Anda di halaman 1dari 23

UJIAN TENGAH SEMESTER GEOLOGI STRUKTUR INDONESIA TEKTONIK INDONESIA BAGIAN BARAT DAN BAGIAN TIMUR OLEH : RONEL

270110100152 KELAS D

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tektonik Indonesia sangatlah kompleks, dalam mempelajari tektonik di Indonesia ada beberapa hal yang harus dimengerti dalam keadaan tektonik global. Tektonik Indonesia sendiri terbagi atas dua bagian yaitu tektonik Indonesia bagian barat dan tektonik Indonesia bagian timur. Pada dasarnya geologi struktur Indonesia mempelajari keterbentukan pulau-pulau dan struktur yang ada di Indonesia dan menganalisanya berdasarkan teri tektonik lempeng. Pada makalah ini akan membahas dan menganalisa tentang keterbentukan dari struktur-struktur yang ada di Indonesia pada Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur.

1.2 Rumusan Masalah Pada makalah ini akan dibahas tentang tektonik Indonesia pada bagian barat dan tektonik Indonesia pada bagian timur.

1.3 Tujuan Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk melengkapi nilai dari ujian tengah semester mata kuliah geologi struktur Indonesia di Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran.

BAB II ISI 2.1 Tektonik Global Tektonik Global itu merupakan suatu konsep tektonik lempeng yang merupakan gabungan dari banyak kejadian geologi yang menjelaskan adanya bukti-bukti pergerakan lempeng lempeng tektonik. Bukti-bukti tersebut, dijelaskan dalam beberapa teori mengenai tektonik lempeng. Salah satu teori tektonik lempeng adalah teori apungan benua (continental drift), yang menyatakan bahwa benua-benua yang sekarang ada, dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi. Dan kekuatan untuk pergerakan tersebut adalah dari arus konveksi yang ada di dalam mantel bumi. Jadi pada 200 juta tahun yang lalu, semua benua masih berkumpul menjadi satu, sekitar 160 juta tahun yang lalu, pangea terpisah menjadi dua benua besar, yaitu Laurasia dan Gondwanaland. Setelah sekian lama, kedua benua tersebut terpecah-pecah menjadi beberapa benua dengan bentuk yang terlihat sekarang. Saat ini terdapat tujuh buah lempeng tektonik yang besar dan beberapa lempeng yang kecil. Lempeng yang besar meliputi lempeng Pasifik, Lempeng North American, Lempeng Eurasia, Lempeng Antartika, Lempeng Australia dan lempeng Afrika. Lempeng lempeng tektonik ini dapat bergerak relative terhadap suatu tempat yang tetap pada lapisan mantel dan pergerakan relative antara satu lempeng tektonik dengan lempeng lainnya, baik divergen, konvergen dan transform. Pergerakan lempeng-lempeng tektonik ini disebabkan

karena adanya aliran konveksi. Lempeng India-Australia bergerak ke utara, lempeng Pasifik ke Barat sedangkan Eurasia relative diam.

Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relative litosfer samudra dan karakter astenosfer yang relative lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari energy yang menggerakkan lempeng tektonik. Pada waktu pembentukannya di mid oceanic ridge, litosfer samudra pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan astenosfer dibawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan mantel yang dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan pergerakan-Global Tektonik pergerakan lempeng. Kelemahan astenosfer

memungkinkan lempengan untuk bergerak secara mudah menuju kearah zona subduksi meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak pergerakan lempeng. Teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya pergerakan lempeng-lempeng tektonik ini adalah teori seafloor spreading yang menjelaskan bahwa daerah di punggung tengah samudera terjadi pembumbungan arus konveksi (upwelling) dan sekaligus membentuk kerak benua dan kerak samudra. Kerak samudra yang baru terbentuk tersebut selanjutnya bergerak secara lateral menjauh dari pusat erupsi. Di daerah palung, kerak samudra selanjutnya kembali tenggelam atau masuk kedalam mantel sejalan dengan tenggelamnya arus konveksi (down welling). Arus konveksi bergerak ke mantel atas melalui bagian tengah dari kerak benua dan lama-kelamaan membentuk zona pemekaran antar benua.

