Anda di halaman 1dari 34

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI RSUD BUDHI ASIH STATUS PASIEN KASUS I ______________________________________________________________________________

Nama Mahasiswa NIM : Mohd Dzulhaikal Bin Mansor : 030.08.277 Pembimbing : dr. Rosida Sp.A Tandatangan :

______________________________________________________________________________ IDENTITAS PASIEN Nama Umur : Anak R : 7 tahun 4 bulan Jenis kelamin : Laki - laki Suku bangsa : Jawa Agama : Islam

Tempat / tanggal lahir : 9 September 2006 Alamat Orang tua / wali Ayah Nama Agama Alamat : Tn. S : Islam : No 29 Jalan Lubang Buaya Rt 09/Rw 03, Cipayung Pekerjaan Penghasilan : Karyawan Swasta : Rp 2700000

: No 29 Jalan Lubang Buaya Rt 09 Rw 03, Cipayung

Ibu Nama Agama Alamat : Ny W : Islam : No 29 Jalan Lubang Buaya Rt 09/ Rw 03, Cipayung Pekerjaan Penghasilan : Ibu rumah tangga :-

Suku bangsa : Jawa

Suku bangsa : Jawa

Hubungan dengan orang tua : Pasien merupakan anak kandung

I. RIWAYAT PENYAKIT ANAMNESIS DIlakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien Lokasi Tanggal / waktu Tanggal masuk Keluhan utama : Bangsal lantai 5 timur, kamar 515 : 20 Januari 2014 Jam 08:00 : 18 Januari 2014 : Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit

A. Riwayat penyakit sekarang Os datang ke IGD RSUD Budhi Asih dihantar ibunya dengan keluhan demam naik turun sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam naik turun meningkat saat malam hari dan berkurang saat siang hari. Sebelumnya os sempat dibawa ke puskesmas dan diberi obat penurun panas tapi tidak mengalami perubahan. Os mengalami muntah dan mencret 4 hari SMRS dan baru berhenti hari ini. Muntah berisi cairan dan terjadi setelah makan. Darah (-). Mencret sebanyak 1x , berwarna coklat, ampas (+), lendir (-), darah (-). Os juga mengeluh batuk, sakit kepala dan nyeri perut di ulu hati. BAK normal warna kuning jernih. Pasien menyangkal adanya sesak napas, mimisan dan perdarahan gusi B. Riwayat kehamilan dan kelahiran Morbiditas kehamilan KEHAMILAN Perawatan antenatal Tidak ada Rutin kontrol ke Bidan 1 bulan sekali dan sudah mendapat imunisasi vaksin TT 2 kali KELAHIRAN Tempat persalinan Rumah Bersalin

Penolong persalinan Cara persalinan Masa gestasi

Bidan Spontan Penyulit : 38 minggu Berat lahir : 3100 gr Panjang lahir : 49 cm Lingkar kepala : 50 cm

Keadaan bayi

Langsung menangis (+) Kemerahan (+) Nilai APGAR : (tidak tahu) Kelainan bawaan : tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran : Baik (Neonatus Cukup Bulan - Sesuai Masa Kehamilan)

C. Riwayat perkembangan Pertumbuhan gigi I Gangguan perkembangan mental Psikomotor Tengkurap : Umur 9 bulan : Tidak ada : : Umur 4 bulan (Normal: 3-4 bulan) Duduk : Umur 7 bulan (Normal: 6-9 bulan) Berdiri : Umur 8 bulan (Normal: 9-12 bulan) Berjalan : Umur 12 bulan (Normal: 13 bulan) Bicara : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan) Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Baik (sesuai usia), tidak ada keterlambatan.
3

(Normal: 5-9 bulan)

D. Riwayat makanan Umur (bulan) 02 24 46 68 8 10 10 -12

ASI/PASI ASI ASI PASI PASI PASI PASI

Buah / Biskuit + +

Bubur Susu + + +

Nasi Tim + + +

Kesimpulan riwayat makanan : Tidak ada kesulitan makan.

E. Riwayat Imunisasi Vaksin BCG DPT / PT Polio Campak Hepatitis B Dasar ( umur ) 1 bulan 2 bulan 0bulan 9 bulan 0 bulan 4 bulan 2bulan 1bulan 6bulan 4bulan 6bulan Ulangan ( umur )

Kesimpulan riwayat imunisasi: imunisasi dasar lengkap. Imunisasi ulangan belum dilakukan. Imunisasi tambahan tidak dilakukan.

F. Riwayat keluarga a.Corak reproduksi Tanggal lahir (umur) 1 September 2006 2008 Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki Lahir mati Mati (sebab) Keterangan kesehatan Pasien Adik

No

Hidup

Abortus

1. 2.

