di dalam kalimat. Misalnya: Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum analisis data dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh. (12) Kosakata sebagai bahagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya: Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak begini, begitu, silakan. (13) Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. (14) Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba, 1996 : 63 64).
DAFTAR PUSTAKA Alwi, H.et.al. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Balai pustaka: Jakarta
Barus,sanggup,2013. Pendidikan bahasa Indonesia.UNIMED:Medan
Keraf, G.1999. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. pT. Gramedia:Jakarta Depdikbud, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Khafni, 2004,penggunaan bahasa terjemahan.UNY:Yogyakarta