Anda di halaman 1dari 7

Rekayasa penulis buku Hadiah pahala amalan rekayasa.

Beberapa waktu yang lalu sebagian masyarakat pecinta pesantren dikejutkan dengan kehadiran buku yang memvonis sesat amalan yang telah lumrah mereka amalkan, yaitu hadiah pahala. Buku tersebut berjudul HADIAH AHA!A A"A!A# $%&A'A(A)), karangan Bapak "uhammad Ali *ari. Buku tersebut dipuji oleh salah seorang guru besar usul +i,ih yang ikut memberikan kata pengantar, ro+. Dr. Alyasa- Abu Bakar, "A. yang tak lain adalah murid dari penulis semenjak bangku "I#. (ekitar setahun yang lalu, ketika diadakan maulid di salah satu Dayah di kawasan kabupaten idie .aya, ada yang mengusulkan supaya dilakukan pembedahan terhadap buku tersebut dalam acara mubahatsah yang diadakan pada malam hari, namun kami melihat tanggapan yang sangat lemah dari seorang guru kami, beliau tampak tidak tertarik sama sekali membahas isi buku tersebut, padahal beliau adalah orang yang sangat akti+ membahas masalah yang musykil, rupanya bagi beliau tidak ada kemusykilan sedikitpun untuk menjawab argument yang dibawakan penulis buku tersebut. ada saat itu kami belum melihat dan membaca isi bukunya. ada awal tahun ini, kami mendapatkan buku itu dari salah seorang guru di ! I "udi yang kuliah pasca sajrana di IAI# ar/$aniry, Banda Aceh. (alah seorang dosen beliau, membagikan buku tersebut secara gratis serta menyampaikan pesan supaya buku tersebut dibaca/baca oleh kalangan santri di Dayah. ada cetakan buku yang ada pada kami, ada lembaran tambahan untuk Bab II hal 01. Dalam lampiran tambahan itu, Bapak Aliwari mengutip hadist dari kitab hadist rujukan utama kaum (yiah, al/&a+i yang dikarang oleh tokoh panutan (yiah, "uhammad bin 'a-,ub al/&ulainy 2w. 314 H5. (etelah membaca dan mempelajari isi buku tersebut dan merujuk kepada re+erensinya maka kami mendapatkan jawaban mengapa guru kami tidak berminat samasekali membahas dan bermubahatsah tentang isi buku itu. (aat kita membaca buku ini, kita akan mendapati sajian intelektual islami dimana Bapak Aliwari membawakan ayat al/6uran, al/Hadits, dan nash/nash para ulama terutama ulama ta+sir. Hal ini tentu akan membuat pembaca mendapat pandangan baru tentang amalan hadiah pahala dan merasa bahwa inilah sebuah kebenaran karena berlandaskan ayat al/,uran, hadist dan pendapat para ulama. #amun demikian, karena keuniversalannya ayat dan hadits bahkan ,aul ulama, sejalankan pendapat Bapak Aliwari atau ada perbedaan pena+sirannya dengan ulama/ulama yang mu-tabar. Inilah pertanyaan yang timbul saat kami membaca buku beliau. &ami merasakan seolah/ olah bapak Aliwari terkurung dalam sebuah ideology sehingga aliran tulisan beliau mengalir bak air irigasi yang sudah tertentu arah tujuannya, bukan seperti sungai yang mengalir menurut kehendaknya. Artinya dalil/dalil yang beliau sampaikan beliau arahkan kepada sebuah kesimpulan, bukan menarik sebuah kesimpulan dari dalil/dali tersebut. &arenanya keilmiyahan buku ini perlu kita teliti dengan seksama, sebab sangat tidak logis jika memotong meteran karena kayu yang kependekan. "aka dalam tulisan singkat ini, kami ingin memaparkan sedikit hasil pengamatan kami terhadap buku HADIAH AHA!A A"A!A# $%&A'A(A)). 'ang akan kami paparkan di sini hanyalah sebagian kecil contoh/contoh kontroversial Bapak Aliwari terutama dalam hal mengkatagorikan para ulama besar dalam satu golongan tertentu. (edangkan problema yang ditimbulkan oleh Bapak Aliwari dalam memahami nash al/6uran dan

hadist serta nash/nash para ulama dan keterasingan Bapak Aliwari dalam penempatan ,aedah/,aedah tertentu, tidak kami sebutkan disini. enting juga untuk diketahui bahwa pada bab 1 Bapak Aliwari membuat judul besar HADIAH AHA!A &7#8$A A!/69$A# DA# HADI8(. &emudian pada poin A, Bapak Aliwari membuat sub judul dengan Dalil hadiah pahala dan 7ver dosa menentang al/ ,uran. (epengetahuan kami saat ini, tidak ada pihak yang menyatakan bahwa over dosa ini ada dalam islam, baik di Aceh maupun di luar daerah. &alangan ulama Ahlus sunnah hanya mengakui adanya hadiah pahala sedangkan over dosa tidak ada sama sekali.

&etika Bapak Aliwari membawakann ayat al/,uran dari hal 13/:; sebanyak <=1 ayat al/ ,uran, ada 1; ayat al/,uran yang hanya berhubungan dengan masalah over dosa. "aka ketika Bapak Aliwari menggabungkan dalil ayat al/,uran untuk kedua masalah tersebut akan terbanyang dalam benak pembaca yang awam bahwa ada lebih seratus ayat al/ ,uran yang menyatakan tidak adanya hadiah pahala. (edangkan untuk masalah over dosa, pikiran pembaca tidak akan tertuju kepada hal tersebut karena memang umumnya pembaca sudah mengakui bahwa over dosa itu tidak ada. Disini terlihat kepiawaian Bapak Aliwari dalam menggiring pembaca dari kalangan masyarakat awam.

Berikut ini beberapa analisa Bapak Aliwari yang kami telusuri, kami sebutkan sedikit sebagai contoh saja> <. (alah menisbahkan perkataan. ada halaman 0:, Bapak Aliwari mengatakan> Atas dasar ibadah palsu itu pulalah, kata Imam Syafii, Maka Rasulullah SAW dan semua shahabatnya tidak pernah sama sekali menghadiahkan pahala bacaan Ini sebenarnya bukanlah perkataan Imam (ya+ii, ini hanya perkataan Imam Ibnu &atsir dalam ta+sir beliau setelah mengatakan bahwa atas dasar ayat an/#ajmu 34 Imam (ya+ii berijtihad bahwa hadiah bacaan tidak sampai kepada orang meninggal. &husus untuk masalah shada,ah untuk mayat Ibnu &atsir dengan terang mengakui sampai pahalanya untuk mayat dan beliau sendiri mengatakan hal tersebut merupakan ijmak para ulama.< !agi pula maksud Imam (ya+ii tersebut adalah adalah tidak sampai pahala bacaan al/,uran apabila tidak diiringin dengan doa atau bukan dihadapan mayat sebagaimana yang diterangkan oleh Imam Ibnu Hajar al/Haitamy. 1

1. Berdusta atas nama para ulama.

<

Ibnu &atsir, 8a+sir 6uran al/-Adhim jilid : hal 1;? cet. Dar @ikr th <44A Imam Ibnu Hajar al/Haitamy, @atawa &ubra @i,hiyyah jilid 1 hal 3A Bet. Dar @ikr

Dalam bab ke tiga Bapak Aliwari menyebutkan sederetan nama para mu+assir dengan disertai sebagian nash kitab ta+sir. #amun amat disayangkan Bapak Aliwari hanya mengutip sebagian nash kitab ta+sir tetapi tidak menuliskan nash yang kadang/kadang terletak tepat didepan nash yang beliau sebutkan. Dari nash yang tidak disebutkan itu, dengan sangat jelas dan terang akan kita dapati bahwa para mu+assir tersebut mengakui adanya hadiah pahala.

ara mu+assir seperti Dr. *ahbah Cuhaily, Imam .alaluddin al/"ahally, Abu Ha+ash (irajuddin 9mar bin Ali bin Adil al/Hanbaly ad/Dimsya,y 2w. AA0 H5 pengarang ta+sir al/!ubab, Abu 6asim "ahmud bin Amr aD/Camakhsyary 23;A/ 03? HE<=A:/<<:3 "5 pengarang kitab al/&isya+, Abdullah Abu Barakat an/#asa+i 2w. A<= HE<3<= "5 pengarang ta+sir "adarik at/8anDil wa Ha,ai, at/8a-wil, Abu (u-ud "uhammad bin "uhammad bin "ustha+a al/Imady 2?4?/4?1 HE<:43/<0A35 pengarang 8a+sir Irsyadul -a,al as/(alim ila "aDaya al/&itab al/&arim, Imam as/ (ayuthy pengarang 8a+sir al/.alalain dan al/"antsur, Imam asy/(yan,ithy 2<4=A/ <4A3 "E<343/<310 H5 pengarang kitab Adha- al/Bayan +i Idhah al/,uran bi al/ ,uran, Abu 8sana- syihabuddin al/Alusi 2<1<A/<1A=HE<?=1/<?0: "5 pengarang kitab $uhul "a-any, Imam "uhammad bin 9mar bin Hasan @akhruddin ar/$aDi 20::/;=; HE<<0=/<1<= "5 pengarang ta+sir "a+atihul Fhaib, (yeikh .amaluddin bin "uhammad (a-id al/6asimy 2<1?3/<331 HE<?;;/<4<: "5, Imam Ismail Ha,,y bin "ustha+a al/Istanbuly al/Hana+y al/&halwaty 2w.<<1A HE<A<0 "5 pengarang kitab $uh al/Bayan, Imam (yamsuddin &hatib "uhammad bin Ahmad asy/(yarbainy 2w. 4AA HE<0A= "5 , Imam al/6urthuby, Ibnu Ajibah, dan (yeikh 8hanthawy .auhary merupakan orang yang tegas menyatakan bahwa adanya man+aat dari amalan orang lain baik dari amalan berupa shada,ah, haji, membaca al/,uran dll sebagaimana mereka tulis dengan jelas dalam karya/karya mereka. #ama/nama mu+assir diatas hanya beberapa kitab ta+sir yang sempat kami periksa, selain itu masih banyak kitab ta+sir yang lain yang disebutkan Bapak Aliwari dalam bukunya yang belum sempat kami periksa.

7leh Bapak Aliwari para ulama tersebut dimasukkan dalam golongan yang mendukung pendapatnya bahwa tidak ada hadiah pahala sama sekali dengan membawakan sebagian nash kitab mereka dan tidak menuliskan penjelasan mereka yang lebar panjang setelahnya yang terdapat dalam halaman berikutnya bahkan kadang/kadang penjelasan tersebut mereka uraikan tepat setelah nash yang hanya diambil oleh Bapak Aliwari.

9ntuk contoh cukup kami bawakan satu kitab ta+sir yang disebutkan oleh Bapak Aliwari, sedangkan yang lain akan kami paparkan pada kesempatan yang lainG ada halaman <<1, Bapak Aliwari membawakan nash kitab Daf`ul Idhah Idhtirab`an Ayatil Quran karangan Imam asy/(yan,ithy> , *+ ) %&'( $" # { ! }

Bapak Aliwari tidak melanjutkan penjelasan Imam asy/(yan,ithy selanjutnya yaitu ketika menjawab ta-arudhEkontradiksi antara ayat ini dengan ayat/ayat dan hadist yang lain. Beliau memberi tiga jawaban, salah satunya adalah>3

, 0+ $# '&0&" # ! 4 $ 3 2 1" 0&" # ./ - - 89 6- 6+ . 7 . + 2 %&'( 6* 5 4 $7 $ (&5+ <; 3 1 =$+ %&'9 3 $+ ; <$# 1" 3 0 - : *+ ? '&.FG 1 =ED $(# CD $; # $"# @AB+ ." '&? # ; "%> .$9 3

ertama! ayat ini hanya menun"uki kepada tidak ada kepemilikan bagi selain pelaku amalannya, dan sama sekali tidak menun"uki bah#a tidak ada manfaat dengan amalan $rang lain karena Allah tidak menyebutkan %tidak bermanfaat bagi manusia kecuali amalannya sendiri&' Allah hanya menyebutkan %tidak ada bagi insan& antara kedua lafadh ini ada perbedaan yang nyata, karena usaha $rang lain adalah miliknya sendiri "ika ia menghendaki ia bisa sa"a memberikan kepada $rang lain maka $rang lain bisa sa"a mendapatkan manfaatnya dan "ika ia menghendaki bisa sa"a ia tetapkan untuk dirinya sendiri' ara ulama telah i"mak bah#a bisa bermanfaat untuk mayat dengan shalat, d$a, ha"i baginya, dan hal(hal yang lain yang ada dalilnya yang dapat memberi manfaat dengan amal $rang lain'

&asus seperti diatas sangat banyak ditemukan dalam buku Bapak Aliwari. &alau disebutkan contoh/contoh yang lain, akan penuhlah halaman majalah ini. Insya Allah akan kami terangkan dalam buku khusus untuk menanggapi buku Bapak Aliwari. "aka kalau sang pro+essor dalam kata pengantarnya menyatakan bahagia dan gembira atas hasil karya gurunya yang sudah sepuh, kami malah merasa heran, mengapa Bapak Aliwari yang dalam usia yang sudah sepuh, masih berani memutar balik +akta dan data atas nama para ulama/ulama besar. 8idakkah ia takut akan aDab Allah terhadap orang/orang yang menyembunyikan kebenaran, terlebih lagi atas nama para kekasih#ya.

3.

enulis buku Bapak Aliwari juga mengikutsertakan nama para ulama "aDhab (ya+ii seperti Imam (ya+ii, Imam #awawy, Imam $amly, Imam 6alyuby, Imam Ibnu Hajar Haitamy, Imam ad/Dimyathy 2(ayyid Abi Bakar (yatha5, dan ulama maDhab (ya+ii yang lain. Disini Bapak Aliwari membawakan pernyataan para ulama "aDhab (ya+ii tentang yang melarang dan mengharamkan kenduri kematian.

(yeikh "uhammad Amin asy/(yan,ithy, Da+ ibham al/Idhthirab -an ayat al/,uran, Hal 3== Bet. Dar -Alim @awaid thn <:1; H

Disini Bapak Aliwari kembali berusaha menyeret pemikiran pembaca, semua para ulama (ya+iiyah tersebut adalah ulama yang mengakui adanya hadiah pahala. (eperti kata Imam (ayyid Abi Bakar asy/(yatha tentang sampai pahala shada,ah dalam kitab Hasyiah i-anah hal 1:0 jilid 1 cet. Haramain yang mengutip isi kitab Busyra &arim bahwa sepatutnya hal tersebut 2adanya man+aat dari amalan orang lain5 tidak diperselisihkan keabsahannya. ara ulama tersebut hanya terjadi perbedaan pendapat pada beberapa masalah ibadat apakah boleh dihadiahkan pahala atau tidak, namun secara umum mereka sepakat adanya bentuk amalan yang dapat diambil man+aatnya oleh orang yang telah meninggal seperti masalah haji, doa dan shada,ah.

erlu diketahui bahwa yang disebutkan oleh para ulama sya+iiyah tersebut adalah masalah berkumpul di rumah kematian bukan masalah hadiah pahala. Dua masalah ini sangat jauh berbeda dan tidak saling melaDimi. Berkumpul bisa terjadi tanpa adanya kegiatan menghadiahkan pahala, dan menghadiahkan pahala amalan bisa saja dilakukan tanpa berkumpul. !agi pula berkumpul yang dimaksudkan oleh ulama maDhab (ya+ii tersebut adalah berkumpul dalam keadaan tertentu yang dapat menimbulkan kegundahan di hati keluarga bukan mutlak berkumpul, sangat ganjil bila pada hari kematian, agama melarang yang namanya berkumpul yang berarti harus duduk secara sendiri/sendiri tidak boleh berkumpul. enambahan nama/nama para ulama (ya+iiyah tersebut tampaknya bertujuan menarik kalangan awam untuk menguatkan pandangan saudara Aliwari.

:.

ada halaman 1=, Bapak Aliwari menyinggung bahwa Ibnu 8aimiyah menyatakan lebih 1= jenis man+aat amal shaleh yang dapat diman+aatkan dari amalan shaleh orang lain. Bapak Aliwari tidak menyebutkan secara detil 1= jenis amalan yang Ibnu 8aimiyah sebutkan itu. Akhirnya beliau menyimpulkan bahwa man+aat amal shaleh berupa pahala hanya semata/mata berguna untuk yang mengamalkannya saja. #amun, benarkan diantara 1< contoh yang Ibnu 8aimiyah sebutkan tidak ada man+aat yang berupa pahalaH &etika kita periksa ke 1< amalan tersebut maka kita akan mendapati bahwa Ibnu 8aimiyah berkata, diantaranyaG )*$' +, -rang yang telah meninggal menerima manfaat dengan shada.ah dan pemerdekaan budak untuknya berdasarkan keterangan "elas dari sunnah dan i"mak' )*$' /, 0a"i yang #a"ib akan terlepas dari tanggungan mayit dengan sebab diker"akan $leh #alinya untuk mayat tersebut' )*$' 12, 0a"i dan puasa yang #a"ib dengan berna3ar akan terlepas dari mayit dengan diker"akan peker"aan $rang lain'4

Ibnu 8aimiyah, .ami- "asail li Ibni 8aimiyah jilid 0 hal 1=3 Bet. Dar -Alim @awaid

8iga contoh yang dibawakan Ibnu 8amiyah ini merupakan man+aat berupa pahala amalan orang lain. Berarti dalam hal ini Ibnu 8aimiyah sejalan dengan keyakinan ulama Ahlussunnah yang mengakui adanya man+aat pahala dari amalan orang lain. Bahkan murid beliau, Ibnu 6ayyim al/.auDiyah, dalam kitabnya ar/$uh menguraikan panjang lebar tentang adanya man+aat pahala dari amalan orang lain.0 &alau seandainya Bapak Aliwari berpendapat tidak ada hadiah pahalaI kemudian beliau menguatkan pendapatnya dengan mengutip pendapat tokoh/ tokoh seperti $asyid $edha, Ibnu BaDD, !ajnah Daimah lil Buhuts Arab (audy, dan yang sepaham dengan mereka tanpa berusaha memasukkan nama/nama para ulama seperti Imam (ya+ii, Imam #awawy, Imam as/(ayuthy kedalam golongan mereka, maka kita menganggapnya jujur dalam menulis walaupun salah dalam memilih dan memahami nash al/,uran dan hadits.

#amun, kalau hanya menyandarkan pendapatnya kepada tokoh/tokoh diatas tentu saja pandangannya sulit untuk laku dimasyarakat, karena itulah ia berusaha memasukkan nama/nama ulama besar yang disepakati sebagai panutan umat kedalam golongan orang/orang yang sependapat dengannya.

(etelah kami menelaah buku karangan Bapak Aliwari maka dapat kami simpulkan> <. Bapak Aliwari tampaknya mengalami kegagalan interpretasi terhadap literatur karya ulama klasik. Hal ini dibuktikan oleh ketidakmampuannya untuk mengkompromikan pendapat/pendapat para ulama yang tampaknya kontradikti+. 1. enulis buku tersebut sangat objekti+, artinya ia tidak merasa sungkan untuk memutarbalikan +akta dan data karena telah terlebih dahulu meyakini ideology yang ia anut.

3. Apa yang dilakukan penulis buku tersebut dengan membuang sebagian data agar sampai kepada tujuannya merupakan kebohongan ilmiyah dan ketidakjujuran akademik, sehingga patut dipertanyakan etika intelektualitasnya dan juga intelektualitas orang/orang yang memberikan apresiasi kepadanya.

(ekian tulisan singkat kami tentang buku tersebut. (ebenarnya kalau ingin menguraikan kebohongan buku tersebut akan menghabiskan lembaran yang banyak apalagi uraian tentang kesalahan pemahanannya terhadap nash/nash agama.

!ihat kitab ar/$uh karangan Ibnu 6ayyim al/.auDi pada masalah ke <; hal <03 /<?; Bet. Dar @ikr th 1==0

(emoga Allah selalu menjaga kita dari +itnah kelompok yang tidak menghargai para ulama sala+Eterdahulu, dan hanya +anatic kepada panutan mereka terutama dalam hal menuduh dan memvonis kaum muslim yang lain sebagai ahli bid-ah, syirik serta sebagai pelaku amalan sesat dan rekayasa. Amiin.

"ursyid A. $ahman Ali engajar di ! I "udi "esra, (amalanga.

Anda mungkin juga menyukai