Pada dasarnya, geologi struktur Indonesia merupakan suatu usaha untuk mengenal pola struktur dari kepulauan Indonesia, dan mencoba untuk menganalisa sejarah pembentukannya yang dilandasi oleh teori tektonik lempeng. Indonesia termasuk sebagai salah satu wilayah yang mempunyai tatanan geologi yang rumit. Hal ini dikarenakan letak Indonesia yang terdapat diantara tiga pertemuan lempeng besar yaitu: Hindia-Australia di selatan, Pasifik disebelah barat dan lempeng Asia d sebelah utara. Ketiga lempeng tersebut bergeser dari sumbernya di

pematang-pematang tengah samudera (mid oceanic ridge), dengan arah dan kecepatan yang berubah-ubah, satu terhadap lainnya sejak Mesozoik hingga kini. Sebagai akibat dari gerak

lempeng tersebut yang rumit, maka sifat dari wilayah Indonesia dicirikan oleh perubahanperubahan yang menerus dari susunan lempeng, jalur-jalur tumbukan, sesar transform dan busur-busur yang bergeser.

2.2 Tektonik Asia Tenggara Tektonik di Asia Tenggara dikontrol oleh interaksi empat lempeng utama, yaitu lempeng Indo-Australia di sebelah Selatan, lempeng Filipina dan lempeng Pasifik di sebelah timur, dan lempeng Eurasia di sebelah barat laut. Pada awal Cretaceous, lempeng Indo-Australia bergerak ke utara dan lempeng Pasifik bergerak ke barat yang menabrak (subduksi) masuk ke bawah lempeng Eurasia. Tumbukan mikro daratan lolotoi dengan dataran sunda bagian tenggara menghasilkan konplek batuan melange dengan pola arah timur laut memotong laut jawa saat ini. pada cretaceous akhir, terbentuk basin yang teregang secara lokal dan dipengaruhi suatu

komponen wrench yang meluas secara lateral pada tumbukan tersebut. pada saat ini juga tarikan di Gondwana makin intensif yang menyebabkan Jalur subduksi barat makin ke barat sehingga menyebabkan daratan sunda semakin luas. Pada masa Paleo-eocene belakang busur terbentuk suatu rangkaian struktur halus yang berarah timur barat. dan mikroplate sunda mengalami rotasi ke kanan (searah jarum jam) sehingga sebagian besar laut China Selatan semakin tertutup. Pada eocene tengah, lempeng india menumbuk lempeng Eurasia, mulai terbentuk pegunungan Himalaya dan sesar-sesar mendatar di Asia Tenggara. Pada saat bersamaan posisi jalur subduksi bergeser ke arah Samudera. Pada oligosen awal, kecepatan gerak lempeng mengalami penurunan, yang

mengakibatkan terjadinya penurunan muka air laut dan cekungan muka busur semakin melebar sehingga laut china melebar seiring dengan adanya rotasi searah jarum jam. sedangkan pada oligosen akhir, kecepatan gerak lempeng meningkat lagi yang mengakibatkan terjadinya sistem tegasan ekstensional dan kompresional. pengangkatan (uplift) bukit barisan terjadi akibat tektonik kompresional yang disertai pula oleh adanya desakan aktivitas vulkanisme secara besarbesaran. Pada awal pertengahan miosen, beberapa bagian zona ini mengalami pengangkatan menghasilkan suatu bentukan yang disebut dengan central high. pada miosen akhir, terjadi kompresi utara-selatan yang disebabkan pengangkatan dan pembalikan di sepanjang patahan dari half graben sehingga membentuk struktur antiklin muda. pengangkatan berlanjut sampai saat ini dengan terbentuknya rangkaian pulau yang memotong dari timur ke barat. Seiring berjalannya waktu, zona subduksi diyakini mengalami perubahan arah, pada masa cretaceous awal dan

