Anda di halaman 1dari 383

Solusi Untuk Indonesia

Penulis: Hokky Situngkir



Supervisor: Yohanes Surya

Penerbit: Kandel

Cetakan Pertama: 2008

ISBN: 978-979-15900-3-7
Ii
mari bergembira, selagi kita muda!
setelah kemudaan berakhir,
setelah masa tua yang sulit,
tanah tempat kita berkalang!
hidup ini pendek, dan cepat berakhir!
kematian datang dengan cepat,
dengan kejam mencengkeram,
tak seorang pun dapat lolos!
gaudeamus igitur, juvenes dum sumus!
post icundum iuventutem,
post molestam senectutem,
nos habebit humus!
vita nostra brevis est, brevi finietur!
venit mors velociter,
rapit nos atrociter,
nemini parcetur!
ii
iii
S
E
K
A
P
U
R
S
I
R
I
H
Bukuini hadir sebagai upayainginmemberikanapayangmenjadi pergulatan
pemikiran dan perasaan sebagai bagian dari sebuah bangsa Indonesia yang
bercampur-aduk dengan pergumulan bersama data-data dan detail
komputasi dan analisis mekanika statistik. Kita seringkali menganggap
bahwa apa yang menjadi permasalahan bagi kita adalah apa yang dilihat
oleh dunia tentang kita, padahal permasalahan utama adalah bagaimana
kita melihat diri kita sendiri. Ini merupakan landasan pentingnya konsep
Wawasan Nusantara bagi kita semua, setiap generasi, seluruh golongan
ekonomi dan kerja, semua elemen negeri. Buku ini bermotif
mengetengahkan sebuah kacamata sains kompleksitas untuk hal ini, agar
kita makin hari makin memahami diri kita, dan makin lama makin cinta
dengan bumi pertiwi tempat kita lahir, hidup, dan akhirnya menutup mata
ini.
Buku ini diawali dengan mengetengahkan selintas darmawisata ke ranah
sistem kompleks, kajian ekonofisika dan sosiofisika, dan dunia komputasi
interdisiplin yang menjanjikan banyak hal untuk implementasi kajian sosial
masa depan. Berbagai sendi kehidupan dibicarakan buku ini sebagai bentuk
Wawasan Wiyatamandala, mulai dari sistemekonomi, politik, olahraga, seni
dan budaya, dan sebagainya. Sebenarnya buku ini terlalu kecil untuk
dianggap berbicara tentang Indonesia secara lengkap, namun buku ini
memiliki janji akanmemungkinkannya banyak kajianbarumuncul yang akan
memperkaya khazanah ilmu sosial kita di tanah air demi masyarakat
Indonesiayanglebihbaik.
Buku ini kami persembahkan buat mereka yang haus akan ilmu
pengetahuan, yang rindu akan implementasi sains dalam cakrawala sistem
sosial secara umum, dan memiliki rasa cinta akan ibu pertiwi yang kuat. Yang
jelas, buku ini adalah buah tangan tim penulis yang senantiasa berhutang
pada banyak pihak baik di dalam atau pun di luar Bandung Fe Institute dan
SuryaResearchInternational.
Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan staf kerja di
Surya Research International dan Bandung Fe Institute, juga kepada rekan-
rekan yang banyak membantu baik langsung atau tidak langsung seperti
Profesor Roy Sembel, Profesor M. T. Zen, Bang Muslim Tampubolon, Bung
Dodi Rustandi, Bung Irendra Rajawali, rekan-rekan di Proggie ITB, khususnya
Abdillah Prasetya, Arief Haryanto, Kurniawan Hadiyusro, Zaid Perdana
Nasution, Diding Sakri, Ilham Thamrin, Nugroho Ariemulyo, Kurniawan
Ginting, Efri Elkha Riza, di Institut Sosial Humaniora Tiang
Bendera ITB, dan sederet nama lain yang tentunya tak mungkin kami sebut
satu persatu, yang banyak memberikan dukungan moral selama penulisan
bukuini.
Semoga kehadiran buku ini dapat memperkaya khazanah kita,
mempertajam berbagai alternatif solusi untuk perbaikan, atau setidaknya
meningkatkanrasacintakitapadabangsadannegeri kita, Indonesia.
Selamat Membaca.
Bandung-Jakarta, Awal November 2007
rekan-rekan
iv
Daftar Isi
BABAD TANAH AIR
WIYATAMANDALA
0. Kompleksitas: Wajah Sains di Tepi Chaos
1. Wawasan Nusantara dalam Perspektif Kompleksitas
0.1. Teori Chaos
0.2 Dari Otomata Selular ke Model Agen
0.3 Mekanika Statistik dan Ekonofisika
1.1. Sebuah Keindonesiaan Baru
0-1-1
0-1-1
0-1-3
0-1-5
0-1-6
0-1-8
0-1-11
0-1-12
0-1-16
0-2-1
0-2-1
0-2-3
0-2-4
0-2-7
0-2-9
0-2-11
0-2-14
0-2-16
0-3-1
0-3-1
0-3-3
0-3-10
0-3-13
0-3-15
0-3-16
0-3-23
0-3-23
0-3-26
0-4-2
0-4-2
0-4-4
0-4-6
0-4-11
1-1-1
1-1-1
1-1-2
1-1-3
1-1-4
1-1-5
1-1-7
0.1.1. Latar Belakang Teori Chaos
0.1.2. Chaos dalam Sebuah Persamaan Sederhana
0.1.3. Sensitif Pada Kondisi Awal
0.1.4. Tak Hingga Atraktor
0.1.5. Rute Menuju Chaos
0.1.6. Kemiripan Terhadap Diri Sendiri
0.1.7. Fraktal
0.1.8. Penutup
0.2.1. Pada Awalnya
0.2.2. Kelahiran Otomata Selular
0.2.3. Otomata Selular 1-D
0.2.4. Tepi Chaos Dalam Otomata Selular
0.2.5. Perkembangan Otomata Selular
0.2.6. Mengapa Dibutuhkan Simulasi
0.2.7. Simulasi Sistem Sosial
0.2.8. Epilog
0.3.1. Dari Transisi Fasa ke Hukum Pangkat
0.3.2. Dari Hukum Pangkat ke Ekonofisika
0.3.3. Perspektif Baru di Tepi Chaos
0.3.4. Ekonofisika dan Kajian Sosial Interdisipliner
0.3.4.1. Konsep Korelasi dalam Ekonofisika
0.3.4.2. Konsep Kompleksitas dalam Ekonofisika
0.3.5. Dua Pertanyaan Yang Selalu Berkumandang
0.3.5.1. Mampukah Ekonofisika Memperbaiki Ekonomi Indonesia Saat Ini?
0.3.5.2. Memilih Ekonofisika Dibanding Ekonometri?
1.1.1. Indonesia, Sebuah Perjalanan
1.1.2. Ancaman Disintegrasi Fisik
1.1.3. Indonesiaku Indonesiamu: Sebuah Disintegrasi Laten
1.1.4. Tantangan ke Depan
1.1.5. Teori Permainan
1.1.6. n-IPD
0.4.1. Sekilas Tentang Teori Evolusi
0.4.2. Algoritma Genetika
0.4.3. Memetika
0.4.4. Catatan
0.4 Evolusi: Biologinya Sistem Sosial
v
1.1.7. Evolusi Kontrak Sosial di Indonesia
1.1.8. Perspektif Memandang Indonesia ke Depan
1.3.1. Pemilu dan Fenomena Kritis
1.3.2. Partai Politik di Indonesia
1.3.3. Demokrasi Indonesia di Tepian Chaos
1.4.1. Keterwakilan Masyarakat di DPR
1.4.2. Perolehan Suara Partai di Pemilu 2004
1.4.3. Kartogram Perolehan Suara Dua Partai Besar Hasil Pemilu 2004
1.5.1. Ketidakproporsionalan Suara dan Kursi
1.5.2. Metodologi
1.5.3. Simulasi
1.5.4. Mencari Konfigurasi Yang Adil
1.6.1. Indonesia di Asia Pasifik
1.6.2. Kependudukan Indonesia sebagai Kekayaan Demografis
1.6.3. Meme Politik Masyarakat Indonesia
1.6.4. Refleksi Demografis: Masalah Pemerataan
1.6.5. Catatan Penutup Bagian Pertama
2.1.1. Keragaman Etnis dan Konflik Etnis di Indonesia
2.2.1. Karakterisasi Pola Konsumsi Orang Indonesia Berdasarkan Merek
2.2.2. Isu 2008 dalam Horizon Media Nasional
2.3.1. Aspek Teoretis Korupsi
2.3.1.1 Kerumitan Pendefinisian Korupsi
2.3.1.2. Apa Yang Disebut Korupsi
2.3.1.3. Model Dinamik Korupsi
2.3.1.4. Interpretasi-ulang Solusi Korupsi Yang Berkembang
2.3.2. Korupsi Oleh LSM
2.3.2.1. Peranan LSM Dalam Pemberdayaan Sosial
2.3.2.2. Studi LSM di Indonesia Menggunakan Logika Fuzzy
2.3.2.3. Arahan
2.3.3. Korupsi di Daerah
2.3.4. Beberapa Catatan
3.1.1. Memahami Kemiskinan Kita
3.1.2. Harga-harga Yang Selalu Naik!
3.1.3. Angkatan Kerja Kita
3.3.1. Mekanika Statistik Pergerakan Harga di Lantai Bursa
3.3.2. Perilaku Mengerumun di Pasar Modal Kita
1-1-9
1-1-11
1-2-1
1-3-1
1-3-1
1-3-4
1-3-8
1-4-1
1-4-1
1-4-3
1-4-5
1-5-1
1-5-1
1-5-2
1-5-3
1-5-6
1-6-1
1-6-2
1-6-7
1-6-12
1-6-18
1-6-23
2-1-1
2-1-1
2-2-1
2-2-4
2-2-10
2-3-1
2-3-1
2-3-1
2-3-3
2-3-5
2-3-5
2-3-9
2-3-10
2-3-12
2-3-14
2-3-14
2-3-15
3-1-1
3-1-2
3-1-11
3-1-16
3-2-1
3-3-1
3-3-2
3-3-10
1.2. Demokrasi dan Sistem Kendali Dinamis
1.3. Demokrasi a la Indonesia
1.4. Representasi Politik di Indonesia
1.5. Mencari Sistem Pemilu Yang Adil
1.6. Wawasan Nusantara dalam Perspektif Yang Dinamis
2.1. Etnik dan Konflik Sosial di Indonesia
2.2. Media dan Konstruksi Sosial
2.3. Korupsi
3.1. Makroekonomi Kompleks Indonesia
3.2. Posisi Uang dan Investasi
3.3. Bursa Efek Indonesia
2. Kompleksitas Sosiologis dan Kemasyarakatan Indonesia
3. Ekonomi dan Keuangan Negeri
vi
4.1.1. Variasi
4.1.2. Akuisisi
4.3.1. Kajian Matematis Pada Karya Seni dan Budaya
4.3.2. Studi Kasus: Musik Indonesia
4.5.1. Situasi Pendidikan Nasional
4.5.2. Tren Ilmu Pengetahuan dan Akuisisi Masa Depan
4.5.3. Mengobati Rabun Wawasan Wiyatamandala
3.4. Inovasi untuk Indonesia Masa Depan
4.1. Dari Variasi ke Akuisisi Bahasa
4.2. Sebuah Perspektif untuk Prestasi Olahraga Nasional
4.3. Telaah Seni dan Budaya Nasional
4.4. Televisi dan Masyarakat
4.5. Pendidikan Nasional: Sejati Wawasan Wiyatamandala
5.1. Isu Terorisme dan Kebijakan Luar Negeri AS di Mata Media Nasioal
5.2. Isu Terorisme dan Kebijakan Luar Negeri AS dalam Respon Spontan
Epidemiologi sebagai Masalah Ketahanan Sosial
Epidemiologi dalamSistem Sosial Kompleks
7.1. Investasi di Lantai Bursa: Struktur Pasar dan Industri Indonesia
7.2. Menerawang Harga-harga
Epilogia
3-4-1
4-1-1
4-1-1
4-1-6
4-2-1
4-3-1
4-3-1
4-1-6
4-4-1
4-5-1
4-5-1
4-5-5
4-5-8
5-1-1
5-2-1
6-1-1
6-2-1
7-1-1
7-2-1
4. Pendidikan dalam Teropong Kebudayaan Nasional
5. Tentang Terorisme
6. Tentang Epidemilogi
7. Menerawang Dinamika Ekonomi dan Keuangan Ke Depan
REFLEKSI KINI UNTUK MASA DEPAN
6.1.
6.2.
Kerja Yang Menjadi Referensi
Sebuah Catatan
Profil Singkat
vii
BABAD
TANAH AIR
Ini adalah bab nol, sebuah bagian awal yang boleh
saja dilewatkan bagi dua tipe pembaca.
pembaca yang memang telah cukup biasa dengan
berbagai kosa kata atau konsep-konsep dasar yang
digunakan dalam pendekatan kompleksitas.
pembacayang inginlangsung melihat hasil dari apayang
ingin ditampilkan dalam buku ini secara luas atau lebih
tertarik untuk melihat detail metodologi yang
ditampilkan secara gamblang di bagian referensi. Untuk
pembacatipepertama, padadasarnyabagianpengantar
ini ditulis dengan gaya yang agak menghibur. Sehingga
mungkin saja Anda mendapatkan suatu gambaran baru
yang setidaknya merefleksikan upaya kami agar konsep-
konsep yang digunakan memang tumbuh di dalam
aspek-aspek yang tengah dihadapi olehIbuPertiwi. Bagi
pembaca tipe kedua, bab pengantar ini dapat berfungsi
sebagai sebuah penarik, sehingga Anda dapat dengan
mudah memilah-milah bagian mana dari referensi yang
ingin didalami. Bagi pembaca umum, bab ini dirancang
dengan sebanyak mungkin ilustrasi sehingga bagi
mereka yang tak memiliki latar belakang matematika
dan komputasi masih dapat menikmatinya. Bab awal ini
memiliki motif ingin menumbuhkan penggunaan
konsep-konsepsains yang benar-benar lahir dari sebuah
keperluan penajaman sains sosial dalam nuansa
Keindonesiaan.
Pertama,
Kedua,
Kompleksitas:
Wajah Sains di Tepi Chaos
Bab 0
Saya bukan seorang nasionalis.
Saya bukan seorang religius.
Saya bukan seorang sosialis.
Saya adalah saripati dari ketiganya.
Ir. Soekarno
Newton merupakan salah seorang
perancang cabang matematika yang
menjadi dasar sejumlah model sains
modern: kalkulus. Dia juga berjasa
dalam memformulasikan tiga hukum
gerak (mekanika klasik), teori gravitasi,
yang menerangkan bagaimana benda
dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
Sir Isaac Newton (1642-1727)
0.1. Teori Chaos
0.1.1. Latar Belakang Teori Chaos
Apa yang ada di dalamkepala seorang Soekarno ketika ia merumuskan
Nasakom? Mengapa ia tidak memilih sebuah aliran pemikiran tertentu
sebagai pandanganhidup? PernyataanSoekarnodi samping tentusulit
dijawab bagi kita yang biasa dididik dalam tradisi filsafat ilmu
pengetahuan warisan filsuf Perancis Ren Dscartes (1596-1650),
yang mengajarkan untuk memecah permasalahan yang rumit dalam
kepingan-kepingan agar dapat ditarik pemahaman perilaku
keseluruhan dari sifat bagian-bagiannya. Pemikiran Dscartes
mengakibatkan terjadinya proses spesialisasi dan pengkotak-kotakan
pengetahuan.
Perkembanganfilsafat ini selanjutnya bertaliandenganteori mekanika
klasik Isaac Newton (1642-1727). Teori ini didasarkan pada metode
berpikir analitik, peninggalan Dscartes. Mekanika sebuah benda
dijelaskan dengan mencari elemen-elemen gaya dalam fenomena
gerak tersebut. Misalnya perubahan gerak gerobak penjual bakso
adalah resultan dari gaya gravitasi, gaya dorong dari tubuh penjual
bakso, dan gaya gesek yang bekerja pada ban dan alas kaki si penjual
bakso dengan permukaan jalan. Teori ini berkembang drastis dalam
kehidupan ilmu pengetahuan saat itu. Dengan inspirasi ini, Newton
kemudian merumuskan filsafat Newtonian, dengan ciri-ciri yaitu
obyektif, statik, linier, eksperimental dan terkuantifikasi. Newton
memandang alam sebagai sesuatu yang bersifat mekanistis dengan
mematuhi hukum-hukum matematis yang eksak. Newtonian
melahirkan suatu paradigma yang - selain mekanistis, linier dan statis -
jugareduksionis danatomistis.
Ide ini menginspirasi sejumlah ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu
lainnya seperti ahli kedokteran Inggris, William Harvey (1578-1657),
ahli kimia Perancis, Antoine Lavoisier (1743-1794), Ekonom Perancis,
Lon Walras (1834-1910), hingga ahli ilmu sosial Perancis, Auguste
Comt (1839-1924), yang membidani lahirnya ilmu fisika sosial (
). Konsekuensi logis pemikiran Comt, yang terinspirasi oleh
Newton tersebut, tentunya adalah cara pandang para sosiolog
terhadap masyarakat sebagai sesuatu hal yang bersifat mekanistis
dengan ciri-cirinya adalah linier, statis, eksperimental dan
terkuantifikasi. Semenjak Comt, denganpenggunaansistematika dan
metodologi yang serupa dengan ilmu alam, ilmu sosial berevolusi
terpisah oleh spesialisasi dan kategorisasi ilmu. Dari sinilah
berbagai macam teori sosial dibangun. Lahirlah berbagai pendekatan
eksperi mental dan teori -teori sosi al yang berusaha untuk
menerangkansistemsosial dalamparadigmasains.
social
physics
kemudian
0-1-1
Setiap individu secara terus-menerus
senantiasa mencari pekerjaan yang
paling menguntungkan dirinya.
Adam Smith (1723-1790)
Hatta yang kelahiran Bukittinggi,
Sumatera Barat, merupakan seorang
tokoh proklamator dan seorang politisi
yang berjasa dalam berbagai diplomasi
merebut kemerdekaan. Namun, ia
juga seorang intelektual di bidang
ekonomi dan keuangan. Ia juga cakap
di banyak bidang pemikiran, mulai dari
hukum hingga agama. Buah pikirannya
adalah konstruksi ekonomi yang
berpihak pada rakyat dan koperasi
untuk melindungi masyarakat kecil.
Drs. Mohammad Hatta (1902-1980)
Matematika adalah seni pemberian
nama untuk banyak hal yang
berbeda.
Henri Poincar (1854-1912)
Yang menarik, meski terinspirasi oleh ilmu alam, ilmu sosial
berkembang terpisah dan bercabang-cabang sesuai dengan bidang
kajiannya dan berbagai jenis variasi oleh karena adanya perbedaan
mazhab atau aliran filosofis yang mendasarinya. Secara kontras hal ini
terlihat di ilmu ekonomi, yang pertama kali disistematisasi oleh Adam
Smith (1723-1790) dan diikuti kemudian oleh sejumlah nama besar
seperti Vilfredo Pareto (1848-1923), Leon Walras (1834-1910), John
MaynardKeynes (1883-1946) danseterusnya. Perbedaanalirandalam
ekonomi terjadi karena adanya perbedaan pandangan akibat latar
bel akang penekanan teori yang mendasari nya. Pandangan
Mohammad Hatta terhadap posisi negara dalam sistem ekonomi
berbeda dengan prinsip persaingan bebas yang diusung oleh Adam
Smith. Dalam sidang BPUPKI, Hatta menyatakan bahwa negara harus
menjalankan fungsinya dalam sistem ekonomi, yaitu dengan
membuat peraturan dan mencegah terjadinya penghisapan orang
yang lemah oleh orang yang bermodal. Pandangan ini terjadi karena
Hatta melihat sistem ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan sistem
politikIndonesiapascapenjajahan.
Proses dialog dan kritik adalah energi perkembangan teori dalamilmu
pengetahuan, sebagaimana perdebatan kecil Sutan Syahrir dan H.
Agus Salim di Desa Laugumba mempengaruhi perjalanan sejarah
Indonesiadekade50-an. Dari proses kritik tersebut, akhirnyasejumlah
ilmuwan berhasil menunjukkan bahwa kalkulus Newton bukanlah
tanpa batas. Banyak hal dapat diatasi dengan fisika Newton, namun
ternyata masih lebih banyak lagi permasalahan yang tak mungkin
didekati dengan teori tersebut. Keterbatasan metode Newton yang
terlalu melinearisasi obyek fisis yang didekati tersebut terasa dengan
lahirnya teori relativitas Albert Einstein (1879-1955), yang
menunjukkan sifat relatif dari mekanika. Demikian juga dengan
perkembangan fisika modern yang melahirkan mekanika kuantum,
dengan salah satu prinsipnya adalah ketidakpastian Werner
Heisenberg(1901-1976).
Contoh menarik lain yang berkenaan dengan perkembangan teori
chaos adalah permasalahan 3-benda ( ).
Permasalahan ini secara sederhana adalah permasalahan tentang
gaya tarik dari tiga objek di tata surya kita. Hal ini ternyata sangat sulit
dijawab dengan kalkulus Newton. Sampai-sampai pada tahun 1890
Raja Oscar II dari Swedia menawarkan hadiah bagi siapa pun yang
dapat memecahkan masalah tersebut. Masalah ini akhirnya dapat
dipecahkan oleh fisikawan Perancis, H nri Poincar (1854-1912).
Namun, di sini Poincar tetap meninggalkan masalah untuk kasus
banyakbenda( ).
Hal yang menarik dari solusi Poincaruntuk kasus
adalah digunakannya prinsip-prinsip sistem dinamik non-linear (
). Persamaan-persamaan sederhana dari
mekanika Newton berubah menjadi persamaan yang mencerminkan
bentuk-bentuk chaos yang sangat rumit dari sistem dinamik. Teori ini
three body problem
n-body-problem
three-body-problem
non-
linear dynamic system

0-1-2
kemudian membawa dampak yang sangat besar dalam ilmu alam.
Orang tidak lagi selalu menganggap sistem sebagai suatu hal yang
linear dan statis, seperti yang digunakan oleh Newton. Mereka mulai
memperhatikan sifat-sifat non-linier dan dinamik sebuah
sistem. Non-linier dalam arti nilai masukan dan keluaran sistem tidak
lagi proporsional.
Kajian tentang non-linieritas sistem berkembang pesat pasca dekade
60-an. Salah satu pionernya adalah E. Lorenz, yang menemukan sifat
sensitifitas atau kepekaan yang tinggi pada kondisi awal. Penemuan
tersebut berasal dari kejadian yang tidak sengaja, yaitu ketika Lorenz
mel akukan percobaan untuk mempredi ksi cuaca. Dengan
memodelkan perilaku cuaca dalam tiga persamaan non-linier
diferensial, ia melakukan beberapa kali simulasi. Dalam simulasi yang
dilakukan, keluaran dari simulasi sebelumnya dimasukkan pada
simulasi berikutnya. Pada saat itu katakanlah nilai awal dari simulasi
yang berikutnya sedikit berbeda dari apa yang dihasilkan oleh simulasi
sebelumnya. Nilai awal 0.506127 yang dihasilkan komputer, oleh
Lorenz, dicatat menjadi 0.506 dan dijadikan masukan untuk nilai awal
pada simulasi selanjutnya. Hasilnya sangat mengejutkan, karena
ternyata hasil yang diperoleh benar-benar berbeda jika dibandingkan
dalam
Gambar 0.1.1.
Hasil percobaan Lorenz ketika terjadi
perbedaan nilai awal. Perhatikan
bentuk dari dua grafik di atas: sangat
berbeda. Hal ini sangat mengejutkan
Lorenz, karena perbedaan nilai
masukan awal dari kedua sistem
tersebut kecil sekali, hanya sebesar
0.000127.
"Mendung Tak Berarti Hujan.
Deddy Dores
Hal ini menunjukkan adanya kepekaan yang luar biasa terhadap kondisi
awal. Prediksi terhadap perilaku sistem secara mutlak menjadi mustahil.
Dengan fakta ini Lorenz secara jujur harus mengakui bahwa prediksi
terhadap cuaca adalah hal yang mustahil, segamblang lirik lagu
"Mendung Tak Berarti Hujan" ciptaan Deddy Dores. Terlalu banyak faktor
yang mempengaruhi ketepatan dalam menentukan nilai awal selain
faktor kesalahan pembulatan dan keterbatasan komputasi. Fenomena
inilah yang kemudian dikenal sebagai efek kupu-kupu yang sangat
populer: Kepakan sayap kupu-kupu di Bandung dapat mengakibatkan
terjadinyabadai di Jayapura.
Chaos memiliki keterkaitan erat dengan konsep keteraturan (harmoni)
dan ketakteraturan. Dalam ilmu matematika, keteraturan dianalogikan
dengansifat ekuilibriumdanperiodik.
Sebuah sistem dikatakan memiliki sifat ekuilibrium jika perilaku dan
0.1.2. Chaos DalamPersamaanSederhana
0-1-3
konfigurasi sistem tidak berubah dalamskala besar untuk rentang waktu
yang lama. Sebagai contoh, jika kita memasukkan mie rebus panas ke
dalammangkuk maka mie rebus dan mangkuk akan mencapai suhu yang
sama setelah beberapa waktu dan tidak lagi berubah. Suhu yang tak
berubah ini dikatakan sebagai titik ekuilibrium sistem. Penarik tersebut
dapat kita sebut sebagai titik atraktor. Dari contohkasus di atas, kita dapat
melihat bahwadalamkondisi ekuilibriumterdapat satutitik atraktor.
Sebuah sistem dikatakan periodik ketika sistem tersebut memiliki
perilaku yang berubah namun memiliki pola yang berulang menurut
waktu. Contoh sederhana adalah bandul atau pendulum yang diayun.
Kondisi bandul dari waktu ke waktu senantiasa berubah. Namun, ia
memiliki pola yang senantiasa berulang dari kiri ke kanan terus-menerus.
Artinya, dalamkondisi periodikterdapat duabuahtitikatraktor.
Sifat ketakteraturan, yang identik dengan chaos, adalah keadaan sistem
yang bukan ekuilibrium dan bukan pula periodik. Untuk mengkaji hal ini,
kita menggunakan sebuah contoh sederhana yaitu persamaan logistik
BadakJawa, yangmemiliki ketentuan:
= x R x
Jumlah populasi
badak tahun depan
Jumlah populasi
badak tahun ini
( )
Jumlah populasi
badak tahun ini
( - ) 1
Konstanta merupakanbesaranyang menyatakankesebandinganantara
jumlah populasi pada saat mendatang dengan jumlah populasi dan daya
dukung lingkungan (ketersediaan makanan) saat ini. Konstanta ini perlu
hadir untuk menyeimbangkan antara pernyataan sebelah kiri dengan
pernyataan sebelah kanan. Konstanta ini selanjutnya dikenal sebagai
parameter kontrol dari persamaan logistik. Selanjutnya, untuk
mengetahui bagaimana karakteristik persamaan logistik di atas,
dilakukansimulasi.
Unsur waktudalampersamaanlogistik di atas diganti denganiterasi. Satu
iterasi mewakili satu satuan waktu. Kondisi awal berada pada iterasi ke-
nol, dan iterasi dimulai dari iterasi ke-1 dan seterusnya mengikuti
bilangan asli {1,2,3}. Jika saat sekarang diwakili oleh iterasi ke- maka
iterasi mendatang diwakili oleh iterasi ke- +1 dan seterusnya. Dalam
simulasi persamaan logistik ini, ada dua besaran yang perlu diketahui
sejak awal, yaitu: jumlah populasi awal dan parameter kontrol.
Selanjutnya kita kemudian melakukan simulasi dengan nilai parameter
kontrol ( ) yangberbeda-beda.
Sumbu mendatar pada gambar 0.1.2. menggambarkan jumlah iterasi,
sedangkan sumbu tegak mengambarkan jumlah populasi. Dari gambar
tersebut terlihat, saat = 1, populasi di dalam sistem bergerak menuju
nilai nol. Artinya, pada kondisi tersebut terdapat satu titik atraktor
(ekuilibrium).
Di sini muncul pertanyaan: Apakah dengan nilai yang berbeda-beda
jumlah populasi akan menuju (dan bertahan) pada nilai tertentu?
R
R
k
k
R
R
R
0-1-4
Berapa banyaknya titik atraktor yang muncul pada nilai parameter kontrol
tertentu?Dari gambar 0.1.2. kitadapat melihat bahwa:
adasatutitikatraktor (ekuilibrium) pada =1, =1.5dan =2.2,
duatitikatraktor (periodik) pada =3.2dan =3.5, dan
adatak-hinggatitikatraktor pada =3.9.
Dalam perspektif ini, kita dapat mendefinisikan bahwa kondisi chaos
adalah keadaan saat memiliki tak-hingga atraktor. Jika dilihat sepintas
dalam peta logistik, chaos atau tak-hingga atraktor ini ditandai dengan
banyaknyatitikatraktor yangsangat berbedauntuksetiapiterasi.
Salah satu karakter utama dari kondisi chaos adalah sensitif pada kondisi
awal. Sifat sensitif pada kondisi awal ini menjadi faktor yang amat penting
dalammenandai hadirnya chaos, sehingga keadaanini menjadi salahsatu
syarat dari kondisi chaos. Hal ini berarti perbedaan kecil dalam nilai awal
akan berdampak sangat besar terhadap hasil akhir. Fenomena tersebut,
yang awalnya ditemukan oleh Lorenz di studi cuaca, juga ditemukan di
dalampersamaanlogistikBadakJawa.
?
?
?
R R R
R R
R
0.1.3. Sensitif PadaKondisi Awal
Gambar 0.1.2.
Perilaku peta logistik (dari kiri-kanan,
dimulai dari atas ke bawah) untuk nilai
=1, =1.5, =2.2, =3.2, =3.5 dan
=3.9.
R R R R R
R
0-1-5
Gambar 0.1.3.
Dua hasil iterasi persamaan logistik
untuk perbedaan kondisi awal sebesar
0.0001 dengan parameter kontrol
3.768.
Dari gambar 0.1.3. kita dapat melihat bahwa perbedaan inisial yang
begitu kecil (0.0001) dapat memberikan perbedaan hasil yang sangat
besar. Visualisasi ini menunjukkan bahwa sifat sensitif pada kondisi awal
dapat muncul dari sebuah model deterministik (dapat diketahui nilai
output secara pasti berdasarkan nilai input) sederhana. Pada kasus peta
logistik (nilai deterministik-nya terletak pada jumlah populasi saat
mendatang ditentukan oleh jumlah populasi saat sekarang dan
parameter kontrolnya) jika kita mengetahui jumlah populasi saat
sekarang dan memiliki nilai parameter kontrol maka dengan mudah akan
didapatkan jumlah populasi pada saat mendatang. Namun dengan
hadirnya sifat sensitif pada kondisi awal, kemudahan dalammenentukan
nilai keluaran menjadi sangat sulit atau bahkan mustahil. Akibatnya,
sedikit saja (0.0001) kesalahan dalam memasukkan nilai populasi badak
inisial, kita tidak akan dapat memprediksi jumlah populasi Badak Jawa
setelahsekianiterasi.
Penjelasan sederhana tentang atraktor telah kita singgung di bagian
sebelumnya, dengan mengambil contoh kasus pada peta logistik. Lantas
apa pengaruhyang menarik bagi pandangankita terhadapalam? Apakah
atraktor merupakan fenomena dari kehidupan sehari-hari, dan apa
istimewanya dibandingkan fenomena yang sudah ada sebelumnya,
misalnyatitiklimit?
Dalam definisi sebelumnya, chaos dipahami sebagai keadaan yang
memiliki tak-hingga titik atraktor. Keadaan tak hingga titik atraktor ini
mengakibatkan terjadinya kemustahilan dalam melihat perilaku akhir
sistem. Misalnya dalampeta logistik akan sangat sulit untuk menentukan
jumlah populasi setelah sekian iterasi. Keadaan tak hingga atraktor ini
menjadi sebabterjadinyasifat sensitif padakondisi awal.
Bagaimana ini terjadi? Coba kita amati sekali lagi kondisi chaos yang
ditandai dengan tak hingga atraktor, atau kita sebut atraktor asing. Pada
satu sisi, di sistem tak hingga atraktor (chaos), rentang titik-titik atraktor
yang lebar melingkupi sebagian besar nilai keluaran yang tersedia.
0.1.4. TakHinggaAtraktor
0-1-6
Akibatnya, sedikit perbedaan pada nilai awal dalam wilayah chaos
tersebut akan memiliki tak hingga atraktor. Sedangkan di sisi lain, kondisi
tak hingga atraktor ini memiliki sebaran titik keluaran yang tidak sama
dengantak hingga atraktor yang lain, akibatnya sebarantitik keluarandari
tak hingga atraktor di kasus pertama dengan kedua akan berbeda amat
jauhmeski padaawalnyaberdekatan.
Apa arti atraktor bagi persamaan logistik? Atraktor sebenarnya berkaitan
erat dengan titik limit. Namun, ada hal yang secara khusus membedakan
titik atraktor dari titik limit yaitu pada kondisi chaos, atraktor asing akan
melingkupi semuaruangfasedari sistemtersebut.
Gambar 0.1.4.
Atraktor Lorenz
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, sejarah teori chaos tidak bisa
dilepaskan dari penemuan Lorenz, yang menggambarkan kondisi cuaca.
Model sederhana dari cuaca ini merupakan bentuk penyederhanaan dari
atmosfer kita. Bagian bawah atmosfer kita dipanasi oleh bumi sedangkan
pada bagian atas atmosfer didinginkan oleh ruang angkasa. Bumi,
atmosfer, dan ruang angkasa membentuk hubungan tak linier dalam
model Lorenz tentang cuaca. Yang menakjubkan adalah, model
sederhana tersebut secara matematis memunculkan atraktor yang
selanjutnya dikenal sebagai atraktor Lorenz (gambar 0.1.4.). Kehadiran
atraktor Lorenz ini memberi informasi bahwa hubungantak linier dari tiga
variabel tersebut membentuk sistem chaos yang di dalamnya melekat
sifat sensitif padakondisi awal.
Seorang perencana kota dari Bapeda Kota Bandung, yang tugasnya
menyiapkan skenario pembangunan 10 tahun ke depan, tentu saja
senantiasa kesulitan dalam memastikan bagaimana kondisinya setelah
masa diberlakukannya sebuah rencana tertentu. Ia terkait dengan
kebijakan ekonomi politikus nasional hingga keputusan kependudukan
walikota baruserta rentetaninteraksi yang mengikutinya. Masing-masing
berpeluangmemberi andil bagi wajahKotaBandung10tahunkedepan.
0-1-7
0.1.5. RuteMenujuChaos
Kita telah mengetahui urutan dari sistem teratur hingga sistem yang
chaotik ditentukan oleh jumlah atraktornya, mulai dari sistem yang
atraktornya paling sedikit hingga yang jumlah atraktornya dianggap tak
berhingga. Dalam kasus peta logistik, kita juga telah mengetahui bahwa
jumlah atraktor yang ada dalam sebuah sistem ditentukan oleh nilai
parameter kontrol dari sistemtersebut.
Lalu, pada saat bagaimanakah parameter kontrol tersebut
mengakibatkan terjadinya chaos untuk pertama kali? Pertanyaan ini
dapat berkembang menjadi: Apakah jika tercapai kondisi chaos pada
parameter kontrol tertentu maka akan terjadi chaos pada semua
parameter kontrol berikutnya, yang lebih besar dari pada parameter
kontrol saat chaos pertama muncul.
Ide untuk menjawab pertanyaan tersebut menjadi insprasi untuk
membuat diagram bifurkasi. Diagram bifurkasi dibuat dengan
memetakan semua parameter kontrol terhadap nilai atraktor, dimulai
dari parameter kontrol terkecil hingga terbesar. Hal ini terlihat di gambar
0.1.5. Pada gambar tersebut jelas terlihat bahwa ketika parameter
kontrolnya 1 hingga 3, hanya terdapat 1 atraktor. Begitu kita perbesar
parameter kontrol hingga lebih dari 3, maka terdapat percabangan
(bifurkasi) menjadi 2 atraktor. Lebih jauh lagi, ketika kita tambah hingga
kurang dari 3,5 terjadi percabangan (bifurkasi) lagi dari masing-masing
percabangansebelumnya. Demikianseterusnya, hingga ketika parameter
kontrol sebesar 4 dihasilkan begitu banyak atraktor (hampir tak
berhingga) sedemikiansehinggawilayah ini disebut kawasanchaos.
kali
Gambar 0.1.5.
Diagram bifurkasi yang memetakan
seluruh atraktor mulai dari parameter
kontrol 1 hingga 4.
Diagram bifurkasi ini pada dasarnya merupakan satu cara untuk
menunjukkan bagaimana sistem yang tadinya stabil berubah menjadi
chaos. Jika kita perhatikan, maka ketika atraktornya masih sedikit, maka
sistemcenderung statik. Begitu parameter kontrol ditambah sistemtelah
kehilangan kestabilan sedikit menjadi periodik dengan adanya dua titik
atraktor. Namun, perubahan drastis terjadi ketika parameter kontrol
0-1-8
ditambah lagi, sistem menjadi sangat tak beraturan atau chaos. Dengan
penulisanlain, jalanmenujuchaos dapat dirangkumdalamikhtisar:
statik periodik chaos,
sebagaimanaditunjukkanolehdiagrambifurkasi.
Dari deskripsi di atas terlihat bahwa sebuah persamaan deterministik
non-linier sederhana dapat menghasilkan chaos. Problem Poincar yang
hanya terdiri atas tiga benda ternyata memberikan solusi yang sangat
rumit. Sistem sosial yang terdiri atas berbagai individu dengan latar
belakang dan motif yang berbeda tentu saja tidak akan kalah rumitnya.
Hal ini menjelaskan mengapa Amerika Serikat begitu khawatir dengan
kondisi dunia saat ini. Ketika perang dingin, hanya ada dua buah atraktor
di dunia ini yaituAmerika danSoviet. Pasca perang dingin, muncul banyak
atraktor baru seperti Cina, Uni-Eropa, Amerika Latin dan Tengah serta
kelompok Islam garis keras. Hal ini juga menjelaskan mengapa Amerika
begitu takut kepada Soekarno, ketika ia mendirikan gerakan non-blok,
karena ia menciptakan sebuah titik atraktor baru. Dinamika dunia politik
yang terdiri atas banyak atraktor begitu sulit untuk dijelaskan. Fakta ini
seolahmenghadirkanpesimismekepadakitadalammelihat sistemsosial.
Tetapi benarkahalamsenantiasaberadadalamkondisi chaos?
Untuk menyelidiki pertanyaan tersebut, kita menggunakan sebuah
koefisien buatan Aleksandr Lyapunov, yang menghitung seberapa besar
perbedaan yang muncul akibat perbedaan kecil setelah melalui sejumlah
iterasi ecara formal ia menghitung perbedaan awal setelah
melalui tak-hingga iterasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika
koefisien Lyapunov lebih besar dari nol maka sistemmemiliki sifat sensitif
pada kondisi awal, yang artinya berada dalam kondisi chaos. Sebaliknya,
jika koefisien Lyapunov kurang dari nol berarti tidak sensitif pada kondisi
awal danberadadalamkondisi teratur.
tertentu. S
Gambar 0.1.6.
Diagram bifurkasi dan nilai koefisien
Lyapunov yang menunjukkan
kestabilan sistem.
Lyapunov: seorang astronom,
matematikawan, fisikawan; seorang
pria sensitif yang pemarah dengan
keangkuhan yang wajar.
Aleksandr Lyapunov
0-1-9
Apakah begitu sistem mencapai titik chaos kemudian ditambah lagi
parameter kontrolnya maka ia akan menjadi semakin tak beraturan?
Jawabannya tidak! Hal ini ditunjukkan dengan 2 anak panah pada gambar
0.1.6. ada kondisi tertentu sistemjustru stabil (koefisien
Lyapunov-nya negatif). Artinya,
terdapat sifat keteraturan. Hal ini membuat takjub banyak ilmuwan dan
matematikawan yang merintis pengembangan teori chaos. Jika
sebelumnya kondisi chaos dianggap sebagai sesuatu keganjilan dan
dikecualikan dalam pembahasan, karena mustahil untuk dianalisis.
Adanya kenyataan bahwa dalam chaos terdapat keteraturan yang
memberikan sejumlah harapan tentang pengukuran dalam wilayah-
wilayah chaos. Di tengah turbulensi yang kacau-balau, pada dasarnya
terdapat beberapa hal yang memiliki pola-pola sederhana yang teratur
bahkanstabil.
Di Indonesia, kita mungkin teringat dengan judul sebuah buku dari
seorang pahlawan nasional kita, pembela hak-hak kaum wanita, Raden
Ajeng Kartini, yang berjudul "Habis GelapTerbitlahTerang". Kemungkinan
ditemukannya pola-pola teratur di dalam wilayah chaos merupakan hal
yang sangat melegakan. Anggapan klasik yang mengatakan bahwa sistem
yang chaotik tidak mungkin dapat dianalisis secara formal dan matematis
sekarang tinggal kenangan, karena justru di dalam sistem yang chaotik
tersebut terdapat beberapa bagian sistem yang sederhana dan stabil.
Gambar 0.1.7. memberikan gambaran yang sangat jelas tentang hal yang
telah dipaparkan sebelumnya. Pada gambar tersebut, kita sorot ( )
sistem chaotik dan kita hitung koefisien Lyapunov yang ada dari sistem
bersangkutan, dan hasilnya ternyata bahwa di dalam sistem yang sangat
chaotik tersebut, ketika hampir tak hingga atraktor bekerja pada sistem,
terjadi beberapa fasa stabil yang ditandai dengan sangat kecilnya nilai
koefisienLyapunov-nya.
zoom
Pada fasa chaos,
dalam sistem yang chaos sekalipun
Gambar 0.1.7.
Di dalam sistem yang sedemikian
chaotik terdapat beberapa fasa
keteraturan dan kestabilan yang
membuka pintu analisis atas sistem
chaos.
"Habis GelapTerbitlahTerang.
RadenAjengKartini
0-1-10
Dari ulasan di atas, kita dapat melihat adanya sebuah area unik di dalam
chaos, atau sering disebut dengan tepi chaos. Daerah tepi chaos menjadi
suatu hal yang penting ia menjadi hal yang menyimpan misteri dari
sistem chaotik itu sendiri. Daerah ini menjanjikan harapan bahwa kita
memiliki kemampuanuntukmengobservasi wilayahchaos .
Daerah tepi chaos ini penting karena ia juga menyimpan model yang
dapat digunakan dalam memahami sistem chaotik secara holistik atau
keseluruhan. Seluruh sistemchaotik memiliki tingkat kompleksitas paling
tinggi pada saat berada di daerah tepi chaos. Pendekatan yang memiliki
wawasan seperti ini, dikenal sebagai pendekatan kompleksitas sebuah
pendekatan yang relatif baru yang tak mudah karena ia menuntut adanya
interdisiplinaritas antara berbagai bidang ilmu yang menurut sejarah
filsafat ilmupengetahuanberadapadadomainyangberbeda-beda.
Dari sini, kita dapat dengan mudah melakukan klasifikasi untuk jalan
menuju chaos ( ) atas sistemyang berkembang dari keadaan
statikmenujukeadaanchaos, sesuai denganurut-urutanberikut:
stabil statis stabil periodik "tepi chaos" tak stabil chaos
Adanya jaminan bahwa di dalam chaos terdapat keteraturan yang
ditunjukkan oleh diagrambifurkasi dan didukung oleh diagramLyapunov
meninggalkan pertanyaan, Bagaimana bentuk keteraturan tersebut
sehingga bisa dikuantifikasi atau dihitung. Mari kita lihat kembali
diagram bifurkasi kemudian kita bandingkan bentuknya pada selang
parameter kontrol 2 hingga 4 dengan selang 3.4 hingga 3.6 dan juga
dengan3.52hingga3.58, sebagaimanaterlihat padagambar 0.1.8.
road to chaos
0.1.6. KemiripanTerhadapDiri Sendiri
Gambar 0.1.8.
Close-up diagram bifurkasi untuk
berbagai parameter kontrol yang
berbeda-beda.
0-1-11
Apa yang baru kita lihat pada gambar tersebut? Ternyata terdapat
kemiripan geometris antara skala yang panjang (interval parameter
kontrol 2 hingga 4) dengan skala yang pendek (interval parameter kontrol
3.52 dan 3.58). Dengan kata lain, bagian-bagian kecil dari kondisi chaos
padadasarnyatersusunatas bagian-bagianperalihandari:
statik (1 atraktor) periodik (2 atraktor) chaos (banyak atraktor).
ang kita kenal dengan sebutan chaos juga disusun oleh
bentuk geometri yang sama dengan penyusun chaos itu sendiri. Sifat ini
disebut sebagai sifat kemiripan terhadap diri sendiri. Sifat inilah yang
dalammatematikadikenal sebagai fraktal.
Munculnya fraktal merupakan akibat langsung dari perkembangan teori
chaos. Dengan kata lain, chaos menghasilkan fraktal dan tidak terjadi
sebaliknya bahwa fraktal menghasilkan chaos. Di tengah chaos, fraktal
hadir dalam atraktor. Ia menjadi semacam petunjuk yang memberi
harapan bahwa terdapat pola dalam kondisi sangat tidak teratur. Hal ini
juga menambah karakteristik dari chaos, yaitu selain sensitif pada kondisi
awal, iajugamemiliki geometri fraktal padaatraktornya.
Fraktal, berasal dari kata yang didefinisikan sebagai bentuk
geometri yang tidak teratur namun memiliki kemiripan dengan dirinya
sendiri ( ). Konsep tentang fraktal berawal dari paradoks dua
dimensi. Bayangkan kita sedang memandang garis pantai Samudera
Hindia dari puncak gedung Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu. Dari
kejauhan, kita akan melihat bentuk garis pantai yang bergelombang
teratur. Katakanlah dari informasi peta di hotel, kita mengetahui panjang
sepotong garis pantai di sekitar hotel. Bayangkan kemudian kita
mendatangi potongan tersebut untuk menghitung panjangnya.
Keterkejutan pertama adalah kita akan menemukan kemiripan bentuk
antara garis pantai tempat kita berdiri saat itu dan yang ada di peta skala
1: 100. Lalu, k kedua adalah ketika mengukur garis pantai.
Penghitungan menggunakan alat ukur skala meter di peta dengan satuan
centimeter yang kita bawa dari hotel menghasilkan nilai yang berbeda;
lebih panjang menggunakan alat ukur yang kedua. Kita dapat menduga
apa yang terjadi jika skala alat ukur diturunkan; garis pantai semakin
panjang sampai tak hingga, padahal panjang pantai tersebut dalam
kenyataannyaterbatas.
0.1.7. Fraktal
fractional,
self-similarity
Ternyata, hal y
eterkejutan
Gambar 0.1.9.
Garis pantai merupakan fraktal.
Gambar di atas adalah foto tepi pantai
yang sama dalam skala yang berbeda.
0-1-12
Sifat fraktal, yang menunjukkan kemiripan geometris pada skala
pengukuran yang berbeda, ternyata hadir di hampir sejauh mata kita
memandang. Awan-awan yang senantiasa bergerak di angkasa, deretan
pegunungan, alur sungai-sungai, hingga kembang kol di dapur
menunjukkan sifat fraktal. Bahkan paru-paru kita menyimpan struktur
fraktal di dalamnya. Beberapa contoh dari penemuan fraktal di dalam
berbagai obyekdi alamditunjukkanpadagambar 0.1.10.
Gambar 0.1.10.
Sifat kemiripan pada diri sendiri
(fraktal) pada berbagai obyek di
sekeliling kita: (a) deretan
pegunungan, (b) permukaan planet
Jupiter, (c) kumpulan awan di langit,
(d) kembang kol, dan paru-paru
manusia. Sifat fraktal ini memberi
tanda universalitas keberadaan sistem
chaotik di alam.
(e)
Dapatkah kita membangkitkan pola-pola yang ada di alamdengan aturan
yang sederhana? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, beragamteknik
dibuat.
Gambar 0.1.11.
Visualisasi konstruksi pertumbuhan
pohon.
Salah satu teknik yang sering digunakan diperkenalkan oleh Aristid
Li ndenmayer ( 1925- 1989) , seorang bi ol og Bel anda yang
mengembangkan pemodelan pola pertumbuhan beberapa jenis alga
dengan aturan formal tertentu. Visualisasi proses pembangkitan model
dapat dilihat di gambar 0.1.11 dan perbandingannya dengan bentuk asli
dapat dilihat di gambar 0.1.12.
0-1-13
Gambar 0.1.12.
Hasil simulasi pertumbuhan pohon
dan dedaunan (kanan) dibandingkan
dengan bentuk aslinya (kiri).
Upaya ini telah berkembang pesat dengan diterapkannya berbagai
penambahan kerumitan sistem simulasi sehingga kita semakin mampu
mengekstrak informasi visual alam raya ke dalam berbagai formulasi
matematis yang sangat sederhana. Hal ini ditunjukkan pada gambar
0.1.13. Pada gambar di sebelah kiri, dilakukan simulasi untuk
memodelkan pertumbuhan semak belukar dalam imagi 3-dimensi.
Tujuannyatentuagar mendapatkangambaranyanglebihrealistik tentang
pertumbuhan jenis semak belukar tertentu. Hal ini menjadi sangat
berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya biologi. Pada
gambar 0.1.13, divisualisasikan hasil konstruksi fraktal 3-dimensi yang
dibuat oleh seniman grafis, Richard Voss, yang menggambarkan
pegunungan berkabut. Karya visual hasil dari aturan formal yang berhasil
menipu mata kita layaknya lukisan asli. Gambar tersebut bukanlah foto,
melainkan hanya hasil sebuah simulasi gerak acak dengan aturan fraktal
tertentu.
Gambar 0.1.13.
Pertumbuhan 3-dimensional (kiri) dan
imagi pegunungan yang dibuat dengan
model gerak acak 3-D dengan sistem
fraktal (kanan).
0-1-14
Gambar 0.1.14.
Sifat fraktal pada data deret waktu
keuangan.
Fraktal ada di sekitar kita. Ia tidak hanya ada ada di sistem alam,
melainkan juga di sistem sosial. Pada gambar 0.1.14. kita dapat melihat
bahwadataderet waktukeuangan-punbersifat fraktal. Dari sini kitadapat
menemukan sebuah fenomena menarik yaitu ternyata, baik harga bunga
kol di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta misalnya, maupun bunga kol itu
sendiri bersifat fraktal (gambar 0.1.10.). Fraktal juga dapat dijumpai
dalamkaryaseni manusia. Hal ini terlihat di gambar 0.1.15.
Gambar 0.1.15.
Visualisasi fraktal dalam karya seni,
yaitu: Candi Prambanan (atas) dan
motif batik di berbagai daerah di
Nusantara (bawah).
0-1-15
Dari contoh-contoh tersebut kita dapat melihat bahwa pada aspek
estetika sekalipun, yang sebelumnya dianggapmisterius, dapat dijelaskan
oleh teori chaos. Dalam ulasan ini kita sama-sama dapat melihat adanya
sebuah harapan dan inspirasi baru dalam perjalanan manusia yang tidak
pernah berhenti mencari jawaban pertanyaan keingintahuan. Baik sistem
alam maupun sistem sosial memberikan tanda pada kita, bahwa
sebenarnya apa yang kita anggap rumit sangat mungkin dihasilkan dari
mekanisme yang sangat sederhana. Sebaliknya, bukan tak mungkin pula
sebuah hal yang kita lihat sangat sederhana sebenarnya menyimpan
potensi kerumitan yang luar biasa dan hampir tak mungkin dijelaskan
maksudnya.
Chaos dan fraktal sangat dekat dengan kita. Universalitas ini memberi
ruang kontemplasi bahwa sang Pencipta memang memberi kita harapan
sekaligus batasan, bahwa perjalanan kehidupan peradaban memang
akan selalu berhingga di tepi dari batas itu. Namun ketika berada di batas
itu, kita tidak mesti merasa terbatas, karena memang semuanya akan
senantiasaberadadi tepi chaos. Universalitas ini jugamembawakitapada
sebuah kesadaran akan interdisiplinaritas. Guratan pahat di Candi
Prambanan ternyata berhubungan dengan persamaan sederhana di
matematika. Gerakanharga sahamdi Bursa Efek Jakarta ternyata memiliki
pola yang sama dengan permukaan Planet Jupiter. Baik seni dan
matematika maupun ekonomi dan fisika ternyata sangat dekat. Sekarang
sudah bukan saatnya lagi kita terkotak-kotak berdasarkan penggaris tua
peninggalan Dscartes. Dari kesadaran interdisiplinaritas inilah kita
mungkin dapat memahami apa yang ada dalampikiran Soekarno ketika ia
merumuskan dasar-dasar keindonesiaan, sebagaimana dibahas di awal
diskusi ini.
0.1.8. Penutup
0-1-16
0.2. Dari Otomata Selular
ke Model Agen
Tidak ada kondisi statis pada sistem sosial kita sistem sosial adalah
sistem dinamis. Manusia bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
Mereka saling berjumpa, berbohong, berjanji, marah, bercinta, memuji,
dan mencaci-maki. Perjalanan manusia sulit ditebak. Joni tidak pernah
menyangka perjalanannya hari itu benar-benar sulit. Berbagai halangan
harus dia lewati; sepeda motornya dicuri, gulungan filmnya dijambret,
sampai membantu persalinan seorang istri supir taksi. Interaksi manusia
ternyata sangat rumit. Bahkan kita tidak akan pernah tahu pasti apa yang
terjadi beberapasaat kedepan.
Kerumitan tersebut mengakibatkan upaya pencarian solusi kehidupan
manusia menjadi tidak sederhana. Lalu, bagaimanakah pemerintah
mempersiapkan prasarana jalan raya yang tidak akan pernah macet?
Bagaimanakah semestinya seorang perancang kota mendesain trotoar
agar pengguna tidak akan pernah berdesak-desakan dengan pedagang
kaki lima? Saat hutan di Kalimantan terbakar, bagaimanakah cara
menanggulangi sebaran api? Bagaimanakah merumuskan kebijakan
kesehatan untuk mengatasi flu burung dan demam berdarah? Apa alat
yangdapat kitagunakanuntukmenjawabsemuapersoalanitu?
Gambar 0.2.1.
Suasana kemacetan dan keserawutan
lalu lintas di Jl. Setiabudi Bandung
pada saat weekend.
0.2.1. Pada Awalnya
Perkembangan otomata selular ( ) terkait dengan teori
komputasi. Teori ini pertama kali dirumuskan oleh matematikawan
Inggris, Alan Turing. Secara teoretis, Turing membangun sebuah mesin
yang terdiri atas pita dengan panjang tak terbatas; biasa disebut Mesin
Turing. Pita ini terdiri atas sel-sel yang mewakili atau urutan
karakter tertentu. Dalam mesin tersebut, terdapat yang dapat
membaca, menulis ulang, atau membiarkan keadaan yang ada di pita.
cellular automata
string
head
0-2-1
Head
head
state
cock smash
bergerak dari sebuah sel menuju sel selanjutnya secara berurutan
dari kiri atau kanan. Pergerakan diatur oleh alat yang
merepresentasikan atau kondisi tertentu yang diwakili dalam
sebuah tabel. Prinsip ini kemudian menjadi dasar teori komputasi.
Pekerjaanini kemudiandilanjutkanolehAlonzoChurch. Keduanyasampai
pada kesimpulan bahwa masalah apapun dapat dikomputasi
menggunakanMesinTuring. Kemampuanmembaca danmenulis ulang isi
pita ini kemudian berkembang dan diwujudkan dalam bentuk komputer.
Sampai buku ini ditulis, belum ada komputer manapun di dunia yang
dirancang dengan arsitektur yang tidak dapat dicari ekuivalensinya
denganMesinTuring.
Dari sini dunia kemudian mengenal nama matematikawan dan fisikawan
genius berkebangsaan Amerika Serikat, John von Neumann. Dalam
sebuah makalahnya yang terkenal tahun 1948, von Neumann
mengemukakan ide tentang teori otomata. Ia menyebutnya sebagai
sebuah teori tentang Tubuh pengalaman yang terartikulasi rumit dan
sulit untuk diformalkan. Persamaan matematika terkadang tidaklah
cukup. Terkadang kita harus menyelesaikan permasalahan hanya dengan
cara mengalaminya. Bukankah kita tidak akan pernah tahu legitnya Bika
Ambonhanyadari ilustrasi pencicipnyadi televisi?
Dengan adanya kinetika Newton, dengan mudah kita dapat menghitung
titik jatuh badminton yang di- Susi Susanti. Tapi, bagaimana
dengan sistem yang terdiri atas banyak benda yang saling berinteraksi
satu sama lain? Sekarang coba kita bayangkan, misalnya terdapat ribuan
benda identik bergerak acak, yang tentunya mematuhi hukum Newton,
katakanlah kepulan asap rokok yang dihembuskan Chairil Anwar. Tiap
partikel asap bergerak dengan arah vektor dan besar percepatan yang
beraneka ragam. Terkadang mereka saling bertabrakan satu sama lain;
sebagaimana terlihat pada gambar 0.2.2. Saat mereka bertabrakan tentu
ada perubahan momentum yang bekerja dalam benda tersebut atau
dalam fisika Newtonian dikenal dengan konsep impuls. Adanya faktor
interaksi dari gerak ribuan partikel asap mengakibatkan upaya
pemecahan problem kepulan asap rokok Chairil Anwar sulit untuk
dijawabdenganmenggunakanpersamaanmatematikaNewtonian.
Kebenaran itu terlalu rumit untuk
didapatkan. Kita hanya boleh
mendekatinya.
John von Neumann

Chairil adalah seorang pujangga


angkatan 45, yang mungkin paling
terkenal. Citra dalam gambar ini
adalah posenya yang paling populer.
Pose seorang perokok yang dengan
pandangan sinis dan penuh gejolak
pemberontakan.
Chairil Anwar (1922-1949)
Gambar 0.2.2.
Visualisasi model lintasan gerak
badminton Susi Susanti dan
kepulan asap rokok Chairil Anwar.
cock
Dalamkasus ini, gagasanvonNeumanndi atas tentumenjadi diskusi yang
menarik. Problem kepulan asap rokok Chairil Anwar dapat kita jawab
menggunakan perangkat komputasi. Bentuk kepulan asap rokok tersebut
ternyata dapat kita cari dengan mengalami langsung gerak tiap partikel
0-2-2
asap. Proses ini dimulai dengan memindahkan partikel-partikel asap
tersebut ke dalam komputer. Sesuai hukum Newton, partikel-partikel
tersebut bergerak dan bertabrakan, kemudian merubah arah geraknya.
Konstelasi gerak partikel asap inilah yang kemudian ditumbuhkan dalam
simulasi komputer. Dengan demikian melalui simulasi komputasi kita
dapat menjawab berbagai permasalahan sistem banyak benda yang
salingberinteraksi, termasukkepulanasaprokokChairil Anwar.
Dapatkah kita membangkitkan organisme artifisial di dalam komputer?
Adakah sebuah mesin yang dapat berperilaku secara otonom tanpa
dipengaruhi objek lain (otomata) sekaligus mampu mereproduksi dirinya
sendiri ( )? Pertanyaan tersebut akhirnya
berhasil diselesaikan oleh von Neumann lebih dari setengah abad yang
lalu. Solusi pertanyaan inilah yang melahirkan otomata selular. Lalu,
apakah itu otomata selular? Otomata selular dipahami sebagai sistem
dinamik yang dibentuk dengan dasar sistem waktu diskrit dan secara
spasial sebagai model dari proses fisik dan sebagai perangkat ( )
komputasional.
Untuk mengkaji otomata selular secara lebih jauh, terlebih dahulu kita
harus mengenal beberapa pengertian berikut, yaitu: sel, , tetangga
dan .
Sel adalah sebuah entitas diskrit terkecil. Mari kita bayangkan terdapat
sebuah regu pemandu sorak yang sedang berlatih membuat formasi
gerak. Pada contoh di atas (gambar 0.2.3), sel adalah seorang anggota
pemandu sorak. adalah jenis keluaran sel yang membentuk sistem.
Pada contoh tersebut, terdapat dua jenis yaitu: mengangkat
tangan dan menurunkan tangan. Tetangga, dalam konteks ini, adalah
teman satu kiri dan satu kanan. adalah ketentuan yang mengatur
sebuahsel padaperiodeberikutnya. Contoh misalnya:
0.2.2. KelahiranOtomataSelular
self-reproducing automata
device
state
rule
State
state,
Rule
state rule
Gambar 0.2.3.
Visualisasi otomata selular dua
dimensi: koreografi pada regu
pemandu sorak.
Gambar 0.2.4.
formasi gerakan pemandu sorak. Rule
0-2-3
Setiap anggota pemandu sorak (sel) memperbaharui -nya secara
diskrit. Pembaharuan terjadi setelah pelatih meniupkan
peluit pertama, keduadanseterusnya( =1,2,3,4,5,...). Dari sini makaakan
kitadapatkandinamika sel sebagai berikut (gambar 0.2.5):
Formasi gerakan regu pemandu sorak adalah contoh otomata selular 1-
dimensi. Selain itu, terdapat juga sebuah otomata selular 1-dimensi
bentuk khusus yaitu otomata selular elementer. Jenis ini adalah bentuk
otomata selular yang paling sederhana. Kualifikasi yang dimilikinya
adalahsebagai berikut:
a) Memiliki duabuah
(kitasebut saja hitam(1) dan putih(0)).
b) Setiapsel memiliki tetanggasatusel di kiri dandi kanannya.
Dengan perhitungan sederhana dapat kita ketahui bahwa, pada otomata
selular elementer terdapat 256 jenis . Salah satu tersebut adalah
254:
Dari hasil simulasi (gambar 0.2.7.) kita dapat melihat muncul beberapa
pola menarik. Pada 72 terlihat bahwa sistem akan bersifat stabil
(statik). Pada 186 terlihat bahwa sistem menghasilkan pola yang
bersifat periodik. Pada 102 dan 110 muncul sebuah pola yang tidak
bersifat statik maupun periodik. Tetapi apakah 102 dan 110 memiliki
sifat yangsama?
state
state
t
state
state
state state
rule rule
rule
rule
rule
rule
rule
0.2.3. OtomataSelular 1-Dimensi
hanya
Gambar 0.2.5.
Hasil simulasi gerakan pemandu sorak.
Gambar 0.2.6.
254 otomata selular elementer
(disebut 254 karena nilai
11111110 pada basis 2 sama dengan
254 pada basis 10).
Rule
rule
0-2-4
Gambar 0.2.8.
Hasil simulasi 102 dan 110
otomata selular elementer dengan
kondisi inisial acak. Iterasi berjalan dari
atas ke bawah.
rule
Gambar 0.2.7.
Hasil simulasi empat jenis
otomata selular elementer dengan
kondisi inisial satu titik hitam di
tengah. Rute iterasi yaitu dari
permukaan, dalam bidang spasio
temporal, bagian atas menuju ke
bawah.
rule
Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan simulasi dengan jumlah
iterasi dan jumlah sel yang sangat besar. Pada gambar 0.2.8. kita dapat
melihat bahwa 102 menghasilkan bentuk yang tidak berpola sama
sekali (acak). Dari hasil simulasi lebih jauh diketahui bahwa 102 ini
bersifat sensitif terhadap kondisi inisial. Sebuah perubahan kecil di
konfigurasi sel akan berpengaruh sangat besar terhadap pola yang
muncul di iterasi selanjutnya. Berbeda dengan 102, 110 ternyata
menghasilkan pola tertentu yang unik. Pola yang tidak bersifat statis,
periodik, maupun acak. Hasil 110 adalah indikasi area tepi chaos
dalamotomataselular.
Apa yang terjadi jika kita menambahtetangga ataumenambah yang
mungkin? Tentunya kita akan memiliki otomata selular yang luar biasa
rumit, demikian juga pola yang dihasilkannya, di samping itu -nya pun
akan sangat sulit untuk dibayangkan. Jika kita hanya memiliki 2 warna,
maka jumlah otomata selular berjumlah 256. Maka misalnya kita
punya otomata selular 3 warna: hitam, putih, dan juga abu-abu, dengan
carayangsamadenganotomataselular elementer, kitaakanmemiliki
rule
rule
state
rule
rule
state
rule
rule
rule
rule
0-2-5
yang mungkin sebanyak 7.625.597.484.987 jenis. Di samping itu jika kita
memiliki otomata selular dengan jumlah warna 2 (hitam dan putih)
dengan tetangga ditambah menjadi 4, maka kita memiliki yang
mungkin sebanyak 4.294.967.296. Jumlah yang terlalu berat diselesaikan
menggunakanmesinkomputasi secanggihapapun.
Untuk itu, tahun 1983 fisikawan Stephen Wolfram memperkenalkan
otomata selular yang banyak -nya bergantung pada rata-rata dari
semua (total) nilai sel yang ada dalam lingkungan tetangganya. Otomata
selular jenis ini disebutnya sebagai "otomata selular totalistik", karena
kita hanya mengambil yang 'totalistik' saja. Misalnya ada 3 jenis
warna ( ) otomata selular yaitu putih (0), abu-abu (1) dan hitam (2).
Misalkan sebuah sel berada dalam hitam (2) memiliki tetangga kiri
berwarna putih (0) dan tetangga kanan berwarna abu-abu abu-abu (1)
maka updating -nya dilakukan dengan menggunakan opsi ke-3
(2+0+1). Karena hanya ada 3 jenis , maka dalamsebuah terdapat
7 jenis opsi yang mungkin yaitu opsi ke-0 (0+0+0), opsi ke-1, opsi ke-2
hingga opsi ke-6 (2+2+2). Dari sini dengan mudah kita dapat mengetahui
bahwa pada otomata selular totalistik 3 warna ( ) terdapat 3 pangkat
7 atau 2.187 jenis . Salah satunya adalah 1074 (atau dalam basis 3
sama dengan 1110210). Artinya opsi ke-0 menghasilkan 1, opsi ke-2
menghasilkan 1, opsi ke-3 menghasilkan 1, dan seterusnya.
Untuklebihjelasnyaperhatikangambar 0.2.9.
rule
rule
rule
state
state
state
state rule
state
rule
state
state state
Wolfram menunjukkan dalam buku
seminalnya "A New Kind of Science"
bahwa sistem kompleks tak dapat
dimodelkan dengan matematika
tradisional.
Stephen Wolfram
Gambar 0.2.9.
Contoh otomata selular otalistik
3 warna 1 dimensi dengan 1074. rule
Gambar 0.2.10.
Hasil simulasi otomata selular 1
dimensi totalistik 3 warna dari
1599, 912 dan 2039 dengan kondisi
inisial satu titik hitam di tengah.
Terlihat bahwa otomata selular 1
dimensi totalistik 3 warna dapat
menghasilkan sebuah pola yang indah
dan menarik.
rule
0-2-6
0.2.4. Tepi Chaos DalamOtomataSelular
Kita telah memahami teori chaos dari bagian sebelumnya. Kita ketahui
adanya sebuah wilayah yang disebut tepi chaos. Fenomena ini juga
ditemukandalamotomataselular.
Dari kajian otomata selular 1-dimensi di atas kita ketahui bahwa terdapat
sejumlah karakteristik dari masing-masing . Tiap memiliki
karakteristik. Lebih jauh Stephen Wolfram menunjukkan bahwa teori
chaos dapat digunakan untuk menerangkan banyak sistemsecara holistik
melalui otomata selular 1-dimensi. Otomata selular memiliki 4
kategorisasi kelas, yaitu:
Kelas Pertama, otomata selular yang perilakunya sangat sederhana,
hampir seluruh konfigurasi inisialnya menghasilkan keadaan akhir yang
homogen/seragam dan sama hanya pada beberapa iterasi tertentu saja.
Contohkelas ini adalahotomataselular elementer 72.
Kelas Kedua, otomata selular yang seluruh konfigurasinya memiliki siklus
periodik, yaitu terdapat beberapa hasil akhir yang mungkin berubah
secara berkala, tergantung kepada konfigurasi awal. Pola yang dihasilkan
adalah pola yang sama dan berulang terus setelah beberapa iterasi awal.
Sistem berubah secara periodik. Contoh kelas ini adalah otomata selular
elementer 186.
Kelas Ketiga, otomata selular yang konfigurasi akhirnya memiliki pola
chaotik yang rumit dan dapat dikategorikan acak, meski beberapa
struktur kecilnya masih terlihat secara esensial. Pengertian Wolfram
untuk acak di sini adalah perilaku yang tak menentu dan tak dapat
diprediksi dari awal hingga akhir iterasi. Sistem berubah secara ergodik
dan sangat sensitif pada kondisi awal. Begitu kondisi awal berubah, maka
hasilnya akan berubah juga. Contoh kelas ini adalah otomata selular
elementer 102.
Kelas Keempat, otomata selular yang konfigurasi akhirnya menunjukkan
gabungan antara keteraturan dan acak: susunan awalnya berubah hingga
menghasilkan struktur terlokalisasi yang kelihatan sederhana namun
senantiasa bergerak dan saling berinteraksi dengan rumit. Otomata kelas
keempat ini memiliki struktur yang kompleks dengan struktur yang
rule rule
rule
rule
rule
Gambar 0.2.11.
Empat jenis klasifikasi Wolfram untuk
otomata selular pada kelas 1, kelas 2,
kelas 3, dan kelas 4 (dari kiri ke
kanan).
0-2-7
terlokalisasi; beberapa literatur menyebutkan bahwa otomata selular
kelas keempat ini sebagai komputer universal ( ) yang
menunjukkan model sistem-sistem di alam. Contoh kelas ini adalah
otomataselular elementer 110.
Namun klasifikasi Wolfram tersebut masih lemah karena dia tidak
menyediakan formalisme untuk mendukung argumentasinya, sekalipun
pendapat tersebut cukup kuat karena terus ditemui dalam eksperimen-
eksperimen selanjutnya. Argumentasi ini kemudian diperkuat secara
kuantitatif oleh peneliti Santa Fe Institute (pusat studi kompleksitas
AmerikaSerikat), Christopher Langtondenganmemperkenalkankonsep
("lambda"). adalah sebuah parameter yang didefinisikan sebagai
persentase dari semua entri dalam tabel otomata selular yang
memetakanke bukannol.
Pada gambar 0.2.12. terlihat bahwa saat nilai lamda diperbesar,
ditemukankarakteristikberikut:
universal computer
rule
rule
state

Gambar 0.2.12.
Dinamika otomata selular 1-dimensi
dengan nilai yang berbeda-beda.
fixed point complex disorder periodik total
Berdasarkan nilai , maka kita dapat mengurutkan kembali kelas-kelas
yangdibuat olehWolframmenjadi sebagai berikut:
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 4 Kelas 3
dengan rata-rata nilai adalah 0.228, 0.439, 0.816, dan 0,502 untuk
masing-masingurutankelas 1hinggakelas 4.
Fenomena ini menarik karena ia menghasilkan pola yang sama dengan
teori chaos. Jika dalamteori chaos parameter kontrol-nya adalah variabel
maka di sini kita berhubungan dengan variabel . Interpretasi dari fakta
dua buahteori tersebut adalahbahwa otomata selular merupakanmodel
komputer yang menunjukkan adanya suatu hal yang "istimewa" di antara
sistemyangsangat teratur ( ) danyangtidakteratur ( ).
R
order disorder

0-2-8
0.2.5. PerkembanganOtomataSelular
Kajian di atas memberikan kita sebuah pelajaran penting bagaimana
sebuah interaksi lokal antar sel dengan aturan yang sangat sederhana
ternyata dapat memberikan sebuah pola yang sangat indah. Pola-pola
yang sebelumnya tidak tersetuh sama sekali oleh pendekan sains klasik
selamaini menjadi mungkinuntukdijelaskan.
Mari kita bayangkan kita sedang mengamati motif pigmentasi kerang
yang ditemukan dari Pantai Derawan. Bagaimana menjelaskan motif
tersebut dalam persamaan matematika? Tentu saja hal itu akan sangat
sulit sekali, bahkan hampir mustahil. Namun dengan menggunakan
otomataselular hal ini mungkinuntukdilakukan(gambar 0.2.13.).
Indonesia tumbuh dan berkembang dari fase penjajahan, fase
kemerdekaan, hingga fase pembangunan seperti sekarang ini. Demikian
juga dengan otomata selular. Kerangka 1 dimensi di atas dapat kita
kembangkan menjadi model 2-dimensi. Otomata selular 2-dimensi
merupakan dunia virtual komputasional yang dikonstruksi untuk tujuan
mengamati pola yang lebih luas dari apa yang diperoleh di model 1
dimensi. Dengan mudah kita mengetahui bahwa otomata selular 2-
dimensi memiliki 2variabel dalammenentukanposisi (di sistemkoordinat
Cartesian, misalnya x dan y). Artinya, setiap sel dapat direpresentasikan
Gambar 0.2.13.
Kerang di Pantai Derawan (kanan) dan
pemodelan dengan otomata selular
elementer 30 (kiri). rule
Gambar 0.2.14.
Visualisasi otomata selular 2-dimensi.
0-2-9
dengan dua variabel x dan y tersebut (x,y). Pengertian tetangga pun tidak
lagi sekadar sel yang ada di sebelah kiri dan kanan, namun juga yang di
atas dandi bawahsel yangbersangkutan(gambar 0.2.14.).
Gambar 0.2.15.
Salah satu contoh otomata selular 2-
dimensi dengan rule totalistik (kiri).
Coba kita bandingkan hasil simulasi
yang diperoleh dengan motif Songket
Palembang (kanan atas) dan Tenun
Bali (kiri atas).
Gambar 0.2.16.
Pengembangan otomata selular 2-D
yaitu: bentuk kisi bujur sangkar biasa
(kiri atas), kisi berbentuk heksagonal
(tengah atas), kisi tak beraturan
(kanan atas). Coba kita bandingkan
hasil simulasi tersebut dengan peta
Indonesia perkabupaten (bawah).
Dengan modifikasi tersebut, pada
dasarnya, kita dapat mengaplikasikan
konsep yang ada di otomata selular
dalam permasalahan spasial di
Indonesia.
Pada gambar 0.2.15. ditunjukkan evolusi sederhana otomata selular
2 dimensi mulai dari iterasi pertama hingga iterasi delapan puluh yang
memberikan kepada kita bentuk kesimetrian dengan kesan rumit tapi
menarik. Pengembangan model otomata selular dengan sederhana
2-dimensi memberikan kita kesempatan untuk mengkaji berbagai pola
dalam fenomena alam, seperti misalnya motif Songket Palembang dan
TenunBali.
rule
rule
Gambar 0.2.16. menunjukkan contoh klasifikasi yang berbeda untuk
sistem kisi-kisi pada otomata selular 2 dimensi untuk kisi-kisi yang bujur
sangkar, heksagonal dan tak beraturan. Berbagai macampengembangan
ini memberikan kesempatan pada kita untuk mengenal otomata selular
sebagai model yang memiliki kemampuan yang hampir tak terbatas
dalam merepresentasikan bentuk-bentuk sistem alam. Sistem dinamik
otomata selular 2-dimensi ini memberikan dasar kesejumlah model-
model lanjut dari sistem fisika, biologi, termasuk sistem sosial. Ia
berusaha memindahkan struktur perilaku obyek yang ditemui secara
empirik ke dalam perangkat komputasi. Salah satunya adalah problem
0-2-10
yangterkait denganpermasalahanspasial di Indonesia.
Gambar 0.2.17.
Visualisasi otomata selular 3-dimensi.
Masalah sosial tidak hanya terbatas pada ruang 2-dimensi, tetapi bahkan
3-dimensi. Untuk itu, otomata selular dapat dikembangkan lebih jauh.
Upaya ini dapat kita lihat pada gambar 0.2.17. Pengembangan ini akan
sangat membantu kita dalammenyelesaikan berbagai persoalan sosial di
Indonesia, misalnya dalam upaya memodelkan perumahan organik di
bilanganPelesiran, KotaBandung(lihat gambar 0.2.18.).
Gambar 0.2.18.
Perumahan organik di bilangan
Plesiran, Kota Bandung (kiri) dan
visualisasi model otomata selular 3-
dimensi yang dapat dibuat.
0.2.6. MengapaDibutuhkanSimulasi?
Sistem-sistem di alam memiliki karakteristik unik yaitu memiliki sifat
membrojol ( ). Apakah itu membrojol? Membrojol adalah
properti yang tidak ada di level mikro (misalnya atom atau manusia),
namun tiba-tiba muncul di level makro (misalnya sifat material atau
kelompokmasyarakat).
Kita ketahui bersama molekul H dan O pada suhu kamar akan berwujud
gas dan mudah terbakar. Namun ketika dua materi ini digabungkan,
dihasilkan H O (air) yang bersifat cair dan memadamkan api. Artinya, air
memiliki properti sistemyang tidak proporsional denganproperti elemen
yang menyusunnya. Dengan kala lain ada properti sistem yang muncul
tiba-tiba dan tidak sama dengan properti elemen yang menyusunnya
(non-linier).
emergence
2 2
2
0-2-11
Fenomena ketidakproporsionalan tersebut juga dapat kita jumpai di
sistem sosial. Sekarang mari kita bayangkan pada suatu hari di markas
Slank, mereka selesai manggung. Pada kondisi pertama Bimbim sendiri,
ia kemudian mendengarkan radio. Pada kondisi kedua yaitu saat Kaka
datang bersama Bimbim, keduanya kemudian bermain Play Station (PS).
Pada kondisi ketiga Bimbim, Abdee, Ivan dan Kaka, kelimanya datang
bersamaan, kini Studio Gank Potlot berisi kelimanya yang berlatih untuk
lagubarunya.
"...di sini, tempat cari senang. Salah
tempat kalau kau cari uang.
Di sini orang-orang penuh kreativitas,
tempat orang-orang yang !
Slank
survive ...
Tabel 0.2.1
Ilustrasi ketidakproporsionalan
masukan dan keluaran yang dihasilkan
Grup Band Slank.
Mengapa ketika hanya sendirian ia mendengarkan radio, namun jika dua
orang mereka bermain PS? Mengapa kita tidak mendapatkan dua orang
yang mendengarkan radio? Mengapa ketika kelimanya berkumpul
mereka membuat lagu, bukan main PS bersama-sama? Selanjutnya,
kenapa input konsumsi listrik tidak sebanding dengan tipe kegiatan yang
dihasilkan? Saat Slank membayar 8000 Watt listrik yang dikonsumsi
mereka justru berpeluang mencetak pendapatan yang jauh berlipat
hasilnya, dari peluncuran album baru. Contoh tersebut menunjukkan
adanya beberapa properti (aktivitas mendengarkan radio, main PS,
membuat lagu) yang baru muncul di level makro sistem, namun tidak
ditemui di level mikro.
Fenomena ini disebut dengan membrojol. Dua contoh di atas
menunjukan bahwa sistem yang ada di sekitar kita memiliki sifat
membrojol yang ditimbulkan akibat interaksi tidak linier dari sistem
penyusunnya atau dikenal dengan istilah non-linearitas makro-mikro.
Lalu upaya apa yang harus kita lakukan guna menjelaskan sistem
tersebut?
Kajian di bagian sebelumnya menunjukkan bahwa otomata selular
mampu memunculkan sebuah pola di level makro (motif Songket
Palembang, adanya corak kerang di Pantai Derawan, dan lain sebagainya)
akibat hasil dari sejumlah interaksi lokal antar sel dengan aturan yang
sangat sederhana. Struktur abstrak ini memberikan kemungkinan kepada
kita untuk mempelajari semesta raya dan membantu kita untuk
memahami alam semesta. Pemikiran ini kemudian melahirkan pintu
analisis perilaku sistem biologis ekosistem, yang dikenal dengan
"kehidupan buatan" ( ) sebuah bentuk biologi komputasi
yangdiperkayaolehmodel fisis, otomataselular.
artificial life
0-2-12
Kehidupanbuatandilihat sebagai upaya"menumbuhkan" struktur biologi
ke dalamkomputer sehingga dengan demikian kita memiliki pemahaman
atas sistem biologis itu. Sistem biologi terdiri atas berbagai macam
lapisan-lapisan analitik. Misalnya penumpukan pigmen di level mikro,
membrojolkan pola dan warna-warni hewan seperti loreng harimau dan
pola-pola yang indah pada cangkang kerang atau siput. Sifat-sifat tubuh
elementer dari protozoa seperti amuba membrojolkan pola gerakan
tubuh. Perilaku predator dan mangsa membrojolkan siklus kehidupan
dalam biosfir. Banyak hal di level mikro membrojolkan level makro, yang
sekali lagi tak mungkin diketahui secara apriori karena adanya
ketidaklinieran. Hal ini mengakibatkan pendekatan matematika klasik
menjadi mandul. Untuk itu berkembang pendekatan simulasi
komputasional.
Salah satu contoh kehidupan buatan adalah formasi huruf "V" yang
dibentuk oleh segerombolan burung yang terbang bersama. Tidak ada
yang mengkomando atau mengatur mereka, namun seolah terhipnotis,
tiap burung mengambil posisi masing-masing dan membentuk huruf "V"
di langit. Banyak dugaan bisa diberikan, seperti misalnya bahwa burung
yang terbang paling depan adalah yang paling cepat terbang atau
pemimpinnya atau bahwa burung meniru (memesis) bentuk-bentuk
huruf V yang dilihatnya, dan sebagainya. Dalam kasus ini, pendekatan
matematikaklasiktentusajahampir mustahil dapat memberikansolusi.
Gambar 0.2.19.
Kelompok burung yang terbang di
Ujung Kulon.
Untuk menjawab hal ini, kita mesti melihat perilaku membentuk huruf
"V" sebagai sebuah perilaku yang kompleks untuk ukuran seekor burung.
Yang pasti ini merupakan hasil kebrojolan dari interaksi setiap burung
yangsedangterbangsecarakolektif. C. W. Reynolds, seorangprogrammer
komputer grafis, mencoba untuk memodelkan hal ini. Ia menempatkan
burung-burung tersebut dalam koordinat spasial diskrit sedemikian
sehingga dapat diprogram dalam otomata selular. Ia memberikan
sejumlah aturan ( ) sederhana yang harus dipatuhi oleh burung-
burungtersebut, yaitu:
a. Pemisahan: Jangan terlalu dekat dengan obyek apapun termasuk
burunglain,
b. Jajaran: Usahakan menyamai kecepatan terbang sama dengan
burung yangdi sisi kiri ataukanan,
c. Kohesi: Terbanglah ke arah terbang burung yang ada di sisi paling
depandantengah.
rule
0-2-13
Alhasil, simulasi komputasi akan membrojolkan pola huruf 'V' dalam
kondisi awal apapun. Hanya dengan 3 aturan sederhana tersebut, maka
kelompok burung membentuk huruf 'V' sebagai bentuk yang paling pas
untukmereka, sebagai manadapat kitalihat di gambar 0.2.20.
Gambar 0.2.20.
Model perilaku kolektif burung dalam
otomata selular.
0.2.7. Simulasi SistemSosial
Salah satu tantangan terbesar dalam memodelkan sistem sosial adalah
adanya keragaman individu yang ada di dalamnya. Ada orang yang sangat
terpengaruh terhadap iklan, ada yang sangat cuek, dan ada juga yang
tidak nonton TVsama sekali. Faktor ini ditambah lagi dengan adanya efek
interaksi yang sangat tidak linier dan melahirkan sifat membrojol.
Akibatnya upaya pemodelan sistem sosial menjadi tidak sederhana. Lalu
apakah ketidaksederhanaan tersebut membuat kita kehilangan
kemampuan untuk mengidentifikasi efek dari sebuah kebijakan secara
luas? Tentu saja tidak. Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut
muncul sejumlah pendekatan baru. Salah satunya adalah Pemodelan
Berbasis Agen( ), selanjutnyadisingkat PBA. agent-basedmodel
Gambar 0.2.21.
PBA adalah upaya memindahkan
struktur sosial ke dalam komputer.
PBA adalah sebuah pemodelan dimana struktur sosial dan perilaku
kelompok dibrojolkan dari interaksi agen-agen yang ada dari sistem
artifisial tersebut. Pada proses ini kita memindahkan struktur sosial yang
ada di realita ke dalam komputer (gambar 0.2.21.). Agen-agen sosial
tersebut mengambil keputusan berdasarkan set aturan tertetu, seperti
yang terjadi di realita. Agen dimungkinkan untuk belajar atau
beradaptasi. Karakteristik umum dari agen-agen yang menyusun PBA
antara lain: heterogen, keputusan didasarkan pada aturan tertentu,
berinteraksi dengan lingkungan dan atau agen lain, serta dapat belajar
0-2-14
dari pengalaman sebelumnya. Konseptualisasi PBA dapat dilihat pada
gambar 0.2.22.
Gambar 0.2.22.
Konseptualisasi PBA.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa agen-agen di level mikro, misalnya
individu, rumah tangga atau perusahaan, saling berinteraksi satu sama
lain. Dari interaksi tersebut di hasilkan pola atau karakteristik sistem di
level makro. Dalam PBA pola makro yang dihasilkan tersebut dapat lebih
dari sekedar akumulasi karakteristik agen di level mikro. Artinya PBA
dapat mengakomodasi karakteristik sistem sosial sebagai sebuah sistem
kompleks. Langkah kerja yang dilakukan dalam membuat PBA dapat
dilihat di gambar 0.2.23.
Gambar 0.2.23.
Langkah kerja konstruksi PBA.
Pertama-tama kita melakukan perumusan masalah. Setelah itu
dikonstruksi aspek-aspek mikro yang membangun model tersebut,
misalnya jenis-jenis agen, perangkat yang digunakan oleh agen, aturan
interaksi yang digunakan, serta bentuk-bentuk evaluasi dan adaptasi
yang terjadi. Konstruksi mikrostruktur ini lalu disimulasikan di dalam
komputer. Hasil yang didapat dari proses tersebut kemudian diverifikasi.
Dari tahap tersebut kita akan mendapatkan sejumlah implementasi
teoritis yang dapat berguna bagi pengambil keputusan dalam
menentukanarahkebijakanyangsebaiknyadilakukan.
Dibandingkan dengan metode-metode konvensional yang biasa
digunakanselamaini, PBAmemiliki kelebihanantaralain:
1. Mampu menaklukkan sistem sosial yang memiliki tingkat kerumitan
0-2-15
yangsangat tinggi akibat adanyakeheterogenanagen.
2. Bisa menunjukkanperilakumembrojol di level makroakibat interaksi
non-linier yangterjadi di level mikro.
3. Dapat dijadikan laboratorium dalam menguji dampak kebijakan ter-
tentu, sebelumdiimplementasikan.
4. Memiliki fungsi-fungsi spesifik lainnya, seperti: melakukan prediksi,
membuktikan teori, mendapatkan penemuan baru, menjadi alat
hiburan, pendidikan dan latihan, serta mencari solusi optimum
permasalahansosial.
Saat ini, PBA adalah salah satu metode baru dalam perkembangan ilmu
sosial dan ekonomi. Contoh aplikasi metode ini kajian ilmu sosial di
Indonesiadapat kitalihat di bagianselanjutnya.
Di bagian akhir ini penulis mengajak kita semua untuk berimajinasi
sesaat. Apa yang terjadi jika pada hari itu karakter Otto (pacar karakter
Angelique dalam film Janji Joni) memiliki sebuah perangkat simulasi di
dalam laptop-nya? Mungkin ia bisa mencegah bertemunya Joni dengan
Angelique. Apa yang terjadi jika seandainya Bapenas memiliki sebuah
komputer besar yang mampu mensimulasikan apa yang terjadi di dalam
masyarakat secara utuh? Barangkali Ellyas Pical tidak sampai menjual
medali untuk menyambung hidup. Mungkin Galang Rambu Anarki kecil
tidak perlu kekurangan gizi karena Iwan Fals tidak mampu membeli susu.
Penulis tiba-tibateringat denganpotonganlirikberikut:
Seperti liriklagudi atas, tentusaja, kini sudahbukansaatnyapesimis.
0.2.8. Epilog
Buat apa susah
Buat apa susah
Susah itu tak ada gunanya...
(penggalan lagu ciptaan Koes Ploes)
0-2-16
Pada bulan Agustus 2002 yang lalu, di Pulau Dewata untuk pertama
kalinya diadakan Konferensi Ekonofisika Internasional di Indonesia yang
mengundang sejumlah peneliti internasional, termasuk perintis
ekonofisika dunia. Dalam konferensi tersebut didiskusikan ratusan
makalah yang mengetengahkan apa dan bagaimana ekonofisika dapat
menjawab berbagai tantangan yang ditemui dalam penelaahan
berbagai permasalahan sosial, ekonomi, dan politik. Sebenarnya
apakah ekonofisika? Bagaimana ekonofisika dapat menjawab
permasalahansosial?Mari kitaselami bersama-sama.
itu
Bayangan siapakah yang selalu muncul dalam tidur Evie Tamala?
Bayangan kekasih? Ya, mungkin saja. Tetapi, bagaimana jika kita
berandai-andai sebentar. Misalnya, kata aku atau ku dalamlirik lagu
tersebut kita ganti dengan kata hidup. Lalu, kira-kira kata apakah yang
paling tepat untuk mengganti kata kekasih? Siapakah kekasih
kehidupan? Siapakah yang selalu membayangi kehidupan dalamsetiap
waktu? Sepertinya akan ada banyak jawaban. Tetapi bagaimana jika kita
berhenti berandai-andai barang sejenak danmenataplebihdalamdunia
sekitar. Barangkali di dalamnyaterselipjawabanpertanyaankita.
Dalamkeseharian, kitasering menjumpai berbagai jenis komposisi kimia
dengan keadaan yang berbeda-beda. Ia dapat berupa atau fasa
cairan, gas ataupun benda padat. Dalam waktu yang berbeda-beda,
sebuah komposisi kimia dapat berwujud ketiganya. H2O atau air
misalnya, dapat berwujud padat seperti balok es yang bisa digunakan
oleh nelayan, cairan seperti yang biasa kita minum, maupun berwujud
gas berupa gumpalan mega di langit. Tiga keadaan tersebut memiliki
perilaku yang berbeda-beda, baik dalam hal kerapatan (jumlah atau
berat persatuan volume), kemampuannya dalam menghantarkan
panas, danlainsebagainya.
Material dapat berubah dari satu fasa ke fasa lain. Dalam kajian
mekanika statistik (yang berupaya menerangkan berbagai proses makro
dari mekanisme mikro dalamsistemfisis) peralihan sifat fisik material
dikenal istilah . Peristiwa menguapnya air ketika dipanaskan
adalah contoh transisi fasa yang dekat keseharian kita. Namun perlu
diperhatikan disini, dalamfisika, pengertian sifat fisis material berlaku
secara umum. Ia tidak hanya terkait dengan pengertian peralihan
padat, cair dan gas semata, namun juga sifat kemagnetan
(ferromagnetik dan paramagnetik), struktur kristal ( atau
), danlainsebagainya.
0.3.1. Dari Transisi FasakeHukumPangkat
state
transisi fasa
state
polymorphs
allotropes
Kemanapun ada bayanganmu
Dimana pun ada bayangammu
Disemua waktuku ada bayanganmu
Kekasihku
Ku menangis, menangisku karena rindu
Ku bersedih, bersedihku karena rindu
Ku berduka, dukaku karena rindu
Ku merana, meranaku karena rindu
Mau tidur teringat padamu
Mau makan teringat padamu
Mau apapun teringat padamu
Kekasihku
Kemanapun ada bayanganmu
Dimana pun ada bayangammu
Disemua waktuku ada bayanganmu
Kekasihku
Aku rindu, rindu padamu
Evie Tamala
dalam lagu Aku Rindu Padamu
0.3. Mekanika Statistik
dan Ekonofisika
0-3-1
Gambar 0.3.1.
Diagram skematik tekanan vs
kerapatan pada daerah dekat titik
kritis cair ke gas.
Gambar 0.3.2.
Visualisasi sifat kemagnetan logam.
Pada logam yang bersifat
ferromagnetik (hijau), benda dapat
bersifat magnet secara independen.
Logam yang bersifat paramagnetik
(biru) secara independen ia tidak
menghasilkan medan magnet, namun
ia akan menjadi magnet jika
didekatkan sebuah benda yang
bermuatan magnet (merah).
Transisi fasa juga terjadi dalam proses peralihan sifat kemagnetan
material, antara ferromagnetik dan paramagnetik. Visualisasi deskripsi
dua tersebut dapat dilihat di gambar 0.3.2. Sifat ferromagnetik
terjadi karena elemen-elemen magnet terkecil yang ada di dalamnya
(secara umum) menghadaparahyang sama. Bayangkanmisalnya seorang
anak kecil sedang menyusun puluhan magnet seukuran kotak api dalam
sebuah kaleng roti. Jika ia menyusunnya rapi dengan semua kutub utara
diletakkan menghadap kearah bawah maka kaleng roti tersebut akan
state
Peralihan sifat fisik material dapat terjadi akibat pengaruh perubahan
suhu dan tekanan. Ketika suhu dinaikkan (pada tekanan yang sama) besi
akan mencair, dan jika dinaikkan lagi ia akan menjadi uap. Demikian juga
dengan tekanan. Pada saat suhu konstan, jika kita menaikkan tekanan
maka gas akan berubah menjadi cairan. Gas alam yang diambil di Arun
akan berubah menjadi cair jika kita padatkan (diberi tekanan) ke dalam
tabung elpiji, walaupun suhunya sama. Di tengah proses pemadatan gas
menjadi cairantersebut, dimungkinkanadanyakondisi duafasa(gambar
0.3.1). Pada kondisi tersebut sulit bagi kita untuk mengkategorikansifat
fisikmaterial, iatidakbisadikategorisasi bersifat cair ataugas.
0-3-2
bersifat magnet (ferromagnetik). Namun, jika ia menyusunnya secara
sembarang maka kaleng roti tersebut tidak akan bersifat magnet karena
medan magnet-magnet elementer tersebut saling meniadakan. Dari sini
diketahui bahwa saat ferromagnetik, magnet elementer yang ada di
dalamnya bersifat teratur. Namun, pada kondisi paramagnetik, magnet
elementer yangadadi dalamnyabersifat acak.
Transisi fasa sifat kemagnetan logam dapat terjadi akibat adanya
perubahan suhu. Ketika suhu rendah, sebuah logam akan bersifat
ferromagnetik. Ketika suhunya kita naikkan, elemen-elemen tersebut
bergerak acak. Akibatnya, sifat kemagnetannya hilang dan ia berubah
menjadi paramagnetik. Ada suhu kritis di antara ferromagnetik dan
paramagnetik. Di atas suhu kritis, logam tersebut akan bersifat
paramagnetik dan ketika lebih kecil dari suhu kritis ia bersifat
ferromagnetik. Hal yang menarik perhatian adalah saat transisi antara
ferromagnetik dan paramagnetik atau sekitar suhu kritis. Di suhu ini, kita
tidak dapat mengkategorisasi logam tersebut termasuk ferromagnetik
atau paramagnetik. Terkadang ia bersifat ferromagnetik, namun kadang-
kadangiabersifat paramagnetik.
Pada suhu kritis tersebut ditemukan sebuah bentuk sederhana sekaligus
universal. Dari hasil eksperimen diketahui bahwa di sekitar suhu kritis
kapasitas panas, parameter keteraturan sistem, dan suseptibilitas
memenuhi hukum pangkat. Sifat ini ditemukan di sejumlah transisi fasa
material. Hal ini merupakan sebuah fenomena yang sangat menarik
perhatian. Namunternyata, sifat ini tidakhanyaditemukandi ranahkajian
fisika semata. Pada bagian seterusnya ulasan makalah ini akan
ditunjukkan bahwa ada tendensi universalitas dari apa yang ditemukan
dalam eksperimen fisika ini, dalam sistem sosial, linguistik, ekonomi
keuangan, danlainsebagainya.
Awan yang gemar bermain basket bertemu dengan teman sekelasnya
Andani di kantinkampus. Kemudian, dialogberikut terjadi:
0.3.2. Dari HukumPangkat keEkonofisika
Andani : Hei Wan, denger-denger lo jadi kapten ya?
Awan : Yah, biasalah!
Andani : Lagi sibuk ngapain sekarang?
Awan : Lagi nyeleksi anak-anak buat dikirim ke Liga
Mahasiswa 2008
Andani : Gimana permainan mereka sekarang? Kita bisa juara
nggak?
Awan : Skill-nya sih lebih bagus dari tahun lalu, walaupun
tinggi anggotanya standar, sekitar 165 Cm, tapi
beberapa ada juga sih yang lebih dari 180 Cm.
Andani : Nggak ada yang 3 Meter donk?
Awan : 3 Meter mah bukan orang, jerapah kali.
0-3-3
Di tempat yang lain, Martanto, kepala RW di kosan Awan, berbincang-
bincangdenganBapakTjikMat, petugas kelurahan.
Tjik Mat : Saya dengar warga bapak banyak yang butuh bantuan
tabung gas bersubsidi?
Martanto : Betul pak, penduduk di sini sangat miskin.
Kebanyakan penghasilannya cuma 600 ribu per
kepala keluarga.
Tjik Mat : Wah sepertinya banyak yang perlu dibantu.
Martanto : Begitulah pak, apalagi semenjak kenaikan BBM,
barang-barang pada mahal. Bahkan sekarang banyak
anak-anak di sini yang terpaksa putus sekolah.
Tjik Mat : Iya, memang begitulah keadaanya. Tetapi kalau di
bilang ekonomi sedang sulit juga susah. Kemarin saya
lihat ada yang punya mobil Jaguar. Zaman
makin edan ya pak.
Jika kita perhatikan seksama, dua dialog di atas seolah-olah
berkontradiksi. Mereka berdua masing-masing menyebutkan sifat data
yang jauh sekali berbeda. Kebanyakan orang tingginya hanya 165 Cmdan
tidak ada yang 3 Meter. Kebanyakan warga hanya memiliki pendapatan
600 ribu, tetapi ada yang bisa beli mobil Jaguar. Bagaimana hal ini bisa
terjadi?
Untuk mempermudah pemahaman, mari kita bersama-sama melihat
kondisi yang ada di lingkungan sekitar. Jika misalnya seseorang
mengatakan bahwa tinggi badan rata-rata dari seluruh mahasiswa di kota
Bandung adalah 165 Cm, maka kita bisa membayangkan bahwa hampir
tidak mungkin kita akan mendapati ada mahasiswa di kota tersebut yang
tingginya 3 Meter atau hanya 50 Cm. Rasio perbandingan manusia
tertinggi danterpendek hanya 4,8 kali . Hal ini jelas karena distribusi data-
data dari tinggi mahasiswa di Bandung adalah bersifat distribusi normal
(berbentuk kurva bel terbalik). Lebih jauh, dapat kita lihat pada gambar
0.3.3.
Guinness Book of Records mencatat
bahwa manusia terpendek adalah
57cm dan manusia terjangkung adalah
272cm.
Gambar 0.3.3.
Visualisasi distribusi tinggi badan
mahasiswa di Kota Bandung (kiri) dan
distribusi pendapatan penduduk di
Indonesia (kanan).
Data tinggi badan sangat berbeda dengan data pendapatan. Kaum
Marhaen, yang menginspirasi Soekarno, mungkin hanya memiliki
penghasilan 100 ribu rupiah perbulan; sangat kontras dengan seorang
kolongmerat di Jakarta yang mungkin berpenghasilan 100 milyar rupiah
sebulan. Artinya, perbedaan pendapatan orang terkaya dan termiskin
bisamencapai 1.000.000kali lipat.
0-3-4
Fenomena ini terjadi karena distribusi empiris data pendapatan tidak
(sangat jarang) berbentuk kurva bel terbalik. Sebagaimana telah sering
dibahas dalamberbagai kajianekonofisika, distribusi empiris pendapatan
cenderung membentuk distribusi hukum pangkat. Secara sederhana,
distribusi ini adalah sebuah distribusi non-Gaussian yang menunjukkan
bahwa peluang terjadinya sebuah besaran kejadian berbanding terbalik
denganpangkat tertentudari besarankejadiantersebut.
Seorang matematikawan, yang juga
seorang insinyur, dan juga seorang
ekonom, serta seorang sosiolog.
Vilfredo Pareto
Hanya sedikit kata yang sering
dalam sebuah teks.
Kebanyakan kata adalah kata yang
jarang digunakan.
G.K. Zipf
digunakan

Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat gambar 0.3.3. Dari gambar tersebut
dapat dijelaskan mengapa ada orang yang bisa membeli Jaguar walaupun
kenyataannya lebih banyak lagi orang yang miskin, seperti pada dialog di
atas. Selanjutnya, kenapa ia disebut hukum pangkat, bukan teori
pangkat? Kenapa kita menyebut Hukum Archimedes, bukan Teori
Archimedes? Kenapa kita mengenal Teori Relativitas Einstein, bukan
HukumRelativitas Einstein?
Kata hukum digunakan jika fenomena tersebut ditemukan
eksistensinya pertama kali dari hasil eksplorasi data empiris. Hasil kajian
Archimedes tentang hubungan gaya angkat dan volume benda disebut
Hukum Archimedes, karena argumentasi tersebut berasal dari hasil
pengukuran perilaku benda-benda di dalam air. Sementara itu, kata
teori digunakan jika sebuah pendapat tertentu didapatkan dari hasil
eksplorasi rasio manusia. Kita menyebutnya teori relativitas, karena
argumentasi tersebut berasal eksplorasi teoretis yang didapatkan
Einstein dari proses menurukan sejumlah persamaan matematika. Upaya
eksplorasi teoreris manusia terbatas. Untuk mendapatkan sebuah teori,
kita harus mengisolasi sistem dan terkadang menyediakan sejumlah
asumsi-asumsi untuk membuatnya bekerja. Akibatnya, dalam sains,
posisi hukumrelatif lebihkuat dari teori.
Fakta adanya hukum pangkat pertama kali diperkenalkan lebih dari
seratus tahun yang lalu oleh Vilfredo Pareto, seorang ekonom dan
sosiolog berkebangsaan Italia, dalam kasus kekayaan di beberapa negara
di dunia. Untuk menghormati beliau, kita menyebut distribusi kekayaan
sebagai Distribusi Pareto. Karya fenomenal lainnya ditemukan oleh G.K.
Zipf. Ia menunjukkan frekuensi penggunaan kata-kata dalam teks-teks
kata berbahasa Inggris juga mengikuti hukum pangkat. Pola hukum
pangkat dalamfrekuensi katatersebut dikenal sebagai HukumZipf.
Mengapa distribusi ini menarik perhatian banyak ilmuwan? Hukum
pangkat memiliki berbagai keunikan. Yang , ada perbedaan yang
sangat signifikan antara modus data (nilai yang paling banyak muncul)
dengan nilai rata-rata (jumlah seluruh data di bagi jumlah populasi).
Visualisasi ini dapat dilihat di gambar 0.3.4. Jika Pak Martanto
mengatakankebanyakanwarganya hanya berpenghasilan600riburupiah
sebulan, maka rata-rata penghasilan penduduk di sana bisa jadi lebih dari
5 juta rupiah sebulan, seandainya ada seorang konglongmerat tinggal di
sana. Perbedaan antara modus dan rata-rata tidak terjadi di data-data
pertama
0-3-5
yang berdistribusi normal. Jika kebanyakan mahasiswa di Bandung
memiliki tinggi badan 165 Cm maka dapat dipastikan rata- rata tinggi
merekajugasekitar 165Cm.
Sifat hukumpangkat tersebut memiliki dampak yang sangat serius dalam
interpretasi data pendapatan. Nilai pendapatan perkapita Indonesia
misalnya (yang merepresentasikan rata-rata pendapatan) bisa jadi tidak
cukup realistis dalam menunjukkan situasi riil yang terjadi dalam
masyarakat. Jika dikatakan pendapatan perkapita rakyat Indonesia saat
ini 4 juta rupiah perbulan perkepala, maka kemungkinan sebagian besar
penduduk justrumemiliki pendapatanlebihkecil dari itu. Di sekeliling kita
terlihat bahwa kebanyakan keluarga justru hanya memiliki penghasilan
sebesar upah minimum regional, yaitu sekitar 700 ribu rupiah. Sebagian
besar uang hanya berputar di segelintir orang di Jakarta. Dunia terkadang
tidakseadil yangkitabayangkan.
Kesenjangan dalam sistem ekonomi tersebut mengakibatkan sejumlah
ekonom mendefinisikan sebuah variabel baru, yang merepresentasikan
kesenjangan pendapatan, yaitu Indeks Gini. Jika pendapatan semua
orang sama maka nilai Indeks Gini sama dengan nol. Jika semua
pendapatan hanya dimiliki oleh satu orang saja maka Indeks Gini sama
dengan satu. Secara matematis, Indeks Gini berhubungan langsung
dengankoefesienpangkat ( ) hukumpangkat. Namunamat disayangkan,
pemahaman akan indeks Gini seringkali dipisahkan dari eksistensi hukum
pangkat oleh para ekonom dan sosiolog di Indonesia, yang terkadang
hanyamendeskripsikandatadari nilai rata-ratasemata.

Gambar 0.3.4.
Visualisasi perbedaan modus dan
rataan data pada sebuah data yang
bersifat hukum pangkat.
Gambar 0.3.5.
Visualisasi data yang memenuhi
hukum dalam diagram log-log.
0-3-6
Karateristik , di samping mempunyai bentuk yang sangat sederhana
ia juga memiliki sifat statistik yang sangat unik. Kesederhanaan ini terlihat
jika kita mengubah sumbu koordinat vertikal dan horizontal menjadi
bentuk logaritmik, maka akan didapatkan sebuah hubungan yang
membentuk sebuah garis lurus, seperti pada gambar 0.3.4. Keunikannya
adalah ia memiliki sifat kemiripan pada diri sendiri ( ). Jika
orang yang berpenghasilan 1 juta rupiah perbulan jumlahnya 4 kali
jumlah orang yang berpenghasilan 2 juta rupiah perbulan, maka orang
yang berpenghasilan 1 milyar rupiah juga akan 4 kali lebih banyak dari
orang yang berpenghasilan 2 milyar rupiah perbulan. Akibatnya bentuk
distribusi pendapatan tidak dipengaruhi skala pengukuran, misalnya:
seribu rupiah, satu juta rupiah atau bahkan satu milyar rupiah. Fenomena
ini berkaitan dengan sifat fraktal, sebagaimana telah kita bahas di bagian
sebelumnya. Sifat fraktal dan fenomena transisi fasa menunjukkan bawa
pada dasarnya wilayah tepi chaos memiliki kaitan yang sangat erat
denganeksistensi hukumpangkat.
Sifat seringkali momen statistika yang biasa kita gunakan sehari-
hari (mean dan variansi) tidak akan bermakna sama sekali pada nilai
koefisien pangkat tertentu. Pada distribusi hukumpangkat, jika 2 maka
nilai rata-rata akan bersifat divergen. Artinya, jika kita menambah data
maka nilai rata-rata akan meningkat, sehingga nilainya akan sama dengan
tak hingga pada saat ukuran sampel menuju tak hingga. Sementara, pada
saat 3 maka nilai variansi juga akan bersifat divergen. Fenomena ini
tentu saja membingungkan bagi kita yang terbiasa hanya menggunakan
nilai rata-ratadanvariansi semata.
Hal yang menarik adalah, meskipun ada teori matematika,
yang menjamin bahwa semua data di alam akan ditarik
menuju distribusi kurva bel terbalik, justru terdapat banyak data yang
membentuk hukumpangkat. Sifat hukumpangkat tidak hanyakitajumpai
di kondisi transisi fasa. Berbagai penelitian menemukan bahwa data
pendapatan, data GDP berbagai negara, data perolehan suara dalam
pemilihan umum, data ranking jumlah penduduk, intensitas peperangan,
ranking frekuensi penggunaan kata-kata dalam berbagai literatur,
distribusi fluktuasi data perdagangan saham, data frekuensi pengunjung
situs internet, hingga data kekuatan gempa bumi ternyata menunjukkan
sifat hukum pangkat ini. Hal ini ditunjukkan pada gambar 0.3.6. Temuan
tersebut merupakanfenomenayangsangat luar biasa.
kedua
self-similarity
ketiga,
<
<
yaitu teorema
limit pusat,
tentusaja
0-3-7
Gambar 0.3.6.
Sifat hukum pangkat terlihat di
berbagai aspek kehidupan kita.
Pertanyaan yang muncul bagi kita adalah: mengapa hal ini terjadi. Apa
mekanisme yang melatarbelakangi terjadinya hukumpangkat? Beberapa
mekanismeyangmungkinmemunculkanhukumpangkat antaralain:
Mekanisme ini diperkenalkan oleh fisikawan kondang Per Bak. Contoh
yangpalingseringdigunakanditunjukkandi gambar 0.3.7.
Dalam analogi Per Bak, butiran pasir tersebut mengatur dirinya sendiri
sedemikian rupa sehingga pada kondisi kritikal tertentu muncul distribusi
hukumpangkat pada pengukuran jumlah longsoran. Hal ini menunjukkan
Self-organizedcriticality(SOC)
0-3-8
Gambar 0.3.7.
Visualisasi Per Bak tentang mekanisme
SOC.
Gambar 0.3.8.
Visualisasi SOC di model kebakaran
hutan.
bahwa pada kondisi kritis, di mana tambahan butir pasir akan
membentuk gundukan dengan kemiringan tertentu, akan ditemui hukum
pangkat padadistribusi longsoranpasir.
Contohlainnya yang terkenal adalahmodel kebakaranhutan. Pada model
ini, misalkan kita memiliki lansekap yang ditumbuhi pepohonan secara
acak. Kemudian secara acak pula petir menyambar salah satu pohon dan
seketika menyebabkan pohon tersebut terbakar. Kebakaran pada pohon
tersebut tentu akan menjalar ke pohon-pohon lain yang ada didekatnya
(lihat gambar 0.1.8.). Beberapa waktu kemudian tumbuh pepohonan
baru, lalu terjadi kebakaran akibat petir lagi, demikian seterusnya. Hal
yang menarik adalah luas areal kebakaran yang terjadi, dalam kurun
waktutertentu, akanmemenuhi hukumpangkat.
0-3-9
Toleransi yangteroptimasi tinggi
Proses multiplikatif acak
Dalam contoh sebelumnya ditunjukkan bahwa pohon-pohon dalam
lansekap hutan tumbuh secara acak. Seandainya kita diminta oleh dinas
kehutanan kabupaten untuk menentukan letak tumbuhnya pepohonan
secara spesifik, bagaimana cara kita menanamnya agar kebakaran hutan
dapat diminimalisir? Jawabannya tentu saja adalah dengan menanam
pohon-pohon dalam blok-blok tertentu sehingga mengisolasi
menjalarnya kebakaran antar blok-blok tersebut. Lebih jauh, kita bisa
membuat ukuranblok yanglebihkecil untuk tempat-tempat di manapetir
sering terjadi dan blok yang lebih besar untuk tempat yang jarang. Jika
optimasi penanaman pohon ini kita simulasikan maka, sekali lagi, akan
ditemui distribusi kebakaranhutanyang mengikuti hukumpangkat akibat
terjadinya petir yang secara acak. Dari sini ditunjukkan bahwa adanya
sebuah upaya eksternal yang bertujuan mengoptimasi sistem dapat
mengakibatkanterjadinyahukumpangkat.
Contoh klasik mekanisme ini adalah akumulasi kekayaan. Hal ini pertama
kali dijelaskan oleh seorang nobelis ekonomi, Herbert Simon, tahun 1955.
Semakin kaya seseorang, maka semakin terbuka banyak peluang baginya
untuk memperbesar nilai kekayaannya, misalnya melalui investasi di
berbagai tempat. Dari sisi bunga tabungan, semakin besar jumlah
tabungan seseorang di bank, maka dalam setiap periode waktu tertentu
jumlah bunga yang didapatkannya makin besar pula. Artinya, dalam
setiap periode investasi, kekayaan seseorang dapat dikalikan dengan
beberapa bilangan yang berfluktuasi secara acak dengan sebuah
distribusi tertentu. Inilah yang disebut proses multiplikasi acak. Jika
semua orang kaya memulai investasinya dengan jumlah uang yang sama,
maka setelah beberapa waktu distribusi kekayaan mereka akan
memenuhi hukumpangkat.
Dalam transisi fasa kita menemukan adanya sebuah wilayah misterius di
antara kondisi teratur dan tak teratur, baik itu dalamtransisi material dari
cair kegas maupundalamhal kemagnetanlogam.
cair (teratur) transisi fasa gas (tidak teratur)
ferromagnetik (teratur) transisi fasa paramagnetik (tidak teratur)
Fenomenaini ternyatajugadijumpai dalamteori chaos.
statik periodik (teratur) tepi chaos chaos (tidak teratur)
Kemudian, dalamkajianotomataselular ditemukanurutanberikut:
statik periodik (teratur) tepi chaos chaos (tidak teratur)
0.3.3. Perspektif BaruDi Tepi Chaos
0-3-10
Gambar 0.3.9.
Urutan kondisi sistem dinamik dari
, periodik, ergodik, dan rezim
transisi kompleks.
fixed
Mengapa semuanya menghasilkan pola yang sama? Mengapa wilayah
misterius ini selalu muncul? Dari hasil-hasil di atas, yang kita peroleh dari
berbagai pendekatan disiplin ilmu, dapat disimpulkan bahwa secara
umum hidup pada dasarnya berada di wilayah transisi antara sistem fisis
yang periodik (stabil) dan sangat ergodik (tak stabil); lihat gambar 0.3.9.
Wilayahini disebut tepi chaos. Di areainilahkompleksitas hidupberada.
Sistem yang benar-benar ergodik pada dasarnya sangat sulit dibedakan
dengan sistem yang benar-benar acak atau tak beraturan. Padahal kita
mengetahui bahwa sistem yang ergodik tersebut memiliki pola-pola
periodik di level mikro. Kompleksitas permasalahan yang paling
maksimum pada dasarnya bukan berada pada sistem chaotik, melainkan
padatransisi kritikal di antarasistemyangperiodikdanergodik.
Bagaimanakah memandang sistem melalui pemahaman akan adanya
pola umum di teori chaos, otomata selular, dan transisi fasa? Tidak ada
cara lain selain memusatkan perhatian ke wilayah tepi dari sistem yang
chaotik tersebut. Kehidupan berada di wilayah ini. Mengapa tingkat
kompleksitas tertinggi tidak berada di wilayah , tetapi di antara
wilayah dan ?Mari sama-samakitaperhatikan0.3.11.
disorder
order disorder
Gambar 0.3.10.
Kompleksitas maksimum berada pada
transisi kritikal antara rezim periodik
dan rezim chaotik.
Gambar 0.3.11.
Suara sirine yang periodik (kiri),
denting piano Ananda Sukarlan yang
merdu (tengah) dan raungan piano
yang dihujamkan oleh jari-jari Sarimin
secara acak (kanan)
0-3-11
Suara sirine bersifat periodik tetapi apakah ia memberikan alunan nada
yang enak didengar? Tetapi, apakah nada-nada yang benar-benar acak
indah kita dengarkan? Apakah telinga kita akan nyaman mendengarkan
raungan piano yang dihujamkan jari-jari Sarimin secara acak? Tentu saja
tidak. Kita justru akan merasa nyaman mendengarkan denting piano
Ananda Sukarlan yang kadang-kadang periodik (repetitif) dan kadang-
kadang acak. Nada-nada yang dihasilkan oleh Ananda Sukarlan tentu saja
lebih kompleks daripada sirine maupun raungan piano Sarimin yang ber-
IQ di bawah 70. Artinya, tingkat kompleksitas tertinggi justru berada di
antarawilayah dan , bukanpadasaat .
Sistem kompleks, yang berada di antara r dan tersebut,
memiliki struktur mikro yang senantiasa berproses secara otopoiesis,
dengan kemampuan mengatur diri sendiri. Proses pengaturan diri sendiri
dari setiap elemen penyusun sistem (khususnya sistem sosial dan
biologis) dapat dipandang sebagai proses adaptif, yaitu kemampuan
elemen penyusun sistem dalam menyesuaikan diri sendiri untuk dapat
bertahan. Dalam keadaan ini, kita menyebutnya sebagai sistem yang
kompleks adaptif.
order disorder disorder
orde disorder
Gambar 0.3.12.
Sistem pengaturan dalam poiesis dan
otopoiesis.
Proses otopoiesis merupakan proses biologis yang merupakan bentuk
teknis dan praktis dari sistem yang senantiasa melakukan adaptasi
terhadap lingkungannya. Hal inilah yang ditunjukkan oleh biolog H.
Maturana dan T. Varela. Kata otopoiesis mengandung padanan "poiesis",
yang artinya memproduksi. Pengertian produksi di sini digambarkan
dalamgambar 0.3.12. sebagai proses tanpaumpanbalik. Polapengaturan
sistem poiesis diatur melalui struktur yang senantiasa berproduksi.
Sistem poiesis, dengan demikian, memiliki kemampuan internal dalam
mengatur diri sendiri untuk mencapai suatu target tertentu. Dalam
pemahaman ini, sistem otopoiesis memiliki struktur serupa dalam
konteks ia memiliki umpan balik yang menunjukkan interaksi aktifnya
denganlingkungansekitarnya.
Dalam sistem yang otopoiesis, struktur sistem secara makro berinteraksi
dengan lingkungannya. Namun struktur tersebut tidak statik. Ia
senantiasa berubah secara adaptif dengan lingkungannya. Perubahan ini
0-3-12
tentu tidak terjadi secara langsung karena setiap perubahan struktur
berlangsung secara bertahap melalui proses produksi internal yang
mengubah pola pengaturan dan lama-kelamaan nantinya akan
mengubah struktur tersebut sehingga mampu adaptif dengan
lingkungan. Dalamkasus transisi fasa, butir-butir yang menyusunmaterial
tersebut saling mengatur dirinya sedemikianrupa sehingga menghasilkan
sebuah struktur makro tertentu. Karakteristik pengaturan diri sendiri
inilahyang mengakibatkanterjadinya hukumpangkat, sebagaimana telah
kita bahas di atas (mekanisme terjadinya hukum pangkat). Fenomena ini
ternyatakitajumpai di banyakdatadalamkehidupansehari-hari.
Namun hal menarik yang bisa kita pelajari, khususnya dalam ulasan teori
chaos dan otomata selular, bahwa perilaku kompleks yang ada ternyata
dimunculkan oleh hal-hal yang sederhana dan justru senantiasa dalam
tata yang teratur. Demikianlah alam, sistem sosial, dan manusia di
dalamnyasenantiasamengatur dirinyasendiri dalambentuk transformasi
dan mekanisme umpan balik yang merupakan bentuk translasi dari hal
yang simpel ke kompleks. Paradigma tepi chaos tersebut merupakan cara
pandangbarudalammemahami alamsemesta.
Gambar 0.3.13.
Antara gerak Brown dan pergerakan
indeks komposit pasar modal.
0.3.4. Ekonofisikadan
KajianSosial Interdisipliner
Ekonofisika merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar sepuluh
tahunlalu, olehseorang fisikawanpolimer BostonUniversity, H. E. Stanley
bersama beberapa fisikawan lain melalui makalah ilmiah,
. Makalah tersebut mengetengahkan
eksotisme dari ilmu fisika statistik yang ternyata memberikan banyak
kontribusi dalam penelaahan fluktuasi data berfrekuensi tinggi yang
terdapat pada sekuen-sekuen DNA, data-data detak jantung manusia,
gelombang otak penderita Alzheimer, hingga naik-turunnya berbagai
data ekonomi keuangan, mulai dari data indeks saham hingga data-data
makroekonomi. Sejak saat itu, berbagai penelitian ekonofisika meroket
Anomalous
fluctuations in the dynamics of complex systems: from DNA and
physiology to econophysics
0-3-13
jumlahnya dan sungguh menakjubkan hasilnya dalam berbagai bidang
ekonomi dan keuangan, mulai dari analisis pertumbuhan firma dan
ekonomi nasional hinggaprediksi sahamdankeputusaninvestasi.
Sebagaimana kita diskusikan sebelumnya, ilmu fisika kontemporer telah
mengenal kondisi transisi fasa, yaitu situasi kritis ketika terjadinya
perubahan fasa zat, misalnya dari cair ke gas. Hukum-hukum fisika
konvensional bekerja dengan baik pada fasa zat yang pasti, seperti cair,
gas, atau padat. Sayangnya, hal yang sama tak berlaku pada titik transisi
fasa. Di titik ini, tingkat kompleksitas dari zat menjadi luar biasa rumit,
satu hal menjadi begitu bergantung pada hal lain;
. Fisika mengenal fenomena kritis ini sebagai salah satu
bentuk eksistensi sistem kompleks, mengingat tingkat kompleksitasnya
yangtinggi.
Sekarang coba kita lihat sistemekonomi dan pasar modal. Seorang analis
pasar modal ataupun seorang ekonom pasti serta-merta akan sadar
betapa rumitnya sistem ini; ekonomi lekat dengan ungkapan, semua hal
sangat bergantung pada semua hal lain. Contohnya, pergerakan saham-
saham di Bursa Efek Jakarta. Mari kita berandai-andai, misalkan ada
sebuah berita yang menyatakan bahwa pendapatan Telkom menurun.
Akibatnya, investor mencabut investasinya dan beralih ke sahamIndosat,
yang mendongkrak nilai sahamnya di bursa. Terjadi korelasi negatif dari
fluktuasi harga kedua saham. Artinya, sebagaimana analisis klasik
mengatakan, jika yang satu turun maka yang lain terdongkrak. Tetapi,
bukankahkeduanyaberadadi sektor yangsama?
Namunternyata, misalnya kenaikansahamIndosat tadi menjadi ekstrem.
Begitu tingginya sampai-sampai perusahaan ini menaikkan jumlah
produksi, jumlah cabang, jumlah tenaga kerja, bahkan tenaga kerja
diupayakan bekerja siang dan malam untuk mempertahankan
pencapaian tersebut. Makin banyak pula permintaan tenaga kerja di
berbagai lokasi produksi Indosat. Kemudian mereka berbondong-
bondong ke warung Indomie siang dan malam. Akibatnya adalah
penjualan yang menjadi berlipat ganda oleh perusahaan Indofood,
penghasil Indomie, yang pada gilirannya akan juga mampu mendongkrak
nilai sahamnya di bursa. Contoh ini justru menunjukkan terjadinya
korelasi positif antara satu saham dengan saham lain dari sektor yang
sangat berbeda. Hal semacam ini yang sulit diantisipasi oleh analisis
standar.
Di sini jelas terlihat bahwa di sistemekonomi ada saling-keterkaitan yang
sangat intens. Jika ada 300 saham yang diperdagangkan di BEJ, maka
untuk menganalisis situasi ekonomi yang direpresentasikan aktivitas
dalambursa efek, kita harus memperhatikan 90000 interaksi. Sebuah hal
yang luar biasa rumit jika kita konsisten dengan pendekatan ekonomi
konvensional. Fisika mengenal beragam pendekatan untuk analisis
semacam ini lewat model spin yang disokong simulasi komputasional,
sehingga dinamika yang terjadi bisa teramati. Salah satu caranya, semua
spin dianggapsaling berinteraksi satusama laindanterikat olehsebuah
everything depends on
everything else
Layar tampilan
di Gedung Bursa Efek Jakarta.
0-3-14
Fenomena kritis transisi fasa di fisika akhirnya berpeluang memberikan
potensi besar dalam analisis pertumbuhan ekonomi. Analisis ini tidak
harus berhenti di saham-saham. Saling-kebergantungan antar aktor
ekonomi atau agen sistem sosial juga bisa menciptakan ragam tipe
perilaku agregat. Konsekuensinya tentu saja adalah jumlah variasi sistem
yang sangat besar. Jadi, pertanyaannya adalah bagaimana membedah
sistem kompleks pasar modal. Apa perangkat analitik yang disediakan
olehekonofisika?
Fenomena ekonomi dapat dipahami sebagai sebuah kondisi makro yang
dihasil oleh interaksi agen-agen di level mikro. Hal ini bisa dilihat dalam
terbentuknya harga, yaitu hasil interaksi di level mikro antara penjual dan
pembeli, demikianjugadenganinflasi, tingkat sukubunga, GDP, IHSG, dan
sebagainya. Di sini, aplikasi mekanika statistik, dalam berbagai data
ekonomi (dansosial), berusahamenjawabtantangantersebut.
Hubungan antara makro dan mikro merupakan pokok pembahasan
termodinamika dan entropi. Keduanya adalah topik utama dalam
statistika mekanik. Hal inilah yang memberi inspirasi dalam
pengembangan metode-metode di fisika untuk menganalisis masalah
ekonomi. Upaya ini kemudian dikenal sebagai ekonofisika. Inilah yang
membedakanantaraekonofisikadenganekonometri.
Salah satu konsep mekanika statistik, yang seringkali menjadi landasan
analisis ekonofisika, adalah konsep otokorelasi. Otokorelasi dalam suatu
saham sangat penting untuk melihat apakah perilaku suatu saham pada
rentang waktu tertentu dipengaruhi oleh perilaku rentang sebelumnya.
Hal ini tentu saja berguna ketika kita hendak menebak harga ke depan
(prediksi).
Kemudian kita mengenal istilah volatilitas atau yang biasa didefinisikan
sebagai variansi. GARCH menggunakan asumsi bahwa variansi berubah
menurut perubahan waktu. Asumsi ini terkesan rumit, namun ia
berkesesuaian dengan data sahamatau data keuangan lainnya, yang tiap
saat berubah terhadap waktu. Seringkali tingkat perubahan tersebut
tidak konstan. Otokorelasi dalam pendekatan GARCH terkait dengan
ukuran seberapa jauh variansi dipengaruhi oleh data sebelumnya.
Volatilitas dalam GARCH( , ) menggunakan pendekatan bahwa variansi
dipengaruh oleh data sebelumnya dan penyimpangan data
sebelumnya.
Sekarang, kita ingin melihat bagaimana konsep-konsep dasar ekonofisika
tentang korelasi data ketika hendak menelaah keterkaitan antara satu
data dengan data lain. Misalnya seberapa korelatif naik-turun saham PT
Telkom dengan saham PT Indosat, atau hubungan pergerakan kurs mata
uang Yen Jepang dengan Dollar Amerika terhadap mata uang kita ke Bath
Thailand.
0.3.4.1. KonsepKorelasi dalamEkonofisika
p
q p
q
0-3-15
Gambar 0.3.14
Hasil peramalan model hibrid GARCH
dan simulasi Monte Carlo. asimetri
Untuk menjawab hal ini, kerap digunakan metode korelasi silang, yang
mengukur sejauh mana satu data dengan data lain saling berkorelasi.
Salah satu implementasi ekonofisika atas konsep tersebut adalah model
pohon keuangan. Pohon Keuangan mampu memberikan gambaran
sejauh mana fluktuasi satu produk keuangan (misalnya) dengan produk
keuangan lainnya secara keseluruhan. Tekniknya adalah dengan
menggunakan proses transformatif koefisien korelasi menjadi matriks
jarak antara satu data dengan data lain. Semakin jauh keterkaitan antara
naik-turun dua nilai harga dalam pohon keuangan, maka kedua nilai
tersebut semakin tak berkorelasi, demikian pula sebaliknya. Bab-bab
berikutnya dari buku ini akan menunjukkan bagaimana kita dapat
mengobservasi pola global pasar modal melalui konstruksi pohon
keuangan.
Konsep korelasi didasarkan pada pola distribusi data atau lebih spesifik,
keterkaitan antara momen-momen statistika seperti nilai rata-rata
(mean), variansi, dan sebagainya. Dalam perkembangannya secara
paralel, berbagai metode ekonofisika kontemporer juga kerap
menggunakan model-model statistika non-parametrik. Model-model ini
tidak bersandar pada sifat distribusi data dan momen-momen statistika
yangada. Salahsatuyangterkenal adalahmodel jaringsaraf.
Teknologi jaring saraf buatan adalah sebuah peniruan akan sistem saraf
hewan pada model-model biofisika dan ilmu komputer. Teknologi ini
ternyata memberikan perubahan epistemologis sistem pemrograman
tradisional. Jaring saraf buatan memproses informasi dengan cara yang
sangat berbeda dari cara konvensional. Komputasi terjadi dalamunit-unit
pemrosesan data yang jumlahnya banyak sekali, secara paralel dan
terdistribusi. Sebuah cara yang sangat berbeda dengan arsitektur
komputer klasik yang memproses data secara serial. Dalam jaring saraf
buatan, informasi terdistribusi dalam jaring-jaring saraf buatan, tidak
teralokasi dalam tempat tertentu (apakah itu alamat memori komputer
0.3.4.2. KonsepKompleksitas dalamEkonofisika
0-3-16
atauapapun). Itulahsebabnya, di awal kelahirannya, teknologi ini disebut
sebagai teknologi pemrosesan paralel terdistribusi (
), untuk membedakannya dengan teknik komputasi dalam
sistempemrograman tradisional.
Pemrosesan informasi dalam jaring saraf buatan dapat disingkat sebagai
berikut: sinyal (baik berupa aksi atau potensi) muncul sebagai masukan
unit ( ); efek dari tiap sinyal ini dinyatakan sebagai bentuk
perkalian dengan sebuah nilai bobot untuk mengindikasikan kekuatan
dari sinapsis. Semua sinyal yang diberi pengali bobot ini kemudian
dijumlahkan satu sama lainuntuk menghasilkan unit aktivasi. Jika aktivasi
ini melampaui sebuah batas ambang tertentu maka unit tersebut akan
memberikan keluaran dalam bentuk respon terhadap masukan.
Kemampuan fungsional ini dalam rekayasa neuron buatan dikenal
dengan sebutan (TLU); buah pemikiran dari W.
McCullochdanW. Pitts.
parallel distributed
processing
sinapsis
Threshold Logic Unit
Gambar 0.3.15.
Tipikal sebuah jejaring saraf buatan.
Sebagaimana digambarkan dalam gambar 0.3.15., model j
dapat memiliki sebuah lapisan bobot, di mana masukan
dihubungkan langsung dengan keluaran, atau beberapa lapisan yang di
dalamnya terdapat beberapa lapisan tersembunyi. Dikatakan
tersembunyi karena ia berada tersembunyi di antara neuron masukan
dan keluaran. Jaring saraf menggunakan unit tersembunyi untuk
menghasilkan representasi pola masukan secara internal di dalam jaring
saraf. Padadasarnya, dapat dikatakanbahwadenganmerekayasalapisan-
lapisan dalam arsitektur , adalah mungkin untuk
mendekati semua fungsi matematis yang kita kenal selama ini ke dalam
arsitektur jaring saraf buatan tipe maju. Karena inilah banyak orang
sekarang menggunakan jaring saraf sebagai model untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan, termasukprediksi dataderet waktukeuangan.
aring saraf
buatan
jaring saraf buatan
Gambar 0.3.16.
Contoh hasil prediksi selang
pergerakan harga dengan jaring saraf
buatan.
0-3-17
Model j memandang data yang hendak diaproksimasi
sebagai data yang berada pada situasi kritis dengan sifat kemampuan
mengatur dirinya sendiri, yang diaplikasikan kepada sifat dari model
jaring saraf dalam bentuk training, validasi, dan uji aproksimasi terhadap
data. Melalui riset-riset lebih jauh dengan modifikasi dan berbagai variasi
metodologi alternatif kita tentu akan dapat memperoleh hasil prediksi
dan aproksimasi data yang semakin baik. Hal ini tentu membuka peluang
analisis kajianekonofisikayangmasihdanakanterus berlangsung.
Pendekatan pemrograman paralel terdistribusi lainnya dalam kajian
penelitian ekonofisika adalah pemodelan berbasis agen yang dikaitkan
dengan kajian mekanika statistika interaksi agen-agen ekonomi (multi
agen). Analisis multi-agen merupakan sebuah alternatif untuk dapat
memecahkan berbagai teka-teki keterhubungan makro-mikro karena ia
menjadi jembatan( ) atas faktor makrodanmikrosebuahsistem.
Sebagaimana diutarakan oleh Stigler tahun 1964, yang merupakan
ilmuwanpertama yang melakukansimulasi pasar modal, hal penting yang
menarikuntukdicatat adalah:
bridge
aring saraf buatan
tujuannya adalah agar kita memiliki deskripsi pasar yang sangat
sederhana di satu sisi, dan di sisi yang lain representasi yang paling
tepat dalam pengamatan kita terhadap karakteristik pasar yang
didekati
Dari sini kita dapat melihat berbagai keuntungan yang bisa kita dapatkan
dengan menggunakan model multi-agen di sistem keuangan. Pada
dasarnya kita dapat membangun model multi-agen dalam menganalisis
sistem ekonomi keuangan, yang kemudian dapat digunakan untuk
menganalisis sistem ekonomi keuangan nasional. Salah satu contoh
model klasik yang merintis pendekatan ini dalam pasar modal dalam
sejarah kajian ekonofisika adalah Model Bar El-Farrol dan Permainan
Minoritas yangdikenal jugasebagai Model Oxford.
Model, yang dicetuskan oleh ekonom kompleksitas W. Brian Arthur
(1994), diinspirasi oleh Bar El-Farrol di Kota Santa Fe. Model ini
diilustrasikandalambentukceritasebagai berikut:
Ada sebuah bar di Santa Fe, bernama Bar El-Farrol yang bisa
menampung sekitar 60 orang dengan nyaman. Namun terdapat
100 orang yang selalu ingin menghadiri acara mingguan di bar
tersebut. Mereka hanya akan mau hadir jika jumlah orang yang
hadir di bar tak lebih dari 60 orang, dan memilih lebih baik di rumah
saja jika lebih dari 60 orang yang hadir pada acara tersebut. 100
orang pelanggan yang berpotensi hadir pada acara mingguan
tersebut harus menentukan secara terpisah tanpa saling
berkomunikasi apakah akan hadir atau tidak dengan meramalkan
jumlah orang yang akan muncul di acara tersebut berdasarkan
pengetahuan mereka akan berapa orang yang hadir di minggu
sebelumnya. Pilihannya dua: tinggal di rumah atau pergi
mengunjungi Bar El Farrol.
0-3-18
Gambar 0.3.17.
Bar El-Farrol di Santa Fe yang
menginspirasi model bar El-Farrol-nya
peneliti ekonomi kontemporer W.
Brian Arthur.
Model ini diabstraksikan dengan model permainan minoritas (
). Permainan minoritas dikembangkan oleh Damien Challet dan Y. C.
Zhang. Dalammodel ini, terdapat agenyang tiapselang waktu, mautak
mau harus berkompetisi dengan memilih dua pilihan biner, yaitu 1 atau
0. Pemenangnya adalah yang jumlah pilihannya paling sedikit.
Sebagaimana dalam cerita bar El Farrol, tiap agen tersebut memiliki
strategi masing-masing dalam membuat pilihannya. Tiap strategi ini
disusun atas pilihan masing-masing {0,1}, misalnya 01001 dengan
panjang bit strategi . Pada permainan yang berlangsung, tiap agen
memperoleh ganjaran atas pilihannya (menang atau kalah) yang menjadi
bahan evaluasi atas bagus tidaknya strategi yang dimiliki pada periode.
Pada awalnya ia akan memilih strategi yang ia kenali memiliki ganjaran
terbaik, dan memutuskan untuk menggunakan strategi tersebut untuk
laju-keberhasilanyanglebihbesar dari .
Kita dapat melihat dengan jelas betapa banyak interpretasi yang mungkin
dalam permainan tersebut. Sebagai contoh, dua pilihan dapat
merepresentasikan dua rute perjalanan yang harus dipilih oleh seorang
pengemudi. Tentunya ia ingin agar pilihannya tersebut adalah rute yang
paling tidak macet lalu-lintasnya. Sebagai model pasar modal, pilihan
tersebut dapat berupa keputusan membeli atau menjual sahamatau
indeks saham tertentu di mana perubahan harga bergantung pada
keseimbangan antara jumlah agen yang memilih 0, dan jumlah
agenyangmemilih1, yangmengikuti:
minority
game
N
m
T
k
N N 0 1
di mana sebagai konstanta. Dalam hal ini, volume dari saham yang
ditransaksikanmengikuti:
D
Volume=No+N
1
Harga (t+1)=Harga(t)+No-N u
D
1
0-3-19
Gambar 0.3.18.
Hasil simulasi model Oxford. Atas:
menggunakan =101, =3, =2,
=100, =0,53. Bawah: menggunakan
=0,56. Kedua grafik menggunakan
nilai =1 dan harga awal 1000
N m q
t k
k
D
Dari sini terlihat bahwa model Oxford, yang memiliki lima
parameter ( ), dapat memberikan gambaran tentang pasar
dengan cukup baik sebagaimana digambarkan dalam gambar 0.3.18.
Berbeda dengan pendekatan konvensional, model-model yang
menggunakan simulasi komputasional, seperti model Oxford,
menggunakan data-data yang digenerasi melalui proses komputasi lewat
pemrosesan distribusi paralel. Saat ini telah banyak sekali pasar modal
buatan yang digunakan untuk menerangkan berbagai fenomena dalam
pasar modal, untuk menguji hipotesis, untuk menguji dampak kebijakan
dalam pasar modal, bahkan untuk mendeteksi berbagai proses pasar
yang terjadi. Kerumitan modelnya pun semakin berkembang dari waktu
ke waktu. Skema sederhana ditunjukkan pada gambar 0.3.19., tentang
bagaimana data yang dihasilkan melalui penyesuaian ( ) di
level mikropasar
N,m,q,T,k
adjustment
hanya
dianalisis level makronyadenganmekanikastatistik.
Gambar 0.3.19.
Proses simulasi yang dilakukan.
0-3-20
Tema utama analisis ekonofisika dengan membangun model berbasis
agen pelaku ekonomi adalah upaya untuk memberikan gambaran dan
argumentasi mekanisme terjadinya data ekonomi keuangan secara
spesifik, yaitu segala karakter ekonomi keuangan (harga, volume, dan
sebagainya) di tingkat makro sehingga dapat dijelaskan di tingkat mikro.
Tema ini merupakan tema kompleksitas, di mana sistem yang elemen
penyusunnya saling berinteraksi hingga membrojolkansejumlahproperti
di tingkat kolektif/makro. Hal ini tentu akan sangat berguna karena kita
akan dapat menganalisis sistem pasar modal yang ada saat ini secara
, ia juga dapat memberikan rekomendasi atas
perubahanregulatif di tataranpraktikpasar modal.
Mengingat fokus utama pendekatan ini adalah perilaku individu dalam
kaitannya dengan mekanisme makro pasar, maka kita dapat mengatakan
bahwa analisis ini menggabungkan berbagai kausa atau sebab dalam
analisis mikrosimulasi antar agen yang berinteraksi dengan analisis
statistika di tingkat makro. Salah satu pengembangan yang menarik
adalah upaya mengaitkan deviasi rasionalitas sistem kognitif agen-agen
denganmekanismemakropasar.
Sebagai catatan, sistem pasar modal dengan pemodelan komputasional
berbasis agen memberikan peluang yang semakin luas dalam analisis
ekonomi keuangan. Arahan ini muncul kerena ia diperkaya oleh statistika
mekanikayangditransplantasi dari ilmufisika.
Dari uraian singkat ini, secara umum, kita dapat melihat betapa luasnya
bidang kajian ekonomi yang dapat dijadikan lapangan ekonofisika,
terutama dalam upaya pengayaan analisis pasar modal. Tidak bisa
dihindari bahwa ekonofisika memiliki andil untuk membuat ekonomi
menjadi semacam sains dengan keketatan yang diimpor dari fisika atau
dalambahasa ekonomSteve Keen, ekonofisika melepaskan ekonomi dari
ideologi yang selama ini mengungkungnya. Hal ini merupakan sisi baik
dari budaya metodologi formalistik yang berkembang dalam analisis
ekonofisika.
Secara umum, kita dapat menunjukkan tiga kategori besar bahasan
ekonofisika atau fisika keuangan dan pasar modal berdasarkan tipe
metodologi fisika yang diimpor ke dalam analisis ekonomi, yaitu antara
lain:
1. , meliputi konsep gaya dan energi potensial sebagaimana
diterangkan di atas. Konsep agen dalam ekonomi sebagai konsep
partikel titik dalam fisika. Lebih jauh lagi adalah penggunaan
mekanika statistik yang diaplikasikan untuk menganalisis dan
mengekstrak karakteristik umum dalam data-data
ekonomi keuanganyangluar biasabanyakjumlahnya.
2. a, hal
ini meliputi konsep entropi, transisi fasa, dan fisika statistik, konsep
distribusi Lvy Terpotong, multifraktalitas, dan sebagainya.
Demikian juga dengan keterkaitan struktur makro dan mikro.
Misalnya, getaran pada level molekuler dengan temperatur dapat
Mekanika
Konsep Non-Linieritas dan Kompleksitas dalamTermodinamik
lebih tajam. Lebih jauh
statistika
0-3-21
menjadi model keputusaninvestor terkait fluktuasi hargasaham.
3. , hal ini meliputi model Otomata Selular dan model
jaring saraf buatan yang digunakan untuk mensimulasikan Model
Ising, atau perilaku tumpukan pasir ( ) sebagai model
analisis ekonomi.
Ketiga kategori piranti fisika matematika dan komputasi inilah yang kita
gunakan dalam analisis ekonomi dan sistem keuangan. Dalam hal obyek
penyelidikan, kita juga dapat membagi tiga bentuk dan peran ekonofisika
dalamanalisis sistemekonomi keuangan, yaitu:
1. . Dengan menggunakan perangkat-perangkat
dan model dalam mekanika statistik kita dapat menganalisis sifat-
sifat statistika dari data-data keuangan. Dalam hal ini kita
menggunakan model-model peramalan seperti ARCH, GARCH,
analisis distribusi data dengan teorema limit pusat, distribusi L vy
( ), sifat skala ( ), dan multifraktalitas dari data-data
ekonomi keuangan. Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan
karena melihat data sebagai data , dan membiarkan
data tersebut berbicara tentang dirinya sendiri. Pada domain ini kita
menganalisis dan mengekstrak sifat statistika tanpa perlu peduli
terhadappenyebabdari terjadinyasifat datatersebut.
. Dalamlapangan ini, kita mempelajari secara
individual, bagaimana seorang pelaku pasar atau agen ekonomi
(misalnya investor) mengambil keputusan. Adalah hal yang sangat
trivial untuk mengambil asumsi bahwa pelaku ekonomi tidak selalu
menggunakan rasi onal i tas murni dal am pengambi l an
keputusan/kebijakan. Hal ini dikarenakan ia terjebak dalam
keterbatasan informasi yang dimilikinya sebagai dasar pijakan
dalam mengambil keputusan ( ). Kajian tentang
bagaimana pelaku pasar terhadap gosip atau rumor dalam
mengambil keputusan merupakan fokus dalam level deskripsi ini.
Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan menguak kotak hitam
sistem kognitif pelaku pasar karena agen
ekonomi dapat menyebabkanterjadinyafluktuasi hargapasar.
3. ( ). Pendekatan ini
berupaya untuk mencari kesinambungan pendekatan pertama dan
kedua, yaitu upaya untuk menjelaskan penyebab terjadinya sifat
statistika spesifik data ekonomi keuangan yang ditemukan dengan
cara menumbuhkan struktur proses pengambilan keputusan agen
ekonomi di pasar ke dalam komputer ( ) di mana deskripsi
agen harus menghasilkan data fluktuasi harga yang berkesesuaian
dengan perilaku empiris sebenarnya. Perangkat ekonofisika pada
tataran ini diimpor dari fisika komputasi, dengan sejumlah
modifikasi tertentu seperti model Ising, dan sebagainya. Ia dapat
pula dilengkapi dengan adaptasi teori permainan evolusioner
( ), model adaptasi dan pembelajaran
( ) seperti jaring saraf buatan, serta berbagai
pendekatanlainnya.
Fisika Komputasi
sand piles
Analisis Sifat Statistik
L vy Flight scaling
top-
down an sich
2. Analisis Mikrosimulasi
bounded rationality
Pasar Modal Buatan artificial stock market
in silico
evolutionary game theory
learning model

respon
pada akhirnya perilaku
0-3-22
Sekarang kita dapat melihat denganjelas bagaimana ekonofisika memiliki
lapangan penelitian dan pengembangan yang sangat luas: mulai dari
analisis data statistik hingga bagaimana sebuah karakteristik spesifik
dalamdatadibentukmelalui interaksi agen-agenekonomi.
0.3.5. DuaPertanyaan
YangSelaluBerkumandang
Dalam beberapa seminar tentang pengenalan ekonofisika di berbagai
daerah di tanah air, ada beberapa pertanyaan yang sering
dikumandangkan. Apa sumbangan yang dapat diberikan oleh ekonofisika
dalam memperbaiki situasi perekonomian nasional kita saat ini yang
terjebak hutang, terhimpit ekonomi dunia yang tengah didera krisis
energi sehingga melambungkan harga BBM (bahan bakar minyak),
tingginya tingkat pengangguran, ekonomi yang cenderung dan
tidak efisien oleh karena meluasnya praktik korupsi, dan berbagai
permasalahanlainnya.
Pertanyaan lain yang juga sering berkumandang adalah apa perbedaan
mendasar antara ekonofisika dan ekonometri. Jika pertanyaan pertama
mempertanyakan kontribusi aktif ekonofisika dalam khazanah
keindonesiaan, pertanyaan kedua lebih ke pertanyakan filosofis di balik
pendekatan ekonofisika relatif terhadap ekonometri, sebagai sebuah
bidangkajianmatematikaekonomi dankeuangan.
Beberapa anggapan publik ketika melihat berbagai makalah ekonofisika
dalam jurnal ilmiah ataupun dalam bidang ini
seringkali menganggap ekonofisika adalah sebuah pekerjaan yang
sekadar menggunakan model-model fisika dalam membahas berbagai
fenomena ekonomi. Ada pula yang membandingkan langsung antara
ekonofisika dengan ekonometri dan tak jarang yang menganggap bahwa
ekonofisika hanyalah upaya kuantifikasi permasalahan ekonomi yang
disinyalir memperumit masalah ekonomi yang berujung pada rendahnya
kontribusi penyelesaian permasalahan ekonomi yang ada. Hal-hal
tersebut adalahpandangansepintas tentangekonofisika.
Saat ini semua orang dapat berbicara atau sekadar memahami teori
relativitas Einstein tanpa perlu memiliki pemahaman yang mendalam
tentang pendekatan matematik yang rumit yang menelurkan teori besar
ini. Mereka yang pernah mempelajari teori Einstein secara komprehensif
tentu menyadari bahwa esensi dan prinsip dasar dari teori ini
tersembunyi dalam rimba matematika yang cukup bahkan
pada masa awal teori ini terdapat gurauan dari Albert Einstein yang
mengatakan bahwa ia sendiri terkadang kurang paham dengan teori
high cost
research working papers
advanced
0.3.5.1. MampukahEkonofisikamemperbaiki
Ekonomi Indonesiasaat ini?
0-3-23
relativitas yangmenjadi karyanya.
Pada dasarnya hal serupa juga terjadi di ekonofisika. Secara sederhana,
ekonofisika dapat dipandang sebagai sebuah bidang penelitian
interdisipliner yang mengaplikasikan berbagai teori dan metodologi yang
pada awalnya dikembangkan dalam lingkungan ilmiah fisika untuk
memecahkan berbagai persoalan dalam ekonomi. Pendekatan yang
sering digunakanadalahpendekatanelemenstokastik dandinamika non-
linier, misalnya model-model magnetisasi dalam memahami gerak
fluktuasi pasar modal, model-model prediksi gempa bumi dalam
memahami ambruknya pasar modal, model transisi fasa dalam
memahami sifat distribusi yang tak normal seperti halnya distribusi
pendapatan, dansebagainya.
Mengapa ekonofisika memiliki arti penting dalamperkembangan analisis
ekonomi? Setidaknya terdapat dua hal untuk menjawab pertanyaan ini.
Yang , dalamperkembangankontemporer fisika, pengembangan
model matematika tentang kompleksitas oleh fisikawan penerima Nobel,
Murray Gell-Mann dan dan teori informasi yang dikembangkan Claude
Shannon telah memberikan pembagian minimal dua level deskripsi
analitik, level makro dan level mikro. Berbagai indikator terukur dalam
fisika seperti suhu, tekanan, fasa zat, dan sebagainya merupakan
makrokosmos yang muncul secara tak linier dari interaksi mikrokosmos
seperti halnya atom, molekul, dan sebagainya. Observasi, simulasi, dan
kalkulasi fisika harus memuaskan kedua hal ini. Meski tak mudah, telah
ditemui banyak sekali terobosan-terobosan ilmu fisika yang berupaya
memberikankontribusi untukpermasalahanini.
Sekarang coba kita lihat fenomena ekonomi. Ekonom terbiasa melihat
indikator ekonomi seperti indeks saham-saham, laju pertumbuhan
tenaga kerja, pergerakan harga-harga komoditas mulai dari pasar global
hingga pasar tradisional, inflasi, pendapatan rata-rata penduduk, tak
ubahnya fisikawan klasik memandang besaran fisika seperti temperatur,
tekanan gas, dan sebagainya. Pembagian makrokosmos dan
mikrokosmos yang saling bertautan meski tak linier jarang menjadi
fokus perhatian. Jelas sekali, pergerakan harga ataupun berbagai besaran
ekonomi apapun merupakan hasil interaksi mikrokosmik antarmanusia.
Segala besaran yang menjadi indikator ekonomi dan sosial berasal dari
bagaimana satu individu memandang masalah, memilih pilihan yang
menguntungkannyasecaraterbatas, danseterusnya.
Dalamhal ini dan analisis berikutnya, ekonofisika memberikan kontribusi
bagaimana memandang sistem agregat dan mikrostruktur secara
komprehensif, sebuah medan yang sering terlupakan pada ekonomi
konvensional maupun sebelumnya. Sekalipuntentu
ditemui masalah besar pada analisis fisika yang ingin menerangkan
hubungan mikro-makrokosmos dengan fokus partikel elementernya
berupa atomatau molekul. Begitu juga dengan kerja ekonomyang harus
berurusandenganmanusiasebagai agenelementernya. Padatitik ini, kita
dapat mengetahui bahwa bagaimana manusia mengakuisisi informasi,
pertama
financial engineering
Suasana di lantai bursa di
Bursa Efek Jakarta.
0-3-24
jelas jauh lebih rumit daripada partikel atau molekul yang memiliki
derajat kebebasan yang relatif sangat terbatas. Namun setidaknya, di
sini ekonomi menjadi bergerak selangkah lebih maju. Ekonomi
konvensional biasanya berkutat dengan angka-angka indikator
agregat jika tidak berkutat dengan pendekatan kualitatif tak terukur
yang berusaha menghubungkan faktor psikologis manusia dengan
kondisi ekonomi secara global. Dalam ekonofisika, hal ini coba
dijembatani melalui pendekatan yang karena pola terukur dan sifat
metodenya yang peka terhadap dinamika tak linier. Ia menjadikan
analisis ekonomi yang lebih akurat, tempat di mana berbagai
kebijakandapat disandarkanpadanya.
Hal yang menjadikan ekonofisika mampu memberikan
kontribusi dalam ekonomi adalah bahwa model-model yang secara
matematis rumit ini pada bidang aslinya, fisika, miskin dengan data.
Seringkali satu eksperimen fisika harus menunggu waktu bertahun-
tahun untuk dapat menghasilkan data yang cukup layak untuk
menguji berbagai teori dan metodologi. Hal ini berlawanan dengan
situasi pada sistem ekonomi. Dalam sistem ekonomi, khususnya
ekonomi keuangan dan investasi, dalam tiap detik dapat terjadi
ratusan bahkan ribuan transaksi yang menyimpan data. Data-data
yang sedemikian banyak jumlahnya ini seringkali kurang diperhatikan
oleh karena sedikitnya perangkat metodologi ekonomi keuangan
klasik yang mampu mengekstrak informasi di dalamnya. Pendekatan
ekonofisika jelas mengatasi hal ini. Pendekatan ekonofisika
menyediakan seribu satu macam metodologi untuk mengekstrak
informasi yang terkandung dalam data-data ekonomi dan keuangan
tersebut. Denganmemahami seluas mungkinekstraksi informasi yang
terkandung dalam data, maka berbagai kebijakan ekonomi yang
bersandar padanyatentuakanlebihdapat dipertanggungjawabkan.
Kedua alasan inilah yang menjadi titik tolak kita dalam melihat,
seberapa jauh ekonofisika dapat memberikan kontribusinya pada
perekonomian nasional kita saat ini. Kita mengetahui bahwa solusi
dan permasalahan ekonomi konvensional seringkali kurang
memperhatikan kondisi mikro-makrokosmos sebagaimana
diterangkan di atas, atau seandainya pun ia memperhatikan level
mikro-makro-nya, pendekatannya akancenderung kualitatif sehingga
cenderung kurang terukur dan sulit untuk diverifikasi. Seringkali
kebuntuan intelektual ini diakhiri dengan pengambilan keputusan
yang bersumber dari perdebatan yang berkenaan dengan ideologi
ekonomi klasik. Menurut ekonomAustralia yang juga seorang penulis
yang dikenal karena usahanya dalam menyingkap berbagai teori
ekonomi konvensional yang justru seringkali menjadi landasan resep
IMF dan World Bank dalam mengatasi problem ekonomi berbagai
negara pasca krisis, lewat buku internasional-nya
(1997) , Steve Keen, hal ini merupakan entri
poin mengapa ekonofisika memberikan arti penting dalam ekonomi,
lebih khusus lagi, dalam penyusunan kebijakan ekonomi nasional
kedua
best-seller
Debunking Economics
Transaksi Perdagangan di
Pasar Terapung.
0-3-25
sebuahnegara.
Jika ekonofisika sebagai sebuah perangkat sains dan teknologi dapat
memberikan penajaman dalam memandang berbagai permasalahan
ekonomi, lalu riset ekonofisika dapat memberikan analisis yang lebih baik
dalam mengasah kebijakan ekonomi yang lebih komprehensif tanpa
terpaku pada berbagai teori dan ideologi ekonomi tradisional, maka
peluang ekonofisika dalam mengatasi permasalahan ekonomi di negeri
kita tentu menjadi semakin besar. Harga yang mesti dibayar melalui
penyusunan kebijakan dan analisis melalui ekonofisika memang agak
mahal, yakni penggunaan berbagai metodologi non-linier yang
cenderung lebih rumit secara matematis. Namun harga ini menjadi
pantas, sebab hasil pendekatan ekonofisika adalah kebijakan ekonomi
dan keuangan yang lebih komprehensif dalam memperbaiki keadaan
ekonomi kita saat ini. Selain itu, mengingat permasalahan ekonomi kita
yang telah cukup kronis, dan bahwa pendekatan konvensional bahkan
secara teoretis sulit untuk memberikan solusi yang komprehensif, oleh
karena itu, tak ada salahnya jika peluang ekonofisika sebagai solusi
alternatif menjadi semakin besar. Akhirnya, kita mungkin akan teringat
ungkapan novelis non-fiksi kenamaan, Arthur C. Clarke
Dengan memahami apa yang menjadi dasar-dasar ekonofisika dan
ekonometri dan sejarah ekonometri modern, maka pertanyaan di atas
pada dasarnya menjadi aneh dan terasa janggal. Ekonofisika merupakan
sebuah tren sains terkini yang mendasarkan diri pada interdisiplinaritas
dengan tujuan ingin mempertajam ilmu ekonomi konvensional melalui
berbagai pemahaman, model, ataupun teori yang secara matematis dan
komputasional sangat mutakhir, yang cenderung tidak mampu direngkuh
olehekonometri konvensional ataupun tradisional.
Ekonometri pada umumnya bersandar pada teori, mazhab, ideologi,
ataupun hipotesis yang dibangun dalam diskursus ekonomi. Terdapat
situasi saintifik yang tak dapat dielakkan bahwa ekonomi konvensional
lebih cenderung membangun model baru kemudian mencari pola
aproksimasinya dengan kondisi empiris. Hal inilah yang kita ketahui
menjadi sumber utama kegagalan berbagai teori ekonometri klasik yaitu
upaya penyelidikan yang seringkali mendasarkan diri pada misalnya,
normalitas data (kecocokan data ekonomi dan keuangan terhadap
distribusi Gaussian), kegagalan perhitungan secara klasik di
mana digunakan pendekatan varian-kovarian, kegagalan teori CAPM
( ) dalam optimisasi portofolio investasi,
bahkan lebih jauh lagi juga diduga menjadi alasan kegagalan berbagai
regulasi ekonomi dan keuangan di banyak negara dunia ketiga pasca krisis
akhir abadke-20.
Hal ini berkebalikan dengan cara kerja sains yang diwarisi dari metode
all sufficiently
advancedscience&technology is indistinguishablefrommagic.
financial engineering
Value at Risk
capital asset pricing model
0.3.5.2. MemilihEkonofisikadibandingEkonometri?
0-3-26
ilmiah dalam ilmu alam yang lebih cenderung mengutamakan observasi
dan analisis empirik, baru kemudian berbicara tentang model analitik.
Ekonofisika sebagaimana dinyatakan pencetusnya, H. E. Stanley (2000),
lebih berusaha mengekstrak informasi dari data empirik, baru kemudian
berbicaratentangmodel analitik.
Beberapa contoh penting, misalnya adalah pendekatan MA (
) dalam pendekatan konvensional untuk melihat tren gerak data
yang memandang fluktuasi harga-harga saham sebagai bentuk data
dengan variansi tetap dan rata-rata berubah. Nobel Ekonomi 2003, nobel
ekonomi pertama yang diserahkan pada ekonom yang berlatar belakang
fisika, R. Engle (2003) untuk jasanya pada pendekatan yang memodelkan
fluktuasi harga ekonomi dan keuangan sebagai bentuk data yang juga
berubah variansinya (volatilitasnya) merupakan sebuah bukti bahwa
ekonofisika mempertajam analisis ekonometri konvensional. Kenyataan
ini tentu dapat membantu perkembangan ekonometri menjadi lebih baik
dan akurat melalui penggunaan berbagai model statistika non-
parametrikseperti .
Berbagai temuan dalam analisis data-data keuangan meliputi sifat
distribusi data, dan sebagainya, yang berasal dari analisis mekanika
statistik, menumbuhkan kegairahan dalam ekonofisika. Dari sini,
penelitian ekonofisika senantiasa terus berkembang dengan pendekatan
fisika statistik untuk mengekstrak informasi dari data-data yang
sedemikian banyaknya dan melakukan simulasi komputasional dengan
inspirasi dari model-model fisika dan komputasi. Di sini menjadi jelas titik
terang yang diberikan oleh pendekatan ekonofisika dalam evolusi
keilmuan ekonometri. Dan dari sini, jelas pula kita sadari bahwa
ekonometri danekonofisikamenjadi takperludipertentangkanlagi: masa
depan ekonometri kontemporer berada pada kolaborasi aktif antara
merekayangberlatar belakangekonometri danpadaekonofisikawan.
Moving
Average
neural network
0-3-27
Kita mungkin ingat tentang Garis Wallace, yaitu suatu garis maya yang
terbentang di sepanjang selat Makasar, yang menandai perbedaan
spesies antara pulau-pulau di sebelah timur garis tersebut, yang lebih
dekat dengan spesies yang ada di Australia dan sebelah baratnya, yang
dekat dengan spesies yang ada di Asia. Nama Wallace sendiri diambil
dari nama ilmuwan alam asal Inggris yang mengusulkan garis tersebut
padatahun1860, yaituAlfredRussel Wallace.
Adanya garis tersebut seakan menjadi sebuah bukti betapa
beranekaragamnya kekayaan hayati bangsa ini. Variasi yang tentunya
merupakan kekayaan yang begitu berharga, khususnya bagi ilmu
pengetahuan. Hal inilah yang kemudian memberikan inspirasi bagi
Wallace, tidak hanya sebatas mengusulkan garis Wallace, melainkan
juga untuk memformulasikan dasar dari teori evolusi melalui seleksi
alam, suatu teori yang juga dilontarkan oleh Charles Robert Darwin.
Kedua orang yang bekerja secara terpisah ini memberikan suatu
paradigma baru yang serupa tentang bagaimana mekanisme biologis
dari perubahan spesies yang menghasilkan variasi yang ada saat ini.
Menurut mereka, spesies berubah dan perubahannya tersebut akan
senantiasa berhadapan dengan tekanan dan kondisi lingkungan
tertentu. Alam merupakan kekuatan yang menseleksi perubahan mana
yang dapat beradaptasi dan kemudian bertahan, dan mana yang tidak
bertahan. Sifat-sifat dan karakteristik yang menguntungkan akan
diturunkan pada generasi selanjutnya, yang juga akan mempunyai
peluang untuk berubah membentuk variasi baru yang juga ikut
terseleksi. Begitu seterusnya sehingga apa yang bisa kita lihat dari
variasi yang ada sekarang merupakan hasil dari perubahan gradual dan
akumulatif dari generasi yangsimplehinggayangkompleks.
0.4. Evolusi: Biologi-nya
Sistem Sosial
0.4.1. Sekilas Tentang Teori Evolusi
Gambar 0.4.1.
Garis Wallace di antara Pulau Sulawesi
dan Kalimantan.
...Saya harus memulai dengan bentuk
fakta yang baik dan bukan dari prinsip-
prinsip (yang mesti dicurigai sebagai
bentuk kesalahan) lalu melakukan
deduksi sebagaimana kau inginkan.
Isi surat
kepada J. Fiske
Charles Darwin (1809-1882)
0-4-1
Teori evolusi sendiri pada dasarnya sudah lahir sejak lama, beberapa
ilmuwan sebelumnya yang juga ikut berkontribusi pada teori ini
diantaranya adalah Jean Baptiste Lamarck (1974) dan Geoffroy St.
Hilaire (1830). Lamarck mengusulkan mekanisme penurunan
karakteristik yang diperoleh oleh suatu makhluk hidup, untuk
menjelaskan adanya proses evolusi organisme dari sederhana menuju
yang lebih kompleks. Spesies cenderung beradaptasi dengan
lingkungannya dan berkembang melalui tidak-nya organ
tertentu dari spesies tersebut. Contoh sederhananya kijang, awalnya
tidak bertanduk, namun menumbuhkan tanduknya untuk bertahan dari
serangan pemangsanya. Sementara Hilaire menyatakan bahwa proses
tersebut tidaklah kontinu, dimana variasi terjadi karena adanya
karakteristik yang didapat dari induk sebelumnya. Ia sendiri tidak
memperkuat teori ini denganbeberapacontohmekanismenya.
Berbeda dengan Lamarck, Darwin melihat bahwa variasi bukanlah hasil
dari proses adaptasi, melainkankarenaadanyaperbedaankapasitas dari
spesies untuk beradaptasi. Spesies dengan kapasitas beradaptasi
denganlingkungannyaadalahspesies yangakanbertahandankemudian
mempunyai banyak keturunan. Variasi terjadi karena adanya suatu
perubahan yang bersifat random dan juga seleksi alam. Lebih jelas
mengenai perbedaankeduanyadapat dilihat sebagai berikut:
digunakan/
Lamarck adalah biolog yang
menyumbangkan konsep adaptasi
dalam biosfir kita.
Jean Baptiste Lamarck
Tabel 0.4.1.
Perbedaan Darwin dan Lamarck.
Seorang pastor yang juga berpraktik
sebagai biolog dengan berbagai
percobaan yang menunjukkan pola
hereditas dalam reproduksi makhluk
hidup.
Gregor Mendel (1822-1884)
Beberapa fakta dan temuan selanjutnya, menunjukkan bahwa Teori
evolusi melalui seleksi alam lebih diterima dibandingkan teori Lamarck.
Walaupun demikian, baik Darwin maupun Wallace sendiri masih
menyisakan pertanyaan, terutama tentang bagaimana mekanisme
penurunansifat ataukarakter dari satugenerasi kegenerasi selanjutnya.
Mekanisme penurunan sifat dan faktor apa yang menentukan sifat suatu
organisme mulai menemukan jawabannya dengan penemuan Mendel.
Percobaan yang dilakukannya cukup sederhana, ia hanya mengawin
silangkan 2 jenis tanaman yang berbeda sifatnya terus menerus. Ilustrasi
sederhananya: bayangkan kita mempunyai 2 tanaman anggrek bunga
0-4-2
nasional Indonesia, yang satu berwarna merah sedangkan satunya lagi
berwarna putih. Ketika dikawinkan ia akan menghasilkan anggrek
berwarna merah dan tidak ada yang berwarna putih. Hasil perkawinan
kedua, adalah mengawinkan sesama anggrek hasil perkawinan pertama.
Yang menarik dari hasil perkawinan ini, rata-rata dari empat hasil
perkawinan didapati satu buah anggrek berwarna putih. Dari percobaan
ini Mendel merumuskan beberapa konsep yang nantinya menjadi dasar
dari konsepgenetikamodern, yaitukonsepgendominandanresesif.
Gambar 0.4.2.
Ilustrasi percobaan Mendel tentang
perkawinan silang.
Dalam kasus bunga anggrek di atas, bisa dikatakan bahwa dalam setiap
anggrek akan memiliki dua jenis gen, ketika salah satunya dominan maka
sifat dari gen dominan itulah yang muncul. Untuk kasus anggrek tersebut,
gen warna merah merupakan gen yang dominan dan gen putih adalah
genresesif. Katakanlahgenmerahtersebut kita simbolkandengan , dan
gen putih disimbolkan dengan . Pada generasi pertama anggrek merah
mempunyai gen dananggrek putihadalah , bisadikatakanbahwa
generasi kedua akan mempunyai gen , yang tentunya akan berwarna
merah, karena sifat gen (warna merah) mendominasi sifat (warna
putih). Mendel juga menjadi peletak konsep gen sebagai faktor yang
menentukan sifat suatu organisme. Selain itu, hal yang perlu dicatat
adalah Mendel merupakan orang pertama yang mendemontrasikan
perbedaan antara genotip sebagai faktor penentu sifat, dan fenotip
sebagai sifat yangmuncul dari suatu genotiptertentu.
Namunpertanyaanseputar apa hubunganmekanismegendalamproses
seleksi alam dan bagaimana variasi tertentu bisa muncul dan
membrojol dari hasil seleksi alam masih belum terjawab. Hingga
akhirnya ditemukan DNA sebagai unit informasi terkecil yang menyusun
gendanmenjadi faktor penentusifat dari organismedanketurunannya.
Penemuan DNA memberikan titik terang mengenai bagaimana
mekanisme evolusi dari suatu organisme. Penemuan DNA yang
berkembang di biomolekular dan biokimia menjadi semacam
pengembangan secara mikroskopis dari pengamatan makroskopis
Darwin dan juga Mendel. Gen pada dasarnya merupakan untai DNA
sebagai unit informasi terkecil yang bisa terekspresikan menjadi
M
m
MM mm
Mm
M m
0-4-3
Gambar 0.4.3.
Bentuk heliks ganda dari struktur DNA.
fenotipnya, yaitu enzim, protein RNA dan lain sebagainya. Gen tersusun
atas , atau alternatif gen tertentu, yang akan menentukan adanya
variasi dalamspesies. Mutasi gen terjadi karena adanya perubahan untai
DNA yang pada akhirnya mengubah sifat dari fenotip suatu spesies.
Spesies yang mempunyai sifat atau karakteristik yang cocok dengan
lingkungannya akan bertahan, memproduksi banyak keturunan dan
menurunkan (mentransmisikan) sifatnya tersebut ke generasi
selanjutnyamelalui proses pengkopiangen(replikasi).
Alam bekerja sedemikian menakjubkan. Ketakjuban yang kemudian
terwujud dalam berbagai macam ekspresi, seperti nyanyian, tarian
bahkan hingga ilmu pengetahuan. Dari alam juga sejak lama manusia
mengambil manfaat dengan berbagai cara termasuk meniru proses-
proses yang ada di alam, untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya. Cara bangau berjalan di rawa menjadi inspirasi bagi seorang
ahli konstruksi Indonesia Ir. Sedijatmo untuk menciptakan fondasi cakar
ayam; suatu rancangan fondasi berserat untuk kondisi tanah yang tak
stabil seperti rawa.
Begitu juga dengan pemahaman tentang evolusi genetika, hal ini juga
merupakan salah satu proses alam yang memberikan inspirasi untuk
dimanfaatkan dalam menyelesaikan permasalahan dalam bidang lain.
Bagaimana proses evolusi begitu efektif dalam menciptakan makhluk
hidup yang senantiasa lebih cocok dan adaptif dari generasi sebelumnya.
Inilah yang kemudian menginspirasi algoritma genetika, yang bisa dilihat
sebagai urutan proses evolusi genetika yang diimplementasikan secara
komputasional atau dilakukan secara , yang ditemukan oleh John
Hollanddankawan-kawanpadadekade70-an.
Dalam studi genetika kita mengenal istilah kromosom sebagai cetak
biru suatu organisme. Kromosom sendiri tersusun atas banyak gen, di
mana masing-masing gen mempunyai sejumlah gen alternatif yang
alel
in silico
AlgoritmaGenetika 0.4.2.
0-4-4
disebut . Bayangkankromosomadalahdesainteknis suatumobil yang
memuat informasi atas banyak bagian, mulai dari jenis mesin, jenis
kerangka, hingga warna mobil itu sebagai gennya. Jika diasumsikan
bahwa masing-masing bagian hanya terdapat 2 jenis pilihan (seperti
halnya dalamgen), maka desain mobil bisa diwakili dengan untai bit-
bit biner, di mana nilai biner mewakili jenis pilihan mesin, kerangka,
hingga warna. Pemodelanseperti ini juga yang dilakukandalamalgoritma
genetika, yaitu dengan merepresentasikan kromosom sebagai bit-bit
biner yangmewakili gendannilai .
Seperti terlihat pada gambar 0.4.4., algoritma genetika bekerja seperti
halnya evolusi genetika. Kumpulan spesies, dimodelkan sebagai populasi
bit-bit biner dari kromosomnya. Spesies akan mempunyai kapabilitas
untuk beradaptasi, yang dalamgenetik algoritma hal ini diwakili oleh nilai
kecocokkan dari masing-masing bit-bit biner. Nilai inilah yang
menentukan apakah ia akan terseleksi dan bertahan pada generasi
selanjutnya. Bit-bit biner yang terseleksi akan mengalami perubahan,
berupa mutasi dan , yang dianalogikansebagai perubahanacak
dari nilai biner dan pindah silang antara biner pada dua untai tertentu,
untuk menghasilkan generasi baru. Demikian seterusnya, hingga didapat
populasi kromosomyangmempunyai tingkat kecocokkanpalingtinggi.
alel
alel
alel
crossover
Gambar 0.4.4.
Bagan algoritma genetika.
Dalamperkembangan selanjutnya, algoritma genetika banyak digunakan
untuk menyelesaikan masalah optimasi dalambidang-bidang lain. Hal ini
dapat kita lakukan dengan cara mengkodekan solusi yang mungkin dari
sebuah permasalahan ke dalambit-bit dengan nilai tertentu, lalu mencari
solusi yang paling optimal dengan menerapkan prinsip algoritma
evolusioner tersebut. Misalnya, masalah transportasi di Indonesia. Kita
ketahui bahwa transportasi senantiasa berhadapan dengan jaringan
transportasi yangmenghubungkanbegitubanyak tempat di tanahair, dan
0-4-5
melibatkan banyak moda angkutan mulai dari darat, laut, hingga udara.
Seandainya kita memiliki matriks asal dan tujuan ( )
seperti terlihat pada gambar 0.4.5., lalu diminta merekomendasikan
pembangunan yang paling optimal, dalam arti telah
mengikutsertakan perhitungan biaya dan manfaat, maka moda angkutan
apa yang dibangun terlebih dahulu? Pada dasarnya kita bisa
merepresentasikan matriks keterhubungan tersebut dalamsuatu sekuen
bit tertentu, di mana nilai bit (0,1,2) merupakan pilihan alternatif
transportasi yang dibangun, apakahdarat (0), laut (1) atauudara(2). Untai
dari bit-bit dengan nilai tertentu akan mempunyai level biaya dan
manfaat tertentu. Tentunya kita dihadapkan pada bagaimana mencari
konfigurasi untai bit yang memberikan tingkat manfaat paling tinggi
dengan biaya yang serendah mungkin. Pada titik ini, kita bisa
menggunakan algoritma genetika untuk membantu mencari konfigurasi
palingoptimal dari semuaalternatif kemungkinan.
origin-destination
moda angkut
Gambar 0.4.5.
Contoh kemungkinan perencanaan
transportasi di Indonesia dan
pencarian solusi optimum dengan
algoritma genetika.
Tentu saja permasalahan di atas hanya sekadar contoh kecil. Pada
kenyataannya kita tentu saja dihadapkan pada banyak daerah, dengan
batasan kebutuhan, biaya, dan manfaat yang bervariasi. Namun
setidaknya, kita bisa melihat bahwa pada dasarnya algoritma genetika
merupakan salah satu model yang bekerja berdasarkan prinsip evolusi
yang bisa dimanfaatkan dalam beberapa permasalahan termasuk
masalahoptimisasi.
Berbicara tentang evolusi manusia, kita tidak cukup berbicara mengenai
evolusi biologis saja. Manusia bukan hanya makhluk biologis, tetapi juga
sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia mengalami evolusi lain, yaitu
evolusi kultur atau budaya. Manusia mempunyai tata cara hidup,
kebiasaan, norma serta aspek-aspek kultural lainnya yang senantiasa
berubah dan menjadi kompleks dari waktu ke waktu. Prasasti Kutai, Batu
Tulis yang ditemukan di Sungai Cisadane Bogor, Candi Prambanan, Candi
Memetika 0.4.3.
0-4-6
Borobudur, hingga Monumen Nasional merupakan peninggalan artefak
manusia yang menjadi jejak bagaimana kultur masyarakat Indonesia
senantiasa berevolusi dari waktu ke waktu bahkan hingga hari ini. Suatu
bentuk evolusi lain yang menjadikannya sebagai makhluk hidup yang
palingdominandanadaptif terhadaplingkungannyasaat ini.
Pertanyaannya apakah prinsip-prinsip dalam evolusi hayati juga berlaku
dalam evolusi kultur atau sosial? Perdebatan ini mencuat tatkala Dawkin
pada tahun 1989, dalambukunya The Selfish Gene, melontarkan suatu
konsep evolusi memetika untuk menjelaskan bagaimana evolusi kultur
dapat dijelaskan dengan cara pandang Darwinian. Dawkin menyebutkan
bahwa merupakansuatuunit informasi yang tersimpandi otak dan
menjadi unit replikator dalam evolusi kultur manusia. dapat
berupa ide, gaya berpakaian, tata cara ibadah, norma dan aspek kultur
lainnya. dapat bereplikasi sendiri dan bermutasi dalam sistem
kultural manusia. Artinya, ia berperilaku dan memiliki karakter
menyerupai gen dalam sistem biologis. Konsep yang dilontarkan
Dawkin mengundang banyak perdebatan di kalangan biolog dan
sosiolog, terlebih karena ia sendiri tidak memberikan penjelasan yang
cukup gamblang mengenai bagaimana mekanisme unit informasi dalam
otak dalammengontrol perilaku manusia. Pada akhirnya, kultur manusia
adalah representasi mekanisme replikasi serta transmisi dari itu
sendiri. Hal ini juga yang menjadikan definisi dalam
perkembangannya, menjadi begitu banyak dan seakan tidak menemukan
titiktemusatusamalain.
Terkait dengan konsep evolusi (dalam hal ini evolusi genetika), hal yang
cukupdiperdebatkanadalahtentang transmisi danreplikasi dalam
sistem sosial. Mengingat dalam teori evolusi sendiri disyaratkan adanya
unit replikasi dan transmisi yang memungkinkan suatu kultur atau sifat
kultural tertentuditurunkandari satuindividukeindividulain. Bagaimana
sebagai unit informasi terkecil memungkinkan adanya perubahan
karakteristik kultur atau elemen kultur tertentu melalui suatu perubahan
yang bersifat acak? Bagaimana proses seleksi yang memungkinkan
adanya akumulasi dari karakteristik atau sifat tertentu dari kultur
manusia? Bagaimana kebiasan bersilaturahmi di hari raya Idul Fitri, bisa
diturunkan dari satu individu ke anaknya untuk kemudian menjadi tradisi
masyarakat tertentu? Lalu, bagaimana silaturahmi ini menjadi tradisi
meme
Meme
Meme
meme
meme
meme,
meme
meme
Gambar 0.4.6.
Artifak arsitektural: Borobudur,
Prambanan. Monas, dan
Gambar 0.4.7.
Tradisi Mudik Lebaran.
0-4-7
mudik saat lebaran yang tentunya bukan hanya sekedar silaturahmi tapi
jugamemuat unsur liburan.
Beberapa ilmuwan biologi dan sosilogi berusaha untuk menjawab
perdebatan tersebut. Susan Blackmore, salah seorang biolog yang juga
aktif mengusung konsepmemetika dalamanalisis kultur, mengatakanjika
mekanisme replikasi dan transmisi meme terjadi melalui proses imitasi.
Namun konsep imitasi ini pun tak lepas dari perdebatan, terutama jika
dikaitkan dengan konsep fenotip dan genotip. Dalam genetika suatu
fenotip (karakteristik fisik) bisa berubah dikarenakan adanya perubahan
genotip, namun tidak sebaliknya. Perubahan fenotip (yang biasanya
terjadi karena adaptasi) tidak serta merta merubah genotip seseorang.
Jika meme adalah suatu genotip dari suatu fenotip kultur tertentu,
seperti ide, gaya berpakaian, aspek-aspek keagamaan, tata cara hidup,
dan lain sebagainya, maka proses imitasi bisa dikatakan sebagai suatu
proses replikasi dan transmisi melalui fenotipnya suatu proses evolusi
yang dikenal sebagai konsep evolusi Lamarckian dimana evolusi terjadi
karena adaptasi, bukan mutasi random dan seleksi alam. Atau dengan
kata lain evolusi kultur bukanlah evolusi Darwinian, yang pada akhirnya,
bisa dikatakan bukan evolusi sama sekali. Namun disisi lain, pada
kenyataannyaevolusi kultur sendiri terjadi bahkanhinggasaat ini, dimana
sistem kultural manusia berubah, membrojolkan kultur baru yang
berbeda dari sebelumnya dari waktu ke waktu. Gaya berpakaian anak
muda Indonesia tahun 70-an tentu berbeda dengan gaya berpakaian
anak muda saat ini, begitu juga gaya rambut, musik, tarian, bahkan
hingga cara mereka bersikap dan berinteraksi dengan individu lainnya,
termasukdenganlawanjenis.
Gambar 0.4.8.
Tarian Merak dari tanah Pajajaran.
Harus kita sadari bahwa meme sendiri lahir sebagai suatu konsep yang
berupaya memandang manusia sebagai makhluk berbudaya dan sosial,
sehingga tentunya kita tidak bisa memisahkan konsep ini dari kajian
sosiologi dankultur. Manusiamengenal ide, keindahandanpengetahuan,
seni, norma dan kerjasama yang membuatnya berbeda dengan
organisme lainnya. Kita tidak bisa memandang meme bekerja seutuhnya
0-4-8
seperti mekanisme evolusi genetika dalam evolusi biologi, karena jika
terjadi hanyalah akan mengundang begitu banyak pertanyaan? Tentu
orang akan bertanya dimanakah letak meme? Mana bukti fisik yang
menunjukkan keberadaan dalam manusia? Benarkah ia berada di
dalam kepala manusia? Bagaimana ia dapat diturunkan? Bagaimana
mekanismepenurunansifat kultur antar danintragenerasi?
Pertanyaan seputar kedinamisan budaya manusia seakan tidak pernah
berhenti. Untuk itu, memetika harus dipandang sebagai analisis alternatif
yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena evolusi kultural,
sehingga kita tidak bisa mengasumsikan sebagai unit informasi
terkecil dari evolusi kultural atau sosial secara umum, layaknya gen dalam
evolusi biologi, melainkan sebagai unit informasi terkecil yang dapat kita
gunakanuntukmenjelaskanfenemonasosial tertentudi masyarakat.
Agar dapat memodelkan evolusi kultural dari sudut pandang memetika,
kita harus menyadari bahwa pada dasarnya kultur merupakan suatu
sistem bertingkat yang didalamnya mengandung berbagai elemen-
elemen kultur tertentu yang senantiasa berubah secara dinamik.
Perubahan ini terjadi karena adanya dinamika dalam masyarakat itu
sendiri baik melalui proses asimilasi, akulturasi, komunikasi maupun
interaksi antar individu. Fenomena evolusi kultural bisa kita lihat sebagai
pola dinamik, dimana elemen kultur tersebut tidak hanya menyebar dan
bertransmisi dari satu individu ke individu lain, melainkan juga berubah
secara dinamik selama proses transmisi berlangsung. bisa
dipandang sebagai sebuah unit yang paling kecil dari kultur, seperti not
musik atau cara menggunakan sepatu, hingga bagian yang lebih besar
seperti nasionalisme atau agama. Melalui cara pandang ini, memetika,
pada hakikatnya, merupakan suatu alat analisis yang dapat menjelaskan
fenomena dalam sistem kultur dan aspek-aspek kultural seperti,
diseminasi dan propagasi, hingga evolusi kultur itu sendiri. Memetika
juga dapat kita pahami sebagai sebuah mekanisme transmisi objek
kultural atau sistem bertransmisi dari satu orang ke yang lainnya dalam
perspektif virus akal budi. Sebagai contoh: penyebaranpenggunaanjilbab
dikalangan putri muslim. Penggunaan jilbab kemudian tidak hanya
menjadi semacam kewajiban dalam menjalankan agama, tetapi juga
berkembangmenjadi gayaberpakaiantersendiri dalammasyarakat.
meme
meme
Meme
Gambar 0.4.9.
Kultur dipandang dari berbagai ruang
lingkup deskripsi.
Dari paparan di atas kita bisa melihat bahwa sistem kultural merupakan
sistem yang tersusun atas sebagai unit informasi terkecil yang meme
0-4-9
kemudian membrojolkan pola tertentu dari kultur tersebut dari waktu ke
waktu. Selain itu, evolusi kultur membahas tentang bagaimana sebuah
objek kultural atau sistem tertentu dapat bertransmisi, dan menyebar
serta berubah secara dinamik. merupakan unit informasi terkecil,
yang bisa kita gunakan dalam menjelaskan proses evolusi. Ia bisa
berpropagasi dari satu individu ke individu lainnya melalui proses
interaksi dan imitasi. Propagasi meme dalam hal ini bisa terjadi secara
horizontal, yaitu dari individu ke individu lain dalam satu generasi atau
secara vertikal, yaitu antar individu dalam generasi yang berbeda (orang
tua ke anaknya). Kebiasaan mencuci tangan sebelummakan, atau berdoa
sebelumtidur, bisaberpropagasi dari ibukeanaknyaataudari tetanggake
tetangga yang lainnya. Hal inilah yang tentunya membuat evolusi kultur
berjalanlebihcepat daripadaevolusi biologis dalamsistemhayati.
Untuk lebih memahami bagaimana memetika dapat digunakan untuk
menganalisis evolusi dari sistem kultural, Situngkir membuat suatu
formalisasi dari konsep memetika di atas ke dalam suatu proses
algoritmik yang dapat di simulasikan secara komputasional. Kultur dalam
hal ini bisa kita lihat sebagai sebuah institusi kultural yang tersusun atas
elemen-elemen kultural. Secara praktis, kultur sendiri umumnya dapat
dipandang sebagai kultur utama, kemudian kultur tandingan dan juga
subkultur. Sebagai contoh, seperti terlihat dalamdiagramvenn di gambar
0.4.9., kita bisa melihat bahwa sistem kultural masyarakat Jawa saat ini
merupakan hasil interaksi antara 3 ruang lingkup budaya: Islam, Jawa
KunodanKejawen.
Meme
Gambar 0.4.10.
Memepleks tersusun atas meme-
meme.
Dalam sudut pandang memetika, kultur dipandang sebagai suatu
kumpulan meme atau memepleks, dimana dalam setiap meme akan
mempunyai alomeme atau alternatif sifat kultural tertentu yang bersifat
mutual ekslusif (analogdengankonsepgendanalel).
Evolusi terjadi akibat perubahan dari meme-meme tersebut melalui
interaksi antar individu dalam sistem kultur. Di sini tentunya perlu kita
ingat bahwa interaksi antar individulah yang memainkan peranan dalam
dinamika kultur serta evolusinya, yang secara algoritmik terjadi sebagai
berikut:
1. Dalam setiap waktunya akan terdapat populasi inividu dengan
memepleks tertentu.
0-4-10
2. Masing-masing memepleks akan memiliki tingkat kecocokkan
tertentu.
3. Interaksi antar individu akan memungkinkan adanya transmisi
(replikasi) memepleks, baik secara horizontal, dimana
memepleks yang lebih cocok akan tereplikasi, maupun secara
vertikal (pengkopian memepleks dari individu baru). Di sisi lain
individujugabisamati.
4. Selama proses transmisi, masing-masing memepleks bisa
mengalami mutasi berupaperubahannilai alomeme-nya.
Yang menarik proses iteratif dari algoritma memetika di atas mampu
menunjukkan bagaimana diseminasi suatu kultur (kultur utama, kultur
tandingan dan sub-kultur) dan evolusinya dari waktu ke waktu, seperti
terlihat pada gambar 0.4.11. Walaupun baru sebatas simulasi
komputasional, namun yang menarik di sini adalah bagaimana memetika
sendiri bisa digunakan sebagai perangkat analisis kuantitatif dalam
analisis kultur.
0.4.4. Catatan
Teori evolusi memang cukup kontroversial dan mengundang banyak
perdebatan hingga saat ini. Namun di tengah perdebatan tersebut, teori
evolusi sendiri terbukti mampu memberikan penjelasan mengenai
banyak fenomena di alam, termasuk ekplanasi teoritis dari evolusi kultur
manusia. Kultur masyarakat Indonesia yang begitu beragam, seberagam
kekayaan hayatinya, merupakan aset yang tak ternilai harganya, dan
tentunya menunggu hasil pemikiran yang kreatif untuk bisa menjelaskan
banyak fenomena di dalamnya. Pendekatan evolusioner diharapkan akan
memperkaya kita dengan alat analisis alternatif dalammemahami sistem
sosial kita. Pemahaman yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi
perkembanganmasyarakat Indonesiadi kemudianhari.
Gambar 0.4.11.
Dinamika populasi kultur.
0-4-11
WIYATAMANDALA
Ini adalah bab satu sekaligus juga dapat dilihat sebagai
bagian implementatif dari buku ini. Intinya
adalah bagaimana cara pandang kita diubah dengan
menggunakan berbagai perangkat kompleksitas
sehi ngga ki ta memperol eh perspekti f yang
komprehensif atas siapa kita, dan bagaimana posisi kita
di tengah-tengah masyarakat duni a, dengan
memperhatikan potensi sekaligus beberapa kelemahan
yang memang perlu kita perbaiki. Dalam hal ini, kita
mengingat konsep Wawasan Nusantara, sebagai cara
pandang bangsa Indonesia terhadap dirinya sendiri,
sebagai sebuah kesatuan yang utuh dari seluruh aspek
kehidupanhumanioradankemasyarakatan.
Babad Tanah Air diuraikan dalam visi Wawasan
Nusantara dalam perspektif kompleksitas dengan
memperhatikan evolusi kontrak sosial, representasi
kompleks tentang konsepnegaradanwawasanevaluatif
atas bagaimana kita berdemokrasi, bagaimana entitas
masyarakat Indonesia disusun dalam sudut pandang
demograf i s dan abst raksi tentang gagasan
Keindonesiaansecaraumum.
Hal ini penting dengan adanya arahan bahwa manusia
secara individual pada dasarnya selalu berada pada
kondisi kritikal mengatur dirinya sendiri (
) hidupdanberkembang.
Babad Tanah Air dalam buku ini menjadi jembatan kita
melihat Indonesiadalamperspektif kompleksitas.
pertama
self organized
criticallity
Wawasan Nusantara dalam
Perspektif Kompleksitas
Bab 1
1.1. SebuahKeindonesiaanBaru
1.1.1. Indonesia, SebuahPerjalanan
Memahami Indonesia tentu saja tidak dapat dipisahkan dari upaya
refleksi episode awal terbentuknya negara ini yang dapat disimak dalam
babak sidang BPUPKI tahun1945. Soekarno, Hatta, M. Yamin, H. Agus
Salim, dan yang lainnya, walaupun memiliki perbedaan latar belakang
pendidikan dan pengalaman, memiliki sebuah irisan pemikiran yang
sama, yaitu menolak paham individualisme barat. Bapak bangsa kita
memandang paham individualisme adalah sumber dari kolonialisme,
imperialisme, dankapitalisme.
Paham individualisme barat tersebut dilatarbelakangi oleh sejarah
pemerintahan Negara-negara Eropa dengan kekuasaan aristokrasi
dan/atau raj a yang sangat domi nan, bahkan seri ngkal i
mempersonifikasi diri sebagai negara ( ). Untuk itu
sejumlah intelektual eropa pasca , seperti Thomas Hobbes,
John Locke, Jean Jacques Rousseau, Herbert Spencer, dan H.J. Laski,
menyatakan bahwa hak individu adalah nilai luhur yang harus dijunjung
tinggi oleh entitas, yang berisi kumpulan individu sadar, bernama
negara. Secara teoretis, negara ialah masyarakat hukum yang disusun
atas dasar kontrak antara seluruh individu dalam masyarakat (
).
Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Indonesia memiliki keragaman
suku, agama, bahasa, dan ras yang luar biasa. Heterogenitas ini dengan
sendirinya membutuhkan perekat yang dapat mempersatukan rakyat
dalam wadah kenegaraan yang sama. Bapak bangsa kita menekankan
bahwa pemersatu tersebut berada pada nilai kekeluargaan. Namun,
interpretasi nilai kekeluargaan sangat beragam. Bung Karno
menginterpretasikan kekeluargaan sebagai semangat gotong royong.
Bung Hatta menitikberatkan kekeluargaan pada semangat tolong-
menolong antar sesama. Prof. Soepomo memahami kekeluargaan
sebagai kesatuan jiwa pemimpin dengan rakyatnya. Dapat kita lihat
bahwa pada satu sisi mereka dapat menangkap karakter umum rakyat
Indonesia, tapi di sisi lain mereka seolah kurang menjelaskan penyebab
munculnya nilai tersebut. Ada kesan gamang yang muncul ketika kita
mengamati perbedaanupayainterpretasi nilai kekeluargaantersebut.
Akhirnya, pergulatan intelektual tersebut merumuskan norma-norma
yang diharapkan senantiasa hadir dalam kehidupan rakyat Indonesia
M.
Kalau kita mencari demokrasi, hendaknya bukan demokrasi barat,
tetapi permusyawaratan yang memberi hidup,
yakni yang mampu mendatangkan
kesejahteraan sosial
(pidato Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945)
politiek-ecomische democratie
letat cest moi
renaissance
social
contract
Jika tiap-tiap orang Indonesia yang 70
juta ini lebih dulu harus merdeka di
dalam hatinya, sebelum kita dapat
mencapai , saya
ulangi lagi, sampai lebur kiamat kita
belum dapat Indonesia merdeka.
pidato Ir. Soekarno dalam sidang
BPUPKI, 1 Juni 1945
political independence

1-1-1
yang menganut nilai kekeluargaan. Rumusan ini terangkum dalam
Pancasila. Asas inilah yang menjadi dasar negara Indonesia yang
.
Setelah kemerdekaan resmi diraih, babak baru sejarah negara Indonesia
pun dimulai. Dalam perjalanannya selama lebih dari enam puluh tahun
merdeka memori kolektif kita mengingat pergantiankekuasaandari satu
rezim ke rezim berikutnya yang terkadang disertai dengan perombakan
sistem ketatanegaraan. Salah satu babak penting dalam sejarah
pemerintahankitayaituOrdeBaru(1966-1998).
Era kepemimpinanSoehartomenandai proses regenerasi pemerintahan
dari periode sebelumnya, era . Secara terbuka, Presiden
Soeharto menegaskan posisi pemerintahannya berada pada jalur yang
konsisten dengan pengamalan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Namun, sebagaimana yang kita ketahui, Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 seringkali justru dijadikan alat untuk
mempertahankan kekuasaan. Doktrinasi Pedoman Penghayatan dan
PengamalanPancasila (P4) merupakansalahsatubentuk praktis praktek
tersebut. Pada masa Orde Baru tindakan seseorang/kelompok yang
berseberangan dengan kebijakan pemerintah tidak akan ditoleransi,
bahkan kalau perlu pelaku diberi stigma negatif dan diberantas habis.
Lalu, sikap kritis yang mengomentari jalannya pemerintahan ditutup-
tutupi. Bahkan jika dianggap membahayakan, pelakunya dapat
dijebloskan ke penjara dengan tuduhan anti pembangunan. Hal yang
menarik adalah praktek politik stabilitas, yang cenderung represif, yang
dijalankan Soeharto berdampak negatif. Ia secara tidak sadar telah
menciptakan bara dalam sekam akan disintegrasi bangsa. Ini adalah
sebuahwarisanyangharus kitaselesaikan.
Politik tangan besi dengan sisipan doktrin Pancasila termodifikasi ala
Soeharto, yang berpusat di Jakarta, dengan sendirinya memunculkan
tentangan dari daerah. Ketidakproporsionalan eksploitasi kekayaan
sumber daya alam dan perimbangan keuangan pusat dan daerah
seringkali menjadi pemicu tumbuhnya rasa ketidakadilan. Ada
pemikiran yang berkembang di sejumlah daerah bahwa satu-satunya
jalan yang dapat mengakhiri kemunduran ini adalah dengan mengatur
sendiri daerahnya, terpisah dari kekuasaan Jakarta, yaitu dengan
mendirikan negara merdeka. Upaya disintegrasi fisik dengan faktor
pendorong internal tersebut ditemukan dalamGerakan Aceh Merdeka,
Republik Maluku Selatan, Organisasi Papua Merdeka, dan lain
sebagainya. Pupusnya rasa satu keluarga dalam bangsa merdeka
Indonesiaterasasangat menyentuhdalambait berikut:
merdeka
founding father
1.1.2. AncamanDisintegrasi Fisik
Tidak peduli siapa saja yang
mengganggu stabilitas, akan saya
gebuk.
Komentar Soeharto dalam keterangan
pers sepulang dari Moskow, Rusia,
25 Desember 1991.

