DEFINISI
DEFINISI
Sifilis merupakan Penyakit Hubungan Seksual (PHS), kronis dan bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh, ada masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan.
CIRI PENYAKIT
Penyakit sangat kronis Menyerang semua organ tubuh Kuman penyebab dpt menembus plasenta & kelainan kongenital
ETIOLOGI
Treponema pallidum
ditemukan oleh SCHAUDINN dan HOFFMAN (1905) Ordo : Spirochaetalis
Berbentuk spiral
Dapat bergerak maju mundur, berotasi, undulasi dari sisi yang satu ke sisi yang lain
melalui selaput lendir (misalnya di vagina atau mulut) atau melalui kulit
Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat
Kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Sifilis juga bisa menginfeksi janin selama dalam kandungan dan menyebabkan cacat bawaan.4
EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI SIFILIS
Sifilis dibagi menjadi : Sifilis Kongenital Dini (sebelum 2 tahun) Sifilis Akuisita (Didapat) Secara Klinis Stadium I Stadium II Stadium III Secara Epidemiologik
Stadium Dini Menular; dalam 1 tahun sejak infeksi terdiri atas SI, SII, S.rekuren, S. laten dini Stadium Lanjut tak menular;
Stadium Rekuren
St.
2-4 minggu
SI
S II
6-8 minggu
S III
Djuanda A dan Natahusada E.C. Sifilis.dalam editor: Djuanda A, hamzah M, Aisah S. llmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. p 393-412.
PATOGENESIS
Stadium dini T. pallidum mikrolesi / selaput lendir melalui senggama kulit kuman membiak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat (sel limfosit dan sel plasma, terutama di perivaskular, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi di kelilingi oleh T. pallidum dan sel-sel radang. Treponema di antara endotelium kapiler dan jaringan perivaskular di sekitarnya. Enarteritis pembuluh darah kecil perubahan hipertrofik endotelium obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Kehilangan pendarahan erosi S1.
PATOGENESIS
Kuman mencapai kelenjar getah bening regional secara
limfogen, hematogen dan membiak, menyebar ke semua jaringan tubuh. Multiplikasi ini diikuti oleh reaksi jaringan S II Stadium laten: tidak disertai gejala, meskipun masih terdapat infeksi yang aktif. Jika imunitas gagal mengontrol infeksi sehingga T.pallidum membiak lagi ditempat S I dan menimbulkan lesi rekuren atau kuman tersebut menyebar melalui jaringan menyebabkan reaksi serupa dengan lesi rekuren S II. Lesi menular tersebut dapat timbul berulang-ulang, tetapi tidak melebihi 2 tahun
PATOGENESIS
Stadium Lanjut Stadium laten dapat berlangsung bertahun-tahun, treponema dalam keadaan dorman. Namun antibodi tetap ada dalam serum penderita Keseimbangan antara treponema dan jaringan dapat berubah Guma SIII
SIFILIS KONGENITAL
Sifilis kongenital (SK) pada bayi terjadi bila ibunya terkena sifilis, terutama sifilis dini sebab banyak T. pallidum beredar dalam darah.
Treponema pallidum masuk secara hematogen melalui plasenta yang sudah dapat terjadi usia kehamilan 10 minggu. Sifilis yang mengenai wanita hamil gejalanya ringan; Pada tahun I setelah infeksi yang tidak diobati penularan 90%, Jika ibu menderita sifilis laten dini 80%, Bila sifilis lanjut 30 %
SIFILIS KONGENITAL
SK terbagi :
Kelainan kulit yang pertama kali terlihat: Bula bergerombol, simetris pada telapak tangan dn kaki, badan. Cairan bula banyak T.pallidum . Bayi tampak sakit, bentuk ini disebut pemfigus sifilitika.
