http. www.kalbe.co.id/cdk
International Standard Serial Number: 0125 – 913X
Daftar isi :
2. Editorial
142. Alergi
4. English Summary
Artikel
5. Alergi Merupakan Penyakit Sistemik – Iris Rengganis
8. Alergi dan Imunologi pada Penyakit Akibat Kerja – Karnen Baratawidjaja
11. Alergi Lateks pada Pekerja Kesehatan – Teguh Harjono Karjadi
15. Perbaikan Kualitas Hidup pada Karyawan Penderita Alergi – Samsuridjal
Djauzi, Teguh Harjono Karjadi
19. Peranan Antihistamin pada Inflamasi Alergi – Iris Rengganis
22. United Airway Diseases – apakah itu ? – Heru Sundaru
27. Penatalaksanaan LES pada Berbagai Target Organ – Nanang Sukmana
31. Keterlibatan Paru dan Pleura pada SLE – Zuljasri Albar
Keterangan Gambar Sampul : 46. Tingkat Aktivitas Kholinesterase, Pengetahuan dan Cara Pengelolaan
Sel mast mengeluarkan faktor kemotaktik dan Pestisida pada Petani/Buruh Penyemprot Apel di Desa Gubuk Klakah,
spasmogenik; spasmogen langsung menyebab- Jawa Timur – Sri Sugihati Slamet, Ni’mah Bawahab
kan bronkokonstriksi dan mengakibatkan pe-
ningkatan permeabilitas pembuluh darah kecil, 49. Status Kesehatan Petani Perkebunan Rakyat Pengguna Paraquat
edema dan migrasi sel, sedangkan faktor kemo- Dibandingkan dengan Petani bukan Pengguna Paraquat di Lampung
taktik menyebabkan akumulasi granulosit, eosin- Selatan – Janahar Murad, D. Mutiatikum, SR. Muktiningsih
ofil, basofil, makrofag dan trombosit; sel-sel ini 53. Risiko Pemajanan Benzen terhadap Pekerja dan Cara Pemantauan Biologis
memproduksi molekul-molekul inflamasi yang
selanjutnya menghasilkan respons lambat dan – Satmoko Wisaksono
reaksi inflamasi kronik seperti terlihat pada
asma. 56. Produk Baru
Faktor lain yang berkontribusi antara lain hiper-
sekresi bronkus (M), hipertrofi otot polos (SM) 57. Kegiatan Ilmiah
dan infiltrasi seluler (CI). 60. Internet untuk Dokter
61. Kapsul
62. Abstrak
64. RPPIK
EDITORIAL
Alergi – semua orang, bahkan awampun pasti pernah mendengar
istilah ini – tetapi meskipun demikian, masalah sebenarnya cukup
kompleks karena berhubungan dengan reaksi tubuh terhadap zat/benda
yang dianggap asing; dan gejalanya dapat bermanifestasi di berbagai
organ/sistem tubuh; oleh karena itu ada yang menganggap alergi
merupakan penyakit sistemik – seperti pada artikel pembuka Cermin
Dunia Kedokteran edisi ini.
Artikel lain membahas alergi dari berbagai sudut, dan juga mengenai
pengobatannya.
Artikel tambahan berkaitan dengan masalah keracunan, terutama
insektisida, ditampilkan bersama beberapa makalah mengenai upaya
pemberantasan vektor penyakit malaria dan demam berdarah.
Semoga rangkaian artikel ini dapat menambah wawasan Sejawat
sekalian,
Selamat Tahun Baru 2004
Redaksi
KETUA PENGARAH
Prof. Dr Oen L.H. MSc REDAKSI KEHORMATAN
PEMIMPIN UMUM
Dr. Erik Tapan – Prof. DR. Sumarmo Poorwo Soedarmo – Prof. Dr. R. Budhi Darmojo
Staf Ahli Menteri Kesehatan, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam
KETUA PENYUNTING Departemen Kesehatan RI, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Dr. Budi Riyanto W. Jakarta. Semarang.
PELAKSANA – Prof. Drg. Siti Wuryan A. Prayitno – Prof. DR. Hendro Kusnoto Drg.,Sp.Ort
Sriwidodo WS. SKM, MScD, PhD. Laboratorium Ortodonti
Bagian Periodontologi, Fakultas Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti,
TATA USAHA Universitas Indonesia, Jakarta Jakarta
Dodi Sumarna
ALAMAT REDAKSI
Majalah Cermin Dunia Kedokteran, Gedung Enseval, – DR. Arini Setiawati
Jl. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta Bagian Farmakologi
10510, P.O. Box 3117 Jkt. Telp. (021)4208171 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
E-mail : cdk@kalbe.co.id Jakarta
Website : http://www.kalbe.co.id/cdk
Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan yang jelas. Bila
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk menghindari ke-
bidang tersebut. mungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan pe-
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus munculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
untuk diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila pernah dibahas atau Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuscripts Submitted to
dibacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan me- Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9).
ngenai nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Contoh:
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan 1. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang London: William and Wilkins, 1984; Hal 174-9.
berlaku. Istilah media sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia 2. Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading micro-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak organisms. Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic phy-
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus siology: Mechanisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974;457-72.
disertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para 3. Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
pembaca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan Dunia Kedokt. l990; 64: 7-10.
abstrak dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau
abstrak berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. lebih, sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran, Gedung
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebih Enseval, JI. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510 P.O.