Saya selalu bertanya kepada Tuhan, dalam pikiran dan doa-doa saya setiap hari.
Mengapa Tuhan menciptakan gunung-gunung batu dan salju yang indah itu di daerah
Amungme? Freeport, ABRI, Pemerintah dan orang luar datang mengambilnya,
1-1-2
sementara kami menderita. Ditekan, dibunuh tanpa alasan. Sungguh, saya benar-benar
marah pada Tuhan, mengapa Dia menempatkan segala gunung indah dan barang
tambang itu di sini.
(Narkime Tuwarek, Tetua Suku Amungme, dalam Merana Di Tengah Kelimpahan)
1.1.3. IndonesiakuIndonesiamu:
SebuahDisintegrasi Laten
Ancaman disintegrasi fisik jelas berbahaya bagi keutuhan Republik
Indonesia. Terlepas dari cara penanggulangannya, yang jelas pada
disintegrasi fisik ditemukan tujuan yang pasti dan terukur yaitu merdeka.
Namun bagaimana dengan individu-individu yang sama sekali tidak
berhasrat untuk memisahkan diri dari Republik Indonesia bahkan
mengakui kemerdekaan Indonesia beserta konsekuensinya sebagai
warga negara tapi di dalam benak dan tindakannya berperilaku tidak
merdeka?
Bentuk inilah yang disebut dengan disintegrasi laten yang dalam hal ini
bersifat khusus karena, , tidak ditemui pada era kepemimpinan
, , diduga berpotensi memiliki kekuatan disintegrasi
yang lebih besar daripada disintegrasi fisik, dan , terjadi berulang-
ulang (intensitas tinggi). Bukti-bukti disintegrasi laten hadir secara detil
dalamkehidupankitasehari-hari.
Bukti ketidakpercayaan kepada lembaga negara dan hukum dapat kita
jumpai misalnya, pada peristiwa pengeroyokan warga korban pencurian
yang menolak menyerahkan tersangka pencuri kepada pihak kepolisian
dengan alasan ketidakpuasan penyelesaian kasus pencurian di lembaga
tersebut.
Bukti ketidakpercayaan kepada sistem pendidikan adalah misalnya,
ketika kita secara sadar atau dengan dorongan faktor eksternal termasuk
orang tua, memutuskanuntuk menempuhjalur pendidikandi luar negeri.
Secara khusus, jenis ketidakpercayaan ini memiliki efek turunan
tersendiri misalnya, ketidakpercayaan kita pada kompetensi dokter dan
pelayanan kesehatan di Indonesia, apresiasi berlebihan tanpa disertai uji
kelayakan yang ketat kepada lulusan kita yang kebetulan memperoleh
ijazahdari luar negeri, ataulebihparahlagi, penghargaanberlebihanyang
memihakpadaras tertentumisalnya, kaukasia.
Bukti tidak dimilikinya rasa satu keluarga adalah misalnya, pada peristiwa
pengrusakan fasilitas publik (pemotongan rel kereta api secara sengaja,
pengrusakan jalan, jembatan, telepon umum, dan sebaginya) di daerah
tertentu, kebrutalan tanpa sebab pasti dari fenomena tawuran siswa.
Pada bagian lain, hal ini terefleksikan pada kecurigaan berlebihan dan
perasaantidaknyamanberadadi lingkunganheterogen, yangtidakjarang
berakhir pada upaya pengeksklusifan suatu ras, agama, atau kelompok
dengan yang lain. Sangat mungkin upaya ini menimbulkan gesekan yang
berakumulasi padakonfliksosial.
pertama
founding father kedua
ketiga
1-1-3
Bukti ketidakpercayaan pada sistem ekonomi dapat berupa misalnya,
ketika seseorang lebih merasa aman berinvesasi di luar negeri atau lebih
mempercayakanuangnyadisimpandalambentukmatauangasing.
Inilah pola disintegrasi baru yang bercampur dengan darah kita. Bahkan,
fakta disintegrasi laten dirasakan terlalu banyak untuk diuraikan satu
persatu dalam buku ini. Begitu halusnya pola disintegrasi ini sampai kita
dibuat tidak sadar bahwa, sebenarnya, kita sedang menggerogoti
keutuhan negara tempat kita tinggal. Fenomena-fenomena tersebut
menujukkan bahwa semangat keindonesiaan kita begitu rapuh. Kita
seringkali memandang Indonesia secara individualistis, hanya dari sudut
pandang suku, agama, kelompok dan kepentingan pribadi semata.
IndonesiakudanIndonesiamubelumtentusatu.
Mengapa setelah puluhan tahun merdeka kita justru semakin hari
semakin menjauh? Kemana hilangnya perekat yang pernah membawa
Rakyat Indonesia yang heterogen ini, pada puncak komitmennya untuk
merdeka? Fenomena ini tentu saja tidak dapat kita pisahkan dengan cara
pandang kita terhadap perekat itu sendiri. Atau dalam terminologi
kita adalah bagaimana rasa kekeluargaan dan nilai
persatuantersebut muncul?
Cara pandang kita terhadap persatuan Indonesia saat ini tentu tidak
dapat dipisahkan dari proses doktrinasi Soeharto, yang telahberlangsung
selama lebih dari 30 tahun. Hal ini cukup masuk akal jika kita kaitkan
dengan kesadaran Soeharto bahwa sebuah negara membutuhkan dasar
persatuan yang kuat untuk terus berdiri. Proses doktrinasi kemudian
menjadi alat pemerintahan Orde Baru dalam mentransfer hasil
terjemahan-ulang sejarah. Misalnya, Sumpah Pemuda, Proklamasi,
peristiwa terbentuknya konstitusi UUD 1945, dan sejarah berdirinya
bangsa ini, secara eksplisit dipandang sebagai sebuah perekat absolut.
Setiap tahun kita merayakan peristiwa bersejarah lengkap dengan
petuah-petuah tentang kebesaran para pejuang dan
dalammerebut kemerdekaan. Namun, setiap tahun pula kita merayakan
seremoni tersebut dengan kaku, kering, dan lepas dari akar kesejarahan
tentang mengapa hal tersebut terjadi. Satu-satunya bekal pengetahuan
umum kita untuk memaknainya bersumber dari interpretasi-ulang
sejarah oleh Soeharto. Akibatnya, kita tergiring untuk memikirkan bahwa
nilai perjuangan keindonesiaan sudah final. Kita bersatu karena perasaan
senasib sepenanggungan sebagai sesama wilayah kolonialisasi. Jika hari
ini kitabersatu, itukarenapendahulukitatelahbersatusebelumnya.
Pola pikir semacam inilah yang secara tidak sadar telah menjerumuskan
kita pada pola berfikir individualisme barat, di mana telah disadari para
kita sebagai peluntur esensi keindonesiaan. Dalam
konteks bangsa Indonesia yang secara alami memiliki tingkat pluralitas
1.1.4. TantangankeDepan
founding father
founding father
founding father
1-1-4
tinggi, kebutuhan terhadap adanya perekat kebangsaan menjadi luar
biasa penting. Dari deskripsi di atas jelas terlihat bahwa kemunculan
disintegrasi fisik dan laten disebabkan oleh cara pandang kita yang keliru
dalammemaknai kemerdekaan. Namun tentu saja, hal ini bukan semata-
mata akibat kesalahan interpretasi Presiden Soeharto atas sejarah
kemerdekaan semata. Kita semua ikut bertanggung jawab terhadap
lunturnyasemangat keindonesiaansaat ini.
Dengan demikian, tantangan kita saat ini adalah mencari cara pandang
baru keindonesiaan. Kita, sebagai generasi penerus kemerdekaan
Indonesia, memiliki kewajiban untuk menjawab tantangan tersebut. Kita
tidak bisa hanya menunggu. Jawaban itu hanya akan didapatkan dengan
kerjakeras.
Untuk itu, sains adalah satu-satunya jalan. Dalam menangkap esensi
kemerdekaan agar dapat disusun ke dalam sebuah perspektif yang
memandang Indonesia secara lebih baik, kita membutuhkan metodologi
ilmiah yang dapat mendeskripsikan masalah dan mengekstrak
pengetahuan dari sistem sosial masyarakat Indonesia. Pada bagian
berikutnya kita akan sama-sama belajar apa saja alat bantu yang kita
butuhkanuntukmenjawabpermasalahanini.
Perspektif baru muncul dari perkembangan yang terjadi di teori
permainan ( ), yang merupakan model matematika untuk
menjelaskan fenomena konflik dan kerja sama dari interaksi antar
individu. Salahsatudeskripsi populer teori ini adalahdilema tahananatau
(PD). Berikut ini adalahsalahsatucontohPD.
...seperti digambarkan oleh musik tradisional, kalian selalu menunggu pemimpin yang
akan membawa ke kejayaan, bukannya tiap orang yang mengatakan bahwa dialah
pemimpin yang membawa kepada kejayaan itu
(Pramoedya Ananta Toer, dalam dialog roman Bumi Manusia)
1.1.5. Teori Permainan
game theory
prisoners dilemma
Gambar 1.1.1.
Ilustrasi rencana pembangunan PLTA
(pembangkit listrik tenaga air) di Desa
Atas dan Desa Bawah.
Misalkan, ada sebuah sungai yang melewati dua buah desa, yaitu Desa
Atas dan Desa Bawah. Desa Bawah memiliki potensi untuk dibangun
1-1-5
sebuah pembangkit listrik tenaga air. Namun, pembangkit listrik tenaga
air (PLTA) tersebut hanya dapat diwujudkan jika penduduk Desa Atas,
yang berada di hulu sungai, tidak menghentikan aliran sungai ke Desa
Bawah. Kemudian arus listrik yang diperoleh rencananya akan dijual ke
Desa Atas karena kapasitasnya berlebih jika hanya digunakan oleh warga
di Desa Bawah. Ilustrasi rencana pembangunan PLTA yang terjadi dapat
dilihat di gambar 1.1.1.
Setiap desa memiliki 2 buah pilihan yaitu bekerja sama atau koperatif
( ) dan tidak bekerja sama atau defektif ( ). Jika keduanya
bekerja sama maka akan dicapai negosiasi yang menguntungkan kedua
belahpihak. Desa Bawahmemperolehsewa air denganharga yang murah
dan Desa Atas menerima listrik dengan tarif yang wajar. Kedua desa
memperoleh ganjaran (keuntungan) yang sama, misalnya kita sebut saja
sama-sama 8. Jika Desa Atas koperatif dan Desa Bawah defektif maka
akan tercapai hasil perundingan akan berat sebelah. Tarif air akan murah
dan harga listrik akan sangat mahal. Kondisi yang terjadi sebaliknya jika
Desa Atas defektif dan Desa Bawah koperatif. Pihak yang dirugikan akan
memperoleh ganjaran -1 dan pihak yang diuntungkan akan memperoleh
nilai 10. Jika keduanya sama-sama defektif maka pembangunan PLTA
dibatalkan. Kedua desa sama-sama memperoleh ganjaran nol. Matriks
keluarandanganjaranyangdiperolehdapat dilihat di gambar 1.1.2.
cooperate defect
Gambar 1.1.2.
Matriks keluaran dan ganjaran yang
diperoleh pada kasus pembangunan
PLTA di Desa Atas dan Desa Bawah.
Apa yang terjadi jika setiap desa mementingkan dirinya sendiri? Dari
kondisi koperatifkoperatif, Desa Atas (atau Desa Bawah) berusaha
defektif, agar ganjaran yang diperolehnya meningkat dari 8 menjadi 10.
Namun, desa lainnya tentu saja tidak akan tinggal diam. Sangat masuk
akal bahwa ia akan berpikir: lebih baik hancur sama-sama dari pada
beradadi pihak yangdirugikankarenaganjarannyaakanmeningkat dari -1
menjadi 0. Dalam kasus ini, kondisi defektif-defektif akan menjadi titik
penarik kondisi-kondisi lainnya (gambar 1.1.3.) Pada kasus tersebut,
kondisi defektif-defektif ini disebut sebagai dengan Ekuilibrium Nash,
atau sebuah pilihan dimana pemain-pemain di dalamnya (yaitu pada
contoh tersebut adalah desa) tidak merubah lagi pilihannya. Dari sini
dapat kita simpulkan bahwa, jika setiap desa mementingkan dirinya
sendiri maka akan terjadi kondisi defektif-defektif atau dengan kata lain
pembangunan PLTA akan dibatalkan. Dalam permainan tersebut terjadi
1-1-6
dilema. Ketika pemain-pemain di dalamnya hanya mementingkan dirinya
sendiri, maka mereka tidak akan memperoleh apapun (0+0=0). Jika
merekatidak mementingkandiri sendiri danmemilihuntuk bekerjasama,
maka keduanya akan mendapatkan tarif listrik dan tarif air yang murah
(8+8=16).
Gambar 1.1.3.
Arah kecenderungan sistem di kasus
pembangunan PLTA di Desa Atas dan
Desa Bawah.
Dari contoh di atas, kita dapat melihat bahwa jika setiap orang
mementingkan sendiri maka akan terjadi kondisi defektif-defektif, yang
akan merugikan keduanya. Dalam hubungan ini, kita seolah-olah
dihadapkan pada dua kubu yang berseberangan yaitu sifat
mementingkansendiri dankonflik di satusisi dansifat baik dankerjasama
di sisi lainnya. Lalu benarkah demikian? Apakah sifat mementingkan
sendiri semata-mata kontraproduktif dengan kerja sama? Mungkin
seringkali kita akan dengan cepat memberikan jawaban: Ya. Tetapi,
benarkah demikian? Dapatkah kerja sama muncul dari dua orang yang
egois?
Penyelesaian studi kasus di atas kita lakukan dengan mengangap
hubungan antar desa berlangsung hanya satu putaran saja. Bagaimana
seandainya kedua desa bermain lebih dari satu putaran? Misalnya, kedua
desa telah terlibat proyek pengelolaan hutan bersama dua tahun
sebelumnya, kemudian satu tahun yang lalu mereka terlibat kerja sama
pengadaan sarana angkutan pedesaan, lalu proyek PLTA tahun ini, dan
rencana pendirian Puskemas di perbatasan desa tahun depan. Dalam
kasus hubungan yang berlangsung lebih dari satu kali ini, kita dapat
menggunakan model (IPD), atau model PD
yangdiulangbeberapaputaran.
Dalam IPD, setiap pemain akan mengevaluasi ganjaran yang
didapatkannya pada putaran sebelumnya. Hasil ini akan mempengaruhi
keputusan agen di putaran selanjutnya. Jika pada putaran (tahun)
sebelumnya Desa Atas merasa dirugikan oleh Desa Bawah karena harus
membayar proyek pengadaan sarana angkutan terlalu mahal (Desa Atas
koperatif dan Desa Bawah defektif) maka tentu saja hal ini akan
berpengaruh terhadap pilihan tindakan mereka di proyek pembangunan
PLTA. Dari sini kita dapat melihat perbedaan sifat kedua model yaitu
model PDbersifat statikdanmodel IPDbersifat dinamik.
1.1.6. n-IPD
iterated prisoners dilema
1-1-7
Namun pada kenyataanya, terkadang kerja sama dan konflik yang terjadi
tidak hanya bersifat dinamik, tetapi juga melibatkan lebih dari satu
pemain. Konflik Aceh misalnya, ia tidak hanya melibatkan GAM dan
pemerintah pusat saja, tetapi juga TNI, Brimob, Pemda Aceh, Pemda
Sumatera Utara, warga di Aceh Utara, Warga di Aceh Selatan, serta
berbagai pihak lain yang berkepentingan. Untuk itu, model IPD dapat
dikembangkanlagi menjadi 3, 4, 5, ataubahkan pemain(n-IPD).
pemain tersebut memiliki 2 opsi, sebagaimana PD, yaitu koperatif atau
defektif. Ganjaran yang diperoleh seorang pemain akan dipengaruhi
jumlah pemain lain yang memilih koperatif dan jenis opsi yang dipilih
pemain, sebagaimana dapat kita lihat pada gambar 1.1.4. Semakin
banyak pemainyangmemilihkoperatif, makaganjaranbagi setiappemain
akan meningkat. Namun secara umum, ganjaran bagi pemain yang
defektif selalulebihbesar daripadapemainyangkoperatif.
n
n
Gambar 1.1.4.
Grafik ganjaran dalam n-IPD untuk
masing-masing agen.
Sekarang mari kita bayangkan misalnya di proyek pembangunan PLTA di
Desa Bawah dikerjakan secara swadaya. Semakin banyak orang yang
bekerja (koperatif) maka pekerjaan menjadi semakin cepat diselesaikan.
Warga yang malas (defektif) akan memperoleh ganjaran yang lebih besar
karena mereka akan mendapatkan listrik tanpa bekerja sama sekali.
Namun, jikabanyak orangyangmalas jadwal pengerjaanPLTAakanmolor.
Dalam permainan satu putaran, pilihan rasional bagi masing-masing
pemain adalah defektif. Namun, akibatnya mereka masing-masing akan
memperoleh ganjaran yang lebih kecil dibandingkan jika mereka
semuanya ikut bergotong-royong. Fenomena ini disebut
.
Namun, jika permainandijalankandenganditambahsifat belajar pemain-
pemain di level mikro maka hasilnya akan berbeda. Analisis
komputasional yang dilakukan oleh Robert Axelrod menemukan bahwa
strategi yang terbaik yang bisa didapatkan dalam permainan dilema
tahananyang diulang adalah . Prinsipstrategi ini sederhana: jika
orang lain berbuat jahat kepadamu (defektif) maka balaslah dengan
perbuatan jahat dan jika orang lain berbuat baik kepadamu (koperatif)
maka balaslah dengan perbuatan baik juga. Jika setiap orang
menggunakan strategi ini, apa yang terjadi di desa tersebut? Pak Effendi
selakuwarga Desa Bawahakanmenyadari bahwa jika ia malas bergotong-
royong hari itu maka tetangganya juga akan ikut bermalas-malasan
tragedy of the
common
tit-for-tat
1-1-8
keesokan harinya. Demikian juga tetangganya. Akibatnya, seluruh warga
Desa Bawah akan ikut bergotong-royong. Dari sini Axelrod menunjukkan
bahwa pada dasarnya kerja sama dapat muncul dari sejumlah individu
yangegois.
Dari diskusi di atas, kita dapat melihat bahwa pada dasarnya kontrak
sosial dapat muncul tanpa adanya kesepakatanawal. Kontrak sosial dapat
membrojol akibat adanya interaksi dan proses evolusi dari kumpulan
individuyangegois.
Evolusi kontrak sosial di Indonesia sangat unik, jika dibandingkan dengan
negara-negara lain. Hal ini disebabkan heterogenitas yang tinggi dalam
bangsa Indonesia, mulai dari perbedaan historis-antropologis, linguistik,
demografis, historis-psikologi, dan sebagainya. Persatuan dan kesatuan
nasional di Indonesia penting dipandang sebagai buahdari kontrak sosial.
Proklamasi, pengesahan konstitusi, pembentukan birokrasi pemerintah
dan pengakuan internasional adalah sebuah momen implisit
terbentuknyakontraksosial Indonesiasebagai sebuahbangsa.
Namuntentusaja, kontrak sosial akandiikuti dengandinamika kehidupan
bernegara pada masa-masa berikutnya. Disintegrasi fisik dan disintegrasi
laten, yang telah kita bahas di atas, adalah bagian dari dinamika
kehidupan bernegara yang harus dijawab, demi keutuhan negara
Indonesia di masa mendatang. Permasalahan ini akan kita kaji dengan
mengkonstruksi model dinamikevolusi kontraksosial di Indonesia.
1.1.7. Evolusi KontrakSosial Di Indonesia
Gambar 1.1.5.
Deskripsi evolusi dinamik kontrak
sosial di Indonesia: mulai dari
terbentuknya kontrak sosial hingga
perkembangan lanjut evolutifnya.
Berikut penjelasan model tersebut. Pada setiap waktu, sejumlah delegasi
dari berbagai daerah memilih sebuah opsi. Nilai ganjaran yang diperoleh
sebanding dengan banyaknya delegasi yang memiliki opsi tersebut dan
beberapa faktor terkait lainya, seperti: pembagian ekonomi. Pada saat
terjadi konvergensi opsi (delegasi memilih opsi yang sama) maka akan
terbentuk sebuah pemerintahan bersama atau dengan kata lain terjadi
kontrak sosial. Dengan adanya kontrak sosial maka akan terbentuk
pemerintahan yang bertugas menjaga keutuhan kontrak sosial, salah
satunya dengan melakukan pembagian ekonomi secara adil. Besar
pembagian ekonomi akan mempengaruhi bobot opsi dari setiap delegasi
di waktu berikutnya. Pada sebuah titik ambang tertentu, pembagian
ekonomi yang dilakukan dapat menimbulkan kekecewaan bagi sejumlah
1-1-9
delegasi tertentu. Sehingga, ada peluang ia berpindah opsi. Fenomena ini
dapat menimbulkan kemungkinan runtuhnya kontrak sosial. Proses
dinamik yang ada kita modelkan dengan menggunakan algoritma
genetika, sebagaimana telah dibahas di bagian sebelumnya. Dari sini
kemudiandilakukanproses simulasi komputasional.
Simulasi terhadap konstruksi algoritma genetika yang disusun di atas
berupaya menggambarkan terciptanya kontrak sosial serta evolusi
dinamik sesudah terbentuknya kontrak sosial tersebut. Pada percobaan
pertamaterdapat beberapawarnayang dipiliholehparadelegasi. Namun
di sini, kita memasukkan faktor dorongan senasib sebagai wilayah jajahan
Belanda pada masa itu. Secara cepat diperoleh situasi stabil evolusioner.
Semuadelegasi akanmenyepakati kontrak sosial yangdicanangkandalam
proklamasi 17Agustus 1945. Hal ini dapat dilihat di gambar 1.1.6. (kiri).
Gambar 1.1.6.
Hasil simulasi yang dilakukan. Faktor
senasib sebagai jajahan Belanda pada
masa itu secara cepat akan
mendorong semua delegasi untuk
menyepakati kontrak sosial berdirinya
negara Indonesia (grafik berwarna
hitam di gambar kiri). Pada percobaan
kedua (kanan) pemerintah pusat tidak
tanggap terhadap kericuhan, terlihat
bahwa delegasi yang mendukung NKRI
(hitam) kalah banyak dengan pihak
separatis (biru).
Pada percobaan ini, kita akan mencoba untuk mengambarkan bagaimana
kontrak sosial tersebut berevolusi dinamik dengan memunculkan
tantangan terhadap kontrak sosial yang telah ada. Di sini kita
menggunakan bentuk ketidakpuasan yang terkait atas pembagian
eksploitasi sumber daya alam daerah oleh birokrasi pusat, di gambar
1.1.6. (kanan) terlihat bahwa jika pemerintah pusat tidak melakukan
antisipasi apapun terhadap kericuhan ( ) yang terjadi maka
kontrak sosial akan runtuh dengan cepat. Dari sini dapat kita
interpretasikan bahwa jika birokrasi pusat tidak tanggap maka akan
terjadi separatismeataudisintegrasi fisik.
social restless
Tentu saja hal ini tidak realistis. Pemerintah pusat pasti melakukan
berbagai antisipasi dengan memberikan tambahan nilai ganjaran bagi
delegasi-delegasi dari daerah yang termarjinalkan secara ekonomi. Jika
pemerintah pusat melakukan antisipasi yang cukup besar maka kontrak
sosial akanbertahan. Jikapemerintahpusat tidak sigapmakaseparatisme
perlahan-lahan akan muncul. Hasil simulasi ini divisualisasikan di gambar
1.1.7.
Gambar 1.1.7.
Pemerintah pusat menangani
kericuhan sosial secara serius (kiri),
akibatnya pemerintah pusat akan
tetap dominan (grafik hitam lebih
besar dari grafik lainnya). Dalam
simulasi lainnya (kanan) ditunjukan
bahwa jika pemerintah pusat tidak
sigap maka perlahan-lahan akan
muncul separatisme. Grafik warna
hitam tidak lagi dominan
dibandingkan dengan warna biru.
1-1-10
Dari simulasi tersebut, kita ketahui bahwa upaya antisipasi pemerintah
pusat terhadap keresahan sosial yang terjadi sangat penting dalamupaya
mencegah separatisme. Eksperimen ini juga menunjukkan bahwa
antisipasi yang dilakukan haruslah tepat. Alasan ekonomi juga harus
diantisipasi secaraekonomi pula.
Selain upaya antisipasi keresahan sosial, faktor lain yang juga memiliki
peranan penting dalam menyusun persatuan bangsa adalah cakrawala
Keindonesiaan warga negara. Pada saat kelompok masyarakat memiliki
cakrawala yang sangat pendek mereka akan cenderung bersifat defektif.
Sebaliknya, pada saat kelompok masyarakat memiliki cakrawala
Keindonesiaan yang sangat panjang mereka akan cenderung bersifat
koperatif. Hal ini dapat kitalihat di gambar 1.1.8.
Gambar 1.1.8.
Hasil simulasi hibrid n-IPD dan
algoritma genetika pada saat
cakrawala agen sama dengan 1 (atas)
dan saat cakrawala agen sama dengan
8 (bawah). Terlihat bahwa semakin
panjang cakrawala agen maka jumlah
agen yang kooperatif akan meningkat.
Fenomena ini banyak kita jumpai sehari-hari. Misalnya, jika Anda tahu ke
depan harus bekerja sama dengan teman Anda, tentu saja kita akan
cenderung koperatif dengannya sekarang. Tetapi, jika kita baru saja
berkenalan dengan seseorang dan kita pikir hanya akan bertemu
dengannya sekali ini saja maka kita tidak ragu-ragu untuk defektif
kepadanya. Hal ini juga dapat menjelaskan mengapa seorang preman
lebih suka menodong orang yang tidak dikenal tapi tidak demikian halnya
kepada orang yang telah lama dikenal. Salah satu penyebabnya adalah si
preman tahu bahwa ia memiliki peluang yang besar untuk bertemu orang
tersebut keesokanharinya.
Disintegrasi fisik dan disintegrasi laten adalah tantangan bangsa
Indonesia ke depan. Untuk dapat menjawab tantangan tersebut generasi
saat ini harus mampu menjawab sejumlah teka-teki yang ditinggalkan
olehpara kita. Apakahitunilai-nilai yang dapat mencegah
disintegrasi Indonesia, baik secara fisik maupun secara laten? Apakah itu
1.1.8. Perspektif Memandang
IndonesiaKeDepan
foundingfather
1-1-11
kontraksosial barubangsaIndonesia?
Dari diskusi di atas telah ditunjukkan bahwa kontrak sosial berevolusi
secara dinamik. Kontrak sosial dapat terbentuk dan runtuh menurut
waktu. Ketidakmerataan ekonomi merupakan salah satu faktor yang
dapat mengancam keutuhan kontrak sosial bangsa Indonesia. Hal ini
menuntut antisipasi serius dari pemerintah pusat. Antisipasi ini harus
dilakukan secara tepat, ketidakpuasan ekonomi harus diselesaikan
dengan antisipasi ekonomi pula, yaitu dengan mengurangi kesenjangan
pembangunan. Upaya antisipasi serius tersebut adalah salah satu solusi
dalammenjawabtantangandisintegrasi fisik.
Namun di sisi lain, kita juga perlu mengantisipasi ancaman disintegrasi
laten. Fenomena ini terjadi secara mikro. Ada banyak individuyang secara
fisik mengakui keutuhan Indonesia, namun secara sadar maupun tidak
sadar ia turut merongrong kedaulatan Republik ini. Fenomena ini adalah
sebuahbentuk disintegrasi yang tidak kita sadari. Hal ini tentutidak dapat
kitabiarkanbegitusaja.
Dari diskusi n-IPD di atas kita ketahui bahwa pada dasarnya kerja sama
dapat muncul dari interaksi individu-individu yang bersifat egois. Kerja
sama tersebut terjadi karena warga negara, yang pada dasarnya bersifat
egois, memiliki cakrawala Keindonesiaan yang sangat panjang. Selain itu,
mereka harus diberikan kesadaran bahwa di kemudian hari mereka tidak
dapat hidup secara terpisah dengan penduduk Indonesia di wilayah
lainnya. Warga Aceh harus tahu persis bahwa mereka membutuhkan
pendidikan dan sumber daya manusia profesional dari pulau Jawa,
memerlukanproteksi keuangandari Bank Indonesia, sertamembutuhkan
batu-bara dari Sumatera Selatan. Mereka harus tahu persis bahaya apa
yang mengancamjika merdeka, mulai dari ancamanperpecahandi dalam
warga Aceh sendiri, korupsi birokrasi, cengkraman perusahaan
multinasional, serta upaya eksplorasi dari negara tetangga. Demikianjuga
dengan warga di Pulau Jawa. Mereka juga harus menyadari bahwa
aktivitas ekonomi yang ada di Pulau Jawa saat ini, tidak dapat kita
pisahkan dengan kontribusi daerah-daerah lainnya. Warga Aceh, Maluku,
Papua, Jawa dan wilayah-wilayah lainnya harus sadar bahwa mereka
saling membutuhkan satu sama lain, dalam menghadapi tantangan
perjuanganyangadadi depan.
Dengan kata lain, paham kebangsaan yang hanya disandarkan pada
romantika sejarah semata, harus kita tinggalkan. Dalam menghadapi
tantangan globalisasi ke depan, Bangsa
Indonesia harus mengkonstruksi sebuah
Wawasan Nusantara baru yaitu sebuah
perspektif kebangsaan yang tidak hanya
menoleh ke belakang, melainkan sebuah
paradigmayangmelihat kedepan. Sejarah
berdirinya bangsa ini hanyalah sebuah
wahana refleksi, bukan satu-satunya
sumber pemersatu, apalagi dijadikan
1-1-12
Rujukan:
Situngkir, Hokky dan Hariadi, Yun. (2003). Evolusi Kontrak Sosial di Indonesia :
CatatanAwal. WorkingPaper WPJ2003. BandungFeInstitute.
Situngkir, Hokky dan Hariadi, Yun. (2003). Dinamika Evolusioner Kontrak Sosial di
Indonesia. WorkingPaper WPK2003. BandungFeInstitute.
materi praktek doktrinasi. Wawasan Nusantara baru tersebut haruslah
mampu memberikan kesadaran bahwa semua elemen bangsa ini saling
membutuhkan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kesadaran
tersebut perlu kita tumbuhkan bersama-sama, guna mewujudkan cita-
cita kemerdekaan sebagai sebuah jembatan emas menuju rakyat
Indonesiayangadil, makmur dansejahtera.
Kemerdekaan Indonesia adalah jembatan emas di mana di ujungnya
kita sempurnakan tatanan kehidupan rakyat Indonesia.
(pidato Ir. Soekarno dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945)

1-1-13
1.2. Demokrasi dan
Sistem Kendali Dinamis
Kemerdekaan adalah jembatan emas menuju kesempurnaan
tatanan kehidupan rakyat Indonesia. Enam puluh dua tahun
sudah kita merdeka. Namun, upaya mencari kesempurnaan
tatanan kenegaraan harus terus kita perjuangkan guna
mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera.
Intelektual dan cendekiawan di seluruh nusantara tak henti-
hentinya membicarakan hal ini. Sepanjang tahun 2007 isu
amademen konstitusi kembali menghangat ke permukaan.
Salah satunya adalah tarik menarik kepentingan antara
Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah
mengenai perubahan pasal 22 Undang-Undang Dasar 1945.
Amandemen konstitusi merupakan salah satu topik terhangat
dalam dunia perpolitikan, mulai dari zaman Montesquieu,
era , hingga masa kini. Adakah perangkat
analisis baru yang mampu berbicara di tengah problematika
tersebut? Di bagian ini, penulis menawarkan solusi
menggunakan metode kendali dinamis.
founding father
1-2-1
Respon sistem pemerintahan secara
umum untuk koefisien yang
berubah-ubah.
yudikatif
Respon ketika nilai , yaitu fungsi
umpan balik arbitrasi sistem, berubah-
ubah. Semakin kuat subsistem ini,
maka sistem akan semakin teredam
secara global. Sistem pemerintahan
dan keadilan dalam negara sangat
ber gant ung kepada koef i s i en
kekuasaan yudikatif. Hal ini sesuai
dengan anasir ilmu politik kualitatif
b a h wa ke k u a s a a n y u d i k a t i f
(Mahkamah Agung) merupakan pintu
terakhir sistempemerintahannegara.

Model ini menunjukkan pentingnya pemisahan kekuasaan dari satu


subsistem dengan subsistem kekuasaan lain untuk mencapai
sehingga sistem berjalan sebagaimana mestinya. Model ini juga
secara jelas menunjukkan betapa sentralnya posisi hukum dan aturan main
dalam sistem ketatanegaraan. Aturan main merupakan perangkat
perundanganyang mendorong sustainabilitas dari sistem. Ketimpanganakan
salah satu subsistem memberikan ancaman peluang munculnya kekuasaan
despotik yang membahayakan model sistem secara global sebagai
representasi dari kekuasaandankedaulatanmasyarakat secaraluas.
check and
balance
Respon sistem pemerintahan secara
umum untuk koefisien yang
berubah-ubah.
eksekutif
Respon ketika = = 1 dan nilai
divariasikan. Semakin besar nilai
menunjukkan semakin tingginya
akselerasi eksekusi penerapan produk
eksekutif yang membuat sistemsecara
efektif sangat teredam.

Respon sistem pemerintahan secara


umum untuk koefisien yang
berubah-ubah.
legislatif
Nilai yang membesar menunjukkan
semakin "cepat"-nya pengerjaan
pembuatan produk legislasi, yang
memaksa sistem pemerintahan untuk
bekerja lebih efektif. Nilai yang kecil
pada model sistem pemerintahan
memberi respon keluaran sistem yang
sangat-teredam.

Rujukan:
Situngkir, Hokky. (2003). Powers of the Governmental State as Feedback Control Dynamic System. Journal of Social Complexity 1(1).
Situngkir, Hokky. (2003). Memandang Pemerintahan Sebagai Sebuah Sistem Kompleks Yang Dinamis. Buletin BFI Paruh Pertama 2003.
Situngkir, Hokky. (2003). "Moneyscape: A Generic Agent-Based Model of Corruption". Working Paper WPC2003. Bandung Fe Institute.
1-2-4
1.3. Demokrasi alaIndonesia
1.3.1. PemiludanFenomenaKritis
Cara Indonesia berdemokrasi bagaimanapun berbeda dengan cara orang
di negara lain di dunia dalam berdemokrasi. Keunikan demokrasi ala
Indonesia bersumber pada kompleksitas sistem sosial, budaya, dan cara
hidup ekonomi masyarakat Indonesia yang tentunya sangat berbeda
dengan masyarakat lain, bahkan di tempat di mana konsep-konsep dasar
demokrasi dilahirkan. Sebuah mekanisme yang paling penting dalam
konsepdemokrasi adalahpemilihanumum. Pemilihanumummerupakan
sebuah pesta demokrasi, sebuah perayaan kolosal atas sebuah konsep
bagaimana individu sebagai entitas masyarakat menunjukkan jati diri dan
kepentingannyadalamkehidupansosial berbangsadanbernegara.
Pada masa pemungutan suara dalam pemilihan umum rakyat Indonesia
berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara untuk menentukan
masa depan negeri. Reformasi dan kejatuhan rezimSoeharto pada tahun
1998 telah membawa sebuah angin segar dalam proses demokratisasi di
nusantara. Salah satu dari sekian banyak perbaikan kehidupan demokrasi
ini adalah bahwa pemilu 2004 merupakan pemilu langsung: tiap orang
mencoblos tak hanya logo partai, tapi juga orang-orang yang akan duduk
di kursi legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Daerah) sertakursi eksekutif (kursi presidendanwakil presiden).
Dari sudut pandang kompleksitas sosial, timbul pertanyaan, informasi
apa yang bisa kita ekstrak dengan susunan perolehan suara yang ada?
Angka-angka perolehan suara tiap partai dan tiap calon anggota DPD
tentu menyimpan makna yang menarik untuk dibedah. Di luar analisis
statistika yang berkembang saat ini, fisika menyimpan metode mekanika
statistik yang menyimpan cara yang menarik untuk menganalisis data-
data perolehan suara; suatu metode yang sudah biasa digunakan dalam
ekonofisika.
Semua data memiliki sifat distribusi. Distribusi yang paling terkenal
adalah distribusi Gaussian, sebuah distribusi statistika yang mengandung
informasi akanrata-rata dan standar deviasi data. Semua data yang ada di
alam semesta cenderung untuk bersesuaian dengan distribusi Gaussian.
Dalam diskusi politik, wacana tentang rasionalitas merupakan
sebuah konsep yang sangat sering didengung-dengungkan. Apakah
pemilih di Indonesia merupakan pemilih yang tidak rasional? Ini
merupakan pertanyaan yang seringkali menggelitik sekaligus
menunjukkan keunikan yang ada di kalangan masyarakat Indonesia
dalamberdemokrasi.
1-3-1
Persamaan distribusi hukum pangkat
Distribusi (distribusi hukumpangkat) adalahsebuahdistribusi
non-Gaussian yang dinyatakan dalam persamaan pangkat sederhana
dengan sebagai nilai konstanta tertentu. Jika sebuah kumpulan data
memiliki distribusi , maka dapat dikatakan bahwa data
tersebut tidaksensitif terhadapparameter rata-rata, ataustandar deviasi.
Apa maksudnya? Berbicara soal distribusi maka kita berbicara soal nilai
pangkat dari persamaan sederhana tersebut, tidak lagi pada nilai rata-
rata dan standar deviasi dari data tersebut. Lebih jauh, susunan data tak
sensitif terhadap sebesar apa data tersebut menyebar dalam populasi,
ada kumpulan data yang kerapatannya sangat besar dan ada yang sangat
kecil, tak bergantung parameter yang tadinya kita anggap penting jika
semua populasi tersebar merata. Dengan kata lain, terdapat kesenjangan
yangsangat besar dalampopulasi.
Dari beberapa bagian terdahulu dari buku ini, kita telah mengenal sifat
menarik ini. Sifat distribusi ditemukan dalam bidang fisika
yang dikenal dengan transisi fasa. Dalam eksperimen fisika, air yang ada
pada suhu 374 derajat Celsius dan tekanan tinggi akan berada pada
transisi fasa antara cair dan gas. Pada kondisi ini suhu yang berubah
sedikit saja akan menjadikan molekul-molekul air mengatur dirinya
sendiri ( ) dengan mengubah struktur molekul, massa
jenis, kompresibilitas, dan viskositas secara drastis. Pada titik ini, air
dikatakan pada kondisi transisi fasa dan persamaan matematis yang
menerangkan semua hal ini menunjukkan bagaimana variabel-
variabelnya mengikuti . Dalam perkembangan fisika, hal ini
ditunjukkan oleh fisikawan kenamaan, Per Bak, bagaimana sifat power-
law pada data statistika menunjukkan sifat pengaturan diri pada kondisi
kritikal ( ) oleh elemen-elemen penyusunnya.
Dalam ilmu-ilmu kontemporer, hal ini dikenal sebagai sistem kompleks,
yaitu sistem yang elemen penyusunnya membrojolkan ( )
karakter-karakter seperti halnya transisi fasa dan sifat
tersebut.
Menakjubkan, karena hal serupa kita temui pada distribusi data-data
hasil pemilu 2004 dan 1999. Kemungkinan sebuah kontestan pemilu
untuk memperoleh sejumlah suara sama dengan satu per pangkat
tertentu dari jumlah suara tersebut, di mana pangkatnya mendekati satu.
Hal ini sebagaimana diperlihatkan pada gambar, data ternormalisasi per
propinsi dari perolehan suara tiap partai politik menunjukkan karakter
denganangkapangkat yang mendekati satu, yaitu1.632untuk
tahun 1999 dan 1.41 untuk tahun 2004. Semakin pangkat -nya
mendekati satu maka semakin kentara kondisi kritikalnya. Secara intuitif,
dapat dikatakan bahwa memang pemilu merupakan sebuah ajang kritikal
di mana masyarakat menentukan hendak kemana negara kita dalamlima
tahunkedepan.
Namun hal yang menarik lagi, adalah bahwa distribusi hasil perolehan
suara partai politik yang ada ternyata memiliki karakter yang
mirip satu sama lain untuk pemilu 1999 dan 2004. Hal ini tentu
power-law
power-law
power-law
self-organization
power-law
self-organized criticality
emerging
power-law
power-law
power-law
power-law

1-3-2
menunjukkan setidaknya dua hal dalam diskusi tentang sistem politik
yang kompleks, yaitu pertama, terdapat pola yang sama dan hampir
persisten dari kedua distribusi tersebut yang menunjukkan bahwa animo
dan pandangan interpretatif masyarakat terhadap keberadaan partai
politik tersebut sama untuk tahun 1999 dan 2004. Hal ini sebenarnya
cukup memberikan tanda tanya karena terjadi perubahan yang sangat
besar dalam aturan pemilu 2004 relatif terhadap 1999, dengan bentuk
pemilihan langsung langsung memilih calon wakil rakyatnya. Ikhwal
distributif yang dekat ini dapat diartikan samanya pemahaman rakyat
akan pemilu yang tidak langsung dan langsung, sebagaimana dipahami
bahwa sifat kritikal yang ditunjukkan oleh tidak bergantung
pada dimensi waktu atau jarak ( ), karena tidak sensitifnya
ia pada besaran rata-rata dan standar deviasi. Kedua, distribusi pemilu
tersebut telah menunjukkan bahwa memang kedua pemilu tersebut
memberikan kondisi yang kritikal bagi masyarakat untuk menentukan
pilihan politik. Dengan kata lain, secara makro dapat dikatakan bahwa
pemilu 1999 dan 2004 memang cukup demokratis. Jadi, meskipun
pemahaman rakyat atas partai politik yang dipilihnya dalampemilu tidak
terlihat begitu jauh berbeda, namun sifat pada kedua
pemilihan tersebut telah menunjukkan bahwa keduanya memiliki sifat
kritikal dalampemilu, sebuahhal pentingdalampestademokrasi.
Sifat kritikal ini justrukelihatanlebihkental pada analisis yang sama untuk
perolehan suara calon anggota DPD. Pada gambar ditunjukkan bahwa
sifat pada distribusi perolehan suara calon anggota DPD
dengan nilai satu. Sebuah pola pengaturan diri pada kondisi kritikal yang
menunjukkansifat demokratisnya.
Pendekatan yang ditampilkan oleh mekanika statistik ini tentu sangat
menarik karena kita tidak melihat siapa dan partai apa yang
memenangkan pemilu untuk memberikan justifikasi seberapa
power-law
scale-invariant
power-law
power-law fit
Gambar 1.3.1.
Sifat dalam hasil pemilihan
Dewan Perwakilan Daerah 2004.
power-law
Gambar 1.3.2.
Sifat dalam hasil pemilu
1999 (kiri) dan pemilu 2004 (kanan).
power-law
1-3-3
demokratis sebuah pemilihan yang melibatkan banyak kandidat atau
kontestan. Itu sebabnya kita tidak bisa menggunakan analisis yang persis
sama untuk pemilihan pada masa Orde Baru yang hanya melibatkan tiga
partai politik. Suatu pelajaran yang penting yang dapat kita tarik adalah
bahwa pemilu 1999 dan 2004 telah dapat dikatakan demokratis dalam
pengertian memang memberikan kondisi kritikal bagi pemilih, meski
perlu diingat juga dan menjadi tugas seluruh masyarakat untuk menjaga
sistem demokrasi ini agar senantiasa tetap berevolusi dalam pengaturan
diri sendiri menujutitik-titikkritikalnya( ). self-organizedcriticality
1.3.2. Partai PolitikDi Indonesia
Salah satu problem dalam ilmu sosial, termasuk studi politik, adalah
bagaimana cara mengekstrak sejumlah data agar didapatkan taksonomi
hirarkis dari data-data tersebut. Di sini fisika menawarkan penggunaan
konsepkorelasi danjarakultrametrik.
Korelasi dua buah data
ditranformasi menjadi jarak
di ruang Euclidean. Ruang
Euclidean tersebut kemudian
diekstrak menjadi ruang
ultrametrik, yaitu ruang
dimana seluruh jarak di
dalamnyaadalahultrametrik.
Ruang baru tersebut dibuat
menggunakan
(MST). MST
adalah sebuah pohon dengan
jumlah jarak antar node
minimum.
Mi ni mum
Spanning Tree
Konsep Dasar Ultrametrik
Korelasi Data
Ruang Euclidean
Jarak
MST
(Ruang Ultrametrik)
Properti
Ruang Euclidean
Ruang Ultrametrik
Properti (Tambahan)
HASIL
DATA
1-3-4
Struktur MST Pemilu 1999
Sebaran jarak Euclidean
antara partai politik 1999 dan 2004.
Jika perolehan suara tiap partai politik
di tiap kabupaten di Indonesia kita
kalkulasi korelasi silangnya, maka
dengan transformasi jarak kita dapat
memvisualisasikan kedekatan profil
pemilih satu partai relatif dengan
partai lainper wilayahkabupaten.
Dua partai yang terhubung pada MST
me nunj uka n ba hwa ke dua nya
cenderung bersaing atau memiliki
segmentasi pemilihyanghampir sama.
Dari struktur MST di atas terlihat adanya
pengelompokan partai berdasarkan
yang sama, misalnya partai
berbasis agama, ataukubunasionalis, baik
padaPemilu1999maupunPemilu2004.
platform
Struktur MST Pemilu 2004
KEKUATAN
TRADISIONAL
ISLAM
MODERNIS
LAINNYA
NASIONALIS
INDONESIA
PEMILU
1999
PPP
PAN
PBB
PCD
KAMI
PID
PPII MASYUMI
MASYUMI BARU
PUMI
PP
PUI
PIB
PSI-1905
PSII
PK
PAY
SUKARNOIS
PKP
IPKI
P. MURBA
PDI
PKB
PPNU
SUNI INDONESIA
PKU
GOLKAR
PRD
PUDI
KRISNA
PPI
PARI
PDR
P. MKGR
PNBI
PNBI
PKD
SPSI
PILAR
PDKB
PBN
P. REPUBLIK
PKM
PSP
PNI-MM
PNI
PNI-FM
PND
PDIP
Studi antropologi politik, yang dilakukan oleh Clifford Geertz dan Herbert Feith, membagi beberapa
kategorisasi ideologi utama yang berpartisipasi dalamjagad perpolitikan nasional. Kategori tersebut antara
lain: nasionalis, Islammodernis, kekuatantradisional dankelompok lainnya(yang tidak dapat dikelompokan
dalam tiga kategori sebelumnya). Pada sub bab ini, berbekal metode ultrametrik, kita mengelompokan
partai politikyangbertarungdalamPemilu1999dan2004berdasarkanempat kategori tersebut.
P. PELOPOR
PNI-MARHAEN
PNBK
PDIP
Rasionalitas Politik di Indonesia bersandar pada arus politik di mana
ia hidup dalam sistem sosial. Perhatikan satu partai besar
mendominasi aliran politik yang ada, kecuali di aliran Islam Modernis.
SUKARNOIS
PKPB
PPDI
PKPI
PPP
PAN
PBB
PBR
PKS
NASIONALIS
INDONESIA
ISLAM
MODERNIS
PEMILU
2004
KEKUATAN
TRADISIONAL
LAINNYA
PKB
PPNU
GOLKAR
PD
PBI
PPIB
P. MERDEKA
PBSD
PDS
PPDK
PSI
PPD
1.3.3. Demokrasi IndonesiaDi TepianChaos
Apakah pemilih Indonesia tidak rasional dalam memilih? Manakah yang
lebih demokratis, Pemilu 1999 atau Pemilu 2004? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut dibangunlah sebuah model simulasi komputasional
menggunakanotomataselular.
Jenis-jenis pertetanggaan yang digunakan dalam proses simulasi,
berturut-turut dari kiri ke kanan: Von Neumann, Moore,
Moore (4- ), Moore (12- ) . sebuah sel
tertentu (warna merah) di- berdasarkan sel-sel di
sekitarnya
extended
added extended added State
update state
(warna kuning). Model ini digunakan karena karakteristik
pemilih di Indonesia yang sangat dipengaruhi pilihan orang-orang yang
adadi sekitarnya.
Kondisi inisial simulasi di mana data berdistribusi seragam ( )
menjadi input yang mensimulasikan sistem politik dengan 20 buah
partai. Dari gambar ini terlihat adanya pengelompokan pilihan partai
politik agen. Agen-agen yang bertetangga cenderung memilih partai
politikyangsama.
uniform Selanjutnya dilakukan
simulasi menggunakan
perangkat komputasi.
Agen-agen pemilih dimodelkan dalam
sebuah dunia politik virtual yang
berbentuk torus untuk menjamin
k o n s i s t e n s i m o d e l s i s t e m
pertetanggaanagen.
1-3-8
Pemilu 1955 dengan pertetanggaan von Neumann dan Moore. Pemilu
1999 dengan pertetanggaan Moore. Pemilu 2004 dengan
pertetanggaan 2-agen (jumlah tetangga dalam pertetanggaan von
Neumanndikurangi 2buah).
Semakin kecil pertetanggaan artinya tekanan lingkungan terhadap
pemilih semakin kecil, atau dengan kata lain Pemilu makin demokratis.
Dari sini terlihat bahwa Pemilu 1955 lebih demokratis dari Pemilu 1999.
Sementaraitu, Pemilu2004lebihdemokratis dari Pemilu1955.
fit
fit extended
ApakahpemilihIndonesiatidakrasional dalammemilih?
Rasionalitas seorang pemilih tak mungkin bisa diseragamkan dalam pilihan-
pilihannya yang terkorespondensi langsung dengan persepsi politiknya atas
sejumlah latar belakang tertentu. Rasionalitas politik adalah bentuk konstruksi
sosial yangmembrojol. Hal inilahyangdisebut sebagai rasionalitas terbatas. Seorang
individu dalam sistem sosial memilih secara rasional namun sebatas pada apa yang
ia lihat, rasakan, dalam lingkungan sosialnya yang terbatas. Inilah demokrasi ala
Indonesia.
Selanjutnya, dicari jenis pertetanggaan yang paling
sesuai dengan karakteristik data empiris.
Ranking partai politik dari
masing-masing ronde setelah
200 iterasi simulasi di sebuah
dunia artifisial yang terdiri atas
10.000 agen (100x100). Hasil
si mul asi yang di perol eh
ternyata berkesesuaian dengan
karakteristik data empiris
perolehan suara partai politik
di Indonesia pada Pemilu 1999
dan2004.
Rujukan:
Situngkir, Hokky dan Surya, Yohanes. (2004). The Political Robustness in
Indonesia. WorkingPaper WPM2004. BandungFeInstitute.
Situngkir, Hokky dan Surya, Yohanes. (2004). Democracy: Order Out of Chaos.
WorkingPaper WPQ2004. BandungFeInstitute.
Situngkir, Hokky dan Surya, Yohanes. (2004). Power-Law Signature in Indonesian
LegislativeElection1999-2004. WorkingPaper WPK2004. BandungFeInstitute.
Situasi politik berdasarkanrankingpartai, saat
totaliterian (garis putus-putus) dan kondisi
anarki (garis solid). Terlihat bahwa pada
dasarnya demokrasi adalah sebuah rezim
diantara kondisi (totalitarian) dan
(kondisi anarki), atau wilayah di tepi
chaos.
order
disorder
Pemilu 1999
Pemilu 2004
Pemilu 1955
1-3-9
1.4. Representasi
Politikdi Indonesia
1.4.1. K di DPR eterwakilanMasyarakat
Masyarakat kita sungguh berbeda-beda elemen penyusunnya, mulai dari
agama, suku, golongan, pemikiran, dan aspirasi politik. Tetapi, aspirasi
politik justru seringkali berbicara hanya di seputar statistik dan angka-
angka. Bagaimanakah keterwakilan masyarakat Indonesia di lembaga
perwakilannya, yakni DPR?
1-4-1
Peta di bawah menunj ukkan
keterwakilan relatif masyarakat
Indonesia dari berbagai wilayahyang
duduk di DPR, sebagai hasi l
pemilihan umum 2004 lalu. Terlihat
proporsionalitas antara beberapa
daerah dengan jumlah penduduk.
Namun,
pulau terbesar di dunia,
menjadi terlihat "langsing". Kondisi
ini terjadi karena penduduknya
sedikit, meski selalu diupayakan ada
distribusi populasi antara daerah di
Pulau Jawa dan luar jawa. Ada
segudang perdebatan mengenai
persoalan tersebut. Kartogramtentu
bukan untuk menjawab perdebatan
tersebut.
Kalimantan, sebagai salah
satu
1-4-2
1.4.2. PerolehanSuaraPartai di Pemilu2004
NAD
SUMUT
RIAU
SUMBAR
JAMBI
SUMSEL
LAMPUNG
BABEL
KEPRI
JABAR
JATENG
DIY
JATIM BALI
NTB
NTT
KALBAR
KALTIM
KALSEL
KALTENG
SULSEL
SULTENG
GORONTALO
SULUT
SULTRA
MALUKU
MALUT
PAPUA
DKI
BANTEN
BENGKULU
NAD
SUMUT
RIAU
SUMBAR
JAMBI
SUMSEL
LAMPUNG
BABEL
KEPRI
JABAR
JATENG
DIY JATIM
BALI
NTB
NTT
KALBAR
KALTIM
KALSEL
KALTENG
SULSEL
SULTENG
GORONTALO
SULUT
SULTRA
MALUKU
MALUT
PAPUA
DKI
BANTEN
BENGKULU
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
RIAU
RIAU
RIAU
RIAU
RIAU RIAU
RIAU
RIAU
RIAU
RIAU
SUMBAR
SUMBAR
SUMBAR
SUMBAR
SUMBAR SUMBAR
SUMBAR
SUMBAR
SUMBAR
SUMBAR
JAMBI
JAMBI
JAMBI
JAMBI
JAMBI JAMBI
JAMBI
JAMBI
JAMBI
JAMBI
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
BABEL
BABEL
BABEL
BABEL
BABEL
BABEL
BABEL
BABEL
BABEL
BABEL
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
DIY
DIY
DIY
DIY
DIY
DIY
DIY
DIY
DIY
DIY
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
BALI
BALI
BALI
BALI
BALI
BALI
BALI
BALI
BALI
BALI
NTB
NTB
NTB
NTB
NTB
NTB
NTB
NTB
NTB
NTB
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALSEL
KALSEL
KALSEL
KALSEL
KALSEL KALSEL
KALSEL
KALSEL
KALSEL
KALSEL
KALTENG
KALTENG
KALTENG
KALTENG
KALTENG
KALTENG
KALTENG
KALTENG
KALTENG
KALTENG
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULSEL SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
GORONTALO
GORONTALO
GORONTALO
GORONTALO
GORONTALO GORONTALO
GORONTALO
GORONTALO
GORONTALO
GORONTALO
SULUT
SULUT
SULUT
SULUT
SULUT SULUT
SULUT
SULUT
SULUT
SULUT
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUT
MALUT
MALUT
MALUT
MALUT
MALUT
MALUT
MALUT
MALUT
MALUT
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
DKI
DKI
DKI
DKI
DKI
DKI
DKI
DKI
DKI
DKI
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BENGKULU
BENGKULU
BENGKULU
BENGKULU
BENGKULU BENGKULU
BENGKULU
BENGKULU
BENGKULU
BENGKULU
1-4-3
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
SUMUT
RIAU
RIAU
RIAU
RIAU
RIAU
RIAU
RIAU
RIAU
RIAU
RIAU
RIAU
SUMBAR
SUMBAR
SUMBAR
SUMBAR
SUMBAR
SUMBAR
SUMBAR
SUMBAR
SUMBAR
SUMBAR
SUMBAR
JAMBI
JAMBI
JAMBI
JAMBI
JAMBI
JAMBI
JAMBI
JAMBI
JAMBI
JAMBI
JAMBI
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
SUMSEL
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
LAMPUNG
BABEL
BABEL
BABEL
BABEL
BABEL
BABEL
BABEL
BABEL
BABEL
BABEL
BABEL
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
KEPRI
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JABAR
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
JATENG
DIY
DIY
DIY
DIY
DIY
DIY
DIY
DIY
DIY
DIY
DIY
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
JATIM
BALI
BALI
BALI
BALI
BALI
BALI
BALI
BALI
BALI
BALI
BALI
NTB
NTB
NTB
NTB
NTB
NTB
NTB
NTB
NTB
NTB
NTB
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
NTT
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALBAR
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALTIM
KALSEL
KALSEL
KALSEL
KALSEL
KALSEL
KALSEL
KALSEL
KALSEL
KALSEL
KALSEL
KALSEL
KALTENG
KALTENG
KALTENG
KALTENG
KALTENG
KALTENG
KALTENG
KALTENG
KALTENG
KALTENG
KALTENG
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULSEL
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
SULTENG
GORONTALO
GORONTALO
GORONTALO
GORONTALO
GORONTALO
GORONTALO
GORONTALO
GORONTALO
GORONTALO
GORONTALO
GORONTALO
SULUT
SULUT
SULUT
SULUT
SULUT
SULUT
SULUT
SULUT
SULUT
SULUT
SULUT
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
SULTRA
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUKU
MALUT
MALUT
MALUT
MALUT
MALUT
MALUT
MALUT
MALUT
MALUT
MALUT
MALUT
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
PAPUA
DKI
DKI
DKI
DKI
DKI
DKI
DKI
DKI
DKI
DKI
DKI
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BANTEN
BENGKULU
BENGKULU
BENGKULU
BENGKULU
BENGKULU
BENGKULU
NAD
SUMUT
RIAU
SUMBAR
JAMBI
SUMSEL
LAMPUNG
BABEL
KEPRI
JABAR
JATENG
DIY
JATIM
BALI
NTB
NTT
KALBAR
KALTIM
KALSEL
KALTENG
SULSEL
SULTENG
GORONTALO
SULUT
SULTRA
MALUKU
MALUT
PAPUA DKI
BANTEN
BENGKULU
BENGKULU
BENGKULU
BENGKULU
BENGKULU
BENGKULU
Dari gambar-gambar ini, terlihat adanya pengelompokan perolehan
suara, misalnya PKB di Jawa Timur, PKS di Jawa Barat, dan seterusnya.
1-4-4
NAD
SUMUT
RIAU
SUMBAR
JAMBI
SUMSEL
LAMPUNG
BABEL
KEPRI
JABAR
JATENG
DIY
KALBAR
DKI
BANTEN
BENGKULU
1-4-5
1.4.3. KartogramPerolehanSuaraDuaPartai Besar Hasil Pemilu2004
Inilah dua partai terbesar pada
Pemilu tahun 2004 lalu. Dari
visualisasi ini, terlihat partai
mana, dari keduanya, yang
lebih dipilih masyarakat. Luas
area pada kartogram kita
menunjukkan bahwa semakin
luas daerah tersebut maka
semakin besar populasinya.
Sementara i tu, warnanya
merujuk pada dominasi partai
tertentu. Wi l ayah-wi l ayah
pemilihan di Pulau Jawa jelas
menjadi kunci utama. Namun,
tentunya masih banyak hal lain
yang perlu dicermati dalam
memenangkan pemi l i han
umum, khususnya di negara
yangunikseperti Indonesia.
Rujukan:
Situngkir, Hokky. (2007). Peluang Untuk Studi Katografi Politik Indonesia, Representasi
Spasial SistemSosial Kompleks. WorkingPaper WPP2007 BandungFeInstitute. .
JATIM
KALTENG
KALTIM
KALSEL
BALI
NTB
NTT
MALUKU
MALUT
PAPUA
SULSEL
SULTENG
GORONTALO
SULUT
SULTRA
1-4-6
Data yang banyak, rumit dan
saling terhubung satu sama lain
s er i ngkal i meni mbul kan
kebingungan dan kesulitan
dalam proses analisisnya.
Khususnya data yang terkait
dengan ruang spasial seperti
peta. Untuk itu diperlukan
upaya t ranf or mas i dat a
menjadi sebuah representasi
sederhana agar dapat dipahami
oleh banyak kalangan secara
luas. Salah satu metode yang
dapat digunakan adalah teknik
kartografi.
Kartogram dapat dibangun dengan menggunakan
beberapa konsep sederhana fisika elementer tentang
difusi gas. Bayangkan Wisnu sedang meniup sebuah
balon jingga yang ditempelkan sebuah plaster merah
di atasnya. Dengan meminjam konsep difusi gas kita
akan dapat mengetahui posisi plaster merah tersebut
setelahWisnumeniupkan3liter udara.
Mengapa Perlu Kartogram?
Prinsip Dasar Kartogram
Sebuah balon merepresentasikan sebuah wilayah spasial tertentu,
misalnya balon ungu sebagai Riau, balon merah sebagai Jambi dan
seterusnya. Masing-masing balon menempel satu sama lain. Plaster
yang menempel di masing-masing balon merepresentasikan batas
wilayahsetiapprovinsi. kemudianmeniupmasing-masingbalon
sesuai dengan proporsi data tertentu yang hendak representasikan,
misalnya jumlah kursi DRI-RI setiap propinsi. Dengan menghubungkan
setiapplaster dengansebuahgaris, akhirnya akanmendapatkan
kartogram . Kartogram telah sangat
luas digunakan mulai dari tujuan penjualan produk skala besar, analisis
politik, analisis cuaca dan iklim, hingga keperluan intelijen, militer,
petahanandankeamanan.
Wisnu
Wisnu
jumlah kursi DRI-RI setiap propinsi
Kartografi merupakan studi pembuatan peta, yang secara historis
adalah upaya menggambarkan wajah geografis muka bumi. Saat ini,
peta sudah tak hanya digunakan untuk keperluan navigasi atau tujuan-
tujuan penelaahan geoposisi semata. Peta telah digunakan untuk
berbagai keperl uan yang sal ah satunya adal ah untuk
merepresentasikan data secara visual bahkan dapat pula berguna
untukupayamencari informasi danpolaspasial.
1.5. Mencari SistemPemilu
YangAdil
1.5.1. KetidakproporsionalanSuaradanKursi
Hasil perolehan suara partai politik dan jumlah kursi DPR-RI yang
didapatkan pada Pemilu 2004 mengundang banyak pertanyaan.
Walaupun Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memiliki suara elektoral
sebesar 11.9 juta suara sedangkan Partai Amanat Nasional (PAN) hanya
memperoleh 7.3 juta, mereka mendapatkan jumlah kursi DPR-RI yang
sama, yaitu 52 buah. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai
Demokrat suara elektoralnya lebih kecil daripada PKB, selisih 2.7-3.5 juta
suara. Namun, mereka mendapat kursi yang lebih banyak. PPP
mendaparkan 58 kursi. Sementara itu, Partai Demokrat memperoleh 57
kursi. Contoh lain adalah Partai Damai Sejahtera (PDS) dan Partai Karya
Peduli Bangsa (PKPB). PKPB dengan 2.4 juta suara hanya memperoleh 2
kursi. Sementara itu, PDS dengan jumlah suara yang relatif sama bisa
meraupmendapatkan12kursi.
Mengapa hal ini dapat terjadi? Apa yang dapat kita lakukan untuk
mengurangi ketidakproporsionalan ini? Bagaimanakah cara membuat
sistemPemiluyangadil bagi semuapartai?
Pasca Soeharto, pemilihan umum pertama diselenggarakan tahun 1999.
Dalam Pemilu tersebut digunakan sistem pemilihan
. Ini merupakan sebuah sistem yang unik. 27
Provinsi yang ada dipandang sebagai daerah pemilihan (Dapil). Kursi
didistribusikan secara proporsional berdasarkan jumlah penduduk.
Jumlah kursi di setiap Provinsi berkisar antara 4-82 kursi. Partai politik
menyusun daftar kandididat dan pemilih memilih partai politik. Jumlah
kursi yang dimenangkan oleh masing-masing partai di setiap provinsi
dihitung dengan menggunakan prinsip .
Perhitungan kursi dilakukan dengan menggunakan
dan kuota Hare. Sisa suara partai yang tidak mencapai satu kursi
proportional system
with district characteristics
proportional representation
largest remainder
method
Gambar 1.5.1.
Peta Dapil Jawa Timur pada Pemilu
legislatif 2004.
1-5-1
dirangking. Sisa kursi, yang belum terbagi, kemudian dibagi satu persatu
mulai dari partai yangmemiliki rangkingterkecil (sisasuaraterbanyak).
Pasca 1999, muncul sejumlah kritik terhadap sistempemilihan yang ada.
Sejumlah kalangan akademisi dan media massa memandang sistem
tersebut dapat menyebabkanterjadinyaketerputusanhubungananggota
parlemen yang terpilih dengan konstituennya. Sejumlah solusi alternatif
diusulkan. Akhirnya diputuskan bahwa ukuran Dapil yang ada harus
diperkecil. Provinsi, khususnyayangmemiliki tingkat populasi yangrelatif
besar, dapat memiliki lebih dari satu Dapil. Jawa Timur misalnya, memiliki
10 buah Dapil pada Pemilu legislatif 2004, sebagaimana dapat kita lihat di
gambar 1.5.1. DalamPemiluini, perhitungankursi tetapdilakukandengan
dankuotaHare.
Ukuran Dapil yang lebih kecil tersebut mengakibatkan adanya potensi
suara hilang yang sangat besar. Sebuah partai politik tertentu bisa jadi
mampu mendapatkan 2 buah kursi DPR-RI jika hanya ada satu buah Dapil
di provinsi tersebut. Namun, jika ada banyak Dapil dalam provinsi
tersebut, bisa jadi ia tidak mendapatkan apa-apa. Dari sini nampak,
penggunaan metode dan kuota Hare dengan
ukuran Dapil yang kecil memungkinkan banyak suara yang tidak dihitung
(dalam menentukan jumlah kursi DPR-RI yang diperoleh sebuah partai
politiktertentu). Fenomenainilahyangterjadi padaPKBdanPKPB.
Lalu bagaimana solusinya? Apakah kita harus mengganti metode
dan kuota Hare. Tentu saja ini tidak sepenuhnya
bijaksana, karena pada dasarnya dua metode ini secara lokal (di sebuah
Dapil tertentu) adalah teknik perhitungan yang adil. Kemudian, apakah
kita harus memperbesar ukuran Dapil, seperti Pemilu 1999? Hal ini pun
tidak menjawab, karena jika dilakukan maka kita akan mengabaikan
aspirasi publik yang berupaya mencegah terjadinya keterputusan
hubungananggotaparlemenyangterpilihdengankonstituennya.
Jadi, apayangdapat kitalakukan?
Untuk dapat menyelesaikan sebuah permasalahan, terlebih dahulu
mengenal pola-pola apa saja yang muncul di dalamobjek tersebut.
Dari data Dapil yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terlihat
adanya2polayangkonsistendi seluruhIndonesia, yaitu:
Tidak ada satupun kabupaten atau kota (satu tingkat di bawah
Provinsi) yang terpartisi atas beberapa Dapil. Sebuah kabupaten
ataukotaselaluterhubung dengansatubuahDapil.
Sebuah Dapil selalu terdiri atas satu atau beberapa kabupaten atau
kotayangberbatasanlangsung.
Dari pola-pola tersebut, kita membangun teknik optimasi
menggunakanpendekanyang berkembang di kajiankomputasi geometri.
largest remainder method
largest remainder method
largest
remainder method
1.5.2. Metodologi
kita
harus
hanya
kemudian
1-5-2
Awalnya, peta geografis yang ada ditransformasikan menjadi sebuah set
node dan tepi. Node merepresentasikan sebuah kabupaten atau kota.
Tepi merepresentasikan pertetanggaan. Jika dua buah node, misalnya
Kota Bandung dan Kabupaten Bandung bertetangga, maka akan ada
sebuahtepi yangmenghubungkankeduanya.
Sebuah Dapil harus terdiri atas satu atau beberapa kabupaten atau kota
yang bertetangga. Jumlah kursi yang ada dalam sebuah Dapil bersifat
terbatas. Undang-Undang Nomor 12Tahun2003tentang Pemilulegislatif
menyebutkan bahwa jumlah total kursi dalamsebuah Dapil harus berada
pada rentang 3 sampai dengan 12. Untuk itu maka, dalam model ini,
jumlah total kursi yang ada di Dapil atau disebut ( ) harus lebih besar
atau sama dengan dan lebih kecil atau sama dengan . Namun,
dalam model ini, parameter dan bersifat fleksibel. Hal ini
penting untuk mengetahui apa yang akan terjadi di depan jika seandainya
terjadi perubahan sistem pemilihan. Sepanjang tahun 2007 DPR terus
bekerja untuk merumuskanUndang-Undang Pemiluyang baru. Dari pola-
pola tersebut, kita membuat sebuah algoritma pencari kombinasi Dapil
yang mungkin. Digunakan prosedur pencarian pohon Cayley. Algoritma
ini diuji dengan diagram Voronoi, sebagaimana ditunjukkan di gambar
1.5.2.
i D i
k k min max
k k min max
Gambar 1.5.2.
Ilustrasi Dapil dalam diagram Voronoi.
Batasan Ukuran Dapil
1.5.3. Simulasi
Dari perangkat analisis tersebut kita dapat mencari solusi masalah
ketidakproporsionalan perolehan suara dengan jumlah kursi. Studi kasus
dilakukan di Jawa Timur, sebagai salah satu provinsi terbesar di Indonesia
yang memiliki jumlah kabupaten dan kota yang terbanyak. Pada mulanya,
kita mentransformasikan peta Jawa Timur (gambar 1.5.1.) ke dalam
sebuahset nodedantepi, seperti terlihat padagambar 1.5.3.
1-5-3
Proses simulasi dilakukan dengan memvariasikan nilai .
Pada gambar 1.5.4. terlihat bahwa ada banyak variasi jumlah konfigurasi
yangditemukanakibat perbedaanparameter dan .
k k min max dan
k k min max
Gambar 1.5.3.
Keterhubungan kabupaten dan kota di
Provinsi Jawa Timur, dimana node
merepresentasikan kabupaten atau
kota dan tepi menujukkan hubungan.
Gambar 1.5.4.
Jumlah konfigurasi yang ditemukan
pada kombinasi parameter dan
tertentu. Proses simulasi
dilakukan sebanyak 5000 iterasi.
k
k
min
max
Dari sini, kita menghitung jumlah kursi yang akan di peroleh masing-
masing partai politik pada sebuah konfigurasi tertentu. Hasil yang
diperolehdapat dilihat di gambar 1.5.5.
1-5-4
Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah dua
pemenang utama dalam pemilu legislatif 2004. Dari hasil di atas dapat
diketahui bahwa bagi dua partai tersebut, ukuran Dapil tidak terlalu
berpengaruh terhadap jumlah kursi yang didapatkan di Jawa Timur.
Namun tiga partai lainnya, yaitu Partai Demokrat, PAN, dan Partai
Keadilan Sejahtera akan mendapatkan kursi yang lebih banyak jika ukuran
Dapil diperbesar. Fenomena menarik lainnya dapat kita temukan di
gambar 1.5.6. Di sini tidak hanya dapat diamati rata-rata jumlahkursi yang
diperoleholehmasing-masing partai, melainkanjuga nilai maksimumdan
minimum. PKB misalnya, rata-rata mendapatkan 30 kursi pada nilai
=1 dan =16. Pada sebuah konfigurasi Dapil tertentu, di
parameter tersebut, PKB bisa mendapatkan 35 buah kursi. Namun, pada
konfigurasi yanglain, iabisahanyamendapatkan25kursi DPR-RI.
k k min max
Gambar 1.5.5.
Rata-rata kursi yang didapatkan oleh 5
partai politik berdasarkan data
perolehan suara di Pemilu legislatif
2004. Hasil ini dihitung dari
konfigurasi yang ditemukan selama
proses simulasi.
Gambar 1.5.6.
Rata-rata, nilai maksimum dan nilai
minimum perolehan kursi PPP dan
PKB.
1-5-5
Gambar 1.5.7.
Diagram Voronoi Indonesia
berdasarkan teknik kartogram pada
data jumlah penduduk per
kabupaten/kota tahun 2007.
1.5.4. Mencari Konfigurasi YangAdil
Dari diskusi di atas, secara kuantitif dapat ditunjukkan bahwa setidaknya
ada dua faktor yang mempengaruhi hubungan perolehan suara dan
jumlah kursi yang diperoleh partai politik. Pertama, adalah parameter
dan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Pemilu. Nilai ini
akansangat berpengaruhdalamupayamewujudkanPemiluyang adil bagi
semua partai. Yang kedua adalah konfigurasi Dapil yang dipilih.
Konfigurasi Dapil akan berdampak besar bagi hasil Pemilu. Pada
parameter yang sama misalnya, di Jawa Timur, PKB bisa
kehilangan 10 kursi DPR-RI (dari potensi maksimumnya) akibat adanya
perbedaan konfigurasi Dapil. Unsur "nasib-nasiban" tentu saja sedapat
mungkinharus kitaminimalisir.
Upaya perbaikan melalui penentuan parameter bersifat
terbatas. Dalam membuat Undang-Undang, DPR harus memperhatikan
k k min max
k k
k k
min max
min max
dan
dan
1-5-6
berbagai macam aspirasi yang muncul, misalnya tuntutan publik yang
berupaya mencegah terjadinya keterputusan hubungan anggota DPR
dengan konstituennya dengan cara memperkecil ukuran Dapil.
Keterbatasan ini dapat kita atasi dengan mencari konfigurasi Dapil yang
adil bagi semuapartai politik.
Konfigurasi Dapil yang adil dapat dicari dengan pengembangan aplikasi
komputasional yang dibuat di bagian sebelumnya. Ilustrasi hasil
pengembangan dapat dilihat di gambar 1.5.7. Ilustrasi tersebut dibangun
dengan menggunakan faktor jumlah penduduk semata. Namun, isu-isu
lain, seperti: tingkat kekayaan, keseimbangan jawa dan luar jawa, jumlah
kursi minimum propinsi, dengan mudah dapat diakomomodasi oleh
model ini karena sifatnya yang sangat fleksibel. Dari sini, konfigurasi Dapil
yang adil bagi seluruhpartai politik denganmudahakandidapatkan, yaitu
denganmengkonstruksi sebuahalgoritmapencariansenderhana.
Rujukan:
Situngkir, Hokky. dan Dahlan, Rolan. M. (2007)."Trees of Electoral District in Indonesian Legislative Election: Empirical Case of
Assortments in2004General Election". WorkingPaper WPF07. BandungFeInstitute.
1-5-7
1.6. Wawasan Nusantara dalam
Perspektif yang Dinamis
Wawasan Nusantara merupakan cara pandang spesifik orang Indonesia
terhadap dirinya sendiri sebagai sebuah kesatuan yang utuh dan tak
dapat dipisah-pisahkandalamperspektif geografisnya dari Sabang hingga
Merauke, di apitan dua samudera dan dua benua. Tanpa wawasan
Nusantara, bentuk geografis Indonesia yang kepulauan bisa jadi
merupakan sebuah halangan kesatuan bangsa. Belumlagi dalammelihat
berbagai perbedaan suku, agama, dari budaya yang tumbuh di daerah-
daerah di kepulauan Nusantara. Namun, Deklarasi Juanda pada tanggal
13 Desember 1957 telahmengubahkonsepsi tersebut secara geopolitika.
Laut yang memisahkan pulau-pulau di Nusantara bukanlah sebuah
halangan, melainkan pemersatu. Perbedaan suku, agama, dan adat-
istiadat yang ada di Indonesia bukanlah pembeda melainkan sebuah
aspek yang justru menunjukkan kesatuan yang makin erat di tengah ke-
bhineka-an yang ada. Konsep kesatuan geopolitik tersebut telah
menjadikan Wawasan Nusantara menjadi cara pandang yang
menunjukkan kesatuan Indonesia dalam berbagai aspek, yakni kesatuan
wilayah, kesatuan bangsa, kesatuan budaya, kesatuan ekonomi, dan
kesatuan pertahanan dan keamanan. Konsepsi kesatuan ini merupakan
hal yang sangat krusial dan penting ketika kita berbicara tentang
ketahanan nasional. Sejarah menunjukkan bahwa kesatuan merupakan
aspek yang penting dalam sejarah revolusi fisik dan jalur historis
proklamasi kemerdekaanIndonesia. Aspek ini merupakaninspirasi utama
dalam mengisi dan mengembangkan diri masyarakat Indonesia dalam
wahanakemerdekaannya.
Dinamika kehidupan sosial kemasyarakatan dalam era globalisasi telah
meredefinisi apa yang dikenal sebagai ketahanan nasional. Ketahanan
nasional hanya melulu berbicara soal pertempuran fisik, dan kedaulatan
sebuah negeri. Semestinya, ia tidak lagi didefinisikan secara geografis.
Konsep geopolitik juga harus memperhatikan aspek-aspek lain, seperti:
pertumbuhan kepemudaan nasional yang dipenuhi berbagai
kemajuan teknologi informasi yang berkembang dengan sangat cepat,
arus orang danbarang yang bergerak cepat dari satunegara kenegara lain
dengan segala kemajuan teknologi transportasi, pergerakan harga saham
dan mata uang yang bertaut-tautan antarnegara termasuk harga-harga
komoditas yang menjadi kebutuhan sehari-hari. Tatanan ini perlu diatur
dalam perspektif kenusantaraan. Kita juga harus memperhatikan
berbagai sendi-sendi dan ancaman terhadap kedaulatan negara, seperti:
persebaran penyakit (epidemiologi), teror dan ketegangan perilaku
masyarakat (behaviorisme masyarakat), adanya sekelompok orang
dengan kekuatan ekonomi yang sangat besar dan mampu meringsek ke
dalam pasar modal maupun pasar ritel bahkan pasar tenaga kerja, dan
sebagainya. Dalam beberapa sisi, hal ini terkadang menjadi sangat
pentingketikaberbicaramasalahketahanannasional secaraumum.
content
1-6-1
Perspektif kompleksitas memiliki keunggulan dalam memberikan
visualisasi sistem berbangsa dan bernegara di Indonesia. Motif bab
pertama buku ini adalah mengakuisisi berbagai perangkat kompleksitas
yang ada guna memperkaya wawasan Nusantara. Upaya ini perlu
dilakukandemi memperkuat ketahanannasional.
1.6.1 Indonesiadi AsiaPasifik
Walaupun dari sisi GDP perkapita masih sangat rendah, namun dari sisi
pertumbuhan ekonomi Cina dan India mengalami kemajuan yang sangat
signifikan. Hal ini menarik diperhatikan mengingat besarnya jumlah
penduduk di dua negara tersebut. Lalu, apakah isu penundaan sengketa
dataran tinggi dan dibukanya jalur transportasi darat yang
menghubungkan dua negara raksasa tersebut akan berpengaruh besar
terhadap kawasan Asia Pasifik? Argumentasi untuk mendekati hal ini
adalah: , pertumbuhanekonomi Cinaberpusat padakota-kotadi
pesisir timur dan tenggara yang secara geografis jauh dari India. ,
secara geografis jalur transportasi darat yang dibuka tersebut berada di
sekitar pegunungan Himalaya, akibatnya titik ini tidak begitu potensial
menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. , negara-negara
dengan GDP perkapita tinggi berada di kawasan timur Asia Pasifik.
Artinya, pembukaan jalur tersebut tidak akan berpengaruh signifikan
terhadapdominasi selat Malaka.
Fakta lain yang penting diperhatikan adalah terjadinya peningkatan gaji
buruh di Cina. Sejumlah ekonom menyatakan bahwa hal ini akan
memberikan peluang ke negara-negara lain seperti India, Vietnam dan
Indonesia (Winters dan Yusuf, 2007). Di sini Vietnam menarik untuk
diperhatikan karena dalam beberapa tahun ke terakhir, negara ini
mengalami peningkatan investasi asing secara ekplosif (CIA, 2006).
Jumlah perusahaan Jepang yang berinvestasi di Vietnam meningkat
pesat, sementara di Indonesia terjadi penurunan pertumbuhan yang
cukupbesar (FujitadanHamaguchi, 2006).
Selain itu, Vietnam juga memiliki beberapa keuntungan geografis yang
penting untuk diperhatikan. , ia berada di tengah pusat
pertumbuhan Asia Timur dan Asia Tenggara. , Vietnam memiliki
bentuk geografis yang memanjang di pesisir dan menjadi wilayah kunci
yang menghubungkan daerah pedalaman Indo-Cina ke jalur perdangan
laut internasional. , Vietnam berpenduduk relatif besar dan
memiliki tingkat pendidikan dan tingkat pembangunan manusia yang
relatif berimbangdenganIndonesia.
Assam
Pertama
Kedua
Ketiga
Pertama
Kedua
Ketiga
1-6-2
NAD
Sumut
Riau
Kepri
Sumbar
Sumsel
Babel
Bengkulu
Lampung
Banten
Jabar
Bekasi
Tangerang
Bandung
Surabaya
Malang
Semarang
Yogyakarta
Bogor
Jateng
Jatim
Bali
NTB
NTT
DIY
DKI
Kalteng
Populasi kabupaten dan kota di Pulau
Jawa tahun 2000, tidak termasuk DKI
Jakarta (sumber data: BPS).
Kalbar
Kalsel
Kaltim
Sulsel
Sulteng
Sultra
Gorontalo Sulut
Maluku
Maluku
Utara
Papua
Pulau Madura
Populasi negara-negara di kawasan
Asia Pasifik tahun 2005 (sumber data:
Microsoft Encarta 2006).
Gambar 1.6.1.
Peta Indonesia yang direskala
berdasarkan jumlah penduduk
propinsi di tengah kartogram
kependudukan Asia Pasifik dengan
data kependudukan Pulau Jawa.
Di Pulau Jawa, persebaran penduduk
terlihat merata, meski dari
populasinya di kartogram Indonesia ia
relatif lebih gemuk.
zoom
Populasi provinsi-provinsi di Indonesia
tahun 2004 (sumber data: BPS).
1-6-3
Wilayah Indonesia, khususnya bagian timur, adalah kawasan yang
menjadi penghubung antara dua kekuatan ekonomi raksasa di belahan
utara Asia Pasifik dan belahan selatannya. Posisi ini penting karena
beroperasi sebagai sebuah jembatan ekonomi, maka seharusnya
potensi ini dapat dieksploitasi demi memperkuat ketahanan nasional
Indonesia.
melalui sokongan bidang ekonomi dan teknologi yang dibutuhkannya
untuk
Riau
Kaltim
Kediri
Kudus
Cilacap
Bandung
Bekasi
Tangerang
Cilegon
Malang
Sidoarjo
Surabaya
Gambar 1.6.2.
Peta Indonesia yang direskala
berdasarkan Pendapatan Domestik
Bruto (PDB) per kapita per propinsi di
tengah kartogram kependudukan Asia
Pasifik dengan data
kependudukan Pulau Jawa. Terlihat
bahwa meski Pulau Jawa lebih
ramping relatif terhadap daerah lain
berdasarkan PDB perkapita, terdapat
wilayah-wilayah yang relatif gemuk di
kawasan Pulau Jawa.
zoom
PDB perkapita negara-negara di
kawasan Asia Pasifik tahun 2004
(sumber data: UNDP, 2006).
PDB perkapita provinsi-provinsi di
Indonesia tahun 2004, tidak termasuk
DKI Jakarta (sumber data: BPS).
PDB perkapita kabupaten dan kota di
Pulau Jawa tahun 2000, tidak
termasuk DKI Jakarta (sumber data:
Sensus Penduduk).
NAD
Sumut
Sumbar
Bengkulu
Sumsel
Lampung
Jambi
Kepri
Babel
Kalbar
Kalteng
Kalsel
Gorontalo
Sulut
Sulteng
Sultra
Sulsel
Bali
Jatim
DIY
Jateng
Jabar
Banten
NTB
NTT
Maluku
Utara
Maluku
Papua
1-6-4
Terlihat adanya ketimpangan yang sangat besar antara wilayah timur dan
barat Asia Pasifik. Negara-negara di wilayah barat Asia Pasifik memiliki
tingkat harapan hidup yang lebih rendah serta angka kematian bayi yang
lebih besar. Selain itu terlihat bahwa, negara-negara yang tidak memiliki
perbatasan laut (seperti Laos, Afganistan, Bhutan, Nepal dan Mongolia)
memiliki kondisi kesejahteraan yang lebih buruk, relatif terhadap negara-
negaradi pesisir.
Gambar 1.6.4.
negara-negara di
kawasan Asia Pasifik tahun 2004.
Ukuran kartogram merepresentasikan
(sumber data:
UNDP, 2006).
Infant mortality rate
infant mortality rate
Gambar 1.6.3.
Harapan hidup negara-negara di
kawasan Asia Pasifik tahun 2004.
Ukuran kartogram merepresentasikan
jumlah populasi sementara indeks
warna menunjukkan usia harapan
hidup (sumber data: UNDP, 2006).
1-6-5
Gambar 1.6.5.
Indeks pendidikan negara-negara di
kawasan Asia Pasifik tahun 2004.
Ukuran kartogram merepresentasikan
jumlah populasi sementara indeks
warna menunjukkan tingkat
pendidikan (sumber data: UNDP,
2006).
United Nations Development Programme (UNDP) menyusun sebuah
indeks yang bertujuanmerepresentasikantingkat pembangunanmanusia
di suatu negara atau bagiannya yaitu indeks pembangunan manusia.
Indeks ini merupakan gabungan dari tiga matra pembangunan manusia
yang meliputi kesehatan, pendidikan dan pengetahuan, serta tingkat
kesejahteraan.
Ketimpangan juga terjadi di bidang pendidikan. Tingkat pendidikan di
wilayah timur lebih baik, relatif terhadap wilayah barat. Negara-negara
Asia Tenggara memiliki tingkat pendidikan yang relatif berimbang satu
sama lain. Kondisi pendidikan Asia Tenggara lebih baik dari Asia Selatan,
berimbang dengan Cina, namun lebih rendah dibandingkan dengan
negara maju seperti Australia, Selandia Baru, Jepang dan Korea Selatan.
Dengan menggabungkan data populasi dan indeks pendidikan kita
ketahui bahwa secara umum potensi sumber daya manusia terdidik di
kawasanini beradadi wilayahAsiaTenggaradanCina.
1-6-6
Ketimpangan pembangunan manusia juga terjadi di antara wilayah timur
dan barat Asia Pasifik. Dengan membandingkan data populasi dan indeks
pembangunan manusia kita ketahui bahwa negara berkembang dengan
jumlah penduduk besar dan tingkat pembangunan manusia menengah
antara lain: Cina, Vietnam, Filipina, Thailand, Malaysia, Indonesia dan
India.
Gambar 1.6.6.
Indeks pembangunan manusia negara-
negara di kawasan Asia Pasifik tahun
2004. Ukuran kartogram
merepresentasikan jumlah populasi
sementara indeks warna menunjukkan
tingkat pembangunan manusia
(sumber data: UNDP, 2006).
1.5.2. KependudukanIndonesiasebagai
KekayaanDemografis
Keterpisahan dari satu pulau ke pulau lain dengan dipersatukan oleh
lautan telah memberikan banyak keanekaragaman di Indonesia. Dari sisi
agama dan suku, bangsa Indonesia sangat beragam. Sebuah pertanyaan
yang sangat krusial adalah apakah di Indonesia terjadi segregasi
penduduk berdasarkanagama?
1-6-7
Gambar 1.6.7.
Peta Kartogram Indonesia yang
diskala-ulang dengan fraksi populasi
umat beragama Islam, Hindu-Budha,
dan Kristen di Indonesia (dari kiri ke
kanan) tahun 2000. Warna yang
semakin ungu menekankan besarnya
fraksi populasi umat beragama yang
bersangkutan (sumber data: Sensus
Penduduk).
Gambar 1.6.8.
Fraksi penduduk beragama Islam dan
Non-Islam tahun 2004 di peta
kartogram yang diskala-ulang
berdasarkan jumlah penduduk
(sumber data: BPS).
Dari visualisasi kartogram jumlah penduduk dan populasi umat
beragama, seolah-olah fraksi jumlah penduduk Indonesia di bagian barat
didominasi oleh umat beragama Islam dan di sebelah timur umat
beragama non-muslim. Pada kenyataannya, hal tersebut tidaklah
NAD
SUMUT
RIAU
SUMBAR
JAMBI
SUMSEL
LAMPUNG
BABEL
KEPRI
JABAR
JATENG
DIY
KALBAR
DKI
BANTEN
BENGKULU
1-6-8
sesederhana itu. Sebagai contoh, kita lihat populasi umat beragama
di pulau Jawa. Terlihat bahwa pada peta kartogram yang diskala-ulang
fraksi umat beragama Hindu-Budha danKristen-Katolik juga eksis di pulau
Jawa.
zoom
JATIM
KALTENG
BALI NTB
NTT
KALTIM
KALSEL
SULSEL
SULTENG
GORONTALO
SULUT
SULTRA
MALUKU
MALUT
PAPUA
1-6-9
Gambar 1.6.9.
Peta Kartogram Kabupaten/Kota di
Pulau Jawa yang direskala dengan
fraksi populasi umat beragama Hindu-
Budha dan Kristen (dari kiri ke kanan)
di Indonesia tahun 2000 (tidak
termasuk DKI Jakarta). Warna yang
semakin kuning meng-aksentuasi
besarnya fraksi populasi umat
beragama yang bersangkutan (sumber
data: Sensus Penduduk).
Gambar 1.6.10.
Fraksi penduduk beragama Islam dan
Non-Islam di peta kartogram pula
Jawa tahun 2000
yang direskala berdasarkan
jumlah penduduk (sumber data:
Sensus Penduduk).
(tidak termasuk DKI
Jakarta)
Praktek pembeda-bedaan berdasarkan agama yang terjadi di Indonesia
merupakanhal yangsangat tidak strategis karenajustrumemecah-mecah
dan meningkatkan tendensi disintegrasi laten yang dapat melemahkan
ketahanan nasional. Secara faktual telah ditunjukkan bahwa segregasi
populasi berdasarkan agama tidak terjadi di Indonesia karena
yang kita lakukan pada peta kartogram atas perbedaan agama
menunjukkan bahwa masyarakat modern beragama Indonesia menyebar
dan menempatkan konteks keberagamaan bukan sebagai pembeda, dan
bahwa kesatuan sebagai entitas masyarakat jauh lebih penting.
Terjadinya fraksi yang lebih besar untuk masyarakat non-Muslim di
zooming
1-6-10
kawasan Timur dan umat Muslim di kawasan lainnya semata-mata
merupakan bentuk kebergantungan pada jalur historis. Dalam
pandangan Wawasan Nusantara baru, perbedaan agama ini justru
menunjukkan sebuah potensi perdamaian yang kuat di Indonesia, bahwa
masyarakat Indonesia menempatkan kohesi sosial lebih daripada
perpecahan yang tentunya berdampak sangat positif bagi
pengembanganekonomi, politik, dansosial budayabangsa.
Sebagai sebuah negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, di
mana ketersebaran umat beragama di Indonesia senantiasa didominasi
1-6-11
umat Muslim namun menunjukkan pola kehidupan bernegara dan
berbangsa dalam distribusi populasi yang tidak segregatif terhadap
agama. Pola kehidupanumat IslamIndonesia seharusnya menjadi contoh
bagi banyak negara-negara lainyang justrusangat segregatif berdasarkan
agama, suku, atau ras. Hal ini merupakan sebuah potensi, mengingat
berdasarkan interpretasi kita atas falsafah hidup Indonesia, Pancasila,
negara Indonesia tak dapat dikatakan sebagai Negara Agama atau Negara
Sekuler. Sifat khas dari konsepbernegaraIndonesiaadalahkonsepNegara
Beragama, sebagai sebuah negeri di mana agama menjadi inspirasi
kehidupan sosial namun tak harus terformalisasi secara kaku, yang
akhirnya justru memicu perpecahan dan konflik. Ketika agama menjadi
inspirasi sistem sosial, maka masyarakat akan lebih menghargai
kehidupan dan umat manusia lain meski berbeda agama. Sejarah
mencatat bahwa banyak bangsa di dunia perlu belajar dari Indonesia
tentanghal ini.
Namun di sisi lain, kita sering mendengar tentang konsepsi Negara
Agama, dan upaya menjadikan satu agama tertentu sebagai landasan
kehidupan beragama. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
pandangan ini tidak memiliki refleksi Wawasan Nusantara sama sekali,
dan lebih menonjolkan kepentingan tertentu dari sekelompok umat
beragama. Hal ini dapat memperkeruh dan mempertajam potensi
disintegrasi laten yang menghambat masyarakat Indonesia dalam
mengambil manfaat dari potensi Indonesia di tengah situasi geoekonomi
dan geopolitik sebagaimana digambarkan sebelumnya. Kemampuan kita
dalam mengeksploitasi tatanan sosial-ekonomi-politik baru sangat
bergantung pada bagaimana persatuan nasional dapat dipertahankan
sebagai modal peningkatan peran dan posisi Indonesia di mata negara
tetanggabahkandi jajaran dunia. negara-negaralaindi
Bagaimana sebuah konsep mengilhami preferensi politik seorang
anggota masyarakat Indonesia? Ini merupakan hal yang menarik tatkala
kita ingin mengobservasi pola evolusi dari sistem politik. Beberapa
penelitian terdahulu berupaya untuk menerangkan berbagai sistem
politik sebagai aspek budaya, seperti Axelrod (1997), dengan fokus yang
melihat posisi agen (individu penyusun sistem kolektif masyarakat) dan
interaksi antar sesama agen (Khanafiah & Situngkir, 2003). Hal yang
berbeda akan kita temui ketika menggunakan memetika sebagai piranti
analisis sebab yang kita analisis bukanlah semata-mata agen dan
interaksi di antaranya, namunlebihkepadaabstraksi kognitif yangkolektif
yang beredar di kalangan masyarakat. Di sini, kita lebih tertarik kepada
populasi ide dan abstraksi serta bagaimana ia menular atau bereplikasi
dalam sistem sosial. Dalam studi memetika, hal semacam ini pernah
dilakukan dengan pendekatan yang berbeda oleh de Jong (1999) untuk
mengamati perkembangankonsensus dalammasyarakat.
1.6.3. MemePolitikMasyarakat Indonesia
1-6-12
Dengan melihat suatu abstraksi yang ditangkap ( ) oleh
sebuah populasi sebagai semacam virus yang menyebar (Brodie, 1996),
maka kita memandang unit informasi politik sebagai elemen penyusun
sistem dinamik. Seseorang bisa menganggap bahwa bisa menjadi
seorangpresidenhari ini, namundi saat yanglainiajugabisamenganggap
lebih sanggup. Seseorang lebih bisa menerima partai dengan ideologi
dan pesan saat ini untuk kemudian ia lebih bisa menyepakati ideologi
yang dibawa oleh partai lain, demikian seterusnya. Hal ini merupakan
kotakhitamsistemkognitif manusiayangmenjadi fokus dari memetika.
Di sisi lain, dalam evolusinya, dominasi sebuah partai politik tidak
senantiasa konstan. Dominasinya adalah sebagaiamana ia berfluktuasi
secara stabil ( ). Sebuah fenomena menarik untuk
menggambarkan bagaimana struktur kognitif meme politik orang
Indonesiaadalahdenganmengamati hasil pemilihanumum2004lalu.
Terkait hal tersebut, Lodge, et.al. (1990) membagi sistem pemetaan
kognisi dari evaluasi rakyat Amerika Serikat terhadap kandidat pemilihan
presidenkedalamtigapendekatanilmiah, yaitu:
a. pendekatansosiologis (mazhabColumbia),
b. pendekatansosio-psikologis (mazhabMichigan), dan
c. pendekatanpilihanrasional (mazhabRochester).
Kita akan mencoba melihat ketiga mazhab ini secara komplementer
tatkala diterapkan dalam ilmu kompleksitas yang memperhatikan
ketidaklinieransistempolitikyanghendakdidekati.
Pendekatanpertamadilandasi olehpemikiranbahwadeterminanpemilih
dalamrespon politiknya adalah status sosio-ekonomi, afiliasi religius, dan
keresidenannya (apakah rural atau urban). Dengan kata lain, pendekatan
ini didasarkan pada ikatan sosial pemilih dari segi etnik, ras, agama,
keluarga, dan pertemanan yang dialami oleh agen pemilih secara historis.
Pendekatan kedua dilandasi sistem kognitif agen pemilih dalam
menentukan pilihannya. Artinya, bagaimana sistem kognitif rakyat
terpetakan pada peta politik yang berkembang secara psikologis. Hal ini
sangat bergunadalamkerangkapencarianformat kampanyeyanghendak
digunakan dalam sistem pemilihan. Pendekatan ketiga didasarkan pada
teori pilihan rasional Anthony Downs, yakni bahwa pemilih akan memilih
secara rasional dengan melihat hal paling besar yang mempengaruhi
fungsi utilitasnyasebagai agenpemilih.
Secarasederhanalangkah-langkahnyapadabasis agenpemilihadalah:
a. kalkulasi keuntungan total yang didapatkan untuk masing-masing
kemenangankandidat bagi agenpemilih,
b. buat urutan kandidat mulai dari yang paling menguntungkan hingga
palingtidakmenguntungkan, dan
c. pilihlahyangpalingmenguntungkan.
Dengan kata lain, tiap pemilih akan memilih kandidat yang paling dekat
posisi politiknyadenganruangisudi manapemilihberada.
as perceived
A
B
X Y
evolutionary stable
1-6-13
1. JIKA disuruh memilih MAKA presiden pilihanku adalah
Megawati S u k a r n o p u t r i .
2. JIKA disuruh memilih MAKA presiden pilihanku adalah
Amien R a i s .
3. JIKA di suruh memi l i h MAKA presi den pi l i hanku adal ah
Susi l o B a mb a n g Yu d h o y o n o .
4 . da n s et e r us ny a .
Atau memepleks kategori partai pilihanku dengan meme
antara lain:
1. JIKA disuruh memilih MAKA saya lebih suka partai yang
nasi onal i s.
2. JIKA disuruh memilih MAKA saya lebih suka partai yang
islami.
3. JIKA disuruh memilih MAKA saya lebih suka partai yang
demokrat.
4. dan s et er us nya.
Tiap memepleks dapat diisi dengan banyak meme yang masing-
masing bernilai ya (dinyatakan sebagai 1) atau tidak
(dinyatakan sebagai 2). Tentu dal am sebuah kumpul an meme
tertentu bi sa terdapat pul uhan bahkan ratusan memepl eks
yang ki ta pi l i h berdasarkan ketersedi aan data dan kemampuan
komputasi onal ki ta untuk m e n g o l a h n y a .
Setiap meme memiliki nilai kecocokan sendiri-sendiri yang pada
akhirnya menentukan mana memenangkan pemilihan. Dalam hal ini,
pendekatan kita disusun dengan menggunakan hasil poling
sebagaimana dilaporkan oleh Steven Wagner, dalam Summary of
Public Opinion Preceding the Parliamentary Elections in Indonesia
Ketiga pendekatan ini tertarik pada upaya formalisme matematis dan
komputasional dari agen pemilih dan bersifat ingatan (memori) dari agen
pemilih. Namun, ketiga analisis ini hanya berguna bagi persiapan
pemilihan jangka panjang. Atas dasar inilah dibentuk pendekatan
keempat, yakni sistempemetaanagenpemilihberdasarkankesanpemilih
terhadap kandidat. Hal ini dapat dilihat sebagai bentuk analisis memetik
dari preferensi politikmasyarakat Indonesiasecaraumum.
Sebagaimana diajukan oleh Heylighen (1993) dan digunakan secara
komputasional dalamSitungkir (2004), makakitaakanmelihat memeunit
kultural terkecil sebagai yang hendak kita dekati (sebagaimana layaknya
gen dalam genetika). Tiap meme merupakan sikap tertentu atas opsi
allomeme (sebagaimana allela) ya dan tidak atas sebuah proposisi
politik yang disusun dalam kerangka pernyataan JIKA MAKA.
Beberapa buah meme pada akhirnya membentuk kumpulan meme yang
disebut sebagai memepleks, sebagai unit budaya (meme) yang
direplikasikan secara bersamaan dalam tiap interaksi agen sosial. Dalam
hal ini, misalnya satu memepleks calon presiden pilihanku, maka kita
memiliki beberapameme, seperti:
1-6-14
Tabel 1.6.1.
Representasi Konsep Pemilihan Partai
Politik dan Memetika.
pada tahun 1999 dan dipublikasikan dalam
, United States Agency for
I nternati onal Devel opment (USAI D). Hal i ni tentu dapat
dikembangkan dalam kerja implementatif lebih jauh, dengan
menambah memepleks atau menambah variasi allomeme yang
digunakan dalam representasi tiap meme. Kita memilih 0 dan 1
serta dua buah memepleks dalamsimulasi atas dasar kesederhanaan
model komputasional dan ketersediaan data (penulis tidak
melakukansurvei langsung).
Tentu saja, dalam praktiknya, seringkali tiap meme tidak tunggal dalam
mempengaruhi apa yang tampak sebagai hasil konfigurasi meme
(femetipe). Hal ini dikarenakan adanya sifat epistatik, yaitu
keterhubungan antara satu meme dengan yang lain. Jadi ada partai yang
berbendarakan Islam sekaligus demokrat, dan seterusnya serta adanya
saling pengaruh-mempengaruhi antar meme dalam memepleks yang
berbeda. Misalnya seorang calon presiden A tidak akan dipilih (nilainya
0) karena ideologi B tertentu yang tak dapat dikompromikan, dan
sebagainya. Rincian lebih ringkas tentang representasi memetika dalam
sistempemilukitadigambarkandalamtabel 1.6.1.
The International
Foundation of Election Systems
1-6-15
Gambar 1.6.11.
Struktur umum memetika yang
digunakan.
Dalamsimulasi yang digunakan, kita memilih memepleks latar belakang
ideologis dari masing-masing partai. Memepleks ini menampilkan
kecocokan ( ) partai dengan apa yang dilihat dan diinginkan oleh
masyarakat banyak. Semakin besar nilai kecocokan meme sebuah partai
tentu ia menjadi lebih mungkin memenangkan pemilihan secara umum.
Hal ini menjadi menarik karena diskusi kita tidak lagi bersandar
sebagaimana kerja-kerja terdahulu yang mendasarkan diri pada teori
pilihan rasional ( ) yang menganggap bahwa seluruh
agen yang berinteraksi berusaha untuk memaksimisasi ganjaran ( )
yang diperolehnya dalam tiap kali iterasi/permainan dilakukan (Frank,
1957, 1998). Dalamhal ini fungsi utilitas dari tiap agen digantikan dengan
konfigurasi memedalammemepleks tertentu.
fitness
rational choice theory
pay-off
Gambar 1.6.12.
Kondisi stabil evolusioner dari
memepleks latar belakang ideologi
partai.
1-6-16
Gambar 1.6.13.
Beberapa memepleks latar belakang
ideologi partai yang mencapai
dominasi. Dari sini terlihat bahwa,
secara umum, partai yang dominan
adalah partai yang memiliki ideologi
campuran, bukan ideologi tunggal.
Tabel 1.6.2.
Konfigurasi platform ideologi partai
yang mungkin dan nilai kecocokannya
(1=dipilih; 0 tidak dipilih). Terlihat
bahwa Ideologi tunggal (konfigurasi
2,3,4 dan 5) memiliki nilai kecocokan
yang sangat rendah.
Dari simulasi yang kita lakukan, diperoleh hasil yang cukup menarik. Tiap
partai dikategorikan sebagai partai yang dipandang sebagai partai yang
sekuler, religius, demokrat, dan lainnya. Kategori lainnya
menggunakan referensi yang ditunjukkan oleh peneliti survei tersebut
sebagai propemerintahanyang sekarang yang kita anggapsatukategori
dengan yang ada di luar ketiga kategori yang lain. Kubu nasionalis
termasuk dalam kategori ini. Kombinasi nilai masing-masing
kombinasi ditunjukkan dalam tabel. Hasil simulasi yang kita lakukan
ditunjukkan dalam gambar 1.6.13. Pada gambar ini terlihat bahwa
terdapat kategori-kategori ideologis partai-partai yang pada akhirnya
punah( ) karenanilai kecocokannyayangsangat kecil.
Hasil ini menggambarkan keunikan masyarakat Indonesia dari sisi
preferensi politik atas sebuah paham dominan tertentu. Jika sebelumnya
kita menunjukkan tidak adanya segregasi berdasarkan agama, secara
fitness
extinct
1-6-17
umumkita juga dapat melihat bahwa segregasi atas pahampolitik secara
dominan juga tidak kentara secara agregat. Masyarakat Indonesia
cenderung tidak terjebak ke dalam satu isme, apakah itu sekularisme,
agamisme, atau isme-isme lain, melainkan merupakan sebuah
yang kompleks, sebuah fakta yang mengaksentuasi temuan kita pada
bagian 1.3. dari buku ini. Secara demonstratif, kita juga telah
menunjukkan keunikan non-segregatif dari meme-politik masyarakat
Indonesia yang menunjukkan tingkat kompleksitas yang tinggi setiap kali
berbicaratentangmasyarakat Indonesiasecaraumum.
Padasebuahpepatahyangmengatakan:
yang jika kita kaitkan dengan hasil
fakta bahwa dalam sistem sosial, aktor-aktor
sosial cenderung berada dekat pada sumber daya ( ). Dalam
dinamikanya, agen sosial selalu berada pada kondisi kritis dalam
menghadapi pilihan-pilihan hidup. Pilihan dalammemilih tempat tinggal,
pilihan memilih sekolah, pilihan memilih bacaan dan tontonan, pilihan
pacar untuk dinikahi, dan seterusnya. Hal ini membawa kita pada analogi
akan fakta pengaturan diri sendiri masyarakat dalam kondisi kritis (
) berdasarkan ke pilihan rasionalnya pada
dimensi-dimensi hidup yang juga terbatas ( ). Secara
demografis, orangakancenderungmemilihtempat tinggal di daerahyang
kaya sumber daya, dapat berupa sarana dan prasarana, sesuai
dengan sistem kognitifnya. Jika seseorang sanggup secara sumber daya
finansial dan berbagai aspek hidup, maka ia ingin tinggal di pusat kota di
Jakarta daripada di sebuah tempat yang di pinggiran Kota Semarang
misalnya. Namun seorang pengusaha sukses di Kediri akan lebih memilih
tinggal di mana usahanya tersebut berhasil daripada harus mengadu
nasib dan memulai karir bisnis baru di Metropolitan Surabaya atau
ibukota Jakarta. Kondisi ini bersesuaian dengan pepatah lain yang
berbunyi:
yang menunjukkan bahwa berbagai hal justru dapat mendatangkan
kerugian bagi agen sosial ketika berada di dekat sumber daya yang paling
tinggi ketika berkenaan dengan permasalahan manajemen, pengaturan
dan alokasi aset, investasi dan inovasi, dan sebagainya. Pendeknya
kritikalitas merupakan sebuah bahasa dalam pengaturan diri sendiri
secaraorganis dari sistemsosial.
Kedua pepatah ini memberikan penjelasan akan sifat pengaturan diri
sendiri dalam khazanah humaniora dan kemasyarakatan ketika
menjelaskanfenomena hukumpangkat dalamranking populasi kota-kota
mixture
ada gula ada semut
resources
self-
organized criticallity
bounded rationality
tikus mati di lumbung padi
1.6.4. Refleksi Demografis: MasalahPemerataan
analisis sebelumnya dapat
mendekatkan kita dengan
terbatasan
yang
1-6-18
di Indonesia yang juga ditemui di banyak tempat dan kawasan wilayah di
berbagai tempat di planet bumi. Penemuan ini ditunjukkan pada gambar
1.6.14., yang menunjukkan fakta terpenuhinya hukum pangkat pada
ranking kota-kota terbesar di Indonesia. Hal ini merupakan fakta
kependudukan yang sangat menarik dalam kajian demografi
kompleksitas sosial. Gambar tersebut menunjukkan bahwa terdapat
kesenjangan hukum pangkat populasi kota-kota yang ada di Indonesia,
diawali dengan kota Jakarta sebagai kota terpadat, kemudian kota
Surabaya, Bandung, Medan, dan seterusnya. Lebih menarik lagi adalah
adanya persistensi dari eksponenhukumpangkat dari data-data tersebut.
Hal ini secara visual juga ditunjukkanpada interval waktudanpengukuran
yang berbeda seperti yang terlihat pada gambar 1.6.15. Persistensi ini
menjadi semacam hukum dalam sistem sosial yang sebaran
populasinyaterjadi secaraorganis.
Gambar 1.6.14.
Persistensi hukum pangkat pada
ranking populasi kota-kota di
Indonesia. Populasi didominasi oleh 3
kota besar di pulau Jawa (Jakarta,
Surabaya, dan Bandung), sumber data:
BPS.
Gambar 1.6.15.
Fit Hukum Pangkat atas ranking kota-
kota di Indonesia (sebagian besar
terkategori sebagai kotamadya, kecuali
DKI Jakarta) pada dua ruang sampel
data yang tersedia untuk kurun waktu
1994-1999 dan 2004 hingga 2007.
Persistensi dari eksponen hukum
pangkat terlihat jelas.
1-6-19
Yang menjadi pertanyaan tentunya
adalah apa yang terjadi di benak agen-
agen sosial dalam pemilihan tempat
tinggal organis tersebut. Berikut
sebuah petikan wawancara yang
dilakukan terhadap seorang alumni
yang baru lulus dari sebuah kampus
terkemukadi Indonesia:
Zani :
Adita :
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Kamu sudah lulus kan? Rencananya mau ke mana?
Saya sepertinya bakal ke Jakarta.
Kamu sudah diterima bekerja di sebuah perusahaan di sana?
Justru mau nyari! Gimanapun uang kan ada di Jakarta.
Jakarta gitu loh!
Memangnya sudah punya tempat tinggal di sana?
Emm, saya mending nebeng di rumah saudara. Sekalian ikut
S2 di perguruan tinggi X, ambil jurusan bisnis kek.
Kalau kamu ?
Saya mending pulang ke tempat asal aja.
Kenapa nggak ke Jakarta?
Wah kalo , kayaknya saya sulit
bersaing di Jakarta.Lagian saya nggak punya uang buat S2
seperti Adita.
Memangnya di daerah anda pasti bisa bersaing?
Ya iyalah! Alumni perguruan tinggi Y gitu loh!
Zani
Adita
Zani
Adita
Zani
Nita
Zani
Nita
Zani
Nita
melihat prestasi akademik saya
(ke arah alumni ke-2, Nita)
Aspek kependudukan yang bersifat hukum pangkat dan merefleksikan
kesenjangan konsentrasi populasi ini terlihat juga ketika kita
mengobservasi data populasi per sensus untuk seluruh kabupaten dan
kotamadya di Indonesia sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.6.16.
Penelitian yang dilaporkan oleh Mulianta, Situngkir, & Surya (2004)
menunjukkan bahwa pola ini mungkin dapat dijelaskan dalam bentuk
perilaku sosial bahwa penduduk yang tadinya bertani di daerah tetangga
ibukota seperti Purwakarta, Bogor, dan sebagainya lebih memilih untuk
berurbanisasi ke Jakarta daripada bertani. Penggambaran dinamika
populasi per kabupaten di Indonesia dari tahun 1961 hingga 2000
menunjukkan bahwa program transmigrasi masih terasa kurang dalam
perspektif pemerataan populasi karena kritikalitas agen mikro-sosial
senantiasa berubah. Berbagai faktor budaya dan imagi akan kota besar
tak bisa dilepaskan dari perilaku sosial ini. Dalam hal ini perlu dipikirkan
cara-cara alternatif agar pemerataan populasi tetap berjalan namun
tetap memperhatikan aspek kritikalitas anggota masyarakat yang
senantiasa berusaha untuk dekat dengan sumber daya ekonomi dan
sosial.
Optimisasi di sana-sini perlu memperhatikan banyak aspek demografis
yang khas Indonesia, misalnya faktor kepulauan. Sebuah hal menarik
ditunjukkan oleh gambar 1.6.17. Berbeda dengan mereka yang tinggal di
kawasan yang sudah berada di tempat yang sangat jauh dari pusat
konsentrasi populasi dan sumber daya seperti Medan atau Manado.
Terdapat resistensi untuk berurbanisasi yang lebih besar bagi populasi
yang tinggal di dua kota di pulau Sumatera dan Sulawesi ini yang dapat
saja berasal dari faktor finansial, dukungan keluarga, dan sebagainya.
Pada gambar tersebut terlihat bahwa ketika populasi kota-kota besar di
Indonesia dinormalisasi dengan populasi penduduk Jakarta, maka
terdapat kecenderungan (konjektur) bahwa nilai ternormalisasi
1-6-20
Gambar 1.6.16.
Dinamika populasi penduduk per
kabupaten (kiri) dan per kotamadya
(kanan) per tahun sensus di Indonesia.
penduduk di tempat yang relatif jauh dari Pulau Jawa (jarak geodesik)
cenderung meningkat sebagaimana seharusnya menurut fakta
pertumbuhan penduduk yang positif, namun tidak terjadi pada daerah-
daerah(kota) yangrelatif dekat denganJakarta.
Dalam pembedaan kewilayahan yang dianalisis ditemukan bahwa
memang kependudukan kota-kota di pulau Jawa senantiasa semakin
padat dari tahun ke tahun. Untuk lebih memahami pola kritikal dari
statistik para pendatang luar pulau Jawa dapat kita lihat dalam analisis
kartogramdi bagianselanjutnya.
Gambar 1.6.17.
Dinamika organis perkembangan
populasi kota-kota di Indonesia relatif
terhadap populasi ibukota Jakarta
untuk sensus penduduk 1961 hingga
2000. Medan sebagai kota terbesar di
luar Pulau Jawa terlihat meningkat
tajam populasinya kontras dengan
perkembangan Kota Surabaya dan
Kota Bandung.
1-6-21
J
a
w
a
B
a
r
a
t
J
a
w
a
T
i
m
u
r
J
a
w
a
T
e
n
g
a
h
B
a
n
t
e
n
S
u
m
u
t
J
a
k
a
r
t
a
Hukum Pangkat kepadatan penduduk provinsi-provinsi di Indonesia
di Indonesia dengan pangkat =1.881 dan =0.9701 Rfit
Fit HukumPangkat menunjukkan kesenjangan (skewness) populasi penduduk di jawa dan
luar jawa. D
Pulau Jawa terpetakan menjadi seolah-olah
gemuk sementarapulau-pulaulain kurus .
alam kartogram Indonesia yang dibuat berdasarkan jumlah penduduk di
wilayah yang setara dengan provinsi,
seolah-olah
Kartogram Peta Pulau Jawa dengan skala-ulang pada wilayah Kabupaten
dan Kota berdasarkan fraksi jumlah pendatang terhadap total jumlah
penduduk
1-6-22
1. 6. 5. CatatanPenutupBagianPertama
Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya.
Namunkeutamaandari sebuahbangsa adalahbagaimana agar ia mampu
merefleksikan kondisi yang dialaminya saat ini dengan mempelajari
sejarahnya tersebut. Setidaknya terdapat dua ancaman akan konsep
kenusantaraan kita: ancaman dari luar berupa penetrasi
kepentingan asing yang dapat merongrong kedaulatan bangsa dalam
berbagai bentuk, dan , ancaman dari dalam berupa disintegrasi
laten yang merongrong kedaulatan sebuah bangsa melalui aspek mikro
seperti ketidakpercayaan pada sistem hukum, rasa tidak aman berada di
antara elemen bangsa lain yang masih berada di wilayah kesatuan negeri.
Kedua hal ini menjadi sumber dinamika dari evolusi kontrak sosial dan
adalah tugas setiap elemen bangsa untuk menjaga keutuhannya dalam
konsep ketahanan sosial semesta: ketahanan sosial sebagai tanggung
jawabseluruhelemenmasyarakat.
Pengetahuan kita akan sejarah kebangsaan membawa kita pada konsep
Wawasan Nusantara sebagai cara pandang Indonesia terhadap dirinya
sendiri, sehingga optimisasi berbagai aspek kehidupan masyarakat
pertama,
kedua
Cilegon
Tangerang
Bogor
Bekasi
Bandung
KartogramPeta Pulau Jawa dengan skala-ulang pada Kabupaten dan Kota
berdasarkan angka Pendapatan Domestik Bruto wilayah yang
bersangkutan.
Cirebon
Cilacap
DIY
Kudus
Kediri
Malang
Surabaya
Sidoarjo
Madura
1-6-23
Rujukan:
Dewi Sartika, Evolutionary Stable Properties of Political Parties in Indonesia 2004: Memetic Approach. Working
Paper WPH04. BandungFeInstitute.
Mulianta, Power-LawSignatureinIndonesianPopulation. WorkingPaper WPT04. BandungFeInstitute.
Situngkir, Peluang Untuk Studi Kartografi Politik Indonesia: Referensi Spasial Sistem Sosial Komplek. Working Paper
WPP2007. BandungFeInstitute.
Tiktik , dkk. (2004).
Dahlan, Rolan M. dan Situngkir, Hokky (2007). Menuju Perspektif Ekonofisika untuk Posisi Strategis Ekonomi Indonesia di Kawasan
AsiaPasifik. WorkingPaper WPR07. BandungFeInstitute.
Ivan, dkk. (2004)
Hokky (2007).
senantiasa dilakukan untuk memperkuat tatanan sosial yang ada.
Ideologi pertama dari bangsa Indonesia seharusnya bukanlah
nasionalisme chauvinistik, sosialisme utopis, atau religiusitas sektarian,
melainkan ideologi kebangsaan yang berangkat dari kesamaan gagasan
bahwaketerpisahandanpembeda-bedaanakancenderung melemahkan
masing-masing elemen. Gabungan dua buah elemen sistem sosial
sepantasnya tidak sama atau memiliki kekuatan lebih besar daripada
penjumlahan tiap elemennya. Namun harus pula diingat bahwa, dengan
inspirasi dari hukum termodinamika sebagaimana telah didiskusikan
sepintas pada bab nol, gabungan dua entitas sistem memiliki tingkat
kerumitan yang lebih tinggi daripada observasi terpisah atas dua entitas
sistemtersebut. Ini merupakaninti dari analisis kompleksitas sosial.
Melalui pemahaman kita akan sistem sosial kompleks, kita memiliki
pandangan atas kewilayahan Nusantara yang tak hanya berlandaskan
pemahaman kita akan geografi Nusantara melainkan cakupan seluas-
luasnya aspek kehidupan publik. Adalah tidak mungkin berbicara tentang
konsep Wawasan Nusantara tanpa memperhatikan kesejahteraan
masyarakat Indonesia, relatif terhadap tingkat kesejahteraan negera-
negera tetangga. Wawasan Nusantara harus diperkuat dengan visi atas
kewilayahan secara utuh serta bagaimana ide dan gagasan tentang
masyarakat secara utuh berkembang secara dinamik di tengah-tengah
masyarakat.
1-6-24
Kompleksitas Sosiologis dan
Kemasyarakatan Indonesia
Indonesia adalah masyarakat yang unik. Sebagaimana
telah didiskusikan sebelumnya, keunikan aspek
sosiologis masyarakat Indonesia ini dapat saja menjadi
aral yang menghadang ketika kita hendak melakukan
pembangunan sosial. Namun dalam perspektif
kompleks kita melihat bahwa keunikan tersebut
semestinya menjadi sebuah modal yang sangat positif
dalam kerangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya. Pembangunan manusia dan sistem sosial
bukanlah mengubah masyarakat menjadi seperti sistem
sosial dan manusia menjadi seperti yang saat ini kita
temui di negara maju, melainkan proses pengembangan
evolutif yang justru menghasilkan sesuatu yang lebih,
karenaIndonesiaunikdanindah.
Inilah yang ingin kita pelajari dalam ke-wiyatamandala-
an pertama dalambab ini. Bab ini mendiskusikan aspek-
aspek yang dapat kita pelajari melalui perbedaan yang
ada di bumi pertiwi, mulai dari variasi di level etnisitas,
agama, dan sebagainya. Kita juga mempelajari
bagaimana media dan masyarakat berinteraksi, melihat
sistem periklanan dan bagaimana ia membentuk pola
konsumsi nasional, termasuk melihat kondisi yang
sangat memprihatinkanseperti korupsi di berbagai level
melalui banyak perspektif yang tersedia dalam kajian
danwawasanberbasis kompleksitas.
Bab 2
2.1. Etnik dan Konflik Sosial
di Indonesia
Ras danetnik merupakansalahsatukonsepkategorisasi individukedalam
kelompok sosial tertentu di masyarakat. Ras pada awalnya terkait dengan
pengkategorian individu berdasarkan faktor-faktor biologis tertentu
seperti warna kulit, bentuk rambut, hingga struktur muka. Sementara itu,
etnik atau suku dikategorisasi dengan melihat beberapa aspek kultural
yang ada, seperti bahasa, agama, norma dan asal-usul kultural
leluhurnya. Namun baik ras maupun etnik bisa kita katakan sebagai
sebuah identitas kolektif, yang diproklamirkan berdasarkan atribut-
atribut tertentu yang melekat secara alamiah, dari mulai warna rambut,
bahasa, agama, hinggawilayahtempat iatinggal.
Munculnya kelompok sosial, khususnya etnik, terkadang membawa
dampak yang negatif, terutama jika dikaitkan dengan terjadinya konflik
sosial yang ditandai adanya insiden berupa mobilisasi massa dan
kekerasan sosial di antara dua kelompok sosial yang berbeda identitas
kolektifnya. Beberapa teori menduga bahwa identitas etnik menjadi salah
satumediayangmemfasilitasi terjadinyaaksi kolektif.
Indonesia, sebagai sebuah negara yang memiliki keragaman etnik,
berpotensi mengalami konflik dan kekerasan sosial yang didasarkan pada
perbedaan etnik. Secara sepintas bahkan kita dapat melihat bahwa
hampir seluruh konflik sosial yang ada di Indonesia semenjak zaman Orde
Baru hingga pasca jatuhnya rezim tersebut, baik konflik antara kelompok
(horizontal), maupun antara kelompok sosial tertentu dengan
pemerintah (konflik vertikal), pada umumnya dipengaruhi oleh dimensi
etnisitas. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa studi mengenai etnik
dan kaitannya dengan konflik sosial menjadi penting untuk dilakukan,
terutama untuk melihat sejauh mana pengaruh keheterogenan individu
dalamsistemsosial berpotensi menjadi konflikdankekerasansosial.
Beberapa penelitian telah dilakukan guna mengkaji keragaman etnik dan
kaitannya dengan beberapa aspek sosial maupun ekonomi. Pendekatan
klasik secara sederhana sering menduga bahwa tingginya tingkat
keragaman membawa dampak negatif, seperti rendahnya pertumbuhan
dan pendapatan serta buruknya kebijakan pemerintah, rendahnya
aspirasi individu terhadap kebutuhan publik, tingginya tingkat korupsi,
danjugaberpotensi menimbulkankonflikdankekerasansosial.
Kelompok etnik dan konflik etnik merupakandua fenomena makrodalam
sistemsosial yangmenjadi bahankajianbanyak ilmuwansosial, terutama
2.1.1. KeragamanEtnis
danKonflikEtnis di Indonesia
2-1-1
Gambar 2.1.1.
Indeks
(ELF) untuk 30
wilayah di Indonesia berdasarkan
etnik berdasarkan agama
.
Ethno-linguistic
Fractionalization
(kiri) dan
(kanan)
untuk mencari hubungan sebab akibat dari kedua aspek tersebut. Salah
satunya adalah dengan mengukur tingkat keragaman suku, dengan
menggunakan beberapa indeks sebagai pendekatan kuantitatifnya.
Indonesia merupakan negara yang tersusun atas banyak kelompok etnik
yang berbeda. Secara administratif, Indonesia terdiri atas beberapa
wilayah administratif yang lebih kecil berupa propinsi kemudian
kabupaten hingga satuan terkecil berupa desa. Secara umum, tingkat
keragaman etnik antara satu wilayah dengan wilayah lain di Indonesia
berbeda. Hal ini terkait denganlingkaran-lingkaranasal-usul adat, bahasa
dan nenek moyang dari penduduk setempat serta interaksi dengan
pendatang. Untuk melihat keragaman tersebut, kita menggunakan
beberapa perhitungan indeks yang umumnya digunakan oleh para
ilmuwan sosial dan ekonomi untuk mengukur tingkat keragaman etnik,
yaitu indeks fraksionalisasi, indeks polarisasi dan indeks entropi. Kita
mengkalkulasi indeks tersebut untuk di setiap propinsi di Indonesia,
denganmenggunakandatasensus penduduk tahun2000.
Salah satu indeks yang sering digunakan dalam representasi etnisitas
adalah keragaman bahasa. Etnik dan bahasa merupakan hal yang sulit
terpisahkan, beberapa ilmuwan etnologi dan lingustik menggunakan
perbedaaan bahasa untuk mengkalisifikasi individu ke dalam etnik yang
berbeda. Perbedaan etnik dan bahasa menjadi dasar bagi penyusunan
indeks yangmenyatakanheterogenitas agen, yangdisebut sebagai indeks
(ELF). Indeks ini digunakan pertama kali
oleh ilmuwan Soviet Altlas Norodov Mira (1964) dan kemudian
dipopulerkan oleh Taylor dan Hudson (1972). Indeks ini sendiri bisa kita
artikan sebagai besarnya peluang dua orang individu yang diambil secara
acakakanberadapadaduakelompoketnikyangberbeda.
Ethno-linguistic Fractinalization
Di samping indeks ini, dikenal juga indeks lain, yakni indeks polarisasi.
Indeks ini sendiri merupakan pengembangan dari indeks fraksionalisasi,
denganmemperhitungkanjarak antara kelompok sosial atauetnik yang
2-1-2
Gambar 2.1.2.
Indeks polarisasi untuk 30 wilayah di
Indonesia berdasarkan etnik (kiri) dan
berdasarkan agama (kanan).
diobservasi. Jarak tersebut merupakan suatu besaran tertentu yang bisa
mengukur sejauh mana perbedaan antara satu kelompok dengan
kelompok yang lainnya. Hal ini cukup penting diperhatikan, mengingat
pembedaan individu berdasarkan etnik melibatkan banyak dimensi, tidak
hanya berdasarkan warna kulit tetapi juga aspek-aspek kultural, agama
dan bahasa, dan aspek alamiah lainnya. Dengan demikian, dalam
pengukuran tingkat keragaman suatu populasi, tidak semata-mata hanya
dengan memperhitungkan suatu etnik terhadap keseluruhan
populasi seperti dalam indeks fraksionalisasi melainkan juga dengan
memperhitungkan tingkat perbedaan antara satu kelompok dengan
kelompoklainnya(Reynal-Querol &Montalvo, 2005).
Dari observasi yang dilakukan, secara umum ke-30 wilayah propinsi di
Indonesia memiliki tingkat polarisasi yang cukup tinggi. Dengan merujuk
pada definisi polarisasi, bisa kita melihat bahwa pada hampir keseluruhan
propinsi di Indonesia, terutama untuk propinsi-propinsi hasil pemekaran,
terdapat kelompok etnik minoritas tertentu yang hampir sama besarnya
dengan etnik dominan di wilayah tersebut. Sementara itu, etnik-etnik
minoritas lainnya hadir dengan yang lebih kecil. Dengan hanya
memperhatikan indeks polarisasi maka dapat dikatakan bahwa potensi
konflik etnik di seluruh wilayah tersebut bisa dikatakan sama besar.
Terdapat kecenderungan bahwa potensi konflik akanmenjadi lebihbesar
ketika suatu etnik minoritas dalam jumlah yang besar bertemu dengan
etnik dominan. Fakta yang berbeda didapati ketika kita menggunakan
pehitungan indeks polarisasi berdasarkan data agama. Maluku, Nusa
Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Utara, merupakan propinsi dengan
tingkat polarisasi agama yang tinggi. Hal ini menunjukkan adanya fraksi
agama minoritas tertentu dalam jumlah yang cukup besar, relatif
terhadap agama yang dominan di daerah tersebut. Fakta ini
memunculkan dugaan bahwa konflik sosial di daerah tersebut, lebih
disebabkan karena adanya motivasi karena unsur ketidakpuasan yang
tersulut oleh perbedaan agama, seperti diskriminasi dari agama
mayoritas terhadapagamaminoritas.
share
share
2-1-3
Konflik dan kekerasan sosial merupakan suatu fenomena yang kerap
menandai kehidupan sosial masyarakat Indonesia, terutama pasca
kejatuhan rezim Orde Baru. Insiden yang ditandai dengan mobilisasi
massa dan kekerasan terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia,
terutama di Maluku, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Aceh dan
Papua.
Pada dasarnya harus kita sadari bahwa konflik sosial merupakan
fenomena kompleks yang disebabkan oleh banyak aspek, seperti tingkat
kesulitan ekonomi dan sosial, pengelompokkan sosial dan terjadinya
kesenjangan hingga ketidakpuasan terhadap pemerintah dan rezim
politiktertentu.
Untuk menganalisis konflik sosial di Indonesia, kita menggunakan data
terjadinya insiden kekerasan sosial yang terjadi di Indonesia dalamkurun
waktu 1990-2001. Konflik sosial di sini dipandang sebagai bentuk
mobilisasi massa yang menyebabkan terjadinya korban. Secara umum,
seperti yang terlihat dalam gambar 2.1.3., konflik sosial di Indonesia
terkonsentrasi di beberapa wilayah, terutama Aceh dan Maluku, Papua
dan Kalimantan Tengah, serta propinsi-propinsi di Pulau Jawa. Aceh
menjadi daerah yang cukup banyak mengalami insiden kekerasan sosial,
sebagai konsekuensi terjadinya terjadinya konflik yang berkepanjangan
antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan pemerintah pusat, dimulai
sejak diprolamasikannya kemerdekaan Aceh oleh Hasan Tiro pada tahun
1976 di Pidie. Disusul dengan Maluku, yang mengalami konflik antar etnik
yang juga berdurasi cukup lama antara tahun 1999-2004. Propinsi-
propinsi di pulau Jawa menunjukkan tingkat konflik yang tinggi, terutama
dengan adanya kerusuhan sosial pasca kejatuhan Soeharto antara tahun
1998-1999, khususnya kerusahan Mei 1998. Beberapa daerah lainnya
tercatat juga mengalami konflik antar etnik dengan durasi yang lebih
pendekseperti KalimantanTengahdanBarat, sertaPapua.
Gambar 2.1.3.
Kartogram konflik sosial di Indonesia,
dinyatakan dalam jumlah insiden yang
terjadi. Semakin besar luas wilayahnya
menunjukkan semakin sering
terjadinya insiden kekerasan sosial di
wilayah tersebut.
NAD
SUMUT
SUMBAR
BENGKULU
RIAU
JAMBI
SUMSEL
LAMPUNG
KEPRI
BANTEN
BABEL
JABAR
JATENG
DIY
KALBAR
KALTENG
DKI
JATIM
BALI
NTB
NTT
KALTIM
KALSEL
SULSEL
SULTENG
GORONTALO
SULUT
SULTRA
MALUKU
MALUT
PAPUA
2-1-4
Gambar 2.1.4.
Keragaman etnik dan konflik sosial.
Ukuran wilayah merepresentasikan
jumlah insiden kekerasan sosial,
sementara indeks warna menunjukan
tingkat fraksionalisasi etnik yang
ternormalisasi.
Lalu bagaimana kerapatan insiden tersebut dikaitkan dengan beberapa
faktor, seperti keragaman etnik, agama, bahasa dan juga faktor-faktor
ekonomi? Faktor apa-apa saja yang cukup dominan yang mempengaruhi
terjadinyakonfliksosial di beberapawilayahdi Indonesia?
Seringkali keragaman etnik menjadi salah satu alasan yang cukup
dominan dalam memicu terjadinya konflik. Beberapa penelitian yang
dilakukan oleh Fearon (2003) dan Horowitz (1985) menunjukkan
bagaimana negara-negara yang memiliki tingkat keragaman etnik yang
tinggi umumnya mengalami konflik sosial. Untuk kasus Indonesia, kita
menvisualisasikan keragaman etnik yang direpresentasikan dengan
besaran indeks fraksionalisasi dengan frekuensi terjadinya insiden
kekerasan sosial di beberapa wilayah di Indonesia seperti terlihat pada
gambar 2.1.4.
Hal yang cukup menarik, dari gambar 2.1.4., adalah kita bisa melihat
bahwa pada umumnya konflik sosial terjadi pada propinsi-propinsi yang
memiliki tingkat fraksionalisasi etnik yang tidak terlampau tinggi, seperti
Aceh, Maluku dan propinsi-propinsi di Jawa. Propinsi-propinsi yang
memiliki tingkat fraksionalisasi etnik yang cukup tinggi seperti Sumatera
Utara, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Timur justru memiliki frekuensi
insiden kekerasan sosial yang lebih sedikit relatif terhadap propinsi-
propinsi lainnya. Penemuan serupa juga didapati dalam penelitian
empirik Collier danHoeffler (1998), yang melihat bahwa perang sipil antar
dua etnik yang berbeda justru terjadi pada negara yang memiliki tingkat
fraksionalisasi menengah. Ia mengemukakan bahwa perang sipil lebih
dikarenakan faktor ketidakpuasan ekonomi dan politik daripada unsur
etnik. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya konflik sosial, yang juga
terjadi di beberapa wilayah di Indonesia tidak disebabkan semata-mata
karena perbedaan etnik melainkan juga melibatkan faktor lainnya seperti
agama, ekonomi danpolitik.
NAD
SUMUT
SUMBAR
BENGKULU
RIAU
JAMBI
SUMSEL
LAMPUNG
KEPRI
BANTEN
BABEL
JABAR
JATENG
DIY
KALBAR
KALTENG
DKI
JATIM
BALI
NTB
NTT
KALTIM
KALSEL
SULSEL
SULTENG
GORONTALO
SULUT
SULTRA
MALUKU
MALUT
PAPUA
2-1-5
Faktor perbedaan agama juga diduga menjadi faktor penyulut terjadinya
beberapa konflik etnik di Indonesia. Salah satunya adalah konflik Ambon,
Maluku konflik yang berdurasi paling lama, yaitu antara tahun 1999
hingga 2004, dan menyebabkan korban yang juga paling banyak. Seperti
terlihat pada gambar 2.1.5., tingkat frasionalisasi etnik berdasarkan
agama untuk daerah Maluku sangatlah tinggi. Hal inilah yang
memunculkan dugaan bahwa faktor agama merupakan faktor yang
dominan dalam memicu konflik sosial di daerah tersebut. Perbedaan
agama menjadi begitu dominan dibandingkan dengan aturan tradisional
yang mengatur keharmonisan interaksi antar etnik di
Maluku. Beberapa ilmuwan sosial mengemukakan bahwa pada dasarnya
keterikatan individu berdasarkan atas agama lebih kuat dibandingkan
etnik atau bahasa. Ada beberapa alasan yang kemudian menyebabkan
faktor agama lebih kuat, yang pertama karena agama merupakan faktor
yang tetap dan tidak bisa dinegosiasikan. Seseorang bisa berbicara dalam
bahasa yang berbeda dan memiliki etnik campuran, namun tidak
demikian halnya dengan agama. Yang kedua, agama memiliki sejumlah
pandangan hidup, hubungan sosial dan lain sebagainya, yang berbeda
satusamalain(Reynal-Querol, 2002).
Pela Gandong
Gambar 2.1.5.
Tingkat fraksionalisasi etnik
berdasarkan agama dan terjadinya
insiden kekerasan sosial. Ukuran
wilayah menyatakan jumlah insiden
dan indeks warna menunjukkan
tingkat fraksionalisasi/keragaman
etnik berdasarkan agama yang
dinormalisasi.
Pola yang berbeda dijumpai di propinsi-propinsi lain di Indonesia, seperti
Aceh dan propinsi-propinsi di Pulau Jawa. Wilayah-wilayah tersebut
memiliki tingkat keheterogenan etnik dan agama yang relatif rendah di
lihat dari tingkat frasionalisasi etnik dan agama. Namun, ia memiliki
tingkat insiden kekerasan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa faktor
utama yang berpengaruh terhadap konflik sosial di daerah tersebut,
bukan semata-mata perbedaan etnik atau agama. Faktor lain yang diduga
berpengaruh adalah faktor kemiskinan atau kesulitan ekonomi.
Perebutan akan tanah dan sumber daya menjadi motivasi terjadinya
konflik diantara kelompok sosial dan perang sipil (Collier and Hoeffler,
1998). Hal ini dapat ditunjukkan dari gambar 2.1.6., dimana kita bisa
melihat bahwa daerah-daerah yang memiliki tingkat frekuensi insiden
NAD
SUMUT
SUMBAR
BENGKULU
RIAU
JAMBI
SUMSEL
LAMPUNG
KEPRI
BANTEN
BABEL
JABAR
JATENG
DIY
KALBAR
KALTENG
DKI
JATIM
BALI
NTB
NTT
KALTIM
KALSEL
SULSEL
SULTENG
GORONTALO
SULUT
SULTRA
MALUKU
MALUT
PAPUA
2-1-6
kekerasan sosial yang tinggi, seperti Aceh, Maluku, Kalimantan Tengah
dan Propinsi-propinsi di Jawa dan Sumatera bagian selatan, pada
umumnya memiliki tingkat atau GDP perkapita
yang rendah. Perbedaan kelas dan tingkat ekonomi sendiri bukanlah
faktor utama yang menyebabkan terjadinya konflik sosial, tetapi adanya
ketidaksetaraan ( ) tingkat ekonomi antar kelompok etnik yang
berbeda akan mendorong terjadinya konflik sosial dan bahkan
pemberontakan(RayandEsteban, 2006).
Gross Domestic Product
inequality
Gambar 2.1.6.
GDP perkapita tahun 2007 dan jumlah
insiden kekerasan sosial. Ukuran
wilayah menyatakan jumlah insiden
dan indeks warna menunjukkan GDP
perkapita (sumber: BPS, 2005).
Fakta lain yang cukup menarik adalah uniknya properti keragaman etnik
di Indonesia, bukan hanya beragam dalam aspek etnik atau kultural
semata melainkan juga agama, dan bahasa. Seperti kita lihat pada
gambar 2.1.7., sebagian besar wilayah di Indonesia memiliki keragaman
etnik danjuga agama yang cukuptinggi, kecuali untuk propinsi-propinsi di
PulauJawadanBali.
Pengkajian konflik sosial tidak hanya terkait dengan faktor-faktor yang
berpengaruh dan struktur konflik sosial, melainkan juga dampak yang
diakibatkan olehnya. Pengungsian dan kekurangan tempat tinggal,
kerugian ekonomi, rendahnya kelayakan hidup dan sumber daya,
merupakan beberapa dampak yang umumnya ditemukan pasca
terjadinya konflik sosial di beberapa wilayah di Indonesia. Pasca konflik
ditandai dengan adanya kerapuhan ( ) aspek sosial,
kemanusiaandanjugaekonomi di wilayahtersebut.
vulnerability
NAD
SUMUT
SUMBAR
BENGKULU
RIAU
JAMBI
SUMSEL
LAMPUNG
KEPRI
BANTEN
BABEL
JABAR
JATENG
DIY
KALBAR
KALTENG
DKI
JATIM
BALI
NTB
NTT
KALTIM
KALSEL
SULSEL
SULTENG
GORONTALO
SULUT
SULTRA
MALUKU
MALUT
PAPUA
2-1-7
Gambar 2.1.7.
Fraksionalisasi etnik dan agama di
Indonesia. Ukuran wilayah Pendapatan
Domestik Bruto, tanpa DKI Jakarta
(sumber: BPS, 2005) dan indeks warna
menunjukkan tingkat fraksionalisasi
etnik berdasarkan agama.
Gambar 2.1.8.
Tingginya biaya untuk kehidupan yang
layak dan insiden kekerasan sosial.
Ukuran wilayah menyatakan jumlah
insiden kekerasan sosial, sementara
warna menunjukkan biaya untuk
kehidupan yang layak (sumber:
Depnakertrans, 2007).
NAD
NAD
SUMUT
SUMUT
SUMBAR
SUMBAR
BENGKULU
BENGKULU
RIAU
RIAU
JAMBI
JAMBI
SUMSEL
SUMSEL
LAMPUNG
LAMPUNG
KEPRI
KEPRI
BANTEN
BANTEN
BABEL
BABEL
JABAR
JABAR
JATENG
JATENG
DIY
DIY
KALBAR
KALBAR
KALTENG
KALTENG
DKI
JATIM
JATIM
BALI
BALI
NTB
NTB
NTT
NTT
KALTIM
KALTIM
KALSEL
KALSEL
SULSEL
SULSEL
SULTENG
SULTENG
GORONTALO
GORONTALO
SULUT
SULUT
SULTRA
SULTRA
MALUKU
MALUKU
MALUT
MALUT
PAPUA
PAPUA
2-1-8
Untuk beberapa kasus di Indonesia, pasca konflik
mengalami peningkatan biaya hidup layak. Hal ini ditunjukkan pada
gambar 2.1.8., di mana kebutuhan hidup yang tinggi terdapat pada
propinsi-propinsi yang sering mengalami insiden kekerasan sosial, seperti
Maluku, Aceh, Lampung, Papua dan sebagian wilayah propinsi di Pulau
Jawa. Kurangnya sumber daya dan kurang berjalannya sektor-sektor
ekonomi menjadi penyebab utama tingginya biaya hidup layak di wilayah
tersebut.
Ironisnya, tingginya biaya untuk kehidupan pasca konflik di wilayah-
wilayah tertentu di Indonesia, seperti Maluku, Aceh, Lampung dan
Sulawesi Tengah, diiringi dengan tingkat pendapatan yang rendah untuk
masyarakat di wilayah tersebut. Pada gambar 2.1.9. kita bisa melihat
bahwa daerah-daerah seperti Maluku, Kalimantan Barat, Sulawesi, dan
sebagianbesar propinsi di pulauJawa, memiliki upahminimumyanglebih
rendah, relatif terhadap daerah-daerah lain di Indonesia. Fakta ini
tentunyamenjadi cukuppenting untuk diperhatikantatkalakitaberbicara
mengenai penangananwilayahpascakonflik.
beberapa wilayah
Paparan ini menunjukkan tingkat keheterogenan etnik di seluruh wilayah
Indonesia dengan menggunakan beberapa indeks yang lazim digunakan.
Secara umum, dengan menggunakan indeks-indeks tersebut, setiap
propinsi memiliki tingkat kehetogenan etnik yang tinggi. Konflik sosial
yang banyak terjadi di beberapa propinsi di Indonesia, terutama pasca
kejatuhan rezim orde baru, tidak seluruhnya terkait dengan isu
keheterogenan etnik, melainkan juga dengan beberapa aspek, seperti
buruknya tingkat ekonomi, ketidakpuasan terhadap kebijakan
pemerintah, hingga faktor-faktor sosio-religius masyarakat setempat.
Penyusunan indeks tertentu yang memperhatikan faktor-faktor tersebut
Gambar 2.1.9.
Jumlah insiden kekerasan sosial dan
upah minimum regional. Ukuran
kartogram menyatakan jumlah
insiden, sementara indeks warna
menunjukkan tingkat upah minimum
regional tahun 2007 untuk setiap
wilayah.
NAD
SUMUT
SUMBAR
BENGKULU
RIAU
JAMBI
SUMSEL
LAMPUNG
KEPRI
BANTEN
BABEL
JABAR
JATENG
DIY
KALBAR
KALTENG
DKI
JATIM BALI
NTB
NTT
KALTIM
KALSEL
SULSEL
SULTENG
GORONTALO
SULUT
SULTRA
MALUKU
MALUT
PAPUA
2-1-9
diperlukan untuk mengukur sejauh mana tingkat potensi konflik dari
setiapkawasandi Indonesia.
Penanganan konflik sosial di Indonesia tentunya perlu memperhatikan
faktor-faktor apa yang cukup berpengaruh dalammenimbulkan konflik di
daerah tersebut. Sebagai contoh, konflik Maluku dan konflik Aceh
tentunya mempunyai struktur yang berbeda dilihat dari latar belakang
dan faktor-faktor sosio-ekonomi yang memicu konflik di daerah tersebut.
Telaah lebih jauh tentang bagaimana struktur hubungan antar etnik di
setiap wilayah di Indonesia tentunya akan sangat bermanfaat dalam
mengambil kebijakan ekonomi dan politik yang mampu mengantisipasi
terjadinya konflik sosial di daerah tersebut, yang tak sedikit memakan
korbanjiwa.
2-1-10
min min
( ) x
( ) p x
x x
a
a-1
-

