Anda di halaman 1dari 5

Artikel Penelitian

Hubungan Nyeri Lutut Akut dengan Lama Mengemudi dan Faktor-faktor Lain pada Pengemudi Taksi Laki-laki

Dian Mardhiyah,* Astrid B. Sulistomo,** Anita Ratnawati***


*Program Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta **Departemen. Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta ***Departemen Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Abstrak: Pengemudi taksi di Jakarta sering harus bekerja lebih dari 8 jam per hari, mengemudi dalam keadaan macet, serta mempertahankan posisi kerja tertentu, yang dapat menimbulkan nyeri lutut akut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi nyeri lutut akut pada pengemudi dan fakor-faktor yang berhubungan. Desain penelitian adalah potong lintang, yang dilaksanakan di suatu perusahaan taksi di Jakarta pada Juli 2009 sampai Mei 2010. Subjek dipilih secara consecutive pada pekerja yang datang ke pool suatu perusahaan taksi di Jakarta. Terpilih 300 subjek dari populasi berjumlah 1349 orang. Variabel dependen adalah nyeri lutut akut, dan variabel independen adalah umur, pendidikan, status gizi, kebiasaan olah raga, riwayat berhenti berolah raga, pekerjaan tambahan, lama mengemudi, masa kerja, siklus kerja, proporsi macet, pencapaian target penghasilan, shift kerja, besar sudut fleksi lutut pada posisi mengemudi. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner, log sheet, body map, pemeriksaan fisik, pengukuran sudut lutut. Didapatkan prevalensi nyeri lutut akut 31,7%, diantaranya lebih dari 80% mengalami nyeri pada lutut kiri. Analisis bivariat maupun multivariat tidak menemukan hubungan bermakna antara nyeri lutut dengan 13 variabel di atas. Namun analisis bivariat antara besar sudut lutut kiri dengan nyeri lutut akut kiri, mendapatkan bahwa sudut >70 0 secara bermakna lebih tinggi berisiko untuk mengalami nyeri lutut (OR=1,90, 95% IK: 1,02-3,53).Pengemudi perlu mendapatkan edukasi, untuk mengatur tempat duduk agar lebih ergonomis. J Indon Med Assoc. 2011;61: 243-7. Kata kunci: nyeri lutut akut, pengemudi taksi, sudut fleksi lutut kiri.

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 6, Juni 2011

243

Hubungan Nyeri Lutut Akut dengan Lama Mengemudi

Association of Acute Knee Pain with Period of Driving and Other Factors among Male Taxi Drivers Dian Mardhiyah,* Astrid B. Sulistomo,** Anita Ratnawati***
*Postgraduate Programme in Occupational Medicine Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta **Department of Community Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta ***Department of Rehabilitation Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Jakarta

Abstract: Taxi drivers in Jakarta who often have to drive for more than 8 hours, are often trapped in traffic jam for a long period, and in an awkward position. This situation can cause acute knee pain. The objective of this study is to know the prevalence of acute knee pain among taxi drivers and related factors. This study used a cross-sectional design, performed in a taxi company in Jakarta from July 2009 to May 2010. Subjects were selected consecutively among drivers that arrived in the pool of a taxi company in Jakarta. Three-hundred subjects were selected from 1349 drivers. The dependent variable was acute knee pain, and independent variables ware age, education, nutritional status, exercise habits, history of quithing from doing exercise, extra work, period of driving, working period, duty cycle, proportion of traffic jam, achievement of target, working shifts, knee flexion angle during driving. Data collection was conducted using questionnaire, log sheet and body map, physical examination, and measurement of both knee angles. The results showed the prevalence of acute knee pain was 31.7%, more than 80% among them had left knee pain. Bivariate- as well as multivariate analysis did not reveal any significant relationship of 13 variables with the occurrence of knee pain. However, bivariate analysis showed that an angle of >700 is significantly higher risk for knee pain (OR=1.90, 95% CI: 1.02-3.53). Drivers should be educated to adjust their seats to meet ergonomic standards. J Indon Med Assoc. 2011;61: 2437. Keywords: acute knee pain, taxi driver, flexion angle of left knee joint