+ +

b. Riwayat pernikahan Ayah / Wali Nama Perkawinan keUmur saat menikah Pendidikan terakhir Agama Suku bangsa Keadaan kesehatan Kosanguinitas Penyakit, bila ada Tn. S 1 29 tahun SLTA Islam Jawa Sehat Ibu / Wali Ny. W 1 25 tahun SLTA Islam Jawa Sehat -

c. Riwayat penyakit keluarga Tidak ada dari keluarga pasien yang pernah menderita penyakit yang sama. Orang tua pasien tidak menderita kencing manis, hipertensi dan penyakit kronis lain. Kesimpulan Riwayat Keluarga: pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan sama dengan pasien.
5

G. Riwayat lingkungan perumahan Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan adiknya di sebuah rumah tinggal 1 lantai. Sumber air bersih dari air PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan pembuangan sampah setiap harinya diangkut oleh petugas kebersihan.

Kesimpulan Keadaan Lingkungan: Cukup bersih dan layak huni.

H. Riwayat penyakit yang pernah diderita Penyakit Alergi Cacingan DBD Otitis Parotitis Umur (-) (-) (-) (-) (-) Penyakit Difteria Diare Kejang Morbili Operasi Umur (-) (-) (-) (-) (-) Penyakit Penyakit jantung Penyakit ginjal Radang paru TBC Lain-lain Umur (-) (-) (-) (-) (-)

Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita: pasien belum pernah menderita keluhan seperti sekarang.

II.PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Kesan sakit Kesadaran Kesan gizi : Tampak sakit sedang : Compos Mentis : Baik

Keadaan lain : Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-)

Data Antropometri Berat badan sebelum sakit Berat badan sekarang Tinggi badan Lingkar kepala Status Gizi BB/U = 20/24 x 100% = 83% (Gizi baik) TB/U = 129/124 x 100% = 104% ( Gizi baik) BB/TB = 20/26 x100% = 77% (Gizi kurang) Tanda Vital Tekanan darah Frekuensi nadi Frekuensi napas Suhu tubuh Kepala Rambut Mata Visus Sklera ikterik : Normosefali : Rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, cukup tebal : : tidak dinilai : -/Ptosis : -/: 100/70 : 116x/menit, kuat isi cukup,ekual kanan dan kiri : 33x/menit : 37,5C : 23 kg : 20 kg : 129 cm : 50 cm

Lagofthalmus : -/Cekung : -/-

Konjunctiva anemis : -/Exophthalmus Strabismus Nistagmus : -/: -/: -/-

Kornea jernih : +/+ Lensa jernih Pupil : +/+ : bulat, isokor


7

Refleks cahaya

: langsung +/+ , tidak langsung +/+

Telinga Bentuk

: : normotia : -/: lapang : -/: -/Tuli Nyeri tekan tragus Membran timpani Refleks cahaya : -/: -/: sulit dinilai : sulit dinilai

Nyeri tarik aurikula Liang telinga Serumen Cairan

Hidung Bentuk Sekret

: : simetris : -/: -/Napas cuping hidung Deviasi septum :-/:-

Mukosa hiperemis

Bibir Mulut

: Simetris saat diam, mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-) : Oral higiene baik, gigi caries (-), trismus (-), mukosa gusi dan pipi : merah muda, hiperemis (-), ulkus (-), halitosis (-), lidah : normoglosia, ulkus (-), hiperemis (-) massa (-)

Tenggorokan : Tidak hiperemis Leher : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di tengah Thoraks :

JANTUNG Inspeksi Palpasi Perkusi : Ictus cordis terlihat pada ICS V linea midklavikularis sinistra : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis sinistra : Batas kiri jantung : ICS V linea midklavikularis sinistra
8

Batas kanan jantung : ICS III V linea sternalis dextra Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra

Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

PARU Inspeksi : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernafasan yang tertinggal, pernafasan abdomino-torakal, pada sela iga tidak terlihat adanya retraksi, pembesaran KGB aksila -/- , tidak ditemukan efloresensi pada kulit dinding dada Palpasi : Nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri, vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri Perkusi : Sonor di kedua lapang paru. Batas paru lambung Batas paru hepar : ICS VII linea axilarris anterior : ICS VI linea midklavikularis dextra