=


1
1 min
1 ln
n
i
i
x
n
x
a
-
=

= +

1
1 min
1
ln
n
i
i
x
n
x n
a
s
-
=
-
= =

Khanafiah, D., & Situngkir, H. (2007). Birds Eye View to Indonesian Mass Conflict: Revisiting the Fact of Self-Organized Criticality.
WorkingPaper Series WPG2007. BandungFeInstitute.
Konflik Ambon tahun 1999-2004
Sifat hukum pangkat pada distribusi korban selama periode konflik 1999-2004
dengan koefisien pangkat sekitar 2. Hal ini menunjukkan pola pengaturan pada
diri sendiri dalam hal terjadinya konflik dan kekerasan sosial selama periode
konflik tersebut. Ekstraksi sifat statistik ini memberikan gambaran bahwa dalam
peristiwa kekerasan sosial ini terjadi efek menyebar yang menyeramkan dan
melalui kalkulasi komprehensif atas momen-momen statistika yang dilakukan,
dalam limit tak berhingga jumlah korban terbesar yang mungkin menjadi tak
berhingga untuk tiap insiden yang ada. Perilaku organis kekerasan sosial ini
bersifat pengaturan diri sendiri dan sangat kompleks dalam perspektif
keterkaitan non-linier mikro-makro. Hal ini meninggalkan kita sebuah pelajaran
berharga, agar konflik serupa tidak pernah boleh terjadi di masa mendatang,
demi kemanusiaan.
lagi
Konflik dan Kekerasan Sosial: Simulasi Komputasional
Manajemen Identitas Sosial,
yang berbeda dan pola
pendinginan ketegangan
s o s i a l , m e n c e g a h
tercapainya nilai ambang,
yang berpotensi melahirkan
kekerasansosial.
Konflik Massa seringkali berasal dari
pola mobilisasi massa dalam sistem
sosial. Simulasi komputasional yang
dilakukan dapat membantu kita untuk
memahami terjadinya kekerasan masif
sebagai akibat munculnya mobilisasi
massa yang disulut melalui adanya
ketegangan identitas sosial yang
berbedadi dalammasyarakat.
Dalam simulasi beberapa hal yang
menjadi perhatianadalah:
Adanya kegelisahan eksogen atas
sistem dan lingkungan sosial di
mana anggota masyarakat berada.
Misalnya: kesulitan ekonomi,
i l egi ti masi pemeri ntahan di
kalanganagen, dansebagainya.
Faktor-faktor jaring sosial yang
memunculkan tokoh mobilisator
( dapat di pandang s ebagai
provokator) dalam mobilisasi yang
terjadi.
Adanya identitas kolektif (sosial)
dan ketegangan awal antar
identitas kolektif.
?
?
?
Rujukan:
Situngkir, H. (2004). On Massive Conflict: Macro-Micro Link. Journal of Social Complexity 1 (4): 3-13.
Manajemen identitas kolektif dan pola pendinginan melalui bentuk-bentuk interaksi
sosial sebagai duahal pentingdalampencegahanmerebaknyakekerasansosial.
2.2 Media dan Konstruksi Sosial
Harus diakui bahwa masyarakat modern tak dapat dipisahkan dari
berbagai teks yang mengandung berbagai hal informatif dari
kontekstualisasi kehidupan modern itu sendiri. Kita telah terbiasa
berinteraksi dengan berbagai artifak kehidupan modern berupa teks,
mulai dari novel, komik, surat kabar, hingga teks-teks dalammedia audio
visual seperti lirik lagu, puisi dan juga pembacaan berita di televisi. Studi
kultural seringkali dikaitkan dengan penelaahan teks-teks, yang
menyebabkan adanya kedekatan studi hermenutika dengan kajian studi
budaya.
Dalam kajian budaya, permintaan pendekatan transdisiplin sangatlah
tinggi karena dalampendekatan obyek budaya juga diperhatikan dimensi
ekonomi politik, analisis teks dan kritik tekstual, termasuk penyelidikan
terhadap penerimaan informasi dari audiens yang mengkonstruksi
budaya. Tendensi transdisiplin ini mendorong akuisisi dan eksploitasi
metode yang berkembang di ranah kajian sains alamuntuk berkontribusi
dalamkajiandanstudi budaya.
Kompleksitas budaya merupakan sebuah konsep yang dapat diterima
oleh hampir seluruh kalangan ilmu pengetahuan. Budaya manusia, atau
secara spesifik budaya modern dengan segala konstruksi sosial yang
bertalian dengan teks-teks di dalamnya, merupakan sistem yang tidak
sederhana. Pendekatan komprehensif lintas disiplin menjadi tak sekadar
perlu demi perolehan pengetahuan secara maksimal, namun menjadi
sebuahurgensi agar kitadapat menjinakkankompleksitas budaya.
Bagian ini menitikberatkan pada bagaimana media menjadi sebuah
artifak yang lahir dari manusia sekaligus memiliki kemampuan
mempengaruhi pola pikir manusia. Dua hal yang ingin dicakup dalam
bagian ini, adalah bagaimana media menjadi partner dari dunia
industri dalam proses produk-produk tertentu. Penelaahan ini
akan membawa kita pada sebuah konjektur tentang pola konsumsi
masyarakat dari sisi produk tertentu. Pendekatan kedua adalah
analisis terhadappemberitaanmediamassadenganmengakuisisi analisis
teks dan konsep sentralitas graf berbobot ( ). Di sini, kita
menganalisis secara tekstual sebuah surat kabar nasional yang
memiliki oplah terbesar se-Indonesia. Pendekatan ini membawa kita
kepadaberbagai konsepyangmemberi peranpentingtentangbagaimana
masyarakat Indonesiamemandangduniadanlingkungannya.
pertama
branding
branding
weighted graph
headline
2-2-1
Dinamika Opini:
Kompetisi Dua Opini dalam benak Masyarakat
Peran Media dan
RULE
majority rule
1: mengikuti aturan mayoritas
( ), kisi tengah cenderung
tetap pada opini mayoritas lokal.
RULE
p
RULE
RULE
2: ketika satu agen sosial
mengikuti satu opini yang berbeda
dengan tetangganya, peluang untuk
mengikuti mayoritas lokal meningkat
meski ada juga peluang (1- ) yang
relatif lebih kecil, yaitu tetap pada
pendiriannya.
3: Di samping mayoritas memiliki
kesempatan mempengaruhi kedua agen
yang lain, ada juga peluang di mana dua
agen bertetangga meyakinkan tiga
tetangga lainnya dengan aturan Sznajd
(2003).
4: Frustasi mikro-sistemik, di
mana agen yang ditengah "bingung"
dan memilih untuk tetap pada
pendiriannya. Di sini, kehadiran liputan
media (yang "mengiklankan" suatu
opini tertentu) dapat mengubah
struktur mikro dari sistem.
Pada simulasi ini, kita misalkan tiap kisi merepresentasikan satu agen
dalam sistem sosial yang pembaharuan state-nya diatur menurut rule
antara lain:
Tiap kisi yang merepresentasikan agen
sosial beraktivitas dalamdunia artifisial
yaitu:
Bentuk2D: duniaberukuran x
Bentuk3D: torus.
L L.
Kemudiandilakukansimulasi komputasional
Semakin besar ukuran pasar yang
hendak dikuasai, semakin lama waktu
yang dibutuhkan untuk membentuk
formasi opini dominan.
Persebaran opini dan merk/produk
akan jauh lebih menjadi sangat cepat
jika masyarakat (pasar) terkondisikan
untuk berkecenderungan mengikuti
mode.
Semakin besar sumber daya yang
digunakan dalam pengiklanan sebuah
produk maka semakin lama waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai
konsensus. Namun, keuntungan dari
konsensus juga menjadi semakin
besar.
Rujukan:
Situngkir, Hokky. (2006). Advertising in Duopology Games. Working Paper WPF2006.
BandungFeInstitute.
Sehinggadiperolehhasil seperti berikut:
2.2.1. Karakterisasi Pola Konsumsi
OrangIndonesiaBerdasarkanMerek
Manusia adalah makhluk simbol ( ) yang senantiasa
merepresentasikan berbagai hal dengan simbol dan penanda.
Representasi ini bahkan dilakukan dalam hal pemenuhan kebutuhan
hidupnya. Hal ini pula yang menjadi dasar pertimbangan bahwa analisis
kritis terhadap budaya masyarakat modern perlu memperhatikan sejauh
mana memberi pengaruh atas pola konsumsi masyarakat. Titik
ini perlu dicermati mengingat industri modern saat ini tak hanya
menghasilkan produk konsumsi, melainkan juga merek yang
membedakan satu produk dengan merek lain. Adalah sebuah tantangan
tersendiri untuk mengobservasi sejauh mana periklanan telah menjadi
bagian dalambudaya konsumsi masyarakat Indonesia saat ini. Yang jelas,
masyarakat kita adalah masyarakat yang menonton televisi,
mendengarkan radio, dan membaca pewartaan di berbagai media cetak.
Artinya, sedikit banyak akan ada pengaruh oleh berbagai imagi yang
ditawarkan oleh industri merek. Sepintas lalu, jika industri dan firma
berusaha menjual produk kepada pelanggan, maka media massa dapat
dilihat sebagai industri yang berusaha menjual merek kepada masyarakat
luas. Dalam titik ini, studi atas periklanan, dan bagaimana
masyarakat memilih produk berdasarkan merek menjadi diskusi yang
menarik.
Hal ini memotivasi kita untuk melihat lebih jauh. Upaya ini dilakukan
dengan mengeksploitasi berbagai metodologi yang memungkinkan kita
untuk melihat pola budaya modern ini lebih jauh secara kuantitatif dan
terukur. Data yang kita gunakan dalam studi ini bersumber dari
pengumuman yang dimuat di majalah
SWAsembada edisi 16/XXIII/26 Juli-8 Agustus 2007. Pembaca yang
tertarik dapat melihat langsung edisi majalah tersebut untuk melihat
lebih detail tentang proses pengambilan data dan kalkulasi yang
dilakukan, sehingga menghasilkan indeks yang dapat digunakan dalam
kajian ini. Dari data tersebut, kita melakukan studi dengan menggunakan
metodologi komputasional jaring saraf buatan atau tepatnya
(SOM). Perangkat ini digunakan sebagai alat bantu
klasifikasi danpengelompokandata.
animalus symbolicum
branding
branding,
Indonesian Brand 2007
self-
organizing map
2-2-4
Gambar 2.2.1.
Klasifikasi atas iklan yang diingat dan
asosiasi memori terhadap merek.
Produk-produk yang diiklankan memberikan asosiasi yang berkorelasi
kuat dengan pengenalan merek di antara konsumen di Indonesia. Hal ini
ditunjukkan oleh klasifikasi lima area oleh jaring saraf SOM yang kita
bangun, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.2.1. Pada gambar
tersebut terlihat bahwa kategorisasi yang kita lakukan berada pada garis
linier yang dihasilkan, dan terdapat sekitar 10 kelompok merek yang
berada di atas rata-rata dari sisi efektivitas periklanan dan pengetahuan
konsumen akan merek yang diiklankan. Dalam kategori yang diberikan,
produk-produk ini memang sudah cukup terkenal dan berada dalam
klasifikasi produk personal (air mineral, makanan ringan, mi instan, pasta
gigi, minuman, dan maskapai penerbangan di Indonesia). Sulit untuk
menduga bahwa kepopuleran produk ini disebabkan oleh intensitas
periklanan oleh firma yang bersangkutan mengingat produk-produk
tersebut telah cukup lama hadir dan populer di Indonesia. Secara umum,
terdapat korelasi positif yang kuat untuk produk-produk lain dalam tiga
kategori lainnya, seperti ditunjukkan pada gambar 2.2.1. Fenomena
menarik muncul untuk beberapa produk yang dikenali iklannya namun
tidak diingat merek yang diiklankannya, seperti produk kosmetika jamu
( ), produk minuman ( ),
suplemen kesehatan ( ). Namun secara umum, hal ini sangat
sensitif terhadap produk yang diiklankan. Empat produk tersebut
termasuk dalam merek yang tergolong (dalam indeks yang disusun)
sebagai .
fit
Slimming Tea Mustika Ratu, Merit Mountea
Cerebrovit
best brands
2-2-5
Gambar 2.2.2.
Klasifikasi atas dan
asosiasi memori terhadap iklan
disertai liniernya ( ).
brand share
fit inset
Tujuan pengiklanan tentunya adalah agar merek atas produk yang
ditawarkanbenar-benar dapat merauppasar seluas-luasnya. Pengukuran
atas sejauh mana iklan dapat memberikan kaitan dengan merek
tertentu ditunjukkan pada gambar 2.2.2. Pada gambar tersebut kita
menggunakan lebih banyak node jaring saraf untuk mendeteksi sedetail
mungkin sebaran data dalam ruang analitik. Hasil yang diperoleh sangat
menarik karena keterkaitan antara dan asosiasi memori
terhadap iklan yang ditampilkan sangat tinggi untuk masyarakat
Indonesia. Semakin besar asosiasi terhadap iklan maka yang
diperoleh oleh merek tersebut pun semakin besar pula. Hal ini
dikonfirmasi oleh node-node dalam jaring saraf yang kita gunakan untuk
memetakan ruang tersebut. Satu produk terlihat menjadi anomali dalam
satu kategori, yakni makanan ringan dengan merek . Tidak mudah
untuk melakukan analisis sebab terjadinya anomali atas merek ini.
Namun, satu hal yang jelas bahwa asosiasi memori masyarakat atas iklan
berbanding lurus dan linier dengan rekognisi atas iklan. Ini merupakan
sebuah kondisi yang menunjukkan bahwa, di Indonesia, iklan merupakan
suatu sarana yang sangat efektif dalam memperkenalkan produk dan
merektertentu.
share
brand share
brand share
Leo
2-2-6
Gambar 2.2.3.
Kepuasan terhadap merek produk.
Dua korelasi kuat yang ditunjukkan pada sub-bagian sebelumnya tidak
terjadi ketika kita mengkontraskan antara kepuasan pengguna dan
kemampuan konsumen Indonesia dalammengingat merek produk. Pada
gambar 2.2.3. ditunjukkan bahwa kemampuan konsumen kita dalam
mengasosiasikan kepuasannya atas merek tertentu dengan asosiasi
memorinya terhadap merek tertentu tidak senantiasa bersifat korelatif.
Terdapat lebih dari 90% merek yang kurang diingat, walaupun tingkat
kepuasan atas merek tersebut relatif tinggi. Apakah hal ini menunjukkan
bahwa produk-produk yang dipasarkan (tentunya yang dicakup dalam
survei yang dilakukan) sudah cukup baik dalam memuaskan pelanggan?
Argumentasi ini tentusajatidak mudahuntuk dijustifikasi. Namunterlihat
jelas, dalamkategorisasi 10 node jaring saraf SOMyang digunakan, hanya
terdapat sekitar 11 merek produk yang tingkat kepuasan atas merek
berkaitan erat dengan asosiasi memori konsumen
terhadap merek Dari sebelas produk ini, terdapat dua produk
yang cukup menarik, yakni merek obat sakit maag dan minuman
energi Dua produk ini memiliki nilai asosiasi memori
konsumen, atas iklan yang dilancarkan, yang secara
Namun, keduanyamemiliki nilai asosiasi konsumenatas merek dan
tingkat kepuasan yang tergolong tinggi. Ini tentunya merupakan contoh
merek yang telah sangat berhasil di pasar. Pengenalan konsumen atas
iklan dua produk tersebut tidak lagi berkaitan langsung dengan
pengenalanatas merek yang ditawarkan. Sementara itu, sembilanproduk
lainnya cenderung memiliki keterkaitan dengan pengenalan konsumen
atas merek-merektersebut.
Promag
ExtraJoss.
yang
bersangkutan
tersebut.
relatif tidak terlalu
tinggi.
2-2-7
Tingkat kepuasan konsumen atas merek-merek yang dipasarkan,
sebagaimana ditunjukkan pada sub-bagian sebelumnya, ternyata cukup
menarik ketika kita kaitkan dengan kemampuan merek tersebut dalam
merebut pangsa pasar yang ada. Merek-merek dengan pangsa merek
yang kuat dan memiliki tingkat kepuasan tinggi berjumlah relatif cukup
banyak, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.2.4. Yang menarik
tentunya adalah merek dengan dan kepuasan penggunaan
yang tinggi dengan tingkat asosiasi memori konsumen atas iklan tidak
berada dalam klasifikasi paling tinggi dalam jaring saraf SOM, seperti
ditunjukkan pada gambar 2.2.1.
tidak
begitu dominan dalam hal pengenalan merek. Namun, mereka
menguasai pangsa merek yang tersedia serta memiliki tingkat kepuasan
pelanggan yang sangat tinggi. Merek-merek seperti
dan tidak termasuk dalam merek
dengan tingkat rekognisi akan iklan yang tinggi (lihat gambar 2.2.1.).
Namun, mereka termasuk dalam yang sangat tinggi pada bidang
ini. Ini menunjukkan bahwa, meski tidak banyak, dimungkinkan
terjadinya penguasaan merek di pasar tanpa dibarengi dengan tingkat
pengiklanan yang tinggi. Dalam hal ini, teknik pemasaran (selain
pengiklanan) dapat pula menjadi pemicu tingginya nilai indeks pangsa
merek, sebagaimanaditunjukkanpadagambar 2.2.4.
Masyarakat Indonesia cenderung terpengaruh terhadap iklan. Selain itu,
iklan menjadi sebuah sarana yang vital dalamhal persaingan usaha. Pada
gambar 2.2.5. ditunjukkan keterkaitan antara kepuasan pengguna dan
asosiasi merek produk yang bersangkutan.
banyak merek yang berada pada utama. Lebih
jauh dapat terlihat pada perbesaran gambar 2.2.5. Hubungan yang
tak linier tersebut juga menunjukkan adanya kecenderungan
kepuasan pelanggan tak selalu disertai dengan ingatan yang baik atas
brand share
Slimming Tea
Mustika Ratu, Okky Jelly, Frutang, Keripik Leo, Mountea, Cerebrovit,
Frutang, OkkyJelly,
Teh Sosro, Sikat Gigi Formula cluster
cluster
cluster
inset
Merek-merek seperti
Pada bidang dua variabel
tersebut, dari 10 node jaring saraf yang digunakan dalam proses
klasifikasi, tidak
bahwa
Gambar 2.2.4.
Brand share dan kepuasan pengguna
produk dengan merek tertentu.
2-2-8
Dari studi lima bidang tersebut serta dengan mengamati pola
yang terjadi di dalamnya, kita dapat melihat beberapa fakta tentang pola
konsumsi di Indonesia dan kaitannya dengan merek produk yang
digunakan. Beberapafaktatersebut antaralain:
clustering
?
?
?
?
Pengiklanan merupakan sarana pemasaran yang penting untuk
meningkatkan asosiasi memori konsumen pada merek, meski
ditemui juga beberapa yang membentuk merek yang
dikenali konsumen tapi dengan asosiasi atas iklannya yang tidak
begitutinggi.
Masyarakat Indonesia cukup terpengaruh dengan pengiklanan
dalam hal pemilihan merek tertentu, sehingga
cenderung sangat terkait dengan asosiasi atas iklan suatu merek.
Semakin kuat asosiasi atas iklan, maka kecenderungan untuk
meraup yang luas juga sangat tinggi. Hal ini terlihat
padahampir seluruhmerekproduk.
Tingkat kepuasan pelanggan atas merek secara relatif cenderung
tidak selalu berkaitan dengan ingatan pelanggan atas merek suatu
produk. Beberapa justru tak begitu diingat meski indeks
kepuasanpenggunaannyarelatif tinggi.
Beberapa merek tertentumenguasai yang tinggi meski
indeks kepuasan penggunaan atas merek tersebut tidak begitu
tinggi. Hal ini juga terjadi pada ingatan atas pengiklanan merek
tersebut.
brand cluster
brand share
brand share
brand
brandshare
iklan dari merek yang bersangkutan. Ada banyak produk dengan asosiasi
memori atas iklan yang tidak tinggi, namun ternyata menunjukkan indeks
kepuasanpenggunaanyangrelatif tinggi. Gambar 2.2.5.
Clustering pada bidang kepuasan
pengguna dan tingkat asosiasi merek
atas iklan.
2-2-9
2.2.2. Isu2008dalamHorizonMediaNasional
Model yang kita bangun secara sederhana berkeinginan untuk
menggambarkan penggunaan kata sebagai elemen terkecil dari teks
dalam bentuk graf atau jaringan. Penggunaan model ini telah dirintis
sebelumnya dengan cara yang berbeda, misalnya oleh para peneliti di
CASOS (
) di Amerika Serikat. Mereka menggunakan analisis teks dan
representasi statistiknya dalam pengamatan sistem sosial kompleks.
Beberapa pendekatan analisis kompleksitas yang dilakukan oleh R. F.
Sancho dan R. V. Sol tentang sifat-sifat jaringan bahasa telah pula
memeriksa dan membuktikan secara demonstratif persistensi sifat
topologi duniakecil dalamjaringankata-kata.
Sebagaimana diungkapkan oleh pionir analisis frekuensi penggunaan
kata dalam korpus, G. K. Zipf, manusia berupaya untuk memperkecil
usaha dalam mengkomunikasikan gagasan. Perilaku ini menyebabkan
adanya kecenderungan bagi penulis/pewarta teks untuk menggunakan
pengulangan kata sedemikian sehingga secara timbal balik
pendengar/pembaca warta teks menggunakan usaha yang minim pula,
dalam proses mencerna makna. Akibatnya, penggunaan kata menjadi
berulang. Jika kita menganggap penggunaan satu kalimat dalam teks
(baik berupa surat kabar, , maupun pesan singkat)
sebagai sebuah graf terkoneksi penuh, maka kumpulan kalimat-kalimat
tersebut dapat memberikan sebuah visualisasi graf. Jika sebuah kata
dianggap sebagai sebuah node, lalu keterhubungan antar kata, misalnya
pada satu kalimat, menjadi tepinya ( ) maka graf keterhubungan
antar konsep dalam jaringan teks dapat dimodelkan sebagai sebuah graf
keterhubunganantar konsepyangdirepresentasikandalamkalimat.
Dalambagian ini, kita ingin menyelidiki data teks berupa seluruh
harian KOMPAS, sebagai salah satu media nasional yang memiliki oplah
terbesar di Indonesia. Data data teks berupa yang digunakan
mulai dari 1 Desember 2006 hingga 27 Juli 2007. Data surat
kabar ini merupakan kumpulan judul yang dipilih dan menjadi tajuk
utama dari sebuah surat kabar nasional yang sedikit banyak dapat
menggambarkan berbagai isu populer yang menjadi isu hangat pada
sistemsosial kitasecaranasional.
Analisis jaringan teks tersebut dikerjakan dengan menggunakan sebuah
metode komputasional. Studi dilakukan pada korpus yang dikonstruksi
melalui surat kabar nasional dan pesan pendek spontan
masyarakat melalui layanan telepon selular. Objek penelitian ini
sebelumnya lebih sering didekati secara kualitatif oleh pendekatan
konvensional. Gagasannya adalah memodelkan kata sebagai jaringan
linguistik. Dari sini diharapkan, kita dapat menemukan sebuah
baru, yangsebelumnyasulit diperolehmelalui analisis kualitatif.
Center for Computational Analysis of Social and Organizational
Systems
headline newsticker
edges
headline
headline
headline
headline
insight
2-2-10
Ilustrasi Metodologi Studi Media dengan Jaring Linguistik dalam Khazanah Kajian Budaya Modern
D i s t r i b u s i p e l u a n g
keterhubungan antara satu
konsep baru dengan jaringan
konsep lama yang menyusun
g r a f ( ( ) ) , p e l u a n g
penggunaan kata ( ( )), dan
peluang kekuatan sentralitas
( ( )) menunjukkansifat skala.
p k
p kw
p s
Satu kata akan cenderung terhubung dengan kata
lain dengan sifat skala: satu kata baru yang ingin
digunakan dalam penyusunan satu kalimat baru
cenderung terhubung dengan kata lain yang sering
digunakan dalam totalitas korpus tersebut. Satu
kata (baca: konsep) menjadi sangat terhubung
denganbanyak konseplaindankata yang dominan
tersebut secara mendasar menunjukkan pola
tematikal pemaknaan konsep secara umum dari
korpus.
Perl u di catat bahwa (karena anal i si s i ni
menggunakan metodologi yang melihat pola
pemaknaan yang terepresentasi dari penggunaan
kata), kata-kata yang sensitif terhadap tata bahasa,
seperti kata sambung, kata sandang, kata
keterangan, dan seterusnya, kita hilangkan dari
korpus yang ingindiobservasi. Hal ini tentunya akan
memperjelas keterhubungan antara satu konsep
dengan konsep lain, yang ditunjukkan dengan
penggunaankata-katatertentudi dalamkorpus.
Dari gambar 2.2.6. kita dapat melihat bahwa sepanjang periode
Desember 2006 hingga Juli 2007, harian Kompas sangat didominasi oleh
pemberitaan di seputar isu pemerintahan eksekutif di Indonesia. Hal ini
tentudapat dikaitkandenganpolapemberitaanKompas yangdikenal luas
sebagai salah satu media nasional terpopuler di tanah air dalam
mengkritisi sekaligus memberitakan berbagai aspek pemerintahan di
Indonesia. Secara tematik, Kompas sebagai media nasional yang
terkemuka cukup raji n menampi l kan pemberi taan tentang
kepemimpinan nasional dan dinamika aspek politika pemerintahan,
sebagaimana dibutuhkan oleh pembacanya. Lebih jauh, kita juga tergoda
untuk melihat sejumlah aspek dan isu nasional yang berkembang pada
periode investigasi tersebut, sebagaimana terekamdalam surat
kabar ini. Untuk memudahkan, graf yang total keterhubungan dari
seluruh konsep yang ada pada basis data kita reduksi menjadi
graf yang lebih sederhana dengan hanya menampilkan seratus kata
terkuat dalammatriks keterhubunganyangada.
Dari gambar tersebut, dengan memahami konstruksi sosial dalam
pemberitaan surat kabar, kita dapat melihat beberapa isu nasional di
sepanjang periode investigasi tersebut. Isu-isu tersebut antara lain
pemberitaan seputar kecelakaan pesawat dari maskapai ADAM AIR,
bencanalumpur Lapindo, banjir di beberapalokasi di Indonesia, termasuk
hal-hal seputar ekonomi seperti harga beras, kredit dan investasi, serta
pemberitaan isu politik seperti pengesahan Undang-undang, konstitusi,
aktivitas pemerintahan (presiden dan wakil presiden) serta beberapa isu
khusus seperti misalnya epidemi flu burung dan kasus Institut
Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Pendekatan mendetail di seputar
isu-isu ini dapat dilakukan dalam analisis media termasuk keterkaitan
antara satu konsep dengan konsep lain. Dalamkerangka evaluatif aspirasi
kemasyarakatan, hal ini tentu dapat memberikan wacana cara melihat
pemberitaan surat kabar secara umum dalam periode waktu tertentu,
termasuk bagi harian yang bersangkutan untuk memandang secara
umum pola pemberitaan yang ada. Hal ini tentu tidak dapat dilakukan
hanya dengan sekadar membaca berita. Sumbangan metodologis analisis
mediaini dapat dilakukandalamkerangkastudi budayasecaraumum.
headline
headline
Gambar 2.2.6.
Visualisasi matriks yang
menggambarkan kekuatan dari
beberapa node harian
Kompas.
s S
headline
i

2-2-12
Setelah beberapa kali filterisasi konsep
berdasarkan tingkat kepentingannya,
kita dapat melihat beberapa konsep
dari dinamika kehidupan sosial politik
bangsa Indonesia dalam periode
observasi tekstual yangdilakukan.
Beberapa hal yang menarik untuk
dicatat adalah bahwa terdapat corak
pengel ompokan konsep dal am
pemberitaan tentang bencana di
beberapa tempat di nusantara.
Kecelakaan di sektor transportasi yang
memakan korban jiwa, kasus Institut
Pendidikan Dalam Negeri (IPDN) yang
menghebohkan, kasus penumpukan
sampah, tentang harga kebutuhan
pokok seperti beras, serta beberapa isu
seputar politik pemilihankepala daerah
(PILKADA), politik ibu kota, dan politik
luar negeri terkait isu terorisme,
i ntel i j en, dan peri st i wa pasca
penyeranganASkeIrak.
Dari pemberitaan ini terlihat pula
keterkaitan antara konsep pihak yang
disoroti atau obyek pemberitaannya
media massa bersangkutan dan isu
yang di angkat. Cukup menari k
memperhatikan beberapa isu ekonomi
misalnya investasi, kredit, APBD, Bank
Indonesia menunjukkan yang
seolah terpisah dari konsep tokoh
nasional yangmenjadi subyekberita.
cluster
2.3. Korupsi
2.3.1. Aspek Teoretis Korupsi
Eksistensi korupsi di bumi pertiwi memiliki sejarah yang sangat panjang,
bahkan telah ada sejak lama. Korupsi juga ditengarai sebagai salah satu
penyebab yang melatarbelakangi bubarnya VOC, ratusan tahun yang lalu.
Perilaku ini terus bertahan hingga sekarang, era Indonesia modern.
Praktik ini sangat memasyarakat dan begitu dekat dengan kehidupan kita
sehari-hari, mulai dari pengurusanKTP, iuransampahwarga hingga
biayaproyekskalatriliyunanrupiah.
Di Indonesia, korupsi sangat sering dihubungkan dengan 2 konsep
lainnya, yaitu: kolusi dan nepotisme. Hubungan tiga konsep tersebut kita
kenal baik dalam akronim populer KKN (korupsi, kolusi, nepotisme).
Hornick (2001) mendefinisikan kolusi sebagai sebuah kondisi dimana
pekerja publik berkonspirasi atau bekerjasama dengan pekerja publik
atau individu privat lainnya untuk merugikan individu, masyarakat atau
negara. Sementara nepotisme adalah sebuah kondisi dimana pekerja
publik menempatkan anggota keluarga atau kroni pada sebuah posisi
tertentudi atas kepentinganmasyarakat ataunegara.
Menurut Keefer (2002), korupsi berhubungan erat dengan karakteristik
demokrasi Indonesia saat ini, yang menginduksi terjadinya korupsi.
, institusi demokrasi yang ada masih belum cukup dewasa.
, horizon kebanyakan politisi sangat pendek. , di negara
demokrasi yang telah mapan, pengendalian korupsi dilakukan oleh
pemerintah. Namun, di Indonesia, khusunya pasca reformasi, tanggung
jawab itu diserahkan kepada . Di lain pihak, pemilih tidak cukup
mampu dalam mempengaruhi kebijakan yang dikeluakan oleh partai
politik( ).
Korupsi memiliki dampak yang sangat serius bagi pertumbuhan ekonomi,
evolusi kontrak sosial (sebagaimana telah dibahas di bagian 1.1.),
hubungan internasional dan lain sebagainya. Untuk itu, isu ini harus dikaji
secara serius dengan menggunakan berbagai jenis pendekatan yang ada.
Di bagian ini, kita akan mengkaji dinamika korupsi di Indonesia dengan
menggunakan pendekatan komputasi. Struktur permasalah tersebut
coba ditumbuhkan di dalam komputer ( ), sebagaimana telah kita
diskusikan di bagian 0.2. Dengan menggunakan pendekatan ini
diharapkan kita akan mampu menjawab sejumlah wacana umum, yang
biasamuncul ketikaberbicaratentangkorupsi.
Korupsi sangat rumit untuk didefinisikan. Korupsi bukanlah sebuah
fenomena ekonomi esklusif. Abed dan Davoodi (2000) menyebutkan
bahwa korupsi adalah manifestasi dari sejumlah proses politik, hukum
mark-
up
Pertama
Kedua Ketiga
legislator
legislator
in silico
2.3.1.1. KerumitanPendefinisianKorupsi
(sumber:
Poster Komisi Pemberantasan Korupsi
Republik Indonesia)
2-3-1
Gambar 2.3.1.
Corruption Perception Index
Transparency
International,
Indonesia
yang dibuat oleh
di mana 0 artinya sangat
korup dan 10 artinya sangat bersih,
sepanjang tahun 1995 hingga 2006.
Gambar 2.3.2.
Normalized Corruption Index
World Bank
merupakan ukuran kemampuan
pemerintah untuk mengendalikan
korupsi untuk 195 negara di dunia,
pada tahun 2002. Indeks ini disusun
oleh (Kaufmann, dkk,
2003). Dari gambar ini terlihat bahwa,
di kawasan Asia Tenggara,
kemampuan Indonesia untuk
mengendalikan korupsi sangat lemah.
dan aspek-aspek lainnya, akibatnya kita harus membedah persoalan ini
secara hati-hati. Untuk itu, pertama-tama kita mengkaji terlebih dahulu
definisi korupsi yangakandigunakan.
Di Indonesia, menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi, korupsi terkait dengan perbuatan
melawan hukum yaitu melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain, atau suatu korporasi, yang dapat merugikan keuangan
atau perekonomian negara. Sementara dalam definisi umum, yang lebih
populer, disebutkan korupsi sebagai penyalahgunaan kekuasaan publik
untuk kepentingan pribadi (Tanzi, 1998). Perdebatan tidak berhenti di sini
karena, ternyata, korupsi memiliki banyak konseptualisasi lain. Namun
dapat kita katakan bahwa, korupsi terkait dengan gejala lemahnya sistem
politik, sosial, hukum dan ekonomi. Ketika korupsi menyebar, aktor akan
berupaya menyembunyikan tindakan tersebut dari perhatian publik.
Tindakan ini terjadi di banyak negara karena memang, pada dasarnya, ini
bukan hal baru dalam peradaban manusia. Namun, modus dan tipe
korupsi di tiap negara dan zaman bervariasi. Satu hal yang perlu dicatat di
sini adalah adanya perbedaan definisi yang digunakan dalam mengukur
danmenganalisis fenomenakorupsi.
2-3-2
Berg (2001) menganalisis sejumlah metode pengukuran korupsi. Saat ini,
korupsi diukur dengan menggunakan survei dan jajak pendapat yang
menggunakan sampel acak dari pendapat warga lokal atau kaum bisnis.
Upaya ini dapat kita sebut sebagai metode pengukuran subjektif, seperti
terlihat pada gambar 2.3.1. dan 2.3.2. Dua pengukuran ini berbeda, yang
pertama berbasis persepsi, sementara yang lain berbasis pengalaman.
Metode pengukuran subjektif tersebut mendapat banyak kritikan.
Namun di sini, kita tidak bermaksud untuk mendiskusikan metode-
metode tersebut secara khusus, melainkan berupaya untuk mencari
struktur umum korupsi di Indonesia. Di sini kita akan menggunakan peta
analitik korupsi yang diusulkan oleh Gambetta (2000) dan model teori
permainankorupsi di birokrasi (Norris, 2000).
Untuk mendefinisikan korupsi, terlebih dahulu kita harus menganalisis
agen-agensosial yang terlibat dalamproses tersebut. Menurut Gambetta
(2000) setidaknyaadatigaagenyangterlibat dalamproses korupsi, yaitu:
2.3.1.2. ApaYangDisebut Korupsi?
1. agen(individuataukumpulanindividu) yangmemberikanmandat
( ).
2. agen yang menerima mandat dan kepercayaan serta bertindak
untukkepentinganpihakpertama( ).
3. agen yang memanfaatkan kepercayaan agen ke agen guna
mendapatkankeuntungantertentu( ).
T
G
T G
P
Gambar 2.3.3.
Model primitif korupsi. Panah solid
menunjukkan aturan permainan dan
representasi lain menunjukan situasi
dimana terjadinya korupsi.
Korupsi terjadi pada keterhubungan antara ketiganya, yang deskripsinya
dapat kita lihat di gambar 2.3.3. Agen memberikan mandat dan
kepercayaan karena ia berharap agen akan melayani kepentingannya.
Korupsi terjadi padasaat agen menyalahgunakanmandat tersebut. Dari
penjelasan di atas diketahui bahwa tindakan suap (agen memberikan
sogokan ke agen dan penyalahgunaan wewenang (penggunaan
sumber daya publik untuk kepentingan pribadi) adalah bentuk-bentuk
korupsi. Pada kasus suap yang melibatkan anggota polisi lalu lintas dan
hakim, kita dapat menginterpretasikannya ke dalam bentuk korupsi
karena agen melakukan tindak penyogokan kepada agen untuk motif
pribadi, dalam hal ini menghindari kewajibannya sebagai warga negara
untuk patuh pada aturan lalu lintas yang dibuat negara. Namun, kita juga
dapat menemukan bentuk lain misalnya, agen yang semestinya
memiliki hak tertentu, hanya akan mendapatkan hak tersebut setelah
menuntaskan persyaratan tertentu di luar aturan yang berlaku, misalnya
diminta membayar sejumlah uang. Contoh kecil untuk kategori ini adalah
praktik pembuatan KTP yang seharusnya selesai dalam1 minggu menjadi
mulur sampai 1 tahun karena agen tidak membayar suap. Upaya agen
memperoleh haknya lewat pemberian upeti kepada agen G disebut
sebagai suap untuk memperoleh hak. Dua praktik ini sering terjadi di
Indonesia.
T
G
G
P
G)
P G
P
P P
2-3-3
. Kategori ini terkait dengantindakanaktor
atau sejumlah aktor tertentu yang mendistorsi pelaksanaan
aturan yang telah ada untuk kepentingan pribadi atau golongan.
Ini dapat dilihat di gambar 2.3.4. Warga negara seharusnya
memperoleh hak tertentu. Namun, sejumlah oknum
menyalahgunakannya untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Misalnya, sesuai dengan aturan , pengurusan KTP hanya
mengeluarkan biaya 10 ribu rupiah namun pada praktiknya tarif
layanan pembuatan KTP dibanderol pada 100 ribu rupiah. Ini
adalah bentuk korupsi lewat layanan, karena aturan tidak
berubahtapi pelaksanaannyadiselewengkan.
. Kategori ini terkait dengan tindakan aktor
atau sejumlah aktor tertentu untuk mempengaruhi hukum,
kebijakan, dan regulasi untuk kepentingan pribadi atau golongan.
Praktik lobi lapangan tennis seorang pengusaha kepada
seorang pejabat pemerintah atau anggota DPR agar membuat
regulasi yang memperbolehkanimpor gula adalahcontohkorupsi
lewat aturan. Aturan impor gula tidak diselewengkan tapi justru
diubah untuk kepentingan pihak tertentu. Gula yang sebelumnya
dilarang masuk oleh aturan menjadi boleh diimpor karena
adanya aturanbaru( ). Secara umum, tipekorupsi ini lebihhalus
sertasulit dideteksi dandiberantas daripadatipepertama.
Korupsi lewat layanan
Korupsi lewat aturan
X
X
Y
Y*
?
Gambar 2.3.4.
Struktur umum korupsi di Indonesia,
yaitu: korupsi lewat layanan (kiri) dan
korupsi lewat aturan.
Dari gambar 2.3.4. terlihat, secara umum kasus korupsi terjadi akibat
adanya interaksi agen dan : melalui pertukaran keuntungan dan
penyelewengan kepercayaan. Kolusi dan nepotisme secara inheren
masukan dalam dua tipe korupsi di atas. Di bagian selanjutnya kita akan
mengkaji dinamika korupsi melalui sebuah model yang dikonstruksi dari
duatipegenerikdi atas.
G P
Secara umum, korupsi di Indonesia dapat dikategorisasi menjadi dua jenis
yaitu:
2-3-4
2.3.1.3. Model DinamikKorupsi
Ada 2 kelompok agenyaitukelompok (birokrat) dankelompok (warga
negara). Tiap agen memiliki tetangga, dengan jumlah tertentu, di
kelasnya. Di tiap putaran, agen terhubung dengan agen . Tindakan
korupsi ( terjadi saat dua agen dan yang berperilaku
korup atau memiliki keinginan untuk korupsi ( )
bertransaksi. Dengan demikian akan ada dua agen yaitu korup dan
tidak korup, di mana untuk agen korup ia juga memiliki peluang untuk
bertanggung jawab di depan hukum. Sehingga secara lengkap, terdapat
tiga agen yaitu korup, tidak korup, dan dipenjara.
G P
G P
corrupt action) P G
corrupt behavior
state
state Aturan untuk
setiapagendi masing-masingronde:
Gambar 2.3.5.
Ilustrasi model dinamin yang
dibangun.
?
?
?
Agen memilih secara acak patner dari kelompok lain yang tidak
dipenjara. Lalu, iamemutuskanuntukkorupatautidakkorup.A
Agenyangmemilihkorupmemiliki peluangditangkap.
Agen memutuskan untuk korup atau tidak di ronde selanjutnya.
Keputusan tersebut didasarkan pada nilai ekspektasi, yang
dipengaruhi: faktor kejujuran ( ), jumlah kawan yang
dipenjara dan pertemuan dengan mitra korup yang tidak dipenjara
(terkait memori), ganjaranhukumanuntuksi korupdansi tidakkorup.
Salah satu alternatif solusi yang sering diusung dalam upaya
pemberantasan korupsi adalah mengupayakan agar setiap orang
berperilaku jujur. Secara praktis, solusi ini dimanifestasikan ke berbagai
metode seperti kampanye moral serta tindakan lainnya yang
berhubungan dengan kepercayaan atau agama. Untuk membuktikan
honesty index
2.3.1.4. Interpretasi-ulangSolusi Korupsi yangBerkembang
A. KampanyeMoral
2-3-5
pendapat ini, kita melakukan simulasi dengan memvariasikan nilai indeks
kejujuran ( ) dari rata-rata nol hingga satu. Hasil simulasi
dapat dilihat di gambar 2.3.6. Dari gambar ini ditunjukkan bahwa
tindakan korupsi ( ) menurun seiring dengan meningkatnya
nilai rata-rata indeks kejujuran. Namun yang mengejutkan, korupsi tidak
benar-benar hilang saat rata-rata dekat ke satu. Artinya
tingkat kejujuranyang sangat tinggi sekalipuntidak akanmembuat semua
agen dan agen menjadi tidak korup. Fakta ini menunjukkan bahwa
perjuangan melawan korupsi tidak akan pernah cukup hanya dengan
upayameningkatkanmoral danintegritas semata.
honesty index
corrupt action
honesty index
P G
B. PeningkatanGaji
Tindak korupsi sering dikaitkan dengan faktor gaji yang sangat kecil.
Apakah korupsi akan hilang jika gaji dinaikkan? Untuk membuktikan
pendapat ini, kita melakukan simulasi dengan memvariasikan gaji atau
ganjaran bagi agen tanpa korupsi. Dari gambar 2.3.7. terlihat bahwa
jumlah agen, baik kelompok maupun , yang korup masih tetap tinggi
ketika gaji dinaikkan. Fakta ini memperlihatkan dibutuhkannya
pendekatan yang lebih holistik dalam menganalisis dan memberantas
korupsi. Jadi, korupsi tidak hanya dapat diselesaikan dengan pendekatan
faktor kesejahteraan, seperti gaji, semata.
G
G P
Gambar 2.3.6.
Hasil simulasi dengan
yang bervariasi.
honesty index
Gambar 2.3.7.
Hasil simulasi ketika gaji atau ganjaran
bagi agen tanpa korupsi diperbesar. G
2-3-6
C. Memori
Di bagianini kita mencoba untuk melihat efek memori terhadapdinamika
yang terjadi di sistem artifisial tersebut. Pada gambar 2.3.8., kita dapat
menemukan bahwa peningkatan ukuran memori akan menurunkan
tindak korupsi secara gradual. Agen menggunakan informasi yang telah
ada sebelumnya dalammenentukan keputusan ke depan. Saat ia melihat
ada banyak temannya yang dipenjara, ia cenderung takut untuk
berkorupsi. Dari simulasi ini, kita dapat menemukan bahwa, ketika
memori masa lalu meningkat, perilaku korup masih tetap tinggi pada
agen , yaituwarganegara, namunsangat kecil untukagenbirokrat. P
Gambar 2.3.8.
Hasil simulasi ketika memori diubah-
ubah.
D. JejaringSosial
Ukuran jejaring sosial merefleksikan banyaknya informasi yang
didapatkan seorang agen. Ia juga menunjukkan tingkat demokratisasi.
Semakin demokratis sebuah sistem sosial, maka informasi yang
didapatkanolehseorangagenmenjadi semakinbanyak. Adawacanayang
menyebutkan bahwa transparansi dan akuntabilitas pemerintah akan
mengurangi korupsi. Untuk menguji pernyataan tersebut dilakukan
simulasi yang hasilnya dapat terlihat di gambar 2.3.9. Kita dapat melihat
bahwa ketika ukuran jejaring sosial sangat kecil, sistem artifisial kita
bersifat korup. Namun, ketika ukuran jejaring sosial diperbesar, tindakan
korup, baik oleh agen birokrat maupun agen warga negara menurun
drastis. Ini menunjukan adanya sebuah transisi sosial ketika ukuran
jejaring sosial diperbesar. Sebagaimana telah dibahas di bagian
sebelumnya, dari sini didemonstrasikan adanya sebuah hubungan yang
tidak linier antara proses demokratisasi dengan korupsi. Ketika proses
demokratisasi mencapai sebuah level tertentu maka korupsi akan
menurunsecaradrastis.
2-3-7
Gambar 2.3.9.
Hasil simulasi ketika ukuran jejaring
sosial agen (kiri) dan agen (kanan)
diubah-ubah.
G P
E. PenegakanHukum
Solusi lain yang dapat digunakan untuk menyelesaikan korupsi adalah
penegakan hukum. Apakah peningkatan masa hukuman bagi para
koruptor akan mengurangi korupsi? Dari hasil simulasi, yang terlihat di
gambar 2.3.10., diketahui bahwa perpanjangan masa kurungan bagi para
koruptor akan mengurangi tindak korupsi secara signifikan. Secara
umum, korupsi akan turun secara lebih drastis ketika masa kurungan bagi
agen birokrat ( ) ditambah, dibandingkan dampaknya ketika masa
kurungan bagi agen warga negara ( ) ditingkatkan. Namun, perlu dicatat
bahwa, perilakukorupsebaiknya ditekanlewat penegakanhukum, secara
proporsional bagi kedua kelompok agen. Hal ini penting agar perilaku
korupmenurundi duakelompoktersebut.
G
P
Gambar 2.3.10.
Hasil simulasi ketika masa hukuman
bagi agen (kiri) dan agen (kanan)
diubah-ubah.
G P
Gambar 2.3.11.
Hasil simulasi ketika peluang koruptor
tertangkap diubah-ubah.
2-3-8
Gambar 2.3.12.
Sistem akan berubah secara endogen
menuju rezim yang tidak korup
ketika peluang koruptor tertangkap
diperbesar.
Pendekatan lain yang dapat kita lakukan adalah dengan meningkatkan
kemampuan aparat penegak hukum dalam menangkap koruptor. Baik
birokrat ( ) maupun warga negara ( ) keduanya memiliki peluang
tertangkap ketika melakukan korupsi. Dari hasil simulasi (gambar 2.3.11.)
terlihat bahwa perilaku korup akan turun signifikan ketika peluang
koruptor tertangkap sangat besar. Dinamika ini dapat dilihat secara lebih
detil di gambar 2.3.12. Pada saat peluang koruptor tertangkap cukup
besar maka akan ada transisi dari rezim yang korup ke rezim yang tidak
korup. Ini menunjukkan bahwa dalam upaya pemberantasan korupsi,
adalah penting untuk menjaga konsistensi aparat penegak hukum dalam
menangkap koruptor. Konsistensi ini akan menyebabkan sistem secara
endogenbertransisi menujurezimyangtidakkorup.
Dari hasil simulasi di samping, kita dapat melihat bahwa penegakan
hukum bagi semua kalangan dapat digunakan sebagai solusi
pemberantasan korupsi. Perlu dicatat, upaya penegakan hukum harus
dilakukan di segala aspek, baik dari sisi tingkat hukuman (bagi birokrat
dan warga negara) yang terlibat korupsi maupun dalam hal konsistensi
aparat penegakhukumdalammenangkapkoruptor.
G P
2.3.2. Korupsi OlehLSM
Pasca runtuhnya rezim Soeharto 1998, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) tumbuh dengan begitu pesat. Fakta ini dipercaya terkait dengan
tingginya intensitas donasi luar negeri dalam kegiatan pemberdayaan
sosial di Indonesia. Pada dekade 80-an jumlah LSM hanya sekitar 3.000
buah. Namun saat ini, jumlah LSM yang terdaftar saja lebih dari 13.400
buah, belum lagi yang tidak terdaftar. Fakta ini menimbulkan beragam
pertanyaan. Seberapa efektif dan efesienkah LSM mampu melakukan
pemberdayaan sosial dan proses demokratisasi? Untuk itu, kita perlu
perlu melakukan studi lebih jauh. Berdasarkan data yang dikoleksi oleh
LP3ES (2002) tercatat, dari lebih 450 LSM di Indonesia, ada sekitar 62%
yangmemperolehbantuanfinansial dari luar negeri. Sumber pembiayaan
lainnya berasal dari: sumbangan anggota, bantuan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dan hasil konsultasi proyek yang dijalankan oleh LSM
tersebut.
Aktivitas LSM memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
demokratisasi dan mendorong akuntabilitas publik di negara ini. Namun
terkadang, ada situasi dimana LSM sendiri justru menyelewengkan
donasi luar negeri untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
Donatur asing ( ) memberikan mandat kepada LSM ( ) untuk
memberikan pelayanan kepada pihak tertentu ( ). Pada saat LSM
menyelewengkan mandat tersebut untuk kepentingan pribadi atau pihak
tertentu, maka ia telah melakukan korupsi (berdasarkan definisi yang
telahkitabuat di bagiansebelumnya).
Sebagaimana telah kita bahas di bagian sebelumnya diketahui bahwa
korupsi adalah sebuah fenomena kompleks. Fenomena ini tidak cukup
T G
P
2-3-9
diselesaikan hanya dengan menggunakan kampanye atau gerakan moral
anti korupsi semata. Ia terkait dengan banyak aspek yang terkait dengan
aktivitas LSM. Namun di tengah upaya pemberantasan tersebut, ada
dilema bagi pihak donor asing. Di satu sisi, ia tidak dapat sepenuhnya
mengawasi kegiatan LSM dalam menjalankan aktivitas penyelesaian
permasalahan lokal. Akan tetapi di sisi yang lain, ia harus memberikan
kepercayaan alokasi dana kepada pihak LSM. Semuanya berawal dari
kepercayaan. Akibatnya muncul dilema. Hal ini dapat memunculkan
adanya nepotismeantara broker lokal danagensi donor. Dengankata lain,
diperlukan sejumlah mekanisme evaluasi dana yang diserap oleh pihak
LSM. Hal inilahyang menjadi titik perhatianutama bagianini. Akantetapi
perlu dicatat bahwa di sini, kita tidak bermaksud untuk mengkuantifikasi
ukuran keefektifan dana oleh LSM. Dalam pekerjaan ini kita mencoba
untuk memodelkan permasalahan tersebut dengan menggunakan logika
Ruang gerak LSM di Indonesia berkutat pada isu-isu negara ketiga,
seperti: pertanian, lingkungan, advokasi, demokrasi dan pemerintahan,
kesehatan, studi perkotaan dan lain sebagainya. Tugas utama LSM di
Indonesia adalah menjadi perangkat pemberdayaan sosial guna
menyelesaikan masalah keterlambatan evolusi sosial di Indonesia. Di sini
kita perlu mencatat bahwa evolusi sosial di Indonesia berkaitan erat
dengan aktivitas ekstra-parlementer, gerakan mahasiswa dan kegiatan
demonstrasi lainnya. Namun tentu saja, kita tidak dapat menempatkan
gerakan mahasiswa dalam fase akhir evolusi tersebut. Gerakan
mahasiswa, yang dilindungi oleh kebebasan mimbar akademik, menjadi
salah satu motor yang memicu gerakan awal perubahan sosial. Fase akhir
evolusi tersebut, salahsatunya, dijalankanolehLSM.
Perjalanan Indonesia sekarang berhubungan erat dengan Orde Baru.
Dalam era tersebut pemerintahan dijalankan secara otoriter. Akibatnya,
proses demokratisasi terhambat dan ada kesenjangan antara pemerintah
danrakyatnya. Di era ini, LSMdiharapkanmampumenjadi jembatanyang
menghubungankesenjangantersebut, menjalankanfungsi demokratisasi
serta berupaya mengkonstruksi hubungan kemitraan antara pemerintah
dan rakyat. Aktivitas ini memerlukan sumber daya yang cukup besar.
Setelah krisis (1997-1998) pemerintah memiliki kekurangan sumber daya
untuk menyokong aktivitas tersebut. Untuk itu dibutuhkan banyak
bantuan. Di sini, donasi dari luar negeri diharapkan mampu mengisi
kekosongantersebut.
LSM di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam
menciptakanikliminvestasi, situasi politik, ekonomi, budaya danaktivitas
sosial yang sehat. Peranan ini dapat kita lihat di gambar 2.3.13. Dari sini
kemudian kita dapat mengkaji hubungan tersebut menggunakan metode
logika .
fuzzy.
fuzzy
2.3.2.1. PerananLSMDalamPemberdayaanSosial
Gambar 2.3.13.
Peranan LSM dalam evolusi sosial di
Indonesia.
2-3-10
Logika Fuzzy
Aristoteles membangun logika. Hukum ini sering disebut
logika dua nilai ( ). Dalam kerangka ini disebutkan bahwa,
jika sesuatu tidak benar maka ia pasti salah dan jika sesuatu tidak salah
maka ia pasti benar. Ide ini sebenarnya telah dikritik sejak zaman Yunani.
Parmiendes menyatakan bahwa sesuatu itu dapat benar atau salah (
. Heraclitus menyatakanbahwa sesuatudapat benar dan
tidak benar. Pada tahun1920, Lukasiewicz menyebut daerahketiga dalam
logika . Logika bernilai tak hingga
), dituturkan pertama kali oleh Lotfi A. Zadeh, profesor di University
of California Barkeley, tahun 1965. Semenjak itulah istilah
populer digunakan.
Dalam logika dua nilai Aristotelian hanya ada dua buah tipe pernyataan
yaitu benar dan salah, misalnya: "Bambang gendut" atau "Bambang tidak
gendut". Dalam logika kondisi-kondisi lain dapat diakomodasi,
misalnya pernyataan: "Bambang agak gendut", "Bambang kurang begitu
gendut" dan lain sebagainya. Logika dimulai dengan set
Sebuah set adalah sebuah set tanpa batasan. Ia dapat memuat
sebuahelemendenganderajat keanggotaansebagian. Dari sini kemudian
kita akan mengenal konsep fungsi keanggotaan ( ).
Fungsi keanggotaan adalah sebuah kurva yang memetakan nilai input ke
sebuah derajat keanggotaan yang bernilai antara nol dan satu. Misalnya,
ketika berat badan Bambang diantara 70kg dan 90kg maka ia
dikategorisasi sebagai agak gemuk, dan seterusnya. Namun upaya
klasifikasi diskrit (<50kg,50-70kg, dan seterusnya) tersebut terkadang
sangat subjektif dan membatasi kemampuan analisis. Untuk set
dapat dikembangkan dengan berbagai jenis fungsi keanggotan yang
bersifat kontinu, misalnya garis lurus, sigmoid, gaussian dan lain
sebagainya.
prinsip dasar
bi-valued logic
law
of exclude midle)
(three-valued logic) (infinite-valued
logic
fuzzy logic
fuzzy
fuzzy fuzzy.
fuzzy
membership function
fuzzy
Logika memiliki prosedur operasional tersendiri, seperti operasi
"negasi", "dan" serta operasi "atau". Proses formulasi pemetaan dari
input ke ouput dengan menggunakan logika disebut f
. Ada banyak jenis FIS, misalnya: FIS Sugeno, FIS Mamdani,
dan seterusnya. Pendekatan ini dapat digunakan di banyak aplikasi.
Konsep ini memberikan sebuah kerangka baru yang dapat membantu
penyelesaian beberapa aplikasi yang tadinya sulit untuk dipecahkan,
termasukdalammembedahsistemsosial.
fuzzy
fuzzy uzzy inference
system (FIS)
2.3.2.2. Studi LSMdi IndonesiaMenggunakanLogikaFuzzy
Ada tiga jenis input FIS dalammodel ini, yaitu: ada tidaknya donasi asing,
apakah LSM menjalankan tindakan yang sesuai dengan keinginan donor
atau tidak (atau justru kabur dengan uang tersebut), apakah tindakan
LSM tersebut sesuai kebutuhan masyarakat. Di model sederhana ini,
diasumsikan semakin fit pekerjaan tersebut maka situasi sistem sosial
menjadi lebih baik. Tiga masukan tersebut diproses dengan
menggunakan FIS Mamdani. Sketsa proses yang dilakukan dalam model
tersebut dapat dilihat di gambar 2.3.14.
Gambar 2.3.14.
Ilustrasi model adaptif yang
digunakan.
Fungsi keanggotaan yang dikonstruksi dengan menggunakan kurva
gaussiansimetri, seperti terlihat di gambar 2.3.15.
Gambar 2.3.15.
Fungsi keanggotaan yang digunakan,
yaitu: (a) fungsi keanggotaan donasi
lembaga penyalur internasional ke
LSM, (b) tindakan yang dilakukan oleh
LSM, (c) dan kecocokan tindakan yang
dilakukan, oleh LSM, ke masyarakat
lokal tertentu, serta (d) fungsi
keanggotaan evaluasi yang dilakukan
oleh donor.
2-3-12
Dengan menggunakan fungsi keanggotaan tersebut, kita dapat melihat
hubungan kait-mengait antara variabel: donasi, tindakan dan kecocokan
tindakan. FISyangdigunakandapat dilihat di gambar 2.3.16.
Dengan menggunakan perangkat analisis tersebut, kita dapat mengkaji
efektivitas donasi yang diberikan ke LSM, seperti terlihat pada gambar
2.3.17.
Gambar 2.3.16.
Ilustrasi FIS yang digunakan.
Gambar 2.3.17.
Keterkaitan antara variabel bantuan
dan kecocokan terhadap tingkat
efektivitas LSM (atas) serta hubungan
antara variabel bantuan dan tindakan
terhadap tingkat efektivitas LSM
(bawah).
2-3-13
Dari sini kita dapat melihat adanya "gelombang" keterkaitan antara
variabel kecocokan dan bantuan, ia tidak membentuk sebuah hubungan
linier. Peningkatan bantuan tidak serta-merta meningkatkan efektifitas
tindakan yang dilakukan oleh LSM. Ini dapat dipahami bahwa, donasi
sebaiknya didasarkan pada sejumlah studi perencanaan terlebih dahulu
sebelum dikerjakan oleh LSM. Dengan kata lain, lembaga penyalur dana
sebaiknya menyiapkan sejumlah studi saintifik di luar kegiatan LSM. Studi
pra-donasi tersebut diharapkan akan dapat menjadi perangkat evaluasi
bagi donor akankeberhasilankegiatanyangakandikerjakannantinya.
Kita membutuhkan sejumlah mekanisme yang lebih baik dalam
mengevaluasi aktivitas LSM, untuk mencegah penyia-nyian dana bantuan
dari donatur. Sistem evaluasi tersebut sebaiknya didasakan pada sebuah
prosedur standar disertai upaya pemberian sanksi hukum bagi pihak-
pihak yang terbukti menyelewengkan dana tersebut. Skema evaluasi ini
dapat dibangun dengan menggunakan metode yang diusulkan di
atas. Namun, sebelum mengimplementasikan sistem evaluasi standar
tersebut, dibutuhkan sejumlah survei yang mengukur keefektifan
program yang selama ini dijalankan LSM di Indonesia. Dengan adanya
prosedur tersebut diharapkan, kita dapat memperkecil kemungkinan
penyelewengandana, dalamproyek-proyekyangdikerjakanolehLSM.
2.3.2.3. Arahan
fuzzy,
2.3.3. Korupsi di Daerah
Korupsi menyebar di segenap penjuru nusantara. Tetapi, seberapa jauh
hal itu terjadi? Berdasarkan data empiris yang berhasil dikoleksi oleh
Malang Corruption Watch (2006), kita mencoba untuk melihat sebaran
praktek korupsi yang melibatkan pejabat dari jajaran eksekutif dan
legislatif daerah, khususnya berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah. Data tersebut dikompilasi olehMalang CorruptionWatch
dari berbagai sumber berita yang ada di internet, koran dan buku.
Kartogramkorupsi di daerahdapat dilihat di gambar 2.3.18.
2-3-14
Gambar 2.3.18.
Kartogram sebaran korupsi dan indeks
kemiskinan daerah. Data korupsi yang
sangat terbatas menyebabkan
beberapa wilayah tidak tampak dalam
kartogram (sumber: Kurniawan, Luthfi,
dkk., ed. 2006)
2.3.4. BeberapaCatatan
Korupsi adalah salah satu fenomena kompleks. Ia terjadi dimana-mana,
mulai dari jajaran pemerintah pusat, pemerintah daerah, LSM hingga ke
sektor swasta. Kompleksitas dan skala persebaran korupsi
mengakibatkan ia tidak cukup hanya didekati dengan faktor moral dan
kesejahteraan semata, tetapi juga dengan aspek sosial dan antropologi
lainnya.
Dengan menggunakan perangkat komputasional di atas kita dapat
menunjukkan dan menguji sejumlah hipotesis dan wacana umum yang
beredar di masyarakat. Sekali lagi perlu diperhatikan di sini, korupsi tidak
dapat dilihat secara mono-dimensi. Korupsi terkait dengan banyak aspek
sosial, mulai dari politik, ekonomi maupun aspek kultural. Untuk itu,
upaya pemberantasan korupsi hendaknya dibangun secara komprehensif
karenadiskusi tentangkorupsi adalahsebuahdiskusi inter-disiplin.
Namun perlu diperhatikan bahwa korupsi tidak hanya dapat terjadi di
jajaran aparat pemerintah pusat dan daerah semata, melainkan juga di
dalam LSM. Untuk itu, kita membutuhkan sejumlah mekanisme yang
lebih baik dalam mengevaluasi aktivitas LSM. LSM adalah salah satu
elemen bangsa yang bertugas menjaga proses demokratisasi di
Indonesia. Tetapi sangpenjagajugabutuhpenjagabukan?
2-3-15
Ekonomi dan
Keuangan Negeri
Bab 3
Bab ini menyediakan lapangan wiyatamandala tempat
untuk belajar dari ekonomi kita saat ini. Hal ini dapat
dijadikan refleksi guna membentuk ekonomi yang lebih
baik. Bagaimana ekonomi kompleksitas memandang
kemiskinan dan berbagai aspek sosial yang dapat
memiskinkan serta bagaimana caranya agar kita bisa
keluar dari kemiskinan, yang menjadi bahasan pertama.
Ini kita kaitkan pula dengan kondisi angkatan kerja di
Indonesia, yang saat ini perlumendapat perhatianlebih.
Ketenagakerjaan tidaklah sesimpel melihat jumlah
pengangguran dan ketersediaan lapangan kerja, karena
dinamika sosial yang kompleks bermain di sini. Dalam
perspektif sederhana saja, secara mikro aspek
pengangguran bertali-talian dengan kriminalitas dan
banyak aspek sosial lain. Ia membrojolkan situasi
kompleks yangperludicermati denganseksama.
Aspek ekonomi lain yang perlu kita perhatikan adalah
posisi pasar keuangan Indonesia di kawasan Asia Pasifik
dan bagaimana sebenarnya ikliminvestasi di nusantara.
Hal ini dilanjutkan lebih jauh dengan menggunakan
berbagai perangkat-perangkat ekonofisika untuk
melihat pasar modal kita, mulai dari dinamika per
saham, hingga interaksi korelatif antar saham sebagai
sebuahsistemkompleks.
Terdapat banyakpeluanginovasi analitikyang dapat kita
pelajari di sini, sebagaimana halnya analisis tentang
inovasi yang diketengahkan di bagian akhir bab ini. Bab
ini membuka peluang. Namun, semua itu tergantung
bagaimana dapat mengakuisisi semua itu, demi
hidupyanglebihbaik.
kita
3.1. Makroekonomi Kompleks
Indonesia
Sistemkompleks sebagai sistemyang sangat rumit di mana bagian-bagian
di dalamnyamemiliki keterkaitandaninterdependensi yang sangat tinggi.
Dari pemahaman ini, kita ketahui bahwa
ilmu ekonomi juga memerlukan perspektif
yang luas. Hal ini penting karena selain memiliki dampak yang sangat
besar, iajuga
perusahaan Indofood,
penghasil Indomie, menjadi berlipat ganda. Pada gilirannya nanti, kondisi
ini akan mendongkrak nilai saham Indofood di bursa.
sistem ekonomi termasuk
sebagai sebuah sistem kompleks. Mengingat tingginya kompleksitas
dalam sistem ekonomi maka
berkenaandenganhajat hiduporangbanyak.
Sebagai ilustrasi sederhana, dalam sejarah fisika, dikenal sebuah kondisi
yang disebut sebagai kondisi transisi fasa yaitu sebuah titik kritis
terjadinya perubahan fasa zat, misalnya dari cair ke gas. Hukum-hukum
fisika konvensional bekerja dengan baik pada fasa zat yang pasti, seperti
cair, gas, atau padat. Sayangnya, hal yang sama tak berlaku pada titik
transisi fasa. Di titik ini, tingkat kompleksitas dari zat menjadi luar biasa
rumit, hal yang satu menjadi begitu bergantung pada hal lain,
Sekarang coba kita lihat sistem ekonomi. Seorang ekonom pasti serta-
merta sadar akan betapa rumitnya sistemekonomi. Di disiplin ini melekat
sebuah ungkapan, semua hal sangat bergantung pada semua hal lain.
Contohnya, pergerakan saham-saham di Bursa Efek Indonesia. Mari kita
berandai-andai, misalkan ada sebuah berita yang menyatakan bahwa
pendapatanTelkommenurun. Akibatnya, investor mencabut investasinya
danberalihkesahamIndosat, yangmendongkraknilai sahamnyadi bursa.
Terjadi korelasi negatif dari fluktuasi harga kedua saham. Artinya,
sebagaimana analisis standar mengatakan, jika yang saham yang satu
turun, sahamlain terdongkrak. Akan tetapi, bukankah kedua perusahaan
ini beradapadasektor yangsama?
Namun ternyata misalnya, kenaikan sahamIndosat tadi menjadi ekstrem.
Begitu tingginya sampai-sampai perusahaan ini menaikkan jumlah
produksi, jumlah cabang, jumlah tenaga kerja, bahkan tenaga kerja
diupayakan bekerja siang dan malam untuk mempertahankan
pencapaian tersebut. Makin banyak pula dari tenaga kerja di
berbagai lokasi produksi Indosat yang berbondong-bondong ke warung
Indomie siang dan malam. Akibatnya, pendapatan
Justru terjadi
korelasi positif antara sahamdengan sektor yang sangat berbeda. Kondisi
ini yangtakterantisipasi olehanalisis standar.
Di sini jelas terlihat bahwa, di dalam sistem ekonomi, ada saling-
keterkaitan yang sangat intens. Jika ada 300 sahamyang diperdagangkan
di BEJ, maka untuk menganalisis situasi ekonomi yang direpresentasikan
aktivitas dalam bursa efek, kita harus memperhatikan 89.700 interaksi.
everything
depends oneverythingelse.
demand
3-1-1
Sebuah hal yang luar biasa rumit, jika kita konsisten dengan pendekatan
ekonomi konvensional. Fisika mengenal beragam model untuk analisis
semacam ini lewat analisis model spin, yang disokong simulasi
komputasional sehingga kita bisa mengamati dinamika yang terjadi. Salah
satu caranya, semua spin dianggap saling berinteraksi satu sama lain,
yangterikat sebuahaturanyangberubahmenurut waktu.
Fenomena kritis transisi fasa di fisika akhirnya berpeluang memberikan
potensi besar dalam analisis pertumbuhan ekonomi. Interaksi yang
dimaksud tidak harus berhenti di saham. Saling-kebergantungan antar
aktor ekonomi atau agen sistem sosial juga bisa menciptakan sejumlah
tipe perilaku agregat yang beragam, ketika di lain tempat, pendekatan
asumtif atas sistemyang teramati disambung olehkebijakanyang asumtif
pula. Konsekuensinya bisa sangat dramatis bagi pertumbuhan sistem
yangbersangkutan.
Analisis sistem kompleks yang khusus membicarakan ikhwal sistem
ekonomi secara umum lahir dari tuntutan bahwa ilmu ekonomi
konvensional memerlukan berbagai pembaharuan agar mampu
menjelaskanberbagai fenomenayangditemui di dunianyata. Gelombang
ini muncul karena realita yang ada seringkali tidak sejalan dengan
berbagai teori ekonomi yang umum digunakan. Namun, perspektif
konvensional tersebut justru sering dijadikan referensi dalam
pengambilan kebijakan, baik di tataran ekonomi makro maupun
kebijakan yang berlingkup pada satu firma saja. P
untutan ini muncul. Gelombang ini dibarengi pula dengan
sebuah tren dalam ranah ilmu fisika yang menggunakan berbagai
perangkat mekanika statistika dan sistem kompleks. Dalam sejarah
keilmuan komplekitas sosial, tren ini disebut ekonofisika. Saat ini,
ekonofisika telah cukup banyak memberikan kontribusi dalam
pendalamanpemahamankitaakansistemekonomi yangkompleks ini.
Dalam sistem alam, ketidaksamaan merupakan suatu fenomena yang
senantiasa terjadi. Sebagai contoh, adanya perbedaan dalammassa jenis
untuk setiap unsur di alam, adanya variasi dalam satu spesies, dan lain
sebagainya. Fenomena ketidaksamaan ini terjadi juga dalamsistemsosial
dan ekonomi. Fenomena ini bisa terlihat dari sejumlah fakta yang ada di
sekitar kita. Perusahaan dan individu, pada umumnya, memiliki tingkat
pendapatanserta lajupertumbuhan ekonomi yang berbeda-beda. Dalam
sistem sosial dan ekonomi, fenomena ketidaksamaan dalam tingkat
kesejahteraantersebut terlingkupi dalamkajiankemiskinan.
Kemiskinan pada umumnya identik dengan kondisi kekurangan sumber
daya atau pemasukan ( ). Fenomena kemiskinan itu sendiri pada
hakikatnya merupakan suatu fenomena yang hadir di tengah masyarakat,
bahkan sebelum manusia mengenal sejarah. Dalam catatan sejarah, kita
ada akhir abad ke-20
yang lalu, t
3.1.1. Memahami KemiskinanKita
income
3-1-2
biasanya menjumpai fenomena tersebut sebagai bentuk hirarki dalam
masyarakat. Pada umumnya, penggolongan masyarakat pada hirarki
tersebut dibedakan berdasarkan kekayaan, kekuasaan dan status sosial
lainnya. Kelompok orang miskin biasanya identik dengan pekerja kasar
atau budak, sementara yang kaya identik dengan bangsawan, pemuka
agamaatauseorangsaudagar.
Sudah sejak lama kemiskinan diduga membawa dampak yang negatif
untuk masyarakat, seperti munculnya penyakit, keterbelakangan mental,
kekurangan nutrisi, bahkan terjadinya konflik. Tak mengherankan bahwa,
fenomena kemiskinan menjadi sebagai suatu permasalahan yang banyak
mendapat sorotan. Perhatian ini hadir seiring dengan
Berbagai telaah
tentang kemiskinan hadir dalam ilmu sosial dan juga ekonomi. Kajian ini
dilakukan terutama untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalamtentang konsep kemiskinan. Dari landasan ini diharapkan, kita
dapat menarik titik temu penyelesaian masalah yang benar-benar
efektif.
Kajian tentang kemiskinan sendiri, mau tidak mau akan selalu
berhadapan dengan pertanyaan: apa itu kemiskinan serta bagaimana
seseorang dikatakan miskin. Dalamkaitannya dengan kedua pertanyaan
tersebut, kita terkadang sulit untuk memberikan jawaban yang cukup
tegas. Pada kajian-kajian yang telah sering dilakukan, kedua pertanyaan
tersebut seringkali bermuara pada suatu kategorisasi tertentu terhadap
apa yang disebut miskin. Di pertengahan abad ke-20 misalnya, kriteria
miskin ditentukan berdasarkan pada tingkat pendapatan per kapita.
Sebagai contoh, jika besar ambang batas pendapatan perkapita miskin
adalah 10 dollar, maka seseorang bisa dikatakan miskin jika mempunyai
pendapatan per kapita kurang dari 10 dollar. Namun sayangnya dalam
beberapa kasus, kategorisasi ini tidak berlaku umum, terutama jika
dikaitkan dengan adanya variasi tingkat harga untuk masing-masing
wilayah. Sebagai contoh, harga beras di Cianjur lebih rendah di
bandingkan di kota-kota lain, misalnya Jakarta. Akibatnya, untuk jumlah
uang yang sama masing-masing orang di kedua kota tersebut akan
mendapatkan kuantitas beras yang berbeda. Hal lain yang juga membuat
kriteria kemiskinan berdasarkan pendapatan tidak bisa dijadikan patokan
umum adalah adanya variasi pada jenis kebutuhan. Sebagai contoh,
makanan pokok saudara kita di Papua adalah sagu, yang tentunya
berbeda dengan penduduk lain di Pulau Jawa yang umumnya
mengkonsumsi beras.
Beberapa faktor yang telah disebutkan di atas, menyebabkan kriteria
kemiskinan berdasarkan pendapatan per kapita dirasakan kurang begitu
tepat. Hal tersebut, kemudian memunculkan pendekatan baru dalam
menentukan miskin/tidaknya seseorang, yaitu pendekatan kebutuhan
hidup minimum. Dalam pendekatan ini dicari sebuah nilai nominal
tertentu yang diperlukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup
minimumnya. Jika pendapatannya lebih kecil daripada nilai nominal
semakin
berkembangnya peradaban dan meningkatnya kesadaran akan
pentingnya kesamaan harkat dan martabat manusia.
3-1-3
tersebut, maka ia dikatakan berada dalam kondisi miskin. Dalam
pendekatan ini miskin bisa diartikan tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidup minimumnya. Dalambeberapa hal, kriteria tersebut memang bisa
dijadikanacuan, terutamaapabilamasyarakatnyahomogen.
Selain standar di atas, masih terdapat standar lain yang umumnya
dijadikan ukuran untuk menentukan seberapa miskin seseorang. Sebagai
contoh di beberapa negara, umumnya digunakan ukuran kalori yang
dibutuhkan seseorang untuk dapat bekerja. Seorang buruh kasar atau
petani penggarap sawah tentu membutuhkan konsumsi kalori yang
berbeda denganseorang manajer. Akibatnya, penghasilanminimumyang
dibutuhkan oleh seorang penggarap sawah atau buruh kasar pasti juga
akan berbeda dengan seorang manajer. Namun ternyata, ukuran ini
terkadang cukup menyulitkan. Apalagi jika dikaitkan dengan jenis
makanan lokal yang bervariasi, baik dalam jumlah kalori dan juga tingkat
hargadari masing-masingjenis makanantersebut.
Faktor-faktor yang menentukan kesejahteraan dan kelayakan hidup
setiap individu pada hakikatnya sangatlah banyak dan bervariasi. Tak
mengherankan jika dalam perkembangannya, dimensi kebutuhan
minimum pun semakin diperbesar. Pada mulanya ia hanya melingkupi
kebutuhan fisik dari mulai sandang, pangan dan papan. Lalu diperluas
dengan melingkupi kebutuhan jasa, seperti air bersih, sanitasi dan
fasilitas kesehatan, transportasi dan pendidikan. Selain itu, batasan lain
yang kemudian diperhitungkan adalah dengan melihat bagaimana peran
sertapartisipasi seseorangdalammasyarakat atausistemsosial dimanaia
tinggal, yang kemudian disesuaikan dengan adat istiadat dan kebiasaan
yangadadi wilayahtersebut.
Ada banyak faktor yang menjadi penentu nilai kebutuhan hidup
seseorang. Kondisi ini mengakibatkan digunakannya berbagai indikator
untuk menentukan nilai tersebut. Indikator yang digunakan meliputi
indikator ekonomi, seperti pendapatanper kapita, jumlahpengangguran,
tingkat harga, dan lain-lain, dan juga indikator non-ekonomi, seperti usia
harapan hidup, kualitas pelayanan kesehatan, kualitas sanitasi, akses air
bersih, akses pendidikan, dan lain sebagainya. Di samping itu, dalam
pendekatan ini juga telah mulai dirintis penggunaan perangkat
matematika dalam menganalisis pengaruh indikator tersebut terhadap
keseluruhan sistem dan juga bagaimana hubungan antara satu faktor
dengan faktor yang lainnya. Umumnya, hal ini dilakukan dengan
menggunakan perangkat ekonometri. Perangkat ini adalah suatu
pendekatan yang menggunakan model dan perangkat analisis
matematika, berupa persamaan diferensial, statistika, dan pendekatan
lainnya, dalamusahamenjelaskanperilakusistemekonomi.
Pendekatan statistika merupakan pendekatan yang banyak dilakukan
untuk menganalisis kemiskinan. Namun, dalambeberapa hal pendekatan
ini kurang begitu baik dalam mengakomodasi hubungan antar indikator
yang begitu banyak, baik itu indikator ekonomi maupun indikator non-
ekonomi. Interpretasi yang dilakukan dalam pendekatan statistika,
3-1-4
umumnya lebihdidasarkanpada properti makroyang bisa teramati, serta
hitungan-hitungan aggregat. Upaya ini terkadang kurang memberikan
gambaran mengenai proses-proses apa di tingkat individu (mikro) yang
menjadi penyebab terjadinya kemiskinan di suatu daerah. Selain itu, ia
juga memiliki sejumlah kendala dalam melihat hubungan saling
mempengaruhi antara faktor denganfaktor lainnya.
Perdebatan dalam batasan miskin dan juga standar yang digunakan
dalam mendefinisikan kemiskinan memang tidak ada habisnya. Upaya
tersebut terkadang membuat kita lupa akan sebuah hal yang sangat
signifikan dalamanalisis kemiskinan, yaitu tentang apa yang menjadi akar
kemiskinan dan bagaimana cara yang paling efektif agar kita bisa lepas
dari kemiskinan.
Jika kita runut dari beberapa diskusi di atas, terlihat bahwa pada dasarnya
fenomena kemiskinan merupakan suatu fenomena yang telah banyak
dianalisis. Bahkan kita bisa mengatakan bahwa munculnya ilmu ekonomi
dan ilmu sosial itu sendiri, pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk
mencapai kesejahteraan manusia. Salah satunya adalah mengentaskan
kemiskinan, baik itu secara individu maupun kelompok. Tak
mengherankan jika studi kemiskinan lebih
menekankan pada dimensi ekonomi, seperti pendapatan, konsumsi dan
lainsebagainya.
Namun jika ditinjau lebih jauh, kemiskinan tidak semata merupakan
permasalahan ekonomi. Kemiskinan merupakan suatu permasalahan
yang disebabkan oleh berbagai dimensi, baik itu dimensi ekonomi
maupun sosial. Kompleksitas yang terjadi dalam fenomena kemiskinan
tentunya menuntut adanya suatu analisis yang komprehensif dan lebih
holistik serta diharapkan akan memberikan suatu penjelasan dan solusi
yanglebihtepat dalampengentasankemiskinan.
Beberapa dekade belakangan ini
mempunyai ruh
berupa pendekatan interdisipliner dan pencapaian solusi berbasiskan
permasalahan. Paradigma ini membawa angin segar dalam studi
kemiskinan. Perspektif ini lebih menekankan pada hubungan antar
properti dan proses di tingkat mikro dengan fenomena yang terjadi di
tingkat makro. Cara pandang ini telah memberikan warna baru tentang
bagaimana menganalisis suatu fenomena alam, termasuk fenomena di
sistem sosial seperti halnya kemiskinan, secara . Dalam
praktiknya, pendekatan kompleksitas yang mewarnai analisis sistem
sosial sendiri banyak ditunjang oleh kemajuan pesat dalam ilmu dan
perangkat komputasi. Hal inilah yang kemudian memunculkan beberapa
alat analisis baru, seperti: pemodelan sistem dinamik non linier, model
evolusioner, hingga pemodelan berbasis agen. Berikut ini, kita akan
menjabarkan beberapa contoh bagaimana pendekatan
interdisipliner dalammenganalisis fenomenakemiskinan.
Kesejahteraan dan pendapatan memang dua hal yang berbeda. Namun,
bisa jadi keduanya dapat kita hubungkan,
satu
pada awal perkembangannya,
, terutama dengan lahirnya pendekatan
kompleksitas, lahir sebuah perspektif baru yang
menggunakan
dengan cara yang kompleks
bottom-up
3-1-5
tentunya. Namun terlepas dari semua itu, untuk alasan kepraktisan
banyak orang yang mencoba melihat kesejahteraan dari sisi pendapatan
semata. Hal ini dilakukan mengingat pendapatan relatif lebih mudah
diukur dibandingkandengankesejahteraan, yangrelatif lebihabstrak.
Vilfredo Pareto, seorang ilmuwan sosiologi dan ekonomi, mendapati
bahwa distribusi kumulatif pendapatan masyarakat eropa barat
mengikuti suatu distribusi yang saat ini lebih dikenal sebagai distribusi
hukum pangkat ( ). Dalam distribusi ini, jika kita mengurutkan
ranking penduduk dari penghasilan yang paling kecil ke yang paling besar
maka kebanyakan populasi akan mengumpul pada rangking penghasilan
yang paling kecil. Hal tersebut tentunya saja membuat fenomena ini
berbeda dengan fenomena alam lainnya, yang pada umumnya hadir
sebagai distribusi normal. Pada distribusi normal, kebanyakan populasi
mengumpul pada nilai rata-rata. Dengan kenyataan ini, nilai rata-rata dan
juga simpangan baku (suatu besaran statistika yang kerap digunakan
untuk melihat penyimpangan data terhadap rata-rata) dirasakan tidak
lagi memberikan informasi yang relevan. Sebagai konsekuensinya,
analisis tentang sifat distribusi kekayaan mulai beralih pada pemahaman
tentang bagaimana proses ataumekanisme di tingkat individuyang dapat
menjelaskanmunculnyadistribusi kekayaantersebut.
Pendekatan ekonofisika, yang didasarkan pada konsep mekanika
statistika dan simulasi komputasional, memberikan peluang untuk
melihat mekanisme seperti apa yang dapat membrojolkan sifat atau
properti tertentudari distribusi pendapatanmasyarakat. Sejumlahmodel
komputasional pun dikonstruksi untuk menjawab tuntutan tersebut.
Sebagai contoh, analisis simulatif yang digunakan untuk melihat
bagaimana karakteristik makro berupa distribusi kekayaan individu dapat
terjadi. Pada dasarnya, hal ini muncul akibat adanya beberapa
mekanisme ekonomi yang dilakukan oleh individu, yaitu mekanisme
perdagangan dan investasi. Dalam hal ini, dikatakan bahwa dinamika
kekayaan seseorang dipengaruhi oleh dua hal yaitu mekanisme
pertukaran uang antara ia dengan yang lain (perdagangan) dan juga
besarnya kekayaan yang disimpan (investasi). Dua hal tersebut berubah
dari waktuke waktu. Dari hasil simulasi, ditunjukkanbahwa sifat statistika
berupa distribusi Pareto pada kekayaan individu dapat membrojol
denganadanyamekanismeini.
Fenomena lain yang terkait dengan kemiskinan adalah adanya segregasi
dalampemukiman. Pada kota-kota besar kita sering melihat fenomena ini
yaitu kelompok masyarakat tertentu dengan status ekonomi yang hampir
sama akan menempati pemukiman yang dalam batas lingkungan yang
sama. Tak mengherankan jika dalam keseharian kita sering terdengar
istilahpemukimankumuhatauistilahpemukimanelit.
Segregasi pemukimanini pun pada dasarnya merupakan suatu fenomena
sosial yang juga banyak dianalisis, terutama untuk memahami bagaimana
mekanisme alamiah dan faktor penyebab terjadinya hal tersebut.
Analisis perintis telah dilakukan oleh ekonom kenamaan serta Nobelis
power law
3-1-6
Ekonomi tahun 2005, Thomas Schelling. Pada tahun 1971, ia mengamati
bagaimana segrerasi dari pemukiman orang kulit putih dan kulit hitam di
Amerika, yang pada umumnya relatif tetap atau sedikit sekali berubah
dari waktu ke waktu. Kondisi ini bahkan terus terjadi ketika rasialisme
mulai berkurang. Dalam studi ini, Schelling mengemukakan bahwa
adanya interaksi kolektif, dari preferensi individu dalam pemilihan lokasi
tempat tinggal, menyebabkan segregasi pemukiman tersebut. Ia
kemudian menunjukkan hal tersebut dengan membuat model sederhana
berupa kisi dua dimensi yang tersusun atas kotak-kotak yang berlainan
warna. K untuk menunjukkan rumah yang
ditempati oleh individu yang berlainan ras. Setiap individu kemudian
dapat berpindahtempat ataupunkeluar, denganmelihat padaperbedaan
ras dari rumah tetangganya. Setiap individu akan merasa nyaman ketika
tetanggarumahnyamemiliki ras yangsama.
Namun tentu saja apa yang diungkapkan oleh Schelling pada waktu
tersebut, masihlah berupa model yang sederhana dengan interaksi
individu yang juga masih simplistik. Walaupun demikian, model Schelling
ini bisa dikatakan sebagai cikal bakal pemodelan berbasis agen dalam
menganalisis fenomena sosial, khususnya fenomena segregasi dalam
si stem sosi al dal am kai tannya dengan kemi ski nan. Dal am
perkembangannya, masih banyak perdebatan mengenai bagaimana
proses terjadinya segregasi pemukiman tersebut, serta faktor apa yang
menjadi penyebabnya. Beberapa teori yang muncul menyebutkan bahwa
hal tersebut lebihdidominasi olehhargaperumahan, sedangkanyang lain
lebih mengaitkannya dengan perihal rasis atau etnik. Namun hingga saat
ini, perdebatan tersebut masih tetap berlangsung dan belum
mendapatkan suatu konsep yang cukup dalam menjelaskan
fenomenatersebut.
Model simulasi berbasis agen merupakan salah satu pendekatan yang
ingin dikedepankan dalam menjawab permasalahan tersebut, guna
untuk mengatasi kompleksitas persoalan yang ada. Hasil yang didapat
pada simulasi yang kemudian diverifikasi dengan data empiris. Dari sini
diharapkan, ia akan memberikan penjelasan yang lebih baik tentang
bagaimana proses terjadinya segregasi pemukiman. Salah satu yang bisa
dijadikan contoh adalah model simulasi yang ingin menunjukkan
bagaimana sejumlah faktor yang ada mempengaruhi pilihan rumah.
Keputusan tersebut terkait dengan sejumlah faktor, meliputi biaya
perumahan, diskriminasi rasial, komposisi rasial dari tetangganya,
komposisi rasial dari keseluruhan pemukiman, bahkan hingga jarak
antara rumahyang barudengansebelumnya. Yang menarik dari sejumlah
simulasi yang pernah dilakukan adalah kita bisa melihat pengaruh dari
faktor-faktor tersebut di atas. Lebih jauh, hasil ini kemudian dapat kita
dibandingkan dengan data empirik, guna mengetahui faktor-faktor apa
yang paling berpengaruh terhadap terjadinya segregasi dari pemukiman
penduduk.
Selain fenomena di atas, terdapat juga fenomena lainnya yang terkait
dengan kemiskinan yaitu adanya persistensi dalam status sosial dan
otak-kotak itu digunakan
robust
Gambar 3.1.1.
Simulasi komputer segregasi Schelling
(1978). Gambar atas
merepresentasikan kondisi kota yang
terintegrasi kulit
putih (putih) dan kulit hitam (hitam).
Dalam beberapa langkah terjadi
segregasi dengan mengelompoknya
penduduk kulit putih dan kulit hitam
(gambar bawah).
bagian
(abu-abu) antara
3-1-7
ekonomi dalam suatu kelompok dari generasi ke generasi. Suatu
fenomenayanglebihdikenal sebagai jebakankemiskinan.
Dalamkeseharian, kita sering kali mendengar istilah buah jatuh tak jauh
dari pohonnya. Suatu istilah yang secara umum menunjukkan bahwa
perilaku dan aksi yang dilakukan seseorang (secara mikro) akan sangat
dipengaruhi oleh orang tuanya. Sama halnya dengan pengertian umum
istilah tersebut, dalam beberapa kasus, kemiskinan yang dialami oleh
seorang bisa juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi orang tua. Dalam
sejumlah studi telah ditunjukkan bagaimana pengaruh kondisi ekonomi
orang tua terhadap anaknya. Pendapatan yang rendah akan
mempengaruhi status ekonomi anaknyadi kemudianhari. Hal ini jugabisa
dikaitkan dengan faktor pendidikan anak. Ketika orang tua mempunyai
pendapatan yang rendah maka, seringkali pada akhirnya, alokasi
rendah. Alokasi dana yang rendah tersebut
bisa juga berpengaruh terhadap kurangnya sumber daya atau
untuk sekolah dan sarana peningkatan kualitas pendidikan lainnya.
Hubungan ini pada akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya efek
jebakan kemiskinan. Suatu kelompok sosial dengan strata sosio-ekonomi
yang rendah akan senantiasa berada dalamkondisi ekonomi yang rendah
danmempunyai kualitas pendidikanyangrendahjuga.
Namun, saat ini semakin disadari bahwa pengaruh orang tua hanyalah
sebagian kecil dari faktor sosial yang berpengaruh terhadap status
ekonomi individu di kemudian hari. Pada dasarnya, pilihan aksi yang
diambil seseorangdipengaruhi olehbanyakfaktor sosial lainnya.
Penjelasan teoritis yang cukup menarik tentang bagaimana pengaruh
faktor sosial terhadap pilihan individu dan kaitannya dengan kemunculan
segregasi sosial berdasarkan status ekonomi, serta adanya fenomena
jebakan kemiskinan, bisa kita dapati dalam teori keanggotaan yang
diusulkan oleh beberapa ekonom kompleksitas. Teori keanggotaan ini
adalah teori yang bersandar pada situasi dan pilihan secara ekonomi
individu. Dalam model ini, kita memperhatikan bagaimana keanggotaan
seseorang dalam suatu kelompok akan mempengaruhi keluaran atau
status sosio-ekonomi seseorang. Model ini juga menunjukkan
bagaimana faktor-faktor sosial, akan mempengaruhi preferensi, motivasi
danjugakesempatanyangdimiliki olehseorangindividu.
Idedasar yang inginditunjukkandalammodel ini adalahbagaimana suatu
kelompok pada dasarnya memiliki banyak status yang membedakannya
dengan kelompok lain. Contoh paling sederhana adalah kondisi fisik,
mulai dari warna kulit, warna mata dan lain sebagainya. Namun, terkait
dengan status sosio-ekonomi, tentunya hanya ada beberapa status
kelompok yang mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam perilaku
danpengambilankeputusanseseorang.
Teori keanggotaan sendiri pada dasarnya memang tidak menyimpang
dari teori dasar pilihan aksi seseorang yang telah banyak dikaji dalam
ekonomi klasik. Dalam teori ini, seorang individu akan mengambil
keputusan yang didasarkan pada preferensi dan keyakinan akan
orang tua
dana
pendidikan anak juga relatif
resource
outcome
3-1-8
konsekuensi dari pilihan aksi, serta adanya keterbatasan dari pilihan aksi
yang bisa dibuatnya. Proses imitasi merupakan salah satu faktor penting
yang mempengaruhi keputusanseseorang. Tak mengherankanjika dalam
pengambilan keputusannya seseorang akan sangat dipengaruhi oleh
pertetanggaan yang dimilikinya. Pengaruh pertetanggaan ini bisa
diartikan secara geografis, seperti pengaruh tempat ia tinggal,
pertemanan, pacar, orang tua, dan lain sebagainya. Adanya proses imitasi
dalam membuat keputusan aksinya, membuat seseorang akan senatiasa
melihat keputusan aksi yang dibuat oleh tetangganya. Agen kemudian
membandingkannya dengan hasil yang ia peroleh. Di sini kemudian, ia
membuat keputusan berdasarkan sejumlah pertimbangan tersebut.
Individu akan mengambil suatu keputusan yang dinilainya akan bisa
memberikankonsekuensi atauhasil yanglebihbaik.
Pengaruh pertetanggaan dan imitasi inilah yang bisa dijadikan salah satu
penjelasan, mengapa terbentuk segregasi atau pengelompokkan
tertentu dalam suatu masyarakat berdasarkan status sosio-ekonominya,
dan bagaimana pola ini bersifat persisten dari waktu ke waktu. Sebagai
contoh misalnya, agen yang berada pada lingkungan yang mayoritas
dihuni oleh individu-individu yang berpendidikan rendah dan berprofesi
sebagai mafia. Agen tersebut akan terdorong untuk berbuat hal yang
sama, ketika ia mendapati bahwa menjadi mafia akan membuatnya lebih
sukses daripada berangkat ke sekolah atau menggeluti profesi lainnya.
Selain itu, secara langsung hal ini juga membuatnya lebih diterima di
kelompoktersebut.
Teori keanggotaan merupakan suatu pendekatan yang berupaya untuk
menganalisis kemiskinan tidak hanya dari sudut pandang ekonomi saja.
Lebih jauh, teori ini berupaya untuk memasukkan unsur psikologi dan
sosiologi ke dalamanalisis kemiskinan. Teori keanggotaan lebih ditujukan
untuk melihat faktor sosial apa yang paling berpengaruh terhadap
terjadinya segregasi kelompok dan jebakan kemiskinan. Hal ini akan
sangat bermanfaat dalam upaya mencari solusi yang tepat guna
mengatasi terjadinya kemiskinan berkelanjutan yang dialami oleh satu
kelompok masyarakat. Sebagai studi kasus misalnya, programpemberian
beasiswa untuk orang miskin. Mana yang lebih efektif, memberikannya
pada beberapa orang secara acak ataukah hanya memfokuskannya pada
beberapa orang saja dalam satu sekolah? Teori keanggotaan juga akan
sangat berguna dalam upaya mencari sebuah kerangka kebijakan yang
membuat individu dalam suatu kelompok dapat terdorong untuk keluar
dengan sendirinya ( ) dari kemiskinan. Pada akhirnya
proses ini diharapkan akan dapat mengubah status sosio-ekonomi
kelompok tersebut. Namun perlu diperhatikan bahwa, bobot faktor
mikro yang berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Akibatnya, hasil
penelitian di bidang ini sedikit banyak akan berbeda, jika dilakukan di
berbagai tempat di berbagai belahan dunia. Latar belakang ini
menyebabkan pendekatan tersebut perlu diperhatikan secara lebih
serius. Ini adalah salah satu upaya pengentasan kemiskinan, melalui
pengembanganekonomi kompleksitas, yangdapat kitalakukan.
self-reinforcing
3-1-9
Dari paparan sebelumnya, kita bisa melihat bagaimana proses kritik yang
ada dalam perkembangan sains telah melahirkan pendekatan
kompleksitas. Perspektif ini mencoba mengedepankan pendekatan
interdispliner serta digunakannya perangkat komputasional. Paradigma
ini memberikan sebuah peluang baru dalam menganalisis fenomena
kompleks dalamsistemsosial, seperti halnyakemiskinan.
Indonesia merupakan suatu negara berkembang di mana permasalahan
kemiskinan merupakan suatu fenomena yang sangat dekat dengan
keseharian kita. Kondisi masyarakat Indonesia yang heterogen, dengan
latar belakang budaya dan karakteristik individu berbeda-beda tentunya
membawa kompleksitas tersendiri dalam upaya memahami dan
menganalisis akar dari permasalahankemiskinanyang terjadi di tanahair.
Hal ini tentunya menjadi peluang sekaligus tantangan bagi kita untuk
mendapatkan solusi alternatif yang tepat dan holistik, serta sesuai
dengan karakteristik individu bangsa kita. Oleh karenanya, sudah
selayaknya jika permasalahan ini diperkaya dengan berbagai pendekatan
ilmiah yang ada, termasuk pendekatan kompleksitas. Pendekatan ini
menyediakan suatu metodologi yang dapat memodelkan struktur makro
sosial dan ekonomi tanpa berupaya untuk mengabaikan bagaimana
pengaruh struktur tersebut terhadap perilaku individu, dan
membrojolnya pola interaksi tertentu di antara individu. Ia tidak lagi
berupaya untuk memisahkan karakteristik yang khas dari individu-
individu dan struktur makro yang membrojol dari interaksi mereka. Suatu
peluang yang tentunya bisa kita jadikan sebagai solusi alternatif dalam
upaya memahami kemiskinandi tanahair danlebihjauhdigunakanuntuk
mencari jawaban tentang bagaimana menangani kemiskinan di bumi
pertiwi.
3-1-10
3.1.2 Harga-harga yang selalu naik!
Maafkan kedua orang tuamu kalau,
Tak mampu beli susu
BBM naik tinggi, susu tak terbeli.
Orang pintar tarik subsidi, bayi kami kurang gizi
Kalau di antara kita, jatuh sakit
Lebih baik tak usah ke dokter.
Karena ongkos dokter di sini,
Terkait di awan tinggi
(Galang Rambu Anarki, 1982, album Opini)
(Kembang Pete, album KPJ) 1985,
Iwan Fals
Ada sebuah obrolan di warung mie instan yang membuat hati pilu
sekaligus pikiran berkecamuk. Waktu itu telah lewat tengah malam,
dan barusan ada pengumuman di televisi tentang kenaikan harga
bahan bakar, baik bensin, solar, hingga minyak tanah yang tentunya
dalam beberapa hari kemudian diikuti oleh kenaikan tarif listrik dan
telepon.
Seorang lelaki menyeletuk di tengah pemberitaan radio si penjual mie
instan. Waahharga BBMnaik lagi, ntar semuanya pasti ikutan naik
Kok pemerintah tega ya, nyabut subsidi, kan jadi berat di kitanya.
Seorang lelaki muda yang duduk tak jauh darinya, balas menyeletuk,
BBM memang perlu naik, pak! Selama ini subsidi itu hanya dinikmati
oleh mereka yang kaya saja. Subsidi cuma jadi ajang korupsi pejabat-
pejabat. Kita yang rakyat kecil jadi dirugikan dengan subsidi!. Lelaki
pertama tak menanggapi balasan lelaki tadi, pembicaraan mereka
akhirnyaberputar-putar di keluhkesahbetapasulitnyahidupsaat ini.
Singkat cerita, ternyata lelaki pertama adalah seorang sopir angkutan
kota dan lelaki yang muda adalah seorang sarjana muda, lulusan
sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia. Mereka terus
saja berbincang. Baik si sopir atau si sarjana muda tak henti-hentinya
menceritakanbetapasulitnyahidup, mencari pekerjaansulit, isteri yang
sakit tak bisa dibawa ke dokter, pacar yang minta diputus karena
dikecengincowokkayadenganmobil mentereng, danseterusnya.
Namunsetiapkali, pembicaraanmenyentuhsoal subsidi BBMyangbaru
dicabut, si lelaki tua hanya bisa manggut-manggut mendengar
ceramah si sarjana muda yang menyatakan subsidi memang mesti
dicabut, karena subsidi cuma jadi ajang pejabat korup dan orang kaya
saja. Beberapa nama ekonom terkenal, seniman ternama, dan tokoh
reformasi pendukungpencabutansubsidi puntercuat dalamdialog.
Aku sejak awal hanya diam dan mendengar. Aku berpikir keras.
Mengapa demi pejabat korup tak bisa lagi menikmati BBM bersubsidi,
3-1-11
rakyat kecil yang mesti merana. Mengapa pejabat korup itu tak
ditangkap saja? Mengapa agar orang kaya tak bisa menikmati subsidi
BBM, masyarakat ekonomi lemah juga yang mesti kena batunya?
Mengapa orang yang pintar dan sekolah tinggi-tinggi dan menyandang
gelar cendekiawan Indonesia serta telah pakar di bidang ekonomi
hampir semuanyasetujudenganpencabutansubsidi?
Orang kecil bicara karena kesulitan yang dirasakannya. Orang cerdas
bicara karena ia sudah banyak belajar. Tapi mengapa orang cerdas dan
sekolah tinggi-tinggi itu setuju dengan cara-cara demikian? Mengapa
semakin ahli seseorang di bidang ekonomi, cenderung semakin setuju
pula ia subsidi dicabut. Apakah ini masalah hati nurani, atau memang
ada yang aneh dengan ilmunya? Mungkinkah ilmu yang tinggi malah
membunuhsensitivitas seseorangterhadapkesulitanmasyarakat kecil?
Kedua kutipan lirik Iwan Fals, catatan pengalaman di atas, dan gambar
3.1.2. sepertinya sudah cukup sempurna menggambarkan apa yang
terasa oleh masyarakat kecil Indonesia. Harga-harga memang selalu naik.
Negeri yang belum seabad lalu membuat orang-orang Eropa tergoda
menguasai tanah yang subur nan kaya ini, kini jadi tempat orang yang tak
henti-hentinya berkeluh-kesah ketika berbicara soal kenaikan harga-
harga.
Gambar 3.1.2.
Harga selalu naik!
Berdasarkan data (2000),
hampir setengah atau sekitar 45% pendapatan rumah tangga tandas
untuk kebutuhan pangan. Sebuah angka yang menggambarkan betapa
mahalnya nilai kebutuhan lain, seperti sandang, papan, buku, komputer,
dan sebagainya bagi seorang warga negara Indonesia, relatif terhadap
angka 33% untuk Filipina, 11% untuk Jepang, dan hanya 8% untuk
AmerikaSerikat.
Di sisi lain, laju mata uang Rupiah kita terhadap mata uang Dollar AS
cenderung sulit kembali ke kondisi pra krisis moneter 1997 seperti
ditunjukkan gambar 3.1.3. Bisa dibayangkan geliat masyarakat ekonomi
United Nations Development Programme
3-1-12
lemah dalam mencari sesuap nasi, secangkir kopi, dan seonggok tempe
setiap hari. Hal ini menjelaskan masih banyaknya warga negara yang
berada di bawah gizi cukup (malnutrisi) di bumi pertiwi, sebagaimana
UNDP(2006) melaporkanjumlahnyayang lebihdari 15jutaorang.
Gambar 3.1.3.
Nilai mata uang Rupiah terhadap Dolar
Amerika Serikat
(sumber: ). http://www.oanda.com/
Keinsyafan kita akan sistemekonomi sebagai sistemkompleks membawa
kita pada kesadaranbahwa terdapat keterhubunganyang tak linier antara
satu kebutuhan hidup dengan kebutuhan hidup lainnya. Kenaikan harga
beras memberi pengaruhpadakenaikanhargatempe, dankenaikanharga
minyak tanah memberi pengaruh pada perubahan harga garam dapur,
dan seterusnya. Harga sembako (sembilan bahan pokok) ditentukan oleh
pasar ritel fundamental yang sangat berpengaruh pada kekinian bangsa
apalagi masa depan bangsa. Malnutrisi akan menghasilkan populasi
penduduk dengan tingkat kecerdasan rendah di masa depan di samping
keresahan sosial yang tinggi di masa kini. Kebijakan ekonomi yang
mengatur satu atau dua harga komoditas harus benar-benar
memperhatikan faktor kesejarahan pergerakan harga-harga sembako ini.
Keterkaitan antara pergerakan harga satu bahan pokok dengan bahan
pokok lain secara sederhana ditunjukkan pada gambar 3.1.4. yang
menggambarkan pohon ultrametrik pergerakan harga-harga hasil
pertanian rata-rata di pasar tradisional masyarakat (dalam kasus ini kita
menggunakan data rata-rata pasar di propinsi Jawa Timur sebagaimana
dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik). Dari sisi harga, kita melihat bahwa
krisis moneter 1997 telah membuat harga-harga bahan pangan tersebut
melonjaksementaranilai matauangkitaanjlok.
Untuk dapat melihat dengan lebih jelas pengelompokan bahan-bahan
pangan tersebut korelasi silangnya, pada gambar 3.1.5. ditunjukkan
visualisasi jarak ultrametrik dari pergerakan harga-harga tersebut. Pada
gambar tersebut terlihat keterkaitan yang erat antara harga daging sapi
dan daging ayam, pengelompokan harga pisang dan harga pepaya, harga
kacang panjang dan harga terung, serta harga-harga bahan makanan
lainnya. Pengaturan kebijakan nasional seputar harga-harga bahan yang
menguasai hajat hidup orang banyak ini sangat perlu diperhatikan oleh
pemerintah/pengambil kebijakan demi terjaganya ketahanan nasional di
bidang kebutuhan pokok dan pembinaan generasi muda yang kelak
menjadi pemimpinbangsadi masadepan.
3-1-13
Gambar 3.1.4.
Pohon ultrametrik beberapa bahan
kehidupan sehari-hari masyarakat.
Semakin tebal garis keterhubungan
antar komoditas maka semakin tinggi
pula korelasi harga keduanya.
(sumber data: BPS)
3-1-14
Gambar 3.1.5.
Jarak ultrametrik yang memvisualisasikan keterkaitan kompleks antara satu harga hasil pertanian (termasuk perkebunan, perikanan
dan peternakan) dengan hasil pertanian lain. Semakin dekat jarak antara satu komoditas dengan komoditas lain, maka keterkaitan di
antaranya akan semakin tinggi: kenaikan/penurunan harga satu komoditas mempengaruhi sedikit banyak harga komoditas lain.
Terlihat bahwa harga minyak tanah (yang selama ini cenderung dijaga oleh pemerintah) tidak membentuk dengan harga satu
bahan pokok tertentu lainnya yang cenderung lebih mengikuti mekanisme pasar ritel di lapangan.
cluster
3-1-15
3.1.3. AngkatanKerjaKita
Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI,
tahun 2005 saja terdapat 177.019 tenaga kerja Indonesia yang bekerja di
luar negeri di kawasanTimur Tengah(97%di sektor informal) dan297.291
berada di kawasan Asia Pasifik di mana kebanyakan dari semua itu adalah
angkatan kerja perempuan. Di negeri sendiri, berdasarkan data BPS
(2006) tinggal lebih dari 11 juta angkatan kerja yang berstatus
pengangguran (terbuka) yang hampir setengahnya adalah lulusan SLTA
dan lebih dari 70%memang sama sekali belumpernah bekerja. Jika pada
tahun 2005 saja terdapat lebih dari seribu kasus ketenagakerjaan
Indonesia di luar negeri (371 kasus di antaranya adalah kasus gaji yang tak
dibayar, 29 kasus pelecehan seksual, dan 88 kasus penganiayaan).
Sungguhangka-angka yang tidak nyaman, belumlagi dari adanya peluang
bahwa data-data tersebut bisa jadi hanyalah angka yang mungkin saja
hanya data yang tercatat, artinya ada peluang angka yang riil lebihdari itu.
Fakta-fakta ini menunjukkan fenomena jual-murah gaji di pasar tenaga
kerjanasional.
Jika orang menganggur, terdapat kecenderungan secara mikro-sosial
untuk mencari cara tercepat untuk mendapatkan uang untuk memenuhi
kebutuhannya. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa analis seringkali
mengaitkan kondisi tingginya angka pengangguran dan tingkat
kri mi nal i tas. Ti nggi nya ti ngkat pengangguran memberi kan
kecenderungan naiknya tingkat kriminalitas. Dua hal ini berada pada
domain yang berbeda dalam tradisi ilmu sosial klasik, yang pertama
berada di dalam domain makro ekonomi dan yang satunya dalam tradisi
kajianmakro-sosial.
Kondisi populasi pengangguran yang tinggi memberi rasa tidak nyaman,
karena potensi lebarnya jurang pemisah antara yang kaya dan yang
miskin. Lebih jauh lagi, berdasarkan pemahaman kita pada bab
sebelumnya tentang sifat konsumtif masyarakat Indonesia yang rentan
dengan penetrasi media massa yang mau tak mau keterlaksanaannya
sarat dengan pengiklanan plus tontonan televisi yang sedikit banyak
mencipta imagi indahnya hidup dengan glamoritas kemewahan hidup.
Pengamatan kasar yang dilakukan menunjukkan terdapat total (
) lebih dari 100 jam perhari tayangan nasional adalah
sinetron. Lebih dari setengahnya adalah sinetron dengan penampilan
gaya hidup yang sangat mewah. Data ini masih angka tayangan
gosip selebritis nasional, yang tentu saja dilepaskan dari deskripsi
gayahidupyangjugatakmurah.
Bablasnyapasar tenagakerjasementaraurgensi akanhidupmewahtinggi
mendorong tindak kriminalitas secara mikro. Di Indonesia, jumlah
pelanggar pidana pada akhir tahun 2006 tercatat sebesar 116.000 orang
(harian Suara Pembaruan, 11 Juni 2007). Salah satu tindak pidana
pelanggaran hukum yang lebih menyeramkan lagi adalah permasalahan
peredaran narkotika dan obat-obatan terlarang (NARKOBA) yang
menjanjikan uang dalam jumlah besar, namun berdampak sangat
dari 11
stasiun televisi
di luar
sulit
3-1-16
mengerikan bagi generasi masa depan sebuah masyarakat. Dari ratusan
ribu pelanggaran hukumpidana itu, lebih dari 60%adalah pelanggaran di
bidang narkoba. Saat ini jumlah pengguna narkoba di Indonesia
dilaporkantelahmencapai 3.200.000orang yang 69%di antaranyaadalah
mereka yang menggunakannya secara teratur dan 31% dikategorikan
pecandu. Hal yang lebih menyeramkan adalah bahwa 20% di antaranya
a da l a h pe ma ka i na r koba da l a m kat e g or i a na k - a na k
( ).
Jika jumlah pengangguran senantiasa bertambah, maka menjadi logis
ketika angka kriminalitas juga menjadi bertambah. Tapi tak berhenti
hingga di sana. Penelitian terakhir dengan model kompleksitas dan teori
chaos menunjukkan adanya hal dapat membuat bulu kuduk makin
merinding: kriminalitas juga ternyata dapat memicu naiknya angka
pengangguran(!). Hal ini disebut sebagai bentuk kausalitas duaarah(
). Secara sederhana hal ini dijelaskan sebagai berikut. Ketika
agen sosial menganggur maka ia memiliki kecenderungan untuk
melakukan tindakan kriminal yang melawan hukum agar ia dapat
menafkahi dirinya sendiri. Ketika ia melakukan tindakan kriminal, maka ia
dapat tertangkap dan akhirnya harus menjalani hukuman penjara.
Namun selepas dari penjara, jaring sosial ( ) yang ia miliki
secara alamiah biasanya menjadi sangat terbatas. Terdapat ketertutupan
di sana-sini bagi mantan napi. Ketertutupan ini dapat berasal dari
masyarakat namun bisa pula dari dirinya sendiri yang menjadi minder
atau memiliki sensitifitas yang relatif tinggi akan bagaimana lingkungan
sosialnya memperlakukannya. Akibatnya, jaring sosialnya pun menjadi
tak jauh dari lingkaran pelaku kriminal sehingga peluang untuk
melakukan tindakan kriminal bisa jadi bertambah. Namun kalaupun ia
tidak tertangkap, keadaan bisa juga menjadi lebih buruk. Seorang pelaku
kriminal tentu tak seluwes orang biasa dalam bergaul dan membina tali
silaturahmi jaring sosial. Jaring sosial seorang pelaku kriminal pada
umumnya sangat tertutup, demi tertutupnya tindakan-tindakan
kriminalnya tersebut. Malahan, terdapat kecenderungan seorang pelaku
kriminal merekrut pengangguran lain untuk melakukan pelanggaran
pidana juga. Angka kriminal pun menanjak dan dapat meningkatkan lagi
angka pengangguran yang pada gilirannya akhirnya akan menaikkan lagi
angkakriminal secaraagregat.
www.kabarindonesia.com
two-
way causality
social network
3-1-17
Gambar 3.1.6.
Fluktuasi angka kriminalitas (atas) dan
peta fasa yang menggambarkan
atraktor kriminal (bawah) yang
semakin lama semakin cepat
pergerakannya dan konsekuensinya
semakin sulit untu memprediksi
arahnya.
Pola ini menjadi mirip dengan pola epidemik yang sulit untuk dientaskan
karena hampir tak mungkin menebak ujung rantai kausalitasnya yang
terletak jauh di level mikro-sosial. Sebuah simulasi teoretis menunjukkan
adanya atraktor kriminal dengan teknik pemodelan yang terinspirasi dari
perkembangan teori chaos. Sebagaimana telah didiskusikan pada subbab
0.1., sistem sebenarnya adalah sistemyang deterministik, namun
dinamika sistemnya yang tak linier mengakibatkan pola yang terbentuk
menjadi tak mungkinterprediksi karena sifatnya yang sangat sensitif pada
kondisi awal. Adalah tak mungkin untuk menemukan parameterisasi
sosial bidang kriminalitas dan pengangguran secara pasti ( ) dan
akibatnya proyeksi pola yang dihasilkan semakin rumit untuk
diprediksi. Namun implementasi lanjut dari pendekatan ini tentunya
dapat memberikan tentang bagaimana secara statistik kita harus
memperlakukan data-data pengangguran sehingga
epidemiknya dengan tingkat kriminalitas dapat diminimalisasi. Selain itu
diharapkan, kita bisa mendapatkan urgensi yang kuat bahwa
permasalahan pengangguran harus segera diminimalisasi dengan
membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah pencitraan kota-desa. Sementara itu dari sisi budaya, perlu
diperhatikan bagaimana pencitraan terhadap lapangan pekerjaan.
Terdapat kecenderungan bahwa kerja di kota adalah pekerjaan yang
mentereng. Sementara itu, kehidupan di desa atau daerah sering
dipandang sebelah mata. Hal ini tentunya adalah hal yang kait-mengkait
chaotik
exact
chaotik
insight
interplay
3-1-18
Gambar 3.1.8.
Fraksi populasi yang bergaji lebih dari
Rp 1.500.000,- sebulan.
satu sama lain. Wawasan Wiyatamandala perlu dibangun dengan
memperhatikanpermasalahini.
Selain itu, kita juga harus mampu mempelajari dan mengambil
kebijaksanaanatas representasi yang ada. Lebihjauhdapat kita lihat pada
gambar 3.1.7. dan dan 3.1.8. Dari sisi populasi, memang terlihat bahwa
populasi mereka yang tinggal di pulau Jawa memiliki pendapatan yang
lebih besar daripada mereka yang ada di luar pulau Jawa. Bisa saja hal ini
menjadi semacam pemicu gelombang urbanisasi, yang senantiasa
muncul. Namun, interpretasi atas gambaran populatif tersebut menjadi
kurang aktual ketika kita melihat gambaran fraksi mereka yang
berpenghasilan tinggi di masing-masing daerah. Terlihat bahwa justru di
tempat yang sangat tinggi populasi penduduk dengan penghasilan lebih
besar daripada Rp 1.500.000,-/bulan ternyata juga menyimpan segudang
populasi dengan pendapatan lebih kecil, dari nilai tersebut. Aspek ini
perlu diperhatikan dalam penyusunan kebijakan perencanaan kota dan
wilayahdi masayangakandatang.
Gambar 3.1.7.
Jumlah populasi yang bergaji lebih dari
Rp 1.500.000,- sebulan.
3-1-19
Di manakah orang Indonesia bekerja?
3.2. Posisi Uang dan Investasi
Gambar 3.2.1.
Pohon hirarkis mata uang negara-
negara di kawasan Asia. Grafik dibuat
menggunakan data harian tiap negara
terhadap USD dari Januari 2005
hingga Juli 2007 (sumber data:
). www.oanda.com
Gambar 3.2.2.
MST pohon mata uang di Asia Pasifik
dan USD. Semakin tebal garis antar
node berarti jarak ultrametrik
keduanya semakin dekat.
Dari gambar di atas kita dapat melihat jarak ultrametrik antar mata uang
di kawasan Asia Pasifik. Dari sini terlihat bahwa beberapa mata uang
saling terkait satu sama lain. Australia dan Selandia Baru memiliki jarak
ultrametrik yang sangat kecil. Artinya, pergerakan mata uang di dua
negara ini sangat berhubungan. Demikian juga dengan Jepang dan
Singapura, atau Makau dan Nepal. Kita juga dapat melihat bahwa
kelompok Australia dan Selandia Baru serta kelompok Jepang dan
Singapura saling berdekatan satu sama lain. Untuk dapat melihat
pengelompokan yang terjadi dengan lebih seksama, gambar tersebut
dapat kitatransformasikanmenjadi bentukvisual berikut (gambar 3.2.2.):
Pada bagian ini kita akan mengupas tentang kedudukan perekonomian
makro Indonesia dari sudut pandang nilai tukar mata uang rupiah
terhadap mata uang lain di kawasan Asia Pasifik sekaligus terhadap Dollar
ASsertadeskripsi pasar modal Indonesiadi kawasanini.
3-2-1
Pada gambar 3.2.2. terlihat bahwa secara umummata uang di Asia Pasifik
dapat dibagi menjadi 5 buah kelompok. Kelompok pertama terdiri atas
Australia, Selandia Baru, Jepang, Singapura dan Thailand. Konfigurasi ini
terdiri atas negara-negara dengan GDP perkapita tinggi. Dengan
membandingkanhasil tersebut kegambar 3.2.3. terlihat bahwakelompok
ini tersusun atas negara-negara dengan tingkat volatilitas nilai tukar
menengah. Di sini terlihat semakin tengah posisi sebuah mata uang di
ruang ultrametrik, volatilitasnya semakin kecil. Artinya pergerakan
sebuah mata uang di kelompok ini cenderung mengacu ke mata uang lain
yang memiliki tingkat volatilitas yang lebih kecil. Konfigurasi kedua terdiri
atas Korea Utara, India, Myanmar, Pakistan, Papua Nugini, Bhutan, Cina,
TaiwandanFilipina. Tingkat volatilitas pergerakanmata uang di kelompok
ini relatif kecil dan menengah. Yang menarik adalah fakta bahwa ternyata
mayoritas anggota partisi ini adalah negara-negara komunis atau junta
militer. Kelompok ketiga terdiri atas Makau, Nepal, Laos, Kamboja,
Banglades dan Vietnam. Partisi ini terdiri negara-negara di kawasan Indo
Cina dan Asia Selatan bagian timur. Volatilitas kelompok ini relatif
menengah dan tinggi. Kelompok keempat terdiri atas negara-negara di
seputar laut Cina Selatan dan laut Cina Timur yang meliputi Hongkong,
Malaysia, Brunei dan Korea Selatan. Partisi terakhir terdiri atas Indonesia,
Mongolia, Afganistan dan Srilangka. Di kumpulan ini mata uang yang ada
langsung berhubungan dengan Dollar A . Dari deskripsi di atas kita dapat
menemukan sebuah pola yang menarik, yaitu terjadi pengelompokan
mata uang. Pola pengelompokanyang terjadi bervariasi, seperti berada di
sebuah wilayah regional yang relatif sama atau memiliki latar belakang
politik yang identik atau mempunyai tingkat kekayaan yang relatif
berimbang.
Lalu dimanakah posisi Indonesia? Pada gambar 3.2.2. terlihat bahwa
pergerakanmatauangIndonesiarelatif independenterhadappergerakan
mata uang negara-negara laindi kawasanAsia Pasifik. Rupiahrelatif dekat
ke Dollar AS, sebagai sebuah mata uang utama di dunia, dan tidak
memiliki hubunganlangsung denganmata uang laindi kawasanini. Hal ini
tentu merupakan sebuah fenomena menarik. Artinya
penduduk dan GDP relatif berada di tengah kawasan
Asia Pasifik, namun nilai tukar rupiah relatif independen terhadap
pergerakanmatauang yangadadi kawasanini.
S
walaupun dari sisi
geografis, Indonesia
Gambar 3.2.3.
Volatilitas mata uang negara-negara di
kawasan Asia dari Januari 2005 hingga
Juli 2007. Volatilitas dihitung dengan
menggunakan standar deviasi
(sumber data:
).
log-returns
www.oanda.com
3-2-2
Gambar 3.2.4.
Jarak ultrametrik korelasi indeks pasar
modal di beberapa negara di Asia
Pasifik dari Januari 2005 hingga Juli
2007 (sumber data:
). http://finance.yahoo.com
Lalubagaimanadenganpasar modal? Berbedadenganpasar valutaasing,
jarak indeks pasar modal di kawasan Asia Pasifik cenderung lebih dekat
satu sama lain. Hal ini terlihat jelas jika kita membandingkan gambar
3.2.1. dan gambar 3.2.4. Di pasar modal terdapat banyak kelompok yang
memiliki jarak ultrametrik lebih kecil dari satu. Hongkong dan Singapura
memiliki jarak ultrametrik yang sangat kecil. Artinya pergerakan indeks
pasar modal dua negara ini saling berkaitan. Demikian juga dengan
Jepang dan Korea Selatan. Dari visualisasi di atas juga diketahui bahwa
kelompok Hongkong dan Singapura serta Jepang dan Korea Selatan saling
berdekatan. Gabungan dua kelompok ini kemudian berhubungan dengan
pergerakan indeks di Australia dan Indonesia. Dari sini dapat kita
simpulkan bahwa, berbeda dengan pergerakan nilai tukar mata uang,
pergerakan indeks pasar modal di Indonesia relatif terhubung dengan
pasar-pasar modal yangadadi kawasanini.
Apakah kedekatan pergerakan indeks di kawasan Asia Pasifik juga berlaku
di sisi volume? Berbeda dengan indeks, perubahan volume di kawasan
Asia Pasifik relatif berjarak lebih jauh. Pada gambar 3.2.5. terlihat bahwa
jarak ultrametrik perubahan volume selalu lebih besar dari satu. Artinya
dampak pengaruh pergerakan sebuah pasar ke pasar modal lain lebih
dekat keindeks dibandingkandenganperubahanvolumeperdagangan.
Gambar 3.2.5.
Jarak ultrametrik korelasi perubahan
volume perdagangan di beberapa
negara di Asia Pasifik dari Januari 2005
hingga Juli 2007 (sumber data:
). http://finance..yahoo.com
3-2-3
Gambar 3.2.6.
Kapitalisasi pasar modal beberapa
negara di Asia Pasifik,
sumbu vertikal menunjukan volume
perdagangan (sumber data:
http://finance.yahoo.com).
Dalam dua setengah tahun ke belakang, indeks pasar modal di kawasan
Asia Pasifik menunjukan tren . Cina mencatat pertumbuhan indeks
terbesar. Dominasi aktivitas pasar modal Cina juga terlihat dari nilai
kapitalisasi pasar. Saat ini Cina merupakan pasar modal dengan tingkat
kapitalisasi terbesar di kawasan Asia Pasifik, lihat gambar 3.2.6. Aktivitas
pasar modal Cina yang sangat tinggi tersebut menarik jika dihubungkan
dengan pergerakan nilai tukar Yuan yang relatif stabil. Tentu saja hal ini
sangat terkait dengan kebijakan moneter Cina yang berusaha menjaga
nilai Yuanagar tetaplemah. Kebijakantersebut mengakibatkanterjadinya
ekspansi produkCinakepasar internasional, termasukIndonesia.
Peningkatan aktivitas dan tren pasar modal Cina ternyata juga
diikuti oleh pasar modal Indonesia. Dalam dua setengah tahun ke
belakang indeks pasar modal Indonesia mengalami pertumbuhan pesat,
yaitu berada di posisi ketiga di belakang Cina dan India. Tren
pergerakan indeks tersebut ternyata juga diikuti dengan peningkatan
volumeperdagangan. Dalam1tahunkebelakang kapitalisasi pasar modal
di Indonesiameningkat lebihdari 2kali lipat.
Dari sini kita dapat mempelajari beberapa hal, terjadi
pengelompokan mata uang di Asia Pasifik. Pengelompokan tersebut
memiliki latar belakang yang bervariasi, seperti kesamaanposisi geografis
yaitu berada dalam lingkup regional yang relatif sama, latar belakang
politik yang identik, atau mempunyai tingkat kekayaan yang relatif
berimbang. Di sini, posisi rupiah relatif lebih independen terhadap
pergerakan mata uang lain di kawasan tersebut. , jarak antar indeks
pasar modal di Asia Pasifik relatif lebih dekat dibandingkan dengan jarak
antar mata uang. Kedekatan yang terjadi lebih kepada nilai indeks
dibandingkan dengan perubahan volume perdagangan. Jadi, berbeda
dengan nilai tukar rupiah, indeks pasar modal Indonesia sangat
terhubungdenganpasar-pasar di kawasanini.
bullish
bullish
bullish
pertama
Kedua
3-2-4
3.3. Bursa Efek Indonesia
Setiapfirmayangproduknyatelahmenguasai pasar di tengah-tengah
masyarakat seyogianya punya tiga pintu tempat anggota masyarakat
bisa masuk. Pintu depan adalah tempat di mana masyarakat bisa
membeli barang atau jasa yang ditawarkan oleh firma tersebut.
Secara sederhana ini merupakan di mana, masyarakat
membeli apa yang mereka butuhkan sesuai dengan yang ditawarkan.
Pintu samping adalah tempat di mana anggota masyarakat bisa
menjual tenaganya di mana ia bisa bekerja bagi firma tersebut. Di sini
firma membeli tenaganya dan anggota masyarakat menjual, sebuah
tempat yang disebut sebagai . Pintu belakang
adalah tempat anggota masyarakat dapat membeli atau menjual
saham kepemilikan dari firma tersebut. Di pintu belakang ini, sebuah
firma menjadi milik masyarakat, sebuah tempat yang dikenal sebagai
Melalui tiga pintu ini, sebuah firma menjadi simbol
ekonomi kapitalistik yang merupakan sebentuk sistem yang berasal
dari masyarakat, oleh prakarsa masyarakat, dan memang
diperuntukkan masyarakat. Di Indonesia, pasar modal adalah Bursa
Efek Indonesia, sebuah penggabungan bentuknya terdahulu: Bursa
EfekJakartadanBursaEfekSurabaya.
go
public
initial public offering
Pertama
Kedua
pasar ritel
pasar tenaga kerja
pasar modal.
Ketiga jenis pasar membangun sistem ekonomi modern bersama
denganjenis pasar keempat, yaitupasar mata uang. Setiappasar memiliki
dinamika sendiri-sendiri. Bahkan, ilmu pengetahuan ekonomi telah
memiliki disiplin dan wawasan yang terspesialisasi untuk mempelajari
perilaku . Prinsip ekonomi berupaya
agar setiap interaksi di empat pasar tersebut dapat meraih keuntungan
ekonomi. Di pasar modal, firma yang mendaftarkan diri di bursa efek (
) tentunya juga mendapatkankeuntungan. Ia dapat mengumpulkan
modal dari masyarakat ketika mendaftarkan diri di bursa pertama kali
( ), untuklebihmeningkatkanperformanya.
Pasar modal juga memiliki kekhasan tersendiri. Setidaknya,
ada dua cara mengambil keuntungan dari pasar modal. , melalui
pembagian dividen atau keuntungan firma yang dikalkulasi dan dibagikan
secara berkala kepada seluruh pemilik modal. Jika seorang investor
memiliki sekianpersensahamdari sebuahperusahaanyang performanya
baik sekali maka ia berhak mendapatkan dividen, sebagai bentuk
kepemilikan akan firma yang bersangkutan. , jika seseorang
membeli sebuah saham ketika harganya masih rendah dan menjualnya
ketika harganya telah cukup tinggi maka ia berhasil mendapatkan
keuntungan ekonomi dari bursa efek. Tentu saja investor juga dapat
merugi jika ia melakukan hal-hal sebaliknya. Dinamika pasar modal pada
akhirnya berada pada dua polar analitik: upaya untuk memahami
ini
pasar modal dan pasar mata uang
bagi investor,
3-3-1
performa aktivitas ekonomi dari sebuah firma sebagai bentuk
fundamental dari firma tersebut yang direpresentasikan melalui kinerja,
penjualan, apresiasi pasar atas produk, ataupunkebijakaneksekutif firma
tersebut. Di sisi lain, terdapat pula upaya analitik untuk memahami gerak
fluktuasi naik-turunnya harga saham sebuah firma di bursa efek
berdasarkan gerak naik-turun dari harga saham tersebut atau indeks
tertentu yang merepresentasikan informasi tentang situasi pasar dalam
historis. Di Bursa Efek Indonesia, salah satu indeks yang sering
menjadi acuan dalam investasi adalah Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) yang menggambarkankondisi umumdari keseluruhansahamyang
diperdagangkan di sana dan indeks LQ-45 yang menggambarkan gerak
naik-turun45sahamterlikuiddi lantai bursa.
Keterlibatan banyak (ekono)-fisikawan dalam analisis bursa efek telah
memberikan banyak kontribusi dalam hal ekstraksi sifat-sifat statistik
yang ada di dalam pergerakan harga saham-saham. Upaya ini sedikit
banyak telah membantu investor dalam pengambilan keputusannya,
dengan tidak lagi sekadar bersandar pada analisis ekonometri
konvensional. Selain itu, beberapa penyelia bursa efek di dunia telah
menggunakan piranti ini untuk meningkatkan performa pasar sehingga
tercipta sistem perdagangan yang optimum dan bersifat dalam
perdagangandi lantai bursa.
Pada bagian ini kita mendiskusikan beberapa sifat dari pola perdagangan
saham di Bursa Efek Indonesia, mulai dari sifat korelatif data-data
(otokorelasi) dan antar data-data (korelasi silang antar data) hingga
pemodelan berbasis agen yang dilakukan untuk memodelkan
perdagangansaham.
chart
fair
3.3.1. MekanikaStatistik
PergerakanHargadi Lantai Bursa
3-3-2
ACAKKAH PERGERAKAN HARGA DI PASAR MODAL?
GERAK ACAK MODEL ALBERT EINSTEIN (1905) GERAK ACAK MODEL PAUL LEVY (1937)
Investor-investor saling berinteraksi satu
sama lain, melalui gosip/rumor, diskusi,
peniruan strategi investasi, dan
sebagainya. Pola yang terjadi di pasar
modal mengikuti distribusi ekor gemuk

Ditribusi Levy Terpotong


IHSG bukan gerak acak murni (model Einstein), karena jika kita perhatikan beberapa kondisi khusus dari gerak fluktuasi IHSG,
terdapat beberapa kali ditemui pola naik atau turun yang lebih besar relatif dari yang ditunjukkan oleh gerak Brown secara
rata-rata. Hal ini ditunjukkan pada fluktuasi yang dilingkari pada gambar gerak IHSG di atas.
Bayangkan anda sedang membuat
kopi, dan agar kopi itu larut anda
menyeduhnya. Maka partikel-partikel
kopi itu akan melompat ke sana
kemari dan saling bertumbukan satu
sama lain dalam pola acak. Interaksi
t u mb u k a n a nt a r p a r t i ke l
menghasilkandistribusi ekor gemuk.
Bayangkan sebuah serbuk sari jatuh
di air yang ada dalam gelas, maka
serbuk sari itu akan melompat-
lompat ke sana ke mari secara acak.
Ia akan menghasilkan pola ditribusi
normal (gaussian).
ACAKKAH PERGERAKAN HARGA DI PASAR MODAL?
adalah tidak mungkin meramal
secara tepat pergerakan harga
s a h a m . N a m u n d e n g a n
memahami sifat-sifat distribusi
datakitadapat menyusunstrategi
perdagangan/investasi yang
optimum sehingga mendapatkan
hasi l predi ksi saham yang
mungkin yang paling optimum.
Karena kita melandaskan analisis
pada sifat distribusi data empiris,
hasil prediksi yang diperoleh lebih
baik dari yang dilakukan pada
e k o n o m e t r i k l a s i k .
T e r d a p a t
korelasi positif
antara
harga saham
dengan volume
perdagangan.
P e r u b a h a n
h a r g a y a n g
b e s a r
c e n d e r u n g
diikuti volume
perdagangan
yang besar pula
dan sebaliknya.
return
Kejatuhan pada skala distribusi
Levy Terpotong. Penjumlahan
perubah acak return harga saham
p a d a a k h i r n y a me n j a d i
berdistribusi normal yang dijamin
oleh TEOREMA LIMIT PUSAT.

Sifat-sifat universal data


keuangan dapat dideteksi.
Sifat skala pada distribusi returnharga-harga saham.
Bent uk t ak
beraturan di
sekitar puncak
d i s t r i b u s i .
TERBENTUKNYA HARGA SAHAM DARI YANG MASUK ORDER
P(x) x
1.8

pasar

Penumpukansecaraberulang-ulang di daerahyangtidakkompetitif bisajadi merupakanpolastrategi


trader tertentu. Ia dapat memberikan kesan psikologis pada sedemikian sehingga terdapat
ketidakseimbangan pada Kondisi ini dapat memicu pola yang menyebabkan
terjadinya untuk beli atau jual oleh investor/trader lainnya. Pola ini menimbulkan pola perdagangan
yang tak wajar jika saham yang diperdagangkan adalah saham-saham yang tidak likuid/tidak aktif karena
sifatnyayangmempermainkanpsikologis investor lain.
order
order book
order book. herding behavior
rush
(*) Jika yang masuk adalah
beli dengan harga B, maka:
(**) Jika ( ) maka beli
tersebut akan dengan
yang ada pada
harga antrian, dan keduanya
akan dieksekusi pada harga
( )
(**) Jika ( ) maka tidak ada
yang mungkin, dan
tersebut akan
langsung masuk antrian.
order
order
B A1 t order
done
best ask
ask A1 t .
B<A1 t
match
order

(*) Jika yang masuk adalah


jual dengan harga maka:
(**) Jika ( ) maka
jual tersebut akan
dengan yang ada
pada harga antrian, dan
keduanya akan dieksekusi
pada harga ( )
(**) Jika ( ) maka tidak
ada yang mungkin,
dan tersebut akan
masuk antrian.
order
order A,
A B1 t , order
done
best bid
bid B1 t .
A>B1 t ,
match
order

