Anda di halaman 1dari 44

UNIT 1

Unit

WAWASAN SENI
Oleh Zakarias S. Soeteja

Untuk memahamai dan kemudian dapat mengajarkan seni serta menggunakan seni dalam proses pembelajaran di sekolah, saudara harus memiliki wawasan yang komprehensif tentang seni. Pengetahuan tentang wawasan seni akan sangat bermanfaat ketika saudara mengembangkan kurikulum hingga model pembelajaran seni di sekolah. Bukan hanya itu, sebagai individu saudara juga diperkaya dengan pengetahuan yang luas tentang seni. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi profesional dan sosial saudara sebagai seorang pendidik, baik disekolah maupun di masyarakat. Materi yang dipaparkan dalam unit ini mempersiapkan saudara untuk memenuhi Kompetensi daasr seperti yang tercantum dalam silabus yaitu kemampuan untuk menjelaskan pengertian dasar dan fungsi seni (Wawasan Seni). Untuk memudahkan pemahaman saudara Unit ini akan dibagi dalam tiga sub unit sebagai berikut Sub Unit 1, PENGERTIAN DASAR DAN FUNGSI SENI Sub Unit 2, SENI DAN KEBUDAYAAN Sub Unit 3, ESTETIKA DAN SENI Masing-masing sub unit berisi materi tentang wawasan seni yang diharapkan dapat membantu saudara mencapai kompetensi dasar yang diharapkan. Baca dengan cermat materi Wawasan seni ini diskusikan dengan teman dan tutor saudara apabila saudara memperoleh kesulitan dalam memahaminya. Perluas pula pengetahuan dan pemahaman saudara dengan berbagai literatur dan sumber belajar agar pamahaman saudara semakin komprehensif. Sebagai indikator keberhasilan saudara menguasai materi ini, maka setelah mempelajari unit ini saudara diharapkan dapat:

Unit 1 Wawasan Seni

1.1

UNIT 1

- Menjelaskan berbagai pengertian seni - Menyebutkan berbagai fungsi seni dalam konteks kehidupan - Menjelaskan kedudukan seni dalam kebudayaan - Menjelaskan hubungan seni dan keindahan - Menjelaskan hubungan estetika dan seni Untuk memperoleh keberhasilan di dalam mempelajari unit ini, kami sarankan agar saudara memperhatikan petunjuk berikut ini. ! Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan unit hingga Saudara benar-benar memahami dari pembelajaran unit ini. ! Bacalah uraian unit ini, kemudian temukan kata kuncinya atau diskusikan dengan teman Saudara. ! Perluaslah wawasan Saudara dengan cara mencari berbagai sumber lain baik dalam bentuk VCD maupun bahan ajar berbasis web. ! Setelah Saudara benar-benar memahami isi yang dibahas di dalam unit ini, selanjutnya kerjakanlah latihan yang terdapat pada unit ini sesuai dengan petunjuknya. ! Setiap akhir sub unit, jangan lupa menjawab setiap soal yang sudah disediakan. Jika telah selesai mengerjakan, Saudara boleh mencocokan dengan kunci jawabannya.

Unit 1 Wawasan Seni

1.2

UNIT 1 Sub UNIT 1

Sub Unit

PENGERTIAN DASAR DAN FUNGSI SENI


Seni mempunyai usia yang lebih kurang sama dengan keberadaan manusia di muka bumi ini. Seni telah menjadi bagian dari sejarah kebudayaan manusia, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia di berbagai belahan bumi. Dalam usianya yang sudah sangat tua tersebut, seni hadir dengan beraneka macam fungsi, bentuk dan jenisnya. Namun walaupun seni telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita tetapi seringkali kita kesulitan untuk menjelaskan apakah seni itu?. A . Pengertian Seni Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentukbentuk yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda cilpa berarti pewarnaan, arti ini kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra yang banyak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah kesenian, adalah buku atau pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang sekarang disebut seniman. Saat itu belum ada pembedaan antara seniman dan tukang. Pemahaman seni sebagai ekspresi pribadi belum ada dan seni merupakan ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Pemahaman ini pada kenyataannya tidak hanya terdapat di India dan Indonesia saja, tetapi juga terdapat di Barat pada masa lampau. Istilah seni yang disepadankan dengan kata art dalam bahasa Inggris berawal dari, istilah-istilah dalam bahasa Latin pada abad pertengahan ars, artes, dan artista. Ars berarti teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-

1.1.1

UNIT 1 Sub UNIT 1

orang yang memiliki ketangkasan atau kemahiran; sedangkan artista adalah anggota yang ada di dalam kelompok-kelompok itu. Dengan demikian kata artista kiranya dapat dipersamakan dengan cilpa yang berasal dari bahasa Sansekerta. Kata ars inilah yang kemudian berkembang menjadi l'arte (Italia), l'art (Perancis), elarte (Spanyol), dan art (Inggris), dan bersamaan dengan itu artinyapun berkembangan sedikit demi sedikit kearah pengertiannya seni ini. Walaupun demikian, di Eropa ada juga istilah-istilah lain yang berhubungan dengan seni, orang Jerman menyebut seni dengan die Kunst dan orang Belanda dengan Kunst, yang berasal dari akar kata yang lain walaupun dengan pengertian yang sama. Bahasa Jerman juga mengenal istilah die Art, yang berarti cara, jalan, atau modus, yang juga dapat dikembalikan kepada asal mula pengertian dan kegiatan seni, namun demikian die Kunst-lah yang digunakan untuk istilah kegiatan yang berhubungan dengan seni. Saat ini, seni sebagai segala bentuk yang memiliki nilai keindahan adalah pengertian yang dipahamai oleh masyarakat pada umumnya. Pengertian umum tersebut diantaranya seperti yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni diartikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya) (Depdikbud, 1989:816). Bentuk-bentuk (karya seni) yang memiliki nilai keindahan tersebut diyakini memberikan kenikmatan dan kepuasan terhadap jasmani-rohani, pencipta (kreator) ataupun penikmatnya (apresiator). Kesenian tradisional kita, gamelan misalnya, dikatakan sebagai paduan suara (nada) yang indah yang mengenakkan telinga (pendengaran). Hiasan berupa ukiran yang menempel pada dinding ruangan memberikan kesemarakan pandangan mata. Tarian daerah yang lembut dan gemulai juga menyejukkan rasa, setelah kita menikmati dan menghayatinya. Pada kenyataannya istilah seni adalah segala bentuk yang memiliki nilai keindahan tidak selamanya bertahan sebagai satu-satunya definisi. Dalam seni kontemporer (termasuk seni modern) yang dihasilkan seniman tidak hanya karya yang indah, tetapi juga karya yang dianggap tidak indah dan tidak menyenangkan. Banyak karya seni kini yang hadir justru tidak menyenangkan, tetapi menunjukkan berbagai persoalan yang rumit (sebagai problem kehidupan). Tema

1.1.2

UNIT 1 Sub UNIT 1

dalam seni yang tidak menyenangkan ini tumbuh dari manifestasi kesengsaraan, kemelaratan kekacauan atau bahkan protes sosial. Karya seni tersebut dibuat dalam berbagai bentuk ungkapan dengan berbagai teknik dan metode penciptaan yang eksperimental dan bernuansa ekspresif. Seringkali setelah menonton atau menikmati karya seni teater atau musik kontemporer, perasaan kita serasa digelitik, atau pemikiran kita dikuras dalam upaya menelusuri alur cerita teater dan irama musik yang absurd (tidak mudah dimengerti, tdak enak didengar atau tidak berujung pangkal).

Gbr 1 Bentuk karya seni yang menyenangkan

Gb. 2 Bentuk karya seni yang tidak menyenangkan Berkaitan dengan istilah seni ini beberapa filosof, seniman dan ahli seni pun mencoba mengemukakan pendapatnya tentang seni. Schopenhauer misalnya, adalah orang pertama yang menyatakan bahwa semua cabang seni bersumber pada kondisi seni musik. Schopenhauer berpikir tentang kualitas abstrak dari seni

1.1.3

UNIT 1 Sub UNIT 1

musik, dan hampir hanya dalam seni musik saja seorang seniman memiliki kemungkinan untuk menarik perhatian publik secara langsung, tanpa intervensi medium komunikasinya yang sering juga dipakai untuk maksud-maksud lain. Penyair misalnya, menggunakan kata-kata yang berhubungan erat dengan maknanya dalam dialog sehari-hari. Pelukis umumnya berekspresi dengan pengambaran keadaan dunia ini. Hanya seorang komponis musiklah yang betulbetul bebas menciptakan karya seni sesuai dengan kesadarannya sendiri, dan dengan tiada tujuan lain kecuali untuk dapat menyenangkan. Tujuan untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan ini rupanya menjadi makna seni yang dianut juga oleh Herbert Read yang secara sederhana menyimpulkan bahwa seni adalah suatu usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang menyenangkan berarti memuaskan kesadaran rasa keindahan kita. Rasa indah itu tercapai bila kita bisa menemukan kesatuan atau harmoni dari hubungan bentuk-bentuk yang kita amati. Pengertian ini menyatakan pandangan tentang seni dari segi kebentukan fisik (obyektivitas). Pengertian seni yang lain dapat dijumpai dalam Everyman Encyclopedia, yang menyebutkan bahwa seni merupakan segala sesuatu yang dilakukan orang bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan semata-mata karena kehendak akan kemewahan, kenikmatan, ataupun karena kebutuhan spiritual. Sendok misalnya, dibuat untuk memenuhi kebutuhan pokok, sebagai alat makan. Berdasarkan definisi tersebut sendok bukanlah karya seni. Masih banyak karya (benda) yang lain yang kita jumpai, misalnya rumah, pakaian penutup aurat, dan barang yang digunakan untuk kebutuhan pokok hidup kita, yang bukan seni. Adapun benda yang dikategorikan sebagai benda seni yaitu alat musik gamelan, ukiran kayu, dan lain-lain sejenisnya. Walaupun demikian benda kebutuhan pokok tersebut dapat berhubungan erat pula dengan seni. Sebagai contoh, pakaian yang dibuat bukan hanya memperhatikan fungsinya sebagai penutup aurat atau pelindung fisik, tetapi si perancang (pembuat pakaian) berusaha memperindah motif serta modelnya dengan tujuan untuk menghias pakaian tersebut. Hiasan atau model yang dikenakan pada pakaian itulah yang berkaitan dengan seni. Dengan demikian adakalanya beberapa benda kebutuhan pokok yang awalnya tidak

