Anda di halaman 1dari 23

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT

SEKOLAH STAF DAN KOMANDO




BINTAL FUNGSI KOMANDO
BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum
a. Pembinaan TNI AD mencakup pengertian proses perencanaan,
pengorganisasian pelaksanaan dan pengendalian baik doktrin, organisasi, personel
dan materiil maupun operasi. Pembidangan dalam pembinaan dimaksudkan untuk
memperdalam dan mempertajam serta mempermudah pelaksanaannya. Bidang-
bidang tersebut tidak terpisahkan dari keseluruhan pembinaan TNI sebagai
kesatuan yang lengkap, bulat dan utuh. Tiap-tiap bidang tidak berdiri sendiri tetapi
saling terkait secara fungsional.
b. Pembinaan personel TNI AD merupakan bagian dari Pembinaan TNI AD
dengan subjek maupun objek Pembinaan adalah manusia. Pembinaan personel
adalah salah satu fungsi organik yang merupakan bagian terpenting dari
pembinaan TNI AD secara keseluruhan. Fungsi organik penyelenggaraannya
menjadi tanggung jawab Komandan/Pimpinan kesatuan TNI AD mulai dari tingkat
kesatuan yang terendah sampai yang tertinggi.
c. Pembinaan mental Angkatan Darat merupakan bagian dari pembinaan
personel TNI AD dengan fungsi dan tugas membina sikap mental personel TNI AD,
sehingga seluruh perilaku setiap anggota TNI AD sesuai dengan nilai-nilai Sapta
Marga dan Sumpah Prajurit Bagi anggota TNI AD, wujud dan peran pembinaan
mental sudah mewarnai jati dirinya sejak perjuangan merebut, menegakkan dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia yaitu sebagai pejuang Prajurit dan
Prajurit pejuang. Salah satu upaya agar jatidiri TNI AD tersebut tetap terpelihara
maka pembinaan mental harus dilakukan secara sistematis dan berlanjut, untuk
itu diperlukan pemahaman dan kesamaan persepsi setiap unsur pimpinan
tentang Bintal Fungsi Komando sehingga Bintal TNI AD dapat berdaya guna dan
berhasil guna.
2. Maksud dan Tujuan.
a. Maksud. Buku/naskah tentang Pembinaan Mental Fungsi Komando ini
dimaksudkan untuk memberikan penjelasan kepada Perwira siswa tentang Bintal
Fungsi Komando dan tata cara pelaksanaannya di satuan.


2
b. Tujuan. Agar diperoleh kesamaan persepsi dan pemahaman tentang
Bintal Fungsi Komando dan pelaksanaannya, sehingga Bintal Fungsi Komando
dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna.
3. Dasar.
a. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
b. Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 11 Azas Kepemimpinan TNI.
c. UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI.
d. Keputusan Pangab Nomor Kep / 06 / X / 1991 tanggal 5 Oktober 1991
tentang Buku Petunjuk Dasar Pembinaan Prajurit ABRI.
e. Keputusan Pangab Nomor Kep / 05 / V / 1997 tanggal 23 Mei 1997 tentang
Buku Petunjuk Induk Pembinaan Mental ABRI Pinaka Baladika.
f. Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep / 241 / VI / 2005 tanggal 27 Juni
2005 tentang Petunjuk Administrasi Pendidikan Pengembangan Umum Perwira
TNI.
g. Surat Keputusan Pangab Nomor Skep / 431 / VII / 1992 tanggal 25 Juli 1992
tentang Petunjuk Lapangan Bintal Fungsi Komando.
h. Surat Keputusan Kadisbintalad Nomor Skep / 16 / X / 2003 tanggal 23
Oktober 2003 tentang Pengesahan berlakunya Buku Petunjuk Pembinaan tentang
Pembinaan Mental Rohani.
4. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup Pembinaan Mental Fungsi
Komando ini meliputi pokok-pokok Pembinaan Mental Fungsi Komando dan tata cara
pelaksanaannya, dengan tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Pokok-pokok Pembinaan Mental Fungsi Komando.
c. Pelaksanaan Pembinaan Mental Fungsi Komando.
d. Penutup.
5. Pengertian.
a. Mental adalah kondisi jiwa yang terpantul dalam sikap dan perilaku
seseorang terhadap berbagai situasi yang dihadapi.
b. Pembinaan Mental Angkatan Darat adalah segala usaha, tindakan dan
kegiatan untuk menumbuhkan, memelihara, meningkatkan dan memantapkan
kondisi jiwa anggota TNI AD berdasarkan Agama, Pancasila, Sapta Marga,
Sumpah Prajurit, Doktrin Kartika Eka Paksi, melalui pembinaan mental rohani,
ideologi dan mental kejuangan, sehingga mampu serta mantap didalam
pelaksanaan tugasnya.



3
c. Pembinaan Mental Rohani adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan
pembinaan rohani prajurit dan PNS TNI AD untuk memelihara dan meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan serta akhlak / moral yang baik sesuai agama yang
diyakini.
d. Pembinaan Mental Ideologi adalah pembinaan kesadaran mental ideologi
bagi prajurit dan PNS TNI AD sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang
terkandung dalam Pancasila guna mewujudkan prajurit Sapta Marga dan PNS yang
setia kepada NKRI.
e. Pembinaan Mental Kejuangan, adalah pembinaan kesadaran mental
kejuangan dalam rangka menumbuhkan, memelihara dan memantapkan kondisi
jiwa anggota TNI AD dan keluarganya sehingga terwujud militansi yang
mencerminkan sikap rela berkorban, tahan menderita, tidak mudah putus asa,
pantang menyerah, memegang teguh jiwa kepatriotan serta mendahulukan
kepentingan bangsa dan negara.
f. Bintal Fungsi Komando adalah fungsi organik militer yang berkaitan
dengan pembinaan mental prajurit dan penyelenggaraannya menjadi kewajiban dan
tanggung jawab Komando.
g. Santiaji adalah metode pembinaan mental untuk mendapatkan kemantapan
mental melalui pemberian ilmu dan pengetahuan.
h. Santikarma adalah metode pembinaan mental untuk mendapatkan
kemantapan mental melalui pengamalan ilmu dan pengetahuan.
i. Moral adalah kondisi mental seseorang yang dicerminkan dalam
penghargaan terhadap nilai kehidupan. Di samping itu moral dapat diartikan
sebagai penghayatan tentang apa yang baik dan yang buruk.
j. Moril adalah kondisi mental seseorang yang mengandung semangat dan
kesediaan untuk menjalankan tugas serta pengorbanan yang setinggi-tingginya.
k. Pinaka Baladika, berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya Menjadikan
dirinya sebagai kekuatan yang memiliki sifat-sifat yang melebihi dari biasanya atau
sifat yang unggul. Dalam buku ini artinya Menjadikan prajurit yang memiliki sifat-
sifat keperwiraan / kekesatriaan.
l. Jati Diri atau identitas adalah kesamaan ciri-ciri khas yang essensial, yang
diperoleh seseorang/ bangsa sepanjang hidupnya/sejarahnya.







4
BAB II
POKOK-POKOK PEMBINAAN MENTAL FUNGSI KOMANDO

6. Hakekat Pembinaan Mental. Pembinaan Mental pada hakekatnya adalah
upaya menginternalisasikan nilai-nilai ajaran agama, Pancasila dan Sapta Marga secara
terus menerus dan berlanjut dalam rangka membentuk, memelihara dan meningkatkan
kondisi mental setiap anggota TNI AD, sehingga terwujud sikap dan perilaku sesuai
dengan nilai-nilai Sapta Marga.
7. Tujuan Pembinaan Mental, adalah terbentuknya kualitas mental keprajuritan
sesuai dengan nilai-nilai Sapta Marga yang pada gilirannya dapat dijadikan panutan dan
pendorong pembentukan watak dan kepribadian bangsa Indonesia sebagai Bangsa
Pejuang.
8. Peran. Bintal merupakan bagian integral dari TNI AD yang berperan
menyelenggarakan pembinaan, pemeliharaan dan peningkatan mental (mental rohani,
mental ideologi dan mental kejuangan) prajurit dan PNS TNI AD agar memiliki sikap
mental yang tangguh di dalam pelaksanaan tugas.
9. Sasaran Pembinaan Mental.
a. Sasaran Kuantitatif :
1) Prajurit sebagai perorangan.
2) Kesatuan.
3) Keluarga Besar TNI AD.
4) Lingkungan sosial tempat prajurit dan kesatuan itu berada.
b. Sasaran Kualitatif :
1) Terwujudnya sikap dan perilaku serta terbinanya sikap mental, moral
dan kepribadian PA TNI Angkatan Darat yang memiliki jiwa juang dan
kepemimpinan yang tangguh serta memiliki motivasi dan dedikasi yang
tinggi dalam melaksanakan tugas di lapangan/staf di lingkungannya baik
sebagai pemegang komando maupun sebagai staf.
2) Pengetahuan dan keterampilan.
a) Pengetahuan. Terwujud dan terbinanya penguasaan, keluasan
dan kedalaman ilmu pengetahuan dalam bidang pembinaan mental
yang mutlak perlu dimiliki Pa Angkatan Darat yang terpilih dalam
mendukung tugas dan tanggung jawabnya.
b) Keterampilan. Terwujud dan terbinanya ketrampilan profesional
di bidang pembinaan mental dan mampu melaksanakan perencanaan


5
dan prosedur hubungan Staf dan Komando serta mampu
merencanakan, menyelenggarakan dan mengevaluasi pelaksanaan
pembinaan mental dengan baik.
10. Tugas. Bintal TNI AD melaksanakan tugas menyelenggarakan pembinaan,
pemeliharaan dan peningkatan mental prajurit serta PNS TNI AD, guna mendukung
pembinaan kemampuan dan penggunaan kekuatan TNI AD sebagai berikut :
a. Tugas Pokok. Membina, memelihara dan meningkatkan mental prajurit dan
PNS TNI AD melalui pembinaan mental rohani, ideologi dan kejuangan.
b. Tugas Bantuan.
1) Menyiapkan Tim/ Satgas Bintal untuk mendukung kegiatan non fisik
operasi TNI AD.
2) Ikut serta secara aktif memberi bimbingan dan penyuluhan kepada
masyarakat tentang wawasan kebangsaan guna meningkatkan kesadaran
berbangsa dan bernegara.
3) Ikut memfasilitasikan dan memberikan asistensi kegiatan lintas agama
yang melibatkan TNI AD.
11. Fungsi. Di dalam melaksanakan tugasnya, Bintal TNI AD menyelenggarakan
Pembinaan Mental Rohani (Bintalroh), Pembinaan Mental Ideologi (Bintalid) dan
Pembinaan Mental Kejuangan (Bintaljuang).
a. Pembinaan Mental Rohani. Memelihara dan meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mempertinggi
moral/akhlak yang luhur baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa, manusia dengan sesamanya, maupun dengan diri pribadi dan lingkungannya.
b. Pembinaan Mental Ideologi. Membina ideologi Pancasila dalam
kehidupan anggota TNI AD dan PNS sebagai insan Pancasila yang berjiwa Sapta
Marga dan memegang teguh Sumpah Prajurit serta Panca Prasetya Korpri.
c. Pembinaan Mental Kejuangan. Membangkitkan dan memelihara semangat
juang, pengabdian, pengorbanan dan kepahlawanan berdasarkan nilai-nilai
kejuangan serta tradisi TNI / TNI AD dalam rangka memelihara identitas jati dirinya.
12. Sifat dan Lingkup.
a. Sifat.
1) Fleksibel. Harus ada kesesuaian antara materi, obyek, sasaran
dan tujuan pembinaan dihadapkan dengan perkembangan lingkungan
strategis di lapangan.
2) Komprehensif dan Integral. Pembinaan mental harus dilaksanakan
secara terencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berlanjut :