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto disertai/atau dalam Box 3117 Jakarta. Tlp. (021) 4208171. E-mail : redaksiCDK@yahoo.com
bentuk disket program MS Word. Nama (para) pe-ngarang ditulis lengkap, Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat bekerjanya. Tabel/ secara tertulis.
skema/grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas-jelasnya dengan Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai
tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor sesuai dengan dengan amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.
English Summary
Sambungan dari halaman 4
Vector Reservoir Control Research Unit, National Institute of Health Research and
Development, Department of Health, Republic of Indonesia, Salatiga, Indonesia
Alergi Lateks
pada Pekerja Kesehatan
Teguh Harjono Karjadi
Subbagian Alergi-Imunologi Klinik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Positif Negatif
-8
**
A. Activity Impairment
50
-10
**
*
45 **
-12 Work Impairment Activity Impairment Classroom
Impairment
40
Plasebo 120 mg 180 mg
P
e
35
10
-10
Peranan Antihistamin
pada Inflamasi Alergi
Iris Rengganis
Subbagian Alergi-Imunologi Klinik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Gambar 1. Rerata skor mingguan gejala saluran napas bagian atas (rinitis) selama 24 minggu.* Perbedaan
bermakna (p < 0.05). (Ciprandi dkk : Ann Allerg Asthma Immunol, 2001; 807: 222-6)
Gambar 2. Rerata skor mingguan saluran napas saluran bawah (asma) selama 24 minggu.* Perbedaan bermakna
(p < 0.05). (Ciprandi dkk : Ann Allerg Asthma Immunol, 2001; 807: 222-6).
Penatalaksanaan LES
pada Berbagai Target Organ
Nanang Sukmana
Subbagian Alergi-Imunologi Klinik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
PATOGENESIS LES
Kelainan sistem imun pada LES ditandai dengan berbagai
faktor dan lingkungan yang mampu mengubah sistem imun
tersebut yang mungkin sudah didasari kelainan genetik, seper-ti
terlihat pada gambar 1.
Antigen dari luar yang akan diproses oleh makrofag (APC)
akan menyebabkan berbagai keadaan seperti: apoptosis,
aktivasi atau kematian sel tubuh, sedangkan beberapa antigen
di tubuh tidak dikenal (selanjutnya disebut Self Antigen) contoh
nucleosomes, U1RP dan Ro/SS-A. Antigen tersebut akan
Gambar 1. Patogenesis LES
diproses seperti umumnya antigen lain oleh APC dan sel B.
Peptida ini akan menstimulasi sel T dan akan diikat oleh sel B Peningkatan komplek imun di sirkulasi sering ditemukan
PENDAHULUAN HASIL
Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit Dari 48 rekam medik yang ditemukan, hanya 34 penderita
radang kronik sistemik yang timbul akibat proses otoimun. yang memenuhi kriteria diagnostik SLE dari ARA5. Usia pen-
Penyakit ini dapat mengenai setiap organ tubuh, dengan derita berkisar antara 13-50 tahun. Sebagian besar (33 kasus)
frekuensi dan derajat yang berbeda-beda pada tiap penderita. adalah wanita, sedangkan penderita pria hanya 1 kasus, berusia
Sebagai contoh, keterlibatan ginjal 74%, SSP 54%, paru 44% 20 tahun (Tabel 1).
selama perjalanan penyakit.1 Istilah lupus nefritis atau lupus
serebritis sudah sering didengar, sedangkan lupus pneumonitis Tabel 1. Distribusi penderita SLE berdasarkan usia dan jenis kelamin.