1.1.4

UNIT 1 Sub UNIT 1

dikategorikan sebagai karya seni tersebut dikategorikan juga sebagai karya seni atau setidaknya mendapat sentuhan seni. Pengertian lain tentang seni dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang tokoh Pendidikan Nasional yang mengatakan bahwa seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia yang lain, yang menikmati karya seni tersebut (Ki Hajar Dewantara, 1962). Definisi Ki Hajar Dewantara ini sejalan dengan pemikiran Leo Tolstoy yang menyatakan bahwa seni memiliki proses transfer of feeling, atau pemindahan perasaan dari si pencipta ke penikmat seni. Dalam hal ini seni berfungsi sebagai sarana komunikasi perasaan manusia (Tolstoy, 1960). Pengertian seni yang menekankan pada kegiatan rohani dikemukakan oleh Akhdiat Kartamiharja. Menurut Akhadiat, seni adalah kegiatan psikis (rohani) manusia yang merefleksi kenyataan (realitas). Hal tersebut terjadi karena bentuk dan isi karya tersebut memiliki daya untuk membangkitkan atau menggugah pengalaman tertentu dalam alam psikis (rohani) si penikmat atau apresiator. Bila ditelaah, pengertian tersebut menunjukkan peranan jiwa (seniman) dalam proses berkarya seni dan karya seni itu sendiri. Seniman yang berkarya hanya dengan menggerakkan anggota tubuhnya saja (aktivitas fisik), namun tidak melibatkan jiwanya (ekspresi emosi), maka karya yang dibuatnya belum dapat dinamakan seni. Ahli seni dan filsuf berkebangsaan Amerika, Thomas Munro, mendefinisikan seni sebagai alat buatan manusia yang menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Efek tersebut mencakup tanggapantanggapan yang berujud pengamatan, pengenalan, imajinasi, yang rasional maupun emosional (Munro, 1963). Kedua definisi terakhir tersebut di atas memberikan pernyataan yang sama, yaitu seni sebagai kegiatan psikis (rohani) atau merupakan manifestasi jiwa. Sudjojono, seorang pelukis zaman revolusi kemerdekaan Indonesia, yang dianggap sebagai pendobrak tradisi seni lukis pemandangan alam, juga menyatakan bahwa seni adalah produk ekspresi jiwa. Seni tanpa jiwa ibarat

1.1.5

UNIT 1 Sub UNIT 1

masakan tanpa garam. Isi karya seni yang hidup tercermin dari kandungan psikis/jiwanya (Yuliman, 1976). Popo Iskandar, pelukis akademis, yang pengabdiannya pada dunia seni lukis dan pendidikan seni rupa telah cukup lama, menyatakan bahwa seni merupakan ekspresi yang dikongkritkan dalam kesadaran hidup berkelompok atau bermasyarakat. Karya seni juga memiliki nilai sosial. Kehadiran seni didukung oleh adanya komunikasi antara masyarakat dengan pencipta (seniman). Ekspresi seni yang terwujud menjadi karya seni yang merupakan sarana komunikasi dan dalam upaya berinteraksi sosial. Mustahil karya seni dikatakan keberadaannya tanpa dukungan masyarakat penikmat (apresiator). Justru proses berkesenian merupakan satu kesatuan antar unsur pencipta dan penikmat, hingga terjadi interaksi apresiatif.

Gambar 3 Menonton pagelaran musik sebagai salah satu bentuk komunikasi antara seniman dan masyarakat

Gambar 4 Mengunjungi pameran seni rupa sebagai salah satu bentuk komunikasi antara seniman dan masyarakat

Masih banyak pengertian tentang seni dari para pakar seni, seniman, guru seni ataupun masyarakat penikmat seni. Berdasarkan beberapa pendapat, definisi atau pengertian tersebut maka kita dapat menyusun sendiri sebuah pengertian seni. Seni ialah ekspresi perasaan manusia yang dikongkritkan, untuk mengkomunikasikan pengalaman batinnya kepada orang lain (masyarakat penikmat) sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula kepada penikmat yang menghayatinya. Seni lahir karena upaya manusia dalam memahami kehidupan ini, baik kehidupan sosial, ekonomi, alam, dan sebagainya.

1.1.6

UNIT 1 Sub UNIT 1

Ekspresi tersebut dikongkritkan melalui media gerak (tari), suara (musik), rupa, dan penggabungan/peleburan berbagai media akan melahirkan kesatuan estetik. B. Fungsi Seni Pada dasarnya apapun bentuk karya seni yang dihasilkan oleh suatu masyarakat, tidak terbebas dari pengaruh kebudayaan yang berlaku. Betapapun besarnya daya imajinasi dan kreativitas seorang seniman, ia senantiasa merujuk pada nilai-nilai budaya, norma-norma sosial ataupun pandangan hidup yang berlaku dalam masyarakat. Pemberontakan yang diungkapkan seniman dalam karya-karyanya, terutama berpangkal pada rasa tidak puas terhadap kemapanan yang ada. Demikian pula seandainya seniman mengungkapkan pembaharuan dalam karyanya, ia tentunya berpangkal kepada kenyataan sosial budaya yang dianggapnya kurang dinamik. Ungkapan-ungkapan yang mendambakan semangat kebebasan, biasanya bersifat mencerminkan rasa tidak puas terhadap tatanan (sistem sosial kemasyarakatan) yang dirasakan membelenggu mereka. Sebenarnya seniman yang berhasil bukan semata-mata karena karyakaryanya memenuhi ukuran keindahan yang relatif, melainkan karena kemampuannya menyampaikan pesan-pesan, serta tergantung kepada kemampuan masyarakat untuk menangkapnya dengan mengacu pada nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang hidup. Berdasarkan logika itulah Keesing (dalam Budhisantoso 1994), sampai pada kesimpulan bahwa kesenian betapapun perwujudannya, mempunyai delapan fungsi sosial yang amat penting, artinya sebagai sarana pembinaan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan. Kedelapan fungsi sosial itu adalah : 1. Sarana kesenangan dan hiburan Seni berfungsi sebagai sarana kesenangan. Melalui karya seni orang dapat menyalurkan energinya yang berlebih untuk memberikan kesenangan pribadi. Di sela-sela waktunya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, orang akan menyisihkan waktu untuk mencari kesenangan. Salah satu sarana dan penyaluran energi yang berlebih itu ialah dengan dengan melakukan kegiatan berkesenian

1.1.7

UNIT 1 Sub UNIT 1

diantaranya dengan menikmati dan menghasilkan karya-karya seni untuk memberi kesenangan pribadi. Fungsi sebagai sarana hiburan hampir sama dengan fungsi seni sebagai sarana kesenangan. Kegiatan kesenian merupakan salah satu sarana objektif yang dapat diikuti oleh banyak orang tanpa menimbulkan rasa perlawanan, karena disajikan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kenikmatan dan kepuasan jiwa bagi orang yang menikmatinya.

Gambar 5 Orang bermain musik Gambar 6 Orang sedang melukis

2. Sarana peryataan jati diri, Seni berfungsi sebagai sarana pernyataan diri. Melalui karya seni memungkinkan seseorang menyatakan kepribadiannya secara lebih leluasa. Umumnya melalui karya seni orang tidak perlu malu-malu menyatakan dan mengungkapkan jati dirinya, dan dengan mudah menggunakan karya-karya seni untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiran yang mencerminkan kepribadiannya secara terus terang, sehingga memperoleh pengakuan masyarakat dan bahkan tidak jarang menjadi pujaan (idola). Gambar 7 Iwan Fals seorang musisi di tanah air yang dikenal karena lagu-lagunya berisi kritik sosial

3. Sarana integratif, Karya seni befungsi juga sebagai sarana integratif. Pernyataan dan perwujudan pemikiran, seorang seniman dapat disalurkan melalui karyanya, untuk

1.1.8

UNIT 1 Sub UNIT 1

merangsang kepekaan pengertian masyarakat, sehingga menimbulkan tanggapan emosional yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan yang mengikat diantara penikmatnya. Poster misalnya, sebagai karya seni rupa bayak digunakan untuk memenuhi fungsi sosial ini, demikian juga dengan lagu-lagu perjuangan yang dianggap dapat membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan.

Gambar 8 Poster perjuangan yang mambangkitkan semangat perlawanan terhadap penjajah

4. Sarana terapi / penyembuhan, Mengingat sifatnya yang relatif bebas dari ketentuan sosial yang kaku, kesenian merupakan sarana objektif bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaan dan pemikiran secara bebas. Fungsi seni yang dapat memberikan kesenangan, kenikmatan dan relaksasi bagi penikmatnya sekaligus menjadi sarana terapi yang baik bagi penderita gangguan kejiwaan. Secara khusus kegiatan berkarya seni juga digunakan oleh para ahli kesehatan jiwa untuk membantu proses penyembuhan para penderita gangguan jiwa. Dalam beberapa hal fungsi ini tampak menyerupai fungsi seni sebagai sarana hiburan, tetapi apabila diamati dengan seksama kegiatan seni yang dilakukan seseorang sebenarnya salah satu upaya untuk memberikan terapi pada kesehatan jiwanya. Orang-orang yang mengunjungi karaoke misalnya, selain mencari hiburan untk kesenangan, tidak sedikit diantara merak yang bertujuan untuk mengobati ketegangan (stress) akibat tekanan pekerjaannya sehari-hari. 5. Sarana pendidikan, Sebagai sarana pendidikan seni diajarkan dan digunakan dalam dunia pendidikan sebagai sarana untuk pengembangan individu. Dalam sejarahnya kesenian juga menjadi sarana yang efektif untuk mengukuhkan nilai-nilai