Kelainan lain : Timbul pada bayi berumur beberapa minggu dan mirip erupsi S II, berbentuk papul atau papulo
Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Penerbit Hipokrates,2000.p170-1Sirergar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua, Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2004: p301-3
Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Penerbit Hipokrates,2000.p170-1Sirergar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua, Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2004: p301-3
Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Penerbit Hipokrates,2000.p170-1Sirergar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua, Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2004: p301-3
Yang khas guma pada hidung dan mulut , jika kerusakan di septum nasiperforasi destruksi kolaps
Menyerang tibia umumnya mengenai 1/3 tengah tulang Menyebabkan penebalan sabre tibia
Gejala paling umum, biasanya umur 3-30 tahun Dapat menyebabkan kebutaan.
Yaitu pembengkakan kedua sendi lutut disertai efusi Biasanya umur 10-20 tahun, bersifat kronik
Djuanda A dan Natahusada E.C. Sifilis.dalam editor: Djuanda A, hamzah M, Aisah S. llmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. p 393-412.
STIGMATA
Stigmata adalah jaringan parut atau deformitas akibat penyembuhan kedua stadium tersebut
nasi pada cavum nasi depresi pada jembatan hidung (Saddle nose) Maksila tumbuh abnormal ( Bulldog jaw ) Gigi Hutchinson Gigi tersebut lebih kecil daripada normal, sisi gigi konveks , daerah menggigit konkaf khas pada gigi insisi permanen. Gigi mulberry Ragades terutama pada sudut mulut Jaringan parut koroid koroidoretinitis pada SK dini Kuku onikia
Djuanda A dan Natahusada E.C. Sifilis.dalam editor: Djuanda A, hamzah M, Aisah S. llmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. p 393-412.
Kelainan STIGMATA
Gigi Hutcinson Gigi Mulberry
Kelainan STIGMATA
Rhagades
STIGMATA
ULKUS
Sifilis Primer (S I)
Biasanya soliter
Berbentuk bulat atau lonjong Berukuran beberapa mm sampai 1 atau 2 cm
merah
Isi ulkus berupa cairan serous Pada perabaan terdapat indurasi (durum) dan tidak nyeri tekan (indolen)
SIFILIS PRIMER (S I)
Ulkus Durum pada anus Ulcus Durum di Lidah
ULKUS DURUM
Umumnya lokasi afek primer genital, jg dpt ekstra genital Pada pria tempat paling sering Sulkus Koronarius Pada wanita Labia mayor dan labia minor Di tempat lain Lidah, tonsil dan anus
S I (SIFILIS PRIMER)
Afek primer dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan dlm 3 10 minggu
Satu minggu setelah afek primer (+) penjalaran infeksi ke kelenjar gth bening (KGB) regional : regio inguinal medial KGB membesar, soliter,
padat kenyal, indolen, tidak supuratif, periadenitis (-) & dpr digerak scr
bebas dr jaringan sekitarnya KOMPLEKS PRIMER
ROSEOLA
PAPUL PUSTUL
Makula eritem, bulat lonjong (roseola sifilitika) terutama pada dada, perut, punggung,
Transien dan berakhir hipopigmentasi (leukoderma sifilitika) Papel - batas kulit rambut kepala (korona veneris)
Papuloskuamosa - mirip psoriasis (psoriasis sifilitika), papulokrustosa - mirip frambusia (sifilis frambusiformis) Pustula, - bersifat destruktif pd KU buruk (rupia sifilitika = lues maligna)
SIFILIS SEKUNDER ( S II )
Sifilis Std II, makulopustula Sifilis Std II, Papuloskuama
SIFILIS SEKUNDER ( S II )
Sifilis II, palm & sole Sifilis II, palmar
SIFILIS SEKUNDER ( S II )
Lesi Psoriasiformis Kondiloma lata, perianal
SIFILIS SEKUNDER ( S II )
Kelainan tubuh lain Kuku : onikia, rapuh dan kabur Mata : uveitis anterior, korioretinitis Tulang : periostitis Hepar : hepatomegali, hepatitis Ginjal, meningen
Kelainan klinis seperti kelainan stadium II, namun kelainan bersifat setempat.