eocene mengarah ke selatan dan timur dan saat ini subduksi berjalan paralel timur barat menembus zona wrench yang aktif pada periode neogen. Tektonik di Asia Tenggara begitu rumit karena dikontrol oleh interaksi empat lempeng utama, yaitu lempeng Indo-Australia di sebelah Selatan, Lempeng Filipina&Lempeng Pasifik di sebelah timur, dan lempeng Eurasia di sebelah barat laut. keempat lempeng utama tersebut merupakan lempeng yang sangat aktif bergerak yang mengakibatkan kawasan ini menjadi kawasan tektonik aktif sehingga banyak menimbulkan peristiwa tektonik atau peristiwa geologi sebelum dan sesudah lempeng India menabrak lempeng asia sampai sekarang. dan juga karena kawasan ini merupakan kawasan busur kepulauan yang aktif secara tektonik serta diantara pulaupulaunya merupakan cekungan laut dalam. 2.3 Tektonik Indonesia Tektonik di Indonesia terbagi menjadi dua karena terdapat adanya perbedaan lempeng penyusun. Indonesia bagian timur tersusun oleh lempeng-lempeng mikro kecuali daerah Nusa Tenggara, Irian Utara Timur dan Sulawesi Utara yang berbenturan dengan lempeng makro. Sedangkan Indonesia bagian barat merupakan daerah interaksi antara lempeng makro. Karena perbedaan tersebut maka pola atau tatanan tektoniknya pun akan berbeda pula. Pada wilayah Indonesia bagian barat, tatanan tektoniknya lebih sederhana daripada tatanan tektonik wilayah Indonesia bagian timur yang lebih rumit.

2.3.1 Sundaland Sundaland merupakan sebuah massa daratan (landmass) di Asia Tenggara yang timbul sebagai massa daratan diatas muka air laut pada kala Plistosen. Hasil penelitian geologi dapat menunjukkan jejak sejarah paparan ini. muka air laut naik dan turun sesuai dengan periode deglasisasi dan glasiasi. Pada 170.000 tahun yang lalu, muka laut 200 meter lebih rendah daripada yang sekarang. Itulah saat eksistensi daratan sunda. muka laut seperti sekarang dicapainya pada 1000 taun lampau. Konsep modern menyatakan bahwa Sundaland bukan satu massa benua yang koheren, tetapi merupakan gabungan (amalgamasi) dari banyak benua-mikro atau terrane yang berasal dari Gondwana pada sebutan Mesozoikum. Benua-benua kecil ini

terpisah dari Gondwana, hanyut ke utara, kemudian saling berbentur satu sama lain dan bergabung membentuk Sundaland. Ketika pada kala Holosen terjadi deglasiasi, saat lapisan-lapisan es mencair maka tenggelamlah Daratan Sunda (Sundaland) oleh transgresi marin, dan kini kita mengenalnya sebagai Paparan Sunda, sebuah laut dangkal hasil penenggelaman Daratan Sunda. Wilayah Paparan Sunda dan Sundaland ini terletak diantara Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Malaka. 2.4 Tektonik Indonesia Bagian Barat Tektonik Sumatera terjadi pada akhir neogen, dimana terdapat Orogen Barisan yang dipengaruhi pasangan bususr Indonesia dan pulau Sumatera. Tektonik daerah Sumatera terjadi karena pergerakan konvergen antara lempeng samudera Hindia dan Asian Tenggara (Eurasia) yang bergerak Oblique dengan kemiringan 50-60o dan kecepatan pergerakan lempeng 7 cm/a. Sistem subduction merupakan rangkaian yang kompleks, hasil dari subduction membentuk elemen-elemen tektonik Sumatera yaitu trench, forc arc basin, ridge basin, volcanic arc, back arc basin dan sesar barisan. Volcanic arc terbentuk di kerak benua dan kedudukannya berada pada zona pengangkatan basement terrane di awal tersier dimana hasilnya membentuk pegunungan bukit barisan sepanjang pulau Sumatera. Basement dan volcanic arc dipengaruhi oleh transcurent fault system yang bergerak ke kanan bukit barisan. Sumatera membentuk continental craton dataran Sunda di mana pada masa Palaegosen daerah ini dipengaruhi oeleh perluasan dan penurunan yang menghasilkan celah cekungan seperti cekungan Batubara Ombilin di Sumatera Barat yang dipengaruhi oleh transtensional sepanjang patahan Bariasan. Orogen barisan sebenarnya terjadi dengan adanya pengangkatan pegunungan Bukit Barisan dan volcanic arc ditandai oleh influk pada sedimen vulkanoklastik dan sekuen regressive