1.1.9

UNIT 1 Sub UNIT 1

keagamaan bahkan sebagai sarana untuk mengajarkan dan menyebarluaskan ajaran agama. Pada masyarakat tradisional seni digunakan juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai budaya. Sistem gagasan dan kepercayaan diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui karya seni. Dalam era modern saat ini, penelitian para ahli pendidikan (pendidikan seni) menunjukkan bahwa penyelenggaraan kegiatan kesenian di sekolah membantu mendorong berbagai potensi yang dimiliki para peserta belajar. Secara sendiri-sendiri maupun terintegrasi, pendidikan seni yang dimasukan dalam struktur kurikulum sekolah sangat membantu tidak saja terhadap pemahaman seni dan apresiasi, tetapi juga membantu pemahaman terhadap berbagai bidang studi lainnya. 6. Sarana pemulihan ketertiban, Ungkapan keindahan yang mampu merangsang tanggapan emosional masyarakat sekitarnya, menyebabkan kesenian dapat dipergunakan sebagai sarana pemulihan ketertiban sosial. Dalam berbagai peristiwa perpecahan, pertentangan dan ketegangan sosial, kegiatan seni dapat diandalkan sebagai sarana untuk memulihkan ketertiban dan persatuan masyarakat dengan pesan-pesam terselubung yang disampaikan secara indah dan memikat. Pesan-pesan secara halus dan terselubung itu dapat dipergunakan untuk mempengaruhi, masyarakat agar dapat mengendalikan perasaan permusuhan dan persaingan ke arah perdamaian. Fungsi ini terutama dibangun melalui kegiatan apresiasi seni. Dengan menghargai berbagai karya seni, orang belajar juga untuk menghargai berbagai perbedaan, budaya, bahasa dan kepercayaan dari orang atau kelompok masyarakat lain. Lagu We Are The World yang dinyanyikan oleh Michael Jacson dan Imagine yang dinyanyikan oleh grup musik The Beatles misalnya, merupakan sebagian dari sekian banyak karya seni yang mengajak masyarakat dunia untuk bersatu hidup dalam damai. 7. Sarana simbolik yang mengandung kekuatan magis, Kemampuan seniman mengungkapkan dan menyatakan perasaan dan pemikiran mereka secara terselubung dan indah seringkali merupakan daya pikat

1.1.10

UNIT 1 Sub UNIT 1

yang kuat dan bahkan mampu mengerahkan pemerhati karya-karya seni tersebut. Tidak jarang karya-karya seni yang memenuhi standard of exellent mampu membangkitkan perasaan benci, cinta, gembira, sedih dan sebagainya sesuai dengan pesan-pesan terselubung yang disampaikan melalui karya-karya seni. Sebagai contoh foto-foto yang ditampilkan diberbagai media massa cetak dan lagu yang mengiringi berita bencana alam di tanah air kita seperti di Aceh dan Yogyakarta beberapa waktu yang lalu menggugah perasaan berjuta pemirsanya tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Mancanegara. Para penikmat ini turut larut dalam kesedihan yang diakibatkan musibah tersebut walaupun secara teknis fotofoto dan musik tersebut ditampilkan dengan kualitas warna dan irama yang indah. Mengingat pentingnya fungsi sosial kesenian bagi kehidupan suatu masyarakat, tidaklah mengherankan kalau di dunia ini tiada suatu masyarakat pun yang tidak mengembangkan kesenian. Fungsi pokok kesenian pada mulanya sekedar sarana untuk membebaskan seseorang dari ketegangan dengan cara mengungkapkan perasaan dan pemikirannya secara objektif. Dalam perkembangannya ia mampu menanggung fungsi sebagai sarana yang dapat membangkitkan kepekaan pengertian dan mengandung tanggapan emosional, yang dapat membina keseimbangan hidup perorangan maupun kolektif. Dengan demikian kesenian tidak hanya penting sebagai sarana ungkapan perasaan dan pernyataan pemikiran perorangan, tetapi juga sebagai sarana ungkapan dan pernyataan kolektif yang mengandung pesan-pesan kebudayaan. Manusia, sebagaimana dinyatakan oleh Hoebel (1958) bisa hidup tanpa kesenian, namun manusia tidak dapat dipisahkan dari kesenian. Tidak berkesenian berarti tidak manusiawi, karena kesenian merupakan motor penggerak dan inti setiap kebudayaan. Karenanya bukan tidak beralasan kalau pembinaan dan pengembangan kebudayaan itu dimulai dengan pembinaan dan pengembangan kesenian. Berhasil tidaknya pengembangan suatu kebudayaan, tergantung pada keberhasilan pembinaan kesenian. (Budhisantoso, 1994), Harus diakui bahwa peranan karya seni dalam kehidupan suatu bangsa sangat besar. Para ahli ilmu pengetahuan akan mengalami berbagai kesulitan untuk membaca kenyataan masa lalu tanpa peninggalan produk seni, baik yang

1.1.11

UNIT 1 Sub UNIT 1

berkaitan langsung dengan aktivitas hidup sehari-hari maupun aktivitas rohani. Cukup jelas bagi kita bahwa pada masa gelap historis, produk seni yang berhasil ditemukan memberikan sepercik fakta guna merekonstruksi kenyataan masa lampau. Pada masa yang gelap itu, produk seni menjadi petunjuk terungkapnya tingkat peradaban suatu bangsa, disamping membantu menjelaskan tingkat religiusitas masyarakatnya dan pengetahuan yang dimiliki juga teknologi yang digunakan pada masa itu. Gbr 9 Karya seni rupa prasejarah ynag menunjukkan kehidupan masyarakat jaman prasejarah Pada awal bangsa Indonesia memasuki era sejarah, peninggalan purba berupa bangunan candi, patung, relief, dan sebagainya mempunyai arti penting untuk mengungkap alam pikir dan moral spiritual masyarakat waktu itu. Kebiasaan merekam suatu peristiwa atau ajaran yang tersamar dalam bentuk karya seni, merupakan pencerminan budaya elit yang selalu bertumpu pada tujuan harmonis. Banyak ditemukan bentuk seni yang mencerminkan sikap dan perilaku simbolik, sehingga diperlukan kepekaan rasa guna menerjemahkan setiap pesan yang disampaikan. LATIHAN 1. Buatlah kesimpulan berdasarkan uraian materi sub unit 1 ini tentang berbagai perbedaan definisi seni yang dikemukakan oleh para ahli 2. Buatlah sebuah definisi seni menggunakan bahasa anda sendiri berdasarkan kesimpulan yang telah Anda buat pada latihan 1 kemudian Diskusikan bersama dengan kelompok belajar Anda definisi yang telah dibuat oleh Anda dan rekan-rekan Anda. Buatlah catatan tentang perbedaan dari berbagai definisi yang ada tersebut. 3. Amati berbagai kesenian yang ada disekitar Anda kemudian kategorikan fungsi sosial apa yang ada pada bentuk dan sajian kesenian tersebut.

1.1.12

UNIT 1 Sub UNIT 1

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN 1. Baca kembali dengan seksama uraian materi mengenai pengertian seni 2. Pilihlah beberapa definisi yang menurut Anda paling sesuai dengan pendapat Anda sendiri kemudian bentuk kelompok diskusi dan diskusikanlah perbedaan yang ada diantara berbagai pandangan/definisi seni yang di buat 3. Baca kembali uraian tentang fungsi sosial seni, kemudian sesuaikan dengan pendapat Anda terhadap bentuk-bentuk kesenian yang Anda amati. RANGKUMAN Masyarakat pada umumnya memahami seni sebagai sesuatu yang berhubungan dengan segala bentuk keindahan yang diciptakan oleh manusia, sesuatu yang mampu memberikan kesenangan, kepuasan dan kenikmatan dalam jiwa manusia baik sebagai seniman (kreator) maupun sebagai penikmat (apresiator). Pada kenyataannya bentuk-bentuk karya seni saat ini (Kontemporer dan Modern) tidak hanya menampilkan bentuk-bentuk yang indah dan menyenangkan tetapi juga yang tidak indah dan tidak menyenangkan. Banyak karya seni saat ini menampilkan persoalan yang diangkat dari berbagai problem kehidupan. Para pakar dan ahli seni telah banyak mendefinisikan seni. Berdasarkan berbagai definisi tersebut dapat dirangkum suatu definisi atau pengertian umum tentang seni yaitu sebagai ekspresi perasaan manusia yang dikongkritkan, untuk mengkomunikasikan pengalaman batinnya kepada orang lain (masyarakat penikmat) sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula kepada penikmat yang menghayatinya. Seni lahir karena upaya manusia dalam memahami kehidupan ini, baik kehidupan sosial, ekonomi, alam, dan sebagainya. Ekspresi tersebut dikongkritkan melalui media gerak (tari), suara (musik), rupa, dan penggabungan/peleburan berbagai media akan melahirkan kesatuan estetik.

1.1.13

UNIT 1 Sub UNIT 1

Kesenian betapapun perwujudannya, mempunyai delapan fungsi sosial yang amat penting, artinya sebagai sarana pembinaan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan. Kedelapan fungsi sosial itu adalah : 1. Sarana kesenangan dan hiburan 2. Sarana peryataan jati diri, 3. Sarana integratif, 4. Sarana terapi / penyembuhan, 5. Sarana pendidikan, 6. Sarana pemulihan ketertiban, 7. Sarana simbolik yang mengandung kekuatan magis, Kesenian memiliki fungsi sosial yang penting bagi kehidupan suatu masyarakat, karena kesenian tidak hanya penting sebagai sarana ungkapan dan pernyataan perasaan serta pemikiran perorangan, tetapi juga sebagai sarana ungkapan dan pernyataan kolektif yang mengandung pesan-pesan kebudayaan.

Test Formatif 1
Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan 1. Masyarakat pada umumnya mendefinisikan seni sebagai karya ciptaan manusia yang memiliki nilai. a. keharmonisan c. kenikmatan b. keindahan d. kepuasan 2. Orang pertama yang menyatakan bahwa semua cabang seni bersumber pada kondisi seni musik adalah.................. a. Schopenhagen c. Schopenhauer b. Schopenhamster d. Schopenharten 3. Seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia lain, yang menikmati karya seni tersebut. Definisi ini dikemukakan oleh: a. Dr. Sutomo c. Ki Ageng Tirtayasa b. Ki Hajar Dewantara d. Akhdiat kartamihardja 4. Seorang pelukis akademis dan pendidik seni rupa, yang menyatakan bahwa seni merupakan ekspresi yang dikongkritkan dalam kesadaran hidup berkelompok atau bermasyarakat adalah.. a. Popo Iskandar c. Affandi b. Basuki Abdullah d. Raden saleh 5. Seniman yang berhasil bukan hanya karena karya-karyanya memenuhi ukuran

1.1.14

UNIT 1 Sub UNIT 1

6.

7.

8.

9.