Pendahuluan Nyeri lutut adalah suatu masalah kesehatan yang umum terjadi di seluruh dunia. Pada tahun 1996-1997, lebih dari 6 juta orang Amerika mencari perawatan medis untuk masalah lutut mereka, di antaranya sekitar 5 juta orang mengunjungi ahli bedah tulang dan 1,4 juta orang datang ke rumah sakit.1 Data National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III) tahun 1988-1994 di Amerika Serikat, menunjukkan prevalensi nyeri lutut pada laki-laki adalah 18,1% dan pada perempuan 23,5%.1 Beberapa pekerjaan berpotensi tinggi menyebabkan atau meningkatkan risiko nyeri lutut pada usia produktif, antara lain adalah pekerjaan sebagai pengemudi. Penelitian pada 1242 pengemudi taksi di Taipei tahun 2000, menemukan prevalensi nyeri lutut sebesar 22% pada yang mengemudi lebih dari 10 jam/hari.1 Pada tahun yang sama, Anderson dan Raanas, yang dikutip oleh Chen,1 melakukan survei keluhan nyeri lutut yang berhubungan dengan kerja pada 703 pengemudi taksi profesional di Norwegia, dengan menggunakan Nordic Musculoskeletal Questionnaire. Didapatkan prevalensi nyeri
244

lutut pada pengemudi taksi adalah 29%, dibandingkan pada masyarakat umum yang hanya 25%. Survei di Taiwan yang menggunakan modifikasi dari Nordic Musculoskeletal Questionnaire, menemukan bahwa para pengemudi profesional mengeluh nyeri lutut lebih tinggi dibandingkan rata-rata prevalensi nasional (11% berbanding 8,6%).1 Di RS Cipto Mangunkusumo, kasus nyeri lutut mencapai 56,7% dari seluruh pasien yang berobat ke divisi Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Insidensi pada usia kurang dari 20 tahun hanya sekitar 10% dan meningkat menjadi lebih dari 80% pada usia di atas 55 tahun.2 Kebanyakan nyeri muskuloskeletal bersifat kronik dan berulang. Serangan pada usia lebih muda biasanya berkaitan dengan cedera atau strain akibat kerja.1 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi nyeri lutut akut pada pengemudi taksi laki-laki, mengetahui hubungan antara faktor individu (usia, pendidikan, status gizi, kebiasaan olah raga, riwayat berhenti berolah raga, dan pekerjaan tambahan) serta faktor pekerjaan (lama mengemudi, besarnya sudut fleksi lutut sewaktu menginjak pedal, masa kerja, siklus kerja, proporsi macet, pencapaian target

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 6, Juni 2011

Hubungan Nyeri Lutut Akut dengan Lama Mengemudi penghasilan dan shift kerja) dengan nyeri lutut akut. Metode Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan comparative analysis. Penelitian dilakukan di suatu perusahaan taksi di Jakarta dan dilakukan dari bulan Juli 2009 sampai bulan Mei 2010. Populasi penelitian adalah semua pengemudi taksi lakilaki yang bekerja di satu pool, berjumlah 1349 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive pada pengemudi yang datang ke pool. Dari 860 pengemudi yang bertugas, 320 pengemudi bersedia menjadi responden. Dua puluh orang dieksklusi karena 3 orang mempunyai riwayat cedera lutut dan 17 orang mengkonsumsi obat anti nyeri sebelum bekerja. Jumlah orang yang bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi kriteria berjumlah 300 orang. Variabel terikat adalah nyeri lutut akut yang dirasakan pada akhir shift kerja, yaitu rasa nyeri dan atau pegal pada salah satu atau kedua sendi lutut, atau nyeri pada otot-otot yang menunjang sendi lutut yaitu otot quadricep dan hamstring, yang didapatkan dari anamnesis pengemudi. Variabel bebas adalah umur, pendidikan, status gizi, kebiasaan olah raga, riwayat berhenti berolah raga, pekerjaan tambahan, lama mengemudi, besarnya sudut fleksi lutut sewaktu menginjak pedal, masa kerja, siklus kerja, proporsi macet, pencapaian target penghasilan dan shift kerja Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan fisik, pengisian log sheet oleh pengemudi, pengisian body map oleh peneliti dan pengukuran besar sudut fleksi lutut sewaktu menginjak pedal. Pengukuran besar sudut fleksi lutut diukur dari besarnya sudut antara garis lurus paha dengan tungkai bawah dan sendi lutut sebagai titik sudutnya pada waktu menginjak pedal seperti biasa pada waktu mengemudi. Hasil Prevalensi nyeri lutut akut pada pengemudi taksi dapat dilihat pada tabel 1. Responden penelitian ini, sebagian besar berumur di bawah 40 tahun (59,7%), berpendidikan rendah (61,3%) dan memiliki status gizi lebih (65,7%). Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor sosiodemografi dengan nyeri lutut akut. Analisis bivariat antara
Tabel 1. Prevalensi Nyeri Lutut Akut pada Pengemudi Taksi Laki-laki di PT.X Jakarta (n=300) Jumlah Nyeri lutut (+) Nyeri lutut (-) Total 95 205 300 % 31,7 68,3 100

Tabel 2. Hubungan Antara Nyeri Lutut Akut dengan Faktor Pekerjaan pada Pengemudi Taksi Laki-laki Karakteristik Nyeri Lutut Akut (+) n % Nyeri Lutut Akut (-) n % Odds Rasio KI 95% Nilai p

Masa kerja >4 tahun <4 tahun Pekerjaan tambahan Ada Tidak ada Siklus kerja >2 hari 2 hari Target penghasilan harian Tercapai Tidak tercapai Proporsi macet Macet Tidak macet Besar sudut fleksi lutut kanan >70 0 <70 0 Besar sudut fleksi lutut kiri >70 0 <70 0 Lama mengemudi >10 jam <10 jam Shift Kerja Pagi Malam

52 43 1 94 22 73 83 12 56 39 0 95 23 72 31 64 76 19

54,7 45,3 1,1 98,9 23,2 76,8 87,4 12,6 58,9 41,1 31,7 24,2 75,8 32,6 67,4 80 20

99 106 1 204 66 139 186 19 102 103 0 205 32 173 73 132 160 45

48,3 51,7 0,5 99,5 32,2 67,8 90,7 9,3 49,8 50,2 68,3 15,6 84,4 35,6 64,4 78 22

1,29 1 2,17 1 0,63 1 1,41 1 1,45 1 -

0,79-2,11

0,299

0,13-35,07

0,534

0,36-1,11

0,110

0,65-3,05

0,373

0,88-2,37

0,138

1,72 1 0,87 1 1,12 1

0,94-3,15

0,073

0,52-1,46

0,614

0,61-2,05

0,700

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 6, Juni 2011

245

Hubungan Nyeri Lutut Akut dengan Lama Mengemudi


Tabel 3. Hubungan Antara Nyeri Lutut Kiri Akut dengan Besar Sudut Fleksi Lutut Kiri pada Pengemudi Taksi Laki-laki di PT. X Jakarta Nyeri Lutut Kiri Akut (+) n tungkai % Besar sudut fleksi lutut kiri >700 <700 Total Nyeri Lutut Kiri Akut (-) n tungkai % Odds Rasio KI 95% Bawah/Atas Nilai p

21 60 81

25,9 74,1

34 185 219

15,5 84,5

1,90 1

1,02-3,53

0,039

Didapatkan hubungan yang bermakna (p=0,039) antara besar sudut fleksi lutut kiri dengan nyeri lutut kiri akut (OR, 1,9, 95% C.I: 1,02 3,53).