back arc basin pada mid-miosen. Pengangkatan ini disertai dengan intrusi pada volcanic arc dan pergerakkan sepanjang transpressive sepanjang sistem sesar barisan. Erosi yang terjadi pada penutup dan pembukaan basement menyebabkan kenaikan 4000 m di atas muka laut. Proses pengangkatan pegunungan bukit barisan diikuti juga oleh penyempitan forc arc basin dan back arc basin. Selain menghasilkan cekungan dan pegunungan adanya pergerakan tranpressive pada masa plio-pleistosen sepanjang sistem sesar barisan juga menyebabkan struktur lipatan pada sedimen yang terdapat di back arc basin yang cenderung membentuk 20o terhadap sesar utama. Pergerakan zaman pleistosen sepanjang sistem sesar menyebabkan adanya distribusi tekanan pada daerah tertentu dan menyebabkan timbulnya bukaan cekungan dan seringkali membentuk danau, contohnya danau laut tawar, toba, singkarak, kerinci, ranau atau sedimentasi yang mengisi lembah semangko. Orogen barisan dilengkapi dengan variasi kecepatan penujaman lempeng samudera Hindia dan reaksi dari Asia Tenggara yang merupakan lanjutan dari collision India dengan batas sebelah Selatan Asia dan pengaturan crustal blocks akibat pergerakan yang terjadi sepanjang transcurrent fault. Subduksi yang oblique merupakan penyebab sesar bariasan dan adanya pergerakan sepanjang sesar barisan menyebabkan pengangkatan pegunungan bukit barisan dan adanya Transtension dan Transpressional efek yang terlihat disepanjang sisa sesar. Gerak menumbuknya lempeng samudera Hindia terhadap lempeng benua Asia Tenggara di kawasan Sumatera dianggap telah menghasilkan gerak pengangkatan terakhir dari pegunungan Barisan serta menyebabkan terjadinya sesar-sesar mendatar kanan sepanjang pegunungan Barisan. Gejala struktur yang paling menonjol adalah lipatan-lipatan dan sesar-sesar yang ada di Baratlaut-Tenggara.

Indonesia bagian barat merupakan pencerminan dari interaksi antara lempeng samudera hindia-australia yang bergerak ke utara, dengan lempeng asia (lempeng mikro sunda). Pada eosen awal, pergerakan Australia-Sundaland menyebabkan terbentuknya subduksi sepanjang barat tepi Sundaland, dibawah P.Sumba dan Sulawesi Barat dan mungkin menerus ke utara. Batas antara lempeng Australia-Sundaland pada bagian selatan Jawa merupakan zona strike-slip sedangkan selatan Sumatera berupa zona strike-slip tangensional. Hal ini dapat dijelaskan melalui konsep escape tectonic atau tektonik ekstrusi. Tektonik ekstrusi merupakan collisionrelated strike slip motion dimana sebagian kerak kontinen atau busur kepulauan bergerak karena buoyancy nya menuju kerak samudera (palung) setelah terjadinya collision continent vs continent atau continent vs island arc. Regional strike-slip fault mengakomodasi pergerakan ini. ciri lain tectonic ekstrusi adalah juga pembentukan rift basins akibat penipisan kerak dan localized compressional mpuntains dan related foreland-through basins. Berdasarkan konsep tektonik ekstrusi tersebut dari benua asia, perkembangan tektonik dari wilayah asia tenggara (termasuk Indonesia bagian Barat), sangat dipengaruhi oleh gerak-gerak fragmen benua asia (Cina Timur dan Indo China) yang melejit ke timur dan tenggara sebagai akibat daripada tumbukan antara kerak benua India dan Asia. Dengan gerak-gerak fragmen benua Asia ke tenggara dan timur, maka mekanisme ini akan diiimbangi oleh gerak rotasi dari IndoChina dan Paparan Sunda searah dengan putaran jarum jam melalui strike slip fault sinistral. Pengamatan di lapangan justru menunjukkan gerak dextral. Hal ini hanya dapat diterangkan apabila Indochina dan Paparan Sunda telah mengalami rotasi kearah yang berlawanan dengan gerak jarum jam. Terhambatnya gerak rotasi kea rah jarum jam itu ada hubungannya dengan menyentuhnya Benua Australia dengan Indonesia dalam interaksi lempeng Samudera Hindia-Australia dengan lempeng Asia. Tectonic setting daerah Indonesia bagian barat didominasi oleh pergerakan