Auskultasi : Suara napas vesikuler, reguler, ronchi -/-, wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi: Perut cembung, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut maupun benjolan, kulit keriput (-) gerakan peristaltik (-) Palpasi : Datar, supel, NT (+) di region hipochondriaca dextra, epigastrium, dan umbilical, hepar: 3 cm di bawah arcus costae kanan/ 1 cm di bawah proc. Xiphoideus, lien: Schuffner 0. Perkusi : Hepar : 3 cm di bawah arcus costae kanan/ 1 cm di bawah Proc. Xiphoideus, Lien : Schuffner 0 Auskultasi : Bising usus (+), frekuensi 4x/ menit Genitalia KGB : Jenis kelamin laki - laki : Preaurikuler Postaurikuler : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar
9

Submandibula Supraclavicula Axilla Inguinal

: tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar

Anggota gerak : Ekstremitas Tangan Tonus otot Sendi Refleks fisiologis Refleks patologis Lain-lain : akral hangat ++/++ Kanan normotonus aktif (+) (-) ptekiae (-) Kiri normotonus aktif (+) (-) ptekiae (-)

Kaki Tonus otot Sendi Refleks fisiologis Refleks patologis Lain-lain

Kanan normotonus aktif (+) (-) ptekiae (-)

Kiri normotonus aktif (+) (-) ptekiae (-)

Tulang belakang: Bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-), ruam (-) Susunan saraf : Kaku kuduk Brudzinski I Brudzinski II Laseq Kerniq (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-)

10

Kulit

: Warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit

baik, lembab, pengisian kapiler < 3 detik, petechie (-)

III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hematologi rutin Leukosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit Trombosit MCV MCH MCHC RDW Metabolisme karbohidrat Glukosa darah sewaktu Elektrolit Natrium Kalium Klorida 131 mmol/L 5,2 mmol/L 95 mmol/L 135-155 mmol/L 3,6-5,5 mmol/L 98-109 mmol/L 172 mg/dL 60-100 mg/dL 8,3 ribu/uL 6,6 juta/uL 17,2 g/dl 57 % 73 ribu/uL 87,0 fL 26,2 pg 30,1 g/dL 11,7 % 4,5-13,5 ribu/uL 3,6-5,8 juta/uL 10,7-14,7 g/dl 33-45 % 181-521 ribu/uL 69-93 fL 22-34 pg 32-36 g/dL <14 %

11

IV. RESUME Pasien seorang anak laki laki usia 7 tahun datang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan dengan keluhan demam mendadak tinggi sepanjang hari sejak 4 hari SMRS. Demam bersifat naik turun. Nyeri ulu hati (+), mual (+), muntah (+) isi cairan makanan, darah (-). Mencret (+) cair, warna coklat, ampas (+), darah (-), lendir (-). Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 116x/menit, pernapasan 33x/menit dan suhu 37,5 C. Kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang. pada pemeriksaan generalis tidak ditemukan hasil pemeriksaan yang bermakna. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 8300/uL, eritrosit 6,6 juta/uL, Hb 17,2g/dL, Ht 57%, trombosit 73000/uL, MCV 87 fl, MCH 26,2 pg, MCHC 30,1 g/dL, RDW 11,7%, GDS 172 mg/dL. V. DIAGNOSIS BANDING Demam Dengue Demam Berdarah Chikungunya Idiopathic Trombositopenia Purpura VI. DIAGNOSIS KERJA Demam berdarah dengue derajat I VII. PEMERIKSAAN ANJURAN Hematologi rutin ulang IgM & IgG Dengue blot Urinalisis Faal Hati : SGOT/ SGPT

12

VIII. PENATALAKSANAAN Non medikamentosa 1. Observasi tanda vital 2. Minum air putih yang banyak 3. Informasi mengenai penanganan dbd pada anak semasa di rumah Medikamentosa 1. IVFD Asering 5cc/kgBB/jam 2. PCT 200mg jika suhu 38 C IX. Prognosis Ad Vitam Ad Sanationam Ad Fungsionam Follow up Tanggal 18/1/14 Perawatan hari 1 BB = 20kg M : 200cc U : 150cc Kuning jernih, 1x tidak ditampung S Demam (+) terutama malam hari sejak 4 hari yang lalu. muntah(+), mencret(+), batuk(+) Sakit O KU : CM/TSS TD : 100/80 N : 80x/menit R : 38x/menit T : 36,9 C A DBD stad I P IVFD Asering 5cc/kgBB/jam PCT 200mg jika S 38 C : Dubia ad bonam : Dubia ad bonam : Dubia ad bonam

Kepala : normosefali Mata : CA (-/-), SI (-/-) Hidung : NCH(-/-), sekret (-/-)

kepala(+),nyeri Bibir : kering (-), sianosis

13

perut(+)

(-) Thorax : BJ I-II reg, m(-) g(-) SN Vesikuler, Rh (-/-)Wh (-/-) Abdomen :buncit, NT (+) Ekstremitas : akral hangat ++/++, oedem --/--

20/1/14 Perawatan hari 3 M : 500cc AP U : pampers tidak ditimbang

Demam (+), nyeri perut (-), muntah (-), mencret (-) Badan tampak kemerahan

KU : CM/TSS TD : 100/70 mmHg N : 116x/menit R : 33x/menit T : 37,5 C Kepala : normosefali Mata : CA (-/-), SI (-/-) Hidung : NCH(-/-), sekret (-/-) Bibir : kering (-), sianosis (-) Thorax : BJ I-II reg, m(-) g(-) SN Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-) Abdomen :buncit, NT (+) Ekstremitas : akral hangat ++/++, oedem --/--

DBD stad I

IVFD Asering 7cc/kgBB/jam Gelafusin 500cc/4 jam Inj Ranitidin 2 x 25mg PCT 200mg jika S 38 C

21/1/14 Perawatan hari 4

Demam (+), batuk (+) berdahak,

KU : CM/TSS TD : 110/90 mmHg N : 120x/menit

DBD stad I

IVFD Asering 2cc/kgBB/jam Inj Ranitidin 2 x


14

M : 600cc U : 100cc 500gr

badan bengkak kemerahan

R : 52x/menit T : 37,7 C Kepala : normosefali Mata : CA (-/-), SI (-/-) Hidung : NCH(-/-), sekret (-/-) Bibir : kering (-), sianosis (-) Thorax : BJ I-II reg, m(-) g(-) SN Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-) Abdomen :buncit, NT (+) Ekstremitas : akral hangat ++/++, oedem --/--

25mg PCT 200mg jika S 38 C

22/1/14 Perawatan hari 5 M : 1100cc U : 3200cc warna bening

Demam (+), batuk (+), ruam berkurang, nyeri perut (+), genital bengkak (+)

KU : CM/TSS TD : 120/80 mmHg N : 96x/menit R : 40x/menit T : 37,7 C Kepala : normosefali Mata : CA (-/-), SI (-/-) Hidung : NCH(-/-), sekret (-/-) Bibir : kering (-), sianosis (-) Thorax : BJ I-II reg, m(-) g(-) SN Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-) Abdomen :buncit, NT (+)

DBD stad I

IVFD Asering 2cc/kgBB/jam Inj Ranitidin 2 x 25mg PCT 200mg jika S 38 C Ambroxol 3 x 1 Cth

15

Ekstremitas : akral hangat ++/++, oedem --/-23/1/14 Perawatan hari 6 M : 850cc U : 2250cc Warna kuning jernih Demam (-), batuk (+), ruam kemerahan berkurang, genital bengkak (+) KU : CM/TSS TD : 120/90 mmHg N : 104x/menit R : 60x/menit T : 37,0 C Kepala : normosefali Mata : CA (-/-), SI (-/-) Hidung : NCH(-/-), sekret (-/-) Bibir : kering (-), sianosis (-) Thorax : BJ I-II reg, m(-) g(-) SN Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-) Abdomen :buncit, NT (+) Ekstremitas : akral hangat ++/++, oedem --/-24/1/14 Perawatan hari 7 M : 1200cc U : 2200cc warna kuning agak pekat Demam (-), genital bengkak berkurang KU : CM/TSS TD : 120/80mmHg N : 92x/menit R : 52x/menit T : 36,7 C Kepala : normosefali Mata : CA (-/-), SI (-/-) Hidung : NCH(-/-), sekret (-/-) Bibir : kering (-), sianosis (-)
16

DBD stad I

PCT 200mg jika S 38 C Inj Ranitidin 2 x 25mg Ambroxol 3x 1 Cth Cefixim 2 x 100mg

DBD stad I

PCT 200mg jika S 38 C Ambroxol 3 x 1 Cth Cefixim 2 x 100mg

Thorax : BJ I-II reg, m(-) g(-) SN Vesikuler, Rh (-/-), Wh (-/-) Abdomen :buncit, NT (+) Ekstremitas : akral hangat ++/++, oedem --/--

Follow up laboratorium Hasil 18/01/2014 Leukosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit Trombosit MCV MCH MCHC RDW Basofil Eosinofil Netrofil Batang Netrofil Segmen Limfosit Monosit 5,8 ribu/ L 6,0 juta/uL 15,8 g dL 46% 81 ribu/ L 76,3 fL 26,3 pg 34,5 g/dL 11,1 % 19/01/2014 15,0 ribu/ L 6,6 juta/uL 18,1 g dL 50% 49 ribu/ L 75,5 fL 27,2 pg 36,1 g/dL 11,0 % 2% 0% 0% 58% 18% 22% 20/01/2014 14,6 ribu/ L 4,8 juta/uL 13,0 g dL 38% 39 ribu/ L 79,0 fL 27,1 pg 34,5 g/dL 13,4 %