Kelainan klinis (-) dan hanya dapat diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan STS yang positif.
Lamanya masa laten ini dapat berlangsung bertahun-tahun, bahkan dapat berlangsung seumur hidup.
Kelainan timbul 3
STADIUM III
10 tahun
sesudah stadium I
mengalami perkejuan
(perlunakan) & pecah ulkus
keputihan (ulkus
gumosum) & bersifat destruktif & serpiginosa.
Guma di semua jaringan & merusak semua jenis jaringan : tulang rawan hidung, palatum atau organ dalam tubuh : lambung, hepar, lien, paru-paru, testis dan lain-lain.
S III - Guma
Sifilis Stadium III, Large gumma
S III - Guma
Sifilis III, Gumma on lower lip
Saddle Nose, Destruction nasal bone
Manifestasi Klinis
Sifilis tersier (S III)
Lesi pertama umumnya
terlihat antara tiga sampai sepuluh tahun setelah S I. Kelainan yang khas ialah guma, yakni infiltrat sirkumskrip, kronis, biasanya melunak, dan destruktif. Dapat menyarang mukosa,tulang dan alat dalam
SIFILIS KARDIOVASKULAR
Manifestasi klinik baru (+) 10 40 tahun setelah infeksi primer.
Sekitar 10 % penderita sifilis akan mengalami fase ini & dapat terjadi
darah sedang.
NEUROSIFILIS
Treponema pallidum sudah dapat SSP pada stadium dini, tetapi kelainan
generalisata.
MDL/S/Peb/2006
KLASIFIKASI STS
Tes Non Treponema : kardiolipin, lesitin dan kolesterol
Ketepatan hasil STS dinilai berdasarkan : Sensitivitas : % individu yang terinfeksi yang memberi hasil positif Spesifivitas : % individu yang tidak infeksi yang memberikan hasil negatif
Flokulasi / aglutinasi
V.D.R.L. (Venereal Disease Research Laboratory)
Kahn
MDL/S/Peb/2006
Tes Treponema
Berguna pada keadaan :
Tes Non Treponema berulang kali (+) namun dicurigai adanya sifilis laten
MDL/S/Peb/2006
Tes Imobilisasi
Tes imunofluoresensi
Tes Hemanglutinasi
Tes Imobilisasi
Tes Imobilisasi
Treponema Pallidum Immobilization (TPI)
Tes Treponema yang paling spesifik
Hasil positif pada Treponematosis Kekurangannya : - Rx lambat, baru (+) pd akhir stadium I, -Tidak dapat - untuk menilai hasil pengobatan,
Teknik sulit dan biayanya mahal
Tes imunofluoresensi
Fluorecent Treponemal Antibody Absorption Test (FTA-Abs)
Antigen u/ test ini adalah bakteri T. pallidum. Bakteri ini tidak bisa dikultur sehingga bakteri ini dikembang biakan dan diekstraksi dari jaringan testikular kelinci.Kemudian hasil ekstraksi di sebar meratakan dan difiksasi di kaca objek. Serum dari pasien dicampurkan dengan absorben (abs) yang berisi treponema non (Treponema phagedenis biotype Rieter). Tujuan pemberian absorben adalah untuk membuang antibodi anti treponema yang tidak spesifik untuk bakteri
MDL/S/Peb/2006
Tes imunofluoresensi
Fluorecent Treponemal Antibody Absorption Test (FTA-Abs) Tes ini paling sensitif (90 %), bisa u deteksi Ig G False (+) pada
Keganasan Lupus eritematosus Anemia hemolitik Sirosis hepatik
Rheumatoid arthritis
Skleroderma Drug induced LE < 18 % S I & < 5 % S laten false (+)
Kehamilan
Infeksi virus, vaksinia Orang normal
MDL/S/Peb/2006