10.

keindahan yang relatif, melainkan karena kemampuannya dalam..................... sesuai kemampuan masyarakat untuk menangkapnya dengan mengacu pada nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial yang hidup.: a. menyampaikan makna c. menyampaikan gambar b. menyampaikan pesan-pesan d. menyampaikan emosi Salah satu sarana dan penyaluran energi yang berlebih bagi seseorang ialah dengan dengan melakukan kegiatan berkesenian dan menghasilkan karyakarya seni yang dapat memberi kesenangan pribadi. Fungsi sosial tersebut adalah fungsi seni sebagai.............. a. sarana bermain c. sarana kesenangan b. sarana penyaluran energi d. sarana kehidupan Kegiatan seni merupakan sarana objektif yang bebas dari berbagai hambatan sosial, sehingga memungkinkan seseorang menyatakan kepribadiannya secara lebih leluasa melalui karya seni mereka. Fungsi sosial tersebut adalah fungsi seni sebagai.. a. sarana percaya diri c. sarana peningkatan diri b. sarana simbolik d. sarana terapi / penyembuhan Karya seni sebagai pernyataan dan perwujudan pemikiran, seniman dapat merangsang kepekaan pengertian masyarakat, sehingga menimbulkan tanggapan emosional yang dapat menumbuhkan rasa kebersamaan yang mengikat diantara penikmatnya. Fungsi sosial tersebut adalah fungsi seni sebagai. a. sarana integratif c. sarana administratif b. sarana agresif d. sarana kreatif Dalam sejarahnya kesenian merupakan sarana yang efektif untuk mengukuhkan nilai-nilai keagamaan dan bahkan sebagai sarana untuk mengajarkan dan menyebarluaskan ajaran agama. Fungsi sosial tersebut adalah fungsi seni sebagai. a. sarana keagamaan c. sarana Pendidikan b. sarana ritual d. sarana Peribadatan Seni yang digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar diantaranya berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan individu. Fungsi sosial tersebut adalah fungsi seni sebagai. a. sarana belajar c. sarana Pendidikan b. sarana integratif d. sarana Pengembangan individu

Untuk melihat kemampuan Anda, coba cocokan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat pada akhir Unit ini. Kemudian hitunglah jawaban Anda yang benar dan gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap Sub unit 1 ini. Rumus: Tingkat penguasaan= Jumlah Jawaban Anda yang benar x 100% 10 Arti tingkat penguasan yang Anda capai: 90 - 100% = baik sekali

1.1.15

UNIT 1 Sub UNIT 1

80 - 89% 70 - 79% < 70%

= baik = cukup = kurang

Catatan: Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Sub Unit selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi Sub Unit ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

1.1.16

UNIT 1 Sub UNIT 2

Sub UNIT

SENI DAN KEBUDAYAAN


Seni atau kesenian sangat dekat dengan kebudayaan. Memahami berbagai bentuk seni yang ada disekitar kita tidak lepas dari pemahaman terhadap budaya yang ada disekitar kita pula. Dalam sub unit ini saudara akan mempelajari hubungan antara seni dan kebudayaan. Pemahaman terhadap huibungan ini sangat penting bagi saudara sebagai individu maupun sebagai seorang guru. Sebagai individu pemahaman ini akan membuat kita semakin arif dan bijaksana ketika mencoba untuk memberi tanggapan dalam apresiasi maupun kritik terhadap berbagai bentuk seni dan fenomena kesenian yang kita jumpai. Sebagai seorang guru, pemahaman terhadap latar belakang budaya dimana murid atau siswa kita dibesarkan dapat membantu dalam mengembangkan materi kurikulum, model pembelajaran maupun evaluasi hasil belajar. A. KEBUDAYAAN DAN SENI 1. Kebudayaan Menurut Raymond Williams, kebudayaan atau kultur adalah salah satu dari dua atau tiga istilah paling rumit dalam bahasa Inggris. Kebudayaan atau kultur merupakan konsep yang telah sangat tua. Kata ini berasal dari bahasa Latin cultura, yang menunjuk pada kegiatan pengolahan tanah, perawatan dan pengembangan tanaman atau ternak. Istilah ini kemudian berubah menjadi gagasan tentang keunikan adat kebiasaan suatu masyarakat. Berkembang lebih lanjut, pengertian kebudayaan menjadi multidimensi bersama dengan munculnya berbagai pendapat tentang apa makna perbedaan dan keunikan-keunikan itu dalam memahami manusia umumnya sejak abad 17 hingga 19. (Bambang Sugiharto, 2003) Kebudayaan adalah sebuah konsep yang definisinya sangat beragam. Pada

1.2.1

UNIT 1 Sub UNIT 2

abad ke-19 istilah kebudayaan umumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat, ilmu alam, dan musik. Penggunaan yang menunjukkan semakin besarnya kesadaran bahwa seni dan ilmu pengetahuan dibentuk oleh lingkungan sosialnya (Kroeber dan Kluckhohn, 1952; Wiliams, 1958). Peningkatan kesadaran inilah yang membuat maraknya sosiologi kebudayaan atau sejarah sosial kebudayaan. Tendensi ini pada dasarnya dipengaruhi ideologi Marxis atau Marxian dalam arti bahwa seni, sastra, musik, dan lain sebagainya dipandang sebagai semacam suprastruktur, yang merefleksikan perubahan-perubahan yang terjadi di bidang ekonomi dan sosial yang menjadi dasar atau fondasinya. Satu contoh dari genre ini adalah buku Social History Of Art karya terkenal Arnold Hauser, (Peter Burke, 2001). Dalam buku tersebut Arnold Hauser menguraikan hubungan perkembangan konsep dan bentuk-bentuk kesenian yang dipengaruhi sistem gagasan dan lingkungan sosial masyarakatnya. Selanjutnya konsep kebudayaan yang akan digunakan dalam tulisan ini, bukan dipandang sebagai gejala yang bersifat fisik, material atau kebendaan. Dengan demikian, kebudayaan yang dimaksud bukan berupa artefak (benda) maupun tindakan atau emosi, melainkan sesuatu yang bersifat abstrak yang terdapat dalam pikiran manusia. Menurut Goodenaugh, kebudayaan yang dimaksud ini adalah model-model pengetahuan manusia yang digunakan oleh pendukung kebudayaan tersebut untuk menafsirkan benda, orang, tindakan dan emosi (A. Suryatna dkk, 1998). Dengan kalimat yang lain pendapat tersebut tersebut didukung oleh Spradley yang menyatakan kebudayaan sebagaimana yang digunakan dalam tulisan ini, merujuk pada pengetahuan yang diperoleh dan digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman serta melahirkan tingkah laku sosial (J. P. Spradley, 1997). Kebudayaan dalam hal ini dipandang sebagai suatu sistem pemikiran. Dengan demikian pengertian kebudayaan mencakup sistem gagasan yang dimiliki bersama, sistem konsep, aturan serta makna yang mendasari dan diungkapkan dalam tata cara kehidupan manusia. Kebudayaan yang didefinisikan seperti itu mengacu pada hal-hal yang dipelajari manusia, bukan hal-hal yang mereka kerjakan dan perbuat (R.M. Kessing, 1989). Dengan kata lain, kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan

1.2.2

UNIT 1 Sub UNIT 2

manusia

sebagai

makhluk

sosial

yang

digunakan

untuk

memahami

dan

menginterpretasikan pengalaman dan lingkungannya serta menjadi kerangka dasar yang menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan (P. Suparlan, 1980). Kebudayaan yang dimaksud dalam tulisan ini berbeda dari tindakan dan hasil tindakan, karena sesungguhnya tindakan itu terwujud dengan mengacu atau berpedoman pada kebudayaan yang dipunyai oleh individu atau masyarakat yang bersangkutan. 2. Kebudayaan dan Kesenian Adapun seni atau kesenian dalam hal ini dipandang sebagai unsur dalam kebudayaan atau subsistem dari kebudayaan. Melihat kesejajaran konsepnya, maka kesenian sebagaimana halnya kebudayaan, dapat dikatakan sebagai pedoman hidup bagi masyarakat pendukungnya (seniman) dalam melakukan kegiatannya (berkarya seni) sehari-hari. Pedoman ini berisikan model kognisi (pengetahuan), sistem simbolik, atau pemberian makna yang terjalin secara menyeluruh dalam simbolsimbol yang ditransmisikanmelalui pendidikan formal maupun non formal dalam komunitas atau kelompoknyasecara historis. Model kognisi ini kemudian digunakan secara selektif oleh masyarakat pendukungnya untuk berkomunikasi, melestarikan, menghubungkan pengetahuan, dan bersikap serta bertindak untuk memenuhi kebutuhan integratifnya yang bertalian dengan pengungkapan atau penghayatan estetiknya (T. Rohendi, 2000). Melalui pendekatan kebudayaan, perilaku berkesenian dapat dipandang sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu untuk memenuhi kebutuhan integratif. Kebutuhan ini mencerminkan manusia sebagai mahluk pemikir, bermoral dan bercita rasa yang berfungsi untuk mengintegrasikan berbagai kebutuhan menjadi suatu sistem yang dibenarkan secara moral, dipahami akal pikiran, dan diterima oleh cita rasa (Haviland, 1999). Dengan demikian berekspresi estetik merupakan salah satu kebutuhan integratif. Kebutuhan ini muncul karena adanya dorongan dalam diri manusia yang

1.2.3

UNIT 1 Sub UNIT 2

secara hakiki senantiasa ingin merefleksikan keberadaannya sebagai mahluk yang bermoral, berakal dan berperasaan. Kebutuhan estetik, secara langsung maupun tidak langsung, terserap dalam kegiatan-kegiatan pemenuhan kebutuhan lainnya, baik dalam pemenuhan primer, kebutuhan sekunder, maupun kebutuhan integratif lainnya, yang berkaitan dengan perasaan baik dan benar, adil dan tidak adil, serta masuk akal dan tidak masuk akal (T. Rohendi, 2000). Konsep-konsep kesenian yang disejajarkan dengan konsep kebudayaan seperti tersebut di atas, menjelaskan perilaku mencipta karya seni yang dilakukan seniman didorong oleh kebutuhan yang sifatnya integratif. Kebutuhan ini karena dorongan dalam diri seniman yang secara hakiki ingin merefleksikan keberadaannya sebagai mahluk bermoral berakal, dan berperasaan. Dalam kehidupan masyarakat, kesenian dapat dibedakan berdasarkan medianya, seperti pembedaan seni suara atau musik, seni gerak atau tari, seni pentas atau drama serta seni visual atau seni rupa. C. Manusia, Kesenian dan Kebudayaan Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan memiliki segala kelebihan dan kesempurnaan, yang sangat berbeda dengan binatang. Binatang berkembang dari masa ke masa secara statis, alamiah, dan dengan perilaku yang naluriah. Manusia berkembang secara dinamis, bergerak dan berubah dari waktu ke waktu karena sejalan dengan perkembangan akal, budi, dan dayanya. Oleh karena itu manusia disebut sebagai mahluk budaya. Mahluk yang menggunakan akal (rasio) dalam berpikir untuk mengembangkan kehidupannya. Ketika dilahirkan di muka bumi, manusia dalam keadaan lemah dan tidak berdaya. Ketidakberdayaan manusiaketika dilahirkan- tampak dari keharusannya untuk belajar dan beradaptasi terhadap alam dan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan makhluk hewan yang telah siap hidup dalam alam lingkungannya tanpa harus melalui proses belajar dan adaptasi yang lama. Dalam proses menuju kesempurnaannya, makhluk manusia memerlukan berbagai upaya untuk dapat mempertahankan hidupnya. Upaya yang dilakukan manusia itu merupakan suatu