17

Hasil 21/01/2014 Leukosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit Trombosit MCV MCH MCHC RDW 11,5 ribu/ L 4,1 juta/uL 11,0 g dL 33% 50 ribu/ L 78,0 fL 26,5 pg 33,8 g/dL 14,1 % 22/01/2014 10,5 ribu/ L 4,1 juta/uL 11,1 g dL 32% 93 ribu/ L 79,0 fL 27,1 pg 34,4 g/dL 14,0 % 23/01/2014 10,0 ribu/ L 4,1 juta/uL 11,2 g dL 33% 195 ribu/ L 79,0 fL 27,1 pg 34,1 g/dL 14,3 %

Pemeriksaan Feses Rutin (20/01/2014) Makroskopik Warna Konsistensi Lendir Darah : Coklat : Cair : Negatif : Negatif

Mikroskopik Leukosit Eritrosit Amoeba coli Amoeba Histolitika Telur Cacing : Negatif : Negatif : Negatif : Negatif : Negatif

Pencernaan Lemak : Negatif


18

Amilum Serat Sel ragi

: Negatif : Positif : Negatif : Negatif

Darah Samar

Pemeriksaan Urinalisis (19/01/2014) Urine lengkap Warna Kejernihan Glukosa Bilirubin Keton pH Berat Jenis Albumin urine Urobilinogen Nitrit Darah Esterase Lekosit : Kuning : Jernih : Negatif : Negatif : Negatif : 6,0 : 1.030 : 1+ : 1,0 : Negatif : Negatif : Negatif

Sedimen urine Leukosit Eritrosit Epitel Silinder Kristal Bakteri Jamur : 1-2 LPB : 0-1 LPB : Positif : Negatif : Negatif : Negatif : Negatif
19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DEMAM BERDARAH DENGUE 2.1. Definisi Demam Berdarah Dengue Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat terjadi pada semua kelompok umur terutama pada anak-anak. 2.2 Proses Timbulnya Penyakit DBD 2.2.1 Demam Dengue Demam dengue adalah penyakit demam akut selama 2-7 hari dengan dua atau lebih manifestasi gejala, seperti : nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, ruam pada kulit, manifestasi perdarahan, dan leukopenia serta di tunjang dengan pemeriksaan laboratorium serologis IgM dan IgG. 2.2.2. Demam Berdarah Dengue Gejala yang di timbulkan antara lain demam yang tinggi (380C 40oC), manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan ( sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian. Trombositopenia dengan hemokonsetrasi secara bersamaan adalah temuan laboratorium klinis khusus dari DBD. 2.2.3. Dengue Shock Syndrome Dengue shock syndrom merupakan suatu keadaan yang sangat buruk,

20

penderita DBD dalam keadaan apapun perlu mendapatkan perawatan dan pemantauan yang serius, terutama jika demam mendadak turun. Selain menjadi indikasi kesembuhan, penurunan suhu tubuh sering menjadi gejala awal penderita memasuki tahap dengue shock syndrome. Tanda khas dari dengue shock syndrome antara lain kulit menjadi dingin, kongesti, sianosis, nadi cepat, letargi kemudian menjadi gelisah dan dengan cepat memasuki tahap kritis dari shock. Gejala yang sering sebelum shock adalah nyeri perut akut. Pasien yang shock dalam bahaya kematian bila pengobatan yang tepat tidak segera diberikan. Penderita akan sembuh dengan cepat setelah terapi penggantian volume yang tepat. 2.3. Agent Infeksius dan Vektor Penularan DBD 2.3.1. Agent Infeksius DBD Agent Infeksius DBD adalah virus Dengue yang merupakan bagian dari famili flaviviridae. Keempat serotipe virus Dengue (DEN-1, DEN-2,DEN-3, DEN-4) dapat dibedakan dengan metode serologi. Infeksi pada manusia oleh salah satu serotipe menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara terhadap serotipe yang lain.3 Seseorang akan kebal seumur hidup terhadap serotip yang menyerang pertama kali, namun hanya akan kebal dalam waktu 6 bulan - 5 tahun terhadap serotipe virus Dengue lain.26 Virus Dengue tipe 3 merupakan serotipe yang terbanyak berhasil diisolasi, disusul berturut-turut virus dengue tipe 1, virus dengue tipe 2 dan virus

21

dengue tipe 4. Virus dengue tipe 2 dan tipe 3 secara bergantian merupakan serotipe yang dominan, namun virus dengue tipe 3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat (DBD derajat IV, DBD disertai ensefalopati, DBD disertai hematemesis dan melena,dan DBD yang meninggal). 2.3.2. Vektor Penularan DBD Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor penularan virus Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan di pedesaan (daerah rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan. Namun Aedes Aegypti berkembang biak di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes albopictus berkembang biak di lubang-lubang pohon, dalam potongan bambu dan genangan air lainnya.

22

Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti. Telur Jentik KepompongNyamuk dewasa

Gambar 2.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti Pertumbuhan dan perkembangan telur sampai nyamuk dewasa memerlukan waktu kurang lebih 7-14 hari.

23

2.4. Cara Penularan DBD

Gambar 2.2. Cara Penularan DBD Virus Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, nyamuk Aedes aegypti tersebut dapat mengandung virus Dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami Viremi. Kemudian virus yang berada di kelenjer liur akan berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada gigitan berikutnya. Di tubuh manusia, virus membutuhkan waktu masa tunas 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremi.

24

2.5. Gejala Klinis DBD Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari. Gejala DBD sangat bervariasi, WHO 1997 membagi 4 derajat: Derajat I : Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi perdarahan spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif. Derajat II : Gejala gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau manifestasi perdarahan yang lebih berat. Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulitdingin dan lembab, gelisah, Derajat IV: Shock berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur. 2.6. Tata Laksana DBD Tata laksana DBD sebaiknya berdasarkan berat ringanya penyakit yang ditemukan antara lain: 2.6.1. Kasus DBD yang diperbolehkan berobat jalan. Penderita diperbolehkan berobat jalan jika hanya mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik. untuk mengatasi panas diperbolehkan memberikan obat panas paracetamol. Sebagian besar kasus DBD yang berobat jalan ini adalah kasus DBD yang menunjukkan manifestasi panas hari pertama dan hari kedua.

25

2.6.2. Kasus DBD derajat I dan II Pada hari ke-3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini mempunyai resiko terjadinya shock. 2.6.3. Kasus DBD derajat III dan IV Dengue shock syndrome termasuk kasus kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara cepat. Biasanya di jumpai kelainan asam basa dan elektrolit. 2.7. Epidemiologi DBD Epidemi dengue dilaporkan sepanjang abad kesembilan belas dan awal abad keduapuluh di Amerika, Eropa selatan, Afrika utara, Mediterania timur, Asia, Australia, dan pada beberapa pulau di Samudra India, Pasifik selatan dan tengah serta Karibia. Kejadian luar biasa penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dicatat pertama kali terjadi di Australia pada tahun 1897. Penyakit perdarahan serupa juga berhasil dicatat pada tahun 1928 saat terjadi epidemik di Yunani. Kejadian luar biasa pertama penyakit Demam Berdarah Dengue di Asia ditemukan di Manila pada tahun 1954. Pada tahun 1958 terjadi Kejadian Luar Biasa penyakit Demam Berdarah Dengue Thai yang ditemukan di Bangkok-Thonburi dan sekitarnya. Tahun 1960 di Singapura ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue dalam jumlah yang lebih banyak lagi dengan hasil isolasi virus dengue menunjukkan tipe 1dan 2.

26

Kejadian Luar Biasa penyakit Demam Berdarah Dengue terjadi juga di wilayah Asia lainnya. Virus dengue tipe 1 dan 4 telah diisolasi dari penderita di kamboja pada tahun1961. Di Penang, Malaysia Barat, penyakit Demam Berdarah Dengue ini pertama kali ditemukan pada tahun 1962. Tahun 1968, empat belas tahun sesudah kejadian Luar Biasa pertama di Manila, Demam Berdarah Dengue dilaporkan untuk pertama kalinya di Indonesia yaitu berupa Kejadian Luar Biasa penyakit Demam Berdarah Dengue di Jakarta dan Surabaya mencatat 58 kasus DBD dengan 24 kematian (CFR=41,5%). Pada tahun beriktnya kasus DBD menyebar ke lain kota yang ada di Indonesia dan di laporkan meningkat setiap tahunnya. Sejak tahun 1994, seluruh propinsi di Indonesia telah melaporkan terjadinya kasus DBD dan daerah tingkat II yang melaporkan terjadinya kasus DBD juga meningkat. Namun angka kematian menurun tajam dari 41,3% tahun 1968 menjadi 3% tahun 1984 dan sejak tahun 1991 CFR stabil dibawah 3% . Selama tahun 2003 di Indonesia tercatat 51.516 kasus (IR= 23,87; CFR= 1,5%); tahun 2004 tercatat 79.462 kasus (IR= 37,11; CFR= 1,2%); tahun 2005 tercatat 95.279 kasus (IR= 43,42; CFR= 1,36%); tahun 2006 tercatat 114.656 kasus (IR= 52,48; CFR= 1,04%); dan tahun 2007 tercatat 158.115 kasus (IR= 71,78; CFR= 1,01%);tahun 2008 tercatat 137.469 kasus (CFR 0,86%);tahun 2009 tercatat 158.912 kasus (IR=35,7;CFR=0,89%). Tahun 2008 propinsi Jambi melaporkan CFR Demam Berdrah Dengue