lempeng Indo-Australia yang menunjam dibawah lempeng Sunda. Lempeng Indo-Australia menunjam dari palung Sunda yang berada di Samudera Indonesia. Di sebelah selatan pulau Jawa lempeng Indo-Australia menunjam pada posisi tegak lurus sedangkan disebelah barat Sumatera, lempeng Indo Australia menunjam lempeng Sunda pada posisi oblique. Maka dari itu, trench (palung) di Inonesia bagian barat dapat dikatakan juga sebagai oblique subduction karena trench tersebut merupakan hasil dari subduksi yang berbentuk/berarah oblique. Konfigurasi tektonik pulau Jawa yang terlihat saat sekarang adalah akibat adanya pergerakan dua lempeng yang bergerak saling mendekat dan mengalami tabrakan, di mana proses tersebut relatif bergerak menyerong (oblique) antara lempeng samudera Hindia pada bagian Barat Daya dan lempeng benua Asia bagian Tenggara (Eurasian), di mana lempeng samudera Hindia menyusup ke lempeng Asia Tenggara. Pada zona subduksi akan dihasilkan palung Jawa (Java trench) dengan pergerakan relatif 7 cm/a. Pada zona subduksi terdiri dari Acctionary Complex yang materialnya secara garis besar dari lantai samudera India pada busur muka Jawa. Pertemuan kedua lempeng tektonik tersebut akan menghasilkan beberapa elemen regional, berikut dijelaskan berturut-turut dari java trench di Barat Daya sampai Timur Laut adalah : 1. Outer arc, dimana pada pulau Jawa tidak terbentuk pulau-pulau lepas pantai namun hanya berupa pegunungan pada permukaan laut, hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh kecepatan lereng yang akan mempengaruhi tektonik, pola sediemntasinya serta struktur pada daerah atas zona subduksinya. 2. Fore arc basin, terebntuk sepnajang batas tumbukan lempeng yang letaknya dekat dengan zona penujaman dan letaknya antara busur luar non volkanik (outer arc) dan busur vulkanik. Pada pulau Jawa, fore arc basin membentang luas pada lempeng benua dan terbentuk pada akhir

