Anda di halaman 1dari 5

Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri.

Iodium juga memberikan warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Penggunaan indikator pelarut organik ini sangat penting terutama jika larutannya sangat asam sehingga kanji terhidrolisa, titrasinya berjalan sangat lambat dan larutannya sangat encer.
2. PRINSIP Penetapan secara kuantitatif zat-zat yang dapat tereduksi / tereduksi berdasarkan pada reaksi redoks

Keuntungan penggunaan kanji adalah harganya murah, sedangkan kerugiannya adalah tidak mudah larut dalam air dingin, tidak stabil pada suspensi dengan air, karenanya dalam proses pembuatannya harus dibantu dengan pemanasan. Penambahan indikator kanji sebaiknya dilakukan pada saat medekati titik akhir titrasi karena iod dengan kanji membentuk kompleks yang berwarna biru yang tidak larut dalam air dingin sehingga dikhawatirkan mengganggu penetapan titik akhir titrasi. Karena adanya kelemahan ini, dianjurkan pemakaian kanji natrium glukonat yang mana indikator ini tidak higroskopis; cepat larut dan stabil dalam penyimpanan; tidak membentuk kompleks yang tidak larut dengan iodium sehingga boleh ditambahkan pada awal titrasi dan titik akhir jelas; reprodusibel dan tidak tibatiba. Sayangnya indikator ini harganya mahal. Mekanisme reaksi indikator kanji adalah sebagai berikut : Amilum + I2 iod-amilum (biru) Iod-amilum (biru) + Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6 + amilum (tak berwarna)

Prinsip Titrasi iodometri (redoksimetri) termasuk dalam titrasi dengan cara tidak langsung, dalam hal ini ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium yang nantinya dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3. Cara ini digunakan untuk penentuan oksidator H2O2. Pada oksidator ditambahkan larutan KI dan asam sehingga akan terbentuk iodium yang akan dititrasi dengan Na2S2O3. Sebagai indicator, digunakan larutan kanji. Titik akhir titrasi pada iodometri apabila warna biru telah hilang. Pembakuan Larutan Na2S2O3 Pembakuan Larutan Na2S2O3 dengan Larutan Baku KIO3, Percobaan ini menggunakan metode titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana mula-mula iodium direaksikan dengan iodida berlebih, kemudian iodium yang terjadi dititrasi dengan natrium thiosulfat. Larutan baku yang digunakan untuk standarisasi thiosulfat sendiri adalah KIO3 dan terjadi reaksi: Oksidator + KI I2 I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6 Natrium tiosulfat dapat dengan mudah diperoleh dalam keadaan kemurnian yang tinggi, namun selalu ada saja sedikit ketidakpastian dari kandungan air yang tepat, karena sifat flouresen atau melapuk-lekang dari garam itu dan karena alasan-alasan lainnya. Karena itu, zat ini tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai larutan baku standar primer.

Pembakuan larutan natrium tiosulfat dapat dapat dilakukan dengan menggunakan kalium iodat, kalium kromat, tembaga dan iod sebagai larutan standar primer, atau dengan kalium permanganat atau serium (IV) sulfat sebagai larutan standar sekundernya. Larutan thiosulfat sebelum digunakan sebagai larutan standar dalam proses iodometri ini harus distandarkan terlebih