Anda di halaman 1dari 13

DIAGNOSIS dan PENATALAKSANAAN RINOSINUSITIS BAKTERIAL AKUT ANAK Oleh : TUTUT SRIWILUDJENG T. RSUD Dr.

Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto


PENDAHULUAN Rinosinusitis adalah suatu kondisi yang merupakan manifestasi dari respon keradangan membran mukosa sinus paranasalis, yang biasanya dihubungkan dengan infeksi yang dapat menyebabkan penebalan mukosa dan akumulasi sekret mukus dalam rongga sinus paranasalis. Sehingga besar infeksi sinus paranasalis bersifat rinogen dan rinitis sering diiringi oleh perubahan pada sinus, istilah rinosinusitis saat ini merupakan istilah yang lebih sidukai untuk sinusitis, khususnya pada anak anak dimana penyakit ini terlihat sebagai satu kesatuan penyakit yang sama ! "a#hert dan $erhaeghe, %&&%' Mulyarjo, %&&% (. Rinosinusitis merupakan penyakit keradangan dengan pre)alensi yang tinggi dan mungkin akan terus meningkat. Kerena kualitas hidup penderita dengan kondisi ini dapat sangat terganggu, sangatlah penting bagi dokter untuk dapat mengatasinya dengan memiliki pengetahuan yang benar mengenai definisi, gejala serta metode diagnosis rinosinusitis. Rinosinusitis tersebar luas dan diperkirakan mengenai *& + hinga ,& + indi)idu di -ropa. Di .merika Serikat hampir */ + penduduk pernah menderita paling sedikit sekali episode rinosinusitis dalam hidupnya ! ba#hert dan $erhaeghe, %&&%' mulyarjo, %&&% (. Di 0ndonesisa angka kesakitan rinosinusitis belum diketahui dengan pasti. Rinosinusitis pada umumnya dimulai dari infeksi )irus, yakni rinitis akut, yang sering menyerang anak anak. Menurut 12"rien !*334(, &,/ /,& + infeksi saluran nafas atas dapat mengalami komplikasi menjadi rinosinusitis bakterial akut !RS".(. 5rinsip pengobatan RS". adalah menghilangkan infeksi bakteri, mengurangi keradangan dan gejala buntu hidung serta mengembalikan klirens mukosilier ! mulyarjo, %&&% (. Rinosinusitis adalah penyakit 6 medis6 yang berarti terapi medikamentosa merupakan modalitas penatalaksanaan yang utama terutama pda anak anak. 7idakan bedah ditujukan pada kasus kasus yang tidak responsif terhadap terapi medikamentosa yang maksimal atau bila terjadi komplikasi orbital atau intra#ranial.

1.

Anatom Sinus paranalis adalah serangkaian rongga yang mengelilingi rongga hidung. .da empat pasang sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis, sinus sfenoidalis, sinus etmoidalis dan sinus maksilaris. Sinus maksilaris dan sinus etmoidalis mulai berkembang pada masa kehamilan bulan ke , sampai ke 8 dan sudah terbentuk saat lahir. Sinus maksilaris tumbuh sangat #epat sampai usia , tahun kemudian pada usia 9 tahun sampai *4 tahun pertumbuhan terulang lagi seiring dengan pertumbuhan gigi. 5ada :aktu lahir sel sel udara sinus etmoidalis tumbuh dari , ; 8 sel dan berkembang menjadi *& ; */ sel persisi pada usia *% tahun, dan menjadi ,& ; 8& sel saat de:asa. Sinus sfenoidalis tumbuh pada usia , tahun dan terbentuk sempurna pada usia *% tahun. Sinus frontalis mulai ada pada usia 4 tahun dan terbentuk sempurna pada usia *4 tahun. Sampai dengan /+ orang de:asa mungkin di dapatkan satu atau kedua sinus frontalisnya tidak penuh berkembang. 1leh karena itu ketiadaan sinus frontalis yang teraerasi dengan baik pada pemeriksaan radiologis pada anak muda tidak perlu dianggap sebagai suatu kondisi patologis ! Ra#helefsky, *348' Rohr dan Spe#tor, *348' <osephson dan Roy, *333 (. Walaupun anatomi sinus pada anak mirip dengan sinus pada orang de:asa, sinus pada anak jauh lebih ke#il sehingga seringkali membuat e)aluasi klinis lebih sulit. 5ada pemeriksaan rongga hidung tampak adanya tiga tonjolan dari dinding lateral rongga hidung yang disebut konkanasalis. Drainase dari sinus maksilaris, sinus frontalis dan sinus etmoidalis !sinus ; sinus bagian anterior( adalah melalui konka nasalis medius, sementara drainase dari sinus sfenoidalis dan sinus etmoidalis posterior !sinus ; sinus bagian posterior( adalah melalui konka nasalis superior ! <osephson dan Roy, *333(. .rea yang dinamakan komplek osteomeatal dianggap sebagi tempat penyumbatan utama yang menyebabkan stasis sekresi dan penyakit sinus yang berulang. Se#ara anatomis area ini dibatasi oleh tepi anterior konka nasalis medius di bagian medial dan dinding leteral rongga hidung di bagian lateral.

!. !.1

R no" n#" t " De$ n " Rinosinusitis didefinisikan se#ara klinis sebagai suatu kondisi yang merupakan manifestasi dari respon keradangan membran mukosa sinus paranasalis yang biasanya

dihubungkan dengan infeksi yang dapat menyebabkan penebalan mukosa dan akumulasi sekret mukus dalam rongga sinus paranasalis !"a#hert dan $erhaeghe, %&&%(. Sebagian besar infeksi sinus paranasalis bersifat rinogen dan rinitis sering diiringi oleh perubahan pada sinus. 0stilah rinosinusitis sebagai gabungan antara rinitis dan sinusitis tampaknya sesuai digunakan pada anak, karena keduanya adalah penyakit yang berkesinambungan, dimana sinusitis merupakan kelanjutan dari rinitis dan jarang berdiri sendiri. Disamping itu se#ara klinis gejala rinitis dan sinusitis mirip satu dengan lainnya sehingga terlihat sebagai satu kesatuan penyakit yang sama !Mulyarjo, %&&%' "a#hert dan $erhaeghe, %&&% (. !.! In" den Rinosinusitis merupakan penyakit yang umum dijumpai dalam praktek sehari hari. rinosinusitis tersebar luas dan diperkirakan mengenai *& + hingga ,& + indi)idu di -ropa. Di .merika Serikat hampir */ + penduduk pernah menderita paling sedikit sekali episode rinosinusitis dalam hidupnya !Mulyarjo, %&&%' "a#hert dan $erhaeghe, %&&%(. 0nsiden sebenarnya dari rinosinusitis anak mungkin sekali tinggi dan sebagian besar tidak diketahui. "ila suatu rinosinusitis merupakan keradangan dari lapisan mukosa hidung dan sinus paranasalis, maka dapatlah dikatakan bah:a rinosinusitis dapat terjadi pada setiap infeksi saluran nafas atas !Saragih, *34/ dikutip <onathan ", *33*(. 7etapi pada anak anak dimana rongga sinus paranasalis relatif ke#il dengan ukuran ostium sinus paranasalis yang relatif besar, maka tidak terdapat retensi sekret, sehingga meskipun terjadi rinitis karena )irus yang dapat meluas ke lapisan mukosasinus paranasalis mukus yang terdapat dalam rongga sinus akan dengan #epat dikeluarkan oleh gerakan silia. 1leh karena itu pada anak anak usia % ; , tahun jarang timbul masalah klinis. 0nfeksi dari sinus paranasalis lebih mungkin terjadi pada anak yang lebih besar, namun demikian ini tidak berarti bah:a insiden infeksi sinus paranasalis pada anak anak lebih jarang daripada orang de:asa karena anak anak lebih sering terkena infeksi saluran nafas atas daripada orang de:asa !=liment, *34* dikutip <onathan ", *33*' Ro#k)ille, %&&&(. Menururt "allenger !*34/( rinosinusitis pada anak sering kali terjadi pada usia 8 ; *& tahun. Sedang "e#ker, dkk !*343( menyatakan bah:a rinosinusitis meningkat pada anak diatas usia 8 tahun dan terbanyak antara usia 9 ; *% tahun.

Menurut Hayes !%&&*( infeksi saluran nafas atas pada anak anak yang disebabkan oleh )irus tidak selalu berkembang menjadi RS"., tetapi RS". menempati urutan penyakit ke empat yang didiagnosis pada anak usia */ tahun atau pada usia yang lebih muda. !.% Pato&ene" " 1stium sinus paranasalis memegang peran penting dalam pathogenesis rinosinusitis. 1stium normal berdiameter kurang lebih %,/ mm. Rinitis akut yang terjadi karena infeksi )irus menimbulkan terjadinya udem mukosa dan ini dapat menyebabkan pembuntuan ostium pada 4& + penderita !Roos K, *333 dikutip Mulyarjo, %&&&(. 5embuntuan ini akan menimbulkan penurunan oksigen di dalam rongga sinus dan terjadi hipoksia. Hipoksia menyebabkan gangguan fungsi silia sehingga menghambat drainase rongga sinus. "ila rinitis akut menyembuh, pembuntuan ostium akan menghilang dan darainase normal kembali. .pabila ada faktor predisposisi misalnya kelainan anatomi, pembuntuan ostium akan menetap dan gangguan drainase belangsung lebih lama !Rohr dan Spe#tor, *348' Mulyarjo, %&&%(. >endir yang diproduksi oleh mukosa sinus pada keadaan normal mengandung antimikroba dan sangat sedikit nutrient sehingga akan menyulitkan tumbuhnya kuman. >endir ini akan selalu dikeluarkan dari rongga sinus oleh gerakan silia melalui ostium sinus. "ila ostium buntu akan terjadi hambatan aliran lendir sehingga menumpuk di dalam rongga sinus. Hipoksia juga menyebabkan disfungsi kelenjar mukus sehingga terjadi perubahan kualitas dan kuantitas mukus di dalam rongga sinus. Sekret menjadi lebih kental serta terjadi perubahan pH sehingga menjadi medium yang subur bagi pertumbuhan kuman !Roos K, *333 dikutip Mulyarjo, %&&%(. 5enumpukan sekret yang kental juga menyebabkan kerusakan pada mukosa serta ulserasi dan kerusakan silia. Kerena silia bertugas mendorong lapisan lendir keluar rongga sinus, maka kerusakan sebagian silia akan mengganggu tugas tersebut dengan akibat meningkatnya penumpukan sekret. 5ada kondisi ini terjadilah rinosinusitis bakterial akut !RS".( yang fulminan. Kuman berkembang biak dan banyak en?im proteolitik dilepaskan oleh lekosit sehingga kerusakan mukosa menjadi lebih parah. 7erjadi metabolik asidosis karena tertimbunya asam laktat, dan pertahanan antimokrobial menurun. Kolonisasi kuman meningkat dan seterusnya kerusakan menjadi lebih parah. 5erubahan perubahan ini terjadi se#ara grandual !Mulyarjo, %&&%(. "ila pembuntuan ostium berlangsung terus menerus serta penumpukan sekret didalam rongga sinus tidak teratasi, maka proses masuk ke fase sub akut dan kronik. 0ni terjadi bila

penanganan RS". tidak adekuat atau ada faktor lain yang menyebabkan drainase dan )entilasi sinus terutama di komplek osteomeatal !Mulyarjo, %&&%(. Sinus maksilaris adalah tempat yang paling sering terkena rinosinusitis yang terutama diakibatkan oleh struktur anatomi. 1stium sinus maksilaris merupakan kanal yang berkelok dengan panjang beberapa millimeter. Kanal ini menghubungkan antrum maksial dengan meatus medius untuk membentuk komplek osteomeatal. Selain itu dasar sinus maksilaris lebih rendah dari dasar rongga hidung, sehingga ostium sinus maksilaris berada pada bagian superior dari antrum maksila. Sekret dapat terdrainase se#ara spontan dari sinus maksilaris ke rongga hidung bila kepala pada posisi tegak, silia harus bekerja mengalirkan sekret keluar dengan arah superior mela:an gaya gra)itasi. 7idaklah mengherankan bila sebagian besar kasus rinosinusitis mengenai sinus maksilaris, dan setelah itu sinus etmoidalis, frontalis dan sfenoidalis !Sla)in, %&&%(. @aktor yang dapat merupakan predisposisi terjadinya rinosinusitis adalah A !Ra#helefsky, *348' Ro#k)ille, *333' Sla)in, %&&%(. %., %., Udem mukosa hidung A infeksi saluran nafas atas rinitis alergi, rinitis non alergi, merokok, berenang. 1bstruksi mekanik A hipertofi adenoid, de)iasi septum nasi, konka bulosa, polip nasi, trauma, benda asing, neoplasma. @aktor tersering adalah infeksi saluran nafas atas oleh )irus rinitis alergi. Udem mukosa hidung merupakan karakteristik infeksi akut atau rinitis alergi yang mengakibatkan obstruksi ostium, penurunan kerja silia dalam sinus paranasalis dan meningkatnya produksi mukus serta kekentalannya. Ritis non alergi dapat mengalami efek yang serupa dengan rinitis alergi. @aktor fisiologis dapat menjadi faktor predisposisi terkena rinosinusitis. Misalnya, rokok yang memiliki efek yang sangat besar karena dapat meningkatkan produksi mukusdan memperlambat gerak silia. Hal ini berdasarkan fakta yang menunjukkan bah:a anak anak yang tinggal di alam rumah dimana salah satu atau kedua orang tuanya merokok, mengalami peningkatan insiden kelainan pernafasan dan rinosinusitis. 5erenang juga memiliki insiden rinosinusitis yang tinggi yang mungkin disebabkan oleh masuknya air yang terkontaminasi bahan kimia atau bakteri kedalam sinus !Sla)in, %&&%(.

1bstruksi mekanis juga dapat menjadi predisposisi bagi indi)idu untuk terkena rinosinusitis. "eberapa keadaan seperti hipertrofi adenoid, de)iasi septum nasi, konka bulosa, polip nasi, trauma, benda asing dan neoplasma harus dikesampingkan dengan pemeriksaan endoskopi pada pasien rinosinusitis berulang !Sla)in, %&&%(. !.' Kla" $ (a" Dan Ge)ala Kl n ( !.'.1 Kla" $ (a" Klasifikasi rinosinusitis lebih didasarkan atas lama berlangsungnya penyakit dari pada gejala klinis. Menurut The American Academy Of Pediatric (AAP), %&&*, klasifikasi rinosinusitis adalah sebagai berikut A Rinosinusitis "akterial .kut !RS".( A infeksi berlangsung kurang dari ,& hari, dengan gejala ringan atau beratdan merupakan lanjutan infeksi )irus !renitis akut(. RS". berulang !recurrent rinosinusitis( A beberapa episode infeksi bakteri yang masing masing kurang dari ,& hari dan dipisahkan oleh inter)al asimtomatik sekurang kurangnya *& hari. Rinosinusitis kronis !RSK( A keradangan yang berlangsung lebih dari 3& hari dan terdapat gejala sisa berupa batuk, rinore dan buntu hidung. !.'.! Ge)ala Kl n " RS". Bejala RS". sering didahului oleh infeksi saluran pernafasan atas !0S5.(oleh karena firus dengan rinore yang jernih. Bejala 0S5. pada umumnya membaik sendiri dalam / ; 9 hari. <ika gejala tidak membaik setelah 9 hari diagnosis RS". hendaknya dipertimbangkan !<osephson dan Roy, *333 ' Mulyarjo, %&&%(. Bejala klinis RS". dapat digolongkan menjadi gejala mayor dan gejala minor. Bejala mayor A buntu hidung, ingus purulen, sakit pada daerah muka !pipi, dahi, hidung(, gangguan pen#iuman. Bejala minor yakni A batuk, febris, tenggorok berlendir, nyeri kepala, nyeri geraham, mulut berbau !<osephson dan Roy, *333' "a#hert dan $erhaeghe, %&&%' Mulyarjo, %&&,(. RSK RSK didefinisikan sebagai infeksi yang menetap dalam sinus paranasalis selama 3& hari atau lebih. Kerapkali hal ini menjadi tantangan bagi para dokter untuk membuat diagnosis

rinosinusitis oleh karena gejala ber)ariasidan sering kali tidak spesifik !<osephson dan Roy, *333(. 7anda tanda dan gelaja RSK pada anak anak umumnya meliputi batuk malam hari, rinore, buntu hidung, postnasal drip, sakit kepala. Menurut <osephson dan Roy, !*333(, sejumlah gejala tidak lainya mungkin dapt menyesatkan dokter dalam memastikan diagnosis rinosinusitis !table *(. Rinosinusitis akut 0ngus purulen Cyeri :ajah @ebris "atuk Udem poriorbita Rinosinusitis kronik Rinore "atuk berulang Sakit kepala Postnasal drip "atuk hidung Cyeri tenggorok @ebris ringan .sma Cyeri pada :ajahD mataD gigi

7able *. Bejala gejala rinosinusitis !<osephson dan Roy, *333(. !.* D a&no" " Diagnosis rinosinusitis akut atau rinosinusitis kronik ditegakkan se#ara klinis dengan anamnesa yang #ermat dan pemeriksaan fisik yang lengkap. "anyak penyakit umum yang mempunyai gejala mirip dengan rinosinusitis. 0S5. oleh karena )irus dan adenoiditis merupakan dua penyakit paling umum yang mungkin sulit dibedakan dari rinosinusitis pada penderita anak. Sulit untuk membedakan 0S5. dengan rinosinusitis pada tahap a:al penyakit. Kerapkali 0S5. merupakan predisposisiuntuk timbulnya rinosinusitis !<osephson dan Roy, *333(. Menurut =ohen R, *333 dikutip Mulyarjo !%&&%(, rinosinusitis pada anak sering #ontro)ersial. Sering terjadi o)er diagnosis sehingga meningkatkan pemakaian antibiotika yang tidak perlu. Kadan sulit membedakan infeksi )irus dengan rinosinusitis bakterial. 0S5. merupakan penyakit terbanyak yang diterima anak, namun hanya kurang dari /+ saja yang merupakan rinosinusitis bakterial.

"edasarkan pedoamn terbaru dari ..5 !%&&*(, diagnosis rinosinusitis hanya berdasarkan #riteria klinis baik untuk yang ringan maupun yang berat pemeriksaan radiologis hanya untuk konfirmasi diagnosis. Bambaran klinis RS". pada anak di#urigai bila A 12"rien, *334' Hayes, %&&*( 5ilek E *& hari 0ngus kental kuning D kehijauan "atuk berlanjut terutama malam hari Bejal lain A demam, sakit kepala !pada yang berat( dan mulut berbau Menurut Mulyarjo !%&&%(, diagnosis RS". ditegakkan berdasarkan A 5ilek menetap atau memburuk E 9 hari terutama setelah pengobatan dengan obat bebas Kombinasi gejala mayor dan minor. Menurut "a#hert dan $erhaeghe !%&&%( didapatkan % atau lebih gejala mayor atau * gejala mayor dan % gejala minor Rinoskopi anterior A adanya mukosa udem, hiperemi dan adanya sekret yang mukopurulen Bejala yang mungkin mengenai sinus tertentu !sinus maksila A nyeri pada pipi atau graham, sinus etmoid A nyeri diantara kedua mata, sinus frontalis A nyeri di dahi, sinus sfenoidalis A nyeri hebat yang di pusat kepala atau oksipital( 5emeriksaan @isik 5emeriksaan fisik RS". pada anak ditemukan A !Suyitno, *33F( Mukosa hidung udem dan hiperemis >endir mukosa purulen di meatus medius, rongga hidung atau nasofaring Cafas berbau tetapi tidak didapatkan tanda tanda faringitis, kelainan gigi dan benda asing di rongga hidung 5emeriksaan fisik ini kurang menggambarkan spesifitas RS". pada anak, terutama anak anak diba:ah usia *& tahun

7ransiluminasi

5emeriksaan ini membantu mengangkat diagnosis rinosinusitis maksila pada anak dengan adanya perbedaan bayangan antara sinus maksila kanan dan kiri dimana pada sinus yang sakit memberi bayangan lebih suram. 5emeriksaan ini hanya membantu diagnosis terutama pada anak anak berusia lebih dari *& tahun !Suyitno, *33F(. Radiografi Dengan posisi Waters kita dapat menge)aluasi sinus maksila. Bambaran rontgen yang sering ditemukan pada rinosinusitis maksila pada anak adalah A 5enebalan mukosa lebih dari 8mm Bambaran suram atau gelap pada sinus maksila Air fluid level Walaupun demikian kadang kadang gambaran penebalan mukosa, gambaran suram pada sinus tidak selalu menggambarkan rinosinusitis terutama pada anak anak usia kurang dari * tahun. Karena bentuk sinus maksilia yang masih ke#il dan jaringan lunak pipi memberi bayangan suram D gelap !Suyitno,*33F(. =7 S#an Dengan =7 s#an didapatkan informasi yang lebih terperin#i tentang sinus paranasalis dan kelainan di komplek osteomeatal. <adi =7 s#an dapat mendiagnosis lebih tepat, hanya memerlukan biaya lebih tinggi dan tidak smua rumah sakit memiliki alat =7 s#an !<osephson dan Roy, *333(. MR0 MR0 merupakan pemeriksaan yang unggul untuk menggambartakan kelainan jaringan lunak dalam sinus paranasalis. .kan tetapi karena pemeriksaan yang terbatas pada kelainan struktur tulang. MR0 bukan bukan merupakan alat pemerikasaan pilihan untuk menge)aluasi rinosinusitis akut maupun rinosinusitis kronik !<osephson dan Roy, *333(.

!.+

, (-o. olo& Bambaran mikrobiologi yang sebenarnya pada rinosinusitis didapatkan dari studi dimana diambil dari sinus dengan #ara punksi antrum atau dengan pengambilan sampel se#ara langsung dari sinus yang terkena selama pembedahan !Sla)in, %&&%( 5ada studi terhadap 9F orang de:asa yang mengalami kegagalan dengan terapi medis terhadap rinosinusitis dan dijad:alkan untuk pembedahan, didapatkan kuman aerob pada 9F,,+ kasus dan kuman anaerob pada 9,F+ kasus. Hasil yang serupa juga didapatkan pada anak anak. Wald dkk, *343 dikutip Sla)in !%&&%(, melakukan studi terhadap 8& anak anak dengan rinosinusitis kronik non alergi. Hasilnya didapatkan aspirat sinus positif pada /4+ sampel, dengan bakteri yang dominan Streptococcus Pneumonia, Haemophilus Influenzae, dan Mora ella !atarrhalis. 7idak terdapat kuman anaerob yang diisolasi pada anak anak yang tidak memiliki alergi ini. Hasil yang serupa didapatkan pada studi mengenai rinosinusitis kronik pada anak anak dengan alergi pernafasan. Menurut ..5 !%&&*(, >ippin#ott !%&&%(, Sla)in !%&&%(, dan >ampl !%&&,(, kuman yang sering menjadi penyebab rinoinuitis bakterial akut adalah Streptococcus Pneumonia !,& 8&+(, Haemophilus Influenzae !%& ,&+(, Mora ella !atarrhalis !*% %&+( dan Streptococcus Pyo"enes # Hemolyticus !,+(. Kuman kuman tersebut adalah kuman yang umum ditemukan pada biakan kuman, disamping kuman kuman yang jarang dijumpai seperti Staphylococcus aureus dan kuman kuman anaerob. Kuman anaerob mulai berperan bila oksigenasi rongga sinus makin berkurang. Makin lam proses berlangsung makin meningkat populasi kuman anaerob. 5ada rinosinusitis kronik peran kuman anaerob lebih dominan !>ampl, %&&,(.

!./

Te-a0 5rinsip penatalaksanaan rinosinusitis meliputi pengobatan dan pen#egahan infeksi, perbaikan patensi otium sinus, perbaikan mukosilia dan menkan keradangan mukosa saluran nafas. 5enatalaksanaan medis rinosinusitis merupakan pendekatan bertahap. Sekali diagnosis rinosinuitis ditegakkan, terapi dengan antibiotika se#ara umum merupakan terapi lini pertama !Moesges, %&&%(. 5embuntuan ostium inus perlu dihilangkan dengan dekongestan agar drainase sinus kembali normal. Menurut Moesges !%&&%(, pengobatan dengan antibiotika sering kali berdasarkan pengalaman karena sulitnya memperoleh spesimen yang terper#aya untuk kultur. Gang

terpenting, pemilihan antibiotika harus didasarkan atas prediksi keefektifannya, potensi terjadinya efek samping, serta harganya. Untuk RS". dianjurkan pemberian terapi antibiotika selam *8 hari. .khir akhir ini sejumlah studi yang dipublikasikan menyatakan bah:a perlunya terapi antibiotika masih belum pasti. -fek kerusakan yang lebih besar dapat terjadi oleh mun#ulnya efek samping dari obat yang berimbang dengan efek yang bermanfaat dari terapi antibiotika oral. 1leh sebab itu beberapa peneliti memperkirakan berakhirnya terapi antibiotika !Moesges, %&&%(. Menurut Ro#k)ille !*333( RS". berpotensi untuk menjadi penyakit yang serius sehigga diperlukan antibiotika untuk men#egah komplikasi. 7etapi penggunaan antibiotika yang berlebihan akan dapat meningkatkan timbulnya efek samping, resistensi kuman terhadap antibiotika dan biaya pengobatan !Watson et al, *333' Ro#k)ille, *333' Barbutt et al, %&&*' >ampl, %&&,(. "edasarkan kuman yang sering menjadi penyebab RS"., maka antibiotika lini pertama adalah amoksisilin !<osephson dan Roy, *333' Klien, %&&*' >ampl, %&&,(. Menurut ..5 !%&&*(, pemilihan amoksisilin ini karena merupakan antibiotika yang relati)e aman dan harganya terjangkau. 5ilihan ini dilakukan terutama untuk serangan RS". yang pertaman dimana belum pernah diterapi dengan antibiotika. Untuk RS". berulang atau adanya ri:ayat pemberian antibiotika sebelunya mungkin amoksisilin kurang efektif, untuk itu antibiotika lini kedua dapat menjadi alternatif. "ila ditengarai adanya kuman penghasil en?im H laktamase maka kombinasi amoksisilin dan asam kla)ulanat dapat digunakan. Untuk penderita hipersensitif terhadap penisilin dapat digunakan katrimoksa?ol, makrolid atau doksisiklin, namun obat yang terakhir ini tidak dianjurkan pada anak anak. .ntibiotika ahrus diberikan *& *8 hari !Mulyarjo, %&&%(. Menurut ..5 !%&&*(, sekitar 4&+ anak anak dengan RS". membaik dengan terapi amoksisilin. >ippi#ott !%&&%( melaporkan hal yang sama pada 3&+ kasus, dan Hayes !%&&*( melapoekan 3*,%+ kasus. Dekongestan sistemik fenilpropanolamin atau pseudoefedrin mungkin memperbaiki )entilasi sinus dan memulihkan fungsi mukosilia. Sedangkan dekongestan tropikal mungkin bermanfaat pada tahap a:al proses penyakit rinosinuitis, tetapi pemakaian dekongestan tropikal ini hendaknya dibatasi , smapai / hari !<osephson dan Roy, *333' >ampl, %&&,(. 7erapi bedah pada penderita rinosinusitis anak ditujukan pada rinosinusitis rekuren dan rinosinusitis kronik yang tidak responsi)e terhadap terapi medis yang maksimal dan bila terjadi

komplikasi RS". seperti komplikasi orbita atau intra#ranial !<osephson dan Roy, *333' M# =lay, %&&*(.

!.1

Kom0l (a" R no" n#" t " Ba(te- al A(#t Sinus paranasalis dibatasi oleh otak dan #a)um orbita di lateral, superior dan posterior, sehingga penyebaran infeksi dapat menyebakan komplikasi intrakranial atau orbital yang mengan#am ji:a. Komplikasi orbital biasanya disebabkan penyebaran langsung infeksi melalui lamina papira#ea dari sinus etmoidalis. Komplikasi 1rbital Selusitis preseptal Selusitis orbital .bses Subperiosteal .bses 1rbital 7rombosis Sinus Ka)ernosus Kebutaan

Komplikasi 0ntrakranial Meningitis .bses -pidural .bses subdural .bses otak 1steomielitis dinding anterior sinus frontalis Komplikasi Sistemik To ic shoc$ syndrome Sepsis 7able %. komplikasi rinosinusitis !<osephson dan Roy, *333(.

RINGKASAN Rinosinusitis merupakan penyakit umum yang dijumpai dalam praktek sehari hari. faktor anatomi menyebakan anak anak rentan terhadap obstruksi ostium sinus, menyebabkan ketidaklan#aran sekresi hidung dan meningkatkan pertumbuhan bakteri. Diagnosis rinosinusitis akut dan kronis terutama ditegakkan berdasarkan pada ri:ayat klinis dan pemeriksaan klinis. 7erapi medikamentosa memegang peranan penting dalam penanganan RS"., dengan tujuan untuk membunuh kuman penyebab, membuka ostium sinus dan mengembalikan fungsi silia. 7erapi bedah ditujukan untuk kasus kasus yang tidak responsi)e terhadap terapi medikamentosa atau bila terjadi komplikasi intra#ranial atau orbital.

Anda mungkin juga menyukai