1.2.4

UNIT 1 Sub UNIT 2

pemanfaatan sejumlah kemampuan yang dimilikinya. Kemampuan manusia tersebut di antaranya kemampuan otak yang dapat mengembangkan proses berpikir atau berakal budi. Kemampuan berakal budi pada manusia tidak dimiliki jenis makhluk lainnya, sehingga manusia disebut juga sebagai makhluk berakal budi atau makhluk berpikir. Dengan kemampuan berpikir, manusia dapat mengembangkan sistem-sistem yang dapat membantu mempertahankan kehidupannya. Sistem-sistem tersebut adalah sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian. Keseluruhan sistem tersebut dinamakan kebudayaan (Koentjaraningrat, 1990). Akumulasi dari unsur-unsur kebudayaan yang menunjukkan pada hal-hal yang halus dan indah seperti kesenian, lmu pengetahuan,sopan santun dan sistem pergaulan yang kompleks dalam masyarakat ini disebut sebagai peradaban (Koentjaraningrat, 1983). Keseluruhan sistem tersebut mewujudkan beragam bentuk dan medium yang artifisial, sehingga dalam kehidupannya manusia berhadapan dengan realitas baru yaitu dunia simbol. Menurut Ernst Cassirer (1990) manusia tidak hanya hidup dalam dunia fisik, tetapi hidup dalam dunia simbolis. Bahasa, mite, seni dan agama adalah bagian-bagian dunia simbolis itu. Cassirer juga menegaskan bahwa manusia selain memiliki kemampuan sistem berpikir, juga memiliki kemampuan sistem simbolis. Dengan sistem ini manusia mengembangkan pemikiran simbolis dan perilaku simbolis sebagai ciri khas manusiawi yang berbeda dengan binatang. Hal ini terbukti karena manusia membuat dan menggunakan simbol dalam kehidupannya. Kehidupan budaya manusia dengan kekayaan dan ragamnya adalah bentuk-bentuk simbolis. Perkembangan kebudayaan manusia di dunia ini berkaitan erat dengan kemajuan sistem simbolis manusia. Manusia sebagai makhluk yang berkebudayaan tidak bisa lepas dengan kehidupan manusia yang lain. Hal ini berarti bahwa manusia dalam mempertahankan hidupnya memerlukan interaksi dengan sesama dan lingkungannya. Interaksi manusia dalam suatu masyarakat akan berkembang menjadi salah satu kebutuhan (sosial),

1.2.5

UNIT 1 Sub UNIT 2

karena setiap manusia senantiasa memerlukan keberadaan manusia yang lain. Dengan demikian, manusia selain sebagai makhluk budaya juga makhluk sosial. Kelompok manusia yang terorganisir dalam suatu masyarakat mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk menciptakan kebudayaan. Sehingga kebudayaan yang diciptakan masyarakat sebenarnya akan merupakan sistem pengetahuan dan kepercayaan manusia yang disusun sebagai pedoman manusia dalam mengatur pengalamannya dan persepsi manusia untuk menentukan tindakan dan juga untuk memilih di antara alternatif yang ada (Kessing, 1981:68). Salah satu unsur (subsistem) kebudayaan yang hidup di masyarakat adalah kesenian. Jika kebudayaan dipandang sebagai sistem pengetahuan atau sistem gagasan, maka konsekuensi logisnya kesenian merupakan sistem pengetahuan, nilainilai dan gagasan yang merujuk pada nilai estetika dan keindahan. Kesenian yang berkembang dalam suatu kebudayaan masyarakat memiliki nilai-nilai yang bersifat universal. Artinya, bahwa kesenian dapat dipolakan secara sama. Kesenian merupakan perwujudan dari ekspresi perasaan manusia. Manusia sebagai pencipta seni mengungkapkan perasaannya melalui beragam medium seni, dan karya seni merupakan suatu bentuk perwujudannya. Dalam konteks kesenian, ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu pencipta seni (seniman), penikmat seni (masyarakat), dan karya seni (artefak). Pencipta seni (seniman)sebagai bagian dari masyarakatmerefleksikan kehidupan alam, masyarakat dan kebudayaannya dalam wujud karya seni yang sangat beragam, dan unik. Keragaman dan keunikan sebagai akibat dari keragaman kondisi alam, masyarakat dan kebudayaannya. Suatu kesenian akan dapat berkembang karena didukung oleh masyarakatnya. Masyarakat berperan sebagai penikmat yang merasakan dampak seni bukan saja dari perasaan atau pengertiannya tetapi juga dari imajinasinya. Setiap masyarakat memiliki bentuk kesenian yang berbeda karena sistem gagasan masyarakat juga berbeda-beda. Kesenian yang berkembang pada kelompok masyarakat perkotaan berbeda dengan masyarakat pedesaan. Kesenian masyarakat modern berbeda pula

1.2.6

UNIT 1 Sub UNIT 2

dengan masyarakat tradisional. Perbedaan tersebut disebabkan antara lain oleh sistem nilai, kondisi alam dan lingkungan, serta tatanan sosial-budaya. Karya seni anak-anak juga dapat dikelompokkan ke dalam karya seni, walaupun ketegasan mengenai seni anak-anak baru dibicarakan dalam wacana pendidikan seni. Artinya bahwa ada semacam dua paradigma dalam kenyataan seni orang dewasa dan seni anak-anak. Hal ini disebabkan oleh pernyataan sebagian ahli seni yang menegaskan bahwa semua anak itu "seniman" atau manusia kreatif, yang memiliki kebakatan universal dalam masa petumbuhan psikologis anak-anak. LATIHAN 1. Jelaskan pengertian kebudayaan sebagai sebuah sistem gagasan. 2. Jelaskan hubungan kesenian dan kebudayaan 3. Berikan contoh hubungan kesenian dan kebudayaan dilingkungan tempat tinggal saudara PETUNJUK JAWABAN LATIHAN 1. Baca kembali materi sub unit ini yang berkaitan dengan kebudayaan dan kesenian. 2. Diskusikan dengan teman dan tutor saudara fenomena kesenian dan kebudayaan yang saudara jumpai dilingkungan saudara.

RANGKUMAN Kebudayaan atau kultur berasal dari bahasa Latin cultura, yang menunjuk pada kegiatan pengolahan tanah, perawatan dan pengembangan tanaman atau ternak. Istilah ini kemudian berubah menjadi gagasan tentang keunikan adat kebiasaan suatu masyarakat. Pada abad ke-19 istilah kebudayaan umumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat, ilmu alam, dan musik. Kebudayaan sebagai suatu sistem pemikiran mencakup sistem gagasan yang dimiliki bersama, sistem konsep, aturan

1.2.7

UNIT 1 Sub UNIT 2

serta makna yang mendasari dan diungkapkan dalam tata cara kehidupan manusia. Kebudayaan yang didefinisikan seperti itu mengacu pada hal-hal yang dipelajari manusia, bukan hal-hal yang mereka kerjakan dan perbuat. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan pengalaman dan lingkungannya serta menjadi kerangka dasar yang menciptakan dan mendorong terwujudnya prilaku. Kesenian sebagaimana halnya kebudayaan, dapat dikatakan sebagai pedoman hidup bagi masyarakat pendukungnya (seniman) dalam melakukan kegiatannya (berkarya seni) sehari-hari. Pedoman ini berisikan model kognisi, sistem simbolik, atau pemberian makna yang terjalin secara menyeluruh dalam simbol-simbol yang ditransmisikanmelalui pendidikan formal maupun non formal dalam komunitas atau kelompoknyasecara historis. Model kognisi ini kemudian digunakan secara selektif oleh masyarakat pendukungnya untuk berkomunikasi, melestarikan, menghubungkan pengetahuan, dan bersikap serta bertindak untuk memenuhi kebutuhan integratifnya yang bertalian dengan pengungkapan atau penghayatan estetiknya. Konsep-konsep kesenian yang disejajarkan dengan konsep kebudayaan menjelaskan perilaku mencipta karya seni yang dilakukan seniman didorong oleh kebutuhan yang sifatnya integratif. Kebutuhan ini karena dorongan dalam diri seniman yang secara hakiki ingin merefleksikan keberadaannya sebagai mahluk bermoral berakal, dan berperasaan. Kesenian yang berkembang dalam suatu kebudayaan masyarakat memiliki nilai-nilai yang bersifat universal. Kesenian merupakan perwujudan dari ekspresi perasaan manusia. Manusia sebagai pencipta seni mengungkapkan perasaannya melalui beragam medium seni, dan karya seni merupakan suatu bentuk perwujudannya. Dalam konteks kesenian, ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu pencipta seni (seniman), penikmat seni, dan karya seni . TES FORMATIF 2

1.2.8

UNIT 1 Sub UNIT 2

Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan 1. Kebudayaan atau kultur merupakan konsep yang telah sangat tua. Pada awalnya kata ini berasal dari bahasa Latin cultura, yang menunjuk pada... a. kegiatan pengolahan tanah, perawatan dan pengembangan tanaman atau ternak. b. kegiatan upacara ritual keagamaan. 2. Kebudayaan adalah sebuah konsep yang definisinya sangat beragam. Pada abad ke-19 istilah kebudayaan umumnya digunakan untuk seni rupa, sastra, filsafat, ilmu alam, dan musik a. sistem sosial kemasyarakatan b. antropologi seni dan budaya c. seni rupa, sastra, filsafat, ilmu alam, dan musik d. berbagai bentuk karya seni 3. Spradley menyatakan kebudayaan sebagai sesuatu yang merujuk pada pengetahuan yang diperoleh dan digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman serta melahirkan tingkah laku sosial. Dengan demikian kebudayaan dipandang sebagai... a. sistem pemikiran b. sistem ilmu c. sistem kekerabatan d. sistem pemerintahan c. kegiatan dalam rumah tangga d. keunikan adat kebiasaan suatu masyarakat

4. Melalui pendekatan kebudayaan, perilaku berkesenian dapat dipandang sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu untuk memenuhi kebutuhan a. ritual b. ekonomi c. sosial d. integratif.