Apa yang paling mempengaruhi pengambilan keputusan investor? Apa metode prediksi
teknikal investor di Bursa Efek Indonesia? Apakah sistem perdagangan yang ada
sekarang dirasakan telah cukup ? Seberapa terpengaruh seorang trader di Bursa Efek
Indonesia dengan trader lainnya? Sebuah survei dilakukan terhadap beberapa trader di lantai
bursa (April 2005) dan berikut adalah petikan hasilnya.
favorit
fair
Strategi pada dasarnya menjadi atribut yang dimiliki oleh masing-masing
investor yang sifatnya relatif tidak berubah selama rentang waktu
perdagangan tertentu. Strategi menjadi dasar bagi setiap investor dalam
mengambil keputusan transaksinya. Strategi yang berbeda-beda dari
setiap investor akan menyebabkan pengambilan keputusan transaksi yang
berbeda-beda ketika menyikapi suatu informasi tertentu. Perbedaan
strategi ini juga bisa dipandang sebagai suatu diversifikasi atau
keheterogenan agen yang menyusun pasar. Investor-investor dengan
strategi fundamental cenderung menggunakan beberapa metode
konvensional seperti berita, reportase, laporan dan sebagainya, sebagai
suatureferensi dalampengambilankeputusaninvestasi.
Interaksi memegang peranan yang sangat penting di kalangan
investor/trader di bursa kita dalamproses pengambilan keputusan. Hal ini
cukup penting untuk kita perhatikan mengingat pada dasarnya agen-agen
dalamekonomi tidaklah independen. Mereka senantiasa berinteraksi dan
beradaptasi menurut pola-pola tertentu. Dari sisi sistem transaksi saham
saat ini, terdapat penilaianpositif terhadaptingkat pasar dari para
investor. Ini setidaknya memberikan indikasi bahwa mekanisme
perdagangansaat ini tidaklahbegitudipermasalahkanolehinvestor.
fairness
PROFIL MIKRO INVESTOR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERGERAKAN HARGA KOLEKTIF DAN INDEKS KOMPOSIT
Kita menganalisis perbandingan antara nilai karakteristik ( ) matriks yang acak
dan matriks data korelasi saham. Secara sederhana, metode ini membandingkan antara
matriks korelasi acak dengan matriks korelasi saham sedemikian sehingga kita
mendapatkan ekstraksi informasi dan pola dari matriks saham. Dari sini kita ketahui mana
yang merupakan bentuk gangguan ( ) serta mana informasi berguna dan
merepresentasikan pasar modal. Kita sebut gangguan jika sifat statistikanya mirip dengan
data acak sementara kita sebut sebagai bentuk informasi jika memiliki perbedaan yang
signifikandengansifat statistika data acak. Ini merupakansalahsatumotif dari model teori
matriks acak ini, yakni membedakan antara informasi yang berguna dan pola yang dapat
dikategorikan sebagai sekadar gangguan dalam fluktuasi spektrum saham. Sejauh mana
penyimpangan yang terjadi antara matriks korelasi saham dengan matriks korelasi acak
menjadi sebuah petunjuk bagi analis dalam menyusun portfolio. Dengan menganalisis
lebih lanjut melalui observasi hanya pada informasi yang berguna (merepresentasikan
pasar) danmenghilangkaninformasi yangbersifat acakpadadata, alhasil diperoleharahan
portofolio yang lebih optimumdaripada pendekatan ekonometri tradisional yang semata-
matamelihat fluktuasi datasaham.
eigen value
noise
Pendekatan untuk melihat performa pergerakan saham-saham secara umum dirasa
perlu karena tak mungkin melihat dari pasar modal di Indonesia hanya
melalui satu indeks IHSG (indeks harga saham gabungan) saja. IHSG merupakan
sebuah besaran spektral yang dibentuk melalui interaksi antara satu sahamdengan
sahamlainyangdiperdagangkandi lantai bursa.
Denganmelihat korelasi silangantarafluktuasi satusahamdengansahamlaindi bursa,
maka kita dapat melihat apa yang sebenarnya terjadi di lantai bursa secara umum.
Lebih jauh, pendekatan ekonofisika melihat momen-momen statistik dari koefisien
korelasi tersebut, yakni nilai rata-ratanya, variansinya, danseterusnya.
Sebuah penelitian menarik menunjukkan bahwa jika nilai rata-rata dari koefisien
korelasi saham-saham meninggi, maka di pasar tengah terjadi formasi harga yang
hampir seragam untuk keseluruhan saham yang biasanya digambarkan dalam
keadaankrisis ekonomi atautingkat ketakpastianinvestasi yangtinggi di pasar.
big picture
Itulah sebabnya jika kita perhatikan gambar di samping, nilai rata-rata koefisien
korelasi dari saham-saham semenjak tahun 2000 di lantai bursa kita cenderung
menurunyangmenunjukkanekonomi investasi cenderungmakinmembaik.
Perkembangan riset ekonofisika juga telah menyediakan alat lain dalam analisisnya,
yaitu pohon keuangan ( ) dengan teknik pemodelan yang
mengubah koefisien korelasi menjadi nilai jarak keterhubungan antara satu saham
dengansahamlain. Dari gambar kitaketahui bahwasemakinpanjang jarak total pohon
keuangan, maka semakin dinamis dan independen pergerakan satu saham dengan
sahamlain. Ini menunjukkankondisi ekonomi (dalamhal investasi) semakinsehat.
minimum spanning tree
Dua metodologi di atas, yang
diperkenalkan oleh ekonofisika,
memberikan kontribusi aktif dalam
penajaman kalkulasi dan optimisasi
portofolio, yang sangat penting bagi
institusi dengan pola investasi
berjangka waktu panjang. Demikian
juga bagi mereka yang cenderung
menggunakananalisis fundamental.
POHON KEUANGAN SAHAM-SAHAM
Pendekatan pohon keuangan memberikan
gambaran seberapa jauh satu fluktuasi saham
dengan fluktuasi saham lain secara relatif. Pada
visualisasi berikut digambarkan pohon keuangan
untuk tahun 2001, 2004 dan sepanjang tahun
2005-2007.
Dalam perspektif penyusunan portofolio, untuk berinvestasi, korelasi antar saham
merupakan fenomena dengan tingkat kompleksitas yang tinggi, sebagai akibat interaksi
perdagangan antar investor. Ia memiliki keunikan tersendiri. Dari pohon keuangan 2007
terlihat bagaimana keterhubungan antar satu saham dengan saham lainnya sedemikian
hingga didapatkan deskripsi pola fluktuasi harga saham secara menyeluruh. Ini akan
sangat membantu penyusunan portofolio. Berdasarkan simulasi yang dilakukan oleh
ekonofisikawan J. Onella, dkk. (2003) ditunjukkan bahwa saham-saham dengan risiko
minimumportofolio (dengan teknik optimisasi klasik Markowitz) senantiasa berada di sisi
palingluar dari pohonkeuangan.
Hal ini sebenarnya dapat dipahami karena saham-saham yang terletak di bagian tengah
pohon keuangan cenderung merupakan golongan sahamyang sangat likuid dan memiliki
volatilitas yang relatif lebihtinggi, yang secara intuitif mengandung risikoyang lebihtinggi
secara fundamental. Namun tentunya kita tidak lantas menyusun portofolio pada saham-
saham yang tak likuid dengan mengikuti teknik optimisasi Markowitz. Analisis ini
membukapeluangoptimisasi yangakanmelibatkansaham-sahamyanglikuid.
Sesuai pemahaman umum, dalam berinvestasi kita harus melakukan diversifikasi. Untuk
itu maka pengelompokan saham-saham ( ) pohon keuangan tersebut akan
dapat memberikan gambaran fluktuasi harga saham pada jangka panjang. Melalui
pemahaman sederhana ini, pemilihan saham melalui diversifikasi pada pohon keuangan
tentudapat memberikanmasukanintuitif dalammenyusunanportofolio.
clustering
Pasca krisis (tahun 1999-2001)
saham-saham seperti industri,
seperti :TLKM, ISAT, ASII GGRM,
cukup menjadi referensi bagi
pergerakansahamlain.
Pada tahun 2004, saham-
saham sektor perbankan
mendominasi.
Pada tahun 2005- 2007 terj adi
pengel ompokan s aham- s aham
perbankan. seperti: BDMN, BBCA,
BNGA, BNII, dan lain-lain dengan
dinamika yang dinamis dan dekat
dengan pengelompokan saham yang
sangat likuid, seperti: saham TLKM,
ISAT, danASII.
2001
2004
2007
PERGERAKAN HARGA KOLEKTIF DAN INDEKS KOMPOSIT
Mana yang lebih berpengaruh pada investor Indonesia apakah informasi fundamental saham atau rumor? Seberapa jauhkah horizon
investasi di bursa efek kita pada umumnya? Ilustrasi singkat ini mencoba menelusuri jejak investor dengan menggunakan pemodelan
berbasis agen.
Kegunaan model ini sangat banyak, di
antaranya adalah ia merupakan perangkat
analitik yang dapat melakukan serangkaian
eksper i men komputasi onal , unt uk
mengetahui apa yang terjadi di pasar modal
jika dilakukan sesuatu.
imulasi sebelum melakukan
penyusunan kebijakan. Hasil ini tentu saja
akanlebihdapat dipertanggungjawabkan.
Demi terciptanya
tujuan, s
Berbagai hal dapat dilakukan dengan
tersebut. Di antaranya
adalah analisis memori dari investor
di lantai bursa. Beberapa hal yang
menarik adalah kuatnya pengaruh
rumor di kalangan kita atau
berbagai faktor fundamental lainnya.
Hal lain yang menarik adalah horizon
memori dari atau dalam
keputusan investasi sejauh mana
rata-rata investor menyandarkan
keputusannya.
platform
trader
trader
Contoh bentuk distribusi data empirik (data per jam saham TLKM) dibandingkan dengan data hasil salah
satu simulasi berbasis agen yang dilakukan.
return
strategi
chartist yang
mengambil
keputusan
dengan
analisis MA
(Moving
Average)
strategidagang fundamentalis sebagai otomaton
Di sini kita membuat replika agen-agen buatan yang perilakunya mirip dengan
investor/trader yang memasang jual/beli berdasarkan berbagai
pertimbangan. Ada agen ekonomi yang memperhatikan gerak historis harga dan
mengambil keputusan dengan metode-metode statistik. Ada pula agen ekonomi
yang tidak peduli pada harga namun lebih memperhatikan informasi dan berita
fundamental saham yang diperjualbelikan. Ada pula yang sekadar
memperhatikan gosip/rumor yang tengah berkembang. Ada pula yang sekadar
ikut-ikutan. Namun, di luar semua itu, ada pula investor yang memperhatikan
semua informasi yang ada (data historis, berita fundamental, serta gosip/rumor).
Tiap simulasi akan menghasilkan data perdagangan buatan yang tentunya akan
dibandingkan dengan data saham sebenarnya. Dari ribuan kali simulasi yang
dilakukan, kita akan mendapatkan konjektur struktur mikro dari aktivitas
investasi yangterjadi di lantai bursa.
order
trader-trader
Analisis kuantitatif konvensional sosial, ekonomi, dan keuangan,
biasanya selalu berkutat pada upaya mengekstrak informasi
dengan menggunakan perangkat statistik. Pendekatan statistika
mengekstrak informasi dari data keuangan (misalnya pergerakan
harga saham, indeks, dan sebagainya) melalui berbagai metode
seperti regresi, analisis distribusi, dan sebagainya. Sebuah
pendekatan terbaru dalam ekonofisika adalah pemodelan
berbasis agen. Model ini merupakan alat untuk menjelaskan apa
yang terjadi di balik fluktuasi indeks dan pergerakan harga dalam
pasar modal dengan cara menumbuhkan investor/trader buatan
dalam komputer dengan struktur fundamental yang sama seperti
di dunianyata.
3.3.2. PerilakuMengerumundi Pasar Modal Kita
Kerumunan beberapa spesies makhluk hidup menunjukkan dinamika
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya letak makanan,
kemungkinan keberadaan predator dan bagaimana satu individu
berinteraksi dengan individu lain. Beberapa hewan, seperti lebah madu,
sangat responsif terhadap informasi tentang sumber makanan.
Sementara itu, beberapa hewan lain cenderung lebih memperhatikan
faktor-faktor selain makanan. Sebagai contoh, kerumunan Ikan Mas lebih
memperhatikan pergerakan air dan keutuhan kerumunannya. Faktor ini
lebihdominandaripada makanan. P ola serupa ditemukan
di pasar modal.
Terdapat setidaknya tiga cara satu investor mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh investor lain. Cara yang paling terkenal adalah melalui
observasi investor/ terhadap pergerakan harga. Sudah tentu
pergerakan harga hari ini akan sangat dipengaruhi oleh tren yang
dibentuk pada hari sebelumnya. Di sini pergerakan harga dalam tiap
wa k t u me n j a d i me d i a b a g a i ma n a s a t u i n v e s t o r
mempengaruhi/dipengaruhi investor lain. Jika terbentuk tren turun,
maka terdapat kecenderungan kerumunan investor/ memasang
order jual terhadapsebuahsaham.
Cara kedua adalah melalui komunikasi langsung antara satu
investor/ dengan yang lain. Sebuah gosip atau rumor bisa
menyebar melalui satu investor dengan investor lain dan ini
menyebabkan perubahan harga pula. Jika seorang investor memiliki
informasi tertentu tentang naik-turunnya harga sebuah saham, informasi
yang disebarkannya ke rekan-rekan dekatnya akan pula dapat
mengakibatkan kerumunan pemasangan tertentu. Namun, pola
kedua ini terbatas pada jaring sosial ( ) dari investor
tersebut. Akibatnya, perubahan harga yang terjadipun tak akan sebesar
akibat dari pembacaan tren historis sebagaimana ditunjukkan pada pola
sebelumnya.
Pola yang tak kalah penting adalah melalui observasi investor/
terhadap dinamika order book (antrian pemasangan order dari investor)
yang dapat diakses oleh sebagian besar pelaku saham. Ketakseimbangan
dapat menimbulkan imagi psikologis bagi sebagian investor
tentang tren pasar. Penumpukan order yang besar di dapat
menimbulkan kesan kelebihan suplai yang menunjukkan kecenderungan
bahwa harga akan turun dalam waktu dekat. Demikian pula sebaliknya,
asimetri pada dapat menimbulkan kesan bahwa
hargaakannaik.
ada dasarnya, p
trader
trader
trader
order
social network
trader
order book
order sell
order book order buy
3-3-10
Dari sini kita mengetahui, terdapat similaritas antara kerumunan
investor/ dengan kerumunan berbagai spesies yang ditunjukkan di
awal tadi. Jelas, investor/ akan awas terhadap berbagai informasi
yang didapatkan di dalam jaring sosialnya, tren pergerakan harga secara
historis, termasuk dinamika k saham tersebut. Ketiga hal inilah
yang menjadi saluran informasi antar investor/ yang menyebabkan
terjadinya pola mengerumun dalam pasar ( ). Pola
mengerumun ini penting, karena inilah yang seringkali menjadi biang
keladi terjadinya lonjakan harga ( ) maupun jatuhan harga
( ).
Saluran informasi ini terkadang menimbulkan ketaksamaan akuisisi dan
interpretasi atas informasi pasar yang menyebabkan terjadinya
n. Secara kognitif, hal ini dapat dikaitkan dengan
keterbatasan rasionalitas pada manusia ( )
sebagaimana ditunjukkan oleh peraih nobel ekonomi Herbert Simon
(1987). Hal ini merupakansalahsatupusat ketaklinierandari sistemsosial
(termasuk keuangan) dan juga menjadi pusat kesalahan asumtif dari
banyak analisis ekonometri klasik yang sering bersandar pada anggapan
dari agenekonomi.
Analisis ekonofisika menunjukkan penemuan empiris terjadinya ekor
gemuk pada hampir semua distribusi di berbagai pasar di seluruh
dunia. Secara statistik, hal ini terjadi oleh karena senantiasa terjadinya
pengelompokan volatilitas pada data-data tersebut. Dan secara
mikrostruktur, pengelompokan volatilitas terjadi oleh karena adanya
perilakumengerumunpadainvestor (Cont &Bouchaud, 1995).
Penelitian yang dilakukan oleh Surya Reserach International (2005) atas
dinamika pasar modal Indonesia menunjukkan karakteristik yang
menarik tentang kerumunan pasar ini. Kerumunan pada saham-saham
yang memiliki volatilitas tinggi dan relatif fluktuatif biasanya lebih
dipengaruhi oleh tren historis daripada faktor-faktor lain. Di sisi lain,
kerumunan pada saham-saham yang rendah likuiditasnya serta kurang
trader
trader
order boo
trader
herding behavior
market bubble
market crash
asymmetric informatio
bounded rationality
fully rational
return
3-3-11
fluktuatif (pada perdagangan ) menunjukkan dominasi
pengaruh dinamika . Kerumunan ( ) pada sebuah
saham yang lebih dipengaruhi oleh dinamika order book, dapat
memberikan peluang terjadinya upaya men- imagi psikologis
investor lain. Kondisi ini tentutidakmenguntungkanbagi banyakpihak.
Salah satu cara untuk mencegah atau mengurangi sentimen ini adalah
dengan meramaikan perdagangan saham yang tak hanya terkonsentrasi
pada saham-saham yang populer saja. Upaya peningkatan likuiditas
saham-saham yang selama ini tak likuid perlu ditingkatkan dengan
melibatkan seluruh pihak, mulai dari analis, masyarakat investor hingga
perusahaan sekuritas. Hanya dengan partisipasi aktif dan cerdas melalui
investasi yang tak terkonsentrasi pada saham-saham populer saja kita
dapat mengatasi potensi negatif yang dapat ditimbulkan oleh kerumunan
di pasar ini. Perilaku mengerumun ( ) merupakan sebuah
keniscayaan yang alami dan tak terhindarkan pada pasar modal. Namun,
adalah tanggung jawab kita semua untuk menciptakan pasar modal yang
, dan bebas dari berbagai potensi negatif yang mungkin saja
ditimbulkanolehperilakumengerumunini.
intra-day
order book herding
drive
herding behavior
fair
3-3-12
3.4. Inovasi untuk
Indonesia Masa Depan
Inovasi memegang peranan cukup penting dalam perkembangan
ekonomi dan kehidupan sosial saat ini. Adanya inovasi dalam teknologi,
mulai dari internet hingga teknologi telekomunikasi nirkabel telah
mengubah wajah kehidupan manusia secara umum. Dalam ekonomi
sendiri, proses inovasi (dalam hal ini inovasi produk) bisa dikatakan
menjadi suatu keharusan agar produk senantiasa dapat bersaing. Proses
inovasi berkaitan erat dengan faktor kompetisi. Fenomena ini bisa kita
amati pada berbagai produk teknologi, seperti ponsel, komputer ,
danlain-lain.
Salah satu produk inovasi yang cukup dekat dengan keseharian kita dan
bisa dijadikan contoh untuk menunjukkan adanya perkembangan inovasi
yang begitu cepat adalah telepon selular atau disingkat ponsel. Hal ini
setidaknya tercermin dari jumlah pengguna ponsel jenis GSM dari tahun
1991 hingga saat ini, yang mengalami peningkatan begitu drastis. Ponsel
merupakan produk teknologi yang mengalami perubahan dari waktu ke
waktu. Perkembangan ponsel terjadi baik dari sisi desain maupun
teknologi. Inovasi desain, atau yang lebih dikenal sebagai mode atau
ponsel, terlihat denganadanya variasi desainteleponselular yang
berbeda dari waktu ke waktu, misalnya atau bungkus ,
pemilihanbentukantena, danlainsebagainya.
Pemahaman tentang bagaimana proses inovasi produk teknologi tentu
menjadi suatu hal yang cukup menarik untuk dilakukan. Upaya ini
menarik, terutama untuk mengetahui prinsip-prinsip yang terjadi dalam
proses inovasi ponsel. Penggunaan pendekatan-pendekatan evolusi
dalammemahami proses inovasi produk teknologi merupakan salah satu
pendekatan alternatif yang bisa dilakukan. Namun, harus kita sadari
bahwa evolusi dalam dunia hayati tentunya berbeda dengan proses
inovasi itu sendiri. Akan tetapi cara pandang evolusioner tentunya akan
sangat bermanfaat dan mempermudah kita dalamproses analisis inovasi
artefak teknologi. Dalam uraian ini, kita mencoba memahami proses
inovasi produk teknologi (dalam hal ini ponsel) baik secara desain
maupun teknologi, dengan menggunakan perspektif memetik.
Memetika lahir dari adanya suatu semangat untuk menginkorporasi
teori-teori evolusi yang berkembang dalam ilmu biologi ke dalam studi
sistemsosial danekonomi.
Penggunaan memetika, untuk menganalisis proses inovasi produk atau
artefak teknologi, didasari oleh suatu kenyataan bahwa produk atau
artefak teknologi sendiri merupakan suatu objek kultural manusia. Ia
dihasilkan dari proses abstraksi pemikiran manusia. Oleh karenanya,
proses inovasi secara kultural akan berkenaan dengan abstraksi dari
artefak teknologi tersebut dan perkembangannya dari waktu ke waktu.
Dari sudut pandang evolusi sendiri, dalam hal ini memetika, artefak atau
palm
notebook
fashion
cover handset
3-4-1
produk teknologi dianggap sebagai sebuah fenotip dari unit informasi
terkecil yang mengkodekannya atau meme. Hal tersebut bisa dianggap
serupadengankonsepgenotipdanfenotipdalamevolusi organisme. Sifat
dan karakteristiknya dari artefak teknologi secara keseluruhan
ditentukan oleh memetip tersebut. Ia terekspresikan dengan cara
tertentu. Pada evolusi genetika,
Namun dalamevolusi memetika, kita tentu akan sangat sulit mengetahui
danmenemukanbentuk fisik dari unit informasi ataumeme suatuartefak
teknologi. Hal inilah yang kemudian membedakan konsep evolusi
memetikadengankonsepevolusi genetika.
Dalam analisis ini, kita mengasumsikan bahwa suatu artefak teknologi
dianggap tersusun atas memetip. Memetip umumnya berupa
memepleks yang tersusun atas sejumlah meme tertentu yang kemudian
disebut memepleks. Memepleks akan tersusun sejumlah alomeme atau
alternatif meme yang bisa didapati dalam suatu artifak teknologi.
Alomeme dalam artifak teknologi bisa dinyatakan sebagai pilihan ya
dan tidak atas sebuah proposisi mengenai keberadaan ciri tertentu dari
artifak teknologi yang disusun dalam kerangka JIKA ...MAKA....
Alomeme untuk tiap meme artifak kemudian bisa direpresentasikan
dengan bilangan biner (1,0). Representasi ini menunjukkan ada atau
tidaknya suatumemetertentudalamartifak teknologi tersebut. Dari sini,
suatu inovasi artefak teknologi dimodelkan sebagai perubahan atau
mutasi yang terjadi dalam sekuen memepleksnya. Untuk melihat
bagaimana model memetika ini diterapkan dalam artefak atau produk
teknologi, kita akan melakukan kajian pada telepon selular (ponsel),
sebagai sebuahstudi kasus.
Dalam penyusunan memepleks untuk ponsel, kita menggunakan
i nformasi f i tur- f i tur suatu ponsel yang di anggap dapat
merepresentasikan ciri atau sifat suatu ponsel baik desain, teknologi
beserta fungsinya dan ciri lain yang dimilikinya. Informasi mengenai fitur
ponsel dapat dijadikan suatu informasi dasar yang dapat membedakan
tipe ponsel yang satu dengan yang lainnya. Meme-meme yang mungkin
terbentukmisalnya:
gen bisa kita temukan bentuk fisiknya.
?
?
?
JIKA ia tipe ponsel berinframerah MAKA akan terdapat
inframerah.
JIKA ia mempunyai fungsi SMS MAKA akan terdapat teknologi
SMS.
danseterusnya.
Tentu saja kumpulan meme yang merepresentasikan seluruh ciri atau
sifat dari ponsel akanlah sangat banyak. Ia terkait dengan data yang bisa
kita peroleh. Informasi mengenai fitur inilah yang kemudian dijadikan
dasar bagi kita untuk menyusun informasi apa saja yang bisa digunakan
dalammenjelaskanproses inovasi dari produktekologi tersebut.
Di tulisan ini, kita akan menggunakan ponsel Nokia sebagai studi kasus.
Penyusunan memepleks ponsel Nokia didasarkan pada informasi
3-4-2
mengenai fitur tiap-tiap tipe ponsel yang didapat di website perusahaan
tersebut. Dari data-data yang diperoleh pada website tersebut, kita
memilih sebanyak 66 tipe ponsel. Memepleks dari tiap-tiap tipe produk
kita modelkan dengan menggunakan informasi fitur dari 66 tipe ponsel
tersebut. Dari sini, kita dapat mengidentifikasi sebanyak 84 ciri atau sifat,
baik desain maupun fungsi-fungsi teknologi, yang mungkin dijadikan
meme-memepenyusunmemepleks ponsel Nokia.
Mengestimasi hubungan secara inovatif dari ponsel, dengan data berupa
urutan ( ) meme-meme penyusunnya merupakan salah satu
bagian yang menarik dalam mempelajari inovasi dari ponsel secara
evolusioner. Hal ini bisa kita lakukan dengan mengkontruksi pohon
filomemetik. Perspektif ini terinspirasi oleh pendekatan filogenetik, yaitu
suatu pohon yang menggambarkan silsilah keturunan berdasarkan
kesamaan karakteristik suatu organisme. Pohon filomemetik pada
dasarnya mirip dengan pendekatan tersebut. Namun di sini, komparasi
dilakukan dengan menggunakan data masukan sekuen memepleks. Dari
si ni di harapkan, pohon fi l omemeti k tersebut akan dapat
menggambarkan sejarah evolusi ponsel, berdasarkan masukan data
berupa urutan ( ) memepleks untuk masing-masing ponsel.
Untuk dapat , diperlukan metode
pembuatan yang tepat guna. Hal ini penting agar kita bisa mendapatkan
pohon yang cukup tepat menggambarkan sejarah evolusi dan hubungan
evolusioner diantara tipe-tipe ponsel tersebut. Pada gambar 3.4.1.
diperlihatkan bagaimana pohon silsilah atau pohon filomemetika dari
berbagai 66 ponsel yang dikeluarkan oleh Nokia, yang dikonstruksi
dengan menggunakan metode
atau UPGMA. Sementara itu, gambar 3.4.2. dikonstruksi
dengan menggunakan metode (MST) dengan
menggunakanalgoritmaKruskal.
Dari pohon filomemetika ini, kita bisa mendapatkan informasi mengenai
ponsel tipe mana yang berkerabat dengannya dan mana yang jauh secara
kekerabatan. Hal tersebut tentunya bisa dijadikan sebuah gambaran
mengenai ponsel mana yang berinovasi dan mana yang tidak. Dengan
kata lain, tipe ponsel mana yang mengalami kemajuan inovatif dan mana
yang tidak. Selain itu, kita akan mengetahui bahwa dalam inovasi suatu
artefak teknologi, pada suatu yang spesifik, pada dasarnya akan
merujuk pada desain atau fitur yang telah ada sebelumnya. Atau dengan
kata lain, dalam bahasa evolusi, kita bisa menginterpretasi suatu proses
inovasi dari artefak atau produk inovasi sebagai hubungan leluhur dan
keturunan. Hal ini juga akan memberikan suatu gambaran tentang
bagaimana karakteristik suatu produk teknologi dalam mengalami
inovasi.
sequence
sequence
Unweighted Pair Group Method with
Aritmatic Mean
Minimum Spanning Tree
series
mengkonstruksi pohon filomemetik
3-4-3
Gambar 3.4.1.
Pohon pohon filomemetik ponsel
Nokia dengan menggunakan metode
UPGMA.
Gambar 3.4.2.
Pohon pohon filomemetik ponsel
Nokia dengan menggunakan metode
MST.
3-4-4
Namun perlu diperhatikan bahwa konstruksi pohon filomemetik masih
merupakan model yang sederhana dalam upaya analisis inovasi artefak
teknologi. Studi filomemetik semata dirasa tidaklah cukup memberikan
gambaran keseluruhan tentang proses inovasi suatu artefak teknologi
serta evolusinya. Diperlukan suatu model lain yang lebih dinamik untuk
menunjukan bagaimana trajektori yang dilalui oleh suatu artefak dari
bentuk yang sederhana menjadi artefak yang lebih kompleks pada proses
inovasinya serta bagaimana dinamika kemunculan serta kecocokannya.
Hal inilah yang nanti akan kita bahas dalam ulasan selanjutnya. Tetapi
yang pasti dari sini, kita bisa melihat bagaimana inovasi pada dasarnya
bisadipandangsebagai proses evolusioner, dalamhal ini memetika.
Lebih jauh diketahui bahwa faktor sosial, yang juga terkait dengan
karakteristik dari pengguna serta interaksi diantara mereka di dalam
jaringan sosialnya, merupakan faktor yang juga menentukan sukses atau
tidaknya suatu produk hasil inovasi. Seringkali kita mendengar bahwa
suatu produk teknologi tidak hanya memperhatikan sisi kegunaan atau
fungsinya saja melainkan juga memperhatikan bagaimana karakteristik
dari pasar atau pengguna. Hal ini tentu menjadi suatu indikasi bahwa
proses inovasi produk teknologi saat ini, pada dasarnya tidak hanya
melibatkanaspekekonomi sematamelainkanjugaaspek-aspeksosial.
Selanjutnya kita akan menganalisis bagaimana suatu produk hasil inovasi
bisa cocok atautidak denganlingkungannya secara kultural. Dalamulasan
ini, kita akan melihat bagaimana proses inovasi tersebut dalam bahasa
evolusi. Kemudian, kita melihat bagaimana pola-pola yang terjadi dalam
inovasi artefak teknologi melalui simulasi secara komputasi. Dalam
bahasa evolusi sendiri, dalam hal ini memetika (seperti yang telah kita
bahas pada paparan sebelumnya), inovasi produk teknologi merupakan
suatu proses yang membrojolkan produk teknologi dengan karakteristik
atau fitur tertentu. Proses tersebut pada dasarnya terjadi karena adanya
mutasi pada sekuen biner memenya. Meme atau unit informasi
terkecil dalam suatu artefak teknologi merepresentasikan ada atau
tidaknya fitur tertentu dalam artefak tersebut. Inovasi dimodelkan
sebagai pemunculan sekuen biner memepleks yang berbeda, dan
kemudianmemunculkanartefakyangberlainankarakteristikataufitur.
Namun, bagaimana unit informasi tersebut, yang merepresentasikan
artefak secara fisik dan karakteristik makro yang bisa kita amati, bisa
cocok dengan lingkungannya? Atau secara sederhana, bagaimana sebuah
artefak bisa diterima oleh pengguna? Hal ini tentunya sangat ditentukan
oleh interaksi antara artefak dengan pengguna. Kecocokan suatu artefak
akan ditentukan oleh bagaimana karakteristik artefak tersebut cocok
dengan pilihan dari penggunanya. Di sini kita tidak hanya akan
berhadapan dengan proses inovasi secara independen. Selain
berhadapan dengan perubahan karakteristik artefak, kita juga
dihadapkan dengan bagaimana proses inovasi tersebut terjadi di
tingkatan pengguna, dalam proses pemilihan atau penerimaan artefak
tertentu.
3-4-5
Variasi produk yang terjadi akibat proses inovasi, pada dasarnya akan
disusul oleh proses seleksi yang menentukan tingkat kecocokan ( )
produk tersebut. Seleksi yang terjadi pada tingkatan pengguna, tentunya
akan ditentukan oleh banyak hal, terutama terkait dengan karakteristik
individu, seperti: preferensinya terhadap fitur tertentu, tingkatan
ekonominya, dan lain sebagainya. Hal ini ditambah lagi dengan interaksi
yang terjadi diantara individu, seperti hubungan saling mempengaruhi
satu sama lain. Adanya interaksi antara individu yang begitu kompleks
menyebabkan inovasi teknologi menjadi kian kompleks. Kondisi ini
senantiasa menghadirkan banyak sekali ketidakpastian. Kita akan sulit
untuk menentukan apakah suatu teknologi bisa diterima dengan mudah
atau tidak dengan hanya melihat kecanggihan atau superioritasnya saja.
Banyak kasus dimana kecanggihan atau superioritas bukanlah salah satu
faktor yang mentukan keberhasilan suatu produk di pasaran. Sebagai
contoh adalah kasus VHS dan Betamax. Betamax yang lebih superior
secara teknologi, justru gagal di pasaran, dibanding dengan VHS. Justru
VHSyangpadaakhirnyamenjadi teknologi standar.
Di sisi pengguna, yang kemudian kita sebut sebagai agen dalam model
inovasi yang dikonstruksi, perbedaan karakteristik yang dimiliki tentunya
akanmempengaruhi dalamproses pemilihanartefak teknologi. Beberapa
karakteristik yang dominandiantaranya adalahkebutuhanataukeinginan
terhadaplevel teknologi tertentudanjuga level ekonomi dari agen. Selain
itu, interaksi sosial juga ikut mempengaruhi tingkatanataulevel teknologi
yang diinginkannya. Ada hubungan saling mempengaruhi antara satu
agen dengan yang lainnya berupa hubungan saling mengimitasi, dalam
artian agen hanya akan merujuk dan berupaya untuk menyamai level
teknologi dari agen lain yang berada pada jaringan sosialnya, atau yang
dikenal jugasebagai agentetangganya.
Adanya karakteristik individu yang berbeda serta interaksinya, membuat
proses adopsi agen terhadap produk teknologi tertentu terjadi secara
dinamik. Level teknologi yang diinginkan oleh agen akan senantiasa
fitness
Gambar 3.4.3.
Dinamika nilai kecocokkan 60 artefak
setelah 1000 iterasi (kiri) dan
Pengelompokkan agen-agen
berdasarkan pilihan produk
teknologinya (kanan). Warna yang
sama menunjukkan pilihan produk
teknologi yang sama.
3-4-6
berubah-ubah akibat adanya perubahan level teknologi tetangganya.
Namun, perilaku ini akan senantiasa dibatasi oleh level uang yang
dimilikinya. Level teknologi yang diinginkanserta konstraindari level uang
yang dimiliki agen inilah yang menyebabkan terjadinya dinamika
kecocokanartefakatauprodukteknologi tertentu.
Penghitungan secara matematis dari model yang telah dijabarkan di atas
tentu akan sangat sulit. Apalagi jika kita dihadapkan pada banyak agen
dengan karakteristik yang berbeda. Selain itu, mereka berinteraksi secara
simultan dan iteratif. Di sinilah peranan simulasi secara komputasi akan
model tersebut. Dalam simulasi ini, kita memindahkan proses-proses
yang terjadi dalam sistem yang hendak dianalisis ke dalam algoritma
pemrogramanyangbisadi jalankandi komputer.
Dalam simulasi ini, ada banyak agen. Masing-masing agen memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, baik itu dalam hal level teknologi yang
diinginkan maupun level uang yang dimilikinya. Agen akan mengevalusi
artifak teknologi yang ada pada saat itu. Kemudian, ia memilih sebuah
produk teknologi yang memiliki level teknologi yang dekat dengan
keinginannya. Namun tentu saja, produk tersebut harus memiliki harga
yang terjangkau olehnya. Proses inovasi sendiri kemudian
direpresentasikan dengan hadirnya suatu teknologi baru (berupa sekuen
memepleks yang berbeda dan tentu juga dengan harga yang berbeda) ke
dalam sistem setelah beberapa iterasi. Artefak mana yang lebih dulu
datang ditentukan melalui pohon filomemetika. Pada pohon tersebut,
artefak yang cabangnya paling atas merupakan teknologi yang lebih dulu
berinovasi.
Dari sini, tingkat kecocokan suatu teknologi bisa kita amati dalam setiap
waktunya, sesuai dengan banyaknya agen yang mengadopsi teknologi
tersebut. Gambar 3.4.3. (kiri) menunjukkan bagaimana dinamika tingkat
kecocokan dari 60 teknologi dengan level teknologi yang berbeda, harga
yang berbeda dan waktu kedatangan yang berbeda juga. Di sini bisa kita
lihat bahwa tingkat kecocokan suatu artefak berubah secara dinamik.
Yang menarik adalah tidak semua teknologi dapat menjadi dominan.
Hanya sebagian saja yang akhirnya berhasil mendominasi pasar. Yang
cukup menarik, teknologi yang dominan tidak selamanya mempunyai
level teknologi yang tinggi. Ini tentu beralasan mengingat bahwa
hubungan saling mempengaruhi antara agen dengan agen tetangga
menjadi suatu faktor yang dipertimbangkan juga oleh agen dalamproses
pengambilan keputusannya. Hal ini diperkuat dengan gambar 3.4.3.
(kanan) yang menunjukkan adanya pola pengelompokan. Agen-agen
yangbertetanggacenderungmemiliki artefakyangsama.
Hal menarik lainnya adalah pola kecocokan dari artefak tersebut setiap
waktunya. Pola ini kemudian kita definisikan sebagai siklus hidup dari
masing-masing artefak. Dari hasil simulasi didapati bahwa pola siklus
hidup setiap artefak hampir sama. Dalam kurun waktu tertentu, ia bisa
naik dan kemudian turun lagi. Ia mungkin bisa naik kembali namun tetap
tidakpernahketingkat sebelumnya.
3-4-7
Selain itu dari simulasi di atas, kita mendapati bahwa ketidakpastian juga
merupakan hal yang senantiasa terjadi dalam proses inovasi produk.
Suatu produk teknologi yang mempunyai kedekatan secara teknologi dan
lebih inovatif dari produk sebelumnya, bisa jadi tidak sesukses produk
sebelumnya. Temuan ini menunjukkan bahwa kesuksesan dari suatu
produk pada dasarnya tidak hanya ditentukan oleh level teknologinya
semata. juga dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti interaksi sosial antara agen-agen atau pengguna dari
artefak tersebut dan juga kompetisi dengan produk yang telah ada di
pasar. Yang terakhir perlu kita perhatikan adalah model berbasis agen
dengan menggunakan memetika, yaitu sebuah konsep yang berupaya
untuk menganalisis proses-proses tertentu dalam sisem sosial dengan
prespektif evolusi, pada dasarnya dapat kita gunakan sebagai alat analisis
alternatif. Perspektif ini bisa kita gunakan dalam upaya menjelaskan
proses inovasi, khususnyainovasi artefakteknologi.
Dari pohon filomemetik dan simulasi inovasi produk di pasar yang kita
ketengahkan di sini, kita dapat mempelajari naik turunnya satu produk di
antara penggunanya. Ini merupakan sebuah bentuk eksplorasi teoretis
yang seharusnya dapat mengilhami kita dalam menghasilkan produk-
produk domestik yang dapat memperkuat ekonomi nasional secara
umum. Ada banyak produk nasional yang sebenarnya, dengan sentuhan
inovasi, pantas menguasai pasaran, baik di level nasional maupun
internasional. Ini adalah tantangan bagi masyarakat perindustrian kita ke
depan. Inovasi adalah sebuah bidang kajian yang kurang mendapat
tempat dalamkajian konvensional. Pemahaman teoretis pada subbab ini
menunjukkan bahwa inovasi memiliki arti penting dalam khazanah
ekonomi modern dan wawasan ekonomi keindonesiaan. Hal ini perlu
diperhatikansecaralebihseksama.
Kesuksesan dari suatu produk
3-4-8
Pendidikan dalam Teropong
Kebudayaan Nasional
Bab 4
Bab ini berusaha merekam wawasan wiyatamandala
dalam paradigma kompleksitas sosial. Ketika
permasalahan yang dirasakan telah menjadi bagian dari
budaya, maka pendidikan menjadi satu-satunya jalan.
Bagaimana kita berbahasa, menikmati musik,
menonton televisi, berolahraga, dan bersekolah bisa
jadi menyimpan berbagai aspek kognitif. Ia menjadi
tempat bercokolnya segala permasalahan yang kita
hadapi di level permukaansistemsosial.
Masi ng-masi ng aspek dari bab i ni berusaha
memaparkan bagaimana kita dapat mengeksploitasi
sains kompleksitas sosial sebagai sebuah modal untuk
mengatasi persoalan yang kita hadapi. Ini merupakan
sebuah semangat yang melandasi berbagai penelitian
independen yang dipaparkan dalam buku ini.
Sementara itu, kekecewaan terhadap wawasan kita
akan diri sendiri, khususnya dalam dunia pendidikan,
merupakansebuahsumber kreativitas.
Bab ini memiliki motif untuk menunjukkan keluasan
aspek sains kompleksitas sosial, sekaligus berusaha
mengajak pembaca untuk melakukan refleksi atas apa
yang kita punya, apa yang selama ini kita lakukan,
sekaligus bagaimana memandang masa depan secara
optimis. Sikap ini dapat dimunculkan dari dalam
khazanah sains yang berakar pada budaya dan
keterlaksanaan pranata sosial kita sendiri. Ini
merupakan sebuah proposal awal untuk mencari
kerangka j angka panj ang.
Bagaimanapun aspek kebudayaan, dalam pengertian
seluas-luasnya, adalah pusat dari banyak aspek
kehidupankita.
sol usi al ternat i f
4.1. Dari Variasi
ke Akuisisi Bahasa
4.1.1. Variasi
Variasi bahasa di Indonesia luar biasa banyaknya. Bahasa cenderung
menjadi pembeda antara satu kelompok etnis tertentu dengan etnis
lainnya. Terdapat sebuah konjektur bahwa jumlah bahasa daerah di
Indonesia adalah setara dengan jumlah dari kelompok etnis yang ada.
Dalam kajian linguistik, bahasa mengandung banyak informasi yang
berpotensi membawa kita kepada pemahaman yang lebih akan bahasa
tersebut, atau mungkin etnisitas yang menggunakan bahasa tersebut.
Namun sangat dirasakan bahwa kajian antar bahasa, atau linguistik
komparatif belum begitu banyak di Indonesia. Terlebih lagi kajian yang
didasarkan pada kompleksitas yang terkandung dalam bahasa. Padahal
banyak hal menarik yang berkaitan dengan evolusi bahasa dan
perkembangan evolusioner sistem kognitif kolektif etnik-etnik di
Indonesia cukup potensial untuk diterangkan dalam konteks bahasa. Di
Indonesia, seorang anggota masyarakat setidaknya menguasai dua
bahasa dalam pertumbuhannya: bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dan bahasa daerah, yakni bahasa etnik di mana ia lahir dan
tumbuh. Perkembangan agama juga secara umum mempengaruhi
akuisisi bahasa di Indonesia. Tak sedikit orang Indonesia yang terampil
menggunakan bahasa Arab di tengah pengkajian yang berkaitan dengan
agamaIslam.
Dari sisi perkembangan ilmu bahasa, kajian yang menggunakan berbagai
pendekatan komputasional dan analisis kuantitatif masih kurang begitu
dikenal. Mengingat variasi bahasa etnis di Indonesia, studi linguistik
komputasional menjadi sangat urgen untuk dikembangkan. Upaya ini
penting untuk diperhatikan mengingat ada banyak hal baru, yang
berkenaan dengan studi etnisitas, dapat dikembangkan demi kemajuan
ilmuhumanioradansosial kemasyarakatandi tanahair.
Tradisi penggunaan statistik di linguistik sebenarnya telah berlangsung
sejak lama. Pada mulanya, ia kurang begitu terasa. Namun semangat
interdisiplinaritas dalam sains kompleksitas, telah memperkaya diskusi
ini. Sejumlah pendekatan baru bermunculan, misalnya dari bidang kajian
mekanika statistik, yang pada awalnya hanya memperkaya pendekatan
analitik untuk kajian ekonomi dan keuangan. Kontribusi di bidang ini
diawali oleh G. K. Zipf (1949) melalui bukunya yang termasuk salah satu
karya yang paling banyak disebut,
. Dalam buku ini diuraikan sebuah temuan fenomenal dari G.
K. Zipf. Temuan ini diperoleh jika kita pertama-tama mendaftarkan
seluruh kata-kata yang ada pada sebuah teks. Selanjutnya, kita mencatat
frekuensi penggunaan kata-kata tersebut. Kemudian, kita mengurutkan
Human Behavior and the Principle of
Least Effort
4-1-1
Gambar 4.1.1.
Hukum pangkat Zipf pada sebuah
korpus (buku Luke, )
untuk beberapa bahasa etnik di
Indonesia.
New Testament
penggunaan kata mulai dari yang paling sering digunakan hingga kata
yang paling jarang digunakan dalam teks tersebut. Dari sini selanjutnya
akan didapatkan sebuah sifat berikut: frekuensi penggunaan masing-
masing kata di dalam teks akan berbanding terbalik dengan ranking dari
kata yang bersangkutan dengan pangkat tertentu. Hubungan ini dikenal
sebagai hukum pangkat pada plot-Zipf, atau hukum Zipf. Visualisasi yang
paling sering digunakan adalah dengan menggunakan plot logaritmik.
Sifat hukum pangkat ditunjukkan melalui penggambaran garis lurus
hubungan antara frekuensi atau peluang kemunculan kata dalam teks
denganurutanrankingnya.
Bagaimana dengan pola statistika dari bahasa-bahasa etnik yang ada di
nusantara? Untuk menganalisis sifat statistika ini, kita menggunakan data
dari teks yang isinya sama (bentuk translasi) dari berbagai bahasa yang
ada. Pertimbanganini membawakitapadapenggunaankorporateks-teks
mengingat teks-teks cukupbanyak terjemahannya. Selain
itu, proses translasi yang dilakukan relatif hati-hati dan tidak bersifat
penyaduran melainkan pola terjemahan per kalimat yang sedapat
biblical, biblical
4-1-2
Gambar 4.1.2.
Modifikasi Mandelbrot pada Hukum
pangkat Zipf pada sebuah korpus
(buku Genesis, Old Testament)
untuk beberapa bahasa etnik di
Indonesia.
mungkin berusaha agar isi dari teks yang diterjemahkan tidak meleset
jauh. Konstruksi kalimat di bahasa tujuan diupayakan tetap
memperhatikan aspek gramatika dan gaya bahasa. Dari beberapa data
yang tersedia dalam proses penelitian, diperoleh korpus untuk bahasa-
bahasa etnis yang ada di Sumatera Utara seperti bahasa Batak Toba, etnik
Angkola, etnik Simalungun, etnik Pakpak Dairi, etnik Karo, dandua bahasa
dari pulau Jawa, yakni bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Sebagai bahan
perbandingan, korpus terjemahan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
jugadigunakan. Hasil yangdiperolehcukupmenarik.
Ternyata, untuk korpus yang berbeda-beda ditemukanpola pemangkatan
yang mirip (sekitar 1) untuk semua data-data dari korpora yang ada. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat pola kesamaan struktural secara
statistik dari konstruksi pengkalimatan di bahasa-bahasa yang digunakan
di Indonesia. Studi lebih jauh dari pendekatan statistik ini dikemukakan
oleh matematikawan Benoit Mandelbrot (1983) yang menunjukkan
bahwa terdapat rezim untuk kata-kata dengan ranking tertinggi. Dari
penelaahan akan sifat ranking yang ada, ditemukan bahwa kata-kata
tersebut merupakan kata-kata yang secara individual tidak dapat berdiri
4-1-3
Gambar 4.1.3.
Tiga rezim dalam plot ranking dan
frekuensi penggunaan kata dalam
teks. Gambar di atas menunjukkan
korpora bibel dengan bahasa Sunda
sebagai studi kasus.
sendiri karena terbentuk dari pola struktur gramatika (tata bahasa) dari
bahasa yang bersangkutan. Jenis kata-kata ini, pada plot-Zipf, berada di
bagian ranking-ranking tertinggi dan menunjukkan pola menyimpang
dari garis hukumpangkat yang digunakansebelumnya.
Modifikasi ini ternyata juga ditampilkan secara apik untuk data-data
dalam bahasa etnis tersebut. Hal ini ditunjukkan pada gambar 4.1.2.
Setiap bahasa memiliki nilai Namun, penemuan
yang ada menunjukkan bahwa pola frekuensi atas kata-kata yang sensitif
pada gramatika ini muncul untuk bahasa-bahasa daerah di Indonesia,
sebagaimana juga ditemukanpada beberapa bahasa laindi Eropa, seperti
bahasaInggris.
Pendekatan lanjutan dalam observasi linguistik komputasional dan
mekanikastatistikatelahpulamenyertakankonsepentropi non-ekstensif.
Konsep ini menawarkan penyempurnaan bentuk rezim statistika
yang ditawarkan oleh Mandelbrot. Jika data corpora yang disertakan
dalam analisis sudah cukup banyak, terdapat pola menyimpang dari
hukum Zipf (lihat gambar 4.1.1.). Penyimpangan ini terjadi untuk
beberapa konsep inti yang tidak sering digunakan. Sifat ini telah
menunjukkan bahwa setidaknya terdapat tiga rezim dalam plot-Zipf
untuk korpora yang diobservasi: diawali dengan rezimMandelbrot (kata-
kata yang berkenaan dengan struktur tata bahasa yang bersangkutan),
rezim hukum pangkat Zipf, dan rezim Cancho-Sol-Montemurro (kata
dengan konsep inti yang tidak begitu sering digunakan). Hal ini
ditunjukkan pada gambar 4.1.3. Pada rezim terakhir ini, hukum pangkat
dalamplot-Zipf logaritmikmenurunsecaralebihtajam.
yang berbeda-beda.
atas
begitu
4-1-4
Gambar 4.1.4.
Tampilan bentuk umum yang
mencakup semua rezim plot-Zipf
untuk bahasa-bahasa yang
diobservasi.
Gambar 4.1.5.
Berdasarkan hasil transformasi biner
koefisien 3 rezim diperoleh
pengelompokan kesamaan (homologi)
bahasa. Terlihat bahasa Pakpak,
Simalungun, dan Toba menjadi satu
kelompok ( ), Angkola dan Karo
satu kelompok, dan bahasa Jawa dan
bahasa Sunda menjadi satu kelompok.
cluster
Pola ini kembali terlihat pada data korpora yang diobservasi. Kategorisasi
ini memiliki banyak kegunaan. Yang adalah, dengan adanya
lokalisasi rezim dalam teks-teks ini, terbuka peluang untuk
m kuantitatif. Di
sini, kita memperhatikan sifat gramatika dan frekuensi penggunaan kata
dalam struktur kalimat. Hal ini tentu saja akan membuka peluang ,
yakni melihat jejak evolusi etnisitas melalui bahasa. Di sini kita dapat
bahwa jika dua buah
kelompok etnik memiliki kedekatan dari segi struktur bahasa maka jarak
evolusioner antar keduanyarelatif dekat.
Penelaahan awal riset ini ditunjukkan untuk 7 kelompok etnik. Hasil yang
diperoleh terlihat pada gambar 4.1.5. Pada gambar ini tampak jelas
bahwa terdapat homologi bahasa yang kuat antara bahasa Pakpak,
Simalungun, dan Batak Toba (3 suku di Sumatera Utara). Sementara itu, 2
suku lainnya (Angkola dan Karo) dikelompokan secara terpisah. Dari
pertama
kedua
embandingkan satu bahasa dengan bahasa lain secara
berpegang pada sebuahkonjektur yang mengatakan
4-1-5
pengenalan intuitif akan kelima bahasa (di Sumatera Utara) tersebut
disimpulkan bahwa, hasil ini cukup akurat dalam menggambarkan
kedekatan antar suku. Temuan ini diperkuat dengan mengelompoknya
dua bahasa di pulau Jawa (biasa dikenal dengan sebutan etnis
deutromelayu, sementara yang di pulau Sumatera disebut protomelayu).
Pendekatan ini tentu menjadi sebuah dan memberi banyak
peluangakanpenelitianetnisitas di Indonesia.
Ada sebuah tren pendekatan analisis ilmu sosial di Indonesia yang agak
berbeda dengan praktika dan eksplorasi teoretis di beberapa negara lain,
misalnya Amerika Serikat. Jika kita membicarakan sosiologi dan sejarah
yang melahirkannya, seringkali kita terjebak pada diskusi filsafat dan
metafisika yang menjadi dasar transendental lahirnya sebuah teori
sosiologis. Ini tak terjadi di ilmu alam. Kondisi ini terjadi karena ilmu alam
memiliki seperangkat piranti empiris yang dapat menguji keabsahan
sebuah teori. Sistemsosial sangat berbeda dengan sistemalam. Ia begitu
dekat dengan manusia dan kehidupan sosialnya. Objek sains
tinggi derajat kebebasannya. Hal ini berkaitan dengan akuisisi dan
pemaknaankonsepbahasa.
Secara historis, pengalaman ini dialami oleh alam filosofis yang dikenal
dengan posmodernisme. Pada mulanya, posmodernisme adalah sebuah
terminologi yang diungkapkan oleh sosiolog Perancis, Jean-Franois
Lyotard (1924-1998). Lyotard awalnya tertarik pada studi-studi
fenomenologi, dan filsafat paganisme. Ia berubah haluan dengan banyak
berbicara tentang kondisi posmodernisme. Dalam paradigma Lyotard,
kondisi posmodernisme adalah kondisi ketidakpercayaan sosial atas
metanarasi. Metanarasi diartikan sebagai cerita atau teori keseluruhan
tentang sejarah dan tujuan dari manusia yang menjadi dasar dan
pengabsahan pengetahuan dan praktik budaya. Lyotard menggambarkan
bagaimana situasi sosial setelah sekian lama dalam era modernisme
(pascapencerahan). Iajuga teknologi
komputer dengan pendekatan filsafat sosial klasik seperti Hegel, Marx,
danseterusnya.
Belakangan, posmodernisme bersandar pada hasil studi linguistik Swiss,
Ferdinand de Saussure (1857-1913). Pendapat ini berkembang menjadi
studi filsafat dan linguistik, yang kemudian menghasilkan klaim-klaim
dalam ilmu sosial. Inti pendekatan linguistik (disebut dengan istilah
intertekstualitas) difahami sebagai rantai elemen bahasa yang bebas
makna. Kondisi ini terjadi karenasatukataber-referensi atas katalain, dan
kata lain ber-referensi atas kata lain dan seterusnya, dalam rantai yang
luar biasa panjang. Pandangan inilah yang melatarbelakangi munculnya
filsuf sosial dan kritikus budaya Perancis yang sarat kontroversi, Jean
Baudrillard, dan teoretisi lainnya, seperti Gilles Deleuze, Felix Guattari,
Frederic Jameson dan sebagainya. Mereka, dengan berbagai pendapat
shortcut
4.1.2. Akuisisi
sosial sangat
mengkontraskanisuperkembangan
4-1-6
dan terminologi, mengimpor istilah-istilah sains, khususnya fisika seperti
teori chaos, dan sebagainya. Lebih jauh, mereka terkadang dianggap
memelintirkanmakna istilahtersebut dari makna aslinya di fisika. Mereka
menggunakan banyak tradisi teori psikoanalisis Jaques Lacan yang
seringkali pulamenggunakanterminologi serupa.
Dalam beberapa diskusi (baik di media massa maupun di berbagai
tempat) diakui bahwa tren posmodernitas dalam memandang
masyarakat seringkali telah kebablasan. D
a berkembang menjadi tren penggunaan berbagai istilah-istilah
yang rumit. Pengistilahan dan jargonisasi begitu dominan mewarnai
analisis sosial di tanahair.
Kajian studi bahasa tentang perilaku analisis sosial kebablasan
tersebut, dalam linguistik komputasional, menjadi sebuah diskusi
tersendiri yang cukup ramai, setidaknya semenjak satu dasawarsa lalu.
Model yang digunakan dinamakan sebagai model dada, sebuah bentuk
kritisisme atas gejala dadaisme atau penggunaan abstraksi yang
kebablasan dalam berbagai literatur posmodernisme. Secara singkat,
mesin dada dapat difahami sebagai sebuah perangkat lunak komputer
yang menggambarkan cara menulis 'analisis' dengan pendekatan-
pendekatan posmodern yang cenderung menggunakan metafora-
metafora yang rumit dandiimpor dari berbagai teks ilmualam, ilmusosial
klasik, sastra dan budaya pop. Ia hanya membuat terminologi dan istilah
baru. Pada dasarnya, ia tidak menunjukkan analisis apapun. Kita tinggal
memasukkan daftar pustaka, kata kunci, dan seterusnya untuk
menghasilkan karya-karya yang tak jauh berbeda dengan karya filsuf
sosial posmodernisme atau disertasi doktoral dalam studi
posmodernisme (diuji cobakan secara praktis dan terbukti). Hal ini
merupakan tantangan yang sangat berat bagi perkembangan ilmu sosial.
Hambatan ini muncul akibat lemahnya kesinambungan antara
metodologi dankonstruksi teoretis.
Sebuah contoh dari keluaran mesin dada berbahasa Indonesia pertama
yangsempat dibuat sebagai eksperimenditunjukkansebagai berikut:
alamdeskripsi analisis sistem
sosial, i
4-1-7
Analisis obyek yang
cenderung positivistik serta intertekstual
oleh
Sedimentasi obyek urung terakumulasi lewat bantuan perwujudan
budaya. Dengan demikian, budaya diskursif dan fetish tersebut kadang-
kadang menyembunyikan manifestasi budaya lewat logos Diri yang neo-
Marxian. Manifestasi Diri psikoanalitis mungkin melatari manifestasi
imagi yang cenderung metaforis atas nama keniscayaan imagi simulakral.
Kondisi imagi melangkahdenganmediasi logos komodifikasi.
Komodifikasi berspekulasi atas nama prolegomena obyek neo-Marxian
dan Lacanian. Enunsiasi obyek terkadang melatar-belakangi tinjauan
Marxisme dengan multiplisitas kebermaknaan. Kebermaknaan belum
berspekulasi. Analisis kebermaknaan mentransformasikan keniscayaan
Liyan. Liyan nostalgis bisa saja mengejawantah. Liyan yang sekilas
nostalgis mentransformasikan sedimentasi obyek. Obyek yang fetish
serta Lacanian terkadang merupakan keniscayaan kuasa yang cenderung
psikoanalitis atau Derridean dengan logos Marxisme meskipun
sedimentasi refleksi diziarahi melalui kondisi hasrat maskulin. Jika hasrat
yang diskursif dan subyektif disimulasikan oleh kondisi budaya, hasilnya,
komodifikasi bisa saja bersikukuh, analisis komodifikasi terlihat fetish.
Inferioritas komodifikasi menjadi pos-Whorfian sekaligus psikoanalitis
dengan mediasi logos makna pos-Whorfian. Baudrillard menandaskan
bahwa:
Di luar tarikan gravitasi yang mempertahankan badan kita agar tetap
dalamorbit, seluruhatommakna akantersesat ataumembebaskandiri di
luar angkasa. (Baudrillard,1999)
Enunsiasi makna metaforis menyembunyikan perwujudan kuasa atas
campur tangan multiplisitas imagi simulakral. Prolegomena imagi terlalu
terakumulasi. Kalaulah logos imagi nampak seakan-akan subyektif
sekaligus psikoanalitis atas nama manifestasi imagi, imagi akan tampak
neo-MarxiandanLacanian. Kalaupunimagi tersebut tak mustahil berjalan
melalui perwujudan hasrat diskursif atau bahkan subyektif, tak heran Diri
diskursif urung terbungkam. Logos Diri yang cenderung Derridean
menandaskan, kondisi polivalensi yang sekilas psikoanalitis cenderung
nostalgis. Enunsiasi polivalensi yang simulakral terlihat neo-Marxian.
Multiplisitas polivalensi yang sekilas transpersonal terbebat. Manifestasi
polivalensi akan bergeming. Tinjauan polivalensi berproduksi.
Manifestasi polivalensi berproduksi melalui logos instrumen yang
cenderungdiskursif akibat maknatakmustahil terakumulasi.
Makna transpersonal sekaligus Lacanian melatari posmodernisme atas
nama prolegomena instrumen Foucauldian. Eksterioritas instrumen
Saptono
4-1-8
psikoanalitis telah dibungkam oleh kondisi kuasa. Tinjauan kuasa
Derridean serta Saussurean mengekstrapolasi keniscayaan strategi
maskulin atau bahkan simulakral dengan analisis diskursus. Eksterioritas
diskursus menjadi intimidatif melalui perwujudan feminisme Lacanian
atau maskulin meskipun multiplisitas instrumen mengatasi komodifikasi
yang cenderung fetish atas nama tinjauan obyek subyektif. Kalau obyek
terbungkam, tak heran hasrat diskursif sekaligus neo-Marxian
memperdaya multiplisitas posmodernitas metaforis serta transpersonal
dengan prolegomena posmodernitas fetish atau pos-Whorfian.
Posmodernitas psikoanalitis sekaligus fetish tersebut akan berubah
menjadi ambigu atau bahkan neo-Marxian dengan mediasi analisis
budaya maskulin. Prolegomena budaya yang positivistik menahbiskan
eksterioritas hasrat lewat bantuan manifestasi feminisme. Akibatnya,
sedimentasi feminisme tidak nampak seakan-akan transpersonal lewat
bantuankondisi komodifikasi psikoanalitis sekaligus positivistik.
-------------
Baudrillard, J. 1999. Galaksi Simulacra.
Bagi orang awam tak mudah untuk memahami berbagai istilah yang
digunakan dalamkutipan makalah di atas. Namun, timbul juga keraguan
bagi seorang pembaca telah cukup akrab dengan istilah-istilah di atas.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa, kutipan artikel tersebut tak bermakna
apapun. Itulah sebabnya mesin ini dinamakan dengan SAPTONO, sebuah
akronim untuk Studi Aplikasi Otomata Nonsens. Metode yang
digunakan adalah metode randomisasi dalam generasi kata dengan
beberapa aturan ( ) yang mematuhi sistem tata bahasa yang ada.
Dalam beberapa Tes Turing informal di beberapa kalangan disimpulkan
bahwa,
akhirnya ia merasa ada yang tidak beres. Namun, ungkapan ini baru
muncul dalamwaktuyangrelatif lama.
Dari sini, kita dua hal. Yang , model yang
kita gunakan masih sangat sederhana. Pola randomisasi yang digunakan
masih membutuhkan pengembangan lanjutan, hingga semakin mirip
denganartikel manusia mulai dari sisi penggunaanjenis kata yang masih
terbatas, daftar pustaka yang masih satu buah, dan pendekatannya yang
saat ini masih terbatas pada pola bangunan koherensi (sehingga dari
keseluruhan artikel muncul kesan seolah-olah hendak mengatakan
sesuatu).
Model ini pun sudah sulit untuk dijustifikasi oleh beberapa orang secara
sepintas. Dari sini kita beranjak kerefleksi yaituada konjektur yang
memberikan kemungkinan bahwa suatu saat nanti mesin ini semakin
sempurna dalam meniru berbagai artikel bertipe posmodernisme (yang
saat ini cukup banyak dimuat di surat-surat kabar dan bahkan telah
menjadi tren). Bagaimanakah wajah ilmu sosial kita ketika konstruksi
analisis-nya pun tak ubahnya perilaku random dengan beberapa aturan
rule
pertama
kedua,
partisipan kesulitan dalam memberikan justifikasi, hingga
setidaknya menemukan
4-1-9
sederhanasoal tatabahasayang dikerjakansecaraotomatik? Hal ini tentu
menjadi evaluasi seberapa bablasnya kita dalam mengakuisisi konsep
kebahasaan ketika menganalisis sistem sosial. Kita seringkali terjebak
pada sebuah wacana yang tidak memiliki keketatan formalisme, tanpa
silogismeyangkuat, dankayaistilahyangmembingungkan.
Hari ini kita masihpunya masalahdalamhal akuisisi bahasa. Ini tentusaja
sangat kontras dengan urgensitas pengembangan linguistik
komputasional yang diperkuat oleh perangkat-perangkat dari diskursus
mekanika statistik. Hal ini penting untuk diperhatikan, mengingat latar
belakang variasi bahasa etnik di Indonesia. Ketakutan terhadap
formalisme, dalam analisis sistem sosial, tentu saja sulit dimengerti.
Namun penting untuk diingat bahwa, harga sebuah kelalaian kadang
terlalumahal untukdibayarkan.
Situngkir, H. (2007). Regimes in Babel are Confirmed: Report on Findings
in Several Indonesian Ethnic Biblical Texts.
Suroso, R. (2005). SAPTONO: An Experiment with Nonsense.
Rujukan:
Khanafiah, D. & Situngkir, H. (2007). Conjecture to Statistical Proximity
with Tree of Language(?): Report on Few Austronesian Languages of
IndonesianEthnics. BandungFeInstitute
BandungFeInstitute
BandungFeInstitute
WorkingPaper Series WPI2007.
Working Paper Series
WPC2007.
Working
Paper Series WPL2005.
4-1-10
4.2. Sebuah Perspektif untuk
Prestasi Olahraga Nasional
Olahraga menyehatkan masyarakat. Pada saat yang sama, kita juga
merasakan adanya umpan balik positif dari prestasi olahraga masyarakat.
Prestasi olahraga meningkatkankebanggaandankolektivitas masyarakat,
yang kemudian melahirkan atlit berprestasi. Saat ini, persaingan
antar atlit di kancah olahraga internasional
Ketatnya kompetisi di tingkat
dunia telah melahirkan sejumlah teknik dan peraturan baru yang
menjamin sebuah olahraga.
menjadi ajang kompetisi kunci. Kapan
dan melawan siapa seorang atau sekelompok timditurunkan merupakan
sebuah perdebatan yang sangat pelik.
spek manajerial ini
perlu mendapatkan perhatian yang sangat serius. Saat ini, di awal abad
ke-21, seorang manajer olahraga memainkan peranan yang sangat
pentingdalammenentukanperformaatlit.
Ilmu-ilmu kompleksitas yang berkaitan dengan sistem fisiologi manusia
telah banyak mendapatkan perhatian di bidang olahraga. Bagaimanapun
olahraga merupakan sebuah area interdisiplin, yang menjadikan atlit
sebagai fokus observasi dan analisis. Hal ini penting sehingga, atlit dapat
bertanding dalam kondisi prima dan memiliki strategi yang optimum.
Namun hingga sejauh ini, kajian kompleksitas
dalam kajian keolahragaan. Latar belakang ini memotivasi
penelitian berbasis sistem kompleks di
mengekstrak informasi dari hasil-hasil
pertandinganyangadadi banyakturnamenolahraga.
dengan
memodelkan pertandingan demi pertandingan sebagai sebuah
keterhubungan jaringan. Perangkat ini dapat digunakan di banyak cabang
olahraga, misalnya dalam permainan tenis. Dalam model graf yang
dibentuk, tiap titik merepresentasikan atlit. Jika dua petenis pernah
bertemu maka dua t i t i k tersebut
garis yang
memiliki ketebalan tertentu. Garis tersebut merupakan sebuah panah
Jika anak panah tergambar menuju satu petenis maka itu
menandakan bahwa ia merupakan atlit yang relatif lebih lemah (karena
kalah), di bandingkan atlit tempat sumber panah tersebut.
Ketebalan dihitung berdasarkan skor historis kemenangan dari
pertemuan antara kedua atlit. Semakin tebal garis maka ia
fairness event
head-to-head
dapat
semakin ketat. Seorang atlit
menjadi semakin sulit untuk dapat mencapai jenjang prestasi tertinggi,
apalagi di level kejuaraan internasional.
Ketatnya kompetisi olahraga
tercermin dengan meningkatnya jumlah turnamen. Semakin hari, jumlah
turnamen yang perlu diikuti oleh sebuah tim olahraga atau atlit
perseorangan terus meningkat. Beberapa pertandingan, dari sekian
pertandingan yang ada, bahkan
Agar sebuah tim olahraga
memperoleh prestasi yang optimum dan maksimal, a
belum dieksploitasi secara
maksimal
bidang olahraga. Upaya ini dapat
kita lakukan, salahsatunya, dengan
Salah satu pendekatan yang dapat kita konstruksi adalah
( yang masi ng- masi ng
merepresentasikan seorang petenis) terhubung oleh sebuah
berarah.
anak
garis
4-2-1
kalah dengan semakin telak. Demikian pula sebaliknya, garis yang tipis
menunjukkan bahwa performa kedua pemain yang terhubung relatif
berimbang.
adanya sifat jaringan dunia kecil antara pemain film di
dunia.
arah panah (graf
berarah). Penelitian ini dilakukan pada data
menunjukkan sifat
hukum pangkat. Sifat ini menunjukkan bahwa semakin terhubung satu
atlit dengan atlit lain, maka peluang satu atlit baru terhubung dengannya
jugasemakintinggi.
Beberapa waktu yang lalu nama Roby Muhamad, fisikawan Indonesia,
menggema karena menemukan sebuah fenomena menarik tentang
jaringan keterhubungan antar aktor/aktris film di dunia. Di sini ia
berkolaborasi dengan sosiolog Amerika Serikat, Duncan Watts. Mereka
menemukan
Dalam model jaringan ini, keterhubungan aktor/aktris
merepresentasikan pernah tidaknya keduanya berkolaborasi dalam satu
film.
Dalam pekerjaan ini, pendekatan yang digunakan relatif tidak jauh
berbeda. Namun, di sini kita menambahkan faktor
turnamen tenis
pada tunggal putra dan tunggal putri. Keduanya
Grand Slam,
4-2-2
JARINGAN ATLET TENIS
Studi kasus:
(Amerika Serikat Terbuka, Australia Terbuka, Wimbledon dan Perancis Terbuka)
Grand Slam
to
Topologi jaringan petenis
tunggal putra di Grand Slam
Topologi jaringan
petenis tunggal putri
di Grand Slam
Sifat hukum pangkat terlihat pada distribusi jaringan
performa petenis dunia di kejuaraan
tunggal putra (data 1980-2006) dan putri (data
1995-2006). Lima pemain
terlihat pada gambar di atas. Pola ini
memperlihatkan bahwa sistem turnamen yang
diberlakukan menunjukkan pola sistem teroptimisasi
kuat ( ). Ini merupakansalahsatu
pola sistemik yang menghasilkan bentuk distribusional
hukum pangkat. Meski terdapat beberapa perbedaan
Grand Slam
highly optimzedsystem
tunggal
dunia tunggal putra dan
tunggal putri terhebat, pada jaringan yang terbentuk,
dapat
dalamhal konstruksi jaringannya, sifat hukumpangkat
pada model jaringan ini ditemukan di banyak pola
keterhubungan, mulai dari jaringanaktor/aktris filmdi
dunia, jaringan protein ragi hingga jaringan kolaborasi
penulis ilmiahsedunia.
Deskripsi ini meninggalkan sebuah pertanyaan yang
sangat menantang. Pertanyaannya adal ah
bagai mana manaj emen ol ahr aga dapat
mengeksploitasi sifat statistik ini demi kemajuan
prestasi olahraganasional kita.
Dari jaringan yang terbentuk terlihat adanya pemain
perifer dan pemain pusat. Pemain datang dan
pergi dalam turnamen yang diadakan dari tahun ke
tahun. Namun, hanya yang terbaik yang senantiasa
bertahan. Ia terhubung ke banyak pemain lain dengan
arahpanahkeluar.
Gambar 4.2.1.
Langkah kerja mengubah hasil
pertandingan ke dalam bentuk
jaringan untuk dapat dianalisis lebih
lanjut. Dari setiap pertemuan
dalam setiap pertandingan di
semua turnamen yang diperhitungkan,
kita mengkalkulasi kekuatan relatif
antar pemain berdasarkan hasil yang
diperolehan. Ia kemudian akan
membentuk matriks keterhubungan
yang dapat direpresentasikan menjadi
jaringan antar pemain dalam
Olimpiade 2000-2004.
head-to-
head
4-2-4
Alhasil, kita memperoleh jaringan yang semua titik-titiknya terhubung.
Pada gambar 4.2.2., garis putus-putus menunjukkan indeks performa
yang dibuat berdasarkan proses kalkulasi atau tidak diperoleh melalui
hasil pertandingan (karena keduanya tidak pernah bertemu dalam
turnamen yang menjadi sumber basis data kita). Hasil ini diharapkan
mampu memberikan sumbangan bagi pengukuran
terkuantifikasi, meski
keduanyabelumpernahbertemu.
kekuatan relatif
antara satu pemain dengan pemain lain secara
Teknik yang kita gunakan di bagian sebelumnya (hasil pertemuan antar
petenis ) dimodifikasi untuk melihat kekuatantimbulutangkis
Indonesia. Analisis dilakukan pada data hasil permainan
atlit yang bertanding. Secara sederhana langkah kerjanya digambarkan
pada gambar 4.2.1. Meski data yang tersedia relatif terbatas, jaringankita
sudah cukup menarik untuk dapat memperhitungkan sejauh mana
performa satu atlit relatif terhadap pebulutangkis lainnya. Modifikasi ini
dilakukan dengan menggunakan beberapa perangkat analisis yang
berkembang di studi biokimia. Perangkat ini memodelkan
kemenangan satu orang sebagai bentuk katalisasi (percepatan reaksi)
untuk melawan atlit/pemain lain. Sebaliknya, kekalahan satu orang
merupakan bentuk inhibisi (perlambatan reaksi) untuk melawan pemain
lain. Dari sini, kita dapat mengisi performa relatif yang kosong (karena
berdasarkan basis data yang ada, tidak semua atlit pernah melawan
semua atlit lain). Hasilnya ditunjukkan oleh gambar 4.2.2. Pendekatan ini
kita namakan HRPI ( ). Ia
menggambarkan kekuatan relatif antara satu pebulutangkis dengan
yanglainnya.
GrandSlam
head-to-head
Historical Relative Performance Index
matematis
Gambar 4.2.2.
Dengan model matematis (jaringan
atau rantai) reaksi kimia, kita mencari
HRPI dari seluruh pemain berdasarkan
hasil permainan yang ada (satu atau
beberapa turnamen).
4-2-5
Sebagai contoh misalnya, tim Indonesia harus berhadapan dengan tim
Cina. Tim Indonesia terdiri atas Sony Dwi , Taufik Hidayat,
Hendrawan, dan Mario Mainaky. Sementara itu, Tim Cina diperkuat oleh
Ji XinPeng, Xia Xuanze, SunJun, ChenHong, LinDan, danBaoChunlai. Kita
tahu bahwa semua pemain Indonesia, dalam data turnamen yang
digunakan, tidak ada satupun yang pernah bertanding dengan seluruh
pemain Cina. Melalui ekstraksi data yang ada, kita peroleh visualisasi
jaringan yang dapat terlihat pada gambar 4.2.3. Dari pola keterhubungan
hipotetikal ini setidak-tidaknya, kitadapat mereka-rekaduahal.
taksiran kekuatan seluruh pemain Indonesia relatif terhadap
enam pemain di tim lawan. taksiran kekuatan relatif antara
pemain-pemain Indonesia berdasarkan prestasi dan performa mereka di
lapangan. Hal ini tentusedikit banyak dapat bergunabagi pengelolaantim
bulutangkis kita.
Pertama,
Kedua,
Kuncoro
Perangkat metodologi ini memberikan sebuah tawaran yang sangat
menarik. Ia merupakan sebuah teknik yang dapat digunakan untuk
mengekstrak informasi yang ada. Berbagai modifikasi lebih jauh dapat
dilakukan berdasarkan model jaringan ini. Salah satunya adalah dengan
memperhitungkan faktor waktu atau variabel tertentu yang diperoleh
dari masukan dokter dan atau psikolog/psikiater yang menangani
masing-masing atlit. Pengembangan ini membuat akurasi kalkulasi HRPI
menjadi semakin baik. Pengembangan lain yang juga dapat dilakukan
adalah dengan mengkonstruksi model jaringan untuk olahraga
permainan tim, misalnya sepak bola atau bola basket. Pengembangan ini
membuka sejumlah peluang perluasan Wawasan Wiyatamandala kita
akankeolahragaannasional.
Gambar 4.2.3.
Visualisasi 4 pemain Indonesia
dan 6 pemain tim Cina berdasarkan
kalkulasi dari data hasil pertandingan
2 olimpiade (2000 dan 2004).
HRPI
4-2-6
4.3. Telaah Seni
dan Budaya Nasional
4.3.1. Kajian Matematis
pada karya Seni dan Budaya
Pada masa awal-awal kebangkitan seni dan budaya Eropa, terminologi
sains, matematika, danseni sungguhberada pada domainyang tak begitu
jauh. Karya-karya besar masa Renaissance, katakanlah karya Leonardo da
Vinci (1452-1519), menunjukkan presisi geometris yang sangat tinggi.
Bahkan belakangan beberapa karya seni rupa Luca Pacioli (1145-1514),
Albrecht Drer (1471-1528), dan M.C. Escher (1898-1972) juga
menunjukkan pola-pola matematis dalam refleksi estetika yang
dipancarkannya.
Setidaknya terdapat tiga kutub opsi di mana matematika dan estetika
dapat bertemu, yaituantaralain:
1. Seni dari konsep-konsepmatematis
2. Carapandangmatematis atas karyaseni budaya
Matematika sendiri dalam beberapa perspektif pada dasarnya
menunjukkan keindahan ketika konsep-konsepnya menunjukkan pola-
pola keteraturan. Hal ini diungkap mulai dari matematikawan purba
seperti Aristoteles dalam -nya dan matematikawan
modern seperti Godfrey H. Hardy. Konsep-konsep matematis di dalam
sains memiliki keindahan estetik tertentu, meski disadari bahwa
keindahan konsep-konsep tersebut tak terlihat di mata orang yang tak
mengenal matematika. Kondisi ini terjadi karena banyak karya seni besar
duniahanyadapat dilihat keindahannyaolehsebagiankalangansaja.
Perspektif ini datang dari apa yang terlihat dari sebuah karya seni melalui
bentuk dan pola struktural. Sebuah karya seni dan budaya dapat lahir dari
banyak aspek dalam kehidupan manusia, yang kerap secara tak sadar
menunjukkan pola-pola geometris. Bahkan terdapat sebuah arah
pemikiranbahwa konsepsimetri sangat sering terungkapketika berbicara
tentang seni etnis. Sebagai contoh, diskusi tentang karya seni budaya
tradisional seperti batik, misalnya, seringkali terkait dengan pola simetris
yangmenjadi fundamentalnya.
Pemahaman akan teori chaos, yang pada akhirnya melahirkan perspektif
kompleksitas, telah memberi sebuah pemahaman simetri yang menarik
bagi kita, yakni konsep kemiripan pada diri ( ). Sebuah
bagian memiliki simetri kemiripan struktural dengan keseluruhan yang
disusun oleh bagian-bagian tersebut. Secara sederhana, ia merupakan
bentuk diksi laindari sifat skalayangsejak awal hinggaakhir bukuini telah
ditunjukkan sebagai pola statistik hukum pangkat. Konsep-konsep
Methaphysica
self-similarity
Ilmu matematika pada dasarnya
menunjukkan keteraturan, simetri,
dan batasan; konsep-konsep inilah
yang merupakan bentuk hakiki dari
apa yang disebut sebagai keindahan.
Aristoteles

Pola-pola yang ditunjukkan


matematikawan, sebagaimana laiknya
hasil karya pelukis atau pujangga
pastilah merupakan bentuk
keindahan. Sebuah gagasan seperti
halnya warna atau kata-kata harus
cocok dalam harmoni. Keindahan
adalah ujian pertamanya: tidak ada
tempat di muka bumi ini untuk karya
matematika yang jelek.
Godfrey Hardy
4-3-1
3. Karyaseni dari konsepmatematis
Pola pertemuan tipe ini pada dasarnya merupakan hal yang kerap
dijumpai dalam sejarah peradaban manusia. Sebuah contoh yang
terkenal adalah karya Leonardo da Vinci yang menunjukkan aspek
geometris dari tubuh manusia dalam karyanya yang terkenal, The
VitruvianMan.
Gambar 4.3.1.
Kemiripan pada diri sendiri yang
ditemui di salah satu titik pandang di
Candi Prambanan.
Gambar 4.3.2.
The Vitruvian Man oleh Leonardo da
Vinci.
kemiripan pada diri sendiri ini terlihat pada banyak motif hingga
arsitektural yang dibangun dalam nuansa tradisional. Sebagai contoh
yang menarik adalah bentuk arsitektural candi Prambanan, seperti
ditunjukkan pada gambar 4.3.1. Melalui cara pandang kedua ini, kita
dapat menikmati karya seni budaya melalui perspektif matematika, yang
banyakdipersepsikanterbentangpadadomainyangberbedajauh.
4-3-2
Seniman lain yang juga terkenal dengan konsep geometrinya adalah M. C.
Escher. Konsep kerja Escher merupakan bentuk cikal bakal dari seni rupa
generatif, yakni bentuk-bentuk karya seni yang dihasilkan melalui proses
repetisi dan langkah-langkah serta aturan-aturan algoritmik iteratif
tertentu untuk kemudian meramunya secara artistik. Intinya adalah
generasi karya melalui pemenuhan daerah-daerah yang kosong dari area
yang hendak diisi dengankaryavisual, atauseringkali disebut jugasebagai
teselasi. Karya teselasi disusun atas pola dari satu atau lebih bentuk
geometris tertentu yang pada gilirannya menutupi seluruh permukaan
gambar tanpa ada sisi yang kosong atau tumpang tindih dari pola-pola
penyusunnya.
Gambar 4.3.3.
Development II karya Escher (kiri
bawah) dan proses penggambaran
teselasi dengan bentuk dasar reptil
pada bentuk geometri heksagon
(kanan bawah).
Perkembangan interaksi antara estetika dan matematika akhir-akhir ini
ditunjukkan oleh seni rupa generatif komputasional dengan konsep
fraktal. Perkembangan teknologi komputasi telah memungkinkan untuk
dilakukannya berbagai modifikasi, mulai dari teknik pewarnaan hingga
bentukfraktal yangtadinyalahir dalamteori chaos.
Gambar 4.3.4.
Fraktal Mandelbrot (kiri) dibuat
berdasarkan aturan iteratif sederhana
bilangan kompleks. Pola ini menjadi
dasar pembuatan seni generatif
komputasional Budhabrot (kanan)
oleh Melinda Green (1993).
4-3-3
4.3.2. Studi Kasus: MusikIndonesia
Tak kalah rumit dengan bahasa, Indonesia juga memiliki beragam jenis
musik yang berkembang di tengah masyarakatnya. Salah satunya adalah
variasi jenis lagu dan musik daerah. Dalam kultur modern Indonesia,
setidaknya terdapat empat tipe musik yang populer di kalangan
masyarakat, yaitu: lagu daerah, lagu (wajib) nasional, lagu-lagu pop
Indonesia dan beberapa lagu pop internasional yang secara industrial
didominasi olehprodusenmusikbarat.
Musik merupakan artifak yang kompleks dan tersusun dari berbagai
macam komponen seperti ritme, tempo, kontur,
volume, lokasi spasial, serta reveberasi/gaung. Namun untuk
menyederhanakan pendekatan, kita hanya menggunakan melodi sebagai
elemen yang paling penting dari musik, yang terdiri dari serta durasi
dalamsebuah lagu. Pada bagian ini, kita mencoba untuk melihat perilaku
musik yang berkembang secara umum di Indonesia. Tujuannya adalah
untuk melihat kemungkinan kita dapat mengungkap berbagai informasi
yang terkandung dari struktur melodis yang ada pada untaian melodi
lagu-lagu tersebut. Melalui observasi ini berharap bahwa bentuk
kuantitatif spesifik yang diungkapkan dalam penelitian dapat dijadikan
masukan dan arahan yang baik serta dapat bermanfaat untuk tujuan-
tujuantertentu.
Dalam studi sosiologi dan komunikasi, proses akulturasi dalam
masyarakat dapat mempengaruhi produksi artifak yang baru. Melodi
sebagai elemen terpenting dari musik, tidak dapat dipungkiri merupakan
entitas dari hal tersebut. Sebagai contoh, presentasi dan produksi musik
tradisional sekarang ini tidak sepenuhnya menggunakan artifak
kebudayaan asli. Campur Sari misalnya,
merupakan satu dari banyak interaksi musikal di antara beberapa
kebudayaan/kultur. Pemahaman ini menyadarkan kita bahwa ketika kita
membicarakan mengenai lagu-lagu Indonesia, sebenarnya kita sedang
berhadapan dengan sesuatu yang lebih rumit daripada apa yang secara
intuitif dapat dibayangkan mengenai musik nasional. Ada banyak tipe
dan genre musik yang dinikmati oleh masyarakat Indonesia, mulai dari
musik etnis, lagunasional, lagu-lagupopuler dantentusajalagupopbarat
yang terkenal seantero dunia. Pendekatan statistik mengenai musik tidak
akan pernah cukup dengan produksi musik yang selalu bergerak cepat
dan penuh dengan ide inovatif dan artistik dari musisi atau artis yang
senantiasa hidup dan dinamis. Dari sini perkembangan metode
komputasional yang juga bergerak dengan cepat seiring kemajuan
komputasi diharapkan mampu untuk mengeksploitasi kebutuhan analisis
di masayangakandatang.
Dari ratusan diskografi musik yang ada, kita mengkategorikan beberapa
laguyangpopuler di kalanganmasyarakat luas, antaralain:
Lagu-lagu Daerah Indonesia. Lagu yang biasanya disertai dengan
lirik dan melodi yang memiliki pola yang sensitif terhadap kultur
tone, pitch, timbre,
pitch
Lagu daerah Jawa yang
4-3-6
termasuk bahasa daerah tertentu. Walaupun begitu, beberapa
lagu etnis dan tradisional memiliki tema yang bersifat nasional.
Lagu tersebut biasanya mengenai kehidupan dinamis masyarakat
lokal yang dirasakan oleh artis dan masyarakat tradisional
tersebut. Lagu-lagu di kategori ini diberi nama sesuai dengan
masing-masing kebudayaan mereka, sebagai contoh, lagu daerah
Jawa Suwe Ora Jamu, lagu daerah Minang Ayam den Lapeh,
lagu daerah Sunda Bubuy Bulan, lagu daerah Maluku Hela
Rotan danlainsebagainya.
Lagu-lagu Nasional. Lagu-lagu dengan tema patriotik yang
mengekspresikanhidupsebagai wargaIndonesia, padaumumnya
menggunakan lirik dalam bahasa Indonesia dan dinyanyikan di
berbagai tempat dan acara di Indonesia. Beberapa lagu dalam
kategori ini antara lain Gugur Bunga, Indonesia Pusaka, dan
Satu Nusa Satu Bangsa. Beberapa lagu dalam kategori ini
memiliki pola Musik Kerocong, yaitumusik yang populer di antara
penduduk di kawasan Jawa, contohnya dalam lagu Sepasang
MataBola.
Lagu-lagu Populer Indonesia. Lagu-lagu populer modern yang
disiarkan di media massa dan menjadi bagian dari kebanyakan
kultur populer di antara anak muda. Walaupun begitu, seperti
halnya beberapa musik dan lagu pop barat, terdapat sensitifitas
waktu dalam kategori lagu ini. Beberapa lagu dalam kategori
diskografi kita ini antara lain: Kugadaikan Cintaku (dinyanyikan
oleh Gombloh), Bunda (dinyanyikan oleh Potret), Juwita
Malam (lagupopuler klasik yang belakangankerapdirilis kembali
oleh beberapa artis), dan Dibalas dengan Dusta (dinyanyikan
olehAudi).
Lagu Internasional, kategori ini digunakan dengan tujuan sebagai
referensi bagi lagu-lagu populer Indonesia. Beberapa lagu dalam
kategori ini antara lain: I Want to Break Free (Queen), Morning
Has Broken (Cat Stevens), Nowand Forever (Richard Marx), It
Must HaveBeenLove (Roxette).
Tanpa seseorang tahuarti syair laguBubuy Bulan terlebihdahulu, suara
Nining Maida dalamuntaianmelodi laguyang menantikankekasihhati itu
cukup membuat suasana hati orang yang mendengarnya
pesan kerinduan di dalam lagu tersebut. Tidak perlu seseorang
mendengarkan dengan seksama lirik lagu Gugur Bunga, umumnya kita
mengerti pesan kesedihan yang tersiar dari gesekan biola Idris
Sardi yang khidmat. Dengan kata lain, lagu yang baik memiliki struktur
melodi yang kuat, yang mampu memberikan efek tertentu pada
pendengarnya. Pertanyaannya, bagaimana kita dapat mengobservasi
struktur melodi tersebut? Adakah cara terukur dan teruji yang mampu
menunjukkanekspresi dari sebuahlagu?
Dalam bahasa puitis, lagu itu dikatakan menggerakkan jiwa. Melodi
yang baik memberikan efek spiral dan putaran tertentu di hati
?
?
?
merasakan
cukup
4-3-7
Gambar 4.3.5.
Untaian nada-nada dalam melodi awal
dari lagu daerah Sunda, Bubuy
Bulan, digambarkan sebagai data
deret waktu ( ). time series
Pengamatan dapat dilakukan melalui deretan variabel yang
merepesentasikan nada dan durasi nada tersebut. Kita visualisasikan
deretannada dari satunada ke nada laindalamdiagramfasa ( versus
), seperti padagambar 4.3.6. Dari sini dapat kitabayangkanbahwa
sebuah lagu yang dimainkan adalah ibarat memutar nada-nada tersebut
melalui sebuah poros garis tren yang dapat ditarik dari deretan nada-
nada. Garis tren dapat memperlihatkan secara aktual struktur dari
dan durasi yang memunculkan melodi yang kemudian kita nikmati. Kita
juga dapat melihat garis tren sebagai semacam sumbu rotasi' dalam
dinamika lagu. Pengukuran matematis atas garis tren ini berbeda-beda
untuk tiap lagu, hal ini dinamakan sumbu putar girasi atau disingkat
sumbu girasi saja. Sumbu girasi diukur sebagai bentuk sejauh mana nada-
nada sebuah lagu dari sumbu putarnya, di mana semakin kecil nilainya,
semakinpadat struktur melodiknya, demikiansebaliknya.
)
d
(
pitch
)
d
( +1
penikmatnya. Terdapat sebuah interaksi antara sistem kognitif dari
pendengar dengan deretan harmoni frekuensi bunyi yang ada pada lagu.
Ada lagu yang enak dan yang tak enak didengar. Tidak semua lagu yang
masuk dapur rekaman, hingga beredar di pasaran, berhasil mencapai
papan tangga lagu dunia. Di dalamlagu, tersimpan sebuah pola kompleks
yangsungguhmenarikuntukdikaji lebihjauh.
Analogi tentang putaran harmonis pada lagu menginspirasi konstruksi
sebuah model fisis yang dapat digunakan untuk membaca kompleksitas
lagu ini. Setiap lagu pada dasarnya dapat digambarkan sebagai sebuah
deretan dari nada-nada dan durasi dari nada-nada tersebut.
Hal ini dicontohkanpadagambar 4.3.5.
time series
Gambar 4.3.6.
Garis tren normalisasi dalam fase
ruang ) )
d d
( versus ( +1 dari lagu
populer Indonesia, Kaulah Segalanya
yang dinyanyikan oleh Ruth Sahanaya.
4-3-8
Melalui model ini, kita dapat memvisualisasikan
gerakan radial dari sebuah lagu. Menariknya,
gerakan radial dari lagu tersebut menunjukkan
sebuah pola simetri kemiripan-pada-diri-sendiri
dari gerakan lagu tersebut secara spesifik. Hal ini
ditunjukkan pada gambar 4.3.7. Pada gambar
tersebut ditunjukkan bagaimana terjadi pola
di dalam sebuah
lagu, dan juga antar lagu. Ibarat mahkota sebuah
kembang, pola ini
menunjukkan terjadinya sifat skala pada lagu.
Lebih jauh lagi, kita juga dapat melihat
pembedaan antara satu lagu dengan lagu lain
melalui nilai kuantitatif dari sumbu girasi yang
dapat kita kalkulasi secara spesifik. Lagu-lagu
yang sangat dinamis menunjukkan pergerakan
nada-nada secara radial yang semakin fluktuatif
dalam sumbu putarannya, sementara terdapat
perumuman bahwa lagu-lagu yang ingin
mengekspresikan perasaan mendayu dan kental
nuansa melodisnya secara lambat, memberikan
bentuk gerakan radial yang lebih dalam
sumbu radialnya. Sebagai contoh, lagu Suwe Ora
Jamu dan lagu Gugur Bunga. Dua lagu ini
memiliki efek dinamik yang berbeda satu sama
lain, karena lagu Suwe Ora Jamu lebih
menunjukkan gerakan yang lebih atraktif,
berbeda dengan lagu Gugur Bunga yang secara
ber nua ns a k hi dmat ka r ena
mengekspresikan suasana melankoli. Gerakan
radial Suwe Ora Jamu terlihat menjadi lebih
dinamis di sepanjang sumbu putar dengan nilai
sumbu girasi yang jauh lebih besar daripada lagu
Gugur Bunga.
kemiripan-pada-diri-sendiri
kemiripan-pada-diri-sendiri
mel odi s
smooth
Gambar 4.3.7.
Skala Pergerakan Radial (
) dalam kategori lagu
daerah (kiri) dan lagu nasional
(kanan).
Scaled Radial
Movement
4-3-9
Visualisasi model ini dapat dikembangkan lebih
jauh lagi untuk lebih menunjukkan efek putar
dari sebuah lagu. Hal ini dilakukan dengan
mengurutkan nada-nada dari yang lebih rendah
kelebihtinggi danmenunjukkantinggi rendahnya
eksplorasi nada-nada dari sebuah lagu. Dalam
model ini, kita mengetengahkan sebuah
parameterisasi yang kita sebut koefisien-spiral,
yaitu sebuah koefisien yang menggambarkan
sejauh mana simpangan nada-nada dalam efek
spiral yang terjadi. Semakin kuat koefisien spiral
maka semakinbesar kecenderunganpenggunaan
notasi yang lebih banyak dengan perbedaan nilai
yang lebih tinggi dari notasi musik yang secara
praktis mengakibatkan frekuensi menjadi
lebih tinggi. Kebanyakan lagu nasional tidak
memiliki efek spiral yang terlalu tinggi, hal ini
sangat berbeda dengan beberapa lagu daerah
dan lagu-lagu populer. Ini tentu masuk akal
mengingat lagu nasional memang tidak
seharusnya bersifat terlalu dinamis dalam variasi
dan durasi. Meskipun begitu, beberapa lagu
populer juga dapat menjadi tidak terlalu spiral
sesuai dengan tema dan genre yang diangkatnya.
Dalam tabel 4.3.1., kita dapat melihat secara
nyata, lagu populer seperti Bunda yang
dinyanyikan oleh band musik Indonesia Potret,
memiliki efek spiral yang paling rendah
dibandingkan dengan lagu populer yang lainnya.
Di sisi lain, meskipun dengan perbedaan genre
yang cukup jauh, lagu I Want to Break Free yang
dinyanyikan oleh Queen juga memiliki koefisien
yangkecil.
Sebuah lagu akan berada pada dua kondisi
ekstrim. Jika visualisasi model spiral kita
membentuk lingkaran, yang ditandai dengan
koefisien-spiral yang sangat kecil mendekati nol,
maka lagu tersebut cenderung membosankan,
karena dan durasinya membentuk melodi
yang sangat monoton. Sebaliknya, jika koefisien
pitch
pitch
nada
Gambar 4.3.8.
Untaian melodi yang enak didengar
(tengah) berada di antara dua kondisi
ekstrem yaitu untaian nada yang
monoton datar (kiri) dan untaian nada
yang murni acak (kanan).
4-3-10
spiralnya sangat besar, maka luas cakupan nada-
nada menjadi sangat banyak dan efek spiral lagu
menjadi kuat sekali. Hal ini mengakibatkan lagu
tersebut menjadi sulit dicerna. Sebuah lagu yang
enak didengar tersusun atas koefisien spiral yang
tidak terlalu kecil, namun juga tidak terlalu besar
sebagaimanaditunjukkandi gambar 4.3.8.
Sebuah model lain untuk menganalisis pola lagu-
lagu yang populer di kalangan masyarakat adalah
pendekatan dengan menggunakan entropi.
Secara sederhana, entropi adalah sebuah
parameter yang digunakan untuk menghitung
ketidakteraturan dari sebuah sistem dari kondisi
mikro-nya. Semakin teratur sebuah sistem oleh
elemen-elemen penyusunnya, maka semakin
kecil nilai entropinya, demikian pula sebaliknya.
Dari sisi lagu, nilai entropi ini dihitung dari variasi
nada-nada dan durasi nada-nada tersebut.
Semakintinggi lompatan-lompatandari kuantitas
tinggi variasi nada dan durasi nada yang
digunakanmakasemakinbesar pulaentropinya.
Lawan dari entropi adalah negentropi, yaitu
tingkat keteraturan atau organisasi struktural dari
sistem. Semakin besar nilai negentropi sebuah
sistem, maka semakin besar pula tingkat
keteraturan di dalam sistem tersebut. Dari
variabel entropi ini, kita dapat mengkalkulasi
tingkat kompleksitas dari sebuah sistem secara
komputasional. Parameter kompleksitas ini
dikalkulasi sepanjang lagu tersebut diputar.
Sebuah melodi yang enak didengar tentunya
a da l a h s ebua h l a g u ya ng koef i s i en
kompleksitasnya menurun hingga lagu berakhir.
Karena koefisien kompleksitas dihitung dari nilai
entropinya, maka secara sederhana dapat
Gambar 4.3.9.
Perbandingan dari dua lagu populer
berdasarkan koefisien spiral.
4-3-11
Tabel 4.3.1.
Perputaran radius dan koefisien spiral
pada beberapa lagu dalam diskografi
yang kita amati.
4-3-12
dikatakan bahwa semakin tinggi lompatan-
lompatan dari kuantitas tinggi variasi nada dan
durasi nada yang digunakan maka semakin tinggi
kompleksitasnya dan konsekuensinya adalah
semakinsulit sebuahmelodi dinikmati.
Gambar 4.3.10.
Alur kompleksitas dalam lagu
Hasil analisis atas lagu-lagu di Indonesia sangat
menarik, dan menunjukkan kekayaan struktural
lagu-lagu tersebut, bahkan dari lagu-lagu daerah.
Dari sisi penggunaan nada-nada dan durasinya,
maka ditemukan bahwa lagu-lagu daerah juga
memiliki kompleksitas yang tidak sederhana. Hal
ini ditunjukkanpadatabel 4.3.1. Dari sisi lagu-lagu
wajib nasional, kita dapat melihat beberapa hasil
yang didapatkan dari obeservasi dilakukan
terhadap karya W. A. Mozart dan beberapa
komposer klasik Indonesia dalam lagu-lagu
nasional. Pola dinamik memperlihatkan entropi
yang sama namun perbedaan tumbuh sejalan
dengan perkembangan kompleksitas dalam
sebuah lagu. Karya Mozart sepertinya tidak
mengalami penurunan secara drastis pada
rentetan melodi yang panjang dari simfoninya.
Sementara itu, perbedaan lainnya dapat dilihat
padagambar- gambar di sebelahtulisanini.
Pola yang menarik muncul seperti yang dapat kita
lihat dari korpora lagu daerah di mana dapat kita
temukan bahwa sebagian besar di antaranya
diakhiri dengan negentropi yang relatif lebih
tinggi dari entropi dinamiknya. Hal ini
menunjukkan sepertinya suatu lagu membentuk
suatu pola pengaturan diri sendiri di sepanjang
lagu. Lagu daerah terlihat lebih lambat dalam
kasus ini, sedikit berbeda dengan kategori lagu
4-3-13
yang lainnya. Meskipun begitu, terdapat juga
beberapa lagu yang diakhiri dengan entropi yang
lebih besar dibandingkan dengan negentropinya
(Suwe Ora Jamu dan Ayamden Lapeh). Hal ini
merupakan fakta yang cukup menarik, bahwa kita
dapat melihat secara nyata dinamika lagu-lagu
daerah. Agak berbeda dengan lagu-lagu populer,
lagu-lagu dalam kategori populer didominasi
dengan bagian akhir yang memiliki indeks
organisasi yang lebih rendah (negentropi) yang
relatif terhadapentropinyamasing-masing.
Dalam tabel 4.3.1. terlihat nilai negentropi dari
beberapa lagu dan keseluruhan kompleksitas
yang dihitung di bagian akhir sebuah lagu. Ketika
suatu lagu menggunakan variasi dan durasi
yang semakin beragam maka lagu tersebut akan
semakin kompleks, di samping itu semakin sering
rangkaian dan durasi yang digunakan maka
semakin banyak struktur organisasi dari lagu yang
terungkap (seperti yang digambarkan oleh
negentropi). Tentu saja jika negentropi dalam
sebuah lagu sangat tinggi maka lagu akan
terdengar menjadi lebih membosankan dan
menjadi kurang menarik yang berakibat semakin
sulit lagu tersebut untuk dapat dinikmati.
Meskipun begitu, tidak selalu negentropi yang
besar akan secara linier berhubungan dengan
perhitungan kompleksitas. Contoh yang menarik
adalah lagu yang cukup panjang dari Mozart yaitu
#40th Symphony yang terdiri dari 1500 notasi
memiliki kompleksitas yang relatif rendah tetapi
memiliki indeks pengorganisasian yang cukup
tinggi. Untuk mendapatkan lagu yang menarik
dan mudah untuk dinikmati kemungkinan besar
dipengaruhi oleh dua konstrain tersebut,
sementara di sisi lain inti dinamika sebuah lagu
diwakili oleh dua parameter sebelumnya yaitu
gerakanperputarandanindeks spiral.
Penggunaan pendekatan ini dalam studi
membantu upaya
pencarian karakteristik kuantitatif musik asli
Indonesia, yakni musik yang dilahirkan oleh cara
pandang orang Indonesia, oleh orang Indonesia,
dan untuk orang Indonesia. Ini adalah tantangan
wawasan musikologi wiyatamandala kita di masa
mendatang.
pitch
pitch
musik
Indonesia akan sangat
4-3-14
4.4. Televisi dan Masyarakat
Televisi, radio dan media massa lainnya merupakan media penyampaian
informasi dan hiburan. Ia adalah sebuah produk kultur manusia yang
mempengaruhi bagaimana kehidupan budaya masyarakat saat ini.
Mereka memberikan definisi tentang bagaimana wajah lingkungan di
sekitar kita, dan juga gambaran tentang bagaimana posisi kita di tengah
lingkungan tersebut, yang disampaikannya melalui media suara, gambar,
dantulisan.
Kajian mengenai pengaruh media massa, merupakan kajian yang banyak
dikaji dalam psikologi dan juga sosiologi kontemporer. Media massa
modern, seperti televisi, radio, hingga internet, pada dasarnya bisa
mempengaruhi sistem kognitif seorang individu, dan menimbulkan
fenomena psikologis tertentu, baik perasaan, kebiasaan, perilaku, emosi,
perasaan terhadap identitas kolektif tertentu, dan lain-lain. Hal ini
tentunya akan berpengaruh pula pada pola hubungan dan interaksi antar
individu, hinggapadaakhirnyamembrojolkanbudayadi masyarakat.
Dalam bidang sosiologis, kajian tentang bagaimana pengaruh media
massa dan film terhadap individu dan juga kehidupan sosial masyarakat,
berkembang sangat pesat terutama ketika terjadi kepanikan media
denganadanya di industri perfilmandi era50-an. Hinggasaat ini,
kajian mengenai bagaimana pengaruh media massa dan juga film dalam
membentuk kehidupan sosio-kultural masyarakat masih terus dilakukan,
seiringdenganberkembangnyateknologi dari mediamassaitusendiri.
Televisi merupakan salah satu jenis media massa yang bisa kita anggap
mewakili media massa modern saat ini. Ia merupakan salah satu media
yang memberikan informasi yang paling lengkap, meliputi: suara, gambar
dan juga tulisan. Televisi juga merupakan media massa yang mudah
dimiliki oleh setiap rumah atau individu. Industri televisi swasta yang
marak di Indonesia saat ini, khususnya semenjak keruntuhan rezim Orde
Baru, telah menandai era keterbukaan informasi di negeri ini. Namun di
sisi lain, dengan maraknya industri tersebut dan bervariasinya jenis
tayangan yang ditampilkan, mau tak mau kita dihadapkan pada
perubahan kondisi sosio-kultural masyarakat Indonesia saat ini. Televisi
bagaimanapun telah menghadirkan berbagai realitas di ruang-ruang
pribadi publik.
Analisis mengenai media massa, khususnya televisi, merupakan salah
satu analisis yang cukup penting untuk dilakukan, terutama untuk
mengetahui gambaran mengenai struktur dan pola informasi yang
disuguhkan, serta bagaimana dampaknya bagi kondisi sosio-kultural
masyarakat. Tentu harus disadari bahwa televisi dengan program-
program acara yang ditawarkannya tidak hanya akan menggambarkan
suatu realita tertentu, tetapi juga standardisasi mengenai bagaimana
kehidupan yang ideal, cara pandang tertentu dan juga ide tertentu.
Televisi menjadi tidak hanya penyampai informasi dan hiburan, tapi lebih
booming
4-4-1
jauh merupakan media pengkonstruksi opini, ide wacana hingga gaya
hidup. Dalam sudut pandang memetika, televisi bisa dianggap sebagai
mesin replikator meme massal yang cukup dominan dalam
membrojolkan pola kultural tertentu, yang memberikan andil dalam
budaya konsumsi dan berbagai kenyataan hidup lainnya. Ia merupakan
mediadiseminasi budayadansifat-sifat kultural tertentudi masyarakat.
Era reformasi, merupakan era keterbukaan informasi. Hal ini diiringi juga
dengan maraknya industri media massa, termasuk televisi. Hingga saat
ini, Indonesia telah memiliki 10 stasiun televisi swasta nasional, yang
menawarkan program tayang yang berbeda-beda, mulai dari berita,
sinetron, film, hinggainformasi seputar hobi.
Denganmenggunakandata acara hariandandeskripsi dari acara tersebut
dari tanggal 4 september 2007 hingga 11 september 2007, dilakukan
analisis terhadap media, berupa pola tayangan dan dampak yang
mungkin ditumbulkan dari tayangan tersebut terhadap masyarakat.
Secara sederhana kita dapat melakukan kategorisasi acara-acara yang
ditayangkan oleh setiap stasiun tersebut, dengan klasifikasi jenis siaran
sebagai berikut:
1. Siarananalisis dandiskusi
2. Berita
3. Dokumenter
4. Acaraanak
5. Infotainment
Acara diskusi dan analisis terdiri dari acara yang menampilkan informasi
sosial ekonomi budaya politik dan hukum yang melibatkan beberapa
orang atau tokoh yang bertukar pikiran, atau informasi disampaikan
sebagai hasil analisis (opini) dari sebuahpermasalahanataukejadian.
Acara berita terdiri dari acara yang menampilkan berbagai kejadian sosial
ekonomi politik, budaya, hukum, dan olahraga. Siaran ini ditandai dengan
keberadaan penayangan si pembaca berita, wartawan atau juru kamera
yang menyampaikan dari tempat kejadian, berita disajikan secara
berurutandalamdurasi tertentu.
Acara dokumenter menyajikan informasi dalam bentuk sinematografi
yang menggambarkan kisah yang nyata dan terkadang melibatkan tokoh
nyata, kejadiannyata, dantempat yangnyata.
Acara anak menyajikan informasi seputar dunia anak, musik, pendidikan,
atausinemayangdibuat khusus untukanak-anak.
Acara infotainment berisi informasi tentang gosip-gosip seputar
kehidupan selebritis termasuk di dalamnya acara dan
yangdibawakanolehparaselebritis.
reality show talk
show
4-4-2
Gambar 4.4.1.
Kategorisasi acara ke dalam level non-
fiksi-informatif dan fiksi-hiburan.
Gambar 4.4.2
Deret waktu penayangan acara 10
stasiun televisi swasta di Indonesia
berdasarkan level nonfiksi-informatif
dan fiksi-hiburannya.
6. Film
7. Sinetron
8. Acaralain-lain
Acara fi l m terdi ri dari tayangan si nema yang mel i batkan
akting/penokohan di dalamnya dan bukan buatan indonesia atau
tayangansinemabuatanIndonesiayangpernahtampil di bioskop.
Acara sinetron terdiri dari tayangan sinematografi buatan Indonesia yang
melibatkan akting/penokohan yang khusus dibuat untuk penayangan di
layar kaca. Termasukdi dalamnyaadalahacarakomedi situasi.
Acara yang tidak terklasifikasikan sebagai salah satu dari acara di atas
dikelompokkandalamacaralain-lain.
Guna mempermudah upaya melihat pola informasi yang disampaikan
oleh seluruh stasiun televisi, kita mengklasifikasi-ulang setiap acara yang
ditayangkan ke dalam level pengukuran tertentu. Mulai dari yang paling
informatif dan nonfiksi, hingga paling menghibur dan fiksi (gambar
4.4.1.). Data deret waktu dari acara setiap stasiun TV yang diklasifikasi
menurut kategorisasi tersebut dapat kitalihat padagambar 4.4.2.
Sinetron Film Infotainment Acara Anak Dokumenter Berita Analisis
-3 -3 -3 -3 -3 -3 -3
Dari jenis acara televisi tertentu yang disuguhkan dan frekuensi dari
tayangan tersebut, kita bisa memberikan pengukuran tertentu mengenai
efek yang ditimbulkannya di masyarakat. Dominasi acara hiburan-fiksi
berupa sinetron, film dan merupakan pola yang bisa kita
amati dari grafik tersebut. Jenis acara tersebut senantiasa hadir dan
ditayangkan dalam setiap waktunya oleh stasiun yang berbeda, silih
infotainment
4-4-3
berganti. Sehinggabisadipastikanbahwahampir dalamsetiapwaktu, kita
bisamendapati kategori acaratersebut ditayangkandi televisi.
Disadari atau tidak, acara sinetron, film dan
menggambarkan suatu realita tertentu, yang tentunya akan berdampak
pada bagaimana cara pandang atau perspektif konsumennya dalam
memandang realita yang terjadi di sekitarnya. Yang tentunya perlu kita
perhatikan adalah bagaimana efek yang terjadi ketika konten atau isi dari
jenis penayangan tersebut didominasi oleh penggambaran realita
masyarakat yang jauh dari kenyataan yang sesungguhnya, seperti gaya
hidup mewah dan pola-pola konsumeristik, kekerasan, dan lain
sebagainya.
Hal yang menarik lainnya yang bisa kita amati adalah bagaimana
komposisi dari masing-masing stasiun televisi terhadap jenis acara
sinetron. Seperti yang telihat pada gambar 4.4.3., terdapat total 3186
menit atau sekitar 53 jam tayangan sinetron di televisi kita rata-rata per
hari. Dalamsisi stasiuntelevisi, SCTV, RCTI, INDOSIAR, danTPI merupakan
empat stasiun yang secara dominan menayangkan sinetron sepanjang
hari. Hal ini cukup menarik jika kita kontraskan dengan jenis acara berita
dan analisis (gambar 4.4.6.), di mana tayangan berita dan dokumenter
yang semestinya lebih informatif bagi penonton cenderung sangat
sedikit. Pengecualian tentu adalah stasiun MetroTV yang memang
mengkhususkandiri sebagai televisi berita.
infotainment
Gambar 4.4.3.
Rata-rata lama tayangan sinetron per
hari sinetron di televisi (dalam menit).
Dari sisi sejarah, sinetron (sinema elektronika) merupakan sebuah solusi
ketika perfilman Indonesia mandeg pada kisaran 1980-an. Jenis siaran ini
lahir ketika adanya regulasi bahwa siaran televisi minimal harus 80%
program produksi lokal dengan tujuan agar tayangan layar kaca lebih
menggambakan kondisi sosial dan budaya nasional dan menghempang
sedikit banyak pengaruh dari siaran ulang berbagai acara televisi asing di
tanah air. Namun, hal ini menjadi sebuah permasalahan pelik ketika
sinetron justru menampilkan berbagai hal yang justru asing bagi
4-4-4
masyarakat Indonesia. Analisis tematik terhadap sinetron yang dilakukan
oleh Wahyudi (2005) terhadap berbagai tayangan sinetron Indonesia
menunjukkan bahwa tema-tema yang dominan justru adalah tema-tema
melodramatik seperti pengkhianatan, cinta segitiga, kejahatan ibu tiri,
keretakanrumahtangga danhal-hal yang identik balas dendamditambah
dengan latar belakang kehidupan glamor dan mewah yang tentu saja
asing bagi kebanyakan masyarakat Indonesia yang komposisi
penduduknya menunjukkan 60 juta penduduknya berada di bawah garis
kemiskinan(2005).
Berbagai kritikus film dan hiburan audio-visual mengungkapkan adanya
kecenderungan keinginan kalangan borjuis film (produsen film) untuk
menampilkan apa yang tidak biasa dimiliki oleh masyarakat luas. Ia
menciptakan kepuasan semu ( ) dalam bentuk
seksualitas, politik, emosional, ekonomi, bahkan metafisika yang
kesemuanya melegitimasi alienasi (pengasingan) yang dilakukan oleh
kapitalisme. Lebih jauh, penonton akan mendelegasikan kekuatannya
untuk melakukan perubahan masyarakat ke dalam karakter yang
disajikan tontonan tersebut. Ini merupakan pompa masyarakat sehingga
permisif dan hidup dalam dunia imajiner dan melupakan realitas yang
dihadapinya sendiri. Tampilandalamsinetronkebanyakansaat ini dikritisi
memberikan proses pengasingan diri anggota masyarakat dari realitas.
Energi yang seharusnya dapat tersalurkan dalam sikap kritis terhadap
permasalahan dalam lingkungan sosial tersedot dalam dunia imaji yang
terdelegasi ke arah sikap kritis atas tampilan karakterisasi yang
ditunjukkan oleh tontonan. Apa yang tidak mungkin dalam kenyataan,
adalah mungkin dalam sinematografi. Namun sebaliknya, terdapat
umpan balik positif yang tidak menarik, ketika terjadi konstruksi sosial
yang memunculkan pola bahwa apa yang kita lihat di layar kaca menjadi
seolahmungkinterjadi dalamhidupsehari-hari.
pseudo-satisfaction
Gambar 4.4.4.
Rata-rata lama tayangan sinetron dan
gosip artis dan selebritis per hari di
televisi (dalam jam).
4-4-5
Konstruksi realitas dalam ruang pribadi anggota masyarakat dalam
televisi, termasuk pula acara infotainment yang seperti sinetron, tak
jarang menampilkan realita hidup glamor dan mewah. Pada gambar
4.4.4. kita dapat melihat bahwa terdapat lebih dari 86 jam
tayangansinetrondangosipartis di televisi.
Ketimpangan jenis tayangan informasi dan sinetron atau
terlihat padagrafikdi gambar 4.4.5. Terdapat 5stasiuntelevisi yangbegitu
dominan dalam penayangan jenis acara sinetron dan
dengan fraksi jam tayang terhadap keseluruhan jam siaran hampir
setengahnya. Hal ini berbeda dengan jenis acara diskusi dan analisis, di
mana fraksi jam tayang yang dimiliki oleh stasiun TV tidaklah semerata
tayangan jenis sinetron dan dengan fraksi yang secara
keseluruhansangatlahkecil jika dibandingkandenganacara jenis sinetron
dan Dari sini kita bisa melihat bahwa jenis acara sinetron
dan mendominasi tayangkantelevisi di Indonesia.
Data deret waktu dari program-program televisi, pada dasarnya bisa kita
lihat sebagai untai atausekuendenganpola tertentu. Secara umum, untai
atau sekuen tersebut bisa kita gunakan untuk melihat bagaimana suatu
stasiun yang satu mempunyai kedekatan dengan stasiun yang lainnya.
Biasanya kebanyakan orang mengaitkan hal tersebut sebagai segmentasi
pasar atau pemirsa. Tentunya secara sekilas kita bisa memahami bahwa
jarak antara satu stasiun akan sangat besar tatkala program yang
ditampilkannya begitu berbeda satu sama lain. Melalui metode
penjajaran sekuen ( ) yang umumdigunakan
dalam analisis biomolekular untuk melihat kemiripan untai-untai gen
atau asam amino dari spesies yang berbeda, kita ingin mengukur
kedekatanstasiunTVberdasarkanjenis kategori siarannya.
setiap hari
infortainment
infotainment
infotainment,
infotainment.
infotainment
sequence alignment method
Gambar 4.4.5
Fraksi jam tayang acara sinetron dan
dari 10 stasiun televisi di
Indonesia (atas) dan fraksi jam tayang
acara berita dan analisis dari 10
stasiun televisi di Indonesia (bawah).
infotainment
4-4-6
Pohonstasiuntelevisi yang didapatkandenganmetode yang dijabarkan
di atas, dapat kita lihat pada gambar 4.4.7. Seperti terlihat pada gambar
tersebut, secara umum, stasiun televisi terbagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu RCTI, SCTV, INDOSIAR, TRANSTV dan TPI sebagai kelompok
pertama dan ANTV, GLOBALTV, TRANS7, LATIVI dan METRO sebagai
kelompok kedua. Pola pengelompokan yang membrojol dari stasiun
televisi tersebut akan menggambarkan bagaimana kesamaan dari
program acara yang ditayangkannya. Dari sini kita bisa mengukur
seberapa jauh stasiun televisi dengan televisi lainnya dilihat dari jadwal
dan durasi dari program yang ditayangkannya. Di sini telihat bahwa
METROTV dan SCTV, sebagai dua stasiun yang memiliki jadwal dan
durasi yang dominan untuk dua jenis acara yang sangat berbeda,
terkelompokpadapohonyangberbeda.
share
Gambar 4.4.6.
Rata-rata lama tayangan siaran yang
dikategorikan informatif per hari di
televisi (dalam jam).
Gambar 4.4.7.
Pohon stasiun televisi di Indonesia
berdasarkan kategori acara dalam
observasi selama satu minggu siaran.
4-4-7
Lebih jauh, kita juga mendapatkan 4 buah kelompok kecil stasiun televisi
di Indonesia. METROTV mengelompok ke dalam satu kelompok
tersendiri. Hal ini semakin menunjukkan adanya perbedaan atau
segmentasi dari acara yang ditampilkan METROTV dibandingkan stasiun
lainnya, dalamhal ini acara berita dan analisis. RCTI, SCTV, TPI, INDOSIAR
dan TRANSTV masih mengelompok ke dalam kelompok yang sama. Hal
menunjukkan tingkat kesamaan yang tinggi dari masing-masing stasiun
tersebut, dari sisi acara dan durasi acara yang ditayangkan. Yang cukup
menarik adalahmunculnya dua kelompok stasiuntelevisi yang baru, yaitu
TRANS7 dan GLOBALTV, serta ANTV dan LATIVI. Hal ini tentunya
memunculkan dugaan bahwa kedua kelompok stasiun ini memiliki
karakteristik atau segmentasi yang berbeda dalam hal jenis, jadwal
penanyanganacara dandurasi.
Pengelompokan stasiun televisi, ke dalam bagian-bagian tertentu,
membrojol ketika ia digambarkan pada suatu pohon evolusioner yang
dibuat berdasarkan data sekuen acara stasiun televisi tersebut. Dari pola
pengelompokan tersebut, kita bisa mendapatkan perbedaan antar
stasiun televisi berdasarkan jenis, jadwal dan durasi tayangannya. Hal ini
akan memberikan gambaran bagaimana pola atau struktur kedekatan
antar stasiun televisi. Lebih jauh, ia akan memberikan gambaran dari
pesandaninformasi yangdisampaikanstasiuntelevisi kepublik.
Saat ini, sinema elektronika mendominasi pasar media televisi. Kondisi ini
mendorong munculnya sejumlah kritik yang menyebutkan pentingnya
upaya meningkatkan mutu siaran sehingga tak sekadar menunjukkan
pola hidup mewah. Upaya ini diharapkan dapat memberikan umpan balik
terhadap permasalahan kesenjangan sosial dan ekonomi dalam realitas
sosial di Indonesia. Realitas sosial imajiner yang muncul di layar kaca
dapat menciptakan berbagai hal yang tak terukur dan menjadi biang
keladi sifat chaotik dari realitas sosial. Sifat chaotik dan tak terprediksi
tersebut, dalam dugaan kritik media modern, dapat memberi dampak
buruk bagi pertumbuhan sosial. Produser media massa televisi
seyogianya perlu memiliki wawasan wiyatamandala sehingga televisi tak
hanya menjadi sebuah kotak hiburan di ruang pribadi anggota
masyarakat. Televisi seharusnya mampu memberikan sejumlah
pemahaman baru sehingga dengan kritis dapat mengatasi berbagai
persoalan yang dihadapi sehari-hari. Bagaimanapun, televisi memberi
pengaruh bagi sustainabilitas diseminasi konsep-konsep wawasan
nusantara.
4-4-8
4.5. Pendidikan Nasional: Sejati
Wawasan Wiyatamandala
Pendidikan adalah inti dari Wawasan Wiyatamandala. Pendidikan dalam
beberapa aspek merupakan perwujudan paling nyata dari Wawasan
Nusantara. Ia berkenaan dengan pembangunan abstraksi tentang
bagaimana seorang individu Indonesia memandang dirinya sendiri dan
bangsanya, di tengah kehidupan masyarakat lokal, nasional, maupun
internasional. Wawasan Wiyatamandala seyogyanya dibangun dengan
penghayatan nilai-nilai luhur bangsa dalam resultante-nya dengan
metodologi dan prinsip-prinsip ilmiah. Sungguh disayangkan jika dalam
beberapa sisi Wawasan Wiyatamandala justru seringkali tereduksi ke
dalam bentuk hal-hal superfisial seperti inagurasi dan sertifikasi belaka,
yang lupa pada hakikat dasarnya. Pendidikan dalam definisi umum
sepantasnya menciptakan manusia Indonesia yang berkesadaran
nasional bukan manusia-manusia picik, yang justru mengambil berbagai
manfaat semu dari kehidupan saintifik untuk keperluan dan kepentingan
pribadi. Pendidikan formal hanyalah sebuah bagian kecil dari definisi
pendidikan secara umum. Citra masyarakat esok hari ditentukan oleh
refleksi pendidikan hari ini, sama seperti apa yang terlihat hari ini adalah
apayangditabur di masasilam.
Untuk melihat situasi pendidikan nasional, kita dihadapkan pada dua
perspektif, yaitu melihat kuantitas dan kualitas hasil proses pendidikan
nasional. Permasalahan pokok dari sisi kuantitas, dalam berbagai
parameter di sistem pendidikan nasional, adalah masalah pemerataan.
Sebuah contoh yang diketengahkan di sini adalah fraksi populasi yang
pernah bersekolah hingga ke jenjang pendidikan tinggi. Ini ditunjukkan
pada gambar 4.5.1. Pada kartogram tersebut ditunjukkan bahwa
kebanyakanpenduduk Indonesiamasihmemiliki jenjang pendidikanyang
sangat rendah. Secara populasi, penduduk yang pernah bersekolah
sampai ke tingkat perguruan tinggi masih sangat sedikit. Penduduk
berijazah berkumpul di kawasan penduduk padat, yaitu wilayah-wilayah
di Pulau Jawa. Hal yang unik terlihat di Propinsi Jawa Tengah. Wilayah
dengan penduduk yang relatif besar tersebut memiliki fraksi
relatif lebih rendah daripada wilayah Jawa bagian barat dan
timur. Namun, terdapat fraksi populasi berpendidikan tinggi yang
terkonsentrasi di daerah Yogyakarta. Fraksi 30% penduduknya
berijazah D3/S1 hanya terdapat di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ini
kontras dengandaerahlainnyadi Indonesia.
4.5.1. Situasi PendidikanNasional
pendidikan
terakhir yang
Propinsi
4-5-1
Berbagai laporan telah banyak yang memberikan deskripsi sarana dan
prasarana pendidikan nasional di Indonesia. Ada banyak sarana fisik
pendidikan yang masih memprihatinkan. Hal ini ditambah lagi dengan
faktor prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar seperti
laboratorium, lapanganolahraga, dansebagainya. Sekolahdanperguruan
tinggi terbaik di luar PulauJawa masihmemiliki standar yang lebihrendah
ketimbangberbagai lembagapendidikanserupadi PulauJawa.
Dari sisi kualitas, ketidakmerataan mutu pendidikan ternyata juga
menyimpan banyak ketimpangan. Hal ini dapat kita lihat pada kartogram
pada gambar 4.5.2. Rata-rata nasional dari UAN (Ujian Akhir Nasional)
terasa telah membaik dari tahun-tahun sebelumnya (terlihat dari
warna putih total wilayah pada kartogram). Namun di sini, kita perlu
memperhatikan faktor sebaran hasil tersebut. Kita masih dapat melihat
bercak-bercak warna kuning, yang menunjukkan masih relatif rendahnya
nilai rata-rata total hasil UAN 2006 di Indonesia. Daerah-daerah di pulau
Kalimantan, kawasan Timur Indonesia dan Propinsi NAD (Aceh) memiliki
hasil yang masih relatif rendah. Meski penduduknya relatif
sedikit, perbedaan nilai rata-rata ini perlu mendapat perhatian serius
karena hasil UAN sedikit banyak memberikan representasi kondisi relatif
kualitas sistem pendidikan nasional di kawasan yang bersangkutan.
Kawasan Pulau Jawa bagian barat dan timur memiliki
lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya di
Indonesia.
2006
UAN 2006
nilai rata-rata UAN
2006 yang relatif
Gambar 4.5.1.
Kartogram yang luas wilayahnya
dibuat proporsional terhadap jumlah
penduduk dan diwarnai dengan fraksi
populasi berdasarkan pendidikan
terakhirnya. Semakin terang satu
wilayah, semakin besar fraksi lulusan
D3/S1-nya (sumber: Sensus Penduduk,
2000).
DKI
NAD
SUMUT
RIAU
SUMBAR
JAMBI
BABEL
KEPRI
BENGKULU
SUMSEL
BANTEN
JABAR
JATIM
JATENG
KALBAR
KALTIM
SULSEL
SULTENG
SULUT
MALUT
MALUKU
PAPUA
SULTRA
GORONTALO
KALSEL
KALTENG
DIY
BALI
NTB
NTT
LAMPUNG
4-5-2
Lalu, bagaimana dengan partisipasi peserta didik terhadap sains
dan prestasinya? Sebuah contoh yang menarik ditunjukkan pada
kartogram pada gambar 4.5.3. Kartogram tersebut menunjukkan peta
wilayah Indonesia yang ukurannya dibuat berdasarkan banyaknya
peserta yang ikut dalamseleksi nasional tingkat provinsi untuk Olimpiade
Sains Nasional 2007 bidang studi fisika. Meski masih didominasi oleh
siswa-siswa di daerah Pulau Jawa (terlihat relatif lebih "gemuk" daripada
wilayah-wilayah lain), namun terlihat bahwa mereka yang dari daerah
luar jawa pada dasarnya mampu bersaing. Gradasi hitam ke putih
( ) menunjukkan persentase jumlah siswa yang dari hasil seleksi
menunjukkan nilai > 10. Propinsi Jawa Barat terlihat mendominasi
(dengan warna putih). Namun, beberapa wilayah di luar Pulau Jawa,
meski jumlah pesertanya tidak sebanyak dari wilayah di Pulau Jawa,
menunjukkan persentase yang relatif bersaing. Ini tentu sedikit banyak
memberikan deskripsi tentang prestasi bangsa yang tergolong telah
dihormati di dunia kompetisi fisika dunia, dengan mendominasi berbagai
olimpiadefisikadi level internasional.
event
grayscale
Kemampuan akuisisi saintifik ilmu fisika di kalangan pelajar ini dapat pula
kita pada hasil UAN 2006 untuk mata pelajaran matematika. Pada
gambar 4.5.4. terlihat bahwa untuk Pulau Jawa, hanya beberapa daerah
saja yang rata-rata nilai matematikanya dapat dikategorikan relatif baik
(di atas nilai 8). Secara rata-rata, keseluruhan wilayah-wilayah ini relatif
terdominasi oleh warna kekuningan, yang merepresentasikan nilai rata-
rata di atas 7. Hal ini menunjukkan kemampuan matematika yang relatif
baik di samping atas kemampuan akuisisi ilmu yang dikenal
sulit tersebut.
zoom
excellency
Gambar 4.5.2.
Kartogram yang luas wilayahnya
dibuat proporsional terhadap jumlah
penduduk dan diwarnai dengan fraksi
populasi berdasarkan nilai rata-rata
Ujian Akhir Nasional tahun 2006
(sumber: Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia).
DKI
NAD
SUMUT
RIAU
SUMBAR
JAMBI
BABEL
KEPRI
BENGKULU
SUMSEL
BANTEN
JABAR
JATIM
JATENG
KALBAR
KALTIM
SULSEL
SULTENG
SULUT
MALUT
MALUKU
PAPUA
SULTRA
GORONTALO
KALSEL
KALTENG
DIY
BALI
NTB
NTT
LAMPUNG
4-5-3
Gambar 4.5.3.
Kartogram yang luas wilayahnya
dibuat proporsional terhadap banyak
peserta yang berpartisipasi pada
Olimpiade Sains Nasional 2007 bidang
studi fisika dan skala warna
berdasarkan prestasi peserta pada
tersebut (sumber: Tim
Olimpiade Fisika Indonesia).
event
Gambar 4.5.4.
Kartogram yang wilayahnya dibuat
proporsional dengan jumlah penduduk
di pulau Jawa (tidak termasuk DKI) dan
diwarnai dengan nilai rata-rata total
pelajaran Matematika pada ujian akhir
nasional pada tahun 2006 (sumber:
Sensus Penduduk, 2000 dan
Depdiknas RI).
DKI
NAD
SUMUT
RIAU
SUMBAR
JAMBI
BABEL
KEPRI
BENGKULU
SUMSEL
BANTEN
JABAR
JATIM
BANDUNG
SEMARANG
SURABAYA
SIDOARJO
MALANG
YOGYAKARTA
BOGOR
BEKASI
TANGGERANG
JATENG
KALBAR
KALTIM
SULSEL
SULTENG
SULUT
MALUT
MALUKU
PAPUA
SULTRA
GORONTALO
KALSEL
KALTENG
DIY
BALI
NTB
NTT
LAMPUNG
Tren masyarakat ilmu pengetahuan dunia, bahkan termasuk di ilmu
sosial, yang menuntut kemampuan akuisisi ilmu matematika tentu perlu
mendapat perhatian khusus agar pencapaian anak-anak Indonesia di
panggung ilmu pengetahuan dunia tidak ketinggalan. Bagaimanapun
juga, berbagai prestasi yang telah diraih oleh anak-anak bangsa melalui
olimpiade internasional di beragam bidang studi, yaitu Fisika, Biologi,
Kimia, Matematika, Astronomi, termasuk Komputasi, telah terbilang
mampu mengharumkan nama bangsa. Fokus perhatian pembangunan
pendidikan nasional di bidang ini bukan tak mungkin akan menghasilkan
putra bangsa yang suatu hari akan mendapatkan berbagai apresiasi
internasional di berbagai bidang. Di samping ini tentunya, hal yang paling
penting adalah kemampuan anak bangsa untuk menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari dengan
menggunakan perangkat sains, matematika, dan pendekatan komputasi
termutakhir.
4-5-4
Tim Indonesia bersama Profesor
Yohanes Surya seusai acara penutupan
International Physics Olympiad 38
2007.
th
4.5.2. TrenIlmuPengetahuan
danAkuisisi MasaDepan
Adalah menarik untuk melihat perkembangan ilmu pegetahuan saat ini
dari sudut pandang masyarakat luas yang memandang sains, baik sains
sosial maupun sains alam, sebagai sebuah hal yang dapat menjawab
berbagai kesulitan hidupnya. Untuk melihat tren ini, kita menggunakan
hasil untuk beberapa kata kunci di mesin pencari Google. Kita
tentu mengetahui bahwa mesin pencari dapat menggambarkan
informasi apa yang diinginkan oleh kebanyakan pengguna internet.
Semakin tinggi kata kunci yang sering digunakan oleh pengguna internet,
khususnya pada mesin pencari, maka nilai informasi yang
direpresentasikanolehkatakunci tersebut menjadi semakintinggi pula.
Hasil tren pencarian yang diperoleh menggunakan
sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.5.5., menggambarkan jumlah
kata-kata kunci yang digunakan oleh pengguna internet di berbagai
wilayah, termasuk seluruh kawasan pengguna internet di dunia. Dalam
gambar tersebut terlihat bahwa pencarian dengan kata kunci ekonomi
menjadi dominan. Urutan ini diikuti oleh kata kunci matematika,
psikologi, fisika, dan akhirnya sosiologi. Tren ini sedikit banyak
menunjukkan bahwa hal-hal yang berkenaan dengan ekonomi
merupakan favorit dari urutan pencarian populasi pengguna internet di
Indonesia. Hal-hal yang berkaitan dengan ilmu sosiologi kurang
mendapat tempat di internet. Terdapat sebuah keingintahuan yang
besar dari pengguna internet terhadap ikhwal ekonomi dibandingkan
dengan aspek sosiologis. Namun perlu pula kita perhatikan bahwa
volume pemberitaan dengan kata kunci ekonomi juga relatif
tinggi. Hal ini menandakan bahwa terdapat yang juga cukup tinggi
berkaitan dengan kata kunci tersebut. Selain itu, ikhwal ilmu sosial yang
menarik bagi banyak pengguna internet adalah psikologi yang
volume pencariannya dekat dengan bidang ilmu alam seperti fisika dan
matematika.
retrieve
GoogleTrends,
hit
online
event
juga