faktor pekerjaan dengan nyeri lutut dipresentasikan pada Tabel 2. Pada tabel 2, tampak bahwa tidak terdapat hubungan antara nyeri lutut akut dengan faktor-faktor pekerjaan yang diteliti. Pada analisis multivariat, dengan mengikut sertakan variabel yang menghasilkan p<0,25 pada analisis bivariat, juga tidak ditemukan adanya faktor yang berhubungan dengan nyeri lutut akut. Analisis khusus dilakukan terhadap hubungan antara besar sudut lutut dengan nyeri lutut akut pada tungkai yang sama, yang hanya dapat dilakukan untuk sisi kiri, karena sudut fleksi lutut kanan tidak ada yang melebihi 70 derajat. Diskusi Penelitian ini mendapatkan prevalensi nyeri lutut akut sebesar 31,7% (95 dari 300 responden). Di antara yang mengalami nyeri lutut 57,89%, mengalami nyeri pada kedua lutut dan 85,26% mengalami pada lutut kiri saja. Pada penelitian tahun 2000 di Taipei, didapatkan prevalensi nyeri lutut sebesar 19% (lebih kecil). Hal tersebut dikarenakan transmisi kendaraan yang digunakan sudah otomatis dan juga didapatkan informasi, bahwa frekuensi aktivitas fisik sangat sering, seperti berputar dan membungkuk di sela-sela mengemudi, menyebabkan peredaran darah menjadi lebih lancar, sehingga terjadinya nyeri lutut lebih kecil. Faktor lama mengemudi pada penelitian ini, secara statistik tidak ditemukan memiliki hubungan bermakna antara lama mengemudi lebih dari atau sama dengan 10 jam dengan nyeri lutut akut. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian di Taipei1 yang menemukan hubungan bermakna antara lama mengemudi dengan nyeri lutut. Prevalensi nyeri lutut akut pada responden yang berumur 40 tahun keatas sebesar 28,1%, lebih kecil dibandingkan dengan umur 20-39 tahun sebesar 34,1%. Menurut literatur, pada usia produktif penyebab nyeri lutut biasanya akibat dari cedera atau penggunaan yang berlebihan dari sendi lutut. Namun faktor umur tidak berhubungan bermakna dengan kejadian nyeri lutut akut, karena dapat terjadi pada semua kelompok umur, tergantung beban kerja yang diterima responden saat itu.
246

Nyeri lutut akut juga ditemukan pada responden dengan status gizi lebih (32,5%), dibandingkan dengan nyeri lutut akut pada gizi normal (30,1%), namun tidak ditemukan perbedaan bermakna (p=0,673). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian di Taipei.1 Hal tersebut kemungkinan dikarenakan posisi mengemudi duduk, sehingga efek berat badan terhadap lutut lebih kecil. Dari 95 responden dengan nyeri lutut akut, ditemukan sebesar 95,8% yang mempunyai kebiasaan olah raga buruk, sedangkan responden yang berolah raga teratur hanya sebesar 4,2%. Menurut literatur, dengan berolah raga secara teratur dapat melenturkan otot terutama otot penunjang lutut sehingga kejadian nyeri lutut akut dapat dikurangi. Kebiasaan olah raga yang buruk pada sebagian besar responden, kemungkinan menyebabkan tidak ditemukannya hubungan yang bermakna antara kebiasaan olah raga dengan kejadian nyeri lutut akut. Pada penelitian ini tampak nyeri lutut akut dengan lama mengemudi kurang dari 10 jam sebesar 67,4%, lebih besar dari lama mengemudi lebih dari atau sama dengan 10 jam yaitu sebesar 32,6%. Banyaknya responden yang mengambil shift pagi dikarenakan banyaknya penumpang yang pergi dan pulang kantor pada pagi dan sore hari. Dari 95 responden yang mengeluh nyeri lutut akut, 58,9% mengalami kondisi macet. Namun kondisi macet ternyata tidak mempunyai hubungan bermakna dengan nyeri lutut akut pada analisis bivariat (p=0,138), walaupun secara substansi kondisi jalanan yang macet itu menyebabkan 58,9% responden mengeluh nyeri lutut. Hal tersebut dikarenakan pada saat macet posisi kaki responden akan terus menekan pedal kopling dan rem. Posisi tersebut menyebabkan kontraksi otot sekitar lutut yang berlebihan, sehingga pembuluh darah vena terjepit. Terjadi peningkatan hambatan vaskular dengan meningkatnya tensi otot dan suplai darah ke otot yang menurun bisa sampai 40%. Bila tidak ada periode istirahat, kebutuhan nutrisi otot dan oksigen yang meningkat tidak terpenuhi serta adanya akumulasi dari sisa metabolik (asam laktat) di otot. Kondisi itu menyebabkan nyeri iskemik.4,5 Dari 81 responden yang mengeluh nyeri lutut kiri akut, ditemukan 25,9% dengan besar sudut fleksi lutut kiri lebih dari 700 dan sebesar 74,1% untuk sudut fleksi kurang dari
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 6, Juni 2011

Hubungan Nyeri Lutut Akut dengan Lama Mengemudi atau sama dengan 700. Pada analisis bivariat ditemukan hubungan bermakna antara besar sudut fleksi lutut kiri dengan nyeri lutut kiri akut (p=0,039). Besar sudut fleksi lutut kiri lebih dari 700 mempunyai risiko terjadinya nyeri lutut akut 1,9 kali lipat lebih besar dibandingkan besar sudut fleksi lutut kiri kurang dari atau sama dengan 70. Hal tersebut karena mobil yang digunakan masih bertransmisi manual, sehingga kaki kiri akan sering menginjak kopling. Gerakan dari sendi lutut kiri yang berulang tersebut merupakan kumpulan trauma yang menyebabkan peradangan akut pada tendon, otot atau kapsul sendi yang menyebabkan nyeri. Sedangkan gaya kompresi dari sendi lutut karena gerakan yang berulang dari sendi, juga dapat mempercepat kerusakan rawan sendi, sehingga permukaan sendi makin menipis. Besar fleksi lutut yang lebih dari 700 juga memberikan kontribusi terjadinya nyeri pada sendi lutut, karena akan terjadi kontraksi pada otot quadrisep serta ketegangan dari tendonnya. Sehingga kestabilan sendi tidak dapat dipertahankan dan apabila terjadi berulang dan lama, gesekan tersebut dapat menyebabkan nyeri pada sendi lutut.6,7 Kesimpulan Prevalensi nyeri lutut akut pada pengemudi taksi lakilaki adalah sebesar 31,7%. Ditemukan adanya hubungan bermakna antara besar sudut fleksi lutut kiri dengan nyeri lutut kiri akut. Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik sosiodemografi (umur, pendidikan, status gizi, kebiasaan olah raga, riwayat berhenti berolah raga) dan faktor pekerjaan (masa kerja, pekerjaan tambahan, siklus kerja, target penghasilan harian, proporsi macet, lama mengemudi, shift kerja) dengan risiko terjadinya nyeri lutut akut. Daftar Pustaka
1. Chen JC, Dennerlein JT, Shih TS, Chen CJ. Knee pain and driving duration: a secondary analysis of the taxi drivers health study. Am J Public Health. 2004; 94(4); 575-81. Isbagio H, Setiyohadi B. Masalah dan Penanganan Osteoartritis Sendi Lutut: Cermin Dunia Kedokteran 1995; 104: 8-11: http:// www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06Masalahdan Penganan 104.pdf/ 06 Masalah dan Penganan 104.html (19 Nov 2008) Shirom A. Behavioural outcomes. In: Stellman JM, editor. Encyclopaedia of occupational health and safety 4th ed. Geneva. International Labour Office; 1998. p. a34.53 Keyserling WM. Occupational ergonomics promoting safety and health through work design. In: Levy BS, Wegman DH, editor Occupational health recognizing and preventing work related disease and injury. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2000. p. 197-8 Mustafa P. Physical ergonomics. In: Fundamentals of industrial ergonomics. Oklahoma city works and school of industrial engineering University of Oklahoma. New Jersey: Prentice Hall; 1992. p. 26-32. Byrd LM. General Profile. In: Encyclopaedia of occupational health and safety. Stellman JM, editor. 4th ed. Geneva. International Labour Office; 1998. p. 102.4.-102.22 Agustina E. Nyeri bahu dan hubungan dengan gerakan lengan atas berulang pada buruh tani di desa Samarang Garut-Jawa Barat 2008 [tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2008. h. 27-31. FS/MS

2.

3.

4.

5.

6.

7.

J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 6, Juni 2011

247

Anda mungkin juga menyukai