6
a) Terencana. Pembinaan mental harus selaras dengan sasaran
yang ingin dicapai dan sesuai dengan peran, tugas dan fungsi Bintal
TNI AD.
b) Menyeluruh. Pembinaan mental harus mencangkup seluruh
komponen Bintal dan menyentuh seluruh anggota TNI AD beserta
keluarganya.
c) Terpadu. Pembinaan mental dilaksanakan berdasarkan
program dan kebijaksanaan pimpinan TNI AD serta selaras dengan
program pembinaan fungsi instansi terkait, maupun satuan
penyelenggara.
d) Terarah. Pembinaan mental harus diarahkan pada sasaran
pencapaian tujuan pembinaan prajurit Pinaka Baladika.
e) Bertahap. Pembinaan mental dilaksanakan secara
bertingkat dan sistematis sesuai jenjang pendidikan baik formal
maupun non formal.
f) Berlanjut. Pembinaan mental harus diselenggarakan secara
terus menerus guna mewujudkan dan mengembangkan sikap mental
Prajurit Sapta Marga yang utuh.
b. Lingkup. Penyelenggaraan pembinaan mental merupakan bagian dari
system pembinaan kemampuan TNI AD. Pembinaan kemampuan TNI AD
diarahkan untuk mewujudkan profesionalisme keprajuritan yang meliputi
kemampuan di bidang pengetahuan, keterampilan teknis dan ketangguhan sikap
mental berdasarkan etika keprajuritan, baik secara perorangan maupun satuan.
Dalam rangka mewujudkan profesionalisme keprajuritan tersebut, lingkup
pembinaan mental adalah membentuk, memelihara dan meningkatkan mental
anggota TNI AD melalui pembinaan mental rohani, mental ideologi dan mental
kejuangan.
13. Azas. Dalam penyelenggaraan Bintal TNI AD, baik pada tingkat perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan kegiatan, maupun pengawasan, harus memedomani
azas-azas sebagai berikut :
a. Keimanan dan Ketaqwaan. Pembinaan mental harus dijiwai, digerakkan
dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta dijadikan landasan spiritual, moral dan etika dalam pembangunan sumber
daya manusia di lingkungan TNI AD.
b. Normatif. Pembinaan mental harus bersifat konstitusional dan berpegang
teguh pada ketentuan-ketentuan ataupun norma-norma yang berlaku, baik yang
berkaitan dengan norma agama, hukum, moral dan tradisi yang luhur.
c. Kebersamaan dan Kekeluargaan. Pembinaan mental diarahkan untuk
dapat menciptakan rasa persatuan dan kesatuan, rasa senasib sepenanggungan
serta jiwa korsa yang kuat.


7
d. Kejuangan. Pembinaan mental diarahkan untuk mampu menumbuhkan
tekad, jiwa dan semangat pengabdian disertai disiplin yang tinggi guna mewujudkan
sikap mental yang mengutamakan kepentingan satuan, negara dan bangsa di atas
kepentingan pribadi atau golongan.
e. Manfaat. Pembinaan mental harus dapat memberikan dukungan dan
kegunaan bagi pemeliharaan mental dan moril prajurit/satuan serta komponen
pertahanan dan keamanan Negara.
f. Kepemimpinan. Pembinaan mental dilandasi oleh 11 Azas
Kepemimpinan TNI, Kepemimpinan dan Komunikasi Sosial TNI (KKS TNI) dan
Kepemimpinan Lapangan, untuk mendukung pelaksanaan peran dan fungsi TNI /
TNI AD.
g. Keseimbangan. Pembinaan mental harus dilaksanakan dan ditujukan
untuk terwujudnya keseimbangan, keserasian dan keselarasan perikehidupan
prajurit yang bersifat material dan spiritual, fisik dan kejiwaan, pengetahuan dan
keterampilan, individu dan kesatuan, serta keluarga (TNI AD) dan masyarakat.
14. Prinsip. Penyelenggaraan pembinaan mental berpedoman kepada prinsip-
prinsip sebagai berikut :
a. Tanggung jawab Komando. Pembinaan mental merupakan fungsi
komando dan bagian dari pembinaan kemampuan TNI AD. Karena itu
penyelenggaraannya adalah menjadi tanggung jawab para Komandan/Pimpinan
dari masing-masing Satuan TNI AD. Perwira Staf Pembina mental wajib
menyampaikan asistensi teknis dengan lingkup tanggung jawab tugasnya.
b. Preventif Aktif. Pembinaan mental harus dapat mengendalikan dan
mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran oleh anggota TNI AD terhadap
hukum, disiplin, tata tertib dan norma-norma yang berlaku.
c. Pelayanan Satuan (Unit Service). Penyelenggaraan pembinaan mental
sedapat mungkin dilaksanakan oleh pejabat pembina mental satuan secara optimal.
d. Pelayanan Daerah (Area Service). Penyelenggaraan pembinaan mental
diberikan oleh pejabat pembina mental Kotama kewilayahan (Kodam) kepada
seluruh satuan yang berada dalam wilayah Kodam yang bersangkutan.
e. Pelayan Pusat. Penyelenggaraan pembinaan mental oleh Badan
Pembinaan Mental tingkat pusat yang diberikan kepada daerah dan satuan berupa
asistensi teknis maupun dukungan pelayanan secara langsung sesuai kebutuhan di
lapangan.
f. Kemitraan. Penyelenggaraan pembinaan mental yang disebabkan oleh
suatu keadaan tertentu, sehingga diperlukan dukungan penyelenggaraan
pembinaan mental dari / oleh perorangan / instansi luar TNI AD secara timbal balik
dalam rangka kemanunggalan TNI dengan rakyat.