Tes imunofluoresensi
FTA Abs IgM
Tes untuk deteksi IgM
Bersifat sgt reaktif pd sifilis dini & paling
Tes Hemanglutinasi
Treponema Pallidum Haemagglutination Assay (TPHA) :
Tes Hemanglutinasi
Treponema Pallidum Haemagglutination Assay (TPHA). Bersifat cukup spesifik & sensitif, reaktif cukup dini Merupakan tes yg dianjurkan teknik dan pembacaan hasil mudah. False positif dapat terjadi pada : Kehamilan Lepra Connective tissue diseases Infeksi momonukleosis
MDL/S/Peb/2006
Neurosifilis perlu pemeriksaan cairan serebrospinalis untuk menilai : Jumlah sel PMN : > 4/mm Total protein : > 40 mg/dl Tes Non Treponema (VDRL) Titer Ig G cairan serebrospinalis dan Ig M serum meningkat
MDL/S/Peb/2006
Sel PMN normal dlm waktu 6 bulan Kadar protein normal dlm waktu 2 tahun
Pemeriksaan Lain
Pem sinar Rontgen u melihat kelainan khas pd
ginjal
PENATALAKSANAAN
Obat pilihan u Th/ sifilis : Penisilin
Prinsip Th/ sifilis : kadar obat harus dapat bertahan dalam serum selama 10 14 hari u sifilis dini & lanjut, 21 hari u neurosifilis dan sifilis kardiovaskular.
MDL/S/Peb/2006
S II : 6 juta unit
S III : 9 juta unit
MDL/S/Peb/2006
Golongan
Lama kerja obat
Short acting
Intermediate acting
Long acting
24 jam
72 jam
2 3 minggu
Cara pengobatan
Setiap hari
Setiap 3 hari
Seminggu sekali
Sifilis
Pengobatan
Pemantauan
Serologik
Sifilis primer 1. Penisilin G benzatin dosis 4,8 juta unit IM, 2,4 juta unit dan diberikan 1x Pada bulan I, III, VI, & seminggu. 2. Penisilin G prokain dalam akua dosis total 6 juta, diberi 0,6 juta unit/hari XII & setiap 6 bulan pada tahun ke 2
selama 10 hari
3. PAM (penisilin prokain +2% aluminium monostrerat) dosis 4,8 juta unit, diberikan 1,2 juta unit/kali 2 kali seminggu
Sifilis sekunder
Sifilis laten
Sifilis S III
1.Penisilin G benzatin dosis total 9,6 juta unit 2.Penisilin G prokain dalam akua, dosis total 18 juta unit (0,6 juta unit/hari) 3. PAM dosis total 9,6 juta unit (1,2 juta unit/kali, 2x seminggu)
MDL/S/Peb/2006
Ps harus diberitahu
Sebelum Th/ dilakukan pemeriksaan STS STS diulang setelah Th/ selesai Dilakukan : 1, 3, 6, & 12 bulan sampai 2 tahun sth Th/ selesai
TUJUAN :
Relaps penyakit
DIAGNOSA BANDING
SIFILIS STADIUM I
1. Herpes simplek 2. Ulkus piogenik 3. Skabies 4. Balanitis 5. Limfogranuloma venereum 6. Karsinoma sel squamosa 7. Penyakit bechet. 8. Ulkus mole 1. Erupsi alergi obat 2. Morbili 3. Pitiriasis rosea 4. Psoriasis 5. Dermatitis seboroik 6. Kondiloma akuminatum 7. Alopesia areata
SIFILIS STADIUM II
MDL/S/Peb/2006
PROGNOSIS
Dengan ditemukannya penisilin, maka prognosis sifilis
menjadi lebih baik. Penyembuhan berarti sembuh klinis seumur hidup, tidak menular ke orang lain, T.S.S pada darah dan likuor serebrospinalis selalu negatif. Jika sifilis tidak diobati, maka hampir akan kambuh, 5% akan mendapat S III, 10% mengalami sifilis kardiovaskular, neurosifilis pada pria 9% dan pada wanita 5%, 23% akan meninggal. Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%.