Anda di halaman 1dari 7

PERBANDINGAN TUNDAAN SIMPANG BERSINYAL DENGAN METODE MKJI 1997 DAN METODE SURVEI LAPANGAN Risdiyanto Jurusan Teknik

Sipil Universitas Janabadra Yogyakarta Abstract MKJI 1997 is a traffic-count manual derived from the sample taken from a boroad area in Indonesia. However, the selected sample location was not distributed evenly since most of the samples were taken from the signalised intersection in Bandung. Therefore, it is necessary to validate the result of MKJI 1997 using samples taken from cities other than Bandung. In this research, Tunjung, the signalised intersection in Yogyakarta, was chosen as a sample for validating MKJI 1997. Traffic survey was carried out in September 27th, 2007 and the calculation was conducted using SIG 1 to SIG 5 forms, based on MKJI 1997. Further, the field survey for traffic-flow was conducted by counting (i) the number of vehicles stop or passed the junction and (ii) the number of vehicles queued every 15 seconds. The result of the calculation using MKJI 1997 indicated that the average delay was 26.1261 seconds/cpu whilst the result from the field survey indicated that the average delay was 15.305 seconds/pcu. This results affirms the previous finding, ie. the implementation of the MKJI 1997 in Yogyakarta needs to be corrected. Keywords: delay, MKJI 1997, field survey PENDAHULUAN Seiring dengan semakin padatnya kendaraan yang membebani jaringan jalan khususnya di daerah simpang, maka semakin besar pula kebutuhan akan prasarana lalu-lintas yang harus dipenuhi. Tundaan lalu lintas yang terjadi di simpang merupakan elemen kunci untuk menilai kinerja baik buruknya sebuah simpang. Namun, mengingat MKJI 1997 banyak mengambil sampel dari Bandung, maka perlu diteliti validitas perhitungan MKJI 1997 dengan kondisi riil di lapangan yang mengambil lokasi di Yogyakarta. Untuk mengetahui perbedaan perhitungan MKJI 1997 dengan kondisi lapangan, dipilihlah areal simpang yang cukup padat. Salah satu simpang di kota Yogyakarta yang cukup padat tersebut adalah di pertemuan Jalan Dr. Sutomo dengan Jalan Tunjung Baru.

Jl. Tunjung Baru Jl. Dr. Sutomo

Gambar 1. Kondisi Simpang Tunjung Pemilihan lokasi simpang didasarkan atas dua alas an, yakni pertama, simpang ini telah menggunakan solar cell sebagai sumber energi traffic signal sehingga manakala saat survei berlangsung, listrik PLN padam, - seperti yang cukup sering terjadi di Yogyakarta sinyal lalu lintas tetap hidup. Kedua, volume lalu lintas padat namun masih memungkinkan diamati secara visual guna penentuan tundaan lapangan. Jika dipilih simpang yang lebih besar, surveyor akan mengalami

45

kesulitan dalam kendaraan antri.

pencacahan

jumlah

Dalam ilmu rekayasa lalu lintas, tundaan dibedakan menjadi dua, yakni tundaan lalu lintas dan tundaan geometri. Tundaan lalulintas (DT) yang terjadi karena interaksi lalu-lintas dengan gerakan lainnya pada suatu simpang. Tundaan Geometri (DG) terjadi akibat adanya perlambatan dan percepatan saat membelok pada suatu simpang dan atau terhenti karena lampu merah. Menurut MKJI 1997, tundaan rata-rata untuk semua pendekat adalah sebagai berikut. DJ = DTj + DGj, di mana DJ = Tundaan rata-rata untuk pendekat j (det/smp) DTj = Lalu-lintas rata-rata untuk pendekat j (det/smp) DGj = Tundaan geometri rata-rata pendekat j (det/smp) Tundaan lalu-lintas rata-rata pendekat j dapat ditentukan dari rumus berikut
2 NQ1 x 3600 DTj = c x 0,5 x (1 - GR) + , (1 GR x DS) C di mana DTj = Tundaan lalu-lintas rata-rata pendekat j (det/smp) GR = Rasio hijau (g/c) DS = Derajat kejenuhan C = Kapasitas (smp/jam) NQ1 = Jumlah smp tertinggal dari fase hijau sebelumnya

Analisis dengan MKJI 1997 di atas dilakukan mulai dari pengisian formulir SIG I sampai perhitungannya hingga formulir SIG V. Sementara itu, metode lapangan dilakukan dengan menghitung semua kendaraan yang masuk simpang, dan volume kendaraan yang mendekati simpang dalam satuan mobil penumpang. Vtotal antri D DTs %VD DT sTotal dengan : Vtotal antri Vberhenti = Vberhenti + Vtidak berhenti = Vtotal antri x Tpengamatan =

D Vberhenti V (16) = berhenti x100% Vtotal antri


D Vtotal antri
Volume keseluruhan kendaraan yang mendekati simpang (smp) Volume kendaraan yang masuk dan berhenti di simpang (smp) Volume Kendaraan (17) yang masuk dan tidak berhenti di simpang (smp) Durasi pengamatan (detik) Jumlah tundaan (detik) Rata-rata tundaan semua kendaraan berhenti(detik) Prosentase kendaraan yang tertunda (%) Rata-rata tundaan semua kendaraan (detik)

= = =

V tidak berhenti = TPengamatan D DTs %VD DT s Total = = = = =

Untuk tundaan geometri rata-rata pada suatu pendekat j adalah DGj = (1 PSV) x PT x 6 + (PSV x 4) dengan : DGj = Tundaan Geometri rata-rata pada pendekat j (smp/jam) Psv = Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat PT = Rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat

METODE PENELITIAN

(18)

Waktu survai dilakukan pada waktu peak hour dan hari-hari sibuk. Dengan menggunakan asumsi hari kerja diwakili oleh hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan hari libur oleh hari Minggu, serta hari Sabtu sebagai hari khusus (ada yang libur ada yang tidak), maka dipilih

46

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 13 No. 1 April 2008: 45 - 51

survai utama dilakukan pada tanggal 22, 24, 25 September 2007 bertepatan dengan hari Kamis (mewakili hari kerja), Sabtu dan Minggu. Sebelum survai utama dilakukan, survai pendahuluan yang dijadwalkan pada tanggal 12, 17, 18 September 2007 bersesuaian dengan hari Senin (mewakili hari kerja) jam 06.30 WIB - 08.30 WIB, 12.00 WIB - 14.00 WIB dan 15.00 WIB - 17.00 WIB, hari Sabtu dan Minggu jam 10.30 WIB - 12.30 WIB dan 15.00 WIB - 20.00 WIB untuk mendapatkan waktu puncak. Dalam survai ini lalu-lintas kendaraan dibagi menjadi empat jenis, yaitu kendaraan ringan, kendaraan berat, sepeda motor, dan kendaraan tidak bermotor. Survai data yang dilakukan meliputi volume lalu-lintas, kondisi geometrik simpang, dan faktor-faktor penyesuaian simpang (yang meliputi ukuran kota, hambatan samping, kelandaian, parkir, serta rasio lalu lintas belok kiri dan kanan). Subyek penelitian untuk survai traffic signal adalah waktu hijau dan cycle time. Pengukuran geometrik jalan difokuskan pada pengukuran lebar masuk, lebar keluar, lebar belok kiri jalan terus dan lebar lengan setiap simpang. Proses analisis dan evaluasi kondisi kinerja simpang dilakukan dengan perangkat lunak komputer, dengan kinerja simpang yang dianalisis dan dievaluasi meliputi kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian didasarkan pada MKJI 1997. Untuk survai tundaan lapangan, diperlukan surveyor minimal dua orang (tergantung volume lalu lintas). Orang pertama bertugas menghitung jumlah kendaraan yang antri / menunggu tiap 15 detik (catatan : bisa jadi suatu kendaraan yang sama akan terhitung pada beberapa kali range 15 detikan), sedangkan orang kedua bertugas menhitung jumlah kendaraan yang masuk mendekati simpang yang diklasifikasi menjadi dua jenis, yaitu kendaraan yang berhenti dan kendaraan yang tidak berhenti.

Tabel 1. Formulir Survai Kendaraan Antri Menit/ detik 0 1 Jumlah Jml tundaan 00 15 30 45

O+P+Q+R

Tabel 2. Formulir Survai Volume Kendaraan Volume kendaraan mendekati simpang (V total antri) Berhenti Tidak berhenti V1 Va V2 Vb V1+V2+ Va+Vb+ = V berhenti = V tidak berhenti Bagan alir penelitian selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2. HASIL Hasil survai menunjukkan bahwa pada hari Kamis, 22 September 2007 pukul 15.15 16.15 WIB terjadi volume terpadat yakni sejumlah 1622 smp/jam sebagaimana terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perhitungan Arus Lalu Lintas pada Semua Pendekat Jalan Dr. Sutomo dengan Jalan Tunjung Baru Jenis Kend. Ringan Kend. Berat Spd motor kend / jam 746 36 4251 emp 1 1,3 smp/ jam 746 46,8

0,2 850,2 Jumlah 1622

Nilai 1622 smp/jam di atas kemudian digunakan dalam perhitungan tundaan MKJI 1997.

PERBANDINGAN TUNDAAN SIMPANG BERSINYAL DENGAN METODE MKJI (Risdiyanto)

47

Hasil pengukuran lebar ruas jalan dan kelandaian jalan dapat dilihat pada Tabel 4

dan Tabel 5.

Tabel 4. Lebar Ruas Jalan Lengan simpang Timur Utara Selatan Lebar pendekat (WA) meter 3,5 4,5 3,9 Lebar masuk (WMASUK) meter 3.,5 4,5 3,9 Lebar belok kiri (WLTOR) meter 0 0 0 Lebar keluar (WKELUAR) meter 3,5 4,3 3,6

Tabel 5. Persentase Kemiringan Jalan Lengan simpang Kemiringan (%) Timur 3 Utara 0 Selatan 0 Sumber : Dinas Prasarana Kota Sementara setting sinyal lampu lalu lintas tampak pada Tabel 6. Tabel 6. Cycle Time Lampu Lalu Lintas pada Simpang Lengan simpang Timur Utara Selatan Hijau (det) 25 42 42 Amber (detik) 3 3 3 Merah (detik) 54 35 35 All red (det) 0 0 0 Juml (det) 102 80 80

48

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 13 No. 1 April 2008: 45 - 51

Mulai

Studi Literatur

Survai Pendahuluan Untuk penentuan jumlah surveyor dan waktu paling sibuk Survei Lapangan

Data Masukan :
Geometrik, pengaturan lalulintas, kondisi lingkungan, kondisi arus lalulintas

Penggunaan sinyal :
Fase sinyal, waktu antar hijau dan waktu hilang

Penentuan waktu sinyal, lebar pendekat efektif, rasio hijau

Kapasitas kendaraan, derajat kejenuhan

Perilaku lalulintas, panjang antrian kendaraan terhenti

Analisis Tundaan MKJI Perbandingan Pembahasan Kesimpulan

Menghitung volume masuk simpang dan jumlah kendaraan antri tiap 15 detik untuk kendaraan yang berhenti dan yang tidak berhenti

Tundaan Lapangan

Selesai

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian

PERBANDINGAN TUNDAAN SIMPANG BERSINYAL DENGAN METODE MKJI (Risdiyanto)

49

PEMBAHASAN Data jumlah penduduk kota Yogyakarta pada bulan Oktober 2005 adalah 3.400.000 jiwa (sumber BPS Kota Yogyakarta). Dari hasil survai lapangan, kendaraan yang antri dari arah utara sebanyak 458,5 smp. Volume kendaraan yang mendekati simpang selama 1 jam untuk kendaraan berhenti 289,2 smp/jam, kendaraan tidak berhenti 443,5 smp /jam, sehingga jumlah kendaraan 289,2 + 443,5 = 732,7 smp / jam. Jumlah tundaan 458,5 smp masingmasing 15 detikan adalah = 6877,5 smp detik. Tundaan rata-rata kendaraan berhenti menjadi 6877,5 / 289,2 = 23,78 detik. Prosentase kendaraan tertunda = 289,2 / 732,7 = 39,47 %. Rata-rata tundaan = 6877,5 / 732,7 = 9,387 detik. Dengan cara yang sama, dari arah timur dan selatan diperoleh tundaan berturutturut sebesar 19,12 detik dan 17,41 detik. Dengan demikian, rata-rata tundaan semua simpang yaitu :

Penelitian-penelitian lainnya menganjurkan untuk nilai koreksi arus lalu lintas jenuh dasar seperti tabel berikut. Tabel 8. Perbandingan Rumus Arus Jenuh Dasar Penelitian Lainnya No 1 2 3 Sumber MKJI 1997 Widodo (1997) Sari (2005) Arus Jenuh Dasar (smp/jam)

600 We 775 We 709 - 840 We

Sumber : Munawar (2005) mengubah arus jenuh dasar 0 , 95 S o = 850 We (Munawar, 2005), pada kasus di simpang yang sedang distudi ini - maka diperoleh tundaan simpang ratarata 16,2328 det/smp. Dibandingkan tundaan simpang rata-rata yang diperoleh dengan metode MKJI 1997 sebesar 26,1261 det/smp ternyata bernilai lebih kecil dan mendekati tundaan lapangan rata-rata penelitian ini yaitu 15,305 det/smp. Perbedaan hasil tundaan menurut MKJI 1997 dan tundaan lapangan kemungkinan disebabkan oleh penelitian yang menjadi dasar buku MKJI 1997 banyak dilakukan di daerah Bandung sejumlah 20 buah simpang bersinyal sedangkan di Yogyakarta hanya 2 buah simpang bersinyal, sehingga kurang sesuai dengan kondisi di Yogyakarta. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada pimpinan Universitas Janabadra yang telah memberikan kesempatan untuk melalkukan penelitian ini. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis lalu lintas pada simpang Jalan Dr. Sutomo dengan Jalan Tunjung Baru Yogyakarta, dengan menggunakan Prosedur Perhitungan Metode MKJI 1997, dan Metode Dengan

(9,387 + 19,12 + 17,41) = 15,305 detik 3


Tabel 7. Perbedaan Tundaan Rata-rata Pendekat Utara Timur Selatan MKJI 1997 23,1356 detik/smp 19,8390 det/smp 34,3385 det/smp Tundaan Lapangan 9,387 det/smp 19,12 det/smp 17,41 det/smp

Hasil di atas perlu dibandingkan dengan penelitian lainnya. Menurut Munawar (2005), misalnya arus jenuh lapangan lebih kecil dari arus jenuh MKJI 1997. Arus lalu lintas jenuh dasar menurut Munawar 0 , 95 850 We , sehingga tundaan rata-rata lapangan lebih kecil dari tundaan rata-rata MKJI 1997.

50

Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 13 No. 1 April 2008: 45 - 51

Lapangan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tundaan simpang rata-rata pada simpang Jalan Dr. Sutomo dengan Jalan Tunjung Baru Yogyakarta dengan menggunakan Metode MKJI 1997 sebesar 26,1261 det/smp dan Metode Lapangan sebesar 15,305 det/smp. Hasil ini semakin meneguhkan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa metode MKJI 1997 menghasilkan nilai tundaan simpang lebih besar dari kondisi riil di lapangan. Dengan demikian penggunaan metode MKJI 1997 secara murni kurang cocok diterapkan di Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Bina Marga 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia.Jakarta: Direktorat Bina Jalan Kota. May, A.D., 1990. Traffic Flow Fundamentals.Prentice Hall. Munawar, A., 2005. Evaluasi Hitungan Panjang Antrian pada Simpang Bersinyal dengan Metode MKJI 1997. Yogyakarta Risdiyanto, 2007. Rekayasa Lalu lintas, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra. Warpani, W., 1993. Rekayasa Lalu-Lintas. Jakarta: Penerbit Bhratara.

PERBANDINGAN TUNDAAN SIMPANG BERSINYAL DENGAN METODE MKJI (Risdiyanto)

51

Anda mungkin juga menyukai