atau lupus pleuritis relatif jarang. Mengingat keterlibatan paru-
paru dan pleura pada SLE cukup sering ditemukan bahkan ada Usia
Jenis kelamin
penelitian yang menyatakan sampai 90%2, kami mencoba Wanita Pria
11-15 tahun 2 -
meneliti kekerapan keterlibatan paru dan pleura pada penderita
16-20 tahun 9 1
SLE. Penelitian retrospektif ini tidak dapat memastikan pe- 21-25 tahun 7 -
nyebab keterlibatan paru dan pleura karena memerlukan 26-30 tahun 6 -
pemeriksaan lebih khusus seperti spirometri, bilas bronkus, 31-35 tahun 4 -
36-40 tahun 1 -
biopsi transbronkhial dan lain-lain1-4 yang tidak dilakukan
41-45 tahun 3 -
seperti terlihat dalam catatan medik penderita. Di lain pihak, 46-50 tahun 1
mengetahui penyebab kelainan paru dan pleura pada SLE Jumlah 33 1
memang sangat sulit karena SLE sendiri dapat menimbulkan
kelainan paru dan pleura akibat kelainan perikardium, gagal Tabel 2. Penderita SLE dengan keterlibatan paru dan pleura.
jantung, uremia atau sindrom nefrotik2. Keterlibatan paru dan
pleura yang cukup tinggi pada SLE merupakan peringatan Jenis kelamin
Usia
Wanita Pria
untuk memberikan perhatian kepada hal ini karena keter-
11-15 tahun 2 -
lambatan penanganannya akan mempengaruhi prognosis. 16-20 tahun 6 1
21-25 tahun 4 -
26-30 tahun 1 -
BAHAN DAN CARA 31-35 tahun 4 -
Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan meng- 36-40 tahun - -
evaluasi rekam medik penderita SLE yang dirawat di Rumah 41-45 tahun 2 -
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) selama periode 1 Januari 46-50 tahun 1
1996 s/d 31 Desember 2000. Diagnosis SLE ditegakkan ber- Jumlah 20 1
dasarkan kriteria American Rheumatology Association (ARA).
Keterlibatan paru dan pleura ditetapkan berdasarkan adanya Kelainan paru pada pemeriksaan jasmani berupa ronkhi
kelainan pada pemeriksaan jasmani dan atau foto toraks. basah halus nyaring, ronkhi basah halus dan kasar, pleural
ABSTRAK
Jumlah nyamuk
Jumlah Copepoda
1800 400
M.aspericornis
Nymk.pradewasa(K)
1600 Nymk.pradewasa(P)
Ae.aegypti(P)
Ae.aegypti(K)
1400
300
1200
1000
200
800
600
100
400
200
0 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu pengamatan
Gambar 1. Jumlah M. aspericornis, pradewasa, dan dewasa Ae. aegypti selama 12 minggu pengamatan.
ABSTRAK
Bacillus thuringiensis H-14 yang juga disebut dengan Bt H-14 adalah bio-
insektisida yang bersifat spesifik terhadap target serangga sasaran, aman bagi golong-
an mamalia, dan tidak mencemari lingkungan. Uji efikasi formulasi cair Bt H-14 galur
lokal dilakukan pada fermentasi 18 jam, 20 jam, 22 jam, 24 jam dan 25 jam. Tujuan
penelitian untuk mengetahui efikasi Bt H-14 galur lokal pada berbagai fermentasi
terhadap jentik Anopheles aconitus dan Culex quinquefasciatus instar IΠ akhir.
Hasil perhitungan jumlah sel hidup dan jumlah spora hidup formulasi cair Bt H-14
galur lokal pada fermentasi 18 jam, 20 jam, 22 jam, 24 jam dan 25 jam berturut-turut
adalah 4,5x107 sel/ml dan 10,9x107 spora/ml; 5,5x108 sel/ml dan 8,6x108 spora/ml;
10,2x108 sel/ml dan 9,0x108 spora/ml; 10,0x108 sel/ml dan 12,8x108 spora/ml; sería
9,2x108 sel/ml dan 11,2x108 spora/ml. Konsentrasi yang dibutuhkan untuk mengen-
dalikan 50% dan 90% jentik An. aconitus instar IΠ akhir selama 24 jam pengujian
pada fèrmentasi 18 jam, 20 jam, 22 jam, 24 jam dan 25 jam berturut-turut adalah 0,016
ml/1 (LC50), 0,082 ml/1 (LC90); 0,009 ml/1 (LC50), 0,058 ml/1 (LC90); 0,008 ml/l
(LC50), 0,021 ml/1 (LC90); 0,002 ml/l (LC50), 0,008 ml/l (LC90) serta 0,005 ml/1 (LC50)
dan 0,021 ml/1 (LC90). Pada 48 jam pengujian, membutuhkan konsentrasi sebesar 0,012
ml/Ί (LC50), 0,078 ml/1 (LC90); 0,001 ml/1 (LC50), 0,011 ml/1 (LC90); 0,005 ml/1
(LC50), 0,016 ml/1 (LC90); 0,001 ml/1 (LC50), 0,004 ml/1 (LC90); serta 0,001 ml/1
(LC50) dan 0,012 ml/1 (LC90). Konsentrasi yang dibutuhkan untuk mengendalikan 50%
dan 90% jentik Cx. quinquefasciatus instar IΠ akhir selama 24 jam pengujian pada
fermentasi 18 jam, 20 jam, 22 jam, 24 jam dan 25 jam berturut-turut adalah 0,002 ml/1
(LC50), 0,008 ml/1 (LC90); 0,002 ml/1 (LC50), 0,009 ml/1 (LC90); 0,002 ml/l (LC50),
0,013 ml/1 (LC90); 0,001 ml/1 (LC50), 0,002 ml/1 (LC90); serta 0,001 ml/1 (LC50)
dan 0,002 ml/1 (LC90). Konsentrasi terkecil formulasi cair Bt H-14 galur lokal uníuk
mengendalikan 50% dan 90% jentik An. aconitus dan Cx. quinquefasciatus adalah
konsentrasi pada fermentasi 24 jam Bt H-14 galur lokal. Dengan demikian formulasi
cair Bt H-14 galur lokal efektif dalam mengendalikan jentik nyamuk vektor.