8
15. Tanggung Jawab Komando Terhadap Pembinaan Mental.
a. Dalam hubungan ke dalam harus tercipta hubungan yang saling
membutuhkan (Interrelationship) dengan anggota kesatuan. Komandan mempunyai
kedudukan sebagai pemimpin, guru, bapak dan Pembina, yang perwujudannya
tercermin dalam Sebelas Azas Kepemimpinan TNI.
1) Sebagai Pemimpin, ia harus mengetahui kondisi jiwa dan aspirasi
yang hidup dalam sanubari anak buah; pandai menilai dan menghargai
pendapat, pendirian kehendak dan sikap anak buah; bijak dalam membina
kesatuan perasaan dan pendapat (konsensus) dalam mencapai tujuan;
mampu memberikan panutan dalam perkataan dan perbuatan.
2) Sebagai Guru, ia harus senantiasa memelihara dan meningkatkan
pengetahuan anak buah, setiap saat bersedia untuk memberikan bimbingan,
baik secara perorangan, maupun dalam hubungan kesatuan guna mencapai
kemajuan dan keterampilan kerja.
3) Sebagai Bapak, Ia harus berperilaku sederhana, mengenal anak
buah, bersifat terbuka dan ramah tamah, mengayomi, bijaksana, tetap tegas,
adil; mendorong dan semaksimal mungkin berusaha untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota bawahan baik material ataupun spiritual.
4) Sebagai Pembina, ia harus menguasai fungsi-fungsi pembinaan yang
meliputi perencanaan, penyusunan, pengendalian, pengawasan dan
pengarahan, senantiasa meningkatkan hasil guna dan daya guna, ambeg
parama arta dan bertanggung jawab atas keberhasilan.
5) Sebagai Komandan, ia harus berpendirian teguh, tegas dan tanggung
jawab, memiliki kecakapan teknis, mempunyai keterampilan dan
kemampuan dalam mengambil keputusan dan memberikan perintah, penuh
inisiatif, dinamis dan bijaksana dalam menggunakan wewenang.
b. Pembinaan mental sebagai bagian dari fungsi pembinaan personel bertujuan
untuk mewujudkan prajurit Sapta Marga, sangat diperlukan dalam mencapai tujuan
kesatuan. Komandan bertanggung jawab untuk melaksanakan pembinaan mental
tersebut secara terus menerus, terarah dan berlanjut. Kesatuan TNI AD memiliki
beberapa fungsi organik, dimana masing-masing fungsi berkaitan erat satu
sama lain, saling ketergantungan dan saling menunjang. Pembinaan mental
melekat pada setiap fungsi organik tersebut, oleh sebab itu setiap Komandan
sebagai penyelenggara setiap fungsi tersebut berkewajiban untuk menunjang
penyelenggaraan Bintal.
c. Komandan sebagai pemegang wewenang dan kekuasaan tertinggi dalam
suatu kesatuan TNI AD bertanggung jawab mengkoordinasikan dan mengendalikan
segala kegiatan kesatuan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan. Dalam mencapai tujuan tersebut, berbagai faktor mempengaruhi, antara
lain adalah prajurit pengawak organisasi. Kegiatannya sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti kondisi fisik, kemampuan intelektual dan kondisi mental,


9
disamping faktor situasional. Diantara berbagai faktor yang berpengaruh tersebut,
kondisi mental sangat menentukan nilai keberhasilan kegiatan tersebut.
d. Komandan yang bertanggung jawab atas tercapainya tujuan organisasi atau
kesatuan juga bertanggung jawab atas kesiapan para prajurit yang akan
melaksanakan tugas. Kesiapan kesatuan bukan hanya dalam hal-hal berkaitan
dengan kondisi fisik atau keterampilan saja, melainkan juga dengan kondisi mental
anggota. Dengan demikian, maka tanggung jawab Komandan atas pembinaan
mental anggotanya tidak dapat diabaikan.
16. Evaluasi.
a. Jelaskan hakekat pembinaan mental !
b. Jelaskan dan sebutkan sasaran pembinaan mental.
c. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip pembinaan mental !
d. Jelaskan tugas dan tanggung jawab pembinaan mental !

BAB III
PELAKSANAAN PEMBINAAN MENTAL FUNGSI KOMANDO

17. Wewenang dan Tanggung Jawab. Pembinaan Mental TNI bukan hanya
membina anggota kesatuan secara perorangan, melainkan juga membina kesatuan.
Kondisi mental anggota dan kondisi mental kesatuan menentukan terlaksananya
tugas dan fungsi kesatuan khususnya dan TNI AD pada umumnya. Dengan demikian,
maka pembinaan mental ikut menentukan terlaksananya tugas dan fungsi kesatuan.
Tugas dan fungsi harus dilaksanakan sebaik mungkin, dalam arti tuntas, berhasil
dan bernilai moral yang tinggi. Hal ini dapat dicapai, apabila didukung oleh kondisi
mental yang baik. Oleh karena itu, Komandan yang bertanggung jawab atas
keberhasilan tugas dan fungsinya, berkewajiban melaksanakan pembinan mental
bagi kesatuannya. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Komandan merupakan penanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
pembinaan mental prajurit dalam kesatuannya.
b. Perwira Staf yang merupakan pembantu Komandan secara garis besar
terdiri dari : Perwira Staf Umum, Perwira Staf Khusus dan Perwira Staf Ahli.
1) Perwira Staf Umum, sesuai dengan fungsinya membantu
Komandan dalam pembinaan mental TNI AD dengan metode Santiaji
dan Santikarma.
a) Perwira Staf Intelijen, membantu Komandan dalam
pembinaan mental antara lain :


10
(1) Mewaspadai kemungkinan adanya dampak dari
infiltrasi golongan ekstrim, subversi dan psywar terhadap
kondisi mental prajurit.
(2) Mewaspadai kemungkinan terjadinya penurunan moril
dan disiplin prajurit serta mencegah kemungkinan
terjadinya penyimpangan terhadap Pancasila dan Sapta
Marga.
(3) Mengamati tanggapan (respons) anggota dalam
kegiatan-kegiatan pembinaan mental dalam kesatuan.
(4) Memberikan saran kepada Dan/Pimpinan tentang
langkah-langkah yang tepat dalam rangka pembinaan
mental.

b) Perwira Staf Operasi, membantu Komandan dalam
pembinaan mental antara lain :
(1) Mewaspadai kemungkinan adanya dampak dari
perencanaan dan pelaksanaan operasi, pendidikan dan latihan
yang kurang memperhatikan aspek pembinaan.
(2) Pelaksanaan berbagai operasi dan kegiatan sosial
melibatkan Perwira Bintal.
(3) Mengkoordinasikan dan merencanakan waktu
kegiatan Bintal.
(4) Mengerahkan anggota atau pasukan untuk mengikuti
kegiatan Bintal.
c) Perwira Staf Personel, membantu Komandan dalam
pembinaan mental antara lain :
(1) Mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan
pelaksanaan administrasi personel yang dapat berdampak
negatif terhadap kondisi mental prajurit.
(2) Mengkoordinasikan kegiatan Bintal dengan instansi
(dinas, jawatan), pimpinan masyarakat atau pimpinan
daerah.
(3) Memonitor kegiatan Bintal di wilayahnya, baik yang
dilakukan oleh kesatuan TNI AD maupun non TNI.
d) Perwira Staf Logistik, membantu Komandan dalam pembinaan
mental antara lain dengan memberikan dukungan fasilitas, sarana dan
prasarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan Bintal.


11
e) Perwira Staf Teritorial, membantu Komandan dalam
pembinaan mental antara lain :
(1) Memberikan saran tindak kepada Komandan tentang
Bintal untuk masyarakat terutama dalam mendekatkan hati
prajurit kepada rakyat dan memperkokoh kemanunggalan TNI
dengan rakyat.
(2) Mengkoordinasikan kegiatan Bintal dengan instansi
(dinas, jawatan) pimpinan masyarakat atau pimpinan daerah.
(3) Memonitor kegiatan Bintal di wilayahnya, baik yang
dilakukan oleh kesatuan TNI maupun non TNI.
2) Perwira Bintal, membantu Komandan dalam pembinaan mental
TNI AD secara fungsional. Oleh karena itu, perlu memiliki kemampuan
profesional dan kemampuan manajerial serta kemampuan berkoordinasi
dengan Perwira Staf lainnya serta pihak yang terkait.
3) Perwira Staf Khusus dan Staf Ahli, membantu Komandan dalam
pembinaan mental sesuai dengan bidang masing-masing.
4) Perwira tenaga pendidik (Gumil/Dosen) membantu Komandan
dalam pembinaan mental dengan bentuk keteladanan sesuai bidang
masing-masing.
5) Kesatuan-kesatuan yang tidak memiliki struktur organisasi seperti
tersebut diatas pelaksanaan BFK dapat menyesuaikan dengan strutktur
organisasi yang ada.
18. Tahap-tahap Pelaksanaan. Pembinaan mental TNI AD dilaksanakan melalui
prinsip manajemen modern.
a. Perencanaan.
1) Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam rangka menyusun
rencana pembinaan mental adalah data tentang kondisi kesatuan, meliputi
keadaan organisasi, personel, materiil, keluarga, lingkungan dan lain-
lain dianggap relevan. Selanjutnya data tersebut diolah.
2) Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, maka ditentukan
kebijaksanaan untuk menyusun rencana kegiatan pembinaan mental di
kesatuan yang bersangkutan. Selanjutnya rencana tersebut dimasukkan
dalam program kegiatan kesatuan.
3) Merencanakan kegiatan pembinaan mental sesuai dengan agama,
obyek, materi/topik dan metoda yang akan digunakan.
4) Merencanakan waktu, tempat, penceramah, peserta dan acara
pembinaan mental, baik yang bersifat rutin maupun berkala.


12
5) Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan
dan kemampuan satuan.
b. Pengorganisasian.
1) Pengorganisasian dalam pembinaan.
a) Pejabat penyelenggara, secara fungsional adalah Pabintal
atau Paroh Satuan yang bersangkutan. Apabila tidak ada
Pejabat Bintal di satuan tersebut dapat dikoordinir oleh Pabintal
Satuan atas atau Satuan samping sesuai kebijaksanaan Dansat.
b) Petugas penceramah, pengajar dan pembimbing adalah
Santiajiwan/ Rohaniwan dari Satuan yang bersangkutan atau Satuan
atas/ Satuan samping, apabila tidak ada di Satuan tersebut,
diupayakan dari unsur lain seperti Depag atau Majelis Agama
setempat secara selektif.
c) Panitia pelaksana. Apabila kegiatan Bintal berskala besar
seperti peringatan hari besar agama/nasional dapat dibentuk Panitia
pelaksana sesuai dengan kebutuhan.
d) Apabila diperlukan dapat diadakan kerjasama dengan instansi
pemerintah terkait atau lembaga non pemerintah setempat setelah
mendapat clearance dari pihak yang berwenang.
2) Pengorganisasian dalam penggunaan.
a) Mendukung operasi militer perang.
(1) Yang melekat dalam Satuan (organik atau BP) adalah
Perwira Bintal/Rohani yang melaksanakan tugas disalah satu
Satuan/Batalyon dalam mendukung satuan operasi militer.
Pabintal/Paroh berperan langsung sebagai penyelenggara dan
sekaligus sebagai Pembina mental di satuan/batalyon
tersebut.
(2) Yang tidak melekat dalam Satuan (BKO) adalah Satuan
tugas Bintal yang di BKO-kan pada suatu Komando Operasi
(Koops) untuk mendukung tugas militer di daerah rawan.
Pabintal/Paroh bekerjasama dengan unsur Bintal satuan lain
dan unsur Depag setempat dapat berperan sebagai
penyelenggara dan petugas/Pembina mental/rohani untuk
anggota TNI dan masyarakat yang dijadikan sasaran
pembinaan atau penggalangan.




13
b) Mendukung operasi militer selain perang.
(1) Yang melekat dalam Satuan (organik atau BP).
Pabintal/Paroh berperan langsung sebagai penyelenggara dan
sekaligus sebagai Pembina mental/rohani disatuan tersebut.
(2) Yang tidak melekat dalam Satuan (BKO). Misalnya :
Satuan tugas Bintal yang di BKO-kan dalam mendukung
Operasi Bhakti TNI di suatu daerah/wilayah.
Pabintal/Paroh bekerjasama dengan unsur Bintal satuan lain
dan unsur Depag setempat dapat berperan sebagai
penyelenggara dan petugas/Pembina mental untuk anggota
TNI AD dan masyarakat yang dijadikan sasaran pembinaan
atau penggalangan.
c. Pelaksanaan.
1) Pelaksanaan dalam Pembinaan.
a) Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
kegiatan pembinaan mental.
b) Mengkoordinir pengumpulan anggota yang akan dibina sesuai
jadual waktu yang ditentukan.
c) Melaksanakan kegiatan pembinaan mental rohani melalui
perawatan rohani, penyuluhan rohani dan bimbingan rohani sesuai
agama, obyek, materi/topik yang akan digunakan.
d) Melaksanakan kegiatan pembinaan mental ideologi melalui
ceramah, penataran, simulasi, kursus, pendidikan dan latihan.
e) Melaksanakan kegiatan pembinaan mental kejuangan melalui
ceramah, diskusi, sarasehan, seminar, sosialisasi dan sosiodrama.
2) Pelaksanaan dalam Penggunaan.
a) Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
kegiatan pembinaan mental dalam mendukung operasi militer
perang maupun operasi militer selain perang.
b) Apabila memungkinkan, mengkoordinir pengumpulan
anggota dan melaksanakan kunjungan terhadap anggota yang
akan dibina didaerah persiapan maupun pos-pos didaerah
operasi sesuai rencana waktu dan perkembangan situasi di
lapangan.