27

sebesar 3,67% dengan isiden rate 8,64 per 100.000 penduduk, mengalami penurunan pada tahun 2009 dengan CFR 2,12%, Insiden Rate 7,96 per 100.000 penduduk. Propinsi lampung tahun 2008 melaporkan CFR Demam Berdarah Dengue sebesar 0,83% dengan Insiden Rate 68,83 per 100.000 penduduk, mengalami penurunan pada tahun 2009 ( IR= 24,85; CFR= 1,07%). Propinsi DKI Jakarta tahun 2008 (IR= 317,09; CFR= 0,09%) mengalami penurunan pada tahun 2009 (IR= 312,65; CFR= 0,11%). Di Propinsi Sumatera Utara Kasus DBD selalu terjadi setiap tahun. Pada tahun 2005 tercatat sebanyak 3.723 kasus dengan CFR 1,80%. Pada tahun 2006 sebanyak 2.165 kasus dengan CFR 1,60%, dan pada tahun 2007 sebanyak 4.231 kasus dengan CFR 0,86%. Tahun 2007 Kabupaten Langkat melaporkan kasus Demam Berdarah Dengue dengan CFR 0,10%; Insiden Rate 98,00 per 1000 penduduk, mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2008 (CFR= 0,19%; IR= 197,00). 2.7.1. Distribusi Frekuensi a. Orang Selama awal tahun epidemi pada setiap negara penyakit DBD ini kebanyakan menyerang anak-anak dan 95 % kasus yang di laporkan berumur <15 tahun. Walaupun demikian, berbagai negara melaporkan bahwa kasus-kasus dewasa meningkat selama terjadi kejadian luar biasa. Kelompok risiko tinggi meliputi anak berumur 5-9 tahun, Filipina danMalaysia melaporkan banyak kasus berumur <15

28

tahun walaupun Thailand, Myanmar, Indonesia dan Vietnam tetap melaporkan banyak kasus di bawah 14 Tahun. Kasus DBD >15 tahun banyak di jumpai di Amerika dari pada Asia, dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 proporsi kasus DBD terbanyak pada kelompok umur 4-5 tahun tetapi pada tahun 1998 dan tahun 2000 proporsi kasus pada kelompok umur 15-44 tahun meningkat.31 Hasil penelitian Jonson (2004)proporsi penderita DBD rawat inap di RS St. Elisabeth Medan, umur 15 tahun(67,5%) dan <15 tahun (32,5%).Laki-laki (53,3%) dan perempuan (46,7%).36 Hasil penelitian Essy (2009) proporsi penderita DBD rawat inap di RSU. DR. Pirngadi Medan, umur penderita tertinggi pada kelompok umur 10-14 tahun (26%) dan proporsi umur penderita terendah pada kelompok umur 30-34 tahun (0,9%). Laki-laki (48,1%) dan perempuan (51,9%). b. Tempat DBD dapat terjadi di daerah perkotaan maupun pedesaan. Di Daerah perkotaan bertindak sebagai vektor utama adalah Aedes aegypti sedang di daerah pedesaan nyamuk Aedes albopictus. Namun tidak jarang kedua spesies nyamuk tersebut di jumpai baik daerah pedesaan maupun perkotaan. Sejak pertama kali dilaporkan di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968, penyakit DBD makin menyebar, jika pada mulannya hanya dilaporkan dari kota-kota besar di Jawa, sekarang hampir seluruh kota besar di Indonesia pernah melaporkan adanya penyakit DBD, bahkan kota-kota kecil dan tempat terpencilpun pernah terserang.