.
Pendidikan adalah akuisisi dari seni
dan penggunaan pengetahuan
Alfred North Whitehead (1861-1947)
Pemasyarakatan sains fisika dengan
mengetengahkan fisika yang mampu
menjawab banyak persoalan sehari-
hari secara menyenangkan.
4-5-5
Gambar 4.5.5.
Tren pencarian dengan kata kunci
ekonomi, sosiologi, psikologi,
fisika, dan matematika untuk
pengguna internet di wilayah
Indonesia.
Temuan ini dapat kita bandingkan dengan tren pencarian di Amerika
Serikat dan dunia yang menunjukkan pola yang agak berbeda
sebagaimana digambarkan pada gambar 4.5.6. dan 4.5.7. Pencarian
informasi yang berkaitan dengan psikologi dan fisika sama kuat untuk
tren pencarian di wilayah Amerika Serikat dan dunia secara umum. Untuk
tren pencarian di wilayah Amerika Serikat, meskipun volume
pemberitaan di bidang ekonomi sangat tinggi, pencarian di bidang
fisika dan psikologi juga mendapat yang sangat signifikan. Adakah
kaitan pencarian dengan kata kunci psikologi ini berkenaan dengan
animo bahwa tekanan psikologis di negara maju sangat tinggi akibat
individualisme yang berkembang meluas di sana? Hal ini tentu tak bisa
dijawab hanya dengan sekadar melihat tren mesin pencari internet.
Namun yang ingin kita soroti di sini adalah, dari sisi tren pencarian
informasi di berbagai bidang ilmu pengetahuan, kata kunci sosiologi
tetap berada jauh di bawah bidang ekonomi termasuk psikologi. Selain
itu, tingginya tren pencarian fisika menunjukkan tingginya
keingintahuan pengguna internet atas bidang ini meskipun di sisi lain,
katamatematika beradajauhlebihrendah.
online
hit
Gambar 4.5.6.
Tren pencarian dengan kata kunci
untuk ilmu-ilmu sosial di wilayah
pengguna internet di Amerika Serikat.
4-5-6
Terdapat sebuah tren sains dunia yang apresiatif terhadap fisika,
setidaknya secara populer, karena seperti yang kita lihat bersama, kata
kunci di bidang matematika ternyata relatif jauh lebih rendah. Lebih
spesifik, ketika kita juga ingin mengetahui sejauh mana minat pengguna
internet terhadapbidang-bidang sains lainseperti biologi dankimia maka
temuan kita akan cukup menarik, karena tingkat pencarian bidang kimia
sama tinggi dan terkadang lebih tinggi daripada fisika. Yang jelas,
pencarian dengan kata kunci fisika, kimia, dan biologi masih lebih
tinggi daripada kata kunci ekonomi padahal dari sisi volume
pemberitaan, kata kunci ekonomi jauh mendominasi dunia
internet. Menarik pula untuk melihat naik turunnya pencarian di bidang
fisika ketika ada fisika, seperti peristiwa penganugerahan hadiah
Nobel, dan sebagainya, yang menaikkan pencarian kata kunci ini.
Setiap kali terdapat peningkatan volume pemberitaan dengan kata kunci
fisika, maka di publik terdapat tren lonjakan pencarian terhadap kata
tersebut.
Karakteristik pencarian dengan kata kunci pengguna internet di seluruh
dunia dan pengguna internet di Indonesia ternyata memberikan pola
yang sangat berbeda. Ketertarikan pada isu-isu ekonomi jauh lebih
mendominasi daripada isu-isu di bidang sains di Indonesia, sementara isu
sosiologis animonya tidak terlalu tinggi. Sedikit banyak apa yang diketik
oleh pengguna pada dasarnya menggambarkan
realm
event
rate
Google Search Engine
Gambar 4.5.7.
Tren pencarian dengan kata kunci
untuk ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu
alam oleh pengguna internet di
seluruh dunia.
4-5-7
pola ketertarikan orang Indonesia terhadap ilmu pengetahuan tersebut
secara spesifik. Ketika ekonomi menempati ranking tertinggi, ternyata
sosiologi kurang begitu tinggi. Demikian pula sains alam, ilmu ini sangat
terasa kurang diminati bahkan secara populer. Berbagai anggapan skeptis
tentang ilmu-ilmu alam dan matematika mungkin melatarbelakangi hal
ini. Di Indonesia, sains belum dianggap sebagai sebuah solusi untuk
memecahkan permasalahan negeri. Hal ini tentu merupakan
permasalahan yang besar bagi dunia pendidikan. Keterpisahan sains dan
permasalahan bangsa berakibat lembaga pendidikan menjadi tak lebih
sebagai institusi pemberi lisensi untuk keperluan penggajian, kedudukan
sosial, prestise, dan sebagainya yang justru sangat tidak mencerminkan
ketajamansains dalammengatasi persoalan.
Pendidikan seorang manusia, bagaimanapun juga, adalah sebuah sistem
kompleks tersendiri yang tersimpan dalampola kognitif masyarakat, yang
terejawantahsecarapopulis dalamcerminanbudaya. Persekolahanharus
menjadi semacam ajang kaderisasi bagi pengembangan masyarakat. Ia
menjadi pilar-pilar kemajuan masyarakat. Lebih jauh, jika kita ingin
masyarakat maju di kemudian hari, maka pendidikan harus benar-benar
diperhatikan. Namun, pendidikan di Indonesia memiliki kecenderungan
yang menarik di tengah-tengah kondisi masyarakat saat ini. Sekolah telah
benar-benar terpisah dari realitas sosial. Siswa tidak lagi memahami
Fisika sebagaimana Isaac Newton memahaminya, namun memahaminya
sebagai kumpulan rumus untuk meluluskannya dalam ujian. Sekolah
tidak lagi menjadi barang yang menarik, karena ia hanyalah menjadi
sebuah tempat rutin bagi seseorang dalammenjalani hari, dari pagi
hingga petang. Sekolah dipersepsikan menjadi pelambat proses biologis,
karena ia memperlambat usia pernikahan, dan tak lebih dari itu. Sekolah
menjadi pencetak nama-nama anggota masyarakat di lembar-lembar
ijazah dan bukan pencetak intelektual. Rutin pencetakan nama di ijazah
tersebut adalah duduk di bangku sekolah/kuliah, mengerjakan tugas,
praktikum, dan sebagainya sementara apa yang didiskusikan,
dipraktikumkan, atau ditugaskan, menjadi terpisah dari realitas yang
dialami dalamhidupsehari-hari.
Dalam lingkaran produktivitas masyarakat, seharusnya lembaga
pendidikan merupakan sebuah institusi yang melahirkan generasi
angkatan kerja yang memiliki kemampuan tertentu ketika akhirnya
berkarya di tengah-tengah masyarakat. Sertifikasi yang diberikan oleh
institusi pendidikan menunjukkan kualitas dari seorang anggota
masyarakat (siswa dan mahasiswa) selama menuntut ilmu di lembaga
yangbersangkutan. Sekolahdankampus adalahtempat mengakuisisi seni
budaya dan menggunakan pengetahuan bagi masyarakat maupun bagi
peserta didik. Namun apa yang terjadi ketika terjadi bentuk-bentuk
4.5.3. Mengobati Rabun
WawasanWiyatamandala
yang
Pendidikan adalah metode yang
hakiki dalam perbaikan dan kemajuan
sosial. Pendidikan adalah regulasi dari
proses pembentukan kesadaran sosial;
dan pembinaan aktivitas individual
atas dasar kesadaran sosial ini adalah
metode yang pasti dari rekonstruksi
sosial.
John Dewey (18591952)
4-5-8
pengasingan dari apa yang dipelajari di sekolah/kampus dengan
kehidupan nyata bermasyarakat? Gelombang akibat pertama adalah
daya saing yang rendah dari lulusan lembaga pendidikan tersebut. Para
sarjana (dalam terminologi atau meliputi seluruh strata
pendidikandi Indonesia), secara umum, menjadi tidak mampumenjawab
tantangan sosial yang ada. Lemahnya daya saing kita, yang diperparah
dengan eksisnya tren globalisasi di mana di dalamnya bermunculan
kompetisi terbuka tenaga kerja asing dan nasional, melemahkan
ketahanansosial masyarakat. Gelombangakibat keduaadalahmunculnya
berbagai jalan pintas ( ) yang ingin meniadakan proses belajar-
mengajar di sekolah dan perguruan di Indonesia. Permasalahan jual-beli
gelar dan kasus-kasus pemalsuan ijazah yang diberitakan di berbagai
media massa merupakan sebuah hal yang muncul sebagai gelombang
kedua ini. Gelar kesarjanaan seringkali tak lagi mencerminkan kapabilitas
seseorang, melainkan hanya sebagai alat peninggi prestise dalam
Hal ini tentu menimbulkan permasalahan baru, yakni ketidakmampuan
sarjana menghasilkan karya nyata dalam kehidupan sosialnya. Ideologi
pekerjaan bukan lagi dipandang sebagai sebuah karya tapi justru
direndahkanmenjadi sebatas wahana pemenuhanbentuk-bentuk materi
berupa uang, prestise, dan sebagainya yang ketika hal ini bersentuhan
dengan tugas cendekiawan dan sarjana untuk menjadi tameng sosial
dalammempertahankan nilai-nilai luhur masyarakatnya. Ia menjadi tidak
relevan. Akibatnya, tidak lain dan tidak bukan, adalah korosi di sana-sini
dalamsistemsosial.
scholar,
short-cut
division
of labor.
Tugas pendidikan adalah melakukan
refleksi kritis, terhadap sistem dan
ideologi yang dominan yang tengah
berlaku di masyarakat, serta
menantang sistem tersebut untuk
memikirkan sistem alternatif ke arah
transformasi sosial menuju suatu
masyarakat yang adilI.
Mansour Fakih (1953-2004)
Gambar 4.5.8.
Siklus produktivitas dan rekrutmen
sosial dalam masyarakat serta jalan
pintas yang muncul dan melemahkan
pranata budaya masyarakat.
Masyarakat
Sekolah/
Perguruan
Pembangunan
Masyarakat
Pekerjaan
Karya yang semestinya
menjadi sebuah bentuk
pemicu pembangunan
masyarakat tidak mampu
menjalankan fungsinya
sebagai alat untuk
meningkatkan kualitas
masyarakat
Ketika lembaga pendidikan
formal terbukti tak mampu
menjawab tantangan sosial
yang ada dan ketika
representasi hasil sekolah
lebih berdasar pada
lembaran sertifikasi
daripada kualitas sumber
daya manusia.
Rekrutmen Sosial
Nilai-nilai Sosial
Korupsi di tengah masyarakat, di mana
pekerjaan menjadi terorientasi pada nilai
material semata daripada suatu proses yang
menghasilkan karya.
Sertifikasi
Rekrutmen Sosial
Uang, Prestise
dan Kedudukan
4-5-9
Secara singkat motif pendidikan yang tak lagi bersandar pada kebenaran
ilmiah dan pola hidup akademis ini menimbulkan dua paradoks yang
hanya jelas terlihat ketika kita berpijak pada lingkaran produktivitas
sebagaimanadigambarkanpadagambar 4.5.8.
Bagaimana perspektif kompleks memandang paradoks ini secara sosial?
Realitas yang terdapat antara motif mikro dan situasi makro merupakan
hal yang sulit untuk dikerjakan dalam perspektif sosiologi konvensional,
karena sifat hubungan keduanya yang sangat tak linier. Faktor mikro
berupa motif pribadi individu dalam memperoleh pendidikan, yang
dalam hal ini direduksi menjadi sebatas standardisasi mental dalam
bentuk sertifikasi, membrojolkan situasi makro berupa persepsi dan
ekspektasi anggota masyarakat yang besar atas sistemsosial masa depan,
yang akibatnya justru mendorong orang untuk berbondong-bondong
bersekolah setinggi-tingginya, namun bukan untuk perolehan
pemahaman ilmu melainkan pencapaian status sosial dan ekonomi yang
lebih baik. Di level ini, sekolah tak pelak menjadi candu bagi masyarakat,
sebagaimana seringkali diungkapkan oleh kritikus pendidikan.
Keterpisahandari apayang hendak diakuisisi melalui sistempendidikandi
satu sisi, dan tuntutan dunia kerja pada pasar tenaga kerja di sisi lain,
menjadi kesulitan tersendiri yang dialami oleh para sarjana dalam
memberikan sumbangsih nyata karya-karyanya dalam membangun
masyarakat. Dari sini, berbagai jalan pintas untuk mendapatkan uang pun
bermunculan, mulai dari yang legal hingga melalui praktik-praktik
korupsi. Praktik korupsi tentu menyebabkan sistem ekonomi menjadi
tidak efisien yang akibatnya menimbulkan korosi ekonomis di tengah
kehidupanekonomi bangsasecaraumum.
Di sisi lain, terdapat pula aspek kausasi sebagai umpan balik positif dari
level makro ke level mikro. Di sini, situasi makro yang ada menjadi sebab
dan dasar motif bagi elemen mikro masyarakat. Pandangan dan
penghargaan yang kelewat tinggi dari anggota masyarakat atas
pelabelan-pelabelan akademis menjadi sebab pilihan-pilihan agen sosial
ekonomi untuk mencari jalan pintas. atas pelabelan-pelabelan
ini memunculkan berbagai institusi pendidikan fiktif yang
memperjualbelikan gelar palsu. Terus saja, sistem yang korup
cenderung menginduksi agen sosial untuk juga menjadi korup. Kalaupun
Paradoks Pertama
Paradoks Kedua
Untuk mendapatkan sebuah pekerjaan atau proyek kerja tertentu,
dibutuhkan ijazah setinggi-tingginya bahkan sistem pengupahan dibuat
berdasarkan jenjang pendidikan tertentu dalam berbagai instansi baik
swasta maupun pemerintah. Di sini, berkembang pemahaman umum
yaitu hanya sedikit yang kita peroleh di bangku sekolah/kuliah yang
dapat diimplementasikandalamduniakerjakelak.
Seseorang belajar untuk mendapatkan ijazah agar ia memperoleh uang.
Namunorangyangber-uangtidakbolehmembeli ijazah.
Demand
Pendidikan haruslah membebaskan
peserta didik dari apa yang
menindasnya. Pendidikan harus
diartikan sebagai proses penyadaran
bahwa nasib harus diubah.
Paulo Freire (1921-1997)
Semesta Mendukung (Mestakung):
bagaimana belajar menjinakkan
kompleksitas kehidupan sosial dari
alam untuk mencapai tujuan.
4-5-10
perlu perubahan mentalitas
masyarakat Indonesia agar ia dapat
maju.
Koentjaraningrat (1923-1999)
Gambar 4.5.9.
Skema teoretis Koentjaraningrat
(1997) tentang pranata kebudayaan.
tidak korup, jalan pintas yang ditempuhnya adalah berbagai praktik bisnis
dan upaya pencarian uang yang tidak bersandar pada standar keahlian.
Hal ini mungkin menjelaskan fenomena di kampus-kampus belakangan
ini yang sibuk dengan berbagai wahana kewirausahaan, yaitu bagaimana
menjadikansatuproduk menjadi tapi cenderung tanpa melewati
proses pertambahan nilai. Ini adalah suatu hal yang sangat terasa
perkembangannya, bahkan di kampus-kampus yang berbasis teknologi.
Hal ini pula yang menjadikan bisnis merasuki
banyak kalangan terdidik, bahkan banyak di antaranya yang tengah
berprofesi sebagai profesor di perguruan tinggi. Prinsip membuat produk
tertentu menjadi menjadikan upaya pembangunan
meningkat yang pada gilirannya memperkental bisnis di
berbagai kalangan. Hasilnya tentu bukan karya yang membangun
masyarakat, melainkan justru beragam nepotisme praksis yang
mempertegas garis batas kelas sosial.
Keterkaitan faktor mikro-makro dalam bentuk kebrojolan dan kausasi
inilah yang akhirnya melahirkan sistem pendidikan sebagaimana yang
terlihat saat ini. Dalam paradigma feodalisme modern, kaum bersekolah
menjadi kaum ningrat baru di kalangan masyarakat. Budaya muncul dari
interaksi kompleks antara agen, sistem norma yang lahir dari kebiasaan,
dan ketersediaan pranata fisik. Budayawan dan sosiolog kenamaan
Indonesia, Koentjaraningrat (1997) mengungkap pranata sosial berpola
membrojol dari sistem mikro sosial mulai dari sistem norma, personal,
dan pranata fisik di mana individu hidup. Melalui dua paradoks yang ada
di atas, dan kenyataan faktual yang digambarkan pada berbagai situasi
statistik yang dikemukakan sebelumnya telah melahirkan apa yang
kemudian kita kenal saat ini. Sekarang, kita lalu boleh bertanya, apakah
sistemkorup merupakan awal dari seluruh masalah dalampranata sosial
kita? Apakahimpotensi ketenagakerjaankitaterjadi secaraeksogen( oleh
faktor luar) ataujustrulahir dari dalam(secaraendogen)?
saleable
Multi-Level-Marketing
saleable, networking
cluster-cluster
Kenyataannya, sebagaimana telah dibahas sebelumnya, pengentasan
permasalahan korupsi tidaklah segampang bentuk solutif tebang pilih
mereka yang tersangka sebagai pelaku korupsi. Secara faktual, sulit untuk
membendung demistifikasi gelar akademis melalui jual beli gelar yang
marak terjadi, mengingat hal ini masih memenuhi teori
yang semestinya wajar. Kondisi ini terjadi karena tanpa sikap mental yang
didominasi oleh pengkultusan individu berdasarkan label akademis yang
melekat padanya, jual beli gelar tidak akan pernah populer dan laku di
pasaran.
supply-demand
4-5-11
Tali-bertalian yang kompleks antar berbagai permasalahan sosial jelas
terlihat di sini. Dengan memahami sistem sosial sebagai sebuah sistem
kompleks, kita mengetahui bahwa keterkaitan antara mikro-makro
( ) memiliki hubungan yang sangat tak linier.
Bagaimanapun juga, permasalahan terletak pada pranata yang berpusat
pada kelakuan berpola yaitu bagaimana personal individu berinteraksi
dengan sistem norma dan pranata fisik lingkungannya. Jelas bahwa,
berbagai permasalahan sosial kita mesti dilihat dari aspek budaya
mengingat permasalahan ini telah berlangsung bertahun-tahun bahkan
puluhan tahun. Permasalahan sosial kita terletak pada bagaimana kita
melihat sistem di mana kita hidup. Ketidakmampuan memandang
masalah barangkali justru menjadi titik mula mengapa kita menjadi
bermasalah. Perspektif tentang bagaimana kita memandang diri sendiri
sebagai sebuah bangsa semestinya penting diperhatikan sebagai tolak
awal. Di sini, WawasanWiyatamandala menjadi inti pokok sebagai bentuk
turunan atas wawasan kita bernusantara. Kajian kompleksitas, yang
notabene mengubah banyak perspektif konvensional ilmu sosial dan
mendorong kajianinterdisiplin, menawarkanbanyak hal untuk mengatasi
permasalahanini.
micro-macro linkage

Seonggok jagung di kamar


tak akan menolong seorang pemuda
yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
dan tidak dari kehidupan.
Yang tidak terlatih dalam metode,
dan hanya penuh hafalan kesimpulan,
yang hanya terlatih sebagai pemakai,
tetapi kurang latihan bebas berkarya.
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.
Aku bertanya :
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
di tengah kenyataan persoalannya ?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibukota
kikuk pulang ke daerahnya ?
Apakah gunanya seseorang
belajat filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
atau apa saja,
bila pada akhirnya,
ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata :
Di sini aku merasa asing dan sepi !
(W.S. Rendra, Potongan Sajak Seonggok Jagung, 1975)
4-5-12
REFLEKSI KINI
UNTUK MASA DEPAN
Bab 5
Terorisme merupakan salah satu isu sosial politik
terhangat dalam horizon masyarakat internasional saat
ini. Kasus pasca perang Irak, isu seputar buronan Osama
bin Laden dan kelompoknya, hingga kasus pasca
pengadilan terpidana aksi terorisme di tanah air,
merupakan isu-isu yang mendapat perhatian banyak
kalangan dalam khazanah budaya dan politik nasional.
Isu ini tentu saja sangat terkait dengan hubungan
internasional.
Kebanyakan anggota masyarakat berinteraksi langsung
dengan isu tersebut melalui media massa. Interaksi ini
biasanya monologis dalam bentuk pelaporan,
reportase, atau pengkajian opini dan analisis di media
massa. Dalam hal ini, sikap editorial media massa
merupakan hal yang sangat penting dalam proses dan
dinamika formasi opini, di seputar posisi isu tersebut di
tengah-tengah masyarakat. Bab ini meletakkan fokus
permasalahan pada sudut pandang jaringan kompleks
dari konsep-konsep linguistik yang ditemui dalam
korpora editorial dan tajuk utama di editorial media
cetak nasional. Tujuannya adalah untuk mencari
bagaimana media mengkonstruksi imagi tentang
terorisme di dalamruang kognisi masyarakat Indonesia.
Deskripsi ini kita lengkapi dengansebuahanalisis serupa
untuk mendeteksi respon aktif dan spontan dari
masyarakat ketika salah satu dari editorial tersebut
disajikanmelalui mediatelevisi.
Keterkaitan antara dua hasil analisis ini diharapkan
dapat memberikan sejumlah konjektur baru. Arahan
tersebut tentu saja berkaitan dengan perspektif umum
masyarakat terhadap isu terorisme dan kebijakan luar
negeri AmerikaSerikat.
Tentang Terorisme
5.1. IsuTerorismedan
KebijakanLuar Negeri AS
Di MataMediaNasional
Stigmatisasi terorisme pasca tragedi kemanusiaan di menara kembar
WTC 11 September 2001 di Amerika Serikat , sedikit-banyak, berdampak
luas bagi Indonesia. Stereotipe ini menguat terutama setelah
Topik ini berhubungan erat dengan perang terhadap terorisme di level
internasional, yang dimotori oleh Amerika Serikat. Kasus terorisme dan
kebijakan luar negeri Amerika Serikat telah mengubah wajah dunia
. Di sini, pemberitaan media massa memegang peranan
yangsangat penting.
Dalamkajian sosiologis, tak bisa dipungkiri bahwa
membentuk opini. Namun di sisi
lain harus diakui pula bahwa, dalam pemberitaan, media cetak dan
penerbitan juga memiliki yang sangat luas.
sejumlahstandar baku.
Melalui pemahaman ini, kita dapat menyadari bahwa representasi teks-
teks, Pewartaan
berita merupakan bentuk kemasan dari konteks yang ingin dihadirkan di
tengah konsumen teks, baik itu penonton, pendengar maupun pembaca.
Hal ini merupakan inti kajian kritis yang sangat menarik dalam sosiologi
media massa. Pada akhirnya apa yang memberikan konstruksi wacana di
kalangan konsumen media merupakan hasil brojolan ( ) dari
interaksi kompleks antarateks dankonteks di mejaredaksi.
Keterkaitan antara teks dan konteks merupakan sebuah kajian yang
sangat vital dalam sosiologi media. Hubungan dua faktor tersebut
bertanggungjawab dalam membentuk genre berbagai artifak
kebudayaan, contohnya musik dan film. Dalam hal ini genre dapat
dipandang sebagai semacam kontrak antara teks dan pembaca.
Ekspektasi teks atas pembaca dan ekspektasi pembaca terhadap teks
salingberkaitansatusamalain.
Bahasa adalah sebuah elemen penting dalam membentuk realitas sosial
maupun kultural. Dalam teks yang diketengahkan oleh media, ada
keterkaitan yang sangat erat antara bahasa (dalam arti diksi, metafora,
analogi, dan sebagainya) dengan situasi emosi ( )
produsenteks.
constraint
emergence
emotional states
tragedi
nasional bomBali 2002, yang kemudian diikuti dengan berbagai peristiwa
pembomandi tanahair beberapawaktukemudian. Hal ini tentusajatidak
dapat dipisahkan dengan latar belakang Indonesia, sebagai sebuah
negara dengan populasi penduduk beragama Islam terbesar di dunia.
belakangan ini
media massa memiliki
pengaruh yang sangat dominan dalam
Pewartaan berita,
khususnya jika berhubungan dengan produksi teks yang akan dikonsumsi
olehmasyarakat luas, memiliki
sedikit banyak, merupakan bentuk hasil pengolahan.
5-1-1
Demikian pula dalam hal terorisme dan kebijakan luar negeri Amerika
Serikat.
Pertanyaan tentang bagaimana media massa
mengetengahkanduatopiktersebut, menarikuntukdikaji lebihjauh.
Pandangan media
menunjukkan bagaimana
opini terbentuk dalam masyarakat Indonesia. Untuk itu di sini, kita
melakukananalisis teks denganmenggunakanjaringanlinguistik. Metode
ini telahdigunakanpadababsebelumnya, untuk mengkaji editorial media
(cetak) nasional. Hasil yang kita peroleh melalui studi editorial media
massa selanjutnya akan dikaji lebih jauh dengan faktor respon spontan
masyarakat. Isu spesifik ini dibedah melalui kajian yang menggunakan
model sentralitas pada data pesan singkat (SMS) pemirsa. Pesan singkat
tersebut dikirimkan pada waktu yang hampir bersamaan ketika sebuah
mediatelevisi nasional menayangkanmateri editorialnyadi layar kaca.
Fokus utama babini adalahmelihat hubunganantara
Bahasan
ini terkait dengan sejumlah peristiwa aksi terorisme. Peristiwa tersebut
antara lain isu seputar fundamentalisme Islam, kebijakan perang atas
terorisme oleh Amerika Serikat (termasuk implementasinya dalam
peristiwa serangan terhadap Irak dan hukuman mati atas diktator
Saddam Hussein), isu tentang Al-Qaeda sebagai pelaku peristiwa 11
September, hingga dugaan bahwa Jamaah Islamiyah sebagai dalang atas
berbagai serangan teroris di tanah air. Topik-topik tersebut begitu gencar
muncul di media massa. Ia telah mengubah wajah dunia belakangan ini.
Media berperan sebagai
memusatkan perhatian pada peran media massa
dalam membentuk opini publik. Kajian analitik editorial media, sebagai
ekspresi redaksi media massa atas sebuahkasus tertentu, menjadi diskusi
yangsangat menarik.
Mayoritas masyarakat berinteraksi dengan isu tersebut hanya
melalui media.
massa berhubungan erat dengan opini masyarakat.
Akibatnya, upaya pembedahan atas sikap media dalam menampilkan
liputan yang berkaitan dengan terorisme akan
kasus terorismedan
respon aktif masyarakat atas sebuah peristiwa aktual tertentu.
industri berita dan opini. Dari perspektif
tersebut, di sini, kita
Pada bagian ini, kita mengumpulkan seluruh editorial media cetak pada
periode akhir tahun 2006 hingga pertengahan tahun 2007, sebagaimana
terekam dalam situs . Dari kumpulan korpus
yang terdiri dari berbagai editorial media nasional (dalam kategori
Kunjungan Bush, Terorisme, Timur Tengah, Amerika, Kunjungan
JK ke AS, Politik AS, Saddam Husein, dan Anti Amerika), kita
kemudian membersihkan korpora dengan membangun sebuah leksikon
kata-kata yang dapat merepresentasikan konsep yang ingin dilihat secara
umumpada editorial. Dalambeberapa hal, sebuah konsep dapat diwakili
dengan beberapa kata, misalnya konsep JAMAAH-ISLAMIYAH,
GEORGE_W_BUSH, dan sebagainya. Dari sini, kita membuat model graf
di mana satu konsep terhubung dengan konsep lain, jika ia digunakan
dalam satu kalimat yang sama untuk semua teks di dalam korpora yang
diobservasi. Tugas berikutnya adalah menentukan sejauh mana satu
konsepmenjadi signifikanrelatif terhadapkonseplainnya. Pendekatanini
http://opini.wordpress.com
5-1-2
penting karena tak selalu sebuah kata yang lebih sering digunakan
menjadi lebih signifikan daripada kata lain, atau lebih dikenal dengan
konsep sentralitas dalam model jaringan. Sebuah kata mendapatkan
ranking sentralitas yang lebih tinggi jika konsep tersebut memiliki
pengaruhyanglebihbesar dalamsebuahteks.
Secara sederhana, metode keterkaitan antara satu kata dengan kata lain
(dalam konsep sentralitas) yang digunakan di sini pada dasarnya sama
dengan prinsip Prinsip ini pada mulanya digunakan dalam
melihat keterhubungan antar situs internet (konsep ranking), oleh mesin
pencari paling terkemuka saat ini, Google. Persamaan dalam prinsip
tersebut menyiratkan bahwa sebuah kata menjadi penting jika ia
terhubung dengan kata lain yang juga memang penting (relatif terhadap
kata-katalainyangjugaterhubungdengankatatersebut).
Dari observasi terhadap berbagai korpora yang kita lakukan pada bab
sebelumnya, ditemukan fakta tentang adanya rezimhukumpangkat pada
penggunaan kata-kata non-gramatikal dalamberbagai teks lintas bahasa.
Penggunaan konsep sentralitas, dalam memahami isu utama yang ingin
diangkat dalam sebuah korpus (atau korpora), tentunya menjadi sebuah
konsep yang sangat menarik. Beberapa kata atau frasa akan memiliki
sentralitas yang tinggi di dalam sebuah teks, dan interaksi-nya dengan
konsep-konsep lain di dalam teks menjadi tervisualisasikan secara apik
dan mudah untuk dianalisis lebih jauh. Hal inilah yang akan kita lakukan
dalammenganalisis perilakudataempiris.
PageRank.
Gambar 5.1.1.
Beberapa kata menjadi sangat tidak
penting setelah diranking berdasarkan
sentralitas keterhubungan vektor
eigen.
5-1-3
Pada gambar 5.1.1. ditunjukkan hasil keseluruhan dari sentralitas konsep
vektor dalam rankingnya. Di sini, kita membandingkan hasil pengurutan
kata berdasarkan seringnya satu kata terkait dengan kata lain. Hal ini
didasarkanpadaintensitas penggunaanyadalamkalimat danrankingkata
berdasarkan sentralitasnya. Terlihat ada gap antara kelompok kata yang
penting dan kelompok kata yang kurang penting. Pemahaman
ini tentu memudahkan kita dalam melakukan analisis terhadap teks-teks
yang ada. Melalui ranking yang didasarkan pada sentralitas vektor eigen,
kita melihat ada tiga konsep yang dominan (lihat gambar 5.1.2.), yaitu
Amerika Serikat, George W. Bush, dan Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa kesemua korpora editorial media yang kita analisis
terfokus pada tiga hal, yakni hubungan politik luar negeri Indonesia dan
kebijakan pemerintahan Amerika Serikat, yang dipimpin oleh Presiden
George W. Bush. Tiga hal tersebut sesuai dengan orientasi awal kajian ini,
yakni kebijakan luar negeri pemerintah RI, isu terorisme dan berbagai
kejadian pemboman di tanah air, serta kasus perang Irak. Korpora
editorial media di Indonesia terdiri atas banyak konsep. Ini tentunya akan
menyulitkan proses analisis. Untuk itu, pola ranking berdasarkan
sentralitas menjadi sangat penting. Ia berperan dalam
relatif
menghilangkan
sebagian besar populasi konsep, yang luar biasa banyak tersebut.
Tujuannyatentusajauntukmempermudahproses analisis.
Berdasarkan perangkat analisis tersebut, selanjutnya kita melihat
bagaimanasatukonsepterkait dengankonseplain.
Gambar 5.1.2.
Tiga konsep terpenting dan
interaksinya dengan 50 konsep
penting lainnya.
5-1-4
Secara umum, dari pengamatan sekilas pada korpora editorial kita
terdapat tiga konsep yang sangat dominan, yaitu Amerika Serikat,
George W. Bush, dan Indonesia. Dari seratus konsep terpenting yang
ada dalam korpus yang kita observasi, hampir seluruhnya terhubung
dengan ketiga konsep yang menjadi tema dasar editorial tersebut. Hal ini
ditunjukkan pada gambar 5.1.2. Konsep-konsep dengan keterhubungan
yang kuat (digambarkandengangaris yang lebihtebal) adalahketerkaitan
antara isu Amerika Serikat dengan perang Irak, hubungan AS-Iran,
peran AS di dunia, ikhwal Saddam Hussein, dan kunjungan presiden
AS ke Bogor. Hubungan-hubungan inilah yang mewarnai editorial
media massa dalam tema korpora editorial yang kita pilih. Beberapa hal
yang cukup menarik untuk dilihat adalah ekspresi konsep agama dan
konsep Amerika Serikat, serta pengaitan isu Poso dengan tema
editorial terorisme dan seputar kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
Dari pola keterhubungan ini, kita dapat melihat bahwa isu terorisme dan
Gambar 5.1.3.
Penyempitan relasi konsep: gambaran
keterhubungan konsep dengan
intensitas interaksi yang tinggi.
Gambar 5.1.4.
Keterhubungan konsep dengan
sentralisme yang tidak terlalu tinggi
menunjukkan tiga kategori konsep
yang diekspresikan ketika berbicara
soal isu terorisme dan kebijakan luar
negeri AS.
5-1-5
Gambar 5.1.5.
Keterhubungan konsep Terorisme
dengan konsep lain.
kebijakan luar negeri AS di mata media erat kaitannya dengan kehidupan
beragama. Dari sini dapat terlihat bahwa
konsep
keberagamaan.
Selanjutnya dari ,
ita membuang pola keterhubungan
yang rendah Dari sini kemudian munculah pola
keterhubungan yang dapat terlihat di gambar 5.1.3. Pada gambar
tersebut tampak jelas bahwa tema yang dibawa oleh kumpulan editorial
media massa nasional terkonsentrasi pada keterkaitan antara isu
terorisme, perang di Irak dan Afghanistan, konflik AS dengan Iran,
kunjungan presiden AS ke Bogor, ikhwal warga negara Indonesia di AS,
dan beberapa kasus teror di Indonesia, seperti Bom Bali, bom di Jakarta
danlainsebagainya.
responmedia nasional terhadap
kehidupan internasional cenderung dikaitkan dengan
keterhubungan antar konsep yang ada kita hanya ingin
melihat intensitas pemberitaan. K
intensitasnya.
Gambar 5.1.4. menunjukkan bahwa ketika 3 konsep besar kita hilangkan,
maka muncul keterhubungan yang berbeda antara konsep-konsep dalam
korporayangsama. Terlihat bahwakerusakan( ) yangditimbulkan
justru memberikan baru akan apa yang dikemukakan dalam
editorial media nasional tersebut. Terdapat tiga kategori konsep dari
korpus editorial yang kita observasi terkait isu terorisme dan kebijakan
luar negeri AmerikaSerikat, yakni:
IsukunjunganBushkeIndonesia.
Isuaksi terorismedi Indonesia.
Isu teror, perang, dan kiprah politik AS di Timur Tengah dan
Afghanistan.
Hal ini tentu sangat menarik. Ia menunjukkan benang merah yang sangat
kuat. Medianasional memandang bahwatigaisuini sangat penting dalam
pemberitaannya. Media nasional memandang bahwa kasus terorisme
dankebijakanluar negeri ASmemiliki hubunganyangsangat erat.
damage
insight

5-1-6
Gambar 5.1.6.
Ekspresi media atas pimpinan politik
Indonesia (konsep SBY dan JUSUF
KALLA) di tengah pemberitaan
tentang terorisme dan kebijakan luar
negeri AS dalam kehidupan
internasional.
Selanjutnya, sejauh mana
5.1.6. Dalam
ekspresi media terhadap politik luar negeri AS, kita mengisolasi konsep
presiden, SBY, dan wakil presiden, Jusuf Kalla. Dari pengolahan hasil
peran Wakil Presiden Jusuf Kalla
justru lebih kepada kebijakan yang terkait dengan ekonomi nasional
(terlihat melalui keterhubungan konsep-konsep investasi, bisnis,
Exxon, dan sebagainya). Di lain pihak terlihat bahwa dalam ekspresi
media, aktivitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lebih bervariasi.
SBY terhubung pada beberapa konsep yang terkait dengan politik luar
negeri Indonesia (melalui keterkaitan konsep PBB, Global, dan
sebagainya) dan beberapa konsep lain yang tidak begitu terkait dengan
kasus terorisme (seperti konsep Microsoft, teknologi, kesehatan,
dan sebagainya). Dari sini terlihat bahwa dalam ekspresi media massa
cetak nasional, kiprah kepala negara cenderung lebih dominan. Ia
memiliki cakupanyanglebihluas.
media nasional melihat atau mengekspresikan
posisi pemimpin politik Indonesia dalam isu kebijakan luar negeri
Indonesia? Hubungan tersebut dapat terlihat di gambar
ekspresi media di atas terlihat bahwa,
Selanjutnya, kita ingin melihat sejauh mana sebenarnya isu terorisme
terhubung dengan konsep-konsep lain, dan bagaimana ia berkaitan
dengan kebijakan luar negeri AS. Hal ini ditunjukkan pada gambar 5.1.5.
Pada gambar 5.1.5. terlihat bahwa isu terorisme berhubungan erat
dengan konsep bom. Konsep terorisme juga terkait dengan situasi
politik Timur Tengah dan kebijakan luar negeri AS di bawah
kepemimpinan George W. Bush. Secara sederhana, kita dapat
mengatakan bahwa media nasional (dalam kurun waktu observasi
tersebut) menghubungankan konsep terorisme dengan konsep-konsep
lainyangadadi dalamgambar tersebut.
5-1-7
5.2. IsuTerorismedan
KebijakanLuar Negeri AS
DalamResponSpontan
Pada bagian sebelumnya kita telah melihat bagaimana media nasional
secara umum mengekspresikan sikapnya dalam hal isu terorisme dan
kebijakanpolitik luar negeri AS. Di sini, kitainginmembandingkan
kalangan masyarakat di seputar isu tersebut. Dalam diskusi ini, kita
menggunakan pendekatan yang sama (metode
dengan bagian sebelumnya, namun dikenakan pada data yang
berbeda. Analisis dilakukan pada data pesan singkat ( atau
) yang dikirimkan secara spontan oleh publik dalam
Editorial Media Indonesia, di stasiun MetroTV. Data yang digunakan
adalahdataSMS saat acaratersebut ditayangkandi layar kaca(pada pukul
06.30 WIB tanggal 13 November 2006). Editorial Media Indonesia pada
episode ini bertajuk Bomdan Kedatangan Bush. Topik ini sedikit banyak
memberikan gambaran tentang persepsi spontan masyarakat atas isu
terorisme dan kebijakan luar negeri AS. Dengan menggunakan perangkat
analisis yang telahdibahas di diskusi sebelumnya, kita akanmendapatkan
hasil sebagai berikut (lihat gambar 5.2.1.):
SMS short
message service
temuan
yang diperoleh di bagian sebelumnya dengan sikap politik yang muncul di
kurang lebih jaringan
teks)
5-2-1
Gambar 5.2.1.
Gambaran ekspresi publik terhadap
isu terorisme dan kebijakan AS
sebagaimana terekam dalam korpus
pesan pendek pemirsa MetroTV ketika
penayangan program Editorial Media
Indonesia yang berjudul Bom dan
Kedatangan Bush yang disiarkan pada
pukul 06.30 WIB tanggal 13 November
2006.
Dari 165 pesan pendek yang masuk terlihat bahwa isi SMS pemirsa
didominasi oleh konsep yang berkaitan dengan citra presiden AS, George
W. Bush, kebijakan Amerika sebagai sebuah negara, Indonesia sebagai
sebuah negara, isu bom dan kasus-kasus seputar terorisme. Dalam
pandangan sekilas pada graf teks yang terbentuk terlihat bahwa citra diri
presidenAS, George W. Bush cukup negatif di kalanganpengirimSMS. Hal
ini terkait dengan kebijakan politik luar negerinya di Irak dan respon
administrasi yang dipimpinnya dalam hal terorisme. Konsep Bush dan
Indonesia secara menarik terhubung dengan konsep Islam yang
menunjukkan ekspresi kejengkelan publik Indonesia yang mayoritas
beragama Islam terhadap administrasi pemerintahan Bush.
Ketidaksukaan pada citra Bush ini sedikit banyak, langsung/tak langsung,
tentu berkaitan dengan temuan sebelumnya. Di wilayah ini terlihat
bahwa ekspresi editorial media massa nasional memang senantiasa
mengaitkan isu agama Islam dan terorisme, serta sikap kritis media atas
berbagai kebijakanluar negeri ASdi kawasanTimur Tengah.
Dari sini kita dapat melihat dengan jelas bahwa meski terdapat ekspresi
yang tidak persis (antara respon spontan publik dan ekspresi
editorial media massa terhadap isu tersebut), pada umumnya
bertalian. Hanya saja, beberapa perbedaan yang dominan masih terlihat.
Konsep yang berkenaan dengan citra presiden Bush dan kebijakan luar
negeri AS dicakup oleh media massa dengan tak sekadar memperhatikan
aspek kebijakan luar negeri AS. Ia juga dikaitkan dengan kebijakan luar
negeri Indonesia dan hubungan bilateral antar kedua negara. Pemimpin
Indonesia tergambar memiliki agenda-agenda yang lebih luas daripada
isu terorisme dan kebijakan perang administrasi pemerintahan Amerika
Serikat di kawasan Timur Tengah. Ia sedikit-banyak memberikan dampak
solidaritas bagi publikIndonesiayangmayoritas adalahmuslim.
Dalam hal sentralitas jaringan teks, kita telah menunjukkan teknik
pemodelan yang dapat digunakan untuk membuat sistem ranking dari
konsep-konsep yang tercatat dalam graf yang ada. Konsep sentralitas
yang digunakan adalah sentralitas vektor eigen. Pendekatan ini secara
prinsipil memberikan ranking yang lebih tinggi pada sebuah konsep
tertentu, yaitu ketika ia terhubung dengan konsep lain yang juga tinggi
demikianpulasebaliknya. Konsepyangpentingbukan
sekedar konsep yang sering muncul dalam korpus/korpora, melainkan
sejauh mana konsep tersebut terkait dengan konsep lain dalam jaringan
yangterbentuk.
Model tersebut kita gunakan untuk mengobservasi hubungan isu
terorisme, kebijakanluar negeri AmerikaSerikat danaksi teror yangadadi
tanah air. Sebagaimana kita ketahui bahwa, ekspresi media massa
nasional dalam menanggapi isu tersebut adalah refleksi sikap redaksi.
Dari analisis di atas terlihat bahwa, redaksi media massa nasional
cenderung bersikap kritis dalam menanggapi isu terorisme yang muncul
di Indonesia. Sikap kritis tersebut berkaitan langsung dengan kebijakan
luar negeri AmerikaSerikat di Timur Tengah.
sama
keduanya
nilai sentralitasnya,
5-2-2
Hal ini merupakan pola unik yang ditemui di sejumlah media di tanah air.
Dalamkaitannya dengan isu terorisme, media massa nasional cenderung
menghubungkan hal ini secara kritis atas isu aktual hubungan bilateral
Indonesia-Amerika (misalnya isu kedatangan Bush ke Indonesia),
maraknya tindak kekerasan dan terorisme di Indonesia (misalnya kasus
Poso dan gerakan anti Amerika di Indonesia), serta sejumlah refleksi kritis
atas kebijakan Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah. Prioritasnya
pun, sedikit banyak, mengikuti urutan tersebut. Satu hal yang menarik
untuk dicermati adalah bahwa dalamekspresinya, media massa nasional
juga merekam sikap pemerintah Indonesia yang tidak serta-merta
didominasi oleh isu tersebut. Hal ini terlihat jelas dalamkorpora editorial
yang khusus berbicara soal terorisme dan kebijakan luar negeri Amerika
Serikat. Dari catatan ini tampak jelas bahwa, dalam hubungan bilateral
antar kedua negara, pemerintah Indonesia bersifat cukup variatif dan
memiliki pandanganyangsangat multi-aspek.
5-2-3
Bab 6
Melalui kesadaran bahwa sistem sosial adalah sistem
kompleks, epidemiologi bukan lagi sebuah lapangan
yang melulu diskusi di bidang kesehatan masyarakat.
Epidemiologi terkait dengan berbagai isu di luar isu
medis seperti kondisi ekonomi, sosial, termasuk
kesadaran publik atas sanitasi, yang berhubungan erat
pula dengan tingkat pendidikan masyarakat. Penyakit
baru senantiasa bermunculan, AIDS, flu burung, dan
sebagainya, sementara masyarakat kita masih
kelabakan dengan berbagai penyakit lama, persoalan
seputar vaksin dan obat yang mahal, tentang gizi yang
kurang, dan lain sebagainya. Ketimpangan ekonomi di
sana-sini mengakibatkan di satu sisi sebagian kecil
populasi kelebihan gizi dan sebagian besar lagi
kekurangan gizi. Keduanya tak lepas dari penyakit yang
menggerogoti ketahanansosial kita.
Epidemi penyakit berkaitan dengan epidemi sosial
seperti kemiskinan, pengangguran, dan kebodohan.
Mengatasi epidemi denganmemahami sistemkompleks
tak mungkin lagi sekadar mencari vaksin karena
kompetisi antara kemunculan penyakit baru atau
mutasi penyakit lama senantiasa selalu menang dengan
laju kemampuan kita mencari obat atau vaksin yang
tepat. Secara populatif, kemampuan kita mengelola
sistem sosial dan ekonomi rakyat merupakan sebuah
langkah nyata untuk mengatasi merebaknya
lebihjauh. Lebihjauh, pengentasansatupenyakit
tak boleh terkotak-kotak. Pengentasan penyakit mesti
dilakukan secara interdisiplin dari masing-masing jenis
penyakit.
Bagaimanapun, epidemiologi adalah permasalahan
budayamasyarakat.
penyakit
secara
Tentang Epidemilogi
6.1. Epidemiologi sebagai
MasalahKetahananSosial
Persebaran penyakit dan epidemiologi merupakan sebuah permasalahan
serius, yang dalam hal ini adalah ketika kita berbicara tentang ketahanan
nasional dalamperspektif kompleksitas, khususnya pada masa kini ketika
kita sering mendengar banyaknya bermunculan penyakit baru yang
mewabah di berbagai tempat di planet ini. Hal yang menyedihkan adalah
ketika negeri kita masih seringkali harus berkutat dengan berbagai
penyakit yang sebenarnya sudah ada obatnya atau setidaknya cara-cara
penanganan standarnya, seperti malaria, tuberkolosis, demamberdarah,
dan sebagainya. Sementara itu, kita juga mesti berkutat dengan
permasalahan merebaknya berbagai penyakit baru, seperti AIDS, hingga
yangterakhir, fluburung.
Secara umum, diskusi ini berkaitan dengan banyak hal seperti
permasalahan ekonomi. Kemampuan ekonomi yang lemah seringkali
diikuti dengan kualitas sanitasi, lingkungan tinggal , dan pola hidup yang
buruk. Tak hanya penyakit, di beberapa kawasan masih seringkali
terdengar adanya permasalahan kekurangan bahan pangan, air bersih,
dan sebagainya. Permasalahan epidemiologi saat ini semata-mata bukan
lagi berbicara tentang bagaimana menyediakan obat atau vaksin dari
penyakit yang baru terdeteksi, karena kecepatan munculnya penyakit
baru selalu lebih tinggi daripada kecepatan penelitian dan perangkat
pengetahuan kita untuk dapat menghasilkan obat-obatan yang dapat
mengobati penyakit tersebut. Permasalahan pertama dari epidemiologi
adalah bagaimana agar penyakit dihentikan atau diperlambat
persebarannya sehingga dengan demikian selalu ada waktu bagi lembaga
penel i ti an untuk mencari pel uang tekni s pengobatan dan
penanganannya.
Persebaran penyakit di satu tempat tertentu yang bersifat lokal dikatakan
sebagai endemi, sementara jika ia merebak beberapa kali dalam level
endemik, ia dikatakan sebagai epidemi, dan epidemi dalam skala besar
(bersifat mendunia) disebut sebagai pandemi. Epidemiologi merupakan
sebuah pendekatan yang integral atas alam, kesehatan masyarakat,
ekonomi, bahkan kemiliteran. Hal inilah yang menjadikan diskusi
epidemiologi menjadi diskusi yang sangat ekstensif. Dengan kata lain,
pemodelan dalam epidemiologi membutuhkan berbagai pendekatan
atas ekologi makhluk hidupsecara menyeluruh. Epidemiologi secara garis
besar berbicara tentang bagaimana makhluk hidup dapat bertahan hidup
di tengahekosistemnya.
Saat ini epidemiologi telah mengenal banyak sekali model-model
persebaranpenyakit. Salahsatuyang paling sering digunakanmodel SIRS.
Model ini menggambarkan tahapan-tahapan yang mungkin dialami
seseorang dalam paradigma epidemi: sehat namun rentan terhadap
Ren Dubois
Epidemi seringkali lebih berpengaruh
daripada pejabat negara atau tentara
dalam membentuk sejarah politik, dan
penyakit pulalah yang sering
mewarnai suasana peradaban.
Ren Dubois
6-1-1
penyakit terinfeksi penyakit sembuh sehat kembali, lalu rentan
terhadap penyakit lagi. Tentu saja, siklus ini berhenti tatkala orang
tersebut tak mampu bertahan atau setelah terinfeksi bukannya sembuh,
namun justru dijemput ajal. Sebuah pendekatan berlandaskan
pendekatan kompleksitas keterkaitan mikro-makro sistem sosial yang
berkenaan dengan epidemiologi adalah analisis spasio-temporal dinamik
dengan menggunakan model otomata selular. Model epidemiologi
menggunakanotomata selular adalahmodel yang menitikberatkanunsur
spasial penyebaran penyakit. Artinya, model dengan perspektif ini
berusaha untuk menangkap struktur persebaran penyakit yang terjadi
dankemudianiadisimulasikansecarakomputasional.
Abstraksi sederhana persebaran penyakit dengan menggunakan model
SIRS, sebagaimana telahditerangkandi atas, dapat kita kembangkanlebih
jauh. Untuk dapat membantu penyelesaian masalah epidemiologi
tersebut, kita dapat mengkonstruksi model otomata selular yang terdiri
atas 3kondisi ( ) agen, yaitu:

state
1. Kondisi yaitu kondisi di mana sebuah agen populasi
belum terkena namun memiliki potensi probabilistik tertentu
untukterkenapenyakit.
2. Kondisi yaitu kondisi sebuah agen telah terkena penyakit
tertentu.
3. Kondisi yaitu kondisi saat penyakit hilang dari agen
tersebut. Ini bisa dalam pengertian ia telah sembuh atau
meninggal dunia.
Susceptible,
Infected,
Recovery,
Sebuah studi kasus tentang hal ini adalah epidemiologi flu burung, yang
sangat mengkhawatirkan di Indonesia. Kekhawatiran ini terus berlanjut
dengan memperhatikan bahwa pada tahun 2006 saja, dari 55 orang yang
terinfeksi virus fluburung (H5N1) 45 orang tewas. Sebuahkenaikanangka
kematian yang meningkat tajam dari statistik sebelumnya, di mana 19
orang tewas dari 61 orang yang dinyatakan terinfeksi. Hal ini sangat
berbeda dengan yang terjadi di negara lain, katakanlah Cina di mana yang
diduga terinfeksi hanya 12 orang dan 8 diantaranya tewas (data dari
).
Flu burung ( ) disebabkan oleh virus yang sangat unik. Ia
menyebar dari satu unggas ke unggas lain dengan kecepatan mutasi yang
Center for DiseaseControl andPrevention
avian influenza
Dalam dinamika epidemiologi kita merepresentasikan pula parameter-
parameter perhitunganpopulatif seperti:
Hubungan pertetanggaan (kedekatan satu agen dengan agen
lainnya) secara spasial atau secara jaringan (agen secara spasial
tidak bersebelahan namun memiliki keterhubungan yang dekat,
misalnyahubungantransportasi, dansebagainya).
Probabilitas seseorang terkena penyakit dan tingkat kemampuan
seseorang untuk meninggal dunia atau sembuh dari penyakit
tersebut.
Fasa-fasa akibat infeksi penyakit serta kemungkan seseorang yang
sembuhuntukterkenapenyakit kembali.

6-1-2
sangat tinggi. Ia menyerang unggas dan dapat juga menyerang secara
ganas spesies hewan lain seperti kuda, babi, mamalia laut, bahkan
manusia. Pola persebarannya pun sangat unik. Ia menyerang manusia
dengan kontak langsung dengan hewan-hewan terinfeksi yang hidup.
Media-media penting yang menjadi penularannya adalah air liur, tinja,
dan berbagai obyek yang terkena dengan media tersebut seperti
kandang, dansebagainya.
Dari uraian ini kita dapat menyimpulkan bahwa tempat-tempat yang
sangat rawandalamkasus epidemiologi penyakit fluburungantaralain:
- Kawasanpeternakan,
- Kawasanperdaganganternakhidup,
- Jalur (kawasan) transportasi distribusi ternakhidup.
Hal yang menarik dari pola penyebaran flu burung ini adalah bahwa ia
mengandung dua panggung persebaran, sebagaimana digambarkan
dalam gambar 6.1.1. Pada gambar ini terlihat bahwa panggung pertama
adalahpersebaranvirus antarahewanternak yangmengalami kontak dan
interaksi: antara unggas yang terinfeksi dengan unggas lain atau antara
unggas yang terinfeksi dengan hewan ternak lain seperti babi atau kuda,
dan sebagainya. Kebertahanan hidup manusia terancamdengan interaksi
antara manusia dengan hewan yang terinfeksi. Dari sini kita mendeteksi
adanya 3 koefisien persebaran, yaitu , sebagai koefisien yang
bergantung pada transportasi virus melalui ternak unggas yang
didistribusikan, , yaitu koefisien persebaran yang berkenaan dengan
kontak antar hewan di dalam peternakan, dan , yaitu koefisien
persebaran yang bergantung pada interaksi antara manusia dengan
hewan yang terinfeksi. Dari ketiga interaksi ini dapat kita katakan bahwa
hubungan probabilistik dari masing-masing variabel memiliki hubungan
ketidaksamaan < > Bentuk hubungan ketidaksamaan tersebut
didapatkan dengan melihat fakta-fakta bahwa hewan yang berada di satu
kawasan peternakan jauh lebih mudah saling menginfeksi satu sama lain,
relatif dengan infeksi yang terjadi pada manusia dan akibat transportasi
hewanterinfeksi.

.
Gambar 6.1.1.
Pola penyebaran penyakit flu burung.
6-1-3
Dari pemahaman ini dan beberapa formalisme yang dilakukan secara
algoritmik, kita dapat melakukan berbagai eksperimen dinamik tentang
persebaran flu burung di Indonesia. Sebuah contoh simulasi yang
dijalankan dengan memberikan kondisi awal kawasan terinfeksi (2004) di
daerah Pekalongan (Jawa Tengah), Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera
dengan nilai-nilai koefisien yang penting sebagaimana digambarkan pada
bagian sebelumnya. Hasil simulasi yang diperoleh dapat dilihat di gambar
6.1.2.
Gambar 6.1.2.
Hasil simulasi spasial diskrit yang
dilakukan. Titik kelabu melambangkan
daerah terinfeksi dan titik hitam
melambangkan peluang yang tinggi
untuk infeksi pada manusia.
Dari gambar tersebut kita dapat melihat dengan jelas cepatnya
persebaran penyakit flu burung. Kondisi ini terjadi walaupun mayoritas
wilayah di Indonesia adalah kawasan perairan dan persebaran dari
manusia ke manusia tidak (belum?) terjadi. Fakta tersebut tentu saja
terkait dengan faktor transportasi unggas. Hampir di setiap pulau di
Indonesia mempunyai kawasan pelabuhan yang aktif dan memiliki
kemungkinanmenjadi tempat transportasi unggas yang terinfeksi. Secara
lebihjelas, hasil simulasi dapat dilihat padagambar 6.1.3.
6-1-4
Pada gambar tersebut terlihat kenaikan yang monotonik dari mereka
yang terkena flu burung. Hal ini disebabkan karena pada model
diasumsikan belumterdapat adanya tindakan kuratif atau preventif yang
signifikan dalam mengatasi difusi flu burung di seluruh kawasan. Jumlah
manusiayang terinfeksi memang sedikit, namundampaknyatentusangat
besar jika tidak dilakukan penanganan serius untuk mencegah atau
setidaknya memperlambat difusi. Keadaan ini terjadi karena jumlah
mereka yang terinfeksi akan cenderung naik dan seketika menjadi
epidemi yang mengkhawatirkan. Di sisi lain, jumlah ternak unggas yang
mati dalam kawasan yang terinfeksi tentu akan menimbulkan kerugian
ekonomi yangakanmengganggusistemekonomi nasional.
Dengan menghubungkan hasil simulasi yang diperoleh dan realitas sosial,
maka kita dapat melihat beberapa permasalahan dalam rangka
pemecahanisufluburungdi Indonesia, yaituantaralain:
1. Kecepatan difusi virus di kawasan yang padat penduduk. Adanya
kawasan perairan yang secara fisik memisahkan wilayah-wilayah
di Indonesia memang dapat mengurangi akselerasinya. Namun,
hal ini menjadi tidak signifikan jika kita bandingkan dengan
aktifnyamigrasi komoditas industri peternakaninter-regional.
2. Obat bagi manusia yang terinfeksi belum ditemukan secara
spesifik. Satu-satunya penanggulangan bagi penderita hanyalah
anjuranuntukberistirahat, gunamenguatkandayatahantubuh.
3. Permasalahan ini erat kaitannya dengan sistem perekonomian
nasional. Matinya sejumlah besar ternak unggas dan larangan
ekspor dari dunia internasional dapat mengganggu aktivitas
ekonomi di Indonesia.
4. Kurang seriusnya birokrasi pemerintah dan perangkat politik,
baik di level nasional maupun di daerah, dalam menangani
permasalahan tersebut. Hal ini menjadi relevan jika kita kaitkan
dengan kurang begitu diperhatikannya faktor tenaga kerja di
sektor ini. Lemahnya tindakan preventif di bagian ini
mengakibatkan faktor keselamatan kerja menjadi kurang begitu
diperhatikan.
(a) (b)
Gambar 6.1.3
Kenaikan kawasan yang terinfeksi (a)
dan jumlah orang yang terinfeksi (b).
6-1-5
Perlu diingatkan kembali bahwa tujuan utama dari diskusi ini adalah
memberikan gambaran kecepatan difusi kawasan terinfeksi virus flu
burung, yang pada kenyataannya dapat membawa petaka bagi manusia.
Sebelum berbicara tentang pengobatan atau berbagai tindakan kuratif
lainnya, adalah penting untuk mencegah wabah ini menjadi pandemik.
Anjuran utama yang diusulkan dengan memperhatikan permasalahan
interdisipliner dalamkasus epidemiologi flu burung adalah isolasi daerah
yang telah terdeteksi flu burung dan segera dilakukan tindakan riset
medis untuk memperluas pengetahuan tentang virus ini melalui
penelitian kedokteran, virologi, sanitasi, dan sebagainya. Kawasan-
kawasan yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah kawasan
peternakan unggas, kawasan pasar yang menjual unggas hidup, di
samping jalur distribusi dari segala hal yang berkenaan dengan
peternakan unggas seperti kandang, bibit/telur, pakan ternak, dan
sebagainya. Segala bentuk himbauan dan uraian tentang flu
burung tentu saja tidak akan mengurangi resiko difusi yang terus
menerus. Penderita atau mereka yang memiliki resiko tinggi terinfeksi
harus dikelolasecaraterpusat olehinstansi peternakandankesehatan.
self-help
Gambar 6.1.4.
Pertambahan jumlah kawasan yang
terinfeksi dan jumlah manusia yang
terinfeksi.
6-1-6
6.2. Epidemiologi dalam
Sistem Sosial Kompleks
Dalam tradisi pemikiran kompleksitas, epidemiologi tidak lagi menjadi
monopoli biolog atau ahli medis. Kesadaran bahwa sistem sosial adalah
sebuah sistem kompleks membawa kita kepada kenyataan bahwa
diskursus persebaran penyakit memiliki keterkaitan yang tak linier
dengan sistem ekonomi, sosial, bahkan politik. Pengentasan flu burung
perlu memperhatikan kondisi ekonomi dari masyarakat agraris yang
hidup sangat berdekatan dengan unggas dan berbagai ternak lainnya,
yang memiliki peluang untuk membawa dan menularkan penyakit
tersebut pada manusia. Penanganan yang hanya bertumpu pada upaya
pencarian vaksin terbukti kurang dapat diandalkan. Hingga saat ini, upaya
penanganan kasus flu burung di Indonesia berada di tengah sorotan dunia
internasional.
Selain flu burung, Indonesia juga memiliki permasalahan dalam
penanganan penyakit lain seperti tuberkolosis (TBC), di mana Indonesia
adalah dengan penderita TBC terbesar ketiga di dunia. TBC merupakan
penyebab kematian nomor satu dari golongan penyakit infeksi pada
semua kelompok usia di Indonesia (Survey Kesehatan Rumah Tangga,
1995). Organisasi kesehatan dunia, WHO, memperkirakan pada setiap
seratus ribu penduduk Indonesia, terdapat seratus tiga puluh penderita
baru TBC dan penyakit ini menyerang sebagian besar kelompok usia kerja
produktif, kelompok ekonomi lemah, dan berpendidikan rendah. Secara
sepintas, dapat ditunjukkan bahwa penyakit ini memiliki hubungan yang
tak linier (baik langsung maupun tak langsung) dengan kondisi dan taraf
ekonomi masyarakat Indonesia. Kartogram di bawah menunjukkan peta
Indonesia yang wilayahnya diskala-ulang secara proporsional terhadap
sepuluh ribu populasi yang terjangkit tuberkolosis.
Penyakit lain yang juga mengkhawatirkan adalah penyakit Demam
Berdarah. Sepanjang tahun 2007, beberapa daerah di Indonesia
dinyatakan sebagai wilayah dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk
penyakit ini. Penyakit ini, yang disebabkan oleh virus, sangat berbahaya
karena selain menimbulkan pendarahan pada pasien ia juga memiliki
potensi yang mematikan. Ironis menyadari fakta bahwa penyakit yang
ditemukan pada abad ke-18 ini pernah menjadi epidemi di kawasan Asia
Tenggara pada tahun 1970-an dan hingga sekarang masing tetap
mengkhawatirkan publik. Penyakit mematikan ini ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegepty, akibatnya ia bersifat lokal. Penyakit lain
yang juga ditularkan oleh nyamuk dan rentan dengan pola hidup sosial
ekonomi penduduk adalah malaria. Malaria ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles. Ia sebenarnya adalah penyakit yang sudah lama
dikenal di dunia kedokteran. Melalui penanganan yang baik, kita dapat
membatasi persebaran penyakit ini. Ketika hampir di seluruh kawasan
6-2-1
Gunungan sampah di sekitar Kampus
ITB dan sudut kota di Bandung.
Eropa, Amerika bagian tengah dan selatan, penyakit ini telah berhasil
dibasmi pada tahun 1950-an, pada tahun 1995, tiga puluh ribu orang
Indonesia tewas oleh penyakit yang diderita lebih dari lima belas juta
penduduk ini. Dari kartogram malaria terlihat daerah di kawasan timur
Indonesia perlu mendapat perhatian yang luas biasa. Ironi masih
berlanjut tatkala kita mengetahui fakta bahwa Indonesia adalah negeri
penghasil Kina, obat malaria, terbesar di dunia.
Sulit untuk membayangkan bahwa masih banyak wilayah di Indonesia
yang diisi oleh populasi yang terjangkit penyakit seperti kusta dan
filariasis (penyakit kaki gajah). Penyakit kusta disebabkan merajalelanya
bakteri Mycobacterium Leprae di tubuh yang dengan leluasa menyerang
susunan syaraf tepi pada kulit. Hingga bulan Januari 2007, tercatat 10.443
kasus kaki gajah kronis yang tersebar di 376 kabupaten/kota di Indonesia!
Penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria dan disebarkan melalui
gigitan nyamuk ini masih mengancam masyarakat Indonesia.
Kemiskinan merupakan tipologi sosial ekonomi dari penyakit-penyakit ini.
Upaya pencegahan, pada dasarnya, dapat dilakukan melalui perbaikan
gizi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Namun, hal ini dirasakan masih
sangat berat dipenuhi mengingat, berdasarkan survey, hidup sehat dan
bersih masih mahal harganya di Indonesia. Pada seluruh penduduk, rata-
rata hampir setengah dari pendapatannya masih dialokasikan untuk
kebutuhan pokok, yaitu makanan.
Fakta-fakta di atas tentu sangat mengharukan. Selain itu, ada banyak
penyakit yang menyebar di kalangan generasi penerus bangsa. Penyakit-
penyakit seperti campak, difteri, dan pertusis misalnya, menyerang
sebagian besar anak-anak yang akan mewarnai kehidupan negeri ini
beberapa dekade mendatang. Mungkin secara medis, penyakit seperti
campak memang kurang berbahaya, karena tidak sampai mematikan.
Tetapi catatan medis menunjukkan bahwa bila penyakit ini menyerang
anak yang kondisi tubuhnya lemah, antara lain kurang gizi, sedang
mengidap penyakit paru-paru, ginjal, atau penyakit menahun lainnya,
campak acap kali berkomplikasi dengan penyakit tersebut, misalnya yang
sangat fatal adalah radang paru-paru (bronchopneumonia). Hampir
semua penyebab kematian pasien campak umumnya akibat komplikasi
jenis ini. Ketika Indonesia banyak dilanda bencana alam seperti tsunami,
banjir, gempa, dan sebagainya, maka bisa dibayangkan jika penyakit
ringan ini menjangkiti anak-anak korban pengungsian. Sungguh getir
melihat masih banyak daerah di Indonesia yang terlihat menggemuk
(lihat kartogram di bawah) terkait dengan banyaknya penduduk
Indonesia yang berada pada usia di bawah lima tahun. Generasi penerus
bangsa masih harus berjuang untuk dapat lolos dari sergapan penyakit-
penyakit klasik tersebut.
Kondisi sosial dan ekonomi yang parah di banyak daerah di Indonesia,
dengan segala epidemiologi yang menyertainya, semakin diperparah
dengan merebaknya sejumlah penyakit lain, seperti AIDS (Acquired
Immuno-deficiency Syndrome). Penyakit ini disebabkan oleh perilaku
6-2-2
seksual yang buruk, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang.
Kartogram pengidap AIDS yang dilaporkan menunjukkan bahwa daerah di
belahan barat Pulau Jawa dan Papua merupakan daerah yang sangat
memprihatinkan. Namun, mengingat stigmatisasi negatif yang sering
timbul dari penyakit ini maka apa yang dilaporkan dan apa yang sungguh
terjadi di lapangan terkadang seringkali sangat jauh panggang dari api.
Bisa dibayangkan bahwa epidemiologi kompleksitas memberikan
konjektur yang membentuk lingkaran setan. Dalam perspektif ilmu-ilmu
kompleksitas, secara sederhana seolah-olah menggambarkan pola
bahwa, pada dasarnya, epidemiologi penyakit yang ada terkait dengan
rapuhnya tatanan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Kemiskinan,
kebiasaan hidup yang buruk, sanitasi yang minim, justru merupakan
epidemiologi yang menyebar di kalangan masyarakat. Jika
epidemiologi sosial ini tak kunjung dientaskan, sementara upaya
penanganan epidemiologi hanya dilakukan dengan upaya pencarian
bantuan dan belas kasihan negara asing atau lembaga donor untuk
sekadar proyek pengadaan vaksin semata, maka epidemiologi tak akan
berkurang. Sebaliknya, ia justru dapat menambah daftar populasi orang
Indonesia yang terjangkit. Tantangan ini menjadi semakin kuat, terlebih
akibat efek penyakit-penyakit baru yang kerap bermunculan. Dalam
paradigma ketahanan nasional kita, epidemiologi sepantasnya dipandang
dan ditangani sebagai masalah sosial dan ekonomi. Ia tidak hanya sekedar
isu medis.
6-2-3
Flu burung sangat mengkhawatirkan banyak pihak.
Kartogram ini menunjukkan Wilayah Indonesia yang diskala-ulang
sesuai jumlah kasus yang dilaporkan di wilayah yang bersangkutan
(sumber: Departemen Kesehatan RI, 30 Juni 2007).
Kartogram Skala-ulang Wilayah Indonesia
Berdasarkan Fraksi Populasi yang Terjangkit Campak,
fraksi penderita kelompok usia <14 tahun
(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).
NAD
SUMUT
SUMUT
RIAU
RIAU
SUMBAR
SUMBAR
JAMBI
JAMBI
SUMSEL
SUMSEL
LAMPUNG
LAMPUNG
BABEL
BABEL
KEPRI
KEPRI
JABAR
JABAR
JATENG
JATENG
DIY
DIY
JATIM
JATIM
BALI
BALI
NTB
NTB
NTT
NTT
KALBAR
KALBAR
KALTIM
KALTIM
KALSEL
KALSEL
KALTENG
KALTENG
SULSEL
SULSEL
SULTENG
SULTENG
GORONTALO
GORONTALO
SULUT
SULUT
SULTRA
SULTRA
MALUKU
MALUKU
MALUT
MALUT
PAPUA
PAPUA
DKI
DKI
BANTEN
BANTEN
BENGKULU
BENGKULU
NAD
Kartogram Skala-ulang Wilayah Indonesia
Berdasarkan Fraksi Populasi yang Terjangkit Difteri,
fraksi penderita kelompok usia <14 tahun
(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).
Kartogram skala-ulang Wilayah Indonesia
berdasarkan fraksi Populasi yang Terjangkit Malaria,
tidak termasuk wilayah DKI Jakarta dan Banten
(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).
NAD
NAD
SUMUT
SUMUT
RIAU
RIAU
SUMBAR
SUMBAR
JAMBI
JAMBI
SUMSEL
SUMSEL
LAMPUNG
LAMPUNG
BABEL
BABEL
KEPRI
KEPRI
JABAR
JABAR
JATENG
JATENG
DIY
DIY
JATIM
JATIM
BALI
BALI
NTB
NTB
NTT
NTT
KALBAR
KALBAR
KALTIM
KALTIM
KALSEL
KALSEL
KALTENG
KALTENG
SULSEL
SULSEL
SULTENG
SULTENG
GORONTALO
GORONTALO
SULUT
SULUT
SULTRA
SULTRA
MALUKU
MALUKU
MALUT
MALUT
PAPUA
PAPUA
DKI
BANTEN
BENGKULU
BENGKULU
Kartogram skala-ulang Wilayah Indonesia
berdasarkan fraksi Populasi yang Terjangkit Pertussis,
fraksi penderita kelompok usia <14 tahun
(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).
Kartogram skala-ulang Wilayah Indonesia
berdasarkan fraksi Populasi yang Terjangkit Hepatitis,
fraksi penderita kelompok usia <14 tahun
(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).
NAD
NAD
SUMUT
SUMUT
RIAU
RIAU
SUMBAR
SUMBAR
JAMBI
JAMBI
SUMSEL
SUMSEL
LAMPUNG
LAMPUNG
BABEL
BABEL
KEPRI
KEPRI
JABAR
JABAR
JATENG
JATENG
DIY
DIY
JATIM
JATIM
BALI
BALI
NTB
NTB
NTT
NTT
KALBAR
KALBAR
KALTIM
KALTIM
KALSEL
KALSEL
KALTENG
KALTENG
SULSEL
SULSEL
SULTENG
SULTENG
GORONTALO
GORONTALO
SULUT
SULUT
SULTRA
SULTRA
MALUKU
MALUKU
MALUT
MALUT
PAPUA
PAPUA
DKI
DKI
BANTEN
BANTEN
BENGKULU
BENGKULU
Kartogram skala-ulang Wilayah Indonesia
berdasarkan Insiden Jangkitan Demam Berdarah pada 100.000 populasi
(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).
Kartogram skala-ulang Wilayah Indonesia
berdasarkan fraksi populasi yang terjangkit penyakit Kaki Gajah
(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).
SUMUT
SUMUT
RIAU
RIAU
SUMBAR
SUMBAR
JAMBI
JAMBI
SUMSEL
SUMSEL
LAMPUNG
LAMPUNG
BABEL
BABEL
KEPRI
KEPRI
JABAR
JABAR
JATENG
JATENG
DIY
DIY
JATIM
JATIM
BALI
BALI
NTB
NTB
NTT
NTT
KALBAR
KALBAR
KALTIM
KALTIM
KALSEL
KALSEL
KALTENG
KALTENG
SULSEL
SULSEL
SULTENG
SULTENG
GORONTALO
GORONTALO
SULUT
SULUT
SULTRA
SULTRA
MALUKU
MALUKU
MALUT
MALUT
PAPUA
PAPUA
DKI
DKI
BANTEN
BANTEN
BENGKULU
BENGKULU
NAD
NAD
Kartogram skala-ulang Wilayah Indonesia
berdasarkan fraksi Populasi yang Terjangkit Kusta
(Sumber: Hasil Pengumpulan dan Pengolahan
Indikator Kinerja SPM bidang Kesehatan
dari 325 Kab/Kota, per 1 Oktober 2004).
Kartogram skala-ulang Wilayah Indonesia
berdasarkan Insiden Jangkitan Tuberkolosis pada 100.000 populasi
(Sumber: Ditjen PPM-PL Depkes RI, 2003).
SUMUT
SUMUT
RIAU
RIAU
SUMBAR
SUMBAR
JAMBI
JAMBI
SUMSEL
SUMSEL
LAMPUNG
LAMPUNG
BABEL
BABEL
KEPRI
KEPRI
JABAR
JABAR
JATENG
JATENG
DIY
DIY
JATIM
JATIM
BALI
BALI
NTB
NTB
NTT
NTT
KALBAR
KALBAR
KALTIM
KALTIM
KALSEL
KALSEL
KALTENG
KALTENG
SULSEL
SULSEL
SULTENG
SULTENG
GORONTALO
GORONTALO
SULUT
SULUT
SULTRA
SULTRA
MALUKU
MALUKU
MALUT
MALUT
PAPUA
PAPUA
DKI
DKI
BANTEN
BANTEN
BENGKULU
BENGKULU
NAD
NAD
Kartogram wilayah Indonesia yang diskala-ulang sesuai dengan
jumlah penderita AIDS yang tercatat. Berdasarkan data yang
dipublikasikan di http://www.sahiva.or.id/, sebuah lembaga swadaya
masyarakat untuk AIDS/HIV. Terdapat lebih dari 7000 kasus AIDS/HIV
yang dilaporkan di tanah air, dengen konsentrasi seperti ditunjukkan
pada kartogram ini.
Kartogram di mana masing-masing wilayah di skala-ulang luasnya
sesuai dengan jumlah KK miskin dan indeks warna yang mewakili
cakupan JPKM Keluarga Miskin 2003 di mana makin hitam berarti
makin kecil cakupan JPKM di wilayah tersebut
(Sumber: Bank Data Departemen Kesehatan RI).
SUMUT
SUMUT
RIAU
RIAU
SUMBAR
SUMBAR
JAMBI
JAMBI
SUMSEL
SUMSEL
LAMPUNG
LAMPUNG
BABEL
BABEL
KEPRI
KEPRI
JABAR
JABAR
JATENG
JATENG
DIY
DIY
JATIM
JATIM
BALI
BALI
NTB
NTB
NTT
NTT
KALBAR
KALBAR
KALTIM
KALTIM
KALSEL
KALSEL
KALTENG
KALTENG
SULSEL
SULSEL
SULTENG
SULTENG
GORONTALO
GORONTALO
SULUT
SULUT
SULTRA
SULTRA
MALUKU
MALUKU
MALUT
MALUT
PAPUA
PAPUA
DKI
DKI
BANTEN
BANTEN
BENGKULU
BENGKULU
NAD
NAD
Bab 7
Ekonomi yang mengglobal dan kapitalistik mau tidak
mau telah menobatkan ekonomi dan keuangan sebagai
kaisar ilmu sosial. Bab ini memberikan wawasan ke
depan. Deskripsi ini dapat menjadi penggaris dalam
memandang sistem ekonomi dan keuangan secara
khusus di masa yang akan datang. Bab ini berdiskusi
tentang pergerakanharga-hargasahamdi bursaefek per
sektor yang menggunakan metodologi kompleks, yang
biasa digunakan dalam ilmu hayat, tepatnya biokimia
dan genetika. Hasil yang diperoleh sungguh menarik. Di
sini, kita dapat melihat bagaimana pola klasifikasi dari
saham-saham per sektor bahkan dari sisi informasi
fundamentalnya, tak hanya memperhatikan pergerakan
harga saham semata. Lebih lanjut, kita juga dapat
melihat pergerakan harga beberapa komoditas yang
diperdagangkan di pasar internasional. Tentunya sedikit
banyak, ia akan mempengaruhi pola investasi dan
kehidupan sosial ekonomi Indonesia, terutama bila
dikaitkan dengan proses pengambilan kebijakan dan
anggaran publik secara nasional. Bab ini mengakhiri
perjalanan kita. Ulasan ini sekaligus menjadi contoh
konkrit bagaimana wawasan wiyatamandala taman
akademia dapat memberikan sumbangsih dalam
memperluas cakrawala wawasan nusantara, yang
dilengkapi dengancarapandangsistemkompleks.
Menerawang Dinamika
Ekonomi dan Keuangan
Ke Depan
7.1. Investasi di Lantai Bursa:
Struktur Pasar dan
Industri Indonesia
Sungguh menarik jika kita memiliki sebuah perangkat untuk
menggambarkan pengelompokan saham-saham berdasarkan performa
fundamentalnya. Dengan memperhatikan kondisi fundamental saham
sekaligus bersama dengan pola korelatif yang ada sedikit banyak akan
menambahjangkauanwawasankitaakandinamikapasar modal.
Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan metodologi yang telah
akrab diakuisisi dalam kajian biologi evolusioner. Tujuannya adalah agar
mendapatkan gambaran sejauh mana satu saham memiliki perbedaan
berdasarkan nilai-nilai yang merepresentasikan kondisi fundamentalnya.
Semakin berbeda kondisi fundamentalnya, maka akan semakin jauh jarak
antara satu saham dengan saham lain dalam pohon keuangannya.
Demikian pula sebaliknya. Saham-saham yang memiliki kemiripan nilai-
nilai representasi kondisi fundamentalnya akan cenderung berada pada
ranting yang sama, dalam pohon keuangan yang terbentuk. Antara satu
ranting dengan ranting yang lain akan diisi oleh saham-saham dengan
kondisi fundamental yangrelatif jauhberbeda.
Pendekatan yang ditunjukkan dalam sub-bab ini melihat data-data
fundamental 334 perusahaan yang sahamnya diperjualbelikan di Bursa
Efek Indonesia selama tahun 2006. Data-data fundamental tersebut di
antaranya adalah aset total firma tersebut, investasinya, liabilitas total
dan liabilitasnya saat ini, total ekuitasnya, pendapatan dan keuntungan
firma, pendapatan bersih, kapitalisasi pasarnya, perolehan per saham,
nilai dividen per sahamyang dapat diterima oleh investor, dan PER (
) dari firma tersebut. Data-data ini diperoleh dari laporan
yang dilakukanolehsurat kabar ekonomi, Pustaka Bisnis Indonesia (2007)
yangberjudul JSXWatch2007-2008.
price
earning ratio
Gambar 7.1.1.
Matriks berwarna kemiripan
fundamental perusahaan-perusahaan
yang menarik modal dari Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2006.
7-1-1
Gambaran keseluruhan saham-saham tersebut akan menunjukkan pola
kedekatan dan kemiripan fundamental dari perusahaan-perusahaan
terebut, mana yang secara fundamental memiliki nilai yang tinggi dan
manayang rendah. Secaraumum, kitajadi dapat melihat pengelompokan
saham-saham yang memiliki nilai fundamental baik dan yang relatif
rendah. Lebih lanjut, pendekatan serupa kita lakukan juga untuk tiap
sektor dari emiten-emiten tersebut, antara lain sektor pertanian,
perbankan, industri bahan dasar dan kimia, industri produk konsumen,
sektor infrasturktur emiten, asuransi, multi-finance, bisnis properti,
sektor jasadanperdagangan, dansektor lain-lain( ). miscellaneous
Gambar 7.1.2.
Pohon fundamental keuangan saham-
saham dengan kesamaan warna
menunjukkan kesamaan sektornya.
7-1-2
Dari hasil komparasi antar sekuen hasil penjajaran, kita akan
mendapatkan matriks nilai kesamaan yang kita asumsikan sebagai jarak
antar perusahaan berdasarkan nilai faktor fundamentalnya. Matriks jarak
ini kemudian kita jadikan sebagai dasar bagi penyusunan diagramserupa
pohon, yangumumnyadigunakandalamanalisis filogenetik.
Gambar 7.1.1. menunjukkan matriks jarak/kemiripan dari perusahaan-
perusahaantersebut dalambentuk pewarnaan. Kita menggambarkannya
dengan mengurutkannya berdasarkan sektor dari saham-saham
tersebut. Nomor urut 1-11 adalah sektor pertanian, 12-37 adalah sektor
perbankan, 38-90 adalah sektor bahan dasar dan kimia, 91-126 adalah
sektor produk konsumen, 127-146 adalah sektor infrastruktur, 147-157
adalah sektor asuransi, 158-203 adalah sektor , 204-231
adalah sektor mutifinance, 232-268 adalah sektor properti, dan 269-334
tersusun atas perusahaan-perusahaan sektor perdagangan. Terlihat
bahwa dalam tiap urutan sektor terdapat garis-garis dengan warna-
warna yang lebih terang yang menunjukkan saham yang sangat berbeda
keadaanfundamentalnya.
Matriks jarak yang dihasilkanmenunjukkankedekatanfundamental antar
perusahaan dengan node dengan warna yang sama menunjukkan firma
dengan sektor yang sama: merah (pertanian), ungu (perbankan), kuning
(bahan dasar & kimia), merah jambu (produk konsumen), hijau muda
(infrastruktur), biru terang (multifinance), merah gelap (properti), biru
(jasa danperdagangan), hitam(sektor lain-lain). Terlihat pengelompokan
banyak saham berada pada kelompok-kelompok tertentu ( ),
khususnya untuk sektor jasa & perdagangan, bahan dasar dan kimia,
properti, produk konsumen, perbankan, dan sektor lain-lain. Hal ini
menunjukkan bahwa kebanyakan saham-saham dalam sektor-sektor
tersebut memiliki kemiripan fundamental. Namun beberapa sahamyang
sangat berbeda fundamentalnya juga terlihat seperti saham-sahamAALI,
ASII, UNTR, TLKM, PNLF, BHIT, dan ISAT yang muncul di lapis terluar dari
ranting di mana sektor properti mengelompok, atau saham MERK dan
TBMS yang dekat dengan firma-firma pada sektor perbankan. Yang
menarik lagi adalah perusahaan-perusahaan terkenal seperti firma
SMGR, BBCA, HMSP, ADMF, GGRM, INTP, INDF, UNSP, TKIM, yang seolah
membentuk ranting tersendiri dari sisi fundamentalnya. Saham-saham
tersebut menjadi saham yang unik dan di sektor masing-masing relatif
lebih populer. Hal ini merupakan fakta yang sangat menarik dan sedikit
banyakdapat memberikanmanfaat dalamkeputusaninvestasi.
Sektor agrikultur tumbuh secara impresif sepanjang tahun 2006. Hal ini
dapat dikaitkandenganmeningkatnya harga (CPO) di pasar
dunia. Kondisi ini mendorong terjadinya peningkatan kapitalisasi pasar di
saham-saham perkebunan seperti AALI, LSIP dan UNSP. Sektor ini
semakin semarak terutama dengan masuknya dua pemain potensial
seperti CPRO(akhir 2006) danSampoernaAgro(2007).
miscellaneous
clustering
crude palmoil
A. Sektor Agrikultur
7-1-3
Gambar 7.1.3.
Pohon kedekatan fundamental saham-
saham sektor agrikultur sepanjang
tahun 2006.
Secara fundamental, saham-saham sektor agrikultur dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama ditempati oleh tiga
saham yang memiliki aset dan kapitalisasi terbesar, yaitu AALI, LSIP
danCPRO. Sebagai salahsatuperusahaanCPOterbesar di Indonesia, AALI
begitu dominan hingga menguasai 58% kapitalisasi pasar di sektor
agrikultur, walaupun pada kenyataannya ia hanya memiliki 25%dari nilai
di sektor tersebut. AALI juga memiliki nilai rasio per
terbesar di sektor ini, yaitu sebesar 0,225. Ia adalah satu-
satunya perusahan di sektor agrikultur yang berhasil membagi dividen
sepanjang tahun 2006, yaitu rata-rata 5% dari nilai nominal saham. LSIP
dan CPRO adalah saham yang memiliki dan kapitalisasi pasar
terbesar kedua dan ketiga, setelah AALI. Keduanya memiliki rasio
per yang juga relatif tinggi, yaitu sebesar 0,102 dan
0,054. Kelompok kedua tersusun atas saham-saham dengan nilai
kapitalisasi pasar yang relatif kecil. Sepanjang tahun 2006, kapitalisasi
gabungan 8 saham di kelompok ini hanya 10% dari nilai total kapitalisasi
perdagangan di sektor agrikultur. Demikian juga dengan
kelompok ini. Mayoritas rasio per kelompok ini
bernilai negatif, kecuali UNSP, MBAI danIIKP.
total
aset total
aset total
aset total
aset total
aset total
aset total
net income
net
income
net income
Gambar 7.1.4.
Pohon kedekatan fundamental saham-
saham sektor pertambangan
sepanjang tahun 2006.
7-1-4
B. Sektor Pertambangan
Secara fundamental, sektor pertambangan mencatat pertumbuhan yang
sangat meyakinkan sepanjang tahun 2006. Secara rata-rata,
sektor ini tumbuh lebih dari 60%. Tentu saja hal ini sulit dipisahkan
dengan kenaikan harga komoditas pertambangan di pasar internasional.
Sepanjang tahun 2006, nikel mencatat kenaikan harga yang sangat tinggi,
dari kisaran 15 ribu menjadi 40 ribu. Demikian juga dengan timah, dari
761 menjadi 1.034. Tren ini terus berlanjut hingga pertengahan tahun
2007.
net income
Gambar 7.1.5.
Pohon kedekatan fundamental saham-
saham sektor industri bahan dasar dan
kimia sepanjang tahun 2006.
7-1-5
Secara umum, sektor ini dapat dibagi menjadi lima kelompok. Kelompok
pertama ditempati oleh dua buah saham yang memiliki dan
kapitalisasi terbesar, yaitu BUMI dan INCO. Mereka adalah dua saham
besar yang berhasil membagikan dividen sepajang tahun 2006. Selain itu,
mereka juga memiliki yang positif dan kecil nilainya.
Kelompok kedua adalah saham dengan dan kapitalisasi
menengah, yaitu ANTM dan MEDC. Dari sisi dan dua
saham ini relatif berimbang. Namun, karena -nya kurang lebih
hanya setengah dari MEDC maka rasio per ANTM
lebih baik. Faktor fundamental ini menarik jika kita hubungkan dengan
tren harga saham ANTM dan tren mendatar saham MEDC. Dua
saham ini sama-sama tidak membagikan dividen sepanjang tahun 2006.
Kelompok ketiga ditempati sendirian oleh Energi Mega Persada (ENRG).
Dari sisi dan kapitalisasi kelompok ini identik dengan kelompok
kedua, namun ENRG memiliki rasio hutang terhadap aset yang sangat
tinggi. ENRG, semenjak tahun 2004, tumbuh dengan sangat pesat.
Namun semenjak Mei 2006, ia berada di tengah sorotan publik terkait
dengan peristiwa semburan lumpur panas di Sidoarjo. Kelompok
keempat ditempati oleh tiga buah saham yang memiliki dan
kapitalisasi pasar yang relatif kecil, yaitu APEX, PTBA dan TINS. Walaupun
berukuran kecil, ketiga saham ini sukses membagikan dividen sepanjang
tahun 2006. Mereka juga memiliki nilai yang cukup
menarik. Kelompok terakhir ditempati oleh saham-saham yang memiliki
yang sangat kecil disertai aktivitas perdagangan yang sangat
rendah sekali, yaitu CNKOdan CTTH. Keduanya sama-sama memiliki nilai
rasio per yang sangat kecil. Bahkan, CTTH tercatat
sebagai satu-satunya saham yang memiliki negatif di sektor
pertambangan.
Berbeda dengan sektor pertanian yang sangat didominasi oleh industri
CPO, kegiatan di sektor pertambangan relatif lebih beragam. Sebuah
kelompok kedekatan fundamental selalu ditempati oleh perusahaan dari
industri yang berbeda-beda. Ini tentu saja sulit dipisahkan dengan faktor
diversifikasi kekayaantambangdi Indonesia.
Industri bahan dasar dan kimia merupakan salah satu sektor yang sangat
besar. Ada 53 buah sahamyang terdaftar di sektor ini. Secara umum, kita
dapat membagi sektor ini menjadi 12kelompok.
Kelompok pertama diisi oleh saham-saham dari industri kertas (TKIM,
INTP INKP) dan produsen semen raksasa di Indonesia, yaitu SMGR.
Keempat sahamini memiliki dan kapitalisasi yang sangat besar
di sektor tersebut. SMGR, sebagai sebuah perusahaan non-kertas yang
berhasil masuk kelompok elit tersebut, memiliki catatan tersendiri. Di
sektor industri dasar dan kimia, SMGR merupakan perusahaan terbaik
dari sisi rasio per total aset, yaitu sebesar 0,173. Sementara
itu, sepanjang tahun 2006, raksasa-raksasa dari industri kertas mencatat
aset total
aset total
aset total
aset total
aset total
aset total
aset total
aset total
aset total
price earning ratio
equity gross profit
net income
bullish
listing
price earning ratio
net income
net income
net income
C. Sektor Industri BahanDasar danKimia
7-1-6
performa yang cenderung mendatar. Kelompok kedua ditempati oleh
enam buah saham dari latar belakang industri yang berbeda-beda, yaitu
TBMS, CPIN, CTBN, SMCB, MLIA dan JPFA. Kelompok ini terdiri atas
saham-sahamdenganukuranbesar danmenengah. Di kelompok ini CTBN
memiliki catatan tersendiri. Ia memiliki rasio per
sebesar 0,134. Nilai ini menarik jika kita hubungan dengan tren
saham tersebut sepanjang tahun 2006, walaupun dari sisi likuiditas ia
belumbegitu baik. Kelompok keempat terdiri atas sahamSAIP, TOTOdan
UNIC. Kelompok kelima terdiri atas saham AMFG, ALMI, FASW dan BRPT.
Kelompok keenamterdiri atas sahamSUDI, SULI dan SOBI. Dari segi
dan kapitalisasi pasar, saham-saham tiga kelompok ini berukuran
menengah. Mayoritas saham di tiga kelompok menengah tersebut
merupakan industri pengolahan produk hutan. Sementara itu, enam
kelompok lainnya terdiri atas saham-saham dengan ukuran
dan kapitalisasi yang sangat kecil. Gabungan enam kelompok lainnya
hanyamemiliki kapitalisasi pasar sebesar 7%.
Dari deskripsi di atas, kita dapat melihat bahwa di sektor ini, industri
pengolahan produk hutan memiliki peranan yang sangat besar. Ini tentu
tidakdapat dipisahkandenganbesarnyakekayaanhutandi Indonesia.
net income
bullish
share
aset total
aset
total
aset total
Gambar 7.1.6.
Pohon kedekatan fundamental saham-
saham sektor industri produk
konsumen sepanjang tahun 2006.
7-1-7
D. Sektor Industri ProdukKonsumen
E. Sektor Properti
Secara umum, sektor industri produk konsumen dapat kita bagi menjadi
9 kelompok. Kelompok pertama ditempati oleh empat saham dengan
dan kapitalisasi pasar terbesar, yang meliputi UNVR, GGRM,
HMSP dan INDF. Namun pada tahun 2006, dua raksasa besar industri
rokok, yaitu GGRM dan HMSP, mencatat hasil yang bertolak belakang.
HMSP tumbuh lebih dari 17,06%. Sementara itu, GGRM
justru turun hingga 8,28%. Demikian juga dengan kapitalisasi pasar
GGRM, turunlebihdari 12%, tidak sampai setengahHMSP. Ini merupakan
babak baru di tengah persaingan industri rokok yang selama bertahun-
tahun sangat didominasi oleh GGRM. Pada tahun 2006, GGRM adalah
satu-satunya perusahaan di kelompok ini yang tidak membagikan
dividen. Dua raksasa lain yang berada di kelompok ini adalah UNVR dan
INDF. UNVR memiliki catatan tersendiri, yaitu memiliki rasio
per terbaik di sektor industri produk konsumen. Catatan ini
menarik jika kita hubungkan dengan meningkatnya harga saham UNVR
dari level 4.000 rupiahmenjadi lebihdari 6.000 rupiahperlembar, di akhir
tahun 2006. Kelompok kedua ditempati oleh perusahaan dari industri
farmasi dan makanan yaitu KLBF dan SMAR. Dua perusahaan ini memiliki
ukuran dankapitalisasi pasar yangjugacukupbesar. Duasaham
ini sama-sama membagikan keuntungan pada tahun 2006. Keduanya
memiliki yang positif dan lebih kecil dari kelompok
pertama. Secara fundamental, KLBF sedikit lebih baik daripada SMAR.
Namun, tren harga yang terjadi cenderung bertolak belakang. SMAR naik
tajamsementaraituKLBFbergerakmendatar.
Kelompok ketiga dihuni oleh TSPC, SHDA, RMBA dan DAVO. Kelompok ini
memiliki memiliki yang berukuran menengah, namun dari sisi
kapitalisasi pasar ia berukuran menengah-atas. Kelompok keempat diisi
oleh ULTJ, MYOR, TBLA dan KAEF. Kelompok ini memiliki memiliki
yang berukuran menengah, namun dari sisi kapitalisasi pasar ia
berukuran menengah-bawah. Mayoritas saham di kelas ini tidak
membagikan dividen. Dibandingkan kelompok ketiga, kumpulan ini
memiliki rasio yang jauh lebih kecil. Sementara
itu, lima kelompok lainnya diisi oleh saham-sahamdengan dan
kapitalisasi pasar yang sangat kecil. Gabungan lima kelompok itu hanya
memiliki bagiankapitalisasi pasar sebesar 5%.
Sektor properti begitu mengeliat sepanjang tahun 2006. Kapitalisasi
pasar di sektor ini tumbuhlebihdari 54%. Demikianjugadengan
dan s. Di periode ini, ada banyak sahamyang menunjukkan
tren
Secara fundamental, saham-saham di sektor properti dapat kita bagi
menjadi 11 kelompok. Kelompok pertama ditempati olehLPKRdanCTRA,
sebagai dua buah saham yang memiliki terbesar. Namun dua
aset total
aset total
aset total
aset total
aset
total
aset total
aset total
aset total
aset total
Gross profit
net income
price earning ratio
net income per
sales revenue
bullish.
7-1-8
buah raksasa properti ini mencatat hasil yang bertolak belakang. Dari sisi
, seperti dan ,
LPKR mencatat penurunan yang sangat signifikan. Sementara itu, CTRA
mencatat pertumbuhan yang sangat tinggi. Fenomena ini cukup
menjelaskan terjadinya tren harga sahamCTRA serta peningkatan
kapitalisasi pasar hingga mencapai 900,71%. Dari sisi fundamental, CTRA
mencatat rekor tertinggi dalam hal rasio per di
sektor properti. Sementara itu, kelompok kedua ditempati oleh pemain
menengah (dalam hal total aset) seperti ADHI, DUTI, JIHD, SMRA dan
TRUB. Dari sisi laporan keuangan, empat saham pertama memiliki
perilaku yang sangat dekat. TRUB merupakan sebuah fenomena
tersendiri. Dalam tempo dua setengah bulan (perusahaan ini baru
pertengahan Oktober 2006), ia mencatat rekor tertinggi dalam hal
kapitalisasi pasar di sektor properti, bahkan melebihi kapitalisasi LPKR
dan CTRAsepanjang tahun 2006. Geliat ini juga diikuti dengan tren
harga sahamTRUB. Kelompok ketiga dihuni oleh BKSL, CTRS, DART, DILD,
ELTY, JRPT, PWON, KIJA, MLNDdanTOTL. Dari sisi , saham-saham
dikelompok ini berukuran menengah. Namun secara umum, ia sedikit
lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok kedua. Dibandingkan
dengantiga kelompok di atas, delapankelompok lainnya diisi olehsaham-
saham dengan dan kapitalisasi pasar yang sangat kecil.
Gabungan delapan kelompok itu hanya memiliki kapitalisasi pasar
sebesar 8,2%.
income statement sales revenues, gross profit net income
bullish
net income
listing
bullish
share
aset total
aset total
aset total
7-1-9
Gambar 7.1.7.
Pohon kedekatan fundamental saham-
saham sektor properti sepanjang
tahun 2006.
7-1-10
Gambar 7.1.8.
Pohon kedekatan fundamental saham-
saham sektor infrastruktur dan
transportasi sepanjang tahun 2006.
F. Sektor Infrastruktur danTransportasi
Secara umum, sektor ini dapat kita bagi menjadi sembilan kelompok.
Kelompok pertama ditempati oleh perusahaan dengan
terbesar, yaitu TLKM. Saham ini memiliki kapitalisasi pasar tertinggi,
bahkanempat kali lipat dari PGAS yang menempati urutankedua. Dari sisi
dan n , sepanjang tahun 2006,
perusahaan ini tumbuh dengan sangat pesat hingga semakin jauh
meninggalkan ISAT (sebagai pesaing utama). Ia juga mencatat nilai rasio
per yang sangat tinggi. Catatan ini juga diikuti
dengantren hargasahamTLKMdi sepanjangtahun2006, dari level
6.000 rupiah menjadi lebih dari 10.000 rupiah perlembar. Kelompok
kedua ditempati oleh ISAT. Walaupun dari sisi kurang
begitumemuaskan, namun ia memiliki catatanyang tidak
begitu mengecewakan. Sepanjang tahun 2006, ia memiliki
terbesar kedua (setelah TLKM) dan menempati urutan ketiga dari sisi
kapitalisasi pasar (setelah TLKM dan PGAS). Kelompok ketiga ditempati
olehpemilik dankapitalisasi besar lainnya, yaituPGAS danEXCL.
Keduanya memiliki rasio per yang berdekatan.
Kelompok keempat ditempati oleh BLTA, yang merupakan salah satu
alternatif portofolio yang menarik untuk diperhatikan. Sepanjang tahun
2006, saham ini tumbuh 14,56%. Ia juga memiliki rasio
per tertinggi di sektor ini, yaitu mendekati 15%.
Kelompok kelima dihuni oleh FREN, APOL dan SMDR. Kelompok keenam
aset total
aset total
secara teknikal,
aset total
aset total
aset total
aset total
sales revenues, gross profit et income
net income
bullish
income statement
total liabilities
net profit net
income
7-1-11
ditempati oleh BTEL, CMNP dan HITS. Dua kelompok ini adalah saham-
sahamberukuranmenengah, baik dari sisi maupunkapitalisasi
pasar. Namun, keduanya memiliki perilaku yang berbeda dalamhal rasio
hutang. Kelompok kelima cenderung memiliki rasio per
yang lebih besar, namun memiliki rasio s per
yang lebih kecil, relatif terhadap kelompok keenam.
Sementara itu, tiga kelompok lainnya diisi oleh saham-saham dengan
dan kapitalisasi pasar yang berukuran sangat kecil. Gabungan
tigakelompokituhanyamemiliki kapitalisasi pasar sebesar 0,8%.
aset total
aset total
aset total
total liabilities
current liabilitie
current assets
share
7-1-12
Gambar 7.1.9.
Pohon kedekatan fundamental saham-
saham sektor perdagangan, jasa dan
investasi sepanjang tahun 2006.
7-1-13
Dari ulasan di atas kita dapat melihat bahwa sektor ini sangat didominasi
oleh industri telekomunikasi. Pertumbuhan yang terjadi dimotori oleh
pasar selular. Pasar ini mencatat pertumbuhan yang sangat besar. Rata-
rata pengguna telepon selular tumbuh sebesar 63,7% setiap tahun, dari
1996 hingga 2005. Pengguna baru (dari tahun 2004) tersebut berturut-
turut direbut oleh TLKM (66,8%), ISAT (11%) dan EXCL (18%). Namun
dalam dua tahun belakangan ini, muncul sejumlah pesaing baru. Ini
adalahbabakbarupersaingandi industri telekomunikasi.
Gambar 7.1.10.
Pohon kedekatan fundamental saham-
saham sektor perbankan sepanjang
tahun 2006.
G. Sektor Perdagangan, JasadanInvestasi
Perdagangan, jasa dan investasi adalah sektor yang sangat besar.
Sepanjang tahun 2006, ada sekitar 66 saham terdaftar di sini. Sektor ini
mencatat pertumbuhan yang relatif rendah, hanya sebesar
4,74%.
Secara umum, bagian ini dapat kita bagi menjadi 14 kelompok. Kelompok
pertama ditempati oleh saham dengan dan kapitalisasi pasar
terbesar, yaitu UNTR. Walaupun beberapa rasio vital di sisi
perusahaan ini menurun drastis, namun secara relatif, ia tetap
merupakan salah satu perusahaan besar dengan rasio per
yang terdepan di sektor ini. Sahamini menunjukkan tren
sepanjang tahun 2006, naik dari level 3.500 menjadi lebih dari 6.500
net income
income
statement
net income
bullish
aset total
aset total
7-1-14
rupiah per lembar. Kelompok kedua ditempati oleh BMTR, BNBR, MLPL
danMPPA. dankapitalisasi kelompok ini relatif berukuranbesar.
Selain berukuran relatif sama, empat saham ini juga mencatat
pertumbuhan yang sangat tinggi, yaitu pada rentang 18,48%
hingga 36,47%. Kelompok ketiga ditempati oleh AKRA, EPMT, HERO,
MAPI, PLIN, RALS dan TURI. Kelompok keempat diisi oleh TGKA, SCMA,
LTLS, JSPT dan ALFA. dan kapitalisasi dua kelompok ini
berukuran menengah, namun dari sisi kelompok ketiga
relatif lebih dominan. Dari sini terlihat bahwa, dua kelompok ini sangat
didominasi oleh industri retail. Kelompok kelima dihuni oleh saham-
saham dengan dan kapitalisasi pasar berukuran menengah,
seperti FAST, GRIV, HEXA, IDKM, LPLI, MDRN, MTDL dan PJAA. Kelompok
ini ditempati oleh perusahaan yang memiliki latar belakang industri yang
sangat beragam. Dari sisi dan , ia sangat
beragam. Sementara itu, sembilan kelompok lainnya ditempati oleh
saham-saham yang relatif tidak begitu likuid, dengan jumlah kapitalisasi
keseluruhansebesar 9,6%.
Aset total
aset total
Aset total
aset total
sales revenues
income statement balance sheet
Gambar 7.1.11.
Pohon kedekatan fundamental saham-
saham sektor sepanjang
tahun 2006.
multifinance
7-1-15 7-1-2
H. Sektor Perbankan
I. Sektor
Setelah sektor infrastruktur dan transportasi, perbankan adalah sektor
dengan kapitalisasi pasar terbesar. Sektor ini dibangun oleh saham-
saham dengan yang sangat besar. Lima saham yang memiliki
terbesar berada di sektor ini, yaitu BMRI, BBCA, BBNI, BBRI, dan
BDMN. Dalam penyusunan pohon kedekatan fundamental, kita juga
memperhatikan beberapa besaran khas sektor perbankan seperti CAR,
NPL danROA.
Saham-saham di sektor ini dapat kita kelompokan menjadi 9 kelompok.
Kelompok pertama diisi oleh saham-saham yang memiliki kapitalisasi
pasar terbesar, yaitu BMRI, BBRI dan BBCA. Kelompok ini memiliki nilai
ROA yang sangat tinggi, kecuali BMRI. BMRI, sebagai sebuah perusahaan
yang memiliki dan kapitalisasi terbesar, mempunyai nilai NPL
yang sangat tinggi, yaitu sebesar 17,08%. Hal ini tentu saja perlu
diwaspadai. Kelompok kedua ditempati oleh BBNI dan BDMN. Keduanya
adalah perusahaan yang memiliki an kapitalisasi pasar
berukuran menengah-atas. Seperti BMRI, BBNI juga memiliki nilai NPL
yang sangat tinggi. Kelompok ketiga ditempati oleh barisan bank
swasta papan atas lainnya, seperti BNGA, BNII, BNLI, LPBN, MEGA, dan
NISP. Enam saham ini memiliki nilai
dan yang relatif berimbang. Sementara
itu enam kelompok lainnya ditempati oleh saham-saham dengan aset
total dan kapitalisasi pasar yang sangat kecil. Secara keseluruhan, mereka
hanyamemiliki kapitalisasi pasar sebesar 8,9%.
Sektor ini memiliki kapitalisasi pasar yang sangat kecil, nomor dua setelah
asuransi. Selain itu, sektor juga mencatat pertumbuhan
kapitalisasi pasar terendah sepanjang tahun 2006. Namun demikian, dari
sisi pertumbuhanindeks sektoral, iarelatif menjanjikan.
aset total
aset total
aset total
aset total d
Gross
Gross
Gross
balance sheet, income statement,
financial ratios technical review
share
multifinance
Multifinance
Gambar 7.1.12.
Pohon kedekatan fundamental saham-
saham sektor asuransi sepanjang
tahun 2006.
7-1-16
Sektor ini dapat kita bagi menjadi 10 kelompok. Kelompok pertama
ditempati oleh lima buah sahamyang memiliki dan kapitalisasi
terbesar (di sektor ini), yaitu ADMF, BFIN, BHIT, SMMAdan WOMF. Di sini,
BHIT danWOMF mencatat pertumbuhanaset yang luar biasa tinggi, yaitu
berturut-turut 427,83% dan 207,73%. Namun, mereka memiliki tingkat
bertolak belakang. BHIT tumbuh 346,74%
sementara itu WOMF justru turun hingga 44,92%. Namun dari sisi rasio
per aset , ADMF dan BFIN membukukan nilai tertinggi.
Kelompok kedua ditempati oleh sahamdengan dan kapitalisasi
berukuran menengah-atas, yaitu BBLD, GSMF dan MKDO. Kelompok
ketiga ditempati oleh sahamdengan dan kapitalisasi berukuran
menengah-bawah, yaitu BCAP, CFIN, MFIN, PANS dan TRIM. Secara
umum, kelompok keduamemiliki nilai oyanglebihtinggi
dan mempunyai rasio per yang lebih rendah, kecuali
saham BBLD. Kondisi diduga berhubungan dengan faktor pembiayaan di
saham tersebut. Sekitar Oktober 2006, BBLD menandatangai kontrak
hutang sebesar 28 juta USD ke sebuah sindikat bank asing. Pada waktu
yang kurang lebihbersamaan, harga sahamBBLDjatuhhingga kurang dari
setengahnya. Sementara itu, tujuh kelompok lainnya ditempati oleh
saham-saham yang relatif tidak begitu likuid, dengan jumlah kapitalisasi
keseluruhansebesar 11,6%.
Walaupun memiliki kapitalisasi pasar terendah, sektor ini mempunyai
tingkat pertumbuhan kapitalisasi pasar sebesar 97,75%. Pertumbuhan
pesat jugaterjadi dalamhal . Sektor ini tumbuhhingga22,12%.
Sebelas saham di sektor ini dapat kita bagi menjadi 4 kelompok.
Kelompok pertama dihuni oleh dua saham dari Panin Group, yaitu PNIN
dan PNLF. Dua saham ini memiliki dan kapitalisasi pasar
terbesar. Total kontribusi keduanya yaitu kurang lebih sebesar 89,74%.
Selain itu, dua saham asuransi yang pertama kali ini juga sangat
menonjol dalam hal pertumbuhan (59,49% dan 99,89%), jauh
meninggalkanperingkat kedua, ASRM(dari kelompok kedua), yang hanya
tumbuh sebesar 13,58%. Kondisi yang kurang lebih sama terjadi dalam
hal . Sementara itu, dua kelompok lainnya ditempati oleh
saham-saham dengan dan kapitalisasi pasar yang sangat kecil,
yang nilai totalnya hanya sebesar 7%dari aktivitas perdagangan di sektor
asuransi.
Sektor ini ditempati oleh beberapa jenis industri yang tidak termasuk
dalam 10 sektor yang ada di atas. Beberapa industri yang tergabung
dalam sektor ini antara lain otomotif, tekstil, kabel dan industri sepatu.
Sepanjang tahun 2006, kapitalisasi pasar sektor ini tumbuh sebesar
42,6%, jauh dibawah rata-rata sektor lainnya yang mencapai angka
aset total
pertumbuhan yang
total
aset total
aset total
aset total
aset total
aset total
aset total
aset total
net income
net income
priceearningrati
net income
listing
sales revenues
J. Sektor Asuransi
K. Sektor Lain-Lain
7-1-17
50,7%.
Sektor ini dapat kita bagi menjadi 11 kelompok. Kelompok pertama
ditempati oleh raksasa otomotif nasional, ASII. Ia adalah saham dengan
dan kapitalisasi pasar terbesar. Walaupun dari sisi
terjadi penurunanyangcukupsignifikan, relatif terhadaptahun
2005, namun performanya di sektor ini masih relatif baik. ASII masih
mampu membukukan rasio per sebesar 6,4%.
Kelompok kedua diisi oleh GDYR, HDTX, POLY, IMAS dan BATA. Kelompok
ketiga dihuni oleh GJTL, TFCO, INDR, ADMG dan AUTO. Ada perbedaan
dalamhal kuran saham-sahamdi kelompok ketiga cenderung
lebih besar dari saham di kelompok kedua. Namun dari sisi kapitalisasi
pasar, mereka cenderung berimbang, yaitu berukuran menengah.
Sementara itu, delapan kelompok lainnya diisi oleh saham-sahamdengan
dan kapitalisasi pasar yang relatif lebih kecil. Gabungan delapan
kelompokituhanyamemiliki bagiankapitalisasi pasar sebesar 9,6%.
Dari proses pengelompokan yang dilakukan, ada sebuah perilaku
menarik. Pada 10 sektor sebelumnya, kelompok-kelompok saham yang
muncul cenderung memiliki rangking dan rangking kapitalisasi
pasar yang cenderung konsisten satu sama lain. Namun di sektor ini, sifat
tersebut tidak muncul. Kondisi ini diduga karena sektor ini diisi oleh
perusahaan-perusahaan dari latar belakang industri yang sangat
beragam.
aset total
aset total
aset total. U
aset total
aset total
income
statement
net income
7-1-18
Gambar 7.1.13.
Pohon kedekatan fundamental saham-
saham sektor lain-lain sepanjang
tahun 2006.
7-1-19
Secara umum, dari analisis yang kita lakukan, didapati bahwa kebanyakan
perusahaan yang berada pada sektor yang sama memiliki kedekatan
faktor fundamental dengan terbentuknya kerumunan ( )
perusahaan-perusahaan yang berada dalam sektor yang sama. Temuan
ini sangat menarik karena menunjukkan pola perdagangan dan
perindustrian di Indonesia secara umum, setidaknya yang sahamnya
diperdagangkan di lantai bursa. Pola ini menunjukkan bahwa terdapat
karakter-karakter unik dari sektor-sektor usaha di Indonesia. Dari sisi
investasi di pasar modal, kita juga dapat meraba perusahaan-perusahaan
yang menarik untuk dijadikan obyek investasi di pasar modal. Beberapa
sahamyang sangat kuat secara fundamental pada umumnya membentuk
untai ranting sendiri atau dengan kata lain tervisualisasi dengan jelas
mengelompoktidakpeduli iaberadapadasektor manapun.
Observasi serupa yang dilakukan dalampohon yang dibangun untuk tiap
sektor menunjukkan lebih detail lagi tentang aspek sektoral perusahaan-
perusahaan tersebut. Di dalam tiap sektor terdapat pengelompokan-
pengelompokan yang merepresentasikan aspek fundamental dari firma-
firma yang ada. Terlihat secara jelas bahwa saham-sahamyang ada di tiap
sektor membentuk kelompok-kelompok tertentu di mana terdapat
kecenderungan bahwa di dalam tiap sektor terdapat beberapa saham
unggulan, yakni firma-firma yang aspek fundamentalnya sangat
berbeda dengan kebanyakan perusahaan di dalam sektor tersebut.
Saham-saham ini pada model pohon jaringan umum membentuk
kelompok ranting sendiri, misalnya saham ASII, TLKM, dan lain-lain. Hal
ini secara umum memberikan arahan intuitif bagi kita untuk menyadari
bahwa perbedaan aspek fundamental antar perusahaan-perusahaan
tersebut cenderung sangat besar. Secara umum, di lantai bursa kita
terdapat saham-saham yang sangat mendominasi di tiap sektornya yang
pada gilirannya di level umum secara fundamental membentuk ranting
tersendiri. Saham-saham perusahaan inilah yang dikatakan merupakan
saham-saham yang memiliki peran besar dan mendominasi pergerakan
indeks komposit dan konsekuensinya nilai proses ekonomi di Indonesia
secaraumum.
Dari sisi investasi di pasar modal, kita kini dimudahkan untuk melakukan
pemilihan saham perusahaan yang ingin dijadikan sebagai obyek
investasi. Beberapa perusahaan yang memiliki aspek fundamental yang
unik dan fluktuasi yang tidak terlalu besar relatif terhadap saham-saham
lain tentunya menjanjikan risiko yang tidak terlalu besar, dan demikian
pulasebaliknya.
clustering
7-1-20
7.2. Menerawang
Harga-harga
Prediksi itu perlu meski ilmu pengetahuan menyadari bahwa satu-
satunya kenyataan yang pasti hanyalah ketakpastian hasil observasi kita.
Prediksi diperlukan untuk melakukan antisipasi masa depan. Dalam hal
ini, sains merupakan sebuah alat yang dapat membantu kita untuk
mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa depan, yang secara
inheren memang tak tertebak. Manfaat bagian terawang harga-harga
adalahuntukmemberi gambarantentanghal ini.
Bagaimanapun sistem ekonomi modern saat ini telah mengakibatkan
perubahan harga di suatu pasar, ataupun di sebuah tempat entah di
mana, dapat memberikan pengaruh pada kehidupan ekonomi di
Indonesia. Pergerakan harga suatu bahan logam di pasar internasional
dapat memberikan pengaruh besar bagi performa pergerakan harga
sahamperusahaantambanglogamdi Indonesia. Inilahletak kompleksitas
dari sistemekonomi modern dalamera globalisasi. Pergerakan beberapa
harga-harga komoditas di pasar internasional juga saling kait-mengkait
antara satu produk dengan produk lain. Ketika harga bahan bakar minyak
naik, misalnya, hal ini tentu akan memberikan pengaruh bagi harga
kacang kedelai, karena bagaimanapun juga proses produksi dan
distribusi dari kacang kedelai membutuhkan suplai bahan bakar. Kait-
mengkait antara pergerakan harga-harga di pasar komoditas
internasional secarakorelatif ditunjukkanpadagambar 7.2.1.
Gambar 7.2.1.
Pohon ultrametrik dari harga-harga
beberapa komoditas di pasar
komoditas internasional.
(sumber data:
) http://futures.tradingcharts.com/
7-2-1
Gambaran keseluruhan saham-saham di
sampingmenunjukkanpolakedekatandan
kemiripan fundamental dari perusahaan-
perusahaannya. Terlihat mana yang
secara fundamental memiliki nilai yang
tinggi dan mana yang rendah. Secara
umum, ki t a j adi dapat mel i hat
pengelompokan saham-saham yang
memiliki nilai fundamental baik dan yang
relatif rendah. Lebih lanjut, pendekatan
serupa kita lakukan juga untuk tiap sektor
dari emiten-emiten tersebut, antara lain
sektor pertanian, perbankan, industri
bahan dasar dan kimia, industri produk
konsumen, sektor infrastruktur emiten,
asuransi, , bisnis properti,
sektor jasa dan perdagangan, dan sektor
lain-lain( ).
multi-finance
miscellaneous
Hal yang sangat sensitif dan sangat
menantang dalam analisis ekonomi pasar,
baik dari sisi fundamental (hal-hal seputar
isu ekonomi, sosial, dan politik yang
mempengaruhi pergerakan harga),
maupun sisi teknikal (hal-hal seputar
pemodelan yang digunakan dalam
analisis) adalah pergerakan harga minyak
dunia, yang di semester kedua tahun 2007
menembus angka lebih dari 90 USD per
barrel. Dari terawangan analitik yang
dilakukan terlihat bahwa secara
telah terdapat tekanan turun dari
per ger akan har ga mi nyak bumi
sebagai mana j uga terkai t dengan
pergerakan harga emas dunia. Hal ini
ditandai dengan batas bawah yang sangat
besar dan tren kecenderungan batas atas
harga yang diperkirakan tak akan melebihi
kisaran 100 USD atau lebih, hingga
pertengahan tahun 2008. Namun, harga
minyak bumi sangat ditentukan oleh kartel
ekonomi energi negara-negara yang
tergabung dalam organisasi pengekspor
minyak dunia, OPEC. Yang jelas, beberapa
anal i si s f undamental ter kai t i su
berakhirnya musimdingindi belahanutara
bumi , kawas an dengan t i ngkat
penyerapan energi fosil paling banyak,
chart
Gambar 7.2.2.
Prakiraan beberapa harga komoditas
di pasar internasional
7-2-2
Gambar 7.2.3.
Prakiraan kurs mata uang USD
terhadap Rupiah.
(sumber: Bank Indonesia)
Gambar 7.2.4.
Prakiraan pergerakan IHSG di Bursa
Efek Indonesia
(sumber: Bursa Efek Indonesia)
ataupun suhu politik militer di kawasan Timur Tengah, tentu akan
memperkayaperkiraanyangkitalakukan.
Agak berbeda dengan pergerakan harga bahan-bahan metal atau
logam yang diwakili dengan prakiraan harga tembaga kelas tinggi dan
alumunium sebagaimana terdapat pada pasar komoditas
internasional COMEX. Terlihat bahwa tren masih cenderung
menyertai tren pergerakan harga bahan-bahan logam. Hal ini tentu
dapat dikaitkan dengan berbagai perusahaan Indonesia yang
produksinyacukupmewarnai produksi metal dunia.
bullish
Bagaimanakah hal-hal ini mempengaruhi
perekonomian Indonesia secara umum?
Sebagai bahan diskusi yang menarik
ditunjukkan pada gambar 7.2.3. dan
gambar 7.2.4. yang menggambarkan
analisis dengan jejaring saraf untuk
pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika Serikat dan prakiraan
pergerakan I ndeks Harga Saham
Gabungandi BursaEfekIndonesia.
Secara umum terlihat bahwa tren
meningginya nilai mata uang asing Dollar
Amerika Serikat masih diperkirakan terasa
pada semester pertama tahun 2008.
Namun, yang menarik untuk dicermati
adalah tren dari pergerakan IHSG
yang merefleksikan pergerakan harga-
harga saham yang diperdagangkan di
lantai bursa pasar modal nasional. IHSG
terlihat terus saja menunjukkan tren naik
dan hampir tiap hari mencatatkan rekor
baru nilai tertingginya. Prakiraan dengan
menggunakan jejaring saraf buatan
menunjukkan bahwa tekanan untuk turun
telah sangat besar. Hal ini menunjukkan
bahwa akselerasi kenaikan nilai IHSG
secara teknikal seharusnya cenderung
melemah dari waktu ke waktu. Namun
demikian, peluang IHSG untuk tetap naik
dan mempertahankan tren naik ini masih
terbuka lebar. Terdapat peluang bahwa
IHSG akan terus mempertahankan tren
naik hingga akhir semester pertama tahun
2008. Lagi-lagi hal ini akan ditentukan
dengan berbagai situasi fundamental
ekonomi ya ng mema ng s a ngat
mempengaruhi investor di Bursa Efek
Indonesia.
bullish
7-2-3
Prediksi harga-harga dan indeks ini memperhatikan pergerakan historis
dari harga dan indeks yang bersangkutan. Namun pada praktiknya hal-hal
ini telah cukup menarik untuk dijadikan sebagai sebuah kerangka acuan
untuk melihat wajah ekonomi internasional beberapa waktu mendatang.
Poin yang tertinggal adalah, bagaimana pergerakan indeks-indeks
tersebut memberikan pengaruh yang kuat pada sistem perekonomian
dan kesejahteraan masyarakat? Hal ini merupakan aspek yang paling
penting dalam pengambilan kebijakan terkait dengan proyeksi berbagai
parameter ekonomi tersebut di atas. Hasil analisis ini menyimpan tugas
dan tantangan bagi kita untuk menghadapi masa depan. Ia akan
senantiasa berguna untuk memperkaya wawasan kita dalam lingkup
wiyatamandala, sebuah kerangka untuk menegakkan bangunan konsep
yang kokoh dalam menjawab berbagai tantangan sosial masyarakat
Indonesiadi masadepan.
7-2-4
Jangan sampai sakit
jantung ini berlarut-
larut. Hingga suatu saat
nanti berakhir pada
sebuah serangan, yang
fatal akibatnya, bagi
kelangsungan hidup
bangsa.
EPILOGIA
a
Entah mengapa setiap kali ada yang berbicara
tentang Indonesia dan masa depannya, selalu saja
pesimismebermunculan.
Kerumitan permasalahan di level makro yang ditandai
dengan kol ekti vi tas di banyak bi dang dapat
mengakibatkan disintegrasi laten, yang memiliki umpan
balik positif yang memperkeruh sistem sosial tersebut.
Akibat dari sebuah penyebab dapat menjadi sebab yang
memperburuk lagi akibat yang ditimbulkannya. Satu hal
pada dasarnya bertali-talian. Intinya adalah bahwa
kesulitan sosial dan semakin sulitnya tercapai perasaan
bahagia ( ) yang berdampak bagi hilangnya
rasapersaudaraandalamsistemsosial.
Dalamteknik pengobatan kedokteran modern, mengenal
secara pasti sebuah penyakit yang diderita pasien pada
dasarnya sudah merupakan satu langkah yang sangat
penting dalam pengobatan dan upaya penyembuhan.
Sebagai sebuah sistem kompleks, tubuh manusia
mungkin mirip dengan sebuah negeri. Memahami
persoalan secara utuh sebagaimana dikemukakan dalam
sebagian besar isi buku ini merupakan sebuah langkah
yang amat penting dalamperumusan solusinya. Sungguh
disayangkan, kegagalan pendefinisian masalah malah
lebih sering berakhir pada nuansa pesimistik di kalangan
pemimpin-pemimpinbangsa kita. T bukanhanya
pemimpin di bidang politik, tapi juga pemimpin di
berbagai bidang, mulai dari pemimpin ideologis,
pemimpin sosial kemasyarakatan, pemimpin budaya dan
pendidikan, dan seterusnya. Pesimisme menjadi dapat
diartikan sebagai bentuk kemalasan berfikir dan hanya
akan mengubah setiap diskusi untuk memperbaiki
keadaan menjadi diskusi-diskusi tautologis yang tak
berujungpangkal.
Di sepanjang perjalananbukuini, kita meninjauIndonesia
dalam beberapa tahun terakhir melalui berbagai macam
metodologi yang sedikit banyak mengubah cara pandang
talk-show
self-sufficiency
entusaja
b
kita dalam memandang permasalahan bangsa. Ini
menjadi modal dasar kita dalam melangkah lebih jauh
dalam upaya pencarian solusi. Terkadang dengan
memahami permasalahan yang ada kita sudah dapat
membayangkan berbagai solusi yang dapat diambil.
Pesimisme justru seringkali muncul karena kita tak
memiliki cara pandang yang komprehensif atas situasi
yang ada. Di sinilah peran dasar pentingnya merevisi
wawasan kita akan nusantara, akan tempat dan
masyarakat di mana kita hidup. Ini yang menyebabkan
buku ini senantiasa menyoroti wawasan sebagai hal
yangmesti diubah.
Era kompleksitas menunjukkan wawasan yang
semestinya lebih luas dalam konstruksi kognitif konsepsi
Wawasan Nusantara di kepala anak-anak bangsa.
Wawasan Nusantara yang benar bukanlah doktrin,
demikian pula dengan nasionalisme atau patriotisme.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban
manusia mesti mendorong pemahaman akan konsepsi
wawasan nusantara dan bukannya melemahkan sendi
dasar kehidupan berbangsa ini. Permasalahan bangsa
yang kompleks semestinya harus diselesaikan dengan
konsepsi, wawasan, dan pemahaman akan kompleksitas
dari sistem. Berbagai pendekatan konvensional yang
dominan di masyarakat mesti digebrak dengan perspektif
yang komprehensif, luas menjangkau banyak sendi dan
aspek, di sampingbersifat interdisipliner .
Carapandangyangseluas-luasnyaini membawakitapada
kenyataan, bahwa saat ini, ketika akuisisi atas informasi
menjadi hal yang sangat vital, maka pendidikan
merupakan bentuk yang memadukan antara apa yang
makro dan apa yang mikro. Secara makro, permasalahan
sosial dapat diparameterisasi, dikalkulasi melalui indeks
dan berbagai pendekatan agregatif lainnya. Secara mikro,
kerumitan akan permasalahan yang ada cenderung
menjadikan kita sulit meramalkan apa-apa secara
populasi. Dalam aspek ini, ilmu-ilmu kompleksitas dalam
c
bidang sosial memberikan Wawasan Wiyatamandala
yang baru dalam memahami berbagai fenomena dan
permasalahan yang ada dengan cara yang tidak dapat
dilakukandengantradisi keilmuankonvensional.
Ketika berbagai aspek di Indonesia sepertinya menjadi
carut-marut dan sulit, seringkali muncul banyak aspek
yang memberikan pandangan negatif terhadap hasil
sebuah analisis, misalnya pemikiran konspiratif, yang
cenderung dekat dengan dalam menilai
kemungkinan munculnya motif-motif negatif pada agen
atau aktor sosial tertentu, inkapabilitas seorang pakar,
dan sebagainya. Padahal pandangan negatif tersebut bisa
saja muncul karena cara kita mengobservasi, yang
ternyata, terlalu linier dan tidak sensitif kepada
kompleksitas permasalahan. Berbagai permasalahan
yangkitatilikdalambukuini menunjukkanindikasi ini..
Berbagai bidang yang diobservasi dalam buku ini, satu-
persatu menjawab pertanyaan kita tentang kenapa
berbagai permasalahan yang selama ini sulit dicarikan
solusi alternatifnya, yaitu karena cara pandang kita.
Perilaku korup dalam masyarakat terkait dengan sistem
pendidikan, berbagai aspek di bidang kesehatan terkait
dengan pola hidup masyarakat, hingga rasa tidak aman
yang muncul dalam kehidupan sosial muncul dari
ketaktersediaan lapangan kerja. Evaluasi cara pandang
merupakan hal yang terpenting, dan mengingat bahwa
sistem pendidikan formal kita merupakan sebuah
lembaga sosial yang terkait dengan wawasan ini, maka
keterkaitan antara sistem pendidikan dan bidang
keilmuan yang diajarkan menjadi tak lagi terpisahkan.
Dengan kata lain, reforma sistem pendidikan mestinya
bersifat kultural dan bukan struktural, lembaga formal
mesti nya mampu mengasah kreati vi tas dal am
memandang persoalan, sehingga pada gilirannya dapat
dihasilkan solusi dalam pengentasan berbagai
permasalahansosial yangada.
suudzon,
d
Ada yang salah dengan sistem pendidikan kita. Seringkali
permasalahan itu tidak melulu dapat`dikategorikan
sebagai ikhwal kuantitas ataupun kualitas semata.
Permasalahan pendidikan yang menjadi dasar solusi
alternatif terhadap berbagai persoalan sosial terkait
dengan bagaimana kita memandang dan menggunakan
institusi pendidikan, gelar kesarjanaan dan kecendikiaan,
dan lebih jauh lagi cara pandang kecendikaan yang
terkadangperludiperbaiki metodologinya.
Wawasan Nusantara, dengan turunan rumusan
kebi jakannya, semesti nya mel andasi cara ki ta
memandang dan mengatasi permasalahan sosial. Lebih
jauh, Wawasan Nusantara mesti secara komprehensif
menyadari kompleksitas sosial yang inheren, agar
diperoleh pemahaman yang selengkapnya tentang
sistem. Ini merupakan kunci yang terpenting dalam
memahami Indonesia dan semua ini hanya dapat
dilakukan melalui perspektif wiyatamandala yang
bersandar pada data dan kesadaran akan kompleksitas
yangdirepresentasikanolehdatatersebut.
Dalamhal ini, kita memiliki permasalahanakankeduanya.
Apresiasi yang rendah pada data memunculkan berbagai
masalah tersendiri seperti rendahnya akurasi data dan
keterbatasan akses yang sangat tinggi. Di pihak lain,
mereka yang memiliki data seringkali tidak memiliki
kesadaranakankompleksitas yanginherendalamdata.
Permasalahan Indonesia sangat banyak yang berujung
pada kesulitan yang ditemui dalam kehidupan sosial.
Langkah awal yang ditawarkan sebagai bentuk solusi
alternatif adalah penegakan sendi-sendi Wawasan
Wiyatamandala, tentang apresiasi data dan kesadaran
akankompleksitas yanginherendalamdatatersebut.
e
f
KerjaYangMenjadi Referensi
WPA'2003, "SDA, Masyarakat dan Perusahaan Tambang dalam Lotka-Volterra", oleh: Yun
Hariadi.
WPB'2003, "InequalityandOil SubsidyinIndonesia", oleh: HokkySitungkir.
WPC'2003, "BBM: Harga, ThresholddanSubsidi", oleh: YunHariadi.
WPD'2003, "Money-Scape : A Generic Agent-Based Model of Corruption", oleh: Hokky
Situngkir.
WPE'2003, "Keuangan Komputasional : Jaringan Saraf Buatan untuk Prediksi Data Deret
WaktuKeuangan", oleh: HokkySitungkir.
WPF'2003, "Kulminasi Prediksi Data Deret Waktu Keuangan: Volatilitas dalamGarch (1,1)
", oleh: YunHariadi.
WPG'2003, "Persepsi Jaringan Saraf pada Peta Pointcare Keuangan", oleh: Yohanes Surya
danHokkySitungkir.
WPH'2003, "PeramalandalamSelangGARCH(1,1)", oleh: Yohanes SuryadanYunHariadi.
WPJ'2003, "Evolusi Kontrak Sosial di Indonesia: Catatan Awal", oleh: Hokky Situngkir dan
YunHariadi.
WPK'2003, "Dinamika Evolusioner Kontrak Sosial di Indonesia", oleh: Hokky Situngkir dan
YunHariadi.
WPL'2003, "Marketing: AntaraTeori danPraktik", oleh: RendraSuroso.
WPM'2003, "Cultural Studies through Complexity Science: Beyond Postmodern Culture
without PostmodernTheorists", oleh: HokkySitungkir.
WPN'2003, "NGO's and The Foreign Donations : The Possibilities of Fuzzy Corruption in
TheFuzziness of Social Empowerment (?)", oleh: Hokky Situngkir dan Rio
Siagian.
WPO'2003, "Guts in The Edge of Wealth : An Inquiry to Human Creativeness", oleh: Hokky
Situngkir danRendraSuroso.
WPP'2003, "MenengokKembali JaringanAutokatalisis Kolektif", oleh: Deni Khanafiah.
WPQ'2003, "Dari Transisi Fasa ke Sistem Keuangan", oleh: Yohanes Surya dan Hokky
Situngkir.
WPR'2003, "Peramalan Jangka Pendek Deret Waktu Keuangan di Indonesia :
Eksperimentasi Persepsi Jaring Saraf Buatan pada Peta Pointcare", oleh:
Yohanes SuryadanHokkySitungkir.
WPS'2003, "Platform Bangunan Multi-Agen Dalam Analisis Keuangan : Gambaran
Deskriptif Komputasi", oleh: Yohanes SuryadanHokkySitungkir.
WPT'2003, "Multifraktal : Telkom, Indosat dan HMSP", oleh: Yun Hariadi dan Yohanes
Surya.
WPU'2003, "Sifat Statistika Data Ekonomi Keuangan: Studi Empirik Beberapa Indeks
SahamIndonesia", oleh: Yohanes SuryadanHokkySitungkir.
WPV'2003, "Metabolism of Social System : N-Person Iterated Prisoner's Dilemma
Analysis in Random Boolean Network", oleh: Deni Khanafiah dan Hokky
Situngkir.
WPA'2004, "Agent Based Model Construction In Financial Economic System", oleh: Hokky
Situngkir danYohanes Surya.
WPB'2004, "DFApadaSaham", oleh: YunHariadi danYohanes Surya.
WPC'2004, "Economic AgencythroughModularityTheory", oleh: RendraSuroso.
g
WPD'2004, "OnMassiveConflict : Macro-MicroLink", oleh: HokkySitungkir.
WPE'2004, "Epidemiology with Cellular Automata : Case of Study The Epidemics of Avian
FluinIndonesia", oleh: HokkySitungkir.
WPF'2004, "TracingCultural EvolutionThroughMemetics", oleh: TiktikDewi Sartika.
WPG'2004, "On Selfish Memes : Culture as Complex Adaptive System", oleh: Hokky
Situngkir.
WPH'2004, "Evolutionary Stable Properties of Political Parties in Indonesia 2004 :
Memetic Approach", oleh: Tiktik Dewi Sartika, Deni Khanafiah dan Hokky
Situngkir.
WPI'2004, "LQ45*dalamTeori Matriks Acak", oleh: YunHariadi danYohanes Surya.
WPJ'2004, "Penggunaan Fuzzy Cognitive Mapping dalamKonstruksi Analisis Sosial", oleh:
HokkySitungkir.
WPK'2004, "Power-Law Signature in Indonesian Legislative Election 1999-2004", oleh:
HokkySitungkir danYohanes Surya.
WPL'2004, "PolaSelisihSebaranSuaraPemiluParlemen2004", oleh: YunHariadi.
WPM'2004, "The Political Robustness in Indonesia", oleh: Hokky Situngkir dan Yohanes
Surya.
WPN'2004, "Social Balance Theory : Revisiting Heider's Balance Theory for Many Agents",
oleh: Deni KhanafiahdanHokkySitungkir.
WPO'2004, "Urban Area Development in Stochastic Cellular Automata", oleh: Ivan
MuliantadanYunHariadi.
WPP'2004, "GARCH(2,1) PadaLQ45*", oleh: YunHariadi danYohanes Surya.
WPQ'2004, "Democracy: Order Out of Chaos", oleh: HokkySitungkir danYohanes Surya.
WPR'2004, "Edukasi Natural danArsitektur Kognitif", oleh: RendraSuroso.
WPS'2004, "Statistical Facts of Artificial Stock Market: Comparison with Indonesian
Empirical Data", oleh: HokkySitungkir danYohanes Surya.
WPT'2004, "Power-Law Signature in Indonesian Population", oleh: Ivan Mulianta, Hokky
Situngkir danYohanes Surya.
WPU'2004, "Mungkinkah Muncul Anti-Lonjakan Harga Minyak Dunia? Analisis Log-
PeriodikLonjakanHargaSeptember-Oktober 2004", oleh: Hokky Situngkir
danYohanes Surya.
WPV'2004, "Innovation as Evolution : Phylomemetic of Cellphone Designs", oleh: Deni
KhanafiahdanHokkySitungkir.
WPW'2004, "Pemilu Indonesia Dilihat dari Kacamata Sains Kompleksitas", oleh: Tiktik
Dewi Sartika.
WPX'2004, "Isudi Teoretisasi Folk", oleh: RendraSuroso.
WPA'2005, "Godel untuksemua", oleh: IvanMulianta.
WPB'2005, "Asimetri GARCH dan Simulasi Monte Carlo pada Peramalan GBP/USD", oleh:
YunHariadi danYohanes Surya.
WPC'2005, "Simulasi Investasi dengan Hukum Pangkat Zipf: Analisis Zipf (m,2) dalam
Teks DataIndeks Keuangan", oleh: HokkySitungkir danYohanes Surya.
WPD'2005, "Antara Saham Likuid dan Tak Likuid di Bursa Efek Jakarta : Perspektif
MekanikaStatistika", oleh: HokkySitungkir, YunHariadi danYohanes Surya.
WPE'2005, "What can we see from Investment Simulation Based on Generelized (m,2)
Zipflaw?", oleh: HokkySitungkir danYohanes Surya.
WPF'2005, "Jejak Trading System pada Profil Investor", oleh: Deni Khanafiah, Hokky
h
Situngkir danYohanes Surya.
WPG'2005, "Membandingkan Sistem Perdagangan Saham dalam Aspek Likuiditas", oleh:
HokkySitungkir, Hariadi danYohanes Surya.
WPH'2005, "On Stock Market Dynamic through Ultrametricity of Minimum Spanning
Tree", oleh: HokkySitungkir danYohanes Surya.
WPI'2005, "Treeof Several AsianCurrency", oleh: HokkySitungkir danYohanes Surya.
WPJ'2005, "Evaluating Indonesia Composite Index Drop", oleh: Hokky Situngkir dan
Yohanes Surya.
WPK'2005, "What is Relatedness of Matematics and Art and why we should care? ", oleh:
HokkySitungkir.
WPL'2005, "SAPTONO: AnExperiment withNonsense", oleh: RendraSuroso.
WPM'2005, "IsuTeoretisasi di Ekonomi Behavioral", oleh: RendraSuroso.
WPN'2005, "PERCH: Towards Computational Psychology", oleh: RendraSuroso.
WPO'2005, "Herding to a Side of Order Book Balance", oleh: Hokky Situngkir dan Yohanes
Surya.
WPP'2005, "TheorizingCorruption", oleh: Deni KhanafiahdanHokkySitungkir.
WPA'2006, "Innovation as Evolutionary Process", oleh: Deni Khanafiah dan Hokky
Situngkir.
WPB'2006, "Analisis Teori MatrikAcakuntukDataSahamdanIHSG", oleh: YunHariadi.
WPC'2006, "Theorizing Corruption through Agent-Based Modeling", oleh: Hokky
Situngkir danDeni Khanafiah.
WPD'2006, "Value at Risk yang Memperhatikan Sifat Statistika Distribusi Return", oleh:
Yohanes SuryadanHokkySitungkir.
WPE'2006, "The Collision of Products among Products: A Short Marketing Survey", oleh:
RendraSuroso.
WPF'2006, "AdvertisinginDuopoly Market", oleh: HokkySitungkir.
WPG'2006, "Perspektif Kompleksitas dalamMelihat Fenomena Empiris SistemEkonomi",
oleh: HokkySitungkir danRolanMauludyDahlan.
WPH'2006, "What CanWeDowithTheResearchInstitutefor Social Complexity Sciences in
Indonesia? : Bandung Fe Institute Perspective", oleh: Hokky Situngkir.
WPI'2006, "KerangkaKerjaEkonofisikadalamBasel II", oleh: HokkySitungkir.
WPJ'2006, "KnowledgeRepresentationfor Content Generation", oleh: RendraSuroso.
WPK'2006, "Statistical Facts of Artificial Stock Market", oleh: Hokky Situngkir dan Yohanes
Surya.
WPL'2006, "An Alternative Evolutionary Insight on Innovation", oleh: Deni Khanafiah dan
HokkySitungkir.
WPA'2007, "An Observational Framework to the Zipfan Analysis among Different
Language: Studies toIndonesianEthnic Biblical Texts", oleh: HokkySitungkir.
WPB'2007, "The Ribbon of Love : Fuzzy-Ruled Agents in Artificial Societies", oleh: Hokky
Situngkir.
WPC'2007, "Regimes in Babel are Confirmed : Report on Findings in Several Indonesian
Ethnic Biblical Text", oleh: HokkySitungkir.
WPD'2007, "Kompleksitas Pasar Modal dalamEkonofisika", oleh: HokkySitungkir.
WPE'2007, "Korelasi Pasar Modal dalamEkonofisika", oleh: YunHariadi.
WPF'2007, "Trees of Electoral District in Indonesian Legislative Election : Empirical Case of
Ii
Assortments in 2004 General Election", oleh: Hokky Situngkir dan Rolan
MauludyDahlan.
WPG'2007, "Bird's Eye View to Indonesian Mass Conflict : Revisiting the Fact of Self-
OrganizedCriticality", oleh: HokkySitungkir danDeni Khanafiah.
WPH'2007, "Computational Experiments with the Fuzzy Love and Romance", oleh: Hokky
Situngkir.
WPI'2007, "Conjecture to Statistical Proximity with Thee of Language (?) : Report on Few
Austronesian Languages of Indonesian Ethnics", oleh: Hokky Situngkir dan Deni
Khanafiah.
WPJ'2007, "KarakteristikpadaSekitar TindakPengawasan", oleh: YunHariadi.
WPK'2007, "AnAlternativePostulatetoseeMelodyas Language ", oleh: HokkySitungkir.
WPL'2007, "Zip-Mandelbrot LawAttracts theMarket Fluctuations", oleh: HokkySitungkir.
WPM'2007, "Evolutionary Investment Strategies : A White Paper Towards the Artificial
Trading Intelligence Prototype", oleh: Deni Khanafiah dan Rolan Mauludy
DahlandanHokkySitungkir.
WPN'2007, "Historical RelativePerformanceIndex over Interconnectedness of Badminton
Athletes", oleh: Deni Khanafiah, RolanMauludyDahlandanHokkySitungkir.
WPO'2007, "Small World Network of Athletes : Graph Representation of the World
Professional Tennis Player", oleh: HokkySitungkir.
WPP'2007, "Peluang untuk Studi Kartografi Politik Indonesia : Representasi Spasial Sistem
Sosial Kompleks", oleh: HokkySitungkir.
WPQ'2007, "Model JaringandalamAnalisis Media: Peluang Eksploitasi Studi Kultural Pada
Sifat SkalaTopografi Tekstual", oleh: HokkySitungkir.
WPR'2007, "Menuju Perspektif Ekonofisika untuk Posisi Strategis Ekonomi Indonesia di
KawasanAsiaPasifik", oleh: RolanMauludyDahlandanHokkySitungkir.
WPS'2007, "Antara Merek, Iklan, dan Kepuasan Konsumen: Karakterisasi Konsumen
IndonesiadenganJaringSaraf Buatan", oleh: HokkySitungkir.
WPT'2007, "Towards ComplexityStudies of IndonesianSongs", oleh: HokkySitungkir.
WPU'2007, "KonsepSentralitas DalamJaringanTeks", oleh: HokkySitungkir.
WPV'2007, "Etnik dan Konflik Sosial di Indonesia", oleh: Deni Khanafiah dan Hokky
Situngkir.
WPW'2007, "Komposisi Siaran TV dan Stasiun TV", oleh: Deni Khanafiah dan Hokky
Situngkir.
WPX'2007, "Pohon Keuangan Untuk Aspek Fundamental Firma", oleh: Rolan Mauludy
Dahlan, Deni KhanafiahdanHokkySitungkir.
WPY'2007, "Pekerja, Pengangguran dan Tindak Kejahatan: Dalam Simulasi Berbasis
Agen", oleh: YunHariadi.
WPZ'2007, "Geometri Fraktal pada Batik : Tinjauan Kompleksitas dalamSeni Tradisional",
oleh: YunHariadi.
WPAA'2007, "Spreading of Information through Silaturahmi Network : Reading Data
fromSocial Structureof Alumni", oleh: HokkySitungkir.
j
S
Buku ini berasal dari pergulatan pemikiran selama bertahun-tahun,
bahkan semenjak penulis masih duduk di bangku-bangku usang di
kampus tempat menuntut ilmu hingga di lembaga
penelitian tempat berkecimpung hingga saat ini. Saat ini bukanlah
momentum untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial.
Namun saat ini, tempat kita tinggal juga seringkali dikatakan berada
dalam kondisi kritikal. Ketakutan yang dirasakan oleh kakek dan nenek
ketika mesti menyeberangi bukit di malam hari: perasaan takut
berpapasan dengan tentara . Ketakutan itu masih terjadi hari ini,
walaupun dengan bentuk yang lain. Kita seringkali ketakutan saat begitu
ingin membeli di suatu malam di sebuah kawasan di bawah
Jembatan Ampera, Kota Palembang, Sumatera Selatan, atau tiba di
sebuah terminal tak dikenal di sebuah kota. Sebuah fakta ironis. Padahal
jelas kita sekarang sudah merdeka. Jelas bahwa sekarang merah putih
bebas berkibar di manapundi pelosok nusantara. Ini adalahrefleksi ketika
ada suatu masa kita tak puas dengan pemerintahan Orde Lama, Orde
Baru, dan orde-orde susulan yang ditawarkan. Di sinilah letak ruh yang
merasuki proses penulisan buku ini. Buku ini ingin menantang agar kita
tak mencari-cari siapa yang salah, siapa yang mesti dihukum, siapa yang
mesti jadi kambing hitam. Buku ini menantang kita untuk mengubah
paradigma dalam memandang sistem di mana kita tinggal. Ia berusaha
mengajak kita melihat kembali bagaimana kita melihat diri sendiri melalui
Wawasan Nusantara dan kemudian mau belajar dan memulai menyusun
WawasanWiyatamandaladalamproses pembelajarantanpahenti.
Pendidikan , di bawah asuhan ibu kandung kita, di bawah
asuhan ibu almamater tempat kita belajar membaca, menulis, dan
berhitung, dan di bawah bimbingan ibu pertiwi adalah sebuah siklus yang
sepantasnya berhenti hanya ketika tubuh telah berkalang tanah. Ini
adalah latar belakang lahirnya institut penelitian yang didirikan, Bandung
Fe Institute, yang kemudian berpadu secara sinergis dalam semangat
metodologi ilmiah dan pembangunan bangsa melalui sains di Surya
Research International. Buku ini tidak menawarkan solusi, tak pula
menawarkan senjata pamungkas pengentas kondisi kritikal atau sekian
deret retorika yang membuat adrenalin menggelegak. Ia hadir sebagai
sebuah ekspektasi atas visi kompleksitas yang lahir dari dan untuk
kesadarankeindonesiaan. Bukuini berdiskusi tentang kondisi kritikal, dan
bahwa kita seharusnya mampu menangani kompleksitas dari sistem
tersebut dalampola-polapengaturandirinya.
Student Center
kumpeni
mpek-mpek
in loco materna
dahulu
ebuah Catatan
k
ApaYangKitaSebut Sebagai Krisis?
Krisis demi krisis bermunculan di surat kabar, mulai dari krisis ekonomi
dan moneter, krisis politik, krisis hukum, krisis moral, krisis
berkepanjangan, krisis kepribadian nasional, dan berpuluh-puluh frasa
dengankata krisis, sehingga justrumalahsering menimbulkanambiguitas
pemaknaan kata krisis itu sendiri. Tiap orang dengan sekenanya
menggunakan kata krisis tanpa sering mendalami apa sebenarnya
krisis, dan mengapa kata krisis ditempatkan di sana. Semua orang
sepertinya boleh membentuk frasa dengan kata krisis, dan yang lebih
aneh lagi, frasa itu terasa masuk akal dengan realitas sosial yang memang
sedangdihadapi olehmasyarakat.
Menilik pendefenisian kata krisis dalamKamus Besar Bahasa Indonesia,
pengertian dari kata krisis adalah keadaan yang berbahaya (dalam
menderita sakit), keadaan yang genting, kemelut, keadaan yang
suram (tentang ekonomi, moral, dan sebagainya). Dengan demikian,
disesuaikan dengan frasa yang terbentuk, maka kondisi Indonesia
memang tergambarkan sangat berbahaya dan menakutkan. Indonesia
saat ini membutuhkan yang luar biasa intensif, di mana sekadar
hasil diagnosis yang menyertakan frasa dengan kata krisis di depannya,
takmungkincukup.
Permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah
permasalahan sosial dan kultural. Semua orang dengan mudah
melabelkanfrasa dengankata krisis karena diagnosis terhadappenyakit
Indonesia yang tak kunjung dirumuskan dengan baik. Semua orang
merasa dirinya cukup representatif untuk menjadi sosiolog untuk
memberikan diagnosis sehingga tak seorangpun dari kita memiliki
rumusan yang benar, apa yang sebenarnya tengah dihadapi oleh bangsa
kita. Ini semua terjadi karena ilmu sosial adalah ilmu yang telanjur
dianggap mudah oleh anak-anak bangsa. Ilmu sosial dianggap sebagai
ilmu hafalan dan cenderung retoris bahkan tidak terlalu membutuhkan
kemampuan analitik. Ilmu pengetahuan alam yang cenderung lebih
matematis jauh lebih dianggap bergengsi. Akhirnya lahirlah sarjana
hukum, ahli antropolog, ahli ekonomi, ahli sosiologi, ahli sejarah
kebanyakan yang mengandalkan adu mulut. Yang lebih mengerikan lagi
adalah bahwa mereka yang berada di area ilmu pengetahuan alam dan
teknologi dengan anggapan akan kemudahan ilmu sosial dengan
sekenanya memberi berbagai komentar akan apa yang seharusnya
menjadi area bermain ilmuwan sosial - tanpa memiliki pengetahuan
bahkanrujukanpustakayangcukup.
Benarkah ilmu sosial lebih mudah daripada ilmu alam? Di mata awam,
ilmu alam sarat dengan rumus-rumus matematika yang cenderung sulit
untuk dipahami. Sementara formulasi matematika, di kalangan ilmuwan
sosial seringkali dianggap sarat reduksionisme, kuantifikasi yang naif,
karena menganggap bahwa terlalu banyak hal di bidang sosial yang tak
mungkin diukur dan didekati secara kuantitatif. Akibatnya adalah
timbulnya polaritas yang bukan lagi antara ilmu sosial dan ilmu alam,
(1)
(2) (3)
treatment
l
namun lebih dangkal lagi yakni antara ilmu kualitatif dan ilmu kuantitatif.
Dengan sekenanya timbul pelabelan bahwa ilmu alam itu kuantitatif
sementara ilmu sosial kualitatif. Pelabelan inilah yang merusak tatanan
ilmu sosial, karena perdebatan ilmu bukan lagi akan obyek yang akan
didekati, namun lebih kepada metodologi apa yang digunakan untuk
mendekati obyek permasalahan. Apa yang seharusnya dapat didekati
secara kuantitatif atau ditarik ke dalam struktur aljabar yang ketat
ditinggalkan, sehingga berakibat tumpulnyaanalisis yangdihasilkan.
Yang diukur dan dianalisis dari sebuah fenomena alam adalah faktor-
faktor yang cenderung tetap dengan universalitas yang dapat dilokalisasi
dengan mudah, sehingga analisis ilmu alamdi Eropa akan bisa diterapkan
dengan mudah di Indonesia, dengan memperhatikan variabel-variabel
lokal yang mudah dideteksi, seperti percepatan gravitasi, kelembaban
udara, dan seterusnya. Berlawanan dengan hal itu, ilmu sosial
berhadapan dengan manusia sebagai penentu utama variabel tersebut.
Sudah sangat terbukti bahwa analisis sosiologis atau ekonomi yang
berkembang di negara maju belum tentu efektif di Indonesia. Ada
similaritas di dalam berbagai fenomena sosial di seluruh dunia, namun
tidak sama. Contohnya, krisis di Eropa memiliki similaritas dengan di
Indonesia, namun tentunya tidak sama oleh berbagai faktor yang
berkaitan dengan kultur dan ideologi yang berkembang. Meminjam
istilah yang kerap digunakan dalam ilmu alam, terlalu banyak atau
pengganggu ( ) dalam berbagai fenomena sosial. Artinya
pendekatan analitis dalam ilmu sosial harus benar-benar kuat di mana
asumsi-asumsi yang lahir dan menjadi aksiomanya harus benar-benar
dapat dipertanggungjawabkan. Metode pemodelan permasalahan sosial
tidak boleh dibuat seenaknya karena berbeda dengan ilmu alam, ilmu
sosial tidak memiliki laboratorium untuk mencobanya secara
. Laboratorium sosial adalah masyarakat itu sendiri, yang artinya
adalah pemodelan fenomena sosial harus dibuat berbasis simulasi
dengan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan baik. Setelah
lolos dengan analisis dan ujian simulatif yang ketat, baru bisa diterapkan
di dalamrealitas masyarakat.
Kompleksitas adalah sebuah perkembangan matematika yang lahir dari
teori yang dikenal dengan sebutan teori chaos, sebuah teori yang melihat
obyek sebagai sebuahsistemyang sangat tergantung kepada kondisi awal
sistem dan sangat sensitif terhadap perubahan yang mengganggunya.
Pada awal kelahirannya, teori ini dikembangkan oleh ilmuwan
meteorologi, Edwin Lorenz, yang pada akhirnya sampai kepada
kesimpulan yang menjadi pemeo di kalangan ilmuwan chaos, kepakan
kupu-kupudi pantai AmerikaSelatanbisamenyebabkanbadai bandangdi
NewYork.
noise
disturbance
trial and
error
rule-rule
IlmuKompleksitas sebagai Jawaban
m
Kompleksitas memandang semua sistem sebagai sebuah sistem yang
senantiasa berubah secara dinamis dan adaptif. Ia memandang sistem
berubah secara iteratif dan mengikuti similaritas tertentu dalam tiap
iterasinya: sangat tergantung kepada kondisi awal iterasi dan sangat peka
terhadap gangguan di mana tiap gangguan kecil dapat mengakibatkan
perubahan besar yang muncul ( ), tak dapat diprediksi secara
linier dari polaanalisis biasa.
Sistem sosial adalah juga sistem yang evolutif yang berupaya mencari
daerah-daerah optimum sehingga ia dapat berjalan secara efektif. Inilah
pernyataan yang membangun ilmu sosial, bahwa ada similaritas tertentu
sehingga ada kondisi yang sangat mirip di berbagai fenomena sosial di
berbagai belahan dunia. Namun kondisi inisial berupa faktor budaya,
ekonomi, dan sosial yang berbeda serta gangguan sistemyang berbeda
menuntut analisis solutif yang berbeda pula untuk tiap tatanan
masyarakat. Permasalahan sosial harus dijawab secara spasio-temporal
karenatingginyasensitivitas sistemsosial tersebut.
Perkembangan teknologi komputer telah memungkinkan analisis
komputasional yang serumit apapun untuk diselesaikan. Prinsipnya
adalahbagaimanamelahirkanstruktur yangadadalammasyarakat dalam
sebuah sistem simulasi komputasional sehingga menghasilkan
masyarakat buatan ( ) Dari sini kita akan dapat
melakukan berbagai eksperimentasi akan berbagai hal yang berkenaan
dengansistemsosial itu. Berbagai fenomenasosial akandapat lebihtajam
didekati dengan metode ini. Semua fenomena sosial yang selama ini
didekati secara kualitatif dapat ditarik ke level struktur permasalahan,
untuk kemudian disimulasikan dan melihat faktor besar yang mungkin
muncul ( ) untuk dapat diantisipasi dalam realitas masyarakat
yang ada. Ini menjadi perbedaan yang mendasar dengan metode
konvensional, yang berupaya mengukur semua faktor secara kuantitatif
dan membuat model statistikanya, seolah sistem sosial adalah sistem
yanglinier.
Bagaikan air yang mengalir dengan turbulensinya yang sangat sensitif,
demikianlahsistemsosial yangmengalir danmudahsekali berubah. Inilah
yang menyebabkan sistemsosial sedemikian rumit bahkan dekat dengan
analisis Navier-Stokes yang menggambarkan kondisi batas tertentu
sistem yang bisa membawa sistem ke dalam kondisi chaotik
hidrodinamika. Namun tentu pengetahuan analitik yang biasa digunakan
dalam ilmu alam ini bukanlah satu-satunya modal dasar untuk
memahami sistemsosial denganpendekatanini. Setiapanalisis yang lahir
harus dimodali dengan pengetahuan akan sistem sosial komprehensif
dan ketat, yang selama ini didekati dengan pendekatan kualitatif. Hal ini
jelas diperlukan mengingat kerumitan sistem sosial tersebut yang jauh
lebih ruwet daripada fenomena alam biasa. Dengan pengetahuan akan
fenomenasosial yangkualitatif tadi, ilmusosial akanmenjadi kayadengan
bagaimana melakukan pengukuran secara sintaktik sistem sosial yang
ada, dan merumuskan bagaimana sistem tersebut berevolusi. Itulah
sebabnya perlu antar-muka yang baik antara ilmuwan sosial yang kenal
emergence
artificial societies .
emergent
n
betul dengan fenomena sosial dengan ilmuwan alamyang mungkin telah
terbiasamenggunakanmetodeini dalammengamati fenomenaalam.
Dengan pendekatan ini, kita akan mampu melahirkan analisis sistem
sosial yang muncul dari bawah ke atas ( ) dan tidak lagi sekadar
mengekor terhadap analisis sosial yang digunakan dari barat. Dengan
kata lain, kita harus mampu merumuskan permasalahan sosial kita
dengan lebih gamblang. Ia harus sesuai dengan spesifikasi masyarakat
kita sendiri. Pada akhirnya, yang berbicara dalam area permasalahan
sosial adalah mereka yang memang paham dengan sistem sosial,
sebagaimana mereka yang paham tentang ilmu alam berbicara tentang
fenomena alam. Ilmu sosial bukan lagi ilmu yang mudah dan bersifat
hapalan, namun memiliki tingkat kerumitan dan keketatan sendiri yang
perlu didekati secara komprehensif agar dapat mengeluarkan berbagai
premis yangdapat dipertanggungjawabkansecarailmiah.
Hanya dengan pendekatan ini, kita dapat mengatasi impotensi ilmu sosial
yang ada. Anggapan bahwa hanya dengan pendekatan kualitatif saja
permasalahan sosial bisa dijawab adalah anggapan keliru yang merusak
sistem analisis ilmu sosial itu sendiri. Ilmu sosial tidak lagi kaya dengan
istilah serapan asing yang aneh-aneh dan sukar dimengerti, namun
memiliki kemampuan analitik yang juga mendalam dan mampu
memberikan alternatif solusi bagi permasalahan yang ada. Ini menjadi
kritik yang konstruktif sekaligus tantangan yang positif bagi
perkembangan ilmu sosial kita untuk melahirkan tatanan epistemologis
ilmu yang khas Indonesia, spasio-temporal dan mampu mendiagnosis
bahkan mengkonstruksi alternatif solusi yang jauh dari sekadar retorika
belaka.
Judul yang dipilih secara eksplisit menunjukkan bahwa buku ini memiliki
versi sebelumnya, yaitu Indonesiaku Indonesiamu v1. Sebagaimana
telah disebutkan, draft Indonesiaku Indonesiamu dikeluarkan oleh
sebagian besar dari tim penulis v2 ketika mereka masih berkecimpung
dalam perkumpulan mahasiswa Komunitas Ganesha-10 di Institut
Teknologi Bandung, yang kala itu merupakan sebuah pusat kajian dan
diskusi humaniora dan gerakan mahasiswa. Komunitas Ganesha 10 lahir
di tengahnuansareformasi ketikarezimOrdeBarujatuh. Dalambeberapa
hal, individu-individu di Komunitas Ganesha-10 menyadari bahwa inti
permasalahan pada dasarnya tidak terletak pada ikon kepemimpinan
Soeharto. Masyarakat terbelenggu pada suatu pola pemikiran dan
mentalitas bahwa pengunduran diri Soeharto adalah semata-mata awal
dari masa depan yang lebih baik tapi melupakan fakta dinamika
Mengatasi Impotensi IlmuSosial Kita
TentangJudul IndonesiakuIndonesiamuv2
bottom-up
Logo Komunitas Ganesha-10
Institut Teknologi Bandung
o
kesejarahandanaktual bahwahal ini jugaakanmenjerumuskandirinyake
dalambudaya postmodern dan postkapitalis, yang justru akibatnya bumi
Indonesia menjadi tempat yang tidak nyaman untuk hidup dan ditinggali.
Hal-hal ini tercermin dalam draft Indonesiaku Indonesiamu v1 yang
dikeluarkansaat itu.
Komunitas Ganesha-10 akhirnya membubarkan diri, bersamaan dengan
pembubaran sebuah lembaga kajian besar lain di ITB saat itu, Lembaga
Kajian & Praksis Demokrasi Veritas ITB dengan mempertimbangkan
banyak yang berdimensi aktual kemahasiswaan ITB pada masa
tersebut. Gerakan mahasiswa kala itu seperti melempem dalam
menyuarakan visi kemasyarakatannya akibat reformasi di dunia
pendidikan tinggi, khususnya di ITB dengan berbagai kebijakan baru
yang terasa bersifat terlalu administratif namun kurang bernuansa
pengembangan sains. Namun, sebagaimana manusia ditakdirkan untuk
tetap berada pada laju dinamiknya, dan pembelajaran terhadap kondisi
sosial masyarakat Indonesia terus dilakukan secara intensif hingga pada
suatu saat, ditemukanlah konsepsi-konsepsi sains dalam ilmu-ilmu
kompleksitas. Reformasi dianggapkurang memberikandampak luas bagi
kesejahteraan masyarakat karena landasan pijak untuk memperbaiki
keadaan cenderung tidak bersandar pada kondisi kemasyarakatan kita
sendiri, namun lebih kepada apa-apa yang dipaparkan dalam buku-buku
teks danpemahamankonvensional atas sains sosial.
Sebagiandari mereka yang saat ituada dalamKomunitas Ganesha-10dan
LKPDVeritas ITBsaat itu menyadari hal ini sepenuhnya dan pada akhirnya
mendirikan Bandung Fe Institute, terinspirasi oleh cara beberapa
ilmuwanbesar kontemporer dunia di Amerika Serikat dalammengakuisisi
sains secara interdisiplin, komprehensif, dan non-linier dalam wadah
kelembagaan Santa Fe Institute. Nama ini jelas pada awalnya merupakan
sebuah yang santai, namun dalam praktiknya memiliki tendensi
serius dengan memperbaiki kondisi kemasyarakatan melalui
pengembangansains secaraintensif.
Kompleksitas komputasional, ekonofisika, sosiofisika, merupakan bidang
interdisiplin tempat bersandarnya kesadaran tersebut. Bandung Fe
Institute lahir dari kekecewaan mendalam atas rasionalitas anak-anak
muda dalam menghidupi kajian-kajian yang diadakan di Student Center
ITB. Kekecewaan akan bagaimana pemimpin-pemimpin reformis
menangani situasi pasca-Orde Baru dan secara lokal, bagaimana ITB pada
akhirnya menemukan cara baru dalam menekan dinamika aktivitas
kemahasiswaan, merupakan latar belakang yang meningkatkan
intensitas dan semangat untuk sesegera mungkin mampu mengakuisisi
ilmu kompleksitas untuk memahami permasalahan masyarakat di
samping menghasilkan untuk memperbaikinya. ITB merupakan
sebuah institusi pendidikan tinggi terbaik di Indonesia saat itu sehingga
tidak berlebihan status ini telah turut menjadikannya salah satu tiang
bangsa. Selain itu, dinamika temporalnya ini telah, secara tak langsung,
mencetak sebagian anak-anak muda yang semangat belajarnya luar
constraint
joke
ghiroh
toolbox
p
biasa tinggi tersebut merasa bahwa rantai yang menyebabkan
kepincangan sistem masyarakat harus diputus. Upaya mempelajari sains
kompleksitas secara luar biasa intensif adalah bentuk pemberontakan
yang sekaligus menjadi dalam menciptakan masyarakat Indonesia
lebih baik. Melalui latar belakang ini, jelas sekali bahwa pemilihan judul
IndonesiakuIndonesiamuv2 mencerminkanbeberapahal, antaralain:
spirit
v Konsistensi
Dinamika aktivisme dan perjuangan,
Pendidikan yang membebaskan,
Kemurnian gagasan,
Perkembangandanpertumbuhan,
, bahwa keberadaan Bandung Fe Institute sebagai
pusat penelitian dan studi kompleksitas sosial tak bisa dilepaskan
dari kerinduan akan masyarakat yang lebih baik sebagaimana
terrefleksikan dalam kajian-kajian intensif semasa gerakan
mahasiswaITBdi masalampau.
bahwa penelitian di
Bandung Fe Institute dilakukan murni untuk perkembangan sains
dengan manfaat seluas-seluasnya bagi masyarakat Indonesia dan
tidak memiliki motif terkait perkembangan sains di Indonesia saat
itu (yang mungkin masih berlangsung saat ini) sebagaimana
tercermin dalam istilah-istilah seperti kredit, proyek, dan
berbagai hal seremonial yang secara prinsip sama sekali tidak
berkenaan dengan pengembangan sains itu sendiri apalagi
berimplikasi positif bagi masyarakat luas.
bahwa pendidikan harus
bersandar pada individu yang ingin belajar dan bukan pada motif-
motif semu yang berujung pangkal pada konstruksivisme sosial
baik keuntungan materi, popularisme semu, atau apapun, dan
bahwa pendidikan yang baik membebaskan individu untuk
berkreasi. Pendidikan yang baik tidak sekadar menghasilkan
koridor atau gang sempit yang tercermin dalam kurikulum dan
akhirnya jalur karir yang mengkotak-kotakkan ilmu pengetahuan
sebagai tempat untuk menjebloskan manusia ke dalamnya.
Pendidikan yang baik meningkatkan derajat kebebasan manusia
sehingga dapat menghasilkan tonggak kebudayaan dan
peradaban manusia yang membuatnya berbeda dengan spesies
laindi mukabumi ini.
bahwa gagasan apapun yang tercermin
dalam penelitian yang dilakukan di dalam lingkungan Bandung Fe
Institute adalah murni dari keprihatinan akan situasi dan
bagaimana mengakuisisi metodologi ilmiah untuk memperbaiki
keadaan.
bahwa mereka yang ada dalam
Bandung Fe Institute senantiasa berkembang dan tumbuh dalam
wacana, tidak statik. Tidak ada hal yang berubah dari draft
Indonesiaku Indonesiamu v1 dan Indonesiaku Indonesiamu
v2 selain pemahaman yang semakin komprehensif,
dan lebih berdasar ilmu pengetahuan. Semangat juang,
kesadaran, dan keprihatinannya niscaya senantiasa sama, tidak
berubahwalausedikit.
v
v
v
v
cum,
refutable,
q
u
n
a
o
r
s
P
PROFIL SINGKAT
Pengarah( ) Supervisor
P
rofesor Yohanes Surya, lahir pada tanggal 6 November 1963
merupakan fisikawan yang menjadi peneliti senior ( ) di
Surya Research International. Gelar PhD diperolehnya dengan yudisium
dari , Virginia,
AmerikaSerikat. Aktif denganberbagai penelitiandi berbagai tempat dan
bidang, mulai dari penelitian fisika nuklir, fisika nanoteknologi, hingga
ekonofisika sebagaimana tergambar dari berbagai publikasi ilmiahnya di
, , dan sebagainya, di samping berbagai
penghargaanyang diperolehnya pada bidang-bidang ini. Sosok Profesor Surya sudahtidak
asing di bidang pendidikan sains, khususnya fisika di Indonesia. Hal ini tercermin dalam
aktivitasnya dalam berbagai upaya meningkatkan ketertarikan dan pengetahuan
masyarakat luas Indonesia melalui berbagai karyanya berupa literatur pendidikan fisika
termasuk ratusan artikel dan puluhan buku populer di bidang ini. Kiprahnya sebagai
dan
telah mengharumkan nama bangsa di kancah internasional lewat
berbagai penghargaan yang dipersembahkan oleh kontingen Indonesia. Profesor Surya
aktif dalam berbagai seminar dan konferensi baik dalam skala nasional dan internasional
sebagai pemakalah ataupun sebagai , termasuk sebagai pada
di Bali. Di Indonesia, Profesor Surya merupakan
seorang perintis dan pembuka jalan bagi studi teoretis, aplikatif dan implementatif
ekonofisika.
senior fellow
cum laude Dept. Physics College of William and Mary
Physical Review C Physical Review D Physica A,
President of Indonesian Physics Olympiad Team Vice President of The First Step to
Nobel Prize in Physics
keynote speaker Chairman
International Econophysics Conference
KetuaTimPelaksana/Editor/Penanggungjawab
H
okky Situngkir, lahir pada tanggal 7 Februari 1978 dan merupakan
peneliti Surya Research International dengan berbagai area
penelitian interdisipliner mulai dari studi
dan . Situngkir
juga merupakan salah seorang pendiri dan ketua departemen
di Bandung Fe Institute, organisasi penelitian
kompleksitas pertama di Indonesia. Berbagai penelitian di bidang ekonofisika dilakukan
bersama Profesor Yohanes Surya dan Profesor Roy Sembel di lingkungan Surya Research
International, termasuk di dalamnya analisis fluktuasi harga dan indeks keuangan dan
penelitian konsultatif di Bursa Efek Jakarta. Puluhan publikasi penelitian Situngkir telah
diterbitkan di berbagai tempat baik dalam skala nasional maupun internasional seperti
dan
. Situngkir aktif pula dalam web
tutorial Sosiologi Komputasional berbahasa Indonesia di
dan situs kartogram Indonesia . Ia
juga aktif dalam berbagai pertemuan ilmiah berskala nasional dan internasional seperti
dan
. Saat ini Situngkir juga menjabat sebagai presidendi
BandungFeInstitutedanseorang di SuryaResearchInternational.
artificial societies and social
simulations, memetics and cultural studies, dynamical system analysis,
neural network and statistical modeling, financial analysis
Computational Sociology
Journal of Social Complexity, Physica A, Journal of Peace and Conflict Resolution,
Journal of Literary Complexity Studies maintenance
Conference of Application of Physics in Financial Analysis, International Conference on
World of Heterogenous and Interacting Agents, Complexity in Cultural and Literary
Studies, World New Economic Window, International Conference in Computational
Intelligence inEconomics andFinance
researchfellow
http://compsoc.bandungfe.net
http://compsoc.bandungfe.net/kartografi-indonesia
e
v
Penulis Peneliti
Y
un Hariadi, lahir di Blitar, Jawa Timur, pada tanggal 5 September 1978
memiliki ketertarikan penelitian untuk bidang aljabar, geometri
diferensial, sistemdinamik, dan sistemlogika. Sebagai salah seorang pendiri
dan anggota Bandung Fe Institute, kebanyakan penelitian
yang dilakukannya dalam fokus permasalahan kriminalitas dan
pengangguran dengan menggunakan analisis diferensial non-linier. Dalam
fisika keuangan ia mengkhususkan diri pada analisis data deret waktu dengan
menggunakan pendekatan otoregresi dalamkolaborasi penelitian dengan Yohanes Surya
termasuk penelitian konsultatif dalam kerja sama penelitian antara Surya Research
International dan Bursa Efek Jakarta. Hariadi telah menerbitkan belasan makalah
penelitian di lingkungan Bandung Fe Institute termasuk di
dengan penelitian terakhirnya seputar analisis pada motif batik Jawa. Yun
Hariadi saat ini menjabat sebagai kepala Departemen di
BandungFeInstitute.
Board of Science
Journal of Social Complexity
self-similarity
Dynamical System Modeling
Penulis
H
oferdy Zawani, dilahirkan di Magelang, Jawa Tengah, 21 Juni 1983,
merupakan salah seorang penulis dalam proyek publikasi buku ini.
Telah berkecimpung di dunia tulis-menulis bahkan sebelum meluluskan
diri dari Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi
Bandung, yaitu ketika masih duduk di bangku sekolah menengah melalui
prestasinya menjuarai berbagai perlombaan karya tulis di tempat ia dibesarkan,
Palembang, Sumatera Selatan, baik tingkat kotamadya dan propinsi. Prestasi di bidang ini
masih terus diraihnya sebagai salah seorang finalis pada
dan Program Pelayaran Pemuda Indonesia-Australia-Jepang yang diadakan
Departemen Pendidikan Nasional. Di samping aktivitasnya sebagai asisten mata kuliah
Kependudukan dan di Laboratorium Komputer Planologi ITB ia juga memiliki kepedulian
tinggi di bidang sosial humaniora, terlihat dari berbagai aktivitas kemahasiswaannyadi ITB
dan ketika ia menjabat sebagai Ketua
(2006).
Bayer Young Environmental
Envoy,
The First South East Asia Student Forum on
Technology
R
olan Mauludy, lahir di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 2
Desember 1981 dan saat ini menjadi di Bandung Fe Institute.
Penelitiannya berpusat pada analisis ekonomi kompleksitas dan
evolusioner dengan menggunakan berbagai perangkat ekonomi
kontemporer termasuk simulasi dan pemodelan dinamik. Sebelum
bergabung di Bandung Fe Institute dan Surya Research International,
semasa kuliah di Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, pernah menjabat sebagai
Ketua Institut Sosial Humaniora Tiang Bendera ITB, yang banyak melakukan kajian kritis di
bidang pendidikan dan kemasyarakatan. Penelitian terbarunya adalah seputar aspek
inovasi pada sistem ekonomi dan penelitian tentang dinamika kewirausahaan (
) termasuk beberapa kajian strategis di bidang pasar valuta asing dan
pendekatan politik ekonomi Indonesia di Asia Pasifik melalui berbagai perangkat dalam
ilmu-ilmukompleksitas.
scholar
self-
employment
D
eni Khanafiah, lahir di Garut, Jawa Barat, pada tanggal 6 September
1979 dan saat ini merupakan salah seorang scholar penelitian di Dept.
Bandung Fe Institute. Penelitiannya berfokus pada
pemodelan evolusioner dalam analisis sosial, organisasi, dan teori tentang
inovasi. Ia juga tertarik pada penelitian konflik sosial dan kemiskinan. Semasa
berkuliahdi JurusanKimiaInstitut Teknologi Bandung, iajugaaktif di berbagai
lapangan kemahasiswaan dan kemasyarakatan serta pernah menjabat sebagai Sekretaris
Jenderal Kelompok KajiandanDiskusi Komunitas Ganesha-10 Institut Teknologi Bandung,
serta seorang pendiri Institut Sosial Humaniora Tiang Bendera ITB. Di samping aktif
Computational Sociology,
w
R
endra Suroso, lahir di Ponorogo, Jawa Timur, pada tanggal 31 Maret
1980 yang tadinya memiliki ketertarikan analitis dalam ilmu astronomi
namun berubah haluan ke kajian SistemKognitif. Area penelitiannya dimulai
dari psikologi evolusioner yang terkait dengan kecerdasan buatan (
) dan . Kebanyakan makalah penelitiannya
melingkupi area ini, dengan penekanan pada pikiran terotomasi (
). Saat ini ia juga aktif memoderasi dan me- proyek CogSciFunPage
sebuah proyek penerbi tan onl i ne tutori al tentang si stem kogni ti f di
. Belakangan ini, ia juga aktif dalam penelitian di bidang
linguistik komputasional dengan ketertarikan utama pada ikhwal
. SAPTONO (Studi Aplikasi Otomata Nonsense) merupakan sebuah hasil
kerjanya di bidang generasi teks. Suroso saat ini duduk sebagai kepala departemen
BandungFeInstitute.
artificial
intelligence philosophy of mind
automated
reasoning manage
generators dan
generations
CognitiveScience
http://cogsci.bandungfe.net
Manajemen&Organisasi
Y
ohanis, dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan, pada tanggal 4
Februari 1978 saat ini merupakan Presiden Direktur dari Surya
Research International. Meski tergolong muda, pengalamannya di bidang
manajerial dan keuangan telah cukup luas yang tercermin dalam berbagai
kiprahnya di Kelompok Studi Ekonomi Pasar Modal ITB, Pojok BEJ di
Universitas Padjajaran Bandung, dan merupakan pendiri sekaligus pernah
menjabat sebagai ITB. Semasa berkuliah di
Universitas Widyatama (d.h. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bandung (STIEB)) merupakan
PresidenII Senat Mahasiswa dansaat ini menjabat juga sebagai Sekretaris II IkatanAlumni
Universitas Widyatama. Pengalamannya di bidang keuangan telah membawanya menjadi
pembicara di berbagai seminar di berbagai perguruan tinggi termasuk beberapa kali
di berbagai stasiun radio di Bandung. Sebelummenjadi pimpinan di Surya Research
International, ia adalah Direktur PT Surya Cipta Global International, Kepala Departemen
Riset dan Analisis BBMWatch, bekerja di System Analysis & Marketing PT Netcom
Indonesia, dan Marketing Research & Analysis and Product Research & Development PT
eStockSimulation Dot Com. Yohanis juga memegang berbagai sertifikat di bidang
danmanajemenkeuangandanakuntasi berskalanasional.
President of Ganesha Investment Club
talk-
show
brokerage
AsistenPeneliti
L
a Ode Ardian Maulana Effendy, dilahirkan di Raha (Muna), Sulawesi
Tenggara, pada tanggal 2 Januari 1982, merupakan asisten calon
peneliti di Bandung Fe Institute dengan ketertarikan penelitian di bidang
sosiologi dan ilmu politik komputasional serta geometri voting/pemilihan.
Semenjak duduk sebagai Ketua Organisasi Siswa Intrasekolah Sekolah
Menengah Umum 1 Raha dan diteruskan ketika berstatus mahasiswa di
Departemen Teknik Material Institut Teknologi Bandung, memiliki ketertarikan dan
keprihatinan yang kuat akan pendekatan sains untuk pengembangan ilmu sosial dan
kemasyarakatan, tercermin dari aktivitasnya saat menjabat sebagai Ketua Institut Sosial
Humaniora Tiang Bendera ITB dan menjadi untuk
(2006). Saat ini, Ardian tengah mengerjakan
proyek penelitian di bidang Teori Keseimbangan Sosial di bawah arahan Deni Khanafiah di
Dept. BandungFeInstitute.
steering committee The First South
East Asia Student Forum on Technology
Computational Sociology
dalam penelitian di Bandung Fe Institute, ia juga aktif dalam komunitas internasional
untuk pemodelan berbasis agen dengan menggunakan platform SWARM dan konferensi
internasional seperti
. Beberapa makalahnya telah dimuat dalam dan
saat ini merupakan dari jurnal tersebut. Saat ini, Khanafiah juga duduk
sebagai KepalaUnit PenelitiandanPendidikanBandungFeInstitute.
International Conference in Computational Intelligence in Economics
and Finance Journal of Social Complexity
Editor in Chief
x

Anda mungkin juga menyukai