14
c) Melaksanakan kegiatan pembinaan mental rohani melalui
perawatan rohani dan penyuluhan rohani sesuai agama, obyek,
materi/topik yang akan digunakan dalam mendukung operasi
militer perang dan operasi militer selain perang.
d) Menyampaikan ceramah pembekalan motivasi juang dan
kesetiaan prajurit kepada NKRI, memberikan bimbingan dan
penyuluhan tentang wawasan kebangsaan kepada masyarakat serta
mengumpulkan data-data, dokumen yang berkaitan dengan ideologi
di daerah operasi.
3) Metode Pembinaan Mental.
a) Metode pembinaan mental rohani dilaksanakan dengan cara
perawatan rohani, bimbingan rohani dan penyuluhan rohani sesuai
agama masing-masing.
(1) Rohani Islam.
(a) Perawatan rohani Islam dalam bentuk pelayanan
rohani melalui kegiatan peribadatan (wajib maupun
sunnah), penyumpahan, perawatan jenazah, kunjungan
kepada anggota yang mendapat musibah (takziah)
dan doa serta pelayanan administrasi dan bimbingan
NTCR (Nikah, Talak, Cerai, Rujuk).
(b) Bimbingan rohani Islam dalam bentuk penataran-
penataran, kursus-kursus, pengajaran/pendidikan
agama, pengajian/majelis taklim dan pengkajian
terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan
kehidupan beragama bagi umat Islam di ligkungan TNI
AD.
(c) Penyuluhan rohani Islam dalam bentuk kegiatan
ceramah/khotbah, dakwah/tabligh, siaran mimbar agama
melalui media cetak dan elektronika, sosio drama serta
peringatan hari besar agama Islam.
(2) Rohani Katholik.
(a) Perawatan rohani Katholik dalam bentuk
pelayanan rohani melalui kegiatan
peribadatan/sakramen, sakramentalia dan devosi
kepada para orang kudus, penyumpahan, perawatan
jenazah, olah rohani/retret/rekoleksi dan pelayanan
administrasi dan bimbingan pernikahan.



15
(b) Bimbingan rohani Katholik dalam bentuk
penataran-penataran, kursus-kursus, pengajaran dan
pengkajian yang menyangkut pengetahuan agama
/rohani Katholik dan mengadakan kunjungan
keluarga serta kunjungan pengembalaan.
(c) Penyuluhan rohani Katholik dalam bentuk
kegiatan ceramah / khotbah, siaran mimbar agama
melalui media cetak dan elektronika, sosio drama serta
peringatan hari-hari besar agama Katholik.
(3) Rohani Protestan.
(a) Perawatan rohani Protestan dalam bentuk
pelayanan rohani melalui kegiatan peribadatan,
penyumpahan, perawatan jenazah, kunjungan kepada
anggota yang mendapat musibah / sakit, pastoral
counseling dan doa serta retret.
(b) Bimbingan rohani Protestan dalam bentuk
penataran-penataran, kursus-kursus, pengajaran dan
pengkajian yang menyangkut pengetahuan agama /
kerohanian Protestan serta pelayanan adminstrasi dan
bimbingan pernikahan.
(c) Penyuluhan rohani Protestan dalam bentuk
kegiatan ceramah / khotbah, siaran mimbar agama
melalui media cetak dan elektronika, sosio drama serta
peringatan hari-hari besar agama Protestan.
(4) Rohani Hindu
(a) Perawatan rohani Hindu dalam bentuk pelayanan
rohani melalui kegiatan peribadatan, penyumpahan,
perawatan jenazah, kunjungan kepada anggota yang
mendapat musibah, tirta yatra dan doa serta pelayanan
administrasi dan bimbingan NCR (Nikah, Cerai, Rujuk).
(b) Bimbingan rohani Hindu dalam bentuk penataran-
penataran, kursus-kursus, pengajaran dan pengkajian
yang mencangkup pengetahuan agama / kerohanian
Hindu.
(c) Penyuluhan rohani Hindu dalam bentuk kegiatan
ceramah /dharma wacana, siaran mimbar agama
melalui media cetak dan elektronika, sosio drama serta
peringatan hari-hari besar agama Hindu.



16
(5) Rohani Budha.
(a) Perawatan rohani Budha dalam bentuk pelayanan
rohani melalui kegiatan peribadatan, penyumpahan,
perawatan jenazah, kunjungan kepada anggota yang
mendapat musibah dan doa serta pelayanan
administrasi dan bimbingan NCR (Nikah, Cerai, Rujuk).
(b) Bimbingan rohani Budha dalam bentuk
penataran-penataran, kursus-kursus, pengajaran dan
pengkajian yang menyangkut pengetahuan
agama/kerohanian Budha.
(c) Penyuluhan rohani Budha dalam bentuk kegiatan
ceramah, dharma wacana, siaran mimbar agama
melalui media cetak dan elektronika, sosio drama serta
peringatan hari besar agama Budha.
b) Metode pembinaan mental ideologi dilaksanakan dengan cara
Santi Aji dan Santi Karma.
(1) Santi Aji dalam bentuk memberikan pengertian dan
bekal ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penanaman
kesadaran, bahwa prajurit Angkatan Darat adalah warga
negara biasa, sama seperti warga negara lainnya mempunyai
hak dan kewajiban yang sama sebagaimana diatur dalam UUD
1945.
(2) Santi Karma, pengamalan pengetahuan melalui
perwujudan dalam bentuk keteladanan yang mencerminkan
norma-norma yang terkandung dalam Pancasila dan dalam
kehidupan ditengah-tengah masyarakat.
c) Metode pembinaan mental kejuangan dilaksanakan melalui
Santi Aji, Santi Karma dan komunikasi kejuangan.
(1) Santi Aji, digunakan dalam rangka memberikan bekal
ilmu dan pengetahuan bagi satuan di jajaran TNI AD dalam
bentuk penyampaian informasi, keterangan, penjelasan tentang
suatu masalah atau materi.
(2) Santi Karma digunakan dalam bentuk pengamalan ilmu
melalui pemberian contoh amal perbuatan seperti
memvisualisasikan suatu permasalahan dalam hubungan
antara manusia, kelompok manusia, antara masyarakat.
(3) Komunikasi Kejuangan, dalam bentuk kunjungan
silaturahmi kepada para tokoh pejuang masa lalu, menelusuri
jejak perjuangan dimasa lampau, memutar film dokumenter