29

Sampai akhir tahun 2005, DBD telah ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia dan 35 Kab/Kota telah melaporkan adanya kejadian Luar Biasa ( KLB). IR meningkat dari per 100.000 penduduk adanya tahun 1968 menjadi 43,42 per 100.000 penduduk akhir tahun 2005. c. Waktu Di daerah yang sangat endemik di Negara Filipina, Thailand, Myanmar, Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Vietnam musim epidemik terjadi di saat musim hujan yang hampir setiap tahun terjadi. Banyaknya penderita sesuai dengan keadaan curah hujan yang hampir setiap tahun terjadi. Pola berjangkitnya infeksi virus Dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di pulau Jawa pada umumnya infeksi virus Dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun. Hasil penelitian Essy (2009) penderita DBD rawat inap di RSU. DR. Pirngadi Medan, paling banyak pada bulan Januari (22,1%) dan terendah pada bulan Februari dan Mei (2,9%). 2.7.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian DBD Menurut Jhon Gordon terjadinya suatu penyakit disebabkan oleh lebih dari

30

satu faktor (Multiple Causal). Faktor-faktor tersebut adalah agent, pejamu (host), dan lingkungan ( environment). a. Faktor Agent Faktor agent adalah penyebab terjadinya suatu penyakit, dalam hal ini yang menjadi agent adalah virus Dengue. Virus Dengue termasuk kelompok Arbovirus tergolong dalam genus Flaviviridae dan dikenal 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II., sedangkan Dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitive terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan natrium dioksisiklat, stabil pada suhu 700 C. Keempat serotipe telah ditemukan pada pasien di Indonesia dengan Dengue 3 merupakan serotipe yang paling banyak beredar. b. Faktor Pejamu (host) Pejamu yang dimaksud adalah manusia yang kemungkinan menderita DBD. Faktor manusia erat kaitannya dengan perilaku serta peran dalam kegiatan pemberantasan vektor dimasyarakat. Mobilitas penduduk yang tinggi akan memudahkan penularan virus dengue dari satu tempat ke tempat lain. Faktor lainnya adalah umur dan kondisi individu masing-masing dalam mempertahankan daya tahan tubuh dari serangan penyakit. Selain itu faktor pendidikan juga mempengarguhi cara berfikir dalam penerimaan penyuluhan yang diberikan dan

31

cara mengatasi DBD. c. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan adalah termasuk segala sesuatu yang berada diluar agent dan pejamu, antara lain : 1. Kualitas pemukiman dan sanitasi lingkungan yang kurang baik merupaka kondisi ideal untuk perkembangbiakan nyamuk vektor penyakit dan penularan penyakit. 2. Ketinggian tempat berpengaruh terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Pada daerah ketinggian di atas 1000 meter dari permukaan laut tidak ditemukan vektor penular penyakit. 3. Curah hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan dan menambah kelembapan udara. Temperatur dan kelembapan selama musim hujan sangat kondusif untuk kelangsungan hidup nyamuk. 4. Iklim dan temperatur, virus dengue hanya endemis diwilayah tropis dimana iklim dan temperatur memungkinkan untuk perkembangbiakan nyamuk. 5. Kepadatan penduduk akan memudahkan penularan DBD karena berkaitan dengan jarak terbang nyamuk aedes aegypti. 2.8. Pencegahan DBD Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara utama yang dilakukan untuk memberantas DBD, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum ada.

32

2.8.1. Pencegahan Primer Uapaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pada periode pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit. a. Host (Manusia) Dapat dilakukan dengan cara membangun tubuh agar memiliki daya tahan yang kuat, sekalipun terajangkit virus Dengue penyakitnya tidak terlalu berat. Tidak ada diet atau makanan khusus yang bisa mencegah tubuh terhadap ancaman virus Dengue, makanan bergizi khususnya yang berpotensi tinggi baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh , istirahat, olahraga dan mencegah gigitan nyamuk juga penting untuk dilakukan. b. Agent (Virus Dengue) Belum ada obat yang dapat membunuh virus Dengue, virus Dengue belum dapat dibasmi. Maka satu-satunya cara dengan memotong rantai penularan penyakit DBD, dengan membasmi vektornya. Virus Dengue berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidup nyamuk, jika nyamuk mati dengan sendirinya virus Dengue akan ikut mati. Sekalipun mungkin virusnya masih bisa hidup, diluar tubuh nyamuk bukanlah habitat virus Dengue sehingga virus dapat bertahan hidup. c. Environment (Lingkungan) Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan nyamuk dewasa dan jentik nyamuk.

33

1. Pemberantasan Nyamuk Dewasa Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan ( pengasapan) dengan insektisida. Penyemprotan tidak di lakukan di dinding seperti pada pemberantasan nyamuk penular malaria, tetapi pada bendabenda yang bergantungan karna nyamuk mempunyai kebiasaan hinggap pada bendabenda bergantungan. 2. Pemberantasan Jentik Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara: a. Fisik Cara ini dikenal dengan kegitan 3M yaitu: Menguras bak mandi, bak WC, dan lain-lain; Menutup tempat penampungan air rumah tangga; serta Mengubur barangbarang bekas yang menampung air. b. Kimia Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik ini antara lain dikenal dengan istilah larvasidasi.

34

Anda mungkin juga menyukai