Kata kunci: Uji efíkasi, Bt H-14 galur lokal, An. aconitus, Cx. quinquefasciatus
ABSTRAK
100
90
80
70
Persentase kematian
60
50
40
30
20
10
0
60.ml/ha 100.ml/ha.] 120.ml/ha 240.ml/ha 75.ml/ha.Icon 25 EC
Dosis Abate 500 EC
Gambar 1. Histogram kematian nyamuk Aedes aegypti di dalam dan luar rumah akibat pengabutan insektisida Abate 500 EC dan Icon 25 EC di
pemukiman penduduk
70
LT .50.dalam rumah
60 LT .90.dalam rumah
LT .50.luar rumah
50
Waktu (Jam)
LT .90.luar rumah
40
30
20
10
0
60.ml/ha 100.ml/ha 120.ml/ha 240.ml/ha 75 ml/ha Icon 25
EC
Dosis Abate 500 EC
Gambar 2. Lethal time (lt) 50 dan 90 nyamuk Aedes aegypti pada pengabutan di dalam dan luar rumah dengan insektisida Abate 500EC
dan Icon 25 EC.
KESIMPULAN padatan telur Aedes aegypti dan Aedes albopictus berdasarkan ketinggi-an
daerah pemukiman di Jawa Tengah, Maj. Parasitol. Indon.1995; 8 (1).
2. Hasan Boesri, Sumardi, Tri Suwaryono, Moh. Yasid, Heru Priyanto.
Dosis insektisida Abate 500 EC efektif membunuh Pengaruh pengasapan (thermal fogging) dengan insektisida Lorsban 480
nyamuk Aedes aegypti di dalam maupun di luar rumah adalah EC, Icon 25 EC dan Malathion 96 EC terhadap larva Aedes aegypti dan
100,120,240 ml/ha. Dosis tersebut pada uji efikasi menghasil- Culex quinquefasciatus. Maj. Kes. Masy. 1996;54.
3. Sudyono. Malathion. Ditjen. P3M. Departemen Kesehatan RI. Jakarta,
kan kematian nyamuk sebanyak 100,00%. Dosis 60 ml/ha 1983.
insektisida Abate 500 EC secara thermal fogging kurang efek- 4. Tarumingkeng RC. Pengantar Toksikologi Pestisida. Fakultas Pasca-
tif membunuh Aedes aegypti. KT90 pada pengabutan terhadap sarjana. Institut Pertanian Bogor, 1989.
Aedes aegypti di luar rumah dosis 100 ml/ha adalah 8,0 jam, 5. Komisi Pestisida. Pedoman Efikasi Insektisida di Indonesia. Depar-temen
Pertanian. Jakarta, 1978.
dosis 120 ml/ha adalah 5,8 jam dan dosis 240 ml/ha adalah 2,4 6. Steel RGD, Tprrie JH. Prinsip dan Potensial Statistika. cet. ketiga.
jam. Sedangkan KT90 di dalam rumah dosis 100 ml/ha adalah Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 1993.
6,5 jam,dosis 120 ml/ha - 4,8 jam dan dosis 240 ml/ha - 1,4 7. WHO. Chemical methods for the control of artropo vectors and insect of
jam. public health importance. 1984.
8. Departemen Kesehatan. Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan
KEPUSTAKAAN DBD. Ditjen. P3M. Departemen Kesehatan. RI. Jakarta, 1987.
9. Suharyono. Penanggulangan DBD dengan fogging Malathion pada
1. Hasan Boesri, Sukarno, Tri Suwaryono, M. Yasid, Sudipuryanto. Ke- tempat penularan potensial di Jakarta. Maj. Kesehatan. Dep.Kes. 1987.
ABSTRAK
PENDAHULUAN hujan. Cara pengelolaan pestisida yang tidak baik dapat meng-
Dalam upaya peningkatan produksi pertanian dan pengen- ganggu kesehatan manusia. Golongan pestisida organofosfat
dalian hama, penyakit tanaman serta jasad pengganggu lainnya, dan karbamat dapat menghambat aktivitas kolinesterase, se-
petani menggunakan pestisida. Pestisida digunakan terutama hingga untuk mengetahui gambaran tentang paparan petani/
dalam proses tanam jenis tanaman holtikultura. buruh penyemprot apel pada musim kemarau dan musim peng-
Berdasarkan data petugas penyuluh pertanian lapangan hujan serta tingkat pengetahuan dan pengelolaan pestisida,
(PPL) tanaman holtikultura yang paling banyak menggunakan dilakukan penelitian tingkat aktivitas kholinesterase dan
pestisida adalah tanaman apel; upaya untuk mempertahankan pengetahuan serta cara pengelolaan pestisida petani/buruh pe-
buah apel dari serangan hama dilakukan penyemprotan pes- nyemprot apel di Desa Gubuk Klakah, Kecamatan Ponco-
tisida baik pada musim kemarau maupun pada musim peng- kusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
penyemprot kebun apel di desa Gubuk Klakah Kabupaten Jumlah Responden (N = 100)
Malang Jawa Timur. No. Pengetahuan Pestisida Musim Musim
Kemarau (%) Penghujan (%)
CARA PENELITIAN
I. Pengukuran tingkat aktivitas kholinesterase petani atau 1. Jenis Pestisida
Tahu < 4 jenis pestisida 16 13
buruh penyemprot.
Tahu > 4 jenis pestisida 71 75
Petani atau buruh penyemprot diambil sampel darahnya Tidak tahu 13 12
sebanyak 0,01ml, kemudian diukur kadar kholinesterasenya
dengan menggunakan alat Tintometer Kit. Pengukuran dilaku- 2. Bahaya Pestisida
Beracun 83 84
kan yaitu pada musim kemarau dan musim penghujan.
Tidak beracun 17 16
II. Pengumpulan data mengenai pengetahuan, sikap dan
cara petani dalam pengelolaan pestisida. 3. Manfaat pakaian pelindung
Data diperoleh melalui wawancara menggunakan instru- - Melindungi tubuh dari 64 65
keracunan pestisida
men kuesioner yang mencakup pengetahuan, bahaya, peng-
- Melindungi tubuh dari 11 11
gunaan pakaian pelindung, cara penyemprotan, cara pe- panas dan hujan
ngelolaan pestisida dan apakah pernah mendapat penyuluhan - Tidak tahu 25 24
mengenai pestisida.
4. Bahaya merokok, makan
dan minum sewaktu
HASIL PENELITIAN
menyemprot
1) Sebanyak 100 orang petani apel dan buruh penyemprot - Menyebabkan keracunan 83 90
kebun apel berhasil terkumpul di desa Gubuk Klakah, Keca- - Menghambat pekerjaan 8 5
matan Poncokusumo Kabupaten Malang, Jawa Timur. - Tidak tahu 9 5
Hasil pengukuran kholinesterase darah mereka dengan
menggunakan Tintometer Kit pada kedua musim yaitu musim
Baik mengenai jenis pestisida, bahaya pestisida, manfaat
kemarau dan musim penghujan dapat dilihat pada Tabel 1.
pakaian pelindung dan bahaya makan-minum atau merokok
Tabel 1. Tingkat Aktivitas Kholinesterase darah petani/buruh selama penyemprotan, pengetahuan responden > 64% adalah
penyemprot Apel di desa Gubuk Klakah, Jawa Timur baik. Jawaban tidak tahu terbanyak (24%-25% responden)
adalah tentang manfaat pakaian pelindung.
Jumlah Petani/buruh (N : 100) Data pengetahuan responden mengenai cara penyimpanan,
Aktivitas Kholinesterase
Musim Kemarau Musim Penghujan
darah (%)
(%) (%)
cara penyemprotan, frekuensi penyemprotan dan cara member-
sihkan bekas percikan/tumpahan pestisida dapat dilihat pada
100 33 10 Tabel 3.
87,5 47 43 Sebagian besar responden memahami cara pengelolaan
75 16 32
pestisida seperti yang ditunjukkan >79% responden dan kedua
62,5 3 11
50 1 2 jawaban antara kedua musim cukup konsisten, frekuensi pe-
nyemprotan pada musim hujan meningkat 32% dari musim
kemarau untuk penyemprotan 3-4 kali per minggu.