palageogen berupa sediemn resesn dan terjadi karena proses pemekaran lantai samudera pada oligosen yang diikuti dengan uplift dan erosi secara regional. 3. Adanya busur vulkanik aktif (Vulcanic active arc), terbentuk akibat adanya perpanjangan zona subduksi sunda arc system. Akibat tumbukan dua lempeng tersebut akan mengakibatkan berkurangnya gerak lempeng Hindia-Australia ke Utara, sehingga akan mengakibatkan adanya gerak berlawanan jarum jam (gerak rotasi) dari lempeng dataran Sunda sehingga akan membentuk jalur sesar naik (thrust) dan sebelah Barat Jawa dan bergerak relatif ke Utara (berbaris sampai Kendeng thrust) dan diperpanjang hingga Bali (Bali thrust) dan sampai Flores (Flores thrust). Pada miosen tengah lempeng mengalami percepatan hingga akan terjadi pembentukan busur magma disebelah Selatan Jawa dan pengaktifan kembali sesar-sesar disertai dengan kegiatan volkanisme (berupa intrusi dan pembentukan gunung api). 4. Di sebelah Utara busur Jawa dan pada laut Jawa cekungan busur belakang, pada lempeng benua dihasilkan pada paparan Sunda dan lempeng samudera pada sebelah Utara Bali dan Flores. Cekungan pada paparan Sunda dibentuk pada palageogen akhir sebagai rift basin dan kemudian pada neogen akhir prosesnya dipengaruhi oleh tekanan pada Sunda orogency dan selanjutnya terdeformasi menjadi tight hingga lipatannya membentuk isoclinal. Yang termasuk pada cekungan busur dalam (back arc basin) ialah cekungan Jawa barat (meliputi cekungan Sunda di sebelah Barat, cekungan belintang di Barat Laut dan cekungan cirebon di bagian Timur) dan cekungan Jawa Timur (meliputi cekungan Jawa Tengah bagian Utara dan cekungan Madura). Orogen sunda dipengaruhi oleh busur di Indonesia yaitu Jawa Barat dan Nusa Tenggara yang terjadi pada akhir Neogen. Pada bagian akhir busur ini mengalami konvergen antar

samudera Hindia dari lempeng Asia Tenggara yang merupakan sesuatu yang normal dengan sisa subduksinya di palung Jawa dengan kecepatan 7 cm/a. Hasil subduksinya terdiri dari material lantai samudera Hindia yang komplek yang berasal di Java forc arc, ridge, volcanic arc yang membentuk back bone Jawa dan kepulauan sampai ke Timur. Cekungan yang terdapat di paparan Sunda terbentuk pada akhir palageogen yang ditutupi oleh sedimen marine. Akhir neogen sistem dipengaruhi oleh compressi yang berasosiasi dengan orogen Sunda, dimana pada Jawa bagian Utara turbindit neo-pliosennya terdeformasi menjadi lebih rapat, sementara itu untuk Jawa bagian Selatan dan Nusa Tenggara rangkaian vulkanik tua mengalami pengangkatan, pensesaran sehingga membentuk pegunungan dengan ketinggian yang lebih dari 3500 m di atas permukaan laut. Pada daerah Jawa bagian Utara, jejak Major back thrust, yaitu Kendeng thrust, dapat ditemukan pada selat Sunda arah timur melintasi Jawa dan melalui cekungan Bali menuju Flores thrust yang terletak di bagian Utara Flores, thrust ini berlanjut ke arah Timur, sama dengan water thrust yang terletak di bagian Utara pualu Timor. Adanya anomaly gravitasi di bagain Utara Jawa Timur mengindikasikan lokasi Kendeng thrust. Di Jawa Tengah, thrust terpotong oleh Cimandari dan Citandu fault yang mempunyai perputaran komponen dalam pergerakannya. Gempa yang terdeteksi di Majalengka, Brebes dan Pekalongan menunjukkan bahwa back arc thrust di sini masih aktif.

2.5 Tektonik Indonesia Bagian Timur Tatanan tektonik Indonesia di bagian barat menunjukkan pola tektonik yang relative lebih sederhana dibandingkan Indonesia bagian timur. Kesederhanaan tatanan tektonik tersebut dipengaruhi oleh keberadaan Paparan Sunda yang relative stabil. Pergerakan dinamis mencolok