17
dan film tentang kisah perjuangan masa lalu dengan pemeran
yang bersifat temporal.
4) Teknik Pembinaan Mental, mencakup kemungkinan yang luas, yang
pendekatannya perlu dipilih secara cermat sesuai dengan urgensi, obyek
dan jalur pembinaan mental TNI AD. Kemungkinan yang dapat dipilih dalam
teknik pembinaan mental TNI AD adalah :
a) Ceramah, yaitu teknik yang dititik beratkan pada penyampaian
informasi, keterangan, penjelasan atau uraian tentang sesuatu materi
atau materi, yang disampaikan secara formal dan lisan. Forum yang
dapat digunakan antara lain :
(1) Perayaan Hari Besar Agama.
(2) Peringatan Hari Besar Nasional.
(3) Amanat Irup.
(4) Sambutan-sambutan.
(5) Jam Komandan.
(6) Arahan Apel Pagi / Siang.
b) Diskusi, yaitu teknik yang dititik beratkan pada pendalaman
masalah atau kasus, dengan maksud mendorong peserta
mendayagunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk
merumuskan konsep pemecahannya. Forum yang dapat digunakan
antara lain :
(1) Rapat.
(2) Briefing.
(3) Seminar.
c) Tanya Jawab, yaitu teknik yang dititik beratkan pada
pengamalan butir-butir penting yang sudah diceramahkan.
d) Sosiodrama, yaitu teknik yang dititik beratkan pada
memvisualisasikan atau mementaskan sesuatu permasalahan,
gabungan antar manusia atau antar kelompok dalam masyarakat.
e) Bermain Peran, yaitu teknik yang dititik beratkan pada upaya
memainkan peran seorang tokoh masyarakat dalam sikap atau
perilaku tertentu yang dijadikan obyek bahasan.
f) Simulasi, yaitu teknik yang dititik beratkan pada permainan
atau perumpamaan dengan menerapkan aturan tertentu, sebagai
gambaran dalam menentukan cara pemecahan masalah yang terbaik.


18
g) Pelatihan, yaitu teknik yang dititik beratkan pada aspek-aspek
tertentu dari individu agar lebih mendalami dan terampil dalam
membawakan peran yang diharapkan.
h) Konseling, yaitu teknik yang dititik beratkan pada pemberian
pertimbangan atau nasehat kepada orang tertentu yang sedang
menghadapi masalah / kasus. Masalah tertentu dapat berupa
kesulitan menyesuaikan diri, perkawinan, karier, pekerjaan dan
pengembangan kemampuan.
i) Bimbingan Penyuluhan, yaitu teknik yang menitik beratkan
pada penyampaian penjelasan dan uraian tuntutan dari suatu materi
atau masalah yang disampaikan secara lisan dan formal disertai
dengan contoh contoh atau peragaan.
j) Wisata Rohani, yaitu teknik yang menitik beratkan pada
penyampaian sesuatu materi melalui bentuk kegiatan kegiatan
dengan mengunjungi obyek yang memiliki nilai spiritual dan nilai
juang.
d Pengendalian dan Pengawasan. Pengendalian dan pengawasan
dilakukan secara terus menerus oleh para Pembina mental sesuai dengan
tataran kewenangan.
1) Tujuan. Pengendalian dan pengawasan mental satuan bertujuan:
a) Untuk menjamin kesesuaian antara yang direncanakan
dengan yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, baik kualitas
maupun kuantitasnya.
b) Untuk mengetahui kesulitan, hambatan dan kemungkinan
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaannya, sebagai
bahan pertimbangan dalam merumuskan pemecahannya guna
keberhasilan Bintal yang akan datang.
2) Pengendalian.
a) Pengendalian pada prinsipnya dilaksanakan sebelum,
selama dan sesudah kegiatan. Pengendalian sebelum kegiatan
mulai dilakukan pada tahap perencanaan. Pengendalian selama
dan sesudah kegiatan dilakukan secara langsung atau tidak
langsung mulai dari kegiatan perumusan dan penyusunan sampai
dengan pelaksanaan pembinaan mental / rohani.
b) Pengendalian perencanaan. Pada setiap tahun anggaran
yang sedang berjalan, para Dan / Ka menyusun rencana pembinaan
mental untuk tahun anggaran berikutnya. Rencana tersebut
didasarkan pada rencana pengembangan pembinaan mental yang
diperlukan.


19
c) Pengendalian pelaksanaan dilakukan sesuai dengan program
dan anggaran yang telah disahkan. Dengan program tersebut para
Pembina melaksanakan penyusunan pembinaan mental sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3) Pengawasan.
a) Pengawasan pada prinsipnya dilaksanakan secara terus
menerus oleh Komandan / Kepala satuan.
b) Pengawasan pembinaan mental dilakukan sesuai dengan
tataran kewenangan mulai dari tahap perencanaan sampai pada
pelaksanaannya. Pengawasan dititik beratkan kepada kegiatan yang
bersifat pencegahan dari pada pengambilan tindakan setelah
terjadinya penyimpangan, baik ditingkat Pusat, Daerah maupun
Satuan.
e Evaluasi. Yang dimaksud evaluasi di sini adalah penilaian untuk
mengetahui seberapa jauh efektivitas jalannya operasional pembinaan. Hasil
penilaian merupakan masukan untuk menyusun perencanaan kegiatan berikutnya.
Segi-segi pelaksanaan penilaian yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1) Unsur yang dinilai. Penilaian meliputi seluruh aspek baik yang
berkaitan dengan pelaksanaan maupun hasil yang dicapai, yaitu kondisi
mental prajurit.
a) Kegiatan pelaksanaan. Dalam lingkup kegiatan
pelaksanaan, yang perlu diperhatikan dan diberikan penilaian adalah
segala kegiatan satuan yang terkait dan menunjang terwujudnya
pelaksanaan pembinaan mental, yang meliputi :
(1) Kebijaksanaan.
(2) Perencanaan.
(3) Pelaksana
(4) Metode dan teknik
(5) Materi
(6) Fasilitas dan sarana
(7) Waktu
b) Kondisi mental. Penilaian mengenai kondisi mental jauh lebih
sulit dibandingkan dengan menilai pelaksanaan pembinaan mental.
Disamping kondisi mental bersifat abstrak, tidak dapat langsung
diukur secara matematis. Pengukuran hanya dapat dilakukan
terhadap gejalanya saja.


20
Gejala-gejala itu pada umumnya ditunjukkan dalam bentuk perilaku
secara perorangan maupun satuan baik ketika melaksanakan tugas
dalam jam dinas atau ketika diluar jam dinas. Gejala yang sama tidak
selalu menggambarkan kondisi mental yang sama. Hal tersebut
menuntut para penilai untuk selalu ingat agar dalam memberikan
penilaian tidak terlalu cepat menyimpulkan hal-hal yang sangat
prinsipil berkaitan dengan mental seseorang. Untuk keperluan
evaluasi kondisi mental, maka dilakukan pengukuran atau penilaian
terhadap hal hal sebagai berikut :
(1) Kondisi Moral dan Ketaqwaan. Yang dimaksud dengan
kondisi moral dan ketaqwaan disini ialah tingkat kesesuaian
pola perilakunya dengan norma etik dan agama. Gejala yang
diamati :
(a) Jumlah dan tingkat pelanggaran terhadap hukum
positif, adat dan budaya serta agama.
(b) Kualitas penghayatan dan pengamalan ajaran
agama, Pancasila, Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
(c) Tingkat konsistensi dan konsekuensi atau
tidaknya dalam melaksanakan peraturan-peraturan TNI
(Permildas).
(d) Kualitas kepekaan terhadap nilai-nilai sosial dan
kepedulian sosial.
(2) Kondisi Moril. Yang dimaksud dengan kondisi
moril disini, ialah kualitas perilakunya ditinjau dari kadar
semangat juangnya dalam mencapai tujuan. Hal tersebut dapat
dilihat dari gejala yang mencerminkan tingkat :
(a) Kepercayaan diri
(b) Kegairahan kerja
(c) Kebanggaan atas kesatuannya
(d) Daya tahan dalam menghadapi ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan (AGHT).
2) Metode Analisis. Bahan masukan informasi dan data yang telah
diperoleh dianalisis atau diinterpretasikan dalam rangka memberikan
penilaian. Metode analisis yang dapat dipergunakan adalah :
a) Kuantitatif, yaitu cara penilaian dengan membuat catatan-
catatan tentang berbagai perilaku anak buah yang berkaitan dengan
penilaian Bintal. Dari catatan tersebut dapat diperoleh data kuantitatif,
yang akan digunakan untuk mendukung penilaian kualitatif.


21
b) Kualitatif, yaitu cara penilaian dengan mendasarkan konsep
pemikiran yang ditunjang data kuantitatif, sehingga dapat ditentukan
kualifikasi mental kesatuan.
c) Komperatif, yaitu cara penilaian dengan mengadakan
perbandingan antara kondisi yang satu dengan kondisi yang lain
misalnya memperbandingkan antara kondisi mental kesatuan
sebelum dan sesudah diadakan pembinaan mental atau dengan
kondisi kesatuan lain.
3) Instrumen Penilaian. Dalam penelitian ketepatan hasil penilaian
terhadap kondisi yang sesungguhnya sangat penting. Ketepatan tersebut
dipengaruhi atau ditentukan antara lain oleh kualitas instrumen
penilaiaannya. Evaluasi pelaksanaan Bintal kesatuan-kesatuan pada
dasarnya adalah juga suatu penelitian, sehingga prinsip-prinsip atau dasar
pemikiran ilmiah penelitian tetap merupakan pegangan, namun dalam
pelaksanaannya secara teknis dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Dengan perkataan lain penelitian harus tetap dilaksanakan, meskipun tidak
seluruh ketentuan ilmiah dipenuhi. Yang terpenting, komandan harus
menyadari besarnya bias dari hasil penelitian yang dilakukan. Dalam
kegiatan penelitian ilmiah instrument penilaian mempersyaratkan hal sebagai
berikut :
a) Valid, dalam arti bahwa sarana / alat penilaian itu harus betul-
betul mengukur / menilai apa yang seharusnya dinilai.
b) Obyektif, dalam arti bahwa sarana / alat penilain itu tidak
ditentukan kemauan atau kesenangan perorangan.
c) Reliabel, dalam arti bahwa sarana / alat penilai itu bersifat
Ajeg konsisten bila digunakan berulang-ulang terhadap subyek yang
sama akan menunjukan hasil yang relatif sama.
Semakin rendah tingkat validitas, reliabelitas dan obyektifitas
dari instrument penilaian maka bias dari hasil penilaian
kemungkinannya semakin besar, sehingga pemanfaatannya hasilnya
harus semakin hati-hati dan menuntut banyak pertimbangan. Sesuai
tujuan evaluasi, maka instrument penilaian kegiatan Bintal di kesatuan
yang dipentingkan adalah dapat digunakan untuk mengetahui
perkembangan / perubahan yang terjadi.
4) Waktu Evaluasi. Waktu evaluasi dilaksanakan secara periodik /
berkala dan dapat dilaksanakan setiap saat / insidentil sesuai kebutuhan.
19. Evaluasi.
a. Jelaskan wewenang dan tanggung jawab Komandan dalam pelaksanaan
pembinaan mental !
b. Sebutkan dan jelaskan tahap-tahap pelaksanaan pembinaan mental.
c. Jelaskan teknik pembinaan mental yang Pasis ketahui!


22
BAB IV
EVALUASI AKHIR PELAJARAN
(Bukan Naskah Ujian)

20. Persoalan/Penugasan.
a. Jelaskan perbedaan Pembinaan Mental Rohani, Ideologi dan Trajuang.
b. Sebutkan dan jelaskan sasaran pembinaan mental.
c. Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud sifat dan lingkup pembinaan
mental.
d. Sebutkan dan jelaskan metode pembinaan mental.


BAB V
PENUTUP

21. Penutup. Demikian Naskah Pembinaan Mental Fungsi Komando ini
disampaikan dan berlaku untuk seluruh kesatuan, disadari masih banyak kekurangan
dalam aplikasi di lapangan sehingga tidak menutup kemungkinan bagi para Komandan
Satuan untuk memberikan masukan-masukan dalam rangka pengembangan dan
penyempurnaan lebih lanjut.











23

Anda mungkin juga menyukai