Tingkat aktivitas kholinesterase darah pada 70% merupa- Data responden yang pernah maupun tidak pernah men-
kan batas, bahwa seseorang mulai keracunan pestisida dan me- dapat penyuluhan tentang pestisida dapat dilihat pada Tabel 4.
merlukan istirahat. Namun alat ini hanya bisa mendeteksi
tingkat aktivitas kholinesterase pada 75% dan 62,5%. Sehingga DISKUSI
yang diduga beracun adalah tingkat aktivitas kholinesterase Tingkat aktivitas kholinesterase darah petani/buruh pe-
<62,5%. nyemprot apel < 62,5% pada musim kemarau 4% dan mening-
Pada musim kemarau 4% petani/buruh tingkat aktivitas kat pada musim hujan yang mencapai 13%.
kholinesterasenya < 62,5%, sedangkan pada musim hujan men- Makin tingginya tingkat keracunan pada musim hujan karena
capai 13% petani/buruh penyemprot. frekuensi penyemprotan meningkat, frekuensi penyemprotan 3-
2) Hasil wawancara terhadap responden petani/buruh pe- 4 kali per minggu meningkat sampai 32% (Tabel 3) karena
nyemprot apel dengan menggunakan instrumen kuesioner yang pada musim hujan pestisida yang telah disemprotkan akan
ABSTRAK
Penggunaan herbisida telah terbukti bermanfaat meningkatkan hasil pertanian
maupun perkebunan. Salah satu bahan aktif herbisida yang secara luas digunakan
adalah paraquat, bahan aktif ini telah digunakan di Indonesia sejak tahun 1974. Karena
sifat kimia dan toksisitasnya maka pada tahun 1979 statusnya diubah menjadi pestisida
terbatas pakai yang hanya boleh digunakan oleh instansi atau perorangan yang telah
mendapat izin.
Pada akhir tahun delapanpuluhan beberapa kelompok perkebunan rakyat di
Lampung Selatan masih menggunakan herbisida tersebut setelah mendapat pelatihan.
Untuk melihat keberhasilan pelatihan tersebut dilakukan penelitian status kesehatan
pengguna herbisida dengan bahan aktif paraquat dibandingkan dengan petani bukan
pengguna paraquat. Kedua kelompok pengguna dan bukan pengguna paraquat masing-
masing 50 orang diusahakan dari kelompok usia yang sama, demikian juga kebiasaan
merokok serta tingkat pendidikan yang hampir sama.
Karena keracunan paraquat tidak menunjukkan gejala yang spesifik, pemeriksaan
pengaruh herbisida ini dilihat melalui antara lain: kesehatan umum, tingkat anemia,
tekanan darah, Hb, Foto toraks untuk mengetahui terjadinya fibrosis, fungsi hati
(SGOT, SGPT, alkalifosfatase, bilirubin) serta fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
Status kesehatan kelompok pengguna herbisida dan bukan pengguna herbisida
tidak berbeda bermakna.
METODOLOGI
Tabel 4. Frekuensi penyemprotan dalam jam/hari
Penelitian ini merupakan suatu studi cross sectional untuk
mengetahui perbedaan status kesehatan antara petani pengguna Lama Jumlah yang menyemprot
paraquat yang telah mendapat pelatihan/penyuluhan dan petani n %
bukan pengguna paraquat. Populasi kasus ini adalah masya- 1 – 2 jam 6 12
rakat petani kopi di daerah Tangkit Serdang dan Talang Lebar 3 – 4 jam 35 70
5 – 6 jam 7 14
kecamatan Pagelaran dan sebagai kontrol petani padi di daerah > 6 jam 2 4
yang sama. Jumlah 50 100
Pengumpulan data dilakukan dengan:
1) Kuesioner untuk kasus dan kontrol meliputi: lokasi, iden-
Sekitar 72% petani melakukan penyemprotan antara 3 – 6
titas responden, riwayat pekerjaan, sanitasi lingkungan, riwa-
bulan pertahun dengan frekuensi penyemprotan 1 – 8 hari
yat kesehatan kerja dan riwayat kesehatan umum.
perbulan (82%) dan 9 –12 hari perbulan (10%), tiap hari pe-
2) Pemeriksaan kesehatan meliputi: keadaan kesehatan
nyemprotan lamanya 3 – 4 jam (70%) (Tabel 2, 3, 4).
umum, tingkat anemia, tekanan darah, Hb, foto Toraks untuk
Demografi responden sampel dan kontrol adalah homo-
mengetahui adanya fibrosis, tes fungsi hati (SGPT, SGOT,
gen (Tabel 5).
alkali fosfatase, bilirubin) dan tes fungsi ginjal, (ureum dan
Perilaku responden sampel dan kontrol yang berhubung-
kreatinin).
an dengan kesehatan homogen (Tabel 6).
Pemeriksaan kesehatan umum dilakukan oleh dokter
Kesehatan umum, sistem peredaran darah dan sistem per-
puskesmas setempat. Pemeriksaan rontgen di UPF Radiologi
nafasan baik sampel maupun kontrol normal (Tabel 7).
RSU A. Moeloek, sedangkan pemeriksaan fungsi hati dan
ginjal dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Tanjung Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Karang Lampung. Analisis perbedaan status kesehatan di- Pemeriksaan dilakukan terhadap darah tepi, fungsi hati
lakukan dengan uji test. dan fungsi ginjal. Hasil pemeriksaan dibandingkan antara
sampel dan kontrol dengan uji t (t test) dengan tingkat
HASIL
kemaknaan 0,05 dan derajat kebebasan n1 + n2 – 2 dengan
Petani kopi di kecamatan Pagelaran Lampung Selatan
n1=n2=50.
telah menggunakan herbisida dengan bahan aktif paraquat Tabel 5. Demografi responden.
lebih dari 5 tahun.
Tabel 1. Petani yang mengikuti penyuluhan penggunaan paraquat.
No. Ikhwal Sampel Kontrol
Mengikuti Jumlah sampel n % n %
Penyuluhan n %
1 Kelompok Umur
Pernah 38 76
4 Pekerjaanselain petani
Tidak ada 37 74 37 74 Pemeriksaan Sampel Kontrol
Pedagang 2 4 2 4
Hb (g %) 11 – 18,4 8,8 – 18,1
Pegawai negeri - - - -
Leukosit (/mm) 4.100 – 15.500 4.450 – 10.200
Pensiun - - - -
Eritrosit x 106 (/mm) 3,1 – 6,1 2,9 – 6,1
Lain-lain 11 22 11 22
Trombosit x 103 (/mm) 144 – 416 200 – 500
LED mm/jam 0 – 9,9 3 – 8,1
Kaltrofen® gel
Komposisi hipersensitif.
Tiap gram gel mengandung ketoprofen 0,025 g. • Walaupun pada penggunaan topikal jarang terjadi,
beberapa efek samping dilaporkan pada penggunaan sistemik;
Farmakologi efek samping minor yang bersifat sementara, antara lain
Ketoprofen merupakan anti-inflamasi non-steroid (AINS) gangguan pencernaan seperti dispepsia, mual, konstipasi, diare,
dengan daya analgesik, anti inflamasi. nyeri ulu hati dan beberapa gangguan pencernaan lainnya. Efek
Hanya sebagian kecil ketoprofen diserap pada pemakaian lain yang jarang terjadi antara lain nyeri kepala, pusing,
topikal. bingung, vertigo, mengantuk, udem, perubahan emosi dan
gangguan tidur. Efek samping utama yang jarang terjadi
Indikasi adalah: ulkus peptikum dan perdarahan. Reaksi hematologi
Trauma ringan, terutama yang disebabkan oleh cedera sewaktu termasuk trombositopeni, gangguan hati atau ginjal, reaksi
berolah raga, terkilir, tendinitis, kontusio tendon dan otot, pada kulit, bronkospasme dan reaksi anafilaksis sangat jarang
pembengkakan, dan nyeri pascatrauma. terjadi.
Marketing Office:
PT. KALBE FARMA Tbk
Gedung Enseval, Jl. Letjend. Suprapto, Jakarta 10510
PO Box 3105 JAK, Jakarta – Indonesia
Tlp.: (021) 428 73888-89, Fax. : (021) 428 73680
Website : http://www.kalbe.co.id
Hotline service (bebas pulsa): 0-800-123-0-123, Senin – Jumat (07.00-15.30)
Simposium Terintegrasi Heart Brain Soul, World Trade berprofesi sebagai direktur, menekuni politik, atau malah kerja di
Center Jakarta, 27 September 2003 bank. Padahal seyogyanya seorang dokter tetap harus konsisten
Diantara beta blocker yang digunakan untuk gagal jantung, karena ada banyak pilihan karir yang tersedia dan masih ber-
Carvedilol tampaknya paling unggul. Secara teoritis, Carvedilol hubungan dengan pendidikannya. Dr. Yanto Kadarusman, SpOG-
(V-Bloc®) lebih unggul karena memiliki penghambatan reseptor KFER selaku Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran UI me-
beta1, beta2, dan alpha1. Secara praktis manfaat Carvedilol pada nyampaikan hal tersebut dalam sambutannya pada acara Seminar
gagal jantung telah teruji pada berbagai uji klinis. Hal ini di- Doctor's Career Update di Aula Fakultas Kedokteran Universitas
sampaikan oleh Prof. DR. dr. Teguh Santoso, PhD, SpPD-KKV Indonesia – Jakarta tanggal 12-13 September 2003 lalu.
dalam salah satu sesi kuliahnya pada acara Simposium Ter-
integrasi yang diadakan oleh CME FKUI bekerja sama dengan PT Kuliah Doktor : Cara Mudah Mengenali Gangguan Pen-
Kalbe Farma Tbk di Gedung World Trade Center Jakarta (foto). dengaran & Keseimbangan Akibat Bising dan Getaran, Aula
FKUI Salemba Jakarta, 4 September 2003
Laporan lengkap dari simposium, bisa diakses di Kendaraan bajaj merupakan kendaraan angkutan yang sangat
http://www.kalbe.co.id/seminar. Pada topik yang diberi tanda populer di Jakarta, karena selain tarifnya murah juga sangat
Breaking News, berarti peserta simposium bisa memperoleh berita meriah. Meriah karena alat angkut jenis ini memang terkenal
dalam bentuk cetak (print) bersamaan dengan acara di Stand dengan tingkat kebisingannya yang cukup tinggi. Kebisingan
Kalbe Farma, dan bisa langsung diakses pada homepage Kalbe tersebut tentu saja akan merugikan, terutama untuk pengemudinya.
Farma. Bahkan menurut Dr. dr. Jenny T. Basruddin, SpTHT berdasarkan
Diabetes Update, Hotel Borobudur Jakarta, 6 Desember 2003 hasil penelitiannya diketahui 72.28% pengemudi bajaj mengalami
Bertempat di Hotel Borobudur Jakarta, malam Minggu, 6 gangguan kesehatan telinga.
Desember 2003, diselenggarakan suatu acara bagi para spesialis
khususnya mereka yang meminati penyakit kencing manis (DM). 15th Weekend Course on Cardiology (WECOC), Hotel
Para peserta diajak berbincang seraya berbagi pengalaman dalam Shangri-La Jakarta, 11-13 September 2003
menangani pasien kencing manis. Sebagai pengantar, menurut dr. Hipertensi dalam kehamilan melalui 2 tahapan kejadian, yaitu
Sarwono, SpPD selaku moderator, di Indonesia rerata penderita tahap I dan II. Pada tahap I diketahui adanya peran plasenta ab-
DM yang datang berobat dan diterapi memiliki kondisi sel beta normal yang merupakan biang keladi kejadian preeklamsi, namun
pankreas tinggal 50 persen saja. Padahal makin cepat diketahui begitu plasenta lahir masalah akan teratasi. Tahap I dapat diikuti
makin baik. dengan tahap II dengan terjadinya kelainan sistemik pada ibu.
Pada tahap ini terjadi penurunan aliran darah ke semua organ yang
Seminar Doctor's Career Update, Aula FKUI – Jakarta, 12-13 akhirnya mengakibatkan disfungsi multiorgan. Penjelasan tersebut
September 2003 dipaparkan Dr. Ganesja M. Harimurti pada kuliahnya dalam acara
Profesi dokter kini makin membias. Banyak yang menjadikan 15th Weekend Course on Cardiology yang diselenggarakan di
pendidikan dokter hanya sebagai dasar, sehingga ada dokter yang Hotel Shangri-La Jakarta, 11-13 September 2003.
Apa penyebabnya
Bell’s palsy disebabkan oleh pembengkakan n. facialis sesisi; akibatnya pasokan darah ke saraf
tersebut terhenti, menyebabkan kematian sel sehingga fungsi menghantar impuls/rangsangnya ter-
ganggu; akibatnya perintah otak untuk menggerakkan otot-otot wajah tidak dapat diteruskan.
Kausanya tidak diketahui, umumnya dianggap akibat infeksi semacam virus herpes simpleks;
virus tersebut dapat dormant (‘tidur’) selama beberapa tahun, dan akan aktif jika yang bersangkutan
terkena stres fisik ataupun psikik.
Sekalipun demikian Bell’s palsy tidak menular.
Apa gejalanya
Otot-otot wajah satu sisi lumpuh sehingga wajah menjadi miring/mencong, kelopak mata tidak
dapat menutup sehingga bola mata akan berair terus-menerus, sebaliknya akan kering di malam hari
(jika tidur).
Kesulitan berbicara dapat terjadi akibat mulut/bibir yang tertarik ke satu sisi. Kadang-kadang
kemampuan mengecap/merasa juga terganggu dan suara-suara terdengar lebih keras di satu sisi yang
terkena.
Bagaimana pengobatannya
Kebanyakan akan pulih tanpa pengobatan dalam 2 minggu; tetapi umumnya digunakan
kortikosteroid seperti prednison dan antivirus seperti asiklovir dalam 2 – 3 hari pertama; pengobatan
dini dengan cara ini memperbaiki prognosis sampai 20%.
Kira-kira 70% sembuh dalam beberapa bulan, 15% masih merasa sedikit kelemahan.
Pada kira-kira 10 – 20% pasien, Bell’s palsy dapat terulang.
brw