hanya terjadi pada perputaran Kalimantan serta peregangan selat makassar. Hal ini terlihat pada pola sebaran jalur subduksi Indonesia Barat. Sementara keberadaan benua mikro yang dinamis karena dipisahkan oleh banyak sistem sasar sangat mempengaruhi bentuk kerumitan tektonik Indonesia bagian timur. Berdasarkan konsep ini pula, Indonesia terbentuk tujuh jalur orogenesa, yaitu: jalur orogenesa Sunda, Barisan, Taulud, Sulawesi, Banda, Malanisia, dan Dayak. Kondisi struktur geologi wilayah Indonesia timur sangat rumit juga karena disebabkan Indonesia timur merupakan tempat terbentuknya system busur kepulauan yang unuk dengan asosiasi palung samudera, zona akresi, busur gunung api, dan cekungan busur belakang. Selain itu yang membuat rumit juga adalah busur-busur kepulauan nya yang dibatasi oleh lautan dengan kedalaman mencapai ribuan meter dengan palung-palung dalam yang terdapat diantara busur lengkung yang tajam dan beda relief yang sangat tajam. Secara tektonis, wilayah Indonesia Timur merupakan lokasi pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak dari arah timur ke barat, Lempeng Australia yang bergerak dari arah tenggara ke barat laut dan Lempeng Eurasia yang bergerak dari arah barat laut ke tenggara. Pertumbukan ketiga lempeng ini menghasilkan pola tektonik rumit yang menyebar dari Pulau Sulawesi, Maluku sampai Irian Jaya. Pergerakan Lempeng Pasifik dari timur ke arah barat mengakibatkan terbentuknya Patahan Sorong yang berupa patahan geser memanjang sepanjang pantai utara Irian Jaya, utara Serui dan Biak, bercabang di wilayah Kepala Burung, Irian Jaya kemudian bercabang lagi di sekitar Kepulauan Banggai dan Sula di Maluku. Semua hal ini berpengaruh pada kondisi struktur geologinya. Menurut teori tektonik lempeng, wilayah Indonesia bagian Timur diketahui sebagai zona interaksi antara lempeng Eurasia Hindia, Australia, dan Pasifik. Lempeng-lempeng ini memperagakan zona-zona penunjaman aktif dengan arah gerak agak membujur dibagian utara, seperti misalnya palung-palung di Filipina, Halmahera dan Minahasa serta Timor di selatan yang

agak melintang. Wilayah Indonesia timur juga tersusun oleh lempeng-lempeng mikro yang sifatnya lemah terhadap akumulasi energy dan mudah melepaskan energy dalam wujud gempa. Pada bagian utara wilayah Indonesia timur, lempeng pasifik menabrak sisi barat dan selatan Indonesia. Tekanan dahsyat karena pergerakan tiga lempeng besar bumi: Lempeng Eurasia, Lempeng Hindia-Australia, dan lempeng Pasifik ini menyebabkan interior lempeng bumi dari kepulauan Indonesia ini terpecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil kerak bumi yang bergerak antara satu terhadap lainnya yang dibatasi oleh patahan-patahan aktif. Sedangkan wilayah Indonesia bagian barat, daerahnya relative stabil dibandingkan wilayah Indonesia bagian timur, maka dari itu pulau-pulaunya berukuran lebih besar daripada yang berada di wilayah bagian Indonesia timur.

KESIMPULAN

1. Tektonik Indonesia bagian barat Tectonic setting daerah Indonesia bagian barat didominasi oleh pergerakan lempeng IndoAustralia yang menunjam dibawah lempeng Sunda. Lempeng Indo-Australia menunjam dari palung Sunda yang berada di Samudera Indonesia. Di sebelah selatan pulau Jawa lempeng IndoAustralia menunjam pada posisi tegak lurus sedangkan disebelah barat Sumatera, lempeng Indo Australia menunjam lempeng Sunda pada posisi oblique. 2. Tektonik Indonesia bagian timur Wilayah Indonesia Timur merupakan lokasi pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak dari arah timur ke barat, Lempeng Australia yang bergerak dari arah tenggara ke barat laut dan Lempeng Eurasia yang bergerak dari arah barat laut ke tenggara.

Pertumbukan ketiga lempeng ini menghasilkan pola tektonik rumit yang menyebar dari Pulau Sulawesi, Maluku sampai Irian Jaya.

DAFTAR PUSTAKA http://ceressajjah.wordpress.com/2012/06/03/tentang-tektonik-dan-geologi-struktur-indonesia/ http://thekoist.wordpress.com/?s=tektonik+indonesia http://www.google.com/imgres?imgurl=http://www.reindo.co.id/gempa/Reference/Indore_files/i mage http://cometo5uccess.blogspot.com/2012/11/perkembangan-tektonik-tersier-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai