Anda di halaman 1dari 4

Dasar Akuntansi Setelah memahami sistem pencatatan, masih terdapat satu hal penting dalam proses pencatatan.

Hal tersebut adalah masalah pengakuan (recognition). Oleh karena Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) telah ditetapkan dalam PP Nomor 24 Tahun 2005, maka Standar Akuntansi Keuangan Daerah pun mengikuti aturan tersebut. Definisi pengakuan dalam akuntansi SAP adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan, sebagaima termuat dalam laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait. Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui, yaitu: 1. Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar atau masuk ke dalam entitas pelaporan yang bersangkutan. 2. Kejadian atau peristiwa tersebut nilai atau biaya yang dapat diukur atau diestimasi dengan andal. Secara sederhana, pengakuan adalah penentuan kapan suatu transaksi dicatat. Untuk menentukan kapan suatu transaksi dicatat, digunakan, berbagai basis atau dasar akuntansi atau sistem pencatatan. Basis atau dasar akuntansi atau sistem pencatatan adalah himpunan dari standar-standar akuntansi yang menetapkan kapan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lainnya harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan (Partono, 2001:16). Basis-basis tersebut berkaitan dengan penetapan waktu (timing) atas pengukuran yang dilakukan, terlepas dari sifat pengukuran tersebut. Berbagai basis atau dasar akuntansi atau sistem pencatatan tersebut antara lain adalah basis kas (cash basis), basis akrual (accrual basis), basis kas modifikasian (modified cash basis), dan basis akrual modifikasian (modified accrual basis). Beberapa orang berpendapat bahwa secara konsepsional hanya terdapat dua basis akuntansi, yaitu basis kas dan basis akrual. Basis di antara keduanya hanya merupakan langkah transisi dari basis kas ke basis akrual, sehingga apabila digambarkan akan tampak sebagai berikut:

Basis kas

Basis kas modifikasian

Basis akrual modifikasian

Basis akrual

Apabila kita bergerak dari basis kas ke basis akrual, maka akan semakin banyak tujuan laporan keuangan ang dapat dipenuhi. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan basis akrual, informasi yang dapat diperoleh dari basis-basis yang lain yang akan disediakan. Dengan adanya reformasi keuangan, peraturan yang baru,yaitu Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 232 ayat (5) menghendaki adanya laporan keuangan yang berupa laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Dasar akuntansi yang dapat memenuhi tuntutan tersebut adaah basis akrual. Namun demikian, mengingat basis yang digunakan selama bertahun-tahun di era prareformasi keuangan daerah adalah basis kas, maka penerapan basis akrual

secara langsung pada entitas pemda adalah kurang realistis. Solusi masalah ini terdapat pada PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP yang menetapkan kebijakn akuntansi berupa basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran, serta basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. Basis Kas Basis kas merupakan basis akuntansi yang paling sederhana. Menurut basis ini, laporan keuangan, transaksi diakui atau dicatat apabila menimbulkan perubahan atau berakibat pada kas, yaitu menaikkan atau menurunkan kas. Apabila suatu transaksi ekonomi tidak berpengaruh pada kas, maka transaksi tersebut tidak akan dicatat. Padahal, suatu transaksi tidak selalu berpengaruh pada kas, dan dapat saja suatu transaksi tidak berpengaruh pada kas sama sekali. Basis kas ini telah digunakan dalam akuntansi keuangan daerah (tata buku) selama prareformasi. Contohnya adalah SP2D biaya perjalanan dinas yang diterbitkan pada tanggal 1 Januari 2006, dan diterima oleh bendahara pengeluaran pada tanggal 5 Februari 2006, maka oleh bendahara pengeluaran, transaksi tersebut baru dicatat pada tanggal 5 Februari 2006, yaitu pada saat dipertanggungjawabkan. Secara akuntansi, pengeluaran tersebut seharusnya diakui (dicatat) pada tanggal 1 Januari 2006 bukan pada saat dipertanggungjawabkan. Basis Akrual Basis akrual (accrual basis) adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa tersebut terjadi (dan bukan hanya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar). Oleh karena itu, transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa dicatat dalam catatan akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan pada periode selanjutnya. Untuk contoh di atas, transaksi tersebutakan dicatat pada tanggal 1 Januari 2006 degan mendebit biaya perjalanan dinas dan mengkredit kas sebesar yang tercantum dalam SP2D tersebut. Basis akrual telah ditetapkan dalam SAP dan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 untuk pemda, sehingga seluruh pemda di Indonesia sudah harus menerapkannya mulai tahun 2007. Basis Kas Modifikasian Menurut butir (12) dan (13) Lampiran XXIX (tentang Kebijakan Akuntansi) Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 disebutkan bahwa (12) Basis atau dasar kas modifikasian merupakan kombinasi dasar kas dengan dasar akrual. (13) Transaksi penerimaan atau pengeluaran kas dibukukan (dicatat atau dijurnal) pada saat uang diterima atau dibayar (dasar kas). Pada akhir periode dilakukan penyesuaian untuk mengakui transaksi dan kejadian dalam periode berjalan meskipun penerimaan atau pengeluaran kas dari transaksi dan kejadian belum terealisasi.

Jadi penerapan basis akuntansi ini menuntut bendahara pengeluaran mencatat transaksi dengan basis kas selama tahun anggaran dan melakukan penyesuaian pada akhir tahun anggaran berdasarkan basis akrual. Untuk contoh di atas,jika SP2D tersebut berjumlah Rp 500.000,00 dan pada tanggal 5 Februari 2006 ternyata yang dipertanggungjawabkan sejumlah Rp 475.000,00, (terdapat sisa Rp 25.000,00), maka PPK SKPD akan menjurnal transaksi tersebut sebagai berikut: a. Bila dicatat pada jurnal umum: PEMERINTAH PROVINSI/KABUATEN KOTA................ JURNAL UMUM Halaman 1 Tanggal 05/02/06 31/12/06 Kode Rekening xxxx52215 xxxx1110301 xxxx1110301 xxxx52215 Uraian Belanja Perjalanan Dinas Kas di bendahara pengeluaran Kas di bendahara pengeluaran Belanja Perjalanan Dinas Ref Debit Rp 500.000 25.000 25.000 Kredit Rp 500.000

b. Bila dicatat pada Jurnal Penerimaan Kas dan Jurnal Pengeluaran Kas

PEMERINTAH PROVINSI/KABUATEN KOTA................ JURNAL PENGELUARAN KAS Halaman 1 Akumulasi Rp 500.000

Tanggal 05/02/06

Kode Rekening xxxx52215

Uraian Belanja Perjalanan Dinas

Ref

Jumlah Rp 500.000

Bila digunakan Jurnal Penerimaan Kas dan Jurnal Pengeluaran Kas, maka pada akhir tahun anggaran dilakukan penyesuaian pada Jurnal Umum sebagaimana pada butir (a) di atas, yaitu dengan mendebit rekening Kas dan mengkredit rekening Biaya Perjalanan Dinas sebesar Rp 25.000,00. Basis Akrual Modifikasian Basis akrual modifikasian (modified accrual basis) mencatat transaksi dengan menggunakan basis kas untuk transaksi-transaksi tertentu dan menggunakan basis akrual untuk sebagian besar transaksi. Pembatasan penggunaan dasar akrual dilandasi oleh pertimbangan kepraktisan, contohnya adalah pengakuan piutang pendapatan. Tidak semua piutang pendapatan (misalnya pendapatan pajak)

diakui dengan basis akrual. Pembatasannya adalah jangka waktu piutang pendapatan tersebut. Apabila piutang pendapatan tersebut berjangka waktu tiga bulan atau lebih, maka rekening piutang pendapatan tersebut dihapus. Misalnya, terdapat transaksi penerbitan SKP Daerah pajak reklame seniai Rp 100.000,00 pada tanggal 8 Juni 2006. Pada tanggal tersebut juga diterima setoran pajak sebesar Rp 50.000,00. Sampai akhir tahun anggaran, setoran tidak mengalami pertambahan. Maka, jurnal transaksi tersebut berdasarkan basis akrual modifikasian adalah sebagai berikut.

PEMERINTAH PROVINSI ....... JURNAL UMUM Halaman 1 Tanggal Kode Rekening 08/06/06 xxxx111 xxxx1130102 xxxx4104 08/09/06 xxxx4104 xxxx1130102 Uraian Kas Piutang Pajak Reklame Pendapatan Pajak Reklame Pendapatan Pajak Reklame Piutang Pajak Reklame Ref Debit Rp 50.000 50.000 50.000 50.000 Kredit Rp

100.000

Pada contoh di atas, tiga bulan setelah tanggal penerbitan SKPD, piutang pajak tersebut dihapus karena belum dilunasi.

Anda mungkin juga menyukai