5. Manusia disebut sebagai mahluk budaya yaitu mahluk yang menggunakan

1.2.9

UNIT 1 Sub UNIT 2

............................ dalam berpikir untuk mengembangkan kehidupannya..: a. prasaannya b. akal (rasio) c. intuisinya d. kepribadiannya

6. Manusia dapat mengembangkan sistem-sistem yang dapat membantu mempertahankan kehidupannya. Sistem-sistem tersebut adalah sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian. Keseluruhan sistem tersebut dinamakan a. kebudayaan b. sistem kehidupan c. sistem hidup d. kemanusiaan

7. Menurut Ernst Cassirer (1990) manusia tidak hanya hidup dalam dunia fisik, tetapi hidup dalam dunia simbolis. Yang dimaksud dengan dunia simbolis tersebut adalah... a. bahasa, mite, seni dan agama b. kesenian dan bahasa a. pencipta seni, kritikus seni, dan karya seni. b. pencipta seni, pembeli seni, dan karya seni . c. mitologi dan kepercayaan d. kesenian dan kebudayaan c. pencipta seni, penikmat seni, dan pagelaran seni. d. pencipta seni, penikmat seni, dan karya seni.

8. Dalam konteks kesenian, ada tiga unsur pokok yang saling berkaitan yaitu

9. Setiap masyarakat memiliki bentuk kesenian yang berbeda terutama karena masyarakat juga berbeda-beda. a. lingkungan alam b. sarana ritual c. sistem gagasan d. sistem sosial

10. Karya seni anak-anak juga dapat dikelompokkan ke dalam karya seni. Hal ini disebabkan oleh pernyataan sebagian ahli seni yang menegaskan bahwa semua anak itu "seniman" atau manusia kreatif, yang a. memiliki bakat universal da-lam masa petumbuhan fisiknya c. memiliki bakat universal dalam masa petumbuhan psikologisnya

1.2.10

UNIT 1 Sub UNIT 2

b.

memiliki bakat universal dalam masa petumbuhan umurnya

d. memiliki bakat universal dalam masa petumbuhan kecerdasannya

Untuk melihat kemampuan Anda, coba cocokan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat pada akhir Unit ini. Kemudian hitunglah jawaban Anda yang benar dan gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap Sub Unit 2 ini. Rumus: Tingkat penguasaan= Jumlah Jawaban Anda yang benar x 100% 10 Arti tingkat penguasan yang Anda capai: 90 - 100% 80 - 89% 70 - 79% < 70% = baik sekali = baik = cukup = kurang

Catatan: Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Sub Unit selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi Sub Unit ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

1.2.11

UNIT 1 Sub UNIT 3

Sub UNIT

ESTETIKA DAN SENI


Mempelajari seni tidak terlepas dari perseoalan estetika dan keindahan. Estetika identik dengan seni dan keindahan. Pendapat ini tidak salah, tetapi tidak sepenuhnya tepat. Perkembangan konsep dan bentuk karya seni menyebabkan pembicaraan tetntang estetika tidak lagi semata-mata merujuk pada karya seni yang indah dan sedap dipandang mata. Dengan memahami persoalan estetika dan seni diharapkan wawasan saudara dalam melakukan apresiasi, kritik maupun berkarya seni semakin terbuka. Menghadapi karya-karya seni yang dikategorikan tidak indah, saudara tidak sekonyong-konyopng memberikan penilaian buruk, tidak pantas dan sebagainya. Sebagai seorang pendidik saudara akan lebih bijaksana untuk melihat latar belakang dibalik penciptaan sebuah karya seni. Hal ini akan membantu saudara menjadi seorang kreator, apresitor dan kritikus seni yang baik. Selanjutnya sikap ini diharapkan akan saudara tularkan kepada anak didik saudara khususnya dalam pembelajaran seni di sekolah. A. Pengertian Estetika Estetika umumnya diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni. Pandangan ini mengandung pengertian yang sempit. Estetika sesungguhnya berasal dari bahasa Yunani aisthetika yang berarti hal-hal yang dapat dicerap oleh pancaindera. Dengan kata lain estetika adalah pencerapan indera (sense of perception). Alexander Baumgarten (1714-1762), seorang filsuf Jerman adalah orang yang memperkenalkan kata aisthetika, sebagai penerus pendapat Cottfried Leibniz (1646-1716). Baumgarten memilih estetika karena ia mengharapkan untuk memberikan tekanan kepada pengalaman seni sebagai suatu

1.3.1

UNIT 1 Sub UNIT 3

sarana untuk mengetahui (the perfection of sentient knowledge). Pendapat lain mengatakan, untuk estetika sebaiknya jangan dipakai kata filsafat keindahan karena estetika kini tidak lagi semata-mata menjadi permasalahan falsafi tapi sudah sangat ilmiah. Saat ini estetika tidak hanya membicarakan keindahan dalam seni atau pengalaman estetis, tetapi juga gaya atau aliran seni, perkembangan seni dan sebagainya. Pada kenyataannya masalah dalam seni banyak sekali. Di antara masalah tersebut yang penting adalah masalah manakah, dan berdasarkan masalah apa serta ciri yang bagaimana yang termasuk estetika. Berkaitan dengan hal tersebut George T. Dickie mengemukakan dalam bukunya Aesthetica. George mengemukakan tiga derajat masalah (pertanyaan) untuk mengisolir masalah-masalah estetika. Yaitu pertama, pernyataan kritis yang mengambarkan, menafsirkan, atau menilai karya-karya seni yang khas. Kedua pernyataan yang bersifat umum oleh para ahli sastra, musik atau seni untuk memberikan ciri khas genre-genre artistik (misalnya: tragedi, bentuk sonata, lukisan abstrak dsb). Ketiga, pernyataan tentang keindahan, seni imitasi, dan lainlain. B. Pengertian Keindahan Gagasan utama dalam sejarah estetika secara filsafati sejak zaman Yunani Kuno sampai abad 18 ialah masalah yang berkaitan dengan keindahan (beauty). Persoalan utama yang digumuli oleh para filsuf tersebut ialah pertanyaan tentang Apakah keidahan itu?. Menurut asal katanya, keindahan dalam bahasa Inggris: beautiful (dalam bahasa Perancis beau, sedang Italia dan Spanyol bello yang berasal dari kata Latin bellum. Akar katanya adalah bonum yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi bonellum dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis bellum. Menurut cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini dalam bahasa Inggris sering dipergunakan istilah beauty (kendahan) dan the beautifull (benda atau hal yang indah). Dalam pembahasan filsafat, kedua pengertian itu seringkali dicampuradukkan saja.

1.3.2

UNIT 1 Sub UNIT 3

Selain itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian yaitu keindahan dalam arti yang luas, keindahan dalam arti estetis murni dan keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan pancaindera. a. Keindahan dalam arti yang luas, Keindahan dalam arti yang luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani, yang di dalamnya tercakup pula ide tentang kebaikan. Plato misalnya menyebutkan tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya symmetria ntuk keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya pada karya pahat dan arsitektur) dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik). Jadi pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi: keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, dan keindahan intelektual. Keindahan dalam arti estetika murni, menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas, lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerap dengan pancaindera, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna secara kasat mata. Pembagian dan pembedaan terhadap keindahan tersebut di atas, masih belum jelas apakah sesungguhnya keindahan itu. Ini memang merupakan suatu persoalan fisafati yang jawabannya beranekaragam. Salah satu jawaban mencari ciri-ciri umum yang pada semua benda yang dianggap indah dan kemudian menyamakan ciri-ciri atau kwalita hakiki itu dengan pengertian keindahan. Dengan demikian keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance) dan perlawanan (contrast). Berdasarkan ciri-ciri pokok tersebut, ada beberapa ahli yang menyatakan bahwa keindahan tersusun dari pelbagai keselarasan dan perlawanan unsur-unsur

1.3.3

UNIT 1 Sub UNIT 3

garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata. Ada pula pendapat lain yang menyatakan bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan diantara benda itu dengan si pengamat. Seorang filsuf seni dari Inggris bernama Herbert Read dalam (The Meaning of Art) merumuskan keindahan sebagai kesatuan dari hubungan-hubungan bentuk yang terdapat di antara pencerapan-pencerapan inderawi kita (beauty is unity of formal relations among our sense-perceptions). Sebagian filsuf lain menghubungkan pengertian keindahan dengan ide kesenangan (pleasure). Misalnya kaum Sofis di Atena (abad 5 sebelum Masehi) memberikan batasan keindahan sebagai sesuatu yang menyenangkan terhadap penglihatan atau pendengaran (that which is pleasant to sight or hearing). Sedang filsuf Abad Tengah yang terkenal Thomas Aquinas (1225-1274) merumuskan keindahan sebagai id quod visum placet (sesuatu yang menyenangkan bila dilihat). Masih banyak definisi dan pengertian lainnya yang dapt dikemukakan, tapi tampaknya takkan memperdalam pemahaman orang tentang keindahan, karena beragamnya perumusan yang diberikan oleh masing-masing filsuf. Kini para ahli estetik umumnya berpendapat bahwa membuat batasan dari istilah seperti keindahan atau indah itu merupakan problem semantik modern yang tiada satu jawaban yang paling benar. Dalam estetika modern orang lebih banyak berbicara tentang seni dan pengalaman estetis, karena ini bukan pengertian abstrak melainkan sesuatu gejala yang konkrit yang dapat ditelaah dengan pengamatan secara empiris dan penguraian yang sistematis. Oleh karena itu mulai abad 18 pengertian estetika sebagai keindahan semata-mata kehilangan kedudukannya. Bahkan menurut ahli estetik Polandia Wladyslaw Tatarkiewicz, orang jarang menemukan konsepsi tentang keindahan dalam tulisan-tulisan estetik dari abad 20 ini. C. Hubungan Seni dan Keindahan Keindahan (beauty) merupakan pengertian seni yang telah diwariskan oleh bangsa Yunani dahulu. Plato misalnya, menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah. Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik

1.3.4

UNIT 1 Sub UNIT 3

dan menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Bangsa Yunani juga mengenal kata keindahan dalam arti estetis yang disebutnya symmetria untuk keindahan visual, dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran (auditif). Jadi pengertian keindahan saat itu secara luas meliputi keindahan seni, alam, moral, dan intelektual. Herbert Readdalam bukunya The Meaning of Artmerumuskan keindahan sebagai suatu kesatuan arti hubungan-hubungan bentuk yang terdapat di antara pencerapan-pencerapan inderawi kita. Adapun Thomas Aquinas, merumuskan keindahan sebagai sseuatu yang menyenangkan bila dilihat. Kant secara eksplisit menitikberatkan estetika kepada teori keindahan dan seni. Teori keindahan adalah dua hal yang dapat dipelajari secara ilmiah maupun filsafati. Di samping estetika sebagai filsafat keindahan, ada pula pendekatan ilmiah tentang keindahan. Yang pertama menunjukkan identitas objek artistik, sedangkan yang kedua menunjukkan objek keindahan. Ada dua teori tentang keindahan, yaitu yang bersifat subjektif dan obyektif, Keindahan subjektif ialah keindahan yang ada pada mata yang memandang. Keindahan objektif menempatkan keindahan pada benda yang dilihat. Definisi keindahan tidak mesti sama dengan definisi seni. Dengan demikian, seni tidak dibatasi oleh keindahan. Menurut kaum empiris dari jaman Barok, permasalahan seni ditentukan oleh reaksi pengamatan terhadap karya seni. Perhatian terletak pada penganalisisan terhadap rasa seni, rasa indah, dan rasa keluhuran (keagungan). Dari pandangan tersebut jelas bahwa permasalahan seni dapat diselidiki dari tiga pendekatan yang berbeda tetapi yang saling mengisi. Di satu pihak menekankan pada analisis objektif dari benda seni, di pihak lain pada upaya subjektif pencipta dan upaya subjektif dari apresiator. Bila mengingat kembali pandangan klasik (Yunani) tentang hubungan seni dan keindahan, maka kedua pendapat ahli di bawah ini sangat mendukung hubungan tersebut; Sortais menyatakan bahwa keindahan ditentukan oleh keadaan sebagai sifat objektif dari bentuk (lesthetique est la science du beau), sedangkan Lipps berpendapat bahwa keindahan ditentukan oleh keadaan perasaan subyetif

1.3.5

UNIT 1 Sub UNIT 3

atau pertimbangan selera (die kunst ist die geflissenliche hervorbringung des schones). Dengan demikian, keindahan sebuah karya seni tidak saja ditentukan oleh kualitas objek dan keterampilan dalam mengolah serta menyusun unsurunsur seninya, tetapi juga ditentukan oleh pertimbangan subjektif pencipta serta pengamatnya. D. Beberapa Pandangan dalam Estetika 1. Estetika Klasik Estetika Klasik mengikuti pandangan Plato yang menempatkan seni (yang sekarang dianggap sebagai suatu karya indah) sebagai suatu produk imitasi (mimesis). Karya imitasi (seni) tersebut harus memiliki keteraturan dan proporsi yang tepat. Dalam karya seni rupa misalnya, pengertian mimesis ini seringkali diterjemahkan dengan penggambaran objek (alam) semirip mungkin dengan kenyataan yang ditampilkannya. Aristoteles memandang estetika sebagai the poetics yang terutama memberikan kontribusi terhadap teori sastra daripada teori estetika. Sebenarnya secara prinsip Aristoteles dan Plato berpandangan sama bahwa seni merupakan proses produktif meniru alam. Aristoteles juga mengembangkan teori chatarsis sebagai suatu serangan kembali terhadap pendapat Plato. Chatarsis, dalam bentuk kata Indonesia katarsis adalah penyucian emosi-emosi menakutkan, menyedihkan dan lain-lain. Karya seni tidak semata-mata peniruan terhadap bentuk-bentuk yang ada di alam tetapi juga sebagai katarsis terhadap gejala emosi menakutkan, menyedihkan dan sebagainya yang ada dalam diri manusia. 2. Estetika Abad Pertengahan Abad pertengahan seringkali dianggap sebagai abad gelap (the Dark Age) yang menghalangi kreativitas seniman dalam berkarya seni. Agama Nasrani (Kristen) yang mulai berkembang dan berpengaruh kuat pada masyarakat dituding menjadi belenggu seniman. Gereja Kristen lama bersifat memusuhi seni dan tidak mendorong refleksi filosofis terhadap hal itu. Seni dan kegiatan masyarakat lainnya mengabdi hanya untuk kepentingan gereja dan kehidupan sorgawi. Karena

1.3.6

UNIT 1 Sub UNIT 3

saat itu kaum gereja beranggapan bahwa seni itu hanyalah/dan selalu memperjuangkan bentuk-bentuk yang sempurna (idealisasi). 3. Estetika Pramodern Anthony Ashley Cooper mengembangkan metafisika neoplatoistik yang memimpikan satu dunia yang harmonis yang diciptakan oleh Tuhan. Aspek-aspek dari alam yang harmonis pada manusia ini termasuk pengertian moral yang menilai aksi-aksi manusia, dan satu pengertian tentang keindahan yang menilai dan menghargai seni dan alam. Keagungan, termasuk keindahan kategori estetika yang terpenting David Hume lebih banyak menerima pendapat Anthony tetapi ia mempertahankan bahwa keindahan bukan suatu kualitas yang objektif dari objek. Yang dikatakan baik atau bagus ditentukan oleh sifat dan keadaan manusia, termasuk adat dan kesenangan pribadi manusia. Hume juga membuat kesimpulan, meskipun tak ada standar yang mutlak tentang penilaian keindahan, selera dapat diobyektifkan oleh pengalaman yang luas, perhatian yang cermat dan sensitivitas pada kualitas-kualitas dari benda. Immanuel Kant, seperti Hume, bertahan bahwa keindahan bukanlah kualitas objektif dari objek. Sebuah benda dikatakan indah bila bentuknya menyebabkan saling mempengaruhi secara harmonis, diantara imajinasi dan pengertian (pikiran). Dengan demikian penilaian berdasarkan selera maknanya sangat subjektif dalam pengertian ini. 4. Estetika Modern Bennedotte Croce mengemukakan teori estetikanya dalam sebuah sistem filosofis dari idealisme. Segala sesuatu adalah ideal yang merupakan aktivitas pikiran. Aktivitas pikiran dibagi menjadi dua yaitu yang teoritis (logika dan estetika), dan yang praktis (ekonomi dan etika). Menurut Croce, estetika adalah wilayah pengetahuan intuitif. Satu intuisi merupakan sebuah imajinasi yang berada dalam pikiran seniman. Teori ini menyamakan seni dengan intuisi. Hal ini jelas menggolongkan seni sebagai satu jenis pengetahuan yang berada dalam pikiran, satu cara yang mendorong penciptaan kembali seni di alam pikiran merupakan

1.3.7

UNIT 1 Sub UNIT 3

apresiator. Filsuf Amerika, George Santayana, mengemukakan tentang estetika naturalistis. Keindahan disamakan dengan kesenangan rasa, ketika indera mencerap obyek-obyek seni. Clive Bell misalnya, memperkenalkan lukisanlukisan Paul Cezanne dan seniman modern lainnya kepada publik Inggris. Menurut pendapatnya, bentuk sangat penting dan merupakan unsur karya seni yang bisa menjadikan karya itu bernilai atau tidak. 5. Estetika Timur India merupakan negara dan bangsa yang memiliki pandangan seni (dan estetika) yang berbeda dalam beberapa hal dengan bangsa Eropa. Sebagai contoh,, penggambaran patung di Barat (Eropa) yaitu pada jaman Yunani, merupakan bentuk manusia ideal, atau mengutamakan keindahan bentuk. Di India patung tidak selalu serupa dengan manusia biasa, misalnya Durga, Syiwa dengan empat kepala, dan lain-lain. Padahal temanya yaitu penggambaran patung dewa. Perbedaan ini akan lebih jelas, sebab seniman India harus mengikuti modus tertentu seperti yang diterangkan di dalam dyana untuk menggambarkan macam-macam dewa Hindu atau Budha. Dyana berarti meditasi, merupakan proses kejiwaan dari seseorang yang berusaha untuk mengontrol pkiran dan memusatkan pada suatu soal tertentu yang akhirnya akan membawanya pada semadi. Sifat-sifat visual dari gambaran di atas (dalam semadi) kemudian di tulis dalam Silvasastra. Buku inilah yang menjadi pedoman berkarya selanjutnya. Elemen yang penting dalam senirupa adalah intuisi mental dan sesuatu hal yang dikonsepsikan dan personalitas seniman menyatu dengan obyek. Inilah hasil meditasi (dyana). Seni bukan merupakan imitasi dari alam. Teknik proporsi, perpektif, dsb diterangkan dalam Visudgarmottarapurna dan Chitra Sutra. Dalam Chitra Sutra penggambaran yang penting adalah kontinyuitas garis tepi yang harmonis, ekspresi, dan sikap yang molek. Di India juga mementingkan sikap dan bentuk yang simbolistis (perlambangan). Ada beberapa pendapat para ahli India di antaranya: Keindahan adalah sesuatu yang menghasilkan kesenangan. Seni diolah melalui

1.3.8

UNIT 1 Sub UNIT 3

proses kreatif dari pikiran menuju pada penciptaan obyek yang dihasilkan oleh getaran emosi. Inti keindahan adalah emosi (pendapat Joganatha). Pendapat lain mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang memberikan kesenangan tanpa rasa kegunaan.Yang menyebabkan rasa estetik adalah faktor luar dan faktor dalam (pendapat Rabindranath Tagore). Ia juga menerangkan untuk sebuah sajaknya,, bahwa ia tidak dapat menerangkan bekerjanya proses alamiah yang misterius itu, tetapi seolah-olah terjadi dengan sendirinya. Nampaknya ada sesuatu di atas kekuasaannya sendiri yang siap menuntun impulsinya dalam suatu jalan sehingga memungkinkan memberi bentuk pada pandangan intuisinya dari dalam. Berdasarkan paparan di atas maka tampak dalam Estetika Timur, seniman yang menciptakan obyek keindahan atau seni didorong oleh potensi teologis yang dimilikinya. 6. Estetika Pasca Modern Estetika pasca modern dapat dilihat sebagai kelanjutan perkembangan pemikiran estetika di Barat. Sebagai pemahaman atau pemikiran yang muncul belakangan, estetika pasca modern dianggap sebagai jawaban kritis terhadap pemikiran estetika sebelumnya, sekaligus menjadi pedoman bagi perjalanan pemikiran estetika selanjutnya. Estetika pasca modern seolah meleburkan pandangan atau pemikiran ideal yang dipahami oleh para ahli estetika sebelumnya. Dalam pandangan ini semua paham atau iodeologi yang melatar belakangi perkembangan estetika sebelumnya diterima dan sekaligus ditolak. Pandangan ini muncul diantaranya karena penolakan terhadap universalisme estetika modern yang dianggap sebagai indikator estetika seni dunia. Kesadaran untuk menghargai berbagai perbedaan ideologi dan pemahaman budaya dan seni menjadi salah satu pendorong kemunculan ideologi pasca modern. Beberapa tokoh pemikiran estetika pasca modern ini diantaranya Cage, Stockhausen, Glass dan sebagainya dalam bidang musik dan Rauschenberg, Baselitz, Warhol dan Bacon dalam seni rupa.

1.3.9

UNIT 1 Sub UNIT 3

LATIHAN 1. Kumpulkan berbagai (kliping, reproduksi atau copy) dari berbagai jenis karya seni kemudian beri ulasan berdasarkan pemikiran estetika yang berkembang hingga saat ini. 2. Carilah berbagai (kliping, reproduksi atau copy) dari berbagai jenis karya seni kemudian kelompokkan atau kategorikan berdasarkan pemikiranpemikiran estetika yang terdapat dalam sub unit ini. PETUNJUK JAWABAN LATIHAN Baca kembali dengan seksama sub unit ini, perkaya pemahaman saudara dengan berbagai sumber informasi pembelajaran lainnya kemudian diskusikan hasil jawaban dan analisis saudara dengan sesama rekan mahasiswa dan tutor. Jangan takut salah karena jawaban dan analisis estetis terhadap sebuah karya seni sangat terbuka untuk kritik dan berbeda pendapat.

RANGKUMAN Dalam pandangan sempit, estetika umumnya diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni. Estetika berasal dari bahasa Yunani aisthetika yang berarti hal-hal yang dapat dicerap oleh pancaindera. George T. Dickie dalam bukunya Aesthetica mengemukakan tiga derajat masalah (pertanyaan) untuk mengisolir masalah-masalah estetika yaitu pertama, pernyataan kritis yang mengambarkan, menafsirkan, atau menilai karya-karya seni yang khas. Kedua pernyataan yang bersifat umum oleh para ahli sastra, musik atau seni untuk memberikan ciri khas genre-genre artistik (misalnya: tragedi, bentuk sonata, lukisan abstrak dsb). Ketiga, pernyataan tentang keindahan, seni imitasi, dan lain-lain. Keindahan dalam arti yang luas, merupakan pengertian dari bangsa Yunani, yang di dalamnya tercakup pula ide tentang kebaikan meliputi: keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, dan keindahan intelektual. Keindahan dalam arti estetika murni, menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam

1.3.10

UNIT 1 Sub UNIT 3

hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Keindahan dalam arti terbatas, menyangkut benda-benda yang dicerap dengan pancaindera, yakni berupa keunikan secara kasat mata. Keindahan (beauty) merupakan pengertian seni yang telah diwariskan oleh bangsa Yunani. Mereka mengenal kata keindahan dalam arti estetis yang disebutnya symmetria untuk keindahan visual, dan harmonia untuk keindahan erdasarkan pendengaran (auditif) meliputi keindahan seni, alam, moral, dan intelektual. Di samping estetika sebagai filsafat keindahan, ada pula pendekatan ilmiah tentang keindahan yaitu yang menunjukkan identitas objek artistik, yang menunjukkan objek keindahan. Keindahan subjektif ialah keindahan yang ada pada mata yang memandang. Keindahan objektif menempatkan keindahan pada benda yang dilihat. Definisi keindahan tidak mesti sama dengan definisi seni karena seni tidak selalu dibatasi oleh keindahan. Seni dapat diselidiki dari tiga pendekatan yang berbeda tetapi yang saling mengisi. Di satu pihak menekankan pada penganalisisan objektif dari benda seni, di pihak lain pada upaya subjektif pencipta dan upaya subjektif dari apresiator. Berdasarkan cara pandangnya, estetika dapat dikelompokan dalam (a) Estetika Klasik, mengikuti pandangan Plato yang menempatkan seni (yang sekarang dianggap sebagai suatu karya indah) sebagai suatu produk imitasi (mimesis) yang memiliki keteraturan dan proporsi yang tepat; (b) Estetika Abad Pertengahan, yang mengikuti pandangan Gereja Kristen lama yaitu seni mengabdi hanya untuk kepentingan gereja dan kehidupan sorgawi sehingga seni selalu mmemperjuangkan bentuk visual yang sempurna (idealisasi); (c) Estetika Pramodern yang menyatakan bahwa sebuah benda dikatakan indah bila bentuknya menyebabkan saling mempengaruhi secara harmonis, diantara imajinasi dan pengertian (pikiran); (d) Estetika Modern, mengikuti pendapat Bennedotte Croce yang mengemukakan teori estetikanya dalam sebuah sistem filosofis dari idealisme. Segala sesuatu adalah ideal yang merupakan aktivitas pikiran. Aktivitas pikiran dibagi menjadi dua yaitu yang teoritis (logika dan estetika), dan yang praktis (ekonomi dan etika); (e) Estetika Timur yang menyatakan bahwa seniman yang menciptakan obyek keindahan atau seni

1.3.11

UNIT 1 Sub UNIT 3

didorong oleh potensi teologis yang dimilikinya; dan (f) Estetika Pasca Modern yang dianggap sebagai jawaban kritis sekaligus menjadi pedoman bagi perjalanan pemikiran estetika sebelumnya. Estetika Pasca Modern meleburkan pandangan atau pemikiran ideal yang dipahami oleh para ahli estetika sebelumnya. Pandangan ini muncul diantaranya karena penolakan terhadap universalisme estetika modern serta kesadaran untuk menghargai berbagai perbedaan ideologi dan pemahaman budaya dan seni. TES FORMATIF 3 Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan 1. Estetika umumnya diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang

memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada a. alam dan manusia b. seni dan kehidupan a. Alexander Agung b. Alexander Baumgarten c. alam dan seni d. manusia dan seni c. Alexander Baumgarden d. Alexander Baumington

2. Seorang filsuf Jerman yang memperkenalkan kata aisthetika adalah:

3. Menurut asal katanya, keindahan dalam bahasa Inggris: beautiful dalam bahasa Perancis beau, sedang Italia dan Spanyol bello yang berasal dari kata Latin bellum. Akar katanya adalah bonum yang berarti a. kebaikan b. keindahan c. kesopanan d. kesucian

4. Terdapat perbedaan pemahaman keindahan menurut luasnya pengertian yaitu a. keindahan dalam arti sempit, c. keindahan dalam arti yang luas, keindahan dalam arti estetis murni dan keindahan dalam arti tertutup b. keindahan dalam arti yang luas, keindahan dalam arti estetis keindahan dalam arti estetis murni dan keindahan dalam arti simbolik d. keindahan dalam arti yang luas, keindahan dalam arti estetis sederhana dan keindahan dalam arti

1.3.12

UNIT 1 Sub UNIT 3

murni dan keindahan dalam arti terbatas

estetis sejati

5. Bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya symmetria ntuk keindahan berdasarkan... a. pendengaran b. keseimbangan c. penglihatan d. emosi

6. Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya harmonia untuk keindahan berdasarkan... a. pendengaran b. keseimbangan c. penglihatan d. emosi

7. Keindahan dalam arti estetika murni, menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan a. segala sesuatu yang yakininya b. segala sesuatu yang dengarnya c. segala sesuatu yang lihatnya d. segala sesuatu yang dicerapnya

8. keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah a. kesatuan, keselarasan, kesetangkupan, keseimbangan dan kebaikan. b. kesatuan, keselarasan, kesetangkupan, keseimbangan dan keindahan. c. kesatuan, keselarasan, kesetangkupan, keseimbangan dan perlawanan. d. kesatuan, kebaikan, kesetangkupan, keseimbangan dan perlawanan.

9. Menurut Croce, estetika modern adalah wilayah pengetahuan intuitif. Satu intuisi merupakan sebuah imajinasi yang berada dalam pikiran seniman. Teori ini menyamakan seni dengan a. gagasan b. intuisi c. keindahan d. khayalan

10. Berdasarkan paparan di atas maka tampak dalam Estetika Timur, seniman yang menciptakan obyek keindahan atau seni didorong oleh . yang dimilikinya. a. potensi teologis c. potensi analisis

1.3.13

UNIT 1 Sub UNIT 3

b. potensi ideologis

d. potensi pedagogis

Untuk melihat kemampuan Anda, coba cocokan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat pada akhir Unit ini. Kemudian hitunglah jawaban Anda yang benar dan gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap Sub Unit 3 ini. Rumus: Tingkat penguasaan= Jumlah Jawaban Anda yang benar x 100% 10 Arti tingkat penguasan yang Anda capai: 90 - 100% 80 - 89% 70 - 79% < 70% = baik sekali = baik = cukup = kurang

Catatan: Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Unit selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi Sub Unit ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai. DAFTAR PUSTAKA Ayat Suryatna dan Zakarias S. Soeteja., Menjadi Tukang Gambar, Studi tentang Proses Transmisi Kemampuan Menggambar pada Masyarakat Jelekong Bandung, (Laporan Tulisan tidak diterbitkan), FPBS IKIP Bandung, Bandung, 1998, p. 12. Bambang Sugiharto, 2003, Kebudayaan, Filsafat, dan Seni (Redefinisi Dan Reposisi), tersedia dalam http://www.kompas.com/kompas-cetak / 0312 / 03 / Bentara /708588.htm [tgl Akses: 15 Maret 2007] Burke, Peter, Sejarah dan Teori Sosial, (terj.) Mestika Zed dan Zulfami, Yayasan Obor, Jakarta, 2001. Haviland, William A., Antropologi, Jilid 1, (terj.) R. G. Soekadijo, Erlangga, Bandung, 1999. Haviland, William A., Antropologi, Jilid 2, (terj.) R. G. Soekadijo, Erlangga,

1.3.14

UNIT 1 Sub UNIT 3

Bandung, 1999.Piddington dalam Suparlan, Kebudayaan dan Pembangunan makalah seminar, disajikan pada Seminar Kependudukan dan Pembangunan, KLH, Jakarta. 1985. Hikmat Budiman, Lubang Hitam Kebudayaan, Kanisius, Yogyakarta, 2002. p. 47. James P. Spradley, Metode Etnografi, Misbah Zulfa Elizabeth (terj.), Amirudin (peny.), Tiara Wacana, Yogyakarta, 1997. p. 5. Parsudi Suparlan, Manusia Kebudayaan dan Lingkungannya: Perspektif Antropologi, makalah seminar, Pusat Studi Lingkungan Universitas Indonesia dan Departemen Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan hidup RI. Jakarta,1980. Roger M. Kessing, Antropologi Budaya, Suatu Perspektif Kontemporer, Samuel Gunawan (terj.), Erlangga, Jakarta, 1989, pp. 68-69. Tjetjep Rohendi., Kesenian Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan, STISI Press dan P3M STISI, Bandung, 2000,

Kunci Jawaban Unit 1 Test Formatif 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. B C B A A C D A C C

Test Formatif 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. B C B A A C D A C C

Test Formatif 3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. B C B A A C D A C C

1.3.15

Anda mungkin juga menyukai