Anda di halaman 1dari 128

IDENTIFIKASI FAKTOR KENYAMANAN FISIK TEMPAT KERJA DI CV.

PRASAJA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri

Disusun Oleh : Golda Esa Putra Tanujaya 07 06 05160

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI YOGYAKARTA 2013


i

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tuhan membuat segala sesuatu Indah pada waktunya (Pengkhotbah 3 : 11a)

Usaha keras itu tak akan menghianati (JKT48 Shonichi)

Tugas Akhir ini dipersembahkan bagi orang tua dan keluarga besarku yang telah mendukung dalam proses studi selama ini beserta teman-teman seperjuangan dan rekan-rekan yang selalu membantu dalam segala usaha dan kesulitan yang dihadapi selama berproses pada masa kuliah.

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Penyusunan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi prasyarat guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dalam mendapatkan kepada : 1. Bapak Ir.B. Kristiyanto, M.Eng., Ph.D. selaku dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2. Bapak The Jin Ai. S.T., M.T., D.Eng. selaku ketua program studi Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta 3. Ibu Luciana Triani yang Dewi. ST., MT. selaku saran dosen dan pembimbing telah banyak memberi penulisan bantuan tugas dari akhir ini penulis pihak. banyak Pada berbagai

kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih

bimbingan dalam penyusunan tugas akhir ini. 4. Papa, Mama, Novita, Gemah, dan keluarga atas doa dan dukungannya untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. CV. PRASAJA yang menjadi subyek penelitian. 6. Teman-teman yang membantu dalam penelitian dan pengambilan data (Yudi, Rio, dan Ageng) 7. Teman-teman kos Abin atas kebersamaan dan dukungan semangat selama ini.

iv

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu sehingga segala sesuatunya dapat terwujud. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat dan memperluas pengetahuan kita semua.

Yogyakarta, Juli 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................... i Halaman Pengesahan ................................ ii Halaman Persembahan ............................... iii Kata Pengantar .................................... iv Daftar Isi ........................................ vi Daftar Tabel ...................................... viii Daftar Gambar..................................... x Daftar Lampiran ................................... xii Intisari .......................................... xiii BAB 1. PENDAHULUAN ................................ 1 1.1. Latar Belakang ........................ 1 1.2. Perumusan Masalah ..................... 2 1.3. Tujuan Penelitian ..................... 2 1.4. Batasan Masalah ......................... 3 1.5. Sistematika Penulisan ................. 3 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI ........ 5 2.1. Tinjauan Pustaka ...................... 5 2.2. Landasan Teori...................... .. 6 BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN . ..................... 20 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. Tahap Persiapan...................... 20 Tahap Pengumpulan Data............... 20 Tahap Analisis Data dan Pembahasan.... 21 Tahap Penarikan Kesimpulan ........ ... 22

BAB 4. DATA ....................................... 24 4.1. Profil Perusahaan ..................... 24 4.2. Data Profil Pekerja ................... 26 4.3. Data Hasil Pengukuran Suhu ............ 27 4.4. Data Hasil Pengukuran Kelembaban ...... 27

vi

4.5. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo.........28 4.6. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung....29 BAB 5. ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN ................31 5.1. Uji Kecukupan Data......................31 5.2. Uji Kenormalan..........................33 5.3. Evaluasi Suhu dan Kelembaban............35 5.4. Evaluasi Nilai Clo......................44 5.5. Evaluasi Data Pengukuran Denyut Jantung............. ......... .........44 5.6. Usulan Solusi Perbaikan.................60 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN.........................63 6.1. Kesimpulan.....................................63 6.2. Saran..........................................64 DAFTAR PUSTAKA..... ..... ...........................65 LAMPIRAN..... ..... .................................67

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Nilai Clo Item Pakaian....................15 Tabel 4.1. Data Profil Pekerja CV.PRASAJA............26 Tabel 4.2. Data Hasil Pengukuran Suhu................27 Tabel 4.3. Data Hasil Pengukuran Kelembaban..........27 Tabel 4.4. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo Pekerja 1.................................28 Tabel 4.5. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo pekerja 2.................................28 Tabel 4.6. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung Pekerja 1................................29 Tabel 4.7. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung Pekerja 2................................30 Tabel 5.1. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 1................................44 Tabel 5.2. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 2................................45 Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 3................................46 Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 4................................46 Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 5................................47 Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 1
viii

Hari ke 6................................47 Tabel 5.7. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 1................................48 Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 2................................49 Tabel 5.9. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 3................................49 Tabel 5.10. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 4...............................50 Tabel 5.11. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 5...............................50 Tabel 5.12. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 6...............................51 Tabel 5.13. Rata-rata Energi Expenditur (Et)........52 Tabel 5.14. Klasifikasi Beban Kerja Dan Reaksi Fisiologis.......................52 Tabel 5.15. Perhitungan Cardiovaskuler Load Pekerja 1...............................53 Tabel 5.16. Perhitungan Cardiovaskuler Load Pekerja 1...............................55

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Hubungan kecepatan denyut jantung dengan aktivitas faali..................14 Gambar 1.2. Diagram Alir Metodologi Penelitian......23 Gambar 4.1. Layout Tempat Kerja.....................25 Gambar 5.1. Uji Kenormalan Data Suhu................33 Gambar 5.2. Uji Kenormalan Data Kelembaban..........33 Gambar 5.3. Uji Kenormalan Data Denyut Jantung Pekerja 1...............................34 Gambar 5.4. Uji Kenormalan Data Denyut Jantung Pekerja 2...............................34 Gambar 5.5. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 1........35 Gambar 5.6. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 2........36 Gambar 5.7. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 3........36 Gambar 5.8. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 4........37 Gambar 5.9. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 5........38 Gambar 5.10.Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 6........38 Gambar 5.11.Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 1...............................39 Gambar 5.12.Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 2...............................40 Gambar 5.13.Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 3...............................40 Gambar 5.14.Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 4...............................41 Gambar 5.15.Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 5...............................41 Gambar 5.16.Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 6...............................42

Gambar 5.17.Persentase Data Hasil Pengukuran Kelembaban...................36 Gambar 5.18.Persentase Hasil Perhitungan %CVL Pekerja 1...............................36 Gambar 5.19.Persentase Hasil Perhitungan %CVL Pekerja 2...............................36 Gambar 5.20.Grafik Perbandingan %CVL Pekerja 1 dan Pekerja 2...........................43

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9.

Lembar Data Profil Pekerja... ........ Lembar Data Pengukuran Suhu Dan Kelembaban... ........................ Lembar Data Pengukuran Nilai Clo

67 68

Pekerja............................... 69 Lembar Data Pengukuran Denyut Jantung............................... 71 Alat Ukur............................. 73 Roses Pengambilan Data Suhu Dan Kelembaban............................ 74 Proses Pengambilan Data Denyut Jantung Pekerja....................... 75 Proses Pembuatan Produk............... 76 Proses Pembuatan Kusen................ 77

Lampiran 10. Produk Jadi........................... 78 Lampiran 11. Situasi Tempat Kerja.................. 79 Lampiran 12. MENKES RI NO.1405/MENKES/SK/XI/2002... 80

INTISARI

CV.PRASAJA merupakan industri menengah yang bergerak di bidang kerajinan kusen jendela dan pintu dengan material kayu jati. Selama ini kenyamanan fisik kurang diperhatikan pihak industri kayu. Kalau dicermati faktor fisik tersebut sangatlah penting bagi kenyamanan pekerja. Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor fisik kenyamanan tempat kerja yang terjadi di CV. PRASAJA, sehingga dapat meminimalisasi atau menghilangkan ketidaknyamanan yang terjadi. Identifikasi dilakukan dengan membandingkan temperatur dan kelembaban udara tempat kerja dengan standar MENKES RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang standar udara ruangan dan rekomendasi suhu lingkungan, mengukur nilai clo pakaian pekerja, tingkat pekerjaan dengan menghitung energy expenditure dan penilaian tingkat kelelahan dengan menghitung Cardiovaskuler Load. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah suhu di lingkungan kerja CV.PRASAJA melebihi standar yang telah ditetapkan rata-rata pada jam 09.00-16.00 WIB, kelembaban lingkungan kerja CV.PRASAJA melebihi standar pada jam 08.00 WIB, sedangkan pada jam 09.00-16.00 WIB kelembaban tidak melebihi standar yang telah ditetapkan, pakaian yang digunakan oleh pekerja di CV.PRASAJA tidak menimbulkan ketidaknyamanan (discomfort) dalam bekerja tetapi perbaikan perlu dilakukan karena pekerja 1 tidak memakai baju saat bekerja melakukan, tingkat pekerjaan pekerja termasuk sedang. Hasil evaluasi %CVL pekerja 1 dan pekerja 2 menunjukan terjadinya kelelahan pada pekerja. Maka diperlukan perbaikan-perbaikan untuk dapat menurunkan atau menghilangkan ketidaknyamanan yang terjadi di tempat kerja CV. PRASAJA. Kata Kunci : faktor fisik, kenyamanan, tempat kerja.

xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Yogyakarta pendidikan tidak juga hanya sangat dikenal terkenal sebagai dengan kota hasil tetapi

kerajinan tangannya (Handycraft). Salah satunya yaitu kerajinan kusen kayu yang berasal dari industri kecil menengah CV.PRASAJA di Jl. Laksda Adi Sucipto Km 06, Sleman, DIY. Produk yang dihasilkan berupa kusen kayu untuk pintu dan jendela. Dalam pembuatannya diperlukan ketelitian dan keterampilan khusus selain itu kenyamanan lingkungan ruang kerja sangat diperlukan sehingga pekerja dapat membuat produk yang dihasilkan sesuai dengan pesanan. Pada kayu proses mulai pembuatannya alat-alat dari pekerja masih manual dan kusen menggunakan sederhana melakukan untuk membuat

aktivitas

mengukur,

memotong/menggergaji, menyerut/mengamplas, memahat dan merakit. Menurut (Boutet, Terry., 1987) Faktor fisik meliputi temperatur udara, kelembaban relatif udara, radiasi permukaan, laju udara, ketebalan pakaian dan tingkat metabolik faktor tubuh fisik sangat berpengaruh pekerja pada efektivitas pekerjaan. Pengaruh terhadap seperti suhu tinggi, kelembaban udara tinggi, radiasi permukaan tinggi, laju udara yang rendah, tebalnya pakaian yang digunakan dalam bekerja menyebabkan meningkatnya suhu tubuh sehingga tingkat metabolik tubuh meningkat,

sehingga

menyebabkan

ketidaknyamanan

seperti

cepat

terjadinya kelelahan, keluhan-keluhan bahkan potensial cedera pada pekerja. Penelitian kenyamanan fisik PRASAJA, ini akan dapat mengidentifikasi meminimalisasi faktor atau tempat kerja yang terjadi di CV.

sehingga

menghilangkan ketidaknyamanan yang terjadi. Selama ini kenyamanan fisik kurang diperhatikan pihak industri kayu, kalau dicermati faktor fisik tersebut sangatlah penting bagi kenyamanan pekerja.

1.2. Perumusan Masalah Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yakni: 1. Bagaimana 2. Bagaimana kondisi faktor-faktor atau fisik di tempat kerja CV.PRASAJA ? menurunkan menghilangkan ketidaknyamanan yang terjadi di CV.PRASAJA? dari penelitian yang akan dilakukan,

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah untuk mengidentifikasi faktor kenyamanan fisik tempat kerja untuk kemudian dicari solusinya.

1.4. Batasan Masalah Penelitian ini memiliki lingkup penelitian sebagai berikut : 1. Penelitian ini meliputi 6 faktor utama menurut Hari Purnomo dan Rizal (2000) meliputi : temperatur udara, kelembaban relatif udara, radiasi permukaan, laju udara, ketebalan pakaian dan tingkat metabolik tubuh . 2. Dari 6 faktor fisik menurut Hari Purnomo dan Rizal (2000)akan dianalisis 4 faktor diantaranya yaitu : temperatur 3. Faktor udara, kelembaban dan relatif laju udara udara, tidak ketebalan pakaian dan tingkat metabolik tubuh. radiasi permukaan dilakukan analisis karena keterbatasan alat ukur. 4. Pengambilan data dilakukan selama tanggal 20-27 Juni 2013, dimana pekerja mengerjakan 7 unit produk kusen kayu.

1.5. Sistematika Penulisan BAB 1 : PENDAHULUAN Bagian ini berisi tentang latar belakang, batasan perumusan dan masalah, tujuan penelitian, masalah,

sistematika penulisan. BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Bagian ini berisi uraian singkat hasil-hasil penelitian atau dan analisis teori-teori terdahulu yang yang berhubungan penelitian, dengan dimana permasalahan yang akan ditinjau dalam Tugas Akhir ini, mendukung teori-teori ini diperoleh dari studi literatur. BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN

Bagian ini berisi langkah dan metode yang digunakan dalam penelitian. BAB 4 : DATA Bab ini berisi uraian singkat tentang profil perusahaan dan data hasil pengukuran di tempat kerja. BAB 5 : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bagian ini berisi tentang pengolahan data dan

pembahasan hasil pengolahan data. BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN Bagian untuk baik. ini berisi ringkasan hasil untuk penelitiaan hasil yang yang lebih merupakan jawaban dari tujuan penelitian serta saran penelitian selanjutnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka Meninjau penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan memiliki topik yang serupa.

2.1.1. Penelitian Terdahulu Hari penelitian Udara (SPS) dan MIDI Purnomo mengenai Beban untuk dan Rizal Terhadap (2000), Kondisi melakukan Temperatur Faal Tubuh Pengaruh Kelembaban,

Kerja

Manusia. Penelitian menggunakan Seri Paket Statistik menunjukan hubungan detak jantung dengan kelembaban udara dan temperatur untuk suhu dan beban kerja yang berbeda. Ratih mengenai. Setyaningrum Penelitian (2010), melakukan penelitian energi menggunakan perhitungan

expenditur, konsumsi energi, dan perhitungan CVL pada aktivitas manual material handling sehingga didapatkan penilaian beban kerja sehingga perlu dilakukan perbaikan segera.

2.1.2. Penelitian Sekarang Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor kenyamanan fisik tempat kerja yang mempengaruhi kenyamanan pekerja pengrajin kusen kayu di CV.PRASAJA untuk kemudian dicari solusinya dari faktor temperatur udara, kelembaban udara, ketebalan pakaian dan tingkat metabolik tubuh. Dengan membandingkan suhu temperatur

dan kelembaban udara tempat kerja dengan standar MENKES RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002 standar udara ruangan dan rekomendasi untuk tubuh suhu lingkungan menurut pakar ergonomi menghitung manusia, ketebalan pakaian,

konsumsi energi dan penilaian tingkat kelelahan dengan menghitung Cardiovaskuler Load.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Definisi Ergonomi Sutalaksana ergonomi sebagai dan (2006) suatu mendefinisikan ilmu yang istilah cabang sistematis, merancang

untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, keterbatasan manusia untuk sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman. Sistem manusiamesin peralatan interaksi dan kerja yang adalah suatu sistem sebagai hubungan sistem dipertimbangkan kerja telah

integral, saat ini dengan ergonomi perancangan suatu fasilitas memperlihatkan Hal ini manusia secara lebih baik.

dimaksudkan untuk 1) Memperbaiki performansi kerja; 2) Mengurangi waktu dan biaya pelatihan; 3) Memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan keterampilan yang diperlukan; 4) Mengurangi waktu yang terbuang siasia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan human error, 5) Memperbaiki kenyamanan manusia dalam kerja. Berdasarkan berbagai pendefinisian ergonomi oleh beberapa pakar tersebut, dapat disimpulkan
6

bahwa

di

dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya penting saling dalam berinteraksi satu sama lain. Ergonomi memberikan peranan meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka manusia dan desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal itu adalah untuk untuk mengurangi ketidaknyamanan kerja, visual dan suatu dengan dengan risiko kurang desain postur kerja, desain suatu perkakas kerja (handtools) mengurangi dalam kelelahan proses suatu desain peletakan instrumen dan sistem pengendali agar didapat optimasi transfer respon kerja metoda berperan informasi cepat dihasilkannya optimasi, kesehatan yang dan

meminimumkan risiko kesalahan, serta supaya didapatkan efisiensi akibat dapat hilangnya yang sebagai kerja pula

tepat.(Nurmianto, 1996). Ergonomi pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan dan lainlain. yang Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan dan juga aktivitas rancang bangun (disain) ataupun rancang ulang disesuaikan dengan kemajuan teknologi anatomy, psysiology, industrial medicine.

2.2.2. Faktor Fisik dan Psikologis Menurut Hari Purnomo dan Rizal (2000) Faktor fisik dan psikologis merupakan tes data dua faktor yang saling pada terkait. Walaupun sering didasarkan

pengukuran fisik, tetapi faktor psikologis juga perlu diperhatikan karena setiap individu memiliki perbedaan persepsi tentang kenyamanan tubuhnya. 1. Faktor Fisik: Faktor fisik tergantung pada 6 faktor utama yang sama pentingnya dengan aspek psikologis yaitu : temperatur udara, kelembaban relatif udara, radiasi permukaan, laju udara, ketebalan pakaian dan tingkat metabolik tubuh. 2. Faktor Psikologis: Faktor psikologis dianggap lebih penting dari faktor fisik. Tetapi faktor ini sering dikesampingkan dan tidak saja. dijadikan Yang ini Hal patokan digunakan untuk setiap mengukur orang tingkat fisik mempunyai kenyamanan. hanyalah faktor

dikarenakan

standar psychological comfort yang berbeda-beda.

2.2.3. Kenyamanan Tubuh Manusia (Human Comfort) Menurut nyaman dengan cara Hari Purnomo sesuatu seperti dan hal Rizal yang (2000) berusaha atau Kondisi diraih penyebab rendahnya yang mendekati merupakan

mengalahkan

faktor-faktor tinggi

ketidaknyamanan sangat lembab

temperatur dan kelembaban udara. Pada (kelembaban

lingkungan

relatifnya

100%),udara akan dipenuhi dengan uap air sehingga kadar oksigen di udara berkurang. Hal ini menyebabkan jantung sulit memperoleh oksigen yang dibutuhkan darah sehingga memacu jantung untuk bekerja lebih cepat. Pada kondisi ini, kelembaban dapat dikurangi salah satunya dengan menambah ventilasi udara. Atau jika memungkinkan, dapat juga dilakukan dengan cara menaikkan termperatur

udara.Sebaliknya (kelembaban

pada

lingkungan

yang

sangat

kering

relatif-nya

mendekati

0%),

penguapan

berlangsung cepat. Pada kondisi ini, viskositas darah naik disebabkan karena cairandarah mengalami panguapan, sehingga untuk memaksa jantung darah. panas untuk memompa lebih keras mengalirkan Perpindahan temperatur. Pada Kelembaban selalu dapat ditambah dengan tubuh

dengan menambah uap air kedalam ruangan tersebut. proporsional dingin, kondisi lingkungan

kehilangan banyak panas hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman yang kemudian tubuh berusaha mencegah hilangnya panas dengan Pada cara mengerutkan lingkungan mengurangi pembuluh yang darah yang berada agar untuk dekat permukaan kulit (menyebabkan kulit terlihat lebih pucat). dengan panas diusahakan tubuh tranfer panas tubuh ke lingkungan menjadi lebih mudah aktifitas meminimalkan produksi panas tubuh. Solusi lain dapat dilakukan dengan menyalakan kipas angin untuk mengganti aliran udara yang panas di sekitar tubuh manusia (yang berasal dapat dari panas tubuh) dengan melalui udara proses yang lebih dingin yang berasal dari bagian lain ruangan.Tubuh juga menurunkan suhunya evaporasi dan keringat (keringat menyerap panas tubuh

mendinginkannya. Umumnya, sebagian besar panas tubuh dikeluarkan melalui proses evaporasi. Tetapi proses evaporasi akan sulit 100%. sangat berlangsung Iklim jika kelembaban pengaruh relatif yang mendekati signifikan memberikan

terhadap kesehatan manusia Dan merupakan suatu hal yang mempengaruhi kenyamanan tubuh manusia(human comfort) karena kondisi ideal seseorang melaksanakan

pekerjaannya

secara

optimal

tergantung

pada

level

pekerjaannya. Kenyamanan tubuh manusia tergantung pada tiga faktor yaitu temperatur, kelembaban relatif dan aliran berbagai mudah. udara. faktor Dengan Kenyamanan fisik demikian dan atau (comfort) psikologis comfort berasal yang hidup tidak dari dapat lebih hanya

menimbulkan

kepuasan

dapat membuat human

ditentukan oleh kondisi termal saja.

2.2.4. Temperatur Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan perut dengan yang sedikit disebut fluktuasi sekitar dengan suhu 37 derajat (core celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian dalam tubuh termperatur). Suhu inti ini termperatur menunjukkan adalah shell diperlukan agar alat-alat termperatur, yang terdapat mempunyai tubuh

itu dapat berfungsi normal. Sebaliknya, lawan dari core pada otot, tangan, kaki dan variasi seluruh bagian kulit yang Manusia

tertentu.

kemampuan untuk mempertahankan keadaan normal (mempunyai kemampuan untuk beradaptasi).

Kapasitas untuk beradaptasi inilah yang membuat manusia mudah untuk mentolerir kekurangan panas secara temporer yang berjumlah ratusan kilo kalori pada seluruh tubuh. Dengan kata lain, tubuh manusia dapat

menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi., radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan Tetapi, atau kelebihan untuk panas yang membebaninya. diri dengan kemampuan menyesuaikan

temperatur luar adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi panas

10

dan 35% untuk kondisi dingin dari (Sutalaksana, 2006). Berbagai pengaruh yang tingkat

keadaan normal tubuh akan memberikan berikut

temperatur yaitu

berbeda-beda,

sebagai

(Sutalaksana, 2006): 1. 49 derajat celcius temperatur dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas kemampuan fisik dan mental. 2. 30 derajat celcius aktivitas mental dan daya tangkap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan dan timbul kelelahan fisik. 3. 24 derajat celcius kondisi kerja optimum. 4. 10 derajat celcius kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul. Dari suatu penyelidikan pula dapat diperoleh bahwa produktivitas kerja (Sutalaksana, manusia akan mencapai tingkat yang derajat celcius MENKES RI berdasarkan paling tinggi pada suhu 24 sampai 27 2006),

NO.1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang standar udara ruangan syarat udara ruangan yang direkomendasikan untuk suhu berkisar antara 1830 oC dan kelembaban : 65-95%.

2.2.5. Paparan Suhu Lingkungan Tekanan anggota tubuh panas untuk memerlukan memelihara upaya tambahan pada keseimbangan panas.

Menurut Pulat (1992) bahwa reaksi

fisiologis tubuh

(Heat Strain) oleh karena peningkatan temperatur udara di luar comfort zone adalah sebagai berikut : a. Vasodilatasi b. Denyut jantung meningkat c. Temperatur kulit meningkat

11

d. Suhu

inti

tubuh lebih

pada rinci

awalnya gangguan

turun

kemudian akibat

meningkat dll. Secara kesehatan pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut (Kroemer-Elbert, 1994): a. Gangguan perilaku dan performansi Sering kerja seperti, istirahat terjadinya curian dll. b. Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh < 1,5% gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering. c. Heat terus Rash. basah. Keadaan Pada pada seperti kondisi tempat biang keringat pekerja sejuk otot atau perlu dan tubuh yang keringat buntat, gatal kulit akibat kondisi kulit demikian yang beristirahat d. Heat Cramps. dan lebih kelelahan, melakukan

menggunakan bedak penghilang keringat. Merupakan kaki) akibat kejang-kejang keluarnya (tangan keringat

menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium. e. Head Syncope atau Fainting. Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di bawa ke permukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi. f. Heat Exhaustion. Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan atau kehilangan

12

garam. Gejalanya mulut kering, sangat haus, lemah, dan sangat oleh lelah. Gangguan yang ini belum biasanya banyak dialami pekerja beraklimatisasi

terhadap suhu udara panas.

2.2.6. Kerja Fisik Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya (power). Kerja fisik disebut kerja juga manual akan operation tergantung fisik atau juga kerja dimana pada dapat kasar performans ataupun sepenuhnya kerja. kerja

manusia yang berfungsi sebagai sumber tenaga (power) pengendali dengan Kerja berat dikonotasikan

karena kegiatan tersebut memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung. Dalam kerja fisik konsumsi energi merupakan besar, dapat fisik faktor utama yang dijadikan tolak ukur penentu berat / ringannya suatu pekerjaan. mental. satu Secara garis ini kegiatan-kegiatan dilakukan akan tubuh, secara manusia dapat digolongkan menjadi kerja fisik dan kerja Pemisahan tidak Kerja sempurna, karena terdapatnya hubungan yang erat antar dengan lainnya. pada mengakibatkan yang dapat perubahan fungsi alat-alat

dideteksi melalui : 1. Konsumsi oksigen 2. Denyut jantung 3. Peredaran udara dalam paru-paru 4. Temperatur tubuh 5. Konsentrasi asam laktat dalam darah 6. Komposisi kimia dalam darah dan air seni 7. Tingkat penguapan

13

8. Faktor lainnya Menurut Barnes udara (1980), dalam Kerja fisik mengakibatkan jantung, tubuh, otot. fisik dan Ada yang perubahan peredaran ini konsumsi oksigen, paru-paru, oleh dan denyut suhu

konsentrasi asam laktat dalam darah. Beberapa faktor sedikit terpengaruh udara, seorang digunakan aktivitas pekerjaan hubungan antara denyut jantung, konsumsi oksigen, jumlah peredaran oleh dilakukan paling individu. untuk keempat faktor tingkat

tersebut, denyut jantung dan konsumsi oksigen yang banyak mengukur fisiologis kerja manusia.

2.2.7. Pakaian Pakaian mempengaruhi laju pertukaran panas secara konveksi tubuh dan radiasi oleh dan jenis mempengaruhi pakaian yang tingkat sedang pendinginan evaporasi. Besarnya kalor yang dilepas oleh dipengaruhi dipakai pada saat itu, terutama mengenai besar kecilnya isolasi termal dari bahan pakaian dan tebalnya. Isolasi termal dari bahan pakaian yang dipakai dinyatakan dalam clo, dimana : 1 clo = 0,155 m2.K/Watt. (Kodak Eastman Company, 1983) Faktor untuk pakaian termal pilihan yang lazim dan mudah termal diterapkan cara mencapai yang bagi kenyamanan adalah

berpakaian. Manusia bisa memilih dan menentukan jenis dikenakannya dirinya. Untuk demu mencapai kenyamanan pakaian menentukan sifat

yang digunakan dapat dilihat pada Tabel pakaian dan clothing value pada Tabel 2.1. Untuk menentukan nilai

14

clo gabungan, maka nilai clo yang ada dapat dijumlahkan (Apriyandini, 2010). Tabel 2.1. Nilai Clo Item Pakaian Nilai Clo 0,09 0,06 0,05 0,22 0,14 0,26 0,32 0,22 0,49 0,04 0,08 0,02 0,01

Item Pakaian Kaos Berkerah Kaos Dalam Celana Dalam Kemeja Lengan Panjang Kemeja Lengan Pendek Celana Ringan Celana Berat Jaket Ringan Jaket Berat Sepatu Sepatu boot Sandal Kaos Kaki Sumber : SNI 03-6572-2001 2.2.8. Perhitungan Konsumsi Energi

Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran tekanan darah, aliran darah, komposisi kimia dalam darah, temperatur tubuh, tingkat penguapan dan jumlah udara yang dikeluarkan oleh paru-paru. Dalam penentuan konsumsi energi biasa digunakan parameter jantung. kecepatan indeks Indeks denyut kenaikan ini jantung bilangan pada kecepatan perbedaan kerja denyut antara tertentu merupakan

waktu

dengan kecepatan denyut jantung pada saat istirahat.

15

Untuk expenditure jantung), antara jantung

merumuskan dengan dilakukan

hubungan heart

antara rate

energy (denyut hubungan denyut Bentuk

kecepatan pendekatan

kuantitatif kecepatan regresi.

energy dengan

expediture menggunakan

dengan analisa

regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut :

1,80411 0,0229038 X

4,71733.10 4 X 2

(2.1)

Dimana: Y X : Energi (kilokalori per menit) : Kecepatan denyut jantung (denyut per menit) Setelah untuk kegiatan besaran kerja kecepatan tertentu bisa denyut jantung dalam (2.2) suatu kegiatan kerja

disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi dituliskan bentuk matematis sebagai berikut : KE = Et Ei Dimana : KE : Konsumsi tertentu energi untuk (kilokalori/menit)

Et : Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kilokalori/menit) Ei : Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori/menit) Terdapat tiga tingkat energi fisiologi yang umum : Istirahat, limit kerja aerobik, dan kerja anaerobik. Pada untuk tingkat tahap istirahat pengeluaran kehidupan basah. keluar. Hal energi tersebut tubuh diperlukan disebut mengukur dan luas mempertahankan metabolisis yang tubuh yang

perbandingan oksigen yang masuk dalam paru-paru dengan karbondioksida Berat

16

permukaan adalah faktor penentu yang dinyatakan dalam kilokalori/area 1,77 meter dan permukaan/jam. memerlukan Rata-rata energi manusia 1 mempuanyai berat 65 kg dan mempunyai area permukaan persegi sebesar kilokalori/menit. (Modul APSK & Ergonomi UAJY, 2009)

2.2.9. Perhitungan Cardiovaskuler Load Peningkatan istirahat berdasarkan denyut nadi mempunyai maksimum. denyut nadi = peran Manuaba kerja %CVL ) yang & yang yang sangat penting dalam peningkatan cardiac output dari sampai kerja Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi beban kerja peningkatan dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskular (cardiovascular load dihitung dengan rumus sebagai berikut : %CVL = (2.3)

Denyut nadi maksimum = 220 umur (Astrand and Rodahl, 1977). Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi sebagai berikut - X 30% - 30 < X 60% - 60 < X 80% - 80 < X 100% - X > 100% = tidak terjadi kelelahan = diperlukan perbaikan = kerja dalam waktu singkat = diperlukan tindakan segera = tidak diperbolehkan beraktivitas

2.2.10. Uji Kecukupan Data Uji kecukupan data bertujuan untuk membuktikan bahwa jumlah sampel data hasil observasi yang telah

17

diambil sistem formula oleh

dapat secara untuk

dikatakan menentukan kepercayaan kebenarannya menyimpang

cukup

untuk

dapat M.

mewakili Barnes,

keseluruhan.

Menurut jumlah dan

Ralph tingkat

minimal

dipengaruhi ketelitian s

tingkat k

(k) dan

(s). Tingkat kepercayaan k berarti data tersebut dapat dipercaya berarti tingkat s ketelitian peneliti memperbolehkan sejauh rata-rata dari hasil

penelitiannya

rata-rata

sebenarnya. Persamaan untuk menentukan jumlah sampel minimum dapat diformulasikan sebagai berikut:

(2.4) Dengan : N N Xi K S maka harus Uji dapat = Jumlah sampel data minimum = Jumlah data yang diperoleh = Data pengamatan ke-i = Tingkat kepercayaan = Tingkat ketelitian dilakukan data penambahan juga P data sampel atau dengan hasil

Data dinyatakan cukup apabila N>N, dan bila N<N dilakukan pengamatan tambahan. kecukupan dapat dilakukan (nilai sig.). menggunakan bantuan software statistik. Hasil pengujian dilihat pada nilai menunjukan bahwa jumlah sampel minimum sudah terpenuhi jika P>0.05 (Budi, 2006).

2.2.11. Uji Kenormalan Data Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan terdistribusi normal atau tidak. Hal ini bertujuan untuk menentukan metode statistik

18

yang sesuai yang dapat digunakan untuk pengolahan data, untuk data yang telah dikumpulkan. Uji kenormalan yang Metode perlu digunakan ini memiliki adalah uji Kolmogorov-Smirnov. ini dikarenakan keunggulan

hasilnya lebih akurat dan lebih mudah digunakan. Hal tidak dilakukan pengelompokan pada data yang diperoleh. Konsep dasar pengujian ini adalah membandingkan distribusi data yang akan diuji normalitasnya dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan kedalam bentuk zscore dan telah diasumsikan normal. Penerapan pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah jika signifikansi dibawah 0,05 berarti data yang akan diuji memiliki perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak terdistribusi normal. Berlaku data sebaliknya baku, jika berarti signifikansi diatas 0,05 normal berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan normal data terdistribusi (Budi, 2006).

19

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

1.1. Tahap Persiapan Penulis melakukan penelitian Identifikasi Faktor Fisik Yang Mempengaruhi Kenyamanan Pada Pekerja. Pada persiapan diperlukan yaitu: 1. Thermohygrometer. 2. Tensi Meter. 3. Lembar Data 4. Alat Tulis Pada penelitian ini variabel yang diukur adalah Suhu dan kelembaban di ruang kerja, Ketebalan pakaian denyut jantung pekerja pada saat tidak bekerja(sebelum bekerja dan istirahat) dan pada saat bekerja. ini, untuk penulis menyiapkan alat-alat antara yang lain melakukan penelitian

1.2. Pengumpulan Data Metode yaitu : 1. Data Pekerja Pengambilan data dilakukan dengan wawancara kepada pekerja sehingga diperoleh data profil pekerja. 2. Data Suhu Pengambilan suhu data dilakukan dengan cara mengukur alat tempat kerja dengan menggunakan pengumpulan data dalam penelitian ini,

Thermohygrometer. Pengukuran dilakukan mulai pukul

20

08.00 WIB-16.00 WIB setiap 1 jam selama 6 hari kerja sehingga diperoleh data hasil pengukuran suhu. 3. Data Kelembaban Udara Pengambilan Kelembaban data tempat dilakukan kerja dengan cara mengukur alat dengan menggunakan

Thermohygrometer pengukuran dilakukan setiap 1 jam selama 6 hari kerja sehingga diperoleh data hasil pengukuran kelembaban udara. 4. Data Nilai clo pakaian Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati dan mengisi form pakaian yang digunakan oleh selama 6 pekerja hari pada data setiap hari sehingga

diperoleh data nilai clo pakaian. 5. Data Denyut jantung Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur denyut jantung pekerja selama 6 hari kerja dengan menggunakan alat Tensi Meter. a. Pengambilan atau pengukuran denyut nadi istirahat (Dn0) dilakukan pada saat sebelum pekerja memulai pekerjaannya yaitu pukul 08.00 WIB dan setelah istirahat pukul 12.30 WIB. b. Pengambilan (Dn1) atau pengukuran setiap jam denyut pada nadi kerja dilakukan saat pekerja

melakukan pekerjaannya yaitu pengukuran dilakukan pada pukul 09.00 WIB16.00 WIB.

1.3. Tahap Analisis Data dan Pembahasan. 1. Data yang diperoleh kemudian diuji kecukupan data dan distribusi normal. 2. Data hasil pengukuran suhu dan kelembaban kemudian dibandingkan apakah sesuai dengan standar MENKES RI
21

NO.

1405/MENKES/SK/XI/2002 dan rekomendasi

tentang suhu

standar

udara menurut

ruangan

lingkungan

pakar ergonomi untuk tubuh manusia. 3. Data hasil pengukuran nilai clo dilakukan evaluasi apakah memenuhi standar nilai clo. 4. Data hasil pengukuran dengan 2.1), konsumsi denyut energi jantung energi pekerja 2.2) dan dianalisis (persamaan dan menghitung kerja expenditur 2.3)

(persamaan

penilaian

beban

(persamaan

Cardiovaskuler Load.

1.4. Tahap Penarikan Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat memenuhi dan menjawab tujuan dari penelitian serta solusi untuk CV.PRASAJA. Tahap penarikan kesimpulan berisi juga saran yang diberikan penulis untuk penelitian selanjutnya. Langkah penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.2. Diagram Alir metodologi Penelitian.

22

Mulai

Studi Literatur : Studi Pustaka. Pengamatan Langsung.

Persiapan Penelitian : Pembuatan Form Data.

Pengambilan Data : Pengukuran alat Checklist, Data dan Suhu Denyut dan Kelembaban Nilai Jantung Clo menggunakan menggunakan alat

Thermohygrometer,

menggunakan

Tensi Meter. Dokumentasi Foto.

Analisis Data dan Pembahasan : 1. 2. Uji kecukupan data dan distribusi normal. Data hasil dan pengukuran rekomendasi suhu suhu dan kelembaban dibandingkan pakar dengan ergonomi standar MENKES RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang standar udara ruangan 3. 4. lingkungan menurut untuk tubuh manusia. Data hasil pengukuran nilai clo dianalisis apakah memenuhi standar kenyamanan thermal. Data hasil pengukuran denyut jantung pekerja dianalisis dengan menghitung konsumsi energi dan Cardiovaskuler Load.

Kesimpulan dan Saran : Kesimpulan Hasil Analisis data dan Pembahasan. Saran dari penulis untuk CV.PRASAJA.

Selesai

Gambar 1.2 Diagram Alir Metodologi Penelitian

23

BAB 4 DATA

4.1. Profil Perusahaan 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan CV.PRASAJA merupakan industri menengah yang bergerak di bidang kerajinan kusen jendela dan pintu dengan material kayu jati didirikan tahun 1998 dengan Syaifudin sebagai pemilik usaha yang bertempat di Jl. Laksda Adi Sucipto Km 06, Sleman, Yogyakarta. Produksi dilakukan apabila ada pesanan saja dan material yang digunakan untuk produk hanya kayu jati, Pembuatan produk masih manual karena menggunakan alat-alat tradisional seperti gergaji tangan, pahat, palu, paku, dan penggaris besi.

4.1.2. Waktu Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja Hari kerja CV.PRASAJA senin sampai dengan sabtu. Pembagian Jam kerja diatur seperti dibawah ini: Hari senin sabtu : 1. Pagi 2. Istirahat 3. Siang CV.PRASAJA produk, konsumen. dan : 08.00 12.00 WIB : 12.00 12.30 WIB : 12.30 16.00 WIB memiliki empat orang pekerja yaitu ke

Anto sebagai mandor, Marula dan Susno sebagai pembuat Sugeng sebagai pengantar produk

24

1.1.3. Deskripsi Tempat Proses Kerja

Gambar 4.1. Layout Tempat Kerja Tempat kerja CV.PRASAJA hanya berjarak 2 meter dari jalan raya dengan luas 8 x 10 m2 dengan kondisi ruangan terbuka, terdapat beberapa komponen fasilitas utama yaitu kantor utama untuk pemilik dan mandor juga sebagai tempat untuk menerima konsumen, terdapat ruang istirahat yang berfungsi sebagai tempat istirahat pekerja, dan terdapat toilet. Pada Gambar 4.1 area berwarna hijau merupakan area ruang gerak pekerja mulai dari mengambil material, alat, serta melakukan proses pembuatan kusen di kursi panjang dan meja gergaji. Tahapan yaitu: 1. Tahap Persiapan (Preparation) Tahap persiapan terdiri dari persiapan material kayu dan persiapan alat. Material kayu diangkat ke kursi panjang untuk dilakukan pengukuran.
25

proses

pembuatan

kusen

di

CV.PRASAJA,

2. Tahap Pengukuran (Measurement) Material panjang kayu yang sudah dipindahkan ukuran ke kursi kemudian diukur sesuai pesanan

menggunakan penggaris dan pensil. 3. Tahap Pemotongan (Cutting) Proses pemotongan kayu yang sudah diukur kemudian dipotong menggunakan gergaji. 4. Tahap Perakitan (Assembly) Setelah kayu dipotong sesuai ukuran kemudian kayu dilubangi menggunakan pahat setelah itu dirakit dan direkatkan menggunakan paku.

4.2. Data Profil Pekerja Tabel 4.1. Data Profil Pekerja CV.PRASAJA Jenis Kelamin (L/P) L L L L

No. 1. 2. 3. 4.

Nama Pekerja Anto Marula Susno Sugeng

Umur (Tahun) 40 45 25 33

Posisi Pekerjaan Mandor Pengrajin Karyawan Sopir Pengantar barang

Pekerja

yang

menjadi

Objek

penelitian

yaitu

pekerja yang terlibat langsung dalam proses pembuatan kusen maka pekerja yang akan diukur denyut jantung

26

dan nilai Clo pakaian adalah Marula (pekerja 1) dan Susno (pekerja 2).

4.3. Data Hasil Pengukuran Suhu Tabel 4.2. Data Hasil Pengukuran Suhu Suhu (oC) Hari ke 1 28 30 31 32 32 32 31 31 31 Hari ke 2 29 30 32 33 33 32 31 30 30 Hari ke 3 27 31 32 32 32 32 31 31 31 Hari ke 4 28 29 32 33 33 33 32 31 30 Hari ke 5 29 31 32 33 33 33 32 32 31 Hari ke 6 29 31 33 33 32 31 31 31 30

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Jam Pengamatan 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00

4.4. Data Hasil Pengukuran Kelembaban Tabel 4.3. Data Hasil Pengukuran Kelembaban Kelembaban (%) Hari ke 1 96 93 Hari ke 2 95 89 Hari ke 3 98 83 Hari ke 4 97 83 Hari ke 5 97 81 Hari ke 6 98 79

No. 1. 2.

Jam Pengamatan 08.00 09.00

27

Tabel 4.3 Lanjutan Jam Pengamatan 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 Hari ke 1 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 89 80 77 74 76 81 85 Hari ke 2 82 79 76 76 77 79 86 Kelembaban (%) Hari ke 3 74 73 73 74 76 82 84 Hari ke 4 76 75 74 73 74 78 83 Hari ke 5 76 75 75 73 78 83 86 Hari ke 6 75 74 72 72 73 75 81

No.

4.5. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo Tabel 4.4. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo pekerja 1 Item Pakaian Kaos Berkerah Kaos Dalam Celana Dalam Kemeja Lengan Panjang Kemeja Lengan Pendek Celana Ringan Celana Berat Jaket Ringan Jaket Berat Sepatu Sepatu boot Sandal Kaos Kaki Jumlah Nilai Clo 0,09 0,06 0,05 0,22 0,14 0,26 0,32 0,22 0,49 0,04 0,08 0,02 0,01 Hari 1 2 3 4 5 6

0,31

0,31

0,31 0,31

0,31 0,31

28

Tabel 4.5. Data Hasil Pengukuran Nilai Clo pekerja 2 Item Pakaian Kaos Berkerah Kaos Dalam Celana Dalam Kemeja Lengan Panjang Kemeja Lengan Pendek Celana Ringan Celana Berat Jaket Ringan Jaket Berat Sepatu Sepatu boot Sandal Kaos Kaki Jumlah Nilai Clo 0,09 0,06 0,05 0,22 0,14 0,26 0,32 0,22 0,49 0,04 0,08 0,02 0,01 Hari 1 2 3 4 5 6

0,4

0,4

0,4

0,4

0,4

0,4

4.6. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung Tabel 4.6. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung Pekerja 1
Jam Pengamatan (WIB) 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 12.30 13.00 Denyut Jantung (detak/menit) Hari Pengamatan 1 2 3 4 5 6 73 78 77 73 76 76 137 122 127 131 78 102 140 136 134 144 81 123 151 139 135 121 84 122 119 122 127 131 78 102 141 134 127 132 82 128 139 136 128 134 83 132

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Keterangan Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1

29

Tabel 4.6 Lanjutan


Jam Pengamatan (WIB) 14.00 15.00 16.00 Denyut Jantung (detak/menit) Hari Pengamatan 1 Dn1 Dn1 Dn1 129 142 146 1 127 134 141 1 132 136 141 1 129 142 146 1 136 139 129 1 134 126 128

No.

Keterangan

8. 9. 10.

Tabel 4.7. Data Hasil Pengukuran Denyut Jantung Pekerja 2


Jam Pengamatan (WIB) 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 12.30 13.00 14.00 15.00 16.00 Denyut Jantung (detak/menit) Hari Pengamatan 1 2 3 4 5 6 77 75 76 77 75 77 93 119 124 112 81 99 117 123 132 105 117 120 126 78 87 103 119 122 92 119 124 117 83 98 123 118 126 93 119 124 112 80 99 117 123 132 108 119 116 107 76 88 107 122 120 112 107 105 115 77 109 107 120 122

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Keterangan Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1

30

BAB 5 ANALISIS DATA dan PEMBAHASAN

5.1. Uji Kecukupan Data 5.1.1. Uji Kecukupan Data Suhu Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah diproses telah cukup sesuai dengan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian peneliti. Peneliti menggunakan ketelitian tingkat 5%. kepercayaan kepercayaan 95% 95% dan tingkat data Tingkat artinya

tersebut dapat dipercaya 95% kebenarannya dan tingkat ketelitian 5% artinya peneliti memperbolehkan rata-rata hasil penelitiannya menyimpang sejauh 5% dari rata-rata sebenarnya. berikut: Hasil yang diperoleh adalah sebagai

N1 = N1 = 1.81924 = 2 Hasil dari perhitungan menunjukan bahwa jumlah sampel minimum yang dibutuhkan melebihi jumlah data yang diperoleh, berarti data yang telah diambil dapat dikatakan cukup, karena N>N'.

5.1.2. Uji Kecukupan Data Kelembaban Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

31

N1 = N1 = 3.72381301 = 4 Hasil dari perhitungan menunjukan bahwa jumlah sampel minimum yang dibutuhkan melebihi jumlah data yang diperoleh, berarti data yang telah diambil dapat dikatakan cukup, karena N>N'.

5.1.3. Uji Kecukupan Data Denyut Jantung Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Uji Kecukupan Data Pekerja 1 N1 = = 58.39587 = 59 2. Uji Kecukupan Data Pekerja 2 N1 = = 43.09762 = 44 Hasil dari perhitungan menunjukan bahwa jumlah data yang telah diambil dapat dikatakan cukup, karena N>N'.

32

5.2. Uji Kenormalan Uji adalah kenormalan untuk yang Tujuan digunakan dilakukan apakah atau data tidak. adalah uji yang Data uji Kolmogorov-Smirnov. berdistribusi kenormalan diambil yang

mengetahui normal

terdistribusi normal merupakan salah satu asumsi dasar dalam pengujian parametrik. Pengujian dilakukan dengan bantuan software SPSS 15, dengan hasil meliputi eksperimen 1,2,3, dan 4 seperti pada Tabel 5.1, 5.2, 5.3, dan 5.4.

Gambar 5.1. Uji Kenormalan Data Suhu

Gambar 5.2. Uji Kenormalan Data Kelembaban

33

Gambar 5.3. Uji Kenormalan Data Denyut Jantung Pekerja 1

Gambar 5.4. Uji Kenormalan Data Denyut Jantung Pekerja 2 Hasil pada pengujian ini dapat dilihat pada nilai P(nilai sig.). data dapat dikatan berdistribusi normal bila nilai P > 0,05. Pada masing-masing Tabel nilai P > dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.

34

5.3. Evaluasi Suhu dan Kelembaban Berdasarkan MENKES RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang standar udara ruangan. Suhu dan kelembaban yang direkomendasikan adalah sebagai berikut: a.Suhu : 1830 oC b.Kelembaban : 65-95 % 5.3.1. Evaluasi Suhu 1. Pengukuran Hari Ke 1

Gambar 5.5. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 1 Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh Gambar 5.5 suhu memenuhi standar suhu pada jam 8.0009.00 WIB, sedangkan suhu berada diatas standar pada jam 10.00-17.00 WIB.

35

2. Pengukuran Hari Ke 2

Gambar 5.6. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 2 Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh Gambar 5.6 suhu memenuhi standar suhu pada jam 8.0009.00 WIB dan 15.00-16.00 WIB, sedangkan suhu berada diatas standar pada jam 10.00-14.00 WIB. 3. Pengukuran Hari Ke 3

Gambar 5.7. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 3

36

Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh Gambar 5.7 suhu memenuhi standar pada jam 8.00, sedangkan suhu berada diatas standar pada jam 09.0016.00 WIB. 4. Pengukuran Hari Ke 4

Gambar 5.8. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 4 Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh Gambar 5.8 suhu memenuhi standar pada jam 8.00-09.00, sedangkan suhu berada diatas standar pada jam 10.0016.00 WIB yaitu > 300C.

37

5. Pengukuran Hari Ke 5

Gambar 5.9. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 5 Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh Gambar 5.9 suhu memenuhi standar pada jam 8.00, sedangkan suhu berada diatas standar pada jam 10.0016.00 WIB. 6. Pengukuran Hari Ke 6

Gambar 5.10. Grafik Pengukuran Suhu Hari Ke 6

38

Dari hasil pengukuran suhu yang ditunjukan oleh Gambar 5.10 suhu memenuhi standar jam 8.00 dan jam 16.00, sedangkan suhu berada diatas standar pada jam 09.00-15.00 WIB.

5.3.2. Evaluasi Kelembaban 1. Pengukuran Hari Ke 1

Gambar 5.11. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 1 Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan oleh Gambar 5.11 kelembaban memenuhi standar kelembaban pada jam 8.00 WIB, sedangkan Kelembaban diatas standar kelembaban pada jam 09.00-16.00 WIB.

39

2. Pengukuran Hari Ke 2

Gambar 5.12. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 2 Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan oleh Gambar 5.12 kelembaban memenuhi standar kelembaban pada jam 08.00-16.00 WIB. 3. Pengukuran Hari Ke 3

Gambar 5.13. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 3 Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan oleh Gambar 5.13 kelembaban memenuhi standar kelembaban

40

pada jam 09.00-16.00 WIB, sedangkan Kelembaban diatas standar kelembaban pada jam 08.00 WIB. 4. Pengukuran Hari Ke 4

Gambar 5.14. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 4 Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan oleh Gambar 5.14 kelembaban memenuhi standar kelembaban pada jam 09.00-16.00 WIB, sedangkan Kelembaban diatas standar kelembaban pada jam 08.00 WIB. 5. Pengukuran Hari Ke 5

Gambar 5.15. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 5

41

Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan oleh Gambar 5.15 kelembaban memenuhi standar kelembaban pada jam 09.00-16.00 WIB, sedangkan Kelembaban diatas standar kelembaban pada jam 08.00 WIB. 6. Pengukuran Hari Ke 6

Gambar 5.16. Grafik Pengukuran Kelembaban Hari Ke 6 Dari hasil pengukuran kelembaban yang ditunjukan oleh Gambar 5.16 kelembaban memenuhi standar kelembaban pada jam 09.00-16.00 WIB, sedangkan Kelembaban diatas standar kelembaban pada jam 08.00 WIB.

42

Gambar 5.17. Persentase Data Hasil Pengukuran Kelembaban Dari hasil pengukuran data kelembaban yang ditunjukan oleh Gambar 5.17 terdapat 89% data sudah memenuhi standard dan hanya 11% yang tidak memenuhi standar hal ini disebabkan karena pada pagi hari udara mengandung banyak embun atau uap air. Suhu ruang kerja di CV.PRASAJA melebihi standar mulai jam 09.00-16.00 WIB pada jam 11.00-13.00 2006) WIB, hal (Sutalaksana, dan suhu tertinggi berada menurut ini dapat pakar ergonomi mengakibatkan

aktivitas mental dan daya tangkap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan dan timbul kelelahan fisik.

43

5.4. Evaluasi Pakaian Menurut Eastmen Kodak Company (1983) skor nilai clo 0 adalah kondisi kenyamanan thermal, +1 indikasi ketidaknyamanan heat stress. Dari data nilai clo yang diperoleh yang ditunjukan oleh Tabel 4.4 dan Tabel 4.5, 100% data nilai clo pekerja 1 maupun pekerja 2 selama 6 hari jam kerja masih dalam batas nyaman karena berada diantara range 0 dan +1 hal ini dapat disimpulkan bahwa pakaian yang digunakan oleh pekerja di CV.PRASAJA tidak menimbulkan ketidaknyamanan (discomfort) dalam bekerja, tetapi perbaikan perlu dilakukan untuk pekerja 1 karena pada saat melakukan aktivitas pekerjaan tidak menggunakan baju, hal ini dapat mengakibatkan debu dan kotoran di sekitar tempat kerja dapat menempel pada tubuh pekerja. Sehingga dapat menyebabkan gatal pada kulit, hal ini dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan dalam bekerja. thermal, +2 dan +3 indikasi potensi

5.5. Evaluasi Data Pengukuran Denyut Jantung Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur denyut jantung pekerja selama 6 hari kerja dengan menggunakan alat Tensi Meter. a. Pengambilan atau pengukuran denyut nadi istirahat (Dn0) dilakukan pada saat sebelum pekerja memulai pekerjaannya yaitu pukul 08.00 WIB dan setelah istirahat pukul 12.30 WIB. b. Pengambilan atau pengukuran denyut nadi kerja (Dn1) dilakukan setiap jam pada saat pekerja melakukan

44

pekerjaannya yaitu pengukuran dilakukan pada pukul 09.00 WIB16.00 WIB. Perhitungan ini dilakukan dengan mengolah data pengukuran denyut jantung yang diperoleh dengan rumus energi expenditur (Et). Et = 1,80411-0,0229038X+4,71733.10-4X2 Dimana: Et X : Energi Expenditur (kilokalori per menit) : Kecepatan denyut jantung (denyut per menit) Setelah untuk kegiatan besaran kerja kecepatan tertentu bisa denyut jantung dalam (5.2) suatu kegiatan kerja (5.1)

disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi dituliskan bentuk matematis sebagai berikut : KE = Et Ei Dimana : KE : Konsumsi tertentu energi untuk (kilokalori/menit)

Et : Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kilokalori/menit) Ei : Pengeluaran Untuk bertujuan berdasarkan perhitungan energi pada saat maka istirahat dilakukan kerja hasil adalah (kilokalori/menit) memudahkan untuk dengan perhitungan, perhitungan dengan bantuan ms.excel 2007. Pengujian ini melakukan jantung penilaian pekerja, ms.excel beban adapun 2007 denyut

menggunakan

sebagai berikut:

45

Tabel 5.1. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 1
Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kca/min) (Kcal/min) (detak/menit) 73 137 122 127 131 78 102 129 142 146 4,375801 6,699579 8,063734 8,515552 6,826108 0,360952 7,52019 6,031076 6,503861 6,899071 2,887619 1,488182 3,81196 5,176115 5,627933 4,059308 2,645982 4,874208 3,385094 3,857879 4,253089

No. Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1

Dn1 Rata-Rata

Tabel 5.2. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 2
Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kcal/min) (Kcal/min) (detak/menit) 78 2,887619 140 136 134 144 81 123 127 6,123746 6,503861 7,843486 7,414311 7,205385 8,287756 3,043923 3,079823 3,459938 4,955867 4,526692 4,317766 5,400137

No. Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1 Dn1

46

Tabel 5.2 Lanjutan


Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kcal/min) (Kcal/min) (detak/menit) 134 7,205385 4,161462 141 7,953138 7,317133 2,965771 4,909216 4,351363

No. Keterangan 9 10 Dn1 Dn1

Rata-Rata

Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 3
Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kcal/min) (Kcal/min) (detak/menit) 85 151 139 135 121 84 122 132 136 141 6,031076 7,000232 7,414311 7,953138 7,310476 3,237127 9,101552 7,734777 7,309376 5,939349 3,208718 2,822358 3,791514 4,205594 4,744421 4,073349 3,265536 5,836016 4,469241 4,04384 2,673813

No. Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1

Rata-Rata

47

Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 4
Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kcal/min) (Kcal/min) (detak/menit) 73 119 122 127 131 78 102 129 142 146 4,375801 6,699579 8,063734 8,515552 6,605925 2,7668 5,758726 6,031076 6,503861 6,899071 2,887619 1,488182 3,81196 5,176115 5,627933 3,839125 2,645982 3,112745 3,385094 3,857879 4,253089

No. Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1

Rata-Rata

Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 5
Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kcal/min) (Kcal/min) (detak/menit) 79 141 134 127 132 82 128 136 6,601248 7,414311 7,953138 7,205385 6,503861 7,000232 3,097911 3,503337 4,3164 2,938777 5,014362 4,266608 3,565084 4,061455

No. Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1 Dn1

48

Tabel 5.5 Lanjutan


Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kcal/min) (Kcal/min) (detak/menit) 139 7,734777 4,636866 129 6,699579 7,139066 3,018344 3,601668 4,120722

No. Keterangan 9 10 Dn1 Dn1

Rata-Rata

Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 1 Hari ke 6
Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kcal/min) (Kcal/min) (detak/menit) 76 139 136 128 134 83 132 134 126 128 7,000232 7,205385 6,407417 6,601248 7,02125 2,970488 7,734777 7,414311 6,601248 7,205385 3,152843 3,847389 4,052542 3,254574 3,448405 4,050762 2,788134 4,946643 4,626178 3,813114 4,417251

No. Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1

Rata-Rata

49

Tabel 5.7. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 1
Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kcal/min) (Kcal/min) (detak/menit) 77 93 119 124 112 81 99 117 123 132 4,16006 5,581877 6,123746 7,000232 5,469039 2,940664 3,754049 5,758726 6,217359 5,156266 3,043923 1,116137 2,537955 3,079823 3,956309 2,528376 2,837405 0,916645 2,921322 3,379955 2,318861

No. Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1

Dn1 Rata-Rata

Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 2
Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kcal/min) (Kcal/min) (detak/menit) 75 105 117 120 126 78 87 103 3,382004 4,449602 4,600034 5,581877 5,848566 6,407417 2,887619 0,494385 1,561983 2,739806 1,860228 2,842071 3,10876 3,66761

No. Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1 Dn1

50

Tabel 5.8 Lanjutan


Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kcal/min) (Kcal/min) (detak/menit) 119 122 5,758726 6,031076 5,257413 2,813713 2,871107 3,143457 2,4437

No. Keterangan 9 10 Dn1 Dn1

Rata-Rata

Tabel 5.9. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 3
Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kcal/min) (Kcal/min) (detak/menit) 76 92 119 124 117 83 98 123 118 126 4,090033 6,123746 5,66983 6,407417 5,442334 2,970488 3,689683 5,758726 6,217359 5,581877 3,152843 0,93719 2,970903 2,516988 3,254574 2,471846 2,788134 0,901549 2,970593 3,429226 2,793744

No. Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1

Rata-Rata

51

Tabel 5.10. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 4
Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kcal/min) (Kcal/min) (detak/menit) 77 93 119 124 112 81 99 117 123 132 4,16006 5,581877 6,123746 7,000232 5,469039 2,940664 3,754049 5,758726 6,217359 5,156266 3,043923 1,116137 2,537955 3,079823 3,956309 2,528376 2,837405 0,916645 2,921322 3,379955 2,318861

No. Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1

Rata-Rata

Tabel 5.11. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 5
Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kcal/min) (Kcal/min) (detak/menit) 75 108 119 116 107 76 88 107 3,441653 4,75424 4,832758 5,758726 5,494868 4,75424 2,788134 0,653519 1,966106 2,739806 2,092952 3,01892 2,755062 2,014434

No. Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1 Dn1

52

Tabel 5.11 Lanjutan


Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kcal/min) (Kcal/min) (detak/menit) 122 120 6,031076 5,848566 5,114516 2,76397 3,242942 3,060432 2,350546

No. Keterangan 9 10 Dn1 Dn1

Rata-Rata

Tabel 5.12. Hasil Perhitungan Energi Expenditur dan Konsumsi Energi Pekerja 2 Hari ke 6
Denyut Et Ei KE Jantung (Kcal/min) (Kcal/min) (Kcal/min) (detak/menit) 77 112 107 105 115 77 109 107 120 122 4,91222 4,75424 5,848566 6,031076 5,183181 2,837405 5,156266 4,75424 4,600034 5,408802 2,837405 2,074815 1,916836 3,011161 3,193671 2,345776 2,837405 2,318861 1,916836 1,76263 2,571398

No. Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1

Rata-Rata

53

Tabel 5.13. Rata-rata Energi Expenditur (Et) Rata-rata Energi Expenditur Pekerja (Et) (Kkal/Menit) No. Hari Pengamatan Pekerja 1 Pekerja 2 1. 1 6,826108 5,469039 2. 2 7,317133 5,257413 3. 3 7,310476 5,442334 4. 4 6,605925 5,469039 5. 5 7,139066 5,114516 6. 6 7,021250 5,183181

Tabel 5.14. Klasifikasi Beban Kerja Dan Reaksi Fisiologis Energi Expenditur (Kkal/Menit) 12.5 < 10.0-12,5 7.5-10.0 5.0-7.5 2.5-5.0

Tingkat Pekerjaan Severe Very Heavy Heavy Moderate Light (Sumber: Pulat, 1992)

Berdasarkan Tabel 5.13 hasil perhitungan rata-rata energi expenditur pekerja dan 5.14 klasifikasi beban kerja menunjukan bahwa tingkat pekerjaan pekerja 1 dan pekerja 2 termasuk sedang.

54

Tabel 5.15. Perhitungan Cardiovaskuler Load Pekerja 1


Jam Pengukuran Dn0 08.00 08.00 08.00 08.00 12.30 12.30 12.30 12.30 08.00 08.00 2 08.00 08.00 12.30 12.30 12.30 12.30 08.00 08.00 08.00 08.00 12.30 12.30 12.30 12.30 Dn1 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00

Hari Pengamatan

Dn0 Dn1 D (detak/mnt) (detak/mnt) maks 73 73 73 73 78 78 78 78 78 78 78 78 81 81 81 81 77 77 77 77 84 84 84 84 73 73 73 73 78 78 78 78 76 137 122 127 131 102 129 142 146 140 136 134 144 123 127 134 141 151 139 135 121 122 132 136 141 119 122 127 131 102 129 142 146 141 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175 175

%CVL 62,75 48,04 52,94 56,86 24,74 52,58 65,98 70,10 63,92 59,79 57,73 68,04 44,68 48,94 56,38 63,83 75,51 63,27 59,18 44,90 41,76 52,75 57,14 62,64 45,10 48,04 52,94 56,86 24,74 52,58 65,98 70,10 65,66

No. %CVL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

08.00 09.00 4 08.00 10.00 08.00 11.00 08.00 12.00 12.30 13.00 12.30 14.00 12.30 15.00 12.30 16.00 08.00 09.00

55

Tabel 5.15 Lanjutan


Hari Pengamatan Jam Dn0 Dn1 D No. Pengukuran %CVL (detak/mnt) (detak/mnt) maks %CVL Dn0 Dn1 08.00 10.00 76 134 175 58,59 34 08.00 11.00 76 127 175 51,52 35 08.00 12.00 76 132 175 56,57 36 12.30 13.00 82 128 175 49,46 37 12.30 14.00 82 136 175 58,06 38 12.30 15.00 82 139 175 61,29 39 12.30 16.00 82 129 175 50,54 40 08.00 09.00 76 139 175 63,64 41 08.00 10.00 76 136 175 60,61 42 08.00 11.00 76 128 175 52,53 43 08.00 12.00 76 134 175 58,59 44 12.30 13.00 83 132 175 53,26 45 12.30 14.00 83 134 175 55,43 46 12.30 15.00 83 126 175 46,74 47 12.30 16.00 83 128 175 48,91 48

Gambar 5.18. Persentase Hasil Perhitungan %CVL Pekerja 1

56

Dari - X 30%

hasil

perhitungan

%CVL

tersebut

kemudian

dibandingkan dengan klasifikasi sebagai berikut: = tidak terjadi kelelahan = diperlukan perbaikan = kerja dalam waktu singkat = diperlukan tindakan segera = tidak diperbolehkan beraktivitas - 30 < X 60% - 60 < X 80% - 80 < X 100% - X > 100%

Hasil perhitungan %CVL pekerja tersebut 67% berada di range %CVL 30% < X 60% dan 29% berada di range 60 < X 80% yang ditunjukan oleh Gambar 5.19, hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi kelelahan yang dialami oleh pekerja 1 sehingga diperlukan perbaikan.

Tabel 5.16. Perhitungan Cardiovaskuler Load Pekerja 2


Jam Pengukuran Dn0 08.00 08.00 08.00 08.00 12.30 12.30 12.30 12.30 08.00 08.00 08.00 08.00 12.30 12.30 12.30 12.30 Dn1 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00

Hari Pengamatan

Dn0 Dn1 D No. % CVL (detak/mnt) (detak/mnt) maks %CVL 77 77 77 77 81 81 81 81 75 75 75 75 78 78 78 78 93 119 124 112 99 117 123 132 105 117 120 126 87 103 119 122 195 195 195 195 195 195 195 195 195 195 195 195 195 195 195 195 62,75 48,04 52,94 56,86 24,74 52,58 65,98 70,10 63,92 59,79 57,73 68,04 44,68 48,94 56,38 63,83 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

57

Tabel 5.16 Lanjutan


Jam Dn0 Dn1 D No. Pengukuran % CVL Hari (detak/mnt) (detak/mnt) maks %CVL Pengamatan Dn0 Dn1 08.00 09.00 76 92 195 75,51 17 08.00 10.00 76 119 195 63,27 18 08.00 11.00 76 124 195 59,18 19 08.00 12.00 76 117 195 44,90 20 12.30 13.00 83 98 195 41,76 21 3 12.30 14.00 83 123 195 52,75 22 12.30 15.00 83 118 195 57,14 23 12.30 16.00 83 126 195 62,64 24 08.00 09.00 77 93 195 45,10 25 08.00 10.00 77 119 195 48,04 26 08.00 11.00 77 124 195 52,94 27 4 08.00 12.00 77 112 195 56,86 28 12.30 13.00 80 99 195 24,74 29 12.30 14.00 80 117 195 52,58 30 12.30 15.00 80 123 195 65,98 31 12.30 16.00 80 132 195 70,10 32 08.00 09.00 75 108 195 65,66 33 08.00 10.00 75 119 195 58,59 34 08.00 11.00 75 116 195 51,52 35 08.00 12.00 75 107 195 56,57 36 5 12.30 13.00 76 88 195 49,46 37 12.30 14.00 76 107 195 58,06 38 12.30 15.00 76 122 195 61,29 39 12.30 16.00 76 120 195 50,54 40 08.00 09.00 77 112 195 63,64 41 08.00 10.00 77 107 195 60,61 42 08.00 11.00 77 105 195 52,53 43 08.00 12.00 77 115 195 58,59 44 6 12.30 13.00 77 109 195 53,26 45 12.30 14.00 77 107 195 55,43 46 12.30 15.00 77 120 195 46,74 47 12.30 16.00 77 122 195 48,91 48

58

Gambar 5.19. Persentase Hasil Perhitungan %CVL Pekerja 2 Dari - X 30% - 30 < X 60% - 60 < X 80% - 80 < X 100% - X > 100% hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian

dibandingkan dengan klasifikasi sebagai berikut: = tidak terjadi kelelahan = diperlukan perbaikan = kerja dalam waktu singkat = diperlukan tindakan segera = tidak diperbolehkan beraktivitas

Hasil perhitungan %CVL pekerja tersebut 48% berada di range %CVL 30% dan 52% berada di range 30% < X 60% yang ditunjukan oleh Gambar 5.19, hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi kelelahan yang dialami oleh pekerja 2 sehingga diperlukan perbaikan.

59

Gambar 5.20. Grafik Perbandingan %CVL Pekerja 1 dan Pekerja 2 Hasil perhitungan %CVL dari Tabel 5.15 dan 5.16 dibuat grafik untuk membandingkan perbedaan tingkat kelelahan pekerja 1 dan pekerja 2. Dari Gambar 5.20 diatas terdapat perbedaan tingkat kelelahan yang cukup signifikan, tingkat kelelahan pekerja 1 lebih besar dibandingkan tingkat kelelahan pekerja 2.

5.6. Usulan Solusi Perbaikan Menurut mengurangi ventilasi Tarwaka temperatur pengenceran untuk (2004) dan pengendalian kelembaban suhu dan cara atau dapat kelembaban di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan dengan (dilution mengatasi ventilation) kelelahan

pendinginan secara mekanis (mechanical cooling). Sedangkan dilakukan dengan : 1. Aktivitas sesuai kapasitas kerja fisik 2. Redesain lingkungan kerja 3. Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan

60

4. Reorganisasi sistem kerja Berdasarkan soulusi perbaikan menurut Tarwaka (2004) diatas 1. Suhu Suhu tempat kerja di CV.PRASAJA tidak memenuhi standar mulai jam 09.00-16.00 WIB dengan rata-rata suhu tertinggi pada jam 10.00-14.00 WIB. Perbaikan dapat dilakukan dengan meningkatkan pergerakan udara (sirkulasi udara) sehingga terjadi pergantian udara dalam ruangan melalui ventilasi buatan (penambahan jendela dan lubang udara), atau dapat menggunakan kipas angin pada jam 10.00-14.00 WIB untuk menghemat biaya dan meningkatkan kenyamanan serta pemberian minum agar tidak mengalami dehidrasi. 1. Kelembaban Kelembaban tempat kerja di CV.PRASAJA pada jam 08.00 WIB tidak memenuhi standar hal ini disebabkan karena pada pagi hari udara mengandung banyak embun atau uap air. Perbaikan dapat dilakukan dengan sirkulasi atau pergantian udara dengan kipas, blower dan ventilasi atap agar sinar matahari dapat masuk ke dalam ruangan, untuk jam 08.00-09.00 WIB. Sedangkan pada jam 09.00-16.00 WIB sudah memenuhi standar maka belum perlu dilakukan perbaikan. 2. Pakaian Pakaian sudah karena yang dipakai oleh pekerja di CV.PRASAJA memenuhi tidak memenuhi dalam standar. Walaupun aktivitas sudah maka penulis mengusulkan perbaikan untuk CV. PRASAJA sebagai berikut:

standar perlu dilakukan perbaikan untuk pekerja 1 melakukan pekerjaan menggunakan baju hanya mengenakan celana pendek. Hal

61

ini

dapat

mengganggu

kesehatan

dalam

bekerja.

Perbaikan dapat dilakukan dengan memakai baju yang sejenis dengan kaos berkerah sesuai standar clo pada tabel 2.1. Dengan penembahan pakaian ini skor clo akan menjadi 0,4 dan masih memenuhi standar. 3. Tingkat kelelahan dan beban kerja fisik Tingkat kelelahan dan beban kerja fisik yang dialami pekerja 1 lebih besar dari pekerja 2, maka perbaikan dapat dilakukan dengan menambah jam istirahat, penambahan perkerja, atau pengimbangan (balancing) beban kerja.

62

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

6.1. Kesimpulan Berdasarkan CV.PRASAJA bahwa: 1. Dari hasil analisis data dan pembahasan, suhu di lingkungan kerja CV.PRASAJA melebihi standar ketentuan MENKES RI NO.1405/MENKES/SK/XI/2002 ratarata pada jam 09.00-16.00 WIB sehingga diperlukan perbaikan. 2. Dari hasil analisis data dan pembahasan, kelembaban lingkungan kerja CV.PRASAJA melebihi standar pada jam 08.00 WIB sedangkan pada jam 09.00-16.00 WIB kelembaban tidak melebihi standar ketentuan MENKES RI NO.1405/MENKES/SK/XI/2002. 3. Dari hasil analisis data dan pembahasan oleh pekerja di CV.PRASAJA tidak data nilai menimbulkan clo dapat disimpulkan bahwa pakaian yang digunakan ketidaknyamanan (discomfort) dalam bekerja. 4. Dari Hasil perhitungan rata-rata energi expenditur dan konsumsi energi pekerja 1 dan 2 menunjukan bahwa tingkat pekerjaan pekerja termasuk sedang. 5. Dari hasil perhitungan % CVL beban pekerja 1 dan pekerja 2 dapat menyebabkan terjadinya kelelahan sehingga perlu dilakukan perbaikan. 6. Solusi perbaikan untuk faktor suhu dapat dilakukan dengan ventilasi buatan (penambahan jendela dan untuk penelitian yang dilakukan fisik di yang mengidentifikasi faktor

mempengaruhi kenyamanan pada pekerja, dapat disimpulkan

63

lubang pada

udara)

atau

dapat WIB.

menggunakan Pemberian

kipas minum

angin harus panas

jam

10.00-14.00 dalam kerja

dipertimbangkan lingkungan

mengatasi pekerja

masalah tidak

agar

mengalami

dehidrasi. Perbaikan faktor kelembaban dengan cara sirkulasi atau pergantian udara dengan kipas, blower dan ventilasi atap agar sinar matahari dapat masuk ke dalam ruangan, faktor pakaian Faktor untuk jam dapat dan kerja 08.00-09.00 dilakukan dapat dan fisik WIB. dengan menyerap tingkat atau Perbaikan memakai keringat. jam pakaian yang beban

tipis

kelelahan dapat dilakukan perbaikan dengan menambah istirahat, penambahan perkerja, pengimbangan (balancing) beban kerja.

6.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang Identifikasi Faktor kenyamanan fisik penulis memberikan dapat tempat kerja di CV.PRASAJA, saran yang mungkin akan beberapa

berguna bagi penelitian yang akan datang: 1. Penelitian kerja dilakukan hasil pada data saat pembuatan akan produk kurang dan lebih dari 7 produk selama 6 hari karena mungkin pengukuran berbeda dari penelitian ini. 2. Radiasi permukaan dan laju udara dapat dilakukan pengukuran apabila alat tersedia.

64

DAFTAR PUSTAKA

Apriyandini, Irda. 2010. Analisis Tingkat Kenyamanan Belajar Siswa Di Ruang Workshop Smkn 5 Bandung Berdasarkan Standar Kenyamanan Termal Ruang Dan Persepsi Siswa. Vol. 4, No.5, 2000, Universitas Pendidikan Indonesia, ISSN 1410-2315, Bandung. Barnes, Ralph.M. 1980. Motion and Time Study Design and Measurement of Work, John Wiley and Sons, Canada, USA. Boutet, Terry S. 1987. Controlling Air Movement : a Manual for Architects and Builders, Mc. Graw-Hill Book Company, USA. Budi,Triton Prawira. 2006. SPSS Terapan Riset Statistik Parametrik, Andi Offset, Yogyakarta. Eastman Kodak Company. 1983. Ergonomic Design for People at Work, Volume 1, Lifetime Learning Publications Belmont, California. Keputusan Menteri Kesehatan 1405/Menkes/Sk/Xi/2002. Republik Indonesia Nomor

Kroemer, KHE., Kroemer, HB., Kroemer-Elbert, KE. 1994. Ergonomics How To Design For Ease And Efficiency, Prentice Hall, New Jersey. Manuaba, A & Vanwonterghem, K. 1996. Improvement of Quality of Life Determination of Exposure Limits for Physical Strenous Task Under Tropical Conditions, Universitas Udayana, Denpasar. Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi: Konsep Aplikasinya, Guna Widya, Surabaya. Dasar dan

65

Pulat, M.B. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics, Prentice Hall International Inc, United States of America. Purnomo, Hari dan Rizal. 2000. Pengaruh Kelembaban Temperatur Udara dan Beban Kerja Terhadap Kondisi Faal Tubuh Manusia, Universitas Islam Indonesia. Setyaningrum, Ratih. 2010. Perhitungan Energy Expenditure, Konsumsi Energy Dan Penilaian Beban Kerja Pada Aktivitas Manual Material Handling, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang. SNI 03-6572-2001. Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi Dan Pengkondisian Udara Pada Bangunan Gedung, Departemen Pekerjaan Umum. Sutalaksana, I.Z. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Tarwaka, Solichul H.B, Lilik S. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan Kerja dan Produktivitas, UNIBA PRESS, Surakarta .

66

LAMPIRAN 1. LEMBAR DATA PROFIL PEKERJA

No. 1. 2. 3. 4.

Nama Pekerja Anto Marula Susno Sugeng

Jenis Kelamin (L/P) L L L L

Umur (Tahun) 40 45 25 25

Posisi Pekerjaan Mandor Pengrajin Karyawan Sopir Pengantar Barang

67

LAMPIRAN 2. LEMBAR DATA PENGUKURAN SUHU DAN KELEMBABAN 1. Suhu


Jam Pengamatan 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 Suhu (oC) Hari ke 1 28 30 31 32 32 32 31 31 31 Hari ke 2 29 30 32 33 33 32 31 30 30 Hari ke 3 27 31 32 32 32 32 31 31 31 Hari ke 4 28 29 32 33 33 33 32 31 30 Hari ke 5 29 31 32 33 33 33 32 32 31 Hari ke 6 29 31 33 33 32 31 31 31 30

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

2. Kelembaban
Jam Pengamatan 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 Kelembaban (%) Hari ke 1 96 93 89 80 77 74 76 81 85 Hari ke 2 95 89 82 79 76 76 77 79 86
68

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Hari ke 3 98 83 74 73 73 74 76 82 84

Hari ke 4 97 83 76 75 74 73 74 78 83

Hari ke 5 97 81 76 75 75 73 78 83 86

Hari ke 6 98 79 75 74 72 72 73 75 81

LAMPIRAN 3. LEMBAR DATA PENGUKURAN NILAI CLO PEKERJA

LEMBAR DATA PENGUKURAN NILAI CLO PEKERJA 1 Item Pakaian Kaos Berkerah Kaos Dalam Celana Dalam Kemeja Lengan Panjang Kemeja Lengan Pendek Celana Ringan Celana Berat Jaket Ringan Jaket Berat Sepatu Sepatu boot Sandal Kaos Kaki Jumlah Nilai Clo 0,09 0,06 0,05 0,22 0,14 0,26 0,32 0,22 0,49 0,04 0,08 0,02 0,01 Hari 1 2 3 4 5 6

0,31

0,31 0,31 0,31

0,31 0,31

LEMBAR DATA PENGUKURAN NILAI CLO PEKERJA 2 Item Pakaian Kaos Berkerah Kaos Dalam Celana Dalam Kemeja Lengan Panjang Kemeja Lengan Pendek Celana Ringan Celana Berat Jaket Ringan Jaket Berat Sepatu Sepatu boot Sandal Nilai Clo 0,09 0,06 0,05 0,22 0,14 0,26 0,32 0,22 0,49 0,04 0,08 0,02 Hari 1 2 3 4 5 6

69

Kaos Kaki Jumlah

0,01 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4

70

LAMPIRAN 4. LEMBAR DATA PENGUKURAN DENYUT JANTUNG

Pekerja 1
Jam Pengamata n (WIB) 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 12.30 13.00 14.00 15.00 16.00 Keterang an Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Denyut Jantung Pekerja 1(detak/menit) Hari Pengamatan 1 2 3 4 5 6
73 137 122 127 131 78 102 129 142 146 78 140 136 134 144 81 123 127 134 141 77 151 139 135 121 84 122 132 136 141 73 119 122 127 131 78 102 129 142 146 76 141 134 127 132 82 128 136 139 129 76 139 136 128 134 83 132 134 126 128

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Pekerja 2
Jam Pengamata n (WIB) 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 12.30 13.00 Keterang an Dn0 Dn1 Dn1 Dn1 Dn1 Dn0 Dn1 Denyut Jantung Pekerja 2(detak/menit) Hari Pengamatan 1 2 3 4 5 6
77 93 119 124 112 81 99 71 75 105 117 120 126 78 87 76 92 119 124 117 83 98 77 93 119 124 112 80 99 75 108 119 116 107 76 88 77 112 107 105 115 77 109

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

8. 9. 10.

14.00 15.00 16.00

Dn1 Dn1 Dn1

117 123 132

103 119 122

123 118 126

117 123 132

107 122 120

107 120 122

72

LAMPIRAN 5. ALAT UKUR

73

LAMPIRAN 6. PROSES PENGAMBILAN DATA SUHU DAN KELEMBABAN

74

LAMPIRAN 7. PROSES PENGAMBILAN DATA DENYUT JANTUNG PEKERJA

75

LAMPIRAN 8. PROSES PEMBUATAN PRODUK

76

LAMPIRAN 9. PROSES PEMBUATAN KUSEN

77

LAMPIRAN 10. PRODUK JADI

78

LAMPIRAN 11. SITUASI TEMPAT KERJA

79

LAMPIRAN 12. MENKES RI NO.1405/MENKES/SK/XI/2002

80

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1405/MENKES/SK/XI/2002 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PERKANTORAN DAN INDUSTRI MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

bahwa untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan di perkantoran dan industri, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri; 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, tambahan Lembaran Negara Nomor 3637); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3815); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4161); 9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/ XI/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;

Mengingat

10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/ SK/VII/ 2002 tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum; MEMUTUSKAN: Menetapkan Pertama : : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PERKANTORAN DAN INDUSTRI. Persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri meliputi : persyaratan air, udara, limbah, pencahayaan, kebisingan, getaran, radiasi, vektor penyakit, persyaratan kesehatan lokasi, ruang dan bangunan, toilet dan instalasi. Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua tercantum dalam Lampiran I dan II Keputusan ini. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Keputusan ini. Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 261/Menkes/SK/II/1998 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja dinyatakan tidak berlaku lagi. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Kedua

Ketiga

Keempat

Kelima

Keenam

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 19 Nopember 2002 MENTERI KESEHATAN,

ttd Dr. Achmad Sujudi

Lampiran I Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tanggal : 19 Nopember 2002

PERSYARATAN DAN TATA CARA PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PERKANTORAN

I. UMUM 1. Pimpinan satuan kerja/unit perkantoran bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja perkantoran. 2. Dalam melaksanakan tugas tersebut Pimpinan perkantoran dapat menunjuk seorang petugas atau membentuk satuan kerja/unit organisasi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang kesehatan lingkungan kerja. 3. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk menyelenggarakan kesehatan lingkungan kerja perkantoran harus melaksanakan tahap-tahap kegiatan, meliputi antara lain : a. Menyusun rencana/program kerja tahunan penyehatan lingkungan kerja perkantoran yang merupakan bagian dari rencana/program kerja perkantoran secara keseluruhan. b. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana/program kerja tahunan yang meliputi : 1). Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan 2). Sasaran/target tiap jenis kegiatan 3). Jadwal pelaksanaan kegiatan 4). Tenaga atau satuan kerja/unit organisasi yang akan melaksanakan kegiatan. 5). Peralatan, bahan atau sarana yang diperlukan (jenis dan jumlah) 6). Pembiayaan untuk tiap jenis kegiatan 7). Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan 8). Pencatatan dan pelaporan. 4. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran wajib melaksanakan penilaian/telaah hasil-hasil kegiatan penyehatan lingkungan kerja dan merumuskan alternatif pemecahan masalah, apabila terdapat hambatan atau terjadi penurunan mutu kesehatan lingkungan kerja. 5. Dalam menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran, Pimpinan satuan kerja/unit perkantoran dapat memanfaatkan pihak ketiga untuk melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan kerja.

6. Pihak ketiga harus berbentuk Badan lingkungan kerja perkantoran yang diakui.

Hukum

Usaha

penyehatan

7. Badan Hukum yang bidang usahanya menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran, harus mempekerjakan tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki pendidikan sekurang-kurangnya Diploma I atau telah mengikuti pelatihan dari instansi yang berwenang. 8. Biaya penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja perkantoran menjadi tanggung jawab perkantoran.

II.

AIR BERSIH A. Persyaratan Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. B. Tata Cara 1. Pengertian Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. 2. Tata cara pelaksanaan 1) Air bersih untuk keperluan perkantoran dapat diperoleh dari Perusahaan Air Minum, sumber air tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan. 2) Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan kesehatan. 3) Distribusi air bersih untuk perkantoran harus menggunakan sistim perpipaan. 4) Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis. 5) Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan pada kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali setahun, yaitu musim kemarau dan musim hujan.

III. UDARA RUANGAN A. Persyaratan 1. Suhu dan kelembaban Suhu : 18 28 0C Kelembaban : 40 % - 60 % 4

2. Debu Kandungan debu maksimal didalam udara ruangan pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut : No. 1. 2. JENIS DEBU Debu total Asbes bebas KONSENTRASI MAKSIMAL 0,15 mg/m3 5 serat/ml udara dengan panjang serat 5 u (Mikron)

dalam

3. Pertukaran udara : 0,283 M3/menit/orang dengan laju ventilasi : 0,15 0,25 m/detik. Untuk ruangan kerja yang tidak menggunakan pendingan harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistim ventilasi silang. 4. Gas pencemar Kandungan gas pencemar dalam ruang kerja, dalam rata-rata pengukuran 8 jam sebagai berikut : No. PARAMETER KONSENTRASI MAKSIMAL (mg/m3) ppm 1 17 25 29 25 5,60 3,0 5,2 2

1. 2. 3. 4. 5.

Asam Sulfida (H2S) Amonia (NH3) Karbon Monoksida (CO) Nitrogen Dioksida (NO2) Sulfur Dioksida (SO2)

5. Mikrobiologi Angka kuman kurang dari 700 koloni/m3 udara Bebas kuman patogen B. Tata Cara 1. Pengertian Penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja memenuhi persyaratan kesehatan. 2. Tata cara pelaksanaan 1) Suhu dan kelembaban Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : a) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m. b) Bila suhu udara > 28 0C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air Conditioner (AC), kipas angin, dll. 5

c) Bila suhu udara luar < 18 0C perlu menggunakan pemanas ruang. d) Bila kelembaban udara ruang kerja > 60 % perlu menggunakan alat dehumidifier. e) Bila kelmbaban udara ruang kerja < 40 % perlu menggunakan humidifier (misalnya : mesin pembentuk aerosol). 2) Debu Agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upayaupaya sebagai berikut : a) Kegiatan membersihkan ruang kerja perkantoran dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan kain pel basah atau pompa hampa (vacuum pump). b) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 kali/tahun dan dicat ulang 1 kali setahun. c) Sistem ventilasi yang memenuhi syarat. 3) Pertukaran udara Agar pertukaran udara ruang perkantoran dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : a) Untuk ruangan kerja yang tidak ber AC harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistem ventilasi silang. b) Ruang yang menggunakan AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh pintu dan jendela atau dengan kipas angin. c) Membersihkan saringan/filter udara AC secara periodik sesuai ketentuan pabrik. 4) Gas pencemar Agar kandungan gas pencemar dalam udara ruang kerja perkantoran tidak melebihi konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : a) Pertukaran udara ruang diupayakan dapat berjalan dengan baik. b) Ruang kerja tidak berhubungan langsung dengan dapur. c) Dilarang merokok didalam ruang kerja. d) Tidak menggunakan bahan bangunan yang mengeluarkan bau yang menyengat. 5) Mikroba Agar angka kuman di dalam udara ruang tidak melebihi batas persyaratan maka perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut : a) Karyawan yang sedang menderita penyakit yang ditularkan melalui udara untuk sementara waktu tidak boleh berkerja. b) Lantai dibersihkan dengan antiseptik. c) Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik. 6

d) Memelihara sistem AC sentral.

IV. LIMBAH A. Persyaratan 1. Limbah padat/sampah a. Setiap perkantoran harus dilengkapi dengan tempat sampah dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup. b. Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat sampah yang terpisah. c. Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang memenuhi syarat 2. Limbah cair Kualitas efluen harus memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Tata Cara 1.Pengertian a. Limbah padat adalah semua buangan yang berbentuk padat termasuk buangan yang berasal dari kegiatan perkantoran. b. Limbah cair adalah semua buangan yang berbentuk cair termasuk tinja. 2. Tata cara pelaksanaan a. Limbah padat 1) Membersihkan ruang dan lingkungan perkantoran minimal 2 kali sehari 2) Mengumpulkan sampah kering dan basah pada tempat yang berlainan dengan menggunakan kantong plastik warna hitam. 3) Mengamankan limbah padat sisa kegiatan perkantoran. b. Limbah cair 1) Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan bau. 2) Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan lebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan minimal dengan tengki septik.

V. PENCAHAYAAN DI RUANGAN A. Persyaratan Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux.

B. Tata Cara 1. Pengertian Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. 2. Tata cara pelaksanaan Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan sebagai berikut : 1) Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya. 2) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering dibersihkan. 3) Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

VI. KEBISINGAN DI RUANGAN A. Persyaratan Tingkat kebisingan di ruang kerja maksimal 85 dBA B. Tata Cara 1. Pengertian Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan. 2. Tata cara pelaksanaan Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut : 1) Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kebisingan. 2) Sumber bising dapat dikendalikan dengan cara antara lain : meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, membuat bukit buatan, dan lain-lain.

VII.GETARAN DI RUANGAN A. Persyaratan Tingkat getaran maksimal untuk kenyamanan dan kesehatan karyawan harus memenuhi syarat sebagai berikut : No. FREKUENSI TINGKAT GETARAN MAKSIMAL (dalam mikron = 10 6 M) < 100 < 80 < 70 8

1 2 3

4 5 6,3

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 B. Tata Cara

8 10 12,5 16 20 25 31,5 40 50 63

< 50 < 37 < 32 < 25 < 20 < 17 < 12 < 9 < 8 < 6

1. Pengertian Getaran adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan. Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia. 2. Tata cara pelaksanaan Agar getaran tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut : a. Melengkapi ruang kerja dengan peredam getar. b. Memperbaiki/memelihara sistem penahan getaran. c. Mengurangi getaran pada sumber, misalnya dengan memberi bantalan pada sumber getaran.

VIII.RADIASI DI RUANGAN A. Persyaratan Tingkat radiasi medan listrik dan medan magnit listrik di tempat kerja adalah sebagai berikut : 1. Medan listrik : a. Sepanjang hari kerja : maksimal 10 kV/m. b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari maksimal 30 kV/m. 2. Medan magnit listrik : a. Sepanjang hari kerja : maksimal 0,5 mT (mili Tesla). b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : 5 mT B. Tata Cara 1. Pengertian a. Radiasi adalah emisi energi yang dilepas dari bahan atau alat radiasi. b. Medan listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari kabel benda yang bermuatan listrik. c. Medan magnet listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari kabel antara dua tegangan listrik yang dialiri oleh arus listrik. 9

2. Tata cara pelaksanaan a. Pencegahan terhadap radiasi medan listrik 1) Merancang instalasi sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL). 2) Menyediakan alat pelindung (isolasi) radiasi pada sumber. b. Pencegahan terhadap radiasi medan magnet listrik : Lokasi perkantoran jauh/tidak berada dibawah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), jarak vertikal bangunan dari sumber maksimal 10 m dan jarak horisontal minimal 30 m.

IX. VEKTOR PENYAKIT A. Persyaratan 1. Serangga penular penyakit a. Indeks lalat : maksimal 8 ekor/fly grill (100 x 100 cm) dalam pengukuran 30 menit. b. Indeks kecoa : maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam pengukuran 24 jam. c. Indeks nyamuk Aedes aegypti : container indeks tidak melebihi 5%. 2. Tikus Setiap ruang kantor harus bebas tikus. B. Tata Cara 1. Pengertian Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadi perantara penular berbagai penyakit tertentu (misalnya serangga). a. Reservoar (penjamu) penyakit adalah binatang yang didalam tubuhnya terdapat kuman penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia (misalnya tikus). b. Pengendalian vektor penyakit adalah segala upaya untuk mencegah dan memberantas vektor. 2. Tata cara pelaksanaan a. Pengendalian secara fisika 1) Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan berkembang biaknya vektor dan reservoar penyakit kedalam ruang kerja dengan memasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus. 2) Menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tidak terjadi penumpukan sampah dan sisa makanan. 3) Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur. 4) Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.

10

b. Pengendalian dengan bahan kimia yaitu dengan melakukan penyemprotan, pengasapan, memasang umpan, membubuhkan abate pada tempat penampungan air bersih. c. Pengendalian penjamu dengan listrik frekwensi tinggi. d. Cara mekanik dengan memasang perangkap.

X. RUANG DAN BANGUNAN Persyaratan 1. Bangunan kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan. 2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin dan bersih. 3. Setiap karyawan mendapatkan ruang udara minimal 10 m3/ karyawan. 4. Dinding bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air. 5. Langit-langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,50 m dari lantai. 6. Atap kuat dan tidak bocor. 7. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6 kali luas lantai. XI.TOILET Persyaratan 1. Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria. 2. Setiap kantor harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban dan peturasan minimal seperti pada tabel-tabel berikut : a. Untuk karyawan pria : No JUMLAH KARYAWAN S/d 25 26 s/d 50 51 s/d 100 JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH KAMAR JAMBAN PETURASAN WASTAFEL MANDI 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 5 5 Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan

1 2 3

b. Untuk karyawan wanita : No JUMLAH KARYAWAN S/d 20 21 s/d 40 41 s/d 70 JUMLAH KAMAR MANDI 1 2 3 11 JUMLAH JAMBAN 1 2 3 JUMLAH WASTAFEL 2 3 5

1 2 3

4 5 6

71 s/d 100 101 s/d 140 141 s/d 180

4 4 6 5 5 7 6 6 8 Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan

XII.

INSTALASI

A. Persyaratan 1. Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air hujan harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku. 2. Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir. B. Tata Cara 1. Pengertian Instalasi adalah penjaringan pipa/kabel untuk fasilitas listrik, air limbah, air bersih, telepon dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan industri. 2. Tata cara pelaksanaan a. Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode warna dan label. b. Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan distribusi air limbah dengan air berrsih sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Jaringan Instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika. d. Jaringan Instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.

MENTERI KESEHATAN,

ttd Dr. Achmad Sujudi

12

Lampiran I Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tanggal : 19 Nopember 2002

PERSYARATAN DAN TATA CARA PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PERKANTORAN

I. UMUM 9. Pimpinan satuan kerja/unit perkantoran bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja perkantoran. 10. Dalam melaksanakan tugas tersebut Pimpinan perkantoran dapat menunjuk seorang petugas atau membentuk satuan kerja/unit organisasi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang kesehatan lingkungan kerja. 11. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk menyelenggarakan kesehatan lingkungan kerja perkantoran harus melaksanakan tahap-tahap kegiatan, meliputi antara lain : a. Menyusun rencana/program kerja tahunan penyehatan lingkungan kerja perkantoran yang merupakan bagian dari rencana/program kerja perkantoran secara keseluruhan. b. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana/program kerja tahunan yang meliputi : 1). Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan 2). Sasaran/target tiap jenis kegiatan 3). Jadwal pelaksanaan kegiatan 4). Tenaga atau satuan kerja/unit organisasi yang akan melaksanakan kegiatan. 5). Peralatan, bahan atau sarana yang diperlukan (jenis dan jumlah) 6). Pembiayaan untuk tiap jenis kegiatan 7). Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan 8). Pencatatan dan pelaporan. 12. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran wajib melaksanakan penilaian/telaah hasil-hasil kegiatan penyehatan lingkungan kerja dan merumuskan alternatif pemecahan masalah, apabila terdapat hambatan atau terjadi penurunan mutu kesehatan lingkungan kerja. 13. Dalam menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran, Pimpinan satuan kerja/unit perkantoran dapat memanfaatkan pihak ketiga untuk melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan kerja.

13

14. Pihak ketiga harus berbentuk Badan lingkungan kerja perkantoran yang diakui.

Hukum

Usaha

penyehatan

15. Badan Hukum yang bidang usahanya menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja perkantoran, harus mempekerjakan tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki pendidikan sekurang-kurangnya Diploma I atau telah mengikuti pelatihan dari instansi yang berwenang. 16. Biaya penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja perkantoran menjadi tanggung jawab perkantoran.

II.

AIR BERSIH A. Persyaratan Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. B. Tata Cara 1. Pengertian Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. 2. Tata cara pelaksanaan 1) Air bersih untuk keperluan perkantoran dapat diperoleh dari Perusahaan Air Minum, sumber air tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan. 2) Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan kesehatan. 3) Distribusi air bersih untuk perkantoran harus menggunakan sistim perpipaan. 4) Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis. 5) Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan pada kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali setahun, yaitu musim kemarau dan musim hujan.

III. UDARA RUANGAN A. Persyaratan 1. Suhu dan kelembaban - Suhu : 18 28 0C 14

Kelembaban : 40 % - 60 %

2. Debu Kandungan debu maksimal didalam udara ruangan pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut : No. 1. 2. JENIS DEBU Debu total Asbes bebas KONSENTRASI MAKSIMAL 0,15 mg/m3 5 serat/ml udara dengan panjang serat 5 u (Mikron)

dalam

3. Pertukaran udara : 0,283 M3/menit/orang dengan laju ventilasi : 0,15 0,25 m/detik. Untuk ruangan kerja yang tidak menggunakan pendingan harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistim ventilasi silang. 4. Gas pencemar Kandungan gas pencemar dalam ruang kerja, dalam rata-rata pengukuran 8 jam sebagai berikut : No. PARAMETER KONSENTRASI MAKSIMAL (mg/m3) ppm 1 17 25 29 25 5,60 3,0 5,2 2

1. 2. 3. 4. 5.

Asam Sulfida (H2S) Amonia (NH3) Karbon Monoksida (CO) Nitrogen Dioksida (NO2) Sulfur Dioksida (SO2)

5. Mikrobiologi - Angka kuman kurang dari 700 koloni/m3 udara - Bebas kuman patogen B. Tata Cara 1. Pengertian Penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja memenuhi persyaratan kesehatan. 2. Tata cara pelaksanaan 1) Suhu dan kelembaban Agar ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : f) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.

15

g) Bila suhu udara > 28 0C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air Conditioner (AC), kipas angin, dll. h) Bila suhu udara luar < 18 0C perlu menggunakan pemanas ruang. i) Bila kelembaban udara ruang kerja > 60 % perlu menggunakan alat dehumidifier. j) Bila kelmbaban udara ruang kerja < 40 % perlu menggunakan humidifier (misalnya : mesin pembentuk aerosol). 6) Debu Agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja perkantoran memenuhi persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upayaupaya sebagai berikut : d) Kegiatan membersihkan ruang kerja perkantoran dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan kain pel basah atau pompa hampa (vacuum pump). e) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik 2 kali/tahun dan dicat ulang 1 kali setahun. f) Sistem ventilasi yang memenuhi syarat. 7) Pertukaran udara Agar pertukaran udara ruang perkantoran dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : d) Untuk ruangan kerja yang tidak ber AC harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari luas lantai dengan menerapkan sistem ventilasi silang. e) Ruang yang menggunakan AC secara periodik harus dimatikan dan diupayakan mendapat pergantian udara secara alamiah dengan cara membuka seluruh pintu dan jendela atau dengan kipas angin. f) Membersihkan saringan/filter udara AC secara periodik sesuai ketentuan pabrik. 8) Gas pencemar Agar kandungan gas pencemar dalam udara ruang kerja perkantoran tidak melebihi konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : e) Pertukaran udara ruang diupayakan dapat berjalan dengan baik. f) Ruang kerja tidak berhubungan langsung dengan dapur. g) Dilarang merokok didalam ruang kerja. h) Tidak menggunakan bahan bangunan yang mengeluarkan bau yang menyengat. 9) Mikroba Agar angka kuman di dalam udara ruang tidak melebihi batas persyaratan maka perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut : e) Karyawan yang sedang menderita penyakit yang ditularkan melalui udara untuk sementara waktu tidak boleh berkerja. f) Lantai dibersihkan dengan antiseptik. g) Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik. 16

h) Memelihara sistem AC sentral.

IV. LIMBAH A. Persyaratan 1. Limbah padat/sampah d. Setiap perkantoran harus dilengkapi dengan tempat sampah dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup. e. Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat sampah yang terpisah. f. Tersedia tempat pengumpulan sampah sementara yang memenuhi syarat 2. Limbah cair Kualitas efluen harus memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Tata Cara 1.Pengertian a. Limbah padat adalah semua buangan yang berbentuk padat termasuk buangan yang berasal dari kegiatan perkantoran. b. Limbah cair adalah semua buangan yang berbentuk cair termasuk tinja. 2. Tata cara pelaksanaan a. Limbah padat 4) Membersihkan ruang dan lingkungan perkantoran minimal 2 kali sehari 5) Mengumpulkan sampah kering dan basah pada tempat yang berlainan dengan menggunakan kantong plastik warna hitam. 6) Mengamankan limbah padat sisa kegiatan perkantoran. b. Limbah cair 3) Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan bau. 4) Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan lebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan minimal dengan tengki septik.

V. PENCAHAYAAN DI RUANGAN A. Persyaratan Intensitas cahaya di ruang kerja minimal 100 lux.

17

B. Tata Cara 1. Pengertian Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. 2. Tata cara pelaksanaan Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan sebagai berikut : 1) Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya. 2) Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering dibersihkan. 3) Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

VI. KEBISINGAN DI RUANGAN A. Persyaratan Tingkat kebisingan di ruang kerja maksimal 85 dBA B. Tata Cara 1. Pengertian Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan. 2. Tata cara pelaksanaan Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut : 1) Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kebisingan. 2) Sumber bising dapat dikendalikan dengan cara antara lain : meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, membuat bukit buatan, dan lain-lain.

VII.GETARAN DI RUANGAN A. Persyaratan Tingkat getaran maksimal untuk kenyamanan dan kesehatan karyawan harus memenuhi syarat sebagai berikut : No. FREKUENSI TINGKAT GETARAN MAKSIMAL (dalam mikron = 10 6 M) < 100 < 80 18

1 2

4 5

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 B. Tata Cara

6,3 8 10 12,5 16 20 25 31,5 40 50 63

< 70 < 50 < 37 < 32 < 25 < 20 < 17 < 12 < 9 < 8 < 6

1. Pengertian Getaran adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan. Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia. 2. Tata cara pelaksanaan Agar getaran tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut : a. Melengkapi ruang kerja dengan peredam getar. b. Memperbaiki/memelihara sistem penahan getaran. c. Mengurangi getaran pada sumber, misalnya dengan memberi bantalan pada sumber getaran.

VIII.RADIASI DI RUANGAN A. Persyaratan Tingkat radiasi medan listrik dan medan magnit listrik di tempat kerja adalah sebagai berikut : 3. Medan listrik : c. Sepanjang hari kerja : maksimal 10 kV/m. d. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari maksimal 30 kV/m. 4. Medan magnit listrik : c. Sepanjang hari kerja : maksimal 0,5 mT (mili Tesla). d. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : 5 mT B. Tata Cara 1. Pengertian a. Radiasi adalah emisi energi yang dilepas dari bahan atau alat radiasi. b. Medan listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari kabel benda yang bermuatan listrik. c. Medan magnet listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari kabel antara dua tegangan listrik yang dialiri oleh arus listrik. 19

2. Tata cara pelaksanaan a. Pencegahan terhadap radiasi medan listrik 3) Merancang instalasi sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL). 4) Menyediakan alat pelindung (isolasi) radiasi pada sumber. b. Pencegahan terhadap radiasi medan magnet listrik : Lokasi perkantoran jauh/tidak berada dibawah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), jarak vertikal bangunan dari sumber maksimal 10 m dan jarak horisontal minimal 30 m.

IX. VEKTOR PENYAKIT A. Persyaratan 1. Serangga penular penyakit a. Indeks lalat : maksimal 8 ekor/fly grill (100 x 100 cm) dalam pengukuran 30 menit. b. Indeks kecoa : maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam pengukuran 24 jam. c. Indeks nyamuk Aedes aegypti : container indeks tidak melebihi 5%. 2. Tikus Setiap ruang kantor harus bebas tikus. B. Tata Cara 1. Pengertian Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadi perantara penular berbagai penyakit tertentu (misalnya serangga). a. Reservoar (penjamu) penyakit adalah binatang yang didalam tubuhnya terdapat kuman penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia (misalnya tikus). b. Pengendalian vektor penyakit adalah segala upaya untuk mencegah dan memberantas vektor. 2. Tata cara pelaksanaan a. Pengendalian secara fisika 5) Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan berkembang biaknya vektor dan reservoar penyakit kedalam ruang kerja dengan memasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus. 6) Menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tidak terjadi penumpukan sampah dan sisa makanan. 7) Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur. 8) Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.

20

b. Pengendalian dengan bahan kimia yaitu dengan melakukan penyemprotan, pengasapan, memasang umpan, membubuhkan abate pada tempat penampungan air bersih. c. Pengendalian penjamu dengan listrik frekwensi tinggi. d. Cara mekanik dengan memasang perangkap.

X. RUANG DAN BANGUNAN Persyaratan 8. Bangunan kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan. 9. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin dan bersih. 10. Setiap karyawan mendapatkan ruang udara minimal 10 m3/ karyawan. 11. Dinding bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air. 12. Langit-langit kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,50 m dari lantai. 13. Atap kuat dan tidak bocor. 14. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6 kali luas lantai. XI.TOILET Persyaratan 3. Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria. 4. Setiap kantor harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban dan peturasan minimal seperti pada tabel-tabel berikut : a. Untuk karyawan pria : No JUMLAH KARYAWAN S/d 25 26 s/d 50 51 s/d 100 JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH KAMAR JAMBAN PETURASAN WASTAFEL MANDI 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 5 5 Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan

1 2 3

b. Untuk karyawan wanita : No JUMLAH KARYAWAN S/d 20 21 s/d 40 41 s/d 70 JUMLAH KAMAR MANDI 1 2 3 21 JUMLAH JAMBAN 1 2 3 JUMLAH WASTAFEL 2 3 5

1 2 3

4 5 6

71 s/d 100 101 s/d 140 141 s/d 180

4 4 6 5 5 7 6 6 8 Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan

XII.

INSTALASI

A. Persyaratan 3. Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air hujan harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku. 4. Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir. B. Tata Cara 1. Pengertian Instalasi adalah penjaringan pipa/kabel untuk fasilitas listrik, air limbah, air bersih, telepon dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan industri. 2. Tata cara pelaksanaan e. Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode warna dan label. f. Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan distribusi air limbah dengan air berrsih sesuai dengan ketentuan yang berlaku. g. Jaringan Instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika. h. Jaringan Instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.

MENTERI KESEHATAN,

ttd Dr. Achmad Sujudi

22

Lampiran II Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 405/Menkes/SK/XI/2002 Tanggal : 19 Nopember 2002

PERSYARATAN DAN TATA CARA PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA INDUSTRI

I.

UMUM 1. Pimpinan satuan kerja/unit industri bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan penyehatan lingkungan kerja industri. 2. Dalam melaksanakan tugas tersebut pimpinan satuan kerja/unit kerja industri dapat menunjuk seorang petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang kesehatan lingkungan. 3. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk menyelenggarakan kesehatan lingkungan kerja industri harus melaksanakan tahap-tahap kegiatan, meliputi antara lain : a. Menyusun rencana/program kerja tahunan penyehatan lingkungan kerja industri yang merupakan bagian dari rencana/program kerja industri secara keseluruhan. b. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan berdasarkan rencana/program kerja tahunan yang meliputi : 1). Jenis kegiatan yang akan dilaksanakan 2). Sasaran/traget tiap jenis kegiatan 3). Jadwal pelaksanaan kegiatan 4). Tenaga atau satuan kerja/unit organisasi yang akan melaksanakan kegiatan. 5). Peralatan, bahan atau sarana yang diperlukan (jenis dan jumlah) 6). Pembiayaan untuk tiap jenis kegiatan 7). Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan 8). Pencatatan dan pelaporan. 4. Petugas atau satuan kerja/unit organisasi yang ditunjuk untuk menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja industri wajib melaksanakan penilaian/telaah hasil-hasil kegiatan penyehatan lingkungan kerja dan merumuskan alternatif pemecahan masalah, apabila terdapat hambatan atau terjadi penurunan mutu kesehatan lingkungan kerja industri. 5. Dalam menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja industri, pimpinan satuan kerja/unit industri dapat memanfaatkan pihak ketiga untuk melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan industri.

23

6. Pihak ketiga harus berbentuk Badan Hukum yang menyelenggarakan usaha kesehatan lingkungan kerja industri harus memperkerjakan tenaga di bidang kesehatan lingkungan industri kerja. 7. Badan Hukum yang bidang usahanya menyelenggarakan penyehatan lingkungan kerja industri harus mempekerjakan tenaga kesehatan lingkyngan kerja industri yang memiliki pendidikan sekurang-kurangnya Diploma I atau telah mengikuti pelatihan dari industri yang berwenang. 8. Biaya penyelenggaraan lingkungan kerja industri menjadi tanggung jawab pengelola industri. II. Air Bersih A. Persyaratan 1. Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan dengan kapasitas minimal 60 lt/orang/hari. 2. Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. Tata Cara 1. Pengertian Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dilengkapi alat pengolah air bersih sesuai dengan kebutuhan. 2. Tata cara pelaksanaan : a. Air bersih untuk keperluan industri dapat diperoleh dari Perusahaan Air Minum (PAM), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sumber air tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan. b. Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan kesehatan. c. Distribusi air bersih untuk perkantoran harus menggunakan sistim perpipaan. d. Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis. e. Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan pada kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali setahun, yaitu musim kemarau dan musim hujan.

24

III.

UDARA RUANGAN A. Persyaratan 1. Suhu dan kelembaban a.Suhu : 18 30 0C b.Kelembaban : 65 % - 95 % 2. Debu Kandungan debu maksimal didalam udara ruangan pengukuran rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut : No. 1. 2. JENIS DEBU Debu total Asbes bebas KONSENTRASI MAKSIMAL 10 mg/m3 5 serat/ml udara dengan panjang serat 5 u (Mikron) 50 mg/m3

dalam

3.

Silicat total

3. Pertukaran udara : 0,283 M3/menit/orang dengn laju ventilasi : 0,15 0,25 m/detik. 4. Gas pencemar a. Kandungan maksimal gas pencemar dalam udara ruang proses produksi adalah sebagai berikut : No. PARAMETER KONSENTRASI MAKSIMAL (mg/m3) 0,1 35 10 0,5 25 7 25 11 28 1 2400 300 1,5 1 0,1 0,25 75 1900

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

Air raksa Amonia Amonium klorida Arsen Asam asetat Asam klorida Asam nitrat Asam Sianida Asam Sulfida Asam Sulfat Aseton Butil Alkohol Butil Merkaptan DDT Diazinon Dieldrin Dimetil Amin Etil Alkohol 25

19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44.

Fenol Ferum Oksida Flour Formaldehid Fosfor kuning Kadmium Kalsium Oksida Kamfer Kapas Karbon Dioksida Karbon Monoksida Klor LPG Magnesium Oksida Mangan Nitrogen Oksida Nikel Perak Platina Seng Klorida Seng Oksida Sianida Silicon Sulfur Dioksida Timah Hitam Timah Putih

19 10 2 6 0,1 0,2 5 12 1 9000 115 3 1800 10 5 30 1 0,01 0,002 1 5 5 10 13 0,1 2

b. Kandungan maksimal bahan pencemar udara ambien di kawasan industri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Tata Cara 1. Pengertian Penyehatan udara ruang adalah upaya yang dilakukan agar suhu dan kelembaban, debu, pertukaran udara, bahan pencemar dan mikroba di ruang kerja industri memenuhi persyaratan kesehatan. 5. Tata cara pelaksanaan a. Suhu dan kelembaban Agar ruang kerja industri memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : 1) Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m 2) Bila suhu udara > 30 0C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air Conditioner (AC), kipas angin, dll 3) Bila suhu udara luar < 18 0C perlu menggunakan alat pemanas ruang (heater).

26

4) Bila kelembaban udara ruang kerja > 95 % perlu menggunakan alat dehumidifier. 5) Bila kelembaban udara ruang kerja < 65 % perlu menggunakan humidifier (misalnya : mesin pembentuk aerosol). b. Debu Agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja industri memenuhi persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upayaupaya sebagai berikut : 1) Pada sumber dilengkapi dengan penangkap debu (dust enclosure). 2) Untuk menangkap debu yang timbul akibat proses produksi, perlu dipasang ventilasi lokal (lokal exhauster) yang dihubungkan dengan cerobong dan dilengkapi dengan penyaring debu (filter). 3) Ruang proses produksi dipasang dilusi ventilasi (memasukkan udara segar). c. Pertukaran udara Agar pertukaran udara ruang industri dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : 1) Memasukkan udara segar untuk mencapai persyaratan NAB dengan menggunakan ventilasi/AC. 2) Kebutuhan suplai udara segar 10 lt/org/dtk. 3) Membersihkan saring/filter udara AC secara periodik sesuai ketentuan pabrik. d. Gas pencemar Agar kandungan gas pencemar dalam udara ruang kerja industri tidak melebihi konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakantindakan sebagai berikut : 1) Pada sumber dipasang hood (penangkap gas) yang dihubungkan dengan local exhauster dan dilengkapi dengan filter penangkap gas. 2) Melengkapi ruang proses produksi dengan alat penangkap gas. 3) Dilengkapi dengan suplai udara segar. e. Mikroba Agar angka kuman di dalam udara ruang kerja industri tidak melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) maka perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut : 1) Untuk industri yang berpotensi mencemari udara dengan mikroba agar melengkapi ventilasi/AC dengan sistim saringan udara bertingkat untuk menangkap mikroba atau upaya desinfeksi dengan sinar ultra violet atau bahan kimia. 2) Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik. 3) Memelihara sistem AC sentral

27

IV.

LIMBAH A. Persyaratan 1. Limbah padat domestik Pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan sampah domestik harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Limbah cair Kualitas limbah cair hasil proses pengolahan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) Penanganan limbah B3 harus sesuai dengan perturan perundangundangan yang berlaku. 4. Limbah gas Emisi limbah gas harus sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. B. Tata Cara 1. Pengertian a. Limbah padat adalah semua buangan yang berbentuk padat termasuk buangan yang berasal dari kegiatan industri. b. Limbah cair adalah semua buangan yang berbentuk cair termasuk tinja. 2. Tata cara pelaksanaan a. Limbah padat 1) Limbah padat yang dapat dimanfaatkan kembali dengan pengolahan daur ulang dan pemanfaatan sebagian (Re-use, recycling, recovery) agar dipisahkan dengan limbah padat yang non B3. 2) Limbah B3 dikelola ke tempat pengolahan limbah B3 sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3) Limbah radio aktif dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Limbah cair 1) Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan bau. 2) Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan fisik, kimia atau biologis sesuai kebutuhan.

V.

PENCAHAYAAN A. Persyaratan Intensitas cahaya di ruang kerja sebagai berikut :

28

JENIS KEGIATAN

TINGKAT PENCAHAYAAN MINIMAL (LUX) 100

KETERANGAN Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu. Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar. R. administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/ penyusun. Pembuatan gambar atau berkerja dengan mesin kantor pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin. Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus & perakitan halus Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus

Pekerjaan kasar dan tidak terus menerus

Pekerjaan kasar & terus menerus Pekerjaan rutin

200

300

Pekerjaan agak halus

500

Pekerjaan halus

1000

Pekerjaan amat halus

1500 Tidak menimbulkan bayangan 3000 Tidak menimbulkan bayangan

Pekerjaan terinci

Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus

B. Tata Cara 1. Pengertian Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. 2. Tata cara pelaksanaan Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan sebagai berikut : a. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya. b. Kontras sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan. c. Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk tidak menggunakan lampu neon. d. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola lampu sering dibersihkan.

29

e. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

VI.

KEBISINGAN A. Persyaratan Tingkat pajanan kebisingan maksimal selama 1 (satu) hari pada ruang proses adalah sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. B. Tata Cara 1. Pengertian Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan. 2. Tata cara pelaksanaan Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut : a. Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar terhindar dari kebisingan. b. Sumber bising dapat dikendalikan dengan beberapa cara antara lain: meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, peninggian tembok, membuat bukit buatan, dan lain-lain. c. Rekayasa peralatan (engineering control). TINGKAT KEBISINGAN (dBA) 85 88 91 94 97 100 PEMAPARAN HARIAN 8 jam 4 jam 2 jam 1 jam 30 menit 15 menit

VII. GETARAN A. Persyaratan Tingkat getaran maksimal untuk kenyamanan dan kesehatan karyawan pada masing-maing ruangan lingkungan industri sebagai berikut : No. 1 2 3 4 FREKUENSI 4 5 6,3 8 30 TINGKAT GETARAN MAKSIMAL (10 -6 M) < 100 < 80 < 70 < 50

5 6 7 8 9 10 11 12 13

10 12,5 16 20 25 31,5 40 50 63

< 37 < 32 < 25 < 20 < 17 < 12 < 9 < 8 < 6

B. Tata Cara 1. Pengertian a. Getaran (vibrasi) adalah gerakan bolak balik suatu massa melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan. b. Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia. 2. Tata cara pelaksanaan Agar getaran tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan sebagai berikut : a. Melengkapi ruang kerja dengan peredam getar. b. Memperbaiki/memelihara sistem penahan getaran. c. Mengurangi getaran pada sumber, misalnya dengan memberi bantalan pada sumber getaran.

VIII. RADIASI A. Persyaratan Tingkat pajanan oleh radiasi medan listrik dan medan magnit listrik adalah sebagai berikut : 1. Medan listrik : a. Sepanjang hari kerja : maksimal 10 kV/m. b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : maksimal 30 kV/m. 2.Medan magnit listrik : a. Sepanjang hari kerja : maksimal 0,5 mT (mili Tesla). b. Waktu singkat sampai dengan 2 jam per hari : 5 mT B. Tata Cara 1. Pengertian a. Radiasi adalah emisi energi yang dilepas dari bahan atau alat radiasi.

31

b. Medan listrik adalah radiasi non pengion yang berasal dari kabel benda yang bermuatan listrik. 2. Tata cara pelaksanaan a. Pencegahan terhadap radiasi medan listrik b. Merancang instalasi yang sesuai dengan peraturan c, Menyediakan alat pelindung (isolasi) radiasi pada sumber d. Pencegahan terhadap radiasi medan magnet listrik : 1) Lokasi perkantoran jauh/tidak berada dibawah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), jarak vertikal bangunan dari sumber maksimal 10 m dan jarak horisontal minimal 20 m. 2) Untuk pengguna kabel umum tegangan menengah tidak dipergunakan sebagai tempat kerja (20 kV)

IX.

VEKTOR PENYAKIT A. Persyaratan 1. Serangga penular penyakit a. Indeks lalat : maksimal 8 ekor/fly grill (100 x 100 cm) dalam pengukuran 30 menit. b. Indeks kecoa : maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam pengukuran 24 jam. c. Indeks nyamuk Aedes aegypty container indeks tidak melebihi 5%. 2. Tikus Setiap ruang kerja industri harus bebas tikus. B. Tata Cara 1. Pengertian a. Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadi perantara penular berbagai penyakit tertentu (misalnya serangga). b. Reservoar (penjamu) penyakit adalah binatang yang didalam tubuhnya terdapat kuman penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia (misalnya tikus). c. Pengendalian vektor penyakit adalah segala upaya untuk mencegah dan memberantas vektor. 2. Tata cara pelaksanaan a. Pengendalian secara fisika 1) Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan berkembang biaknya vektor dan reservoar penyakit kedalam ruang kerja dengan memasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.

32

2) Menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tidak penumpukan sampah dan sisa makanan. 3) Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur. 4) Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.

terjadi

c. Pengendalian dengan bahan kimia yaitu dengan melakukan penyemprotan, pengasapan, memasang umpan, membubuhkan abate pada tempat penampungan air bersih. d. Pengendalian penjamu dengan listrik frekwensi tinggi. e. Cara mekanik dengan memasang perangkap.

X.

RUANG DAN BANGUNAN Persyaratan 1. Bangunan harus kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan. 2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, dan tidak licin, pertemuan antara dinding dengan lantai berbentuk conus. 3. Dinding harus rata, bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air. 4. Langit-langit harus kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 3,0 m dari lantai. 5. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6 kali luas lantai.

XI.

TOILET A. Persyaratan 1. Toilet karyawan wanita terpisah dengan toilet untuk karyawan pria. 2. Setiap industri harus memiliki toilet dengan jumlah wastafel, jamban dan peturasan minimal seperti pada tabel-tabel berikut : a. Untuk karyawan pria : No JUMLAH KARYAWAN JUMLAH JUMLAH JUMLA JAMBAN PETURASAN H WAST AFEL 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 5 5 Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan JUMLAH KAMAR MANDI

1 2 3

S/d 25 26 s/d 50 51 s/d 100

33

b. Untuk karyawan wanita : No JUMLAH KARYAWAN S/d 20 21 s/d 40 41 s/d 70 71 s/d 100 101 s/d 140 141 s/d 180 JUMLAH JUMLAH JUMLAH KAMAR JAMBAN WASTAFEL MANDI 1 1 2 2 2 3 3 3 5 4 4 6 5 5 7 6 6 8 Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban, dan satu peturasan

1 2 3 4 5 6

B. Tata Cara 1. Pengertian Toilet adalah sarana sanitasi di industri yang meliputi kamar mandi, WC, dan westafel yang disediakan atau dipergunakan oleh karyawan selama jam kerja. 2. Tata cara pelaksanaan a. Toilet harus dibersihkan minimal 2 kali sehari. b. Tidak menjadi tempat berkembang biaknya serangga dan tikus.

XII. INSTALASI A. Persyaratan 1. Instalasi listrik, pemadam kebakaran, air bersih, air kotor, air limbah, air hujan harus dapat menjamin keamanan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku. 2. Bangunan kantor yang lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari bangunan lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir. B. Tata Cara 1. Pengertian Instalasi adalah penjaringan pipa/kabel untuk fasilitas listrik, air limbah, air bersih, telepon dan lain-lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan industri. 2. Tata cara pelaksanaan a. Instalasi untuk masing-masing menggunakan kode warna dan label.

peruntukan

sebaiknya

34

b. Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan distribusi air limbah dengan air bersih sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Jaringan Instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika. d. Jaringan Instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus. e. Pengoperasian instalasi sesuai dengan prosedur tetap yang telah ditentukan. f. Konstruksi instalasi diupayakan agar sesuai dengan standard desain yang berlaku.

MENTERI KESEHATAN,

ttd Dr. Achmad Sujudi

35

Anda mungkin juga menyukai