SEMINAR AKHIR TAHUN PERBANKAN SYARIAH 2013 BANK INDONESIA JAKARTA, 16 DESEMER 2013
20%
Source: http://www.ftseglobalmarkets.com
Theres decreasing trend of Islamic banking global growth (asset in 2011 < 25%) while in Indonesian iB in 2011 reach 49% (yoy) Indonesian iB growth of financing is the highest in 2011 ( 50%, yoy) Indonesia iB growth of deposits also the highest in 2011 ( 51%, yoy)
Deposit Growth Trend by Country
3
Source: IFSB Islamic Financial Services Industry Stability Report, 2013)
Perkembangan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi RI 2013 diperkirakan berada dikisaran 5,5%-5,9% dari estimasi semula 5-8%-6,2%, atau tidak setinggi tahuntahun sebelumnya. Penurunan pertumbuhan sejalan dgn ekonomi global yg melambat & pasar keuangan global yg bergejolak, & harga komoditas yg masih dlm tren penurunan. Koreksi pertumbuhan merupakan bagian dari proses rebalancing yang lebih selaras dengan fundamentalnya
Pertumbuhan ekonomi RI masih relatif cukup baik dibandingkan pesaing, misalnya negara BRICS (Q2-2013): Rusia (1,2%), Brazil (3,28%), Afsel (2%), & India (4,4%).
Perkembangan Ekonomi..(lanjutan)
Sejumlah indikator menjelaskan proses rebalancing dimaksud a.l. - tekanan defisit transaksi berjalan yg mereda (Q3: USD8,4 bio) termasuk turunnya impor komoditas perdagangan non migas sejalan melambatnya permintaan domestik, - nilai tukar yg bergerak ke arah fundamentalnya (rata2 per Okt: 11,343) - meredanya tekanan inflasi (per Okt 8,32%)
Intermediasi
Ketahanan
Penetrasi
Pertumbuhan
Pertumbuhan aset 31,8% yoy (nasional 18,2%-Q3) Terjadi perlambatan pertumbuhan (2012: 34,1%)
* Data BUS&UUS, Oct13
11
24
11
24
11
23
- Jumlah Kantor
BPRS - Jumlah Kantor
1737
155 364
2262
158 401
2526
160 399
Jumlah account nasabah yang Jumlah account (DPK ) dikelola 12,3 juta (BUS-UUS), Jumlah pekerja meningkat 13,9% dari 2012 (ytd) Jumlah pekerja di industri perbankan syariah diperkirakan 42 ribu pekerja, meningkat 33,2% dari 2012 (ytd)
8,2
10,8
12,3
Kinerja keuangan
Posisi Keuangan 2012 Sumber Dana DPK Kew. pd Bank Penempatan Dana PYD Pen. pd BI Pen. pd Bank Srt berharga Laba thn berjalan Total Aset 117.8 10.0 112.4 19.2 3.1 7.0 1.8 147.6 BUS 2013 137.0 10.5 134.6 18.0 2.5 8.2 1.6 171.3 UUS 2012 2013 29.7 1.6 35.1 7.5 2.9 0.8 0.8 47.4 37.0 2.1 44.7 8.1 3.3 1.4 1.5 58.2
Pertumbuhan DPK 18,0% (ytd) atau 29,4% (yoy). Laju pertumbuhan BUS < UUS. BUS 16,3% (ytd); UUS 24,6% (ytd)
Rp triliun, Oct-2013
Pertumbuhan aset melambat 17,7% (ytd) atau 31,8% (yoy). Thn 2012: 34,1% (yoy) Laju pertumbuhan BUS < UUS. BUS 16,1% (ytd); UUS 22,6% (ytd)
Pertumbuhan PYD (21,5% ytd; atau 32,2% yoy) lebih besar dari DPK. Penempatan BI & bank (short term) menurun. FDR meningkat, kebutuhan likuiditas tinggi. FDR BUS 98,2%; UUS 120,8%
Konsumsi
PYD
70%
60% 50%
Pertumbuhan PYD (yoy) tetap tinggi (32,2%), meski sejak Q2/13 menurun sesuai kondisi ekonomi.
Konsisten dgn kebijakan LTV (berlaku April), PYD konsumsi juga menurun (30,8% yoy). Pembiayaan MK & I menjadi driver pertumbuhan PYD (MK: 32,8% & I: 34,3%). NPF dlm tren meningkat, namun terkendali (2,96%, dibwh 5%). Kapasitas modal (BUS) mengantisipasi risiko kredit juga cukup memadai (CAR 14,19%)
40%
30% 20%
10%
0% 2011
2012
10/13
18.0%
5.0%
16.0%
4.0%
14.0%
3.0%
12.0%
2.0%
10.0%
1.0%
8.0% 2011
0.0%
107.0% 102.0%
48.0%
97.0%
40.0%
32.0%
24.0%
1.Pertumbuhan DPK yang tdk lagi mengimbangi pertumbuhan kredit (sejak Q2/12) persaingan memperebutkan likuiditas dan meningkatnya
77.0% 72.0%
precautionary motives
nasabah kenaikan suku bunga (mulai Q3/13) yg tidak dapat segera direspon (krn kenaikan bagi hasil terkait kinerja sektor riil)
Porsi giro & tabungan menurun, namun FDR terus naik sebelum terkoreksi pd Q3/13
Komposisi DPK
80.0% 70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% 44.0% 41.0% 38.0% 35.0% 32.0% 29.0% 26.0% 23.0% 20.0% Share CASA (rhs) Dep (%) Tab (%) Giro (%)
2010
06/11
2011
06/12
2012
06/13
Tantangan pertumbuhan(lanjutan)
2. Kemampuan pengelolaan likuiditas masih relatif terbatas
Volume Transaksi Volume PUAS naikPUAS pesat (58% > 3 Bulan Rp triliun Sep-13), namun transaksi antara 3 Bulan 60 BUK Induk dg iB cukup dominan 2 Bulan 50 1 Bulan indikasi naiknya kebutuhan 40 3 Minggu likuiditas, adanya segmentasi 30 2 Minggu pasar 20 1 Minggu
70 10 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2-4 Hari Overnight
Volume PUAS naik pesat (58% Sep-13). Namun volume kumulatif msh relatif rendah (Rp60 triliun) & transaksi antara BUK Induk dg iB cukup dominan indikasi naiknya kebutuhan likuiditas iB, namun akses terfragmentasi
kondisi likuiditas BUS relatif tetap, rata-rata tertimbang AL/NCD BUS 79,0% (78,5% pada akhir 2012). scr umum pilihan type-tenor-trade bagi iB lebih terbatas
Tantangan pertumbuhan(lanjutan)
56.0% 48.0% 40.0% 32.0% 24.0% 16.0% 8.0% 0.0% 2009
PYD (%)
NPF-nom (%) G-NPF(%)
06/10
2010
06/11
2011
06/12
2012
06/13
3. Kondisi credit market yg mengetat seiring kontraksi ekonomi (dan moneter), membatasi laju ekspansi PYD (sejak Q3/13) inflasi & tekanan eksternal berpotensi meningkatkan risiko kredit. Pada Q3/13, NPF 2,96% (sdh melebihi NPL 1,8%) & pertumbuhan NPF juga mulai melebihi PYD
DPK
(Rp. T) 168
255
Moderat
Optimis
269
296
177
186
211
222
Akhir 2013 Total DPK Total Pembiayaan 174.43 180.30 183.61 189.79 193.67 199.28
Ekspektasi Credit growth 15%-17%, konsisten dengan upaya mengelola perekonomian ke arah yg lebih sehat
Investasi telah menjadi engine of growth pertumbuhan ekonomi RI (35,57% GDP, IMFs world economic outlook database april 2013) RI tujuan investasi ke-3 di Asia thn 2013 (the Economist). Country rating BBB-/stable (Fitch, nov13), BB+/stable (SnP,may13) Realisasi investasi asing (dan domestik) tumbuh 27,6% (Q3/2013)
Sesuai prakiraan ekonomi 2014, sektor berorientasi ekspor, sektor industri, PHR, jasa dan pertanian, berpeluang memperkuat laju pertumbuhan perbankan Rencana kementerian BUMN untuk mendirikan bank BUMN syariah Rencana kementerian agama untuk merealisasikan pengalihan sebagian besar dana haji ke bank syariah Sosialisasi iB & digaungkannya GRES! secara nasional yg berdampak pada sinergi sektoral & naiknya minat transaksi keuangan syariah
Skenario Pesimis: tekanan ekonomi khususnya, pengaruh eksternal (defisit transaksi perdagangan & nilai tukar) masih menghambat kinerja sektor riil Skenario moderat iB memanfaatkan sumber dana lain, spt dana haji, private placement, dll & GRES! efektif meningkatkan sumber & pemanfaatan dana. Skenario optimis
kinerja sektor riil dapat segera pulih di 2013, iB memanfaatkan sumber dana lain, GRES! efektif meningkatkan sumber & pemanfaatan dana, interkoneksi & menguatnya dukungan bank Induk/Grup, & Realisasi bank BUMN Syariah
PROYEKSI 2014
Akhir tahun 2014, total asset perbankan syariah diperkirakan Rp255,2 triliun (pesimis), Rp283,6 triliun (moderat) dan maksimal Rp312 triliun (optimis) sementara total DPK diperkirakan di kisaran Rp209,6 triliun (pesimis), Rp220,7 triliun (moderat) dan Rp232,8 triliun (optimis) dan, total pembiayaan akan mencapai minimal Rp216,7 triliun (pesimis), Rp228 triliun (moderat) dan maksimal Rp239,5 triliun (optimis). Berdasarkan tiga skenario tersebut, pangsa pasar perbankan syariah pada akhir tahun 2014 diperkirakan antara 5,25%-6,25%.
Akhir 2014 Total Aset Total DPK Total Pembiayaan 255.21 209.66 216.72 283.57 220.69 228.13 311.92 232.82 239.54
Arah Kebijakan
Latar Belakang
Pertumbuhan perbankan syariah yang relatif masih cukup tinggi jika dibandingkan perbankan secara umum maupun keuangan syariah secara global ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan perbankan syariah nasional mampu mempertahankan eksistensi dan perkembangannya dalam menghadapi situasi perekonomian, walaupun memiliki tantangan a.l. dari segi SDM, produk, jaringan dan permodalan jika dibandingkan perbankan konvensional maupun perbankan syariah global. Beralihnya fungsi institusi pengawasan dan pengaturan perbankan syariah dari Bank Indonesia (BI) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), juga diharapkan tetap mempertahankan kesinambungan perkembangan perbankan syariah kedepannya. Kerjasama yang erat antara BI (otoritas makroprudensial) dan OJK (otoritas mikroprudensial) menjadi salah satu pilar penting dari arah kebijakan perbankan syariah di masa mendatang. Kerjasama dan kolaborasi antar otoritas dimaksud, dapat lebih jauh dikembangkan dengan menggandeng berbagai otoritas lain sebagai stakeholders penting keuangan syariah dan pengambil kebijakan sehingga terjadi sinergi kebijakan beserta implementasinya dalam mendorong pengembangan keuangan syariah yang lebih terintegrasi dan cross sector, dan dapat membuat perbankan syariah berkontribusi lebih signifikan dalam perekonomian.
Arah Kebijakan
Arah kebijakan Bank Indonesia
konsisten menjaga stabilitas perekonomian & sistem keuangan, agar struktur ekonomi menjadi lebih seimbang & sehat, sehingga menjadi fondasi kuat bagi transformasi ekonomi ke depan
Arah Kebijakan(lanjutan)
Penguatan struktur perbankan untuk mendukung pengembangan & transformasi ekonomi nasional Koordinasi dan kolaborasi mikroprudensial dan makroprudensial untuk stabilitas sistem keuangan Edukasi dan promosi yang lebih terintegrasi dan masif
Arah Kebijakan(lanjutan)
Penguatan struktur perbankan untuk mendukung pengembangan & transformasi ekonomi nasional
Kebijakan makroprudensial yang diarahkan untuk memperkuat komposisi pembiayaan kepada sektor-sektor produktif yang mendukung peningkatan kapasitas perekonomian Review dampak dan penerapan FTV Mendorong (i) peningkatan alokasi pembiayaan produktif & UMKM, (ii) perluasan outreach jaringan dalam melayani kebutuhan masyarakat (a.l. delivery channel, implementasi aturan jaringan kantor perbankan syariah), (iii) penguatan permodalan dan risiko mengacu standar internasional (a.l. capital buffer & countercylical buffer, RBBR-S) dan (iv) penguatan transparansi & governance keuangan
Arah Kebijakan(lanjutan)
Mendukung inisiasi Forum Koordinasi berkala antar otoritas khusus pengembangan Ekonomi & Keuangan Syariah (BI, OJK, Kemenkeu, KemenBUMN, dll), a.l. dalam fasilitasi kehadiran bank BUMN syariah dan optimalisasi instrumen & layanan syariah oleh BUMN, optimalisasi dana haji di SBSN & penempatannya di bank syariah serta pengelolaan dana APBN di instrumen keuangan syariah & bank syariah. Berkolaborasi dengan pemerintah dan otoritas terkait dalam penyusunan Cetak Biru Keuangan Syariah Nasional (realisasi
arahan Presiden RI pada pencanangan GRES!, 17 November 2013)
Arah Kebijakan(lanjutan) Koordinasi dan kolaborasi mikroprudensial dan makroprudensial untuk stabilitas sistem keuangan
Cross sector/interkonektivitas antar lembaga keuangan syariah (a.l. kerjasama lebih erat antara perbankan syariah, asuransi syariah dan penjaminan pembiayaan perbankan syariah dalam melakukan usahanya) Pengaturan dan pengawasan yang efektif, berkelanjutan dan terintegrasi secara cross sector (a.l. fair playing field antara perbankan syariah dengan non-perbankan syariah) Makroprudensial perbankan syariah (a.l. GWM-FDR syariah, review Sharia Lender Of Last Resort) Promote keuangan syariah di komunitas ekonomi & keuangan global (reference to 10yrs Masterplan IDB IFSB)
Arah Kebijakan(lanjutan)
Bank Indonesia juga akan terus memperkuat pengembangan pasar uang rupiah maupun valas dan melanjutkan program pendalaman pasar keuangan syariah. Selain itu, akan dilakukan beberapa pengaturan terhadap pasar uang dan berbagai instrumen funding pengelolaan likuiditas lembaga keuangan, seperti transaksi repo antar bank berdasarkan prinsip syariah. Bank Indonesia juga akan memperkuat pelaksanaan fungsi dan kewenangan baru sebagai otoritas makroprudensial. Dalam kaitan ini maka kebijakan makroprudensial akan diarahkan pada pengelolaan risiko sistemik, termasuk risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar, dan penguatan struktur permodalan kajian stabilitas sistem keuangan syariah
Arah Kebijakan(lanjutan)
Dalam pengelolaan risiko likuiditas, BI akan menyempurnakan GWM-FDR syariah serta penerapan bertahap instrumen likuiditas (LCR). Dari sisi ketahanan permodalan, perhitungan permodalan bank akan disempurnakan a.l. siklus ekonomi dan asesmen atas bank berdampak sistemik.
Penguatan koordinasi makro dan mikroprudensial cukup penting guna mencegah peningkatan regulatory cost, menghindari regulatory arbitrage, serta meningkatkan kualitas Crisis Management Protocol (CMP). Dalam konteks kebijakan di sektor keuangan, BI meyakini bahwa OJK akan tetap menjaga konsistensi regulasi dan supervisi perbankan serta kebijakan/komitmen yang telah disepakati dengan industri perbankan sebelumnya
Arah Kebijakan(lanjutan)
Edukasi dan promosi perbankan syariah yang lebih terintegrasi dan masif
Implementasi Gerakan Ekonomi Syariah (GRES). Program edukasi syariah yang selama ini sudah berjalan ditingkatkan menjadi suatu gerakan ekonomi (GRES) dalam rangka memperkuat pengembangan keuangan syariah agar juga menjadi prioritas dalam memperkuat stabilitas sistem keuangan & meningkatkan kontribusi ekonomi berbasis prinsip syariah pada pertumbuhan ekonomi nasional a.l. melalui pembangunan infrastruktur hukum, kelembagaan, dan pasar. Integrasi dan koordinasi yang lebih intens dari berbagai komponen ekonomi syariah dalam meng-efektifkan potensi yang dimiliki (tidak hanya perbankan & keuangan syariah) dalam melakukan edukasi & promosi (a.l. bersama sektor makanan, zakat & wakaf, percetakan, pariwisata dan properti). Harmonisasi kebijakan serta meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada pelaku pasar. Perluasan akses keuangan kepada masyarakat yg lebih luas (reference to 10
yrs Masterplan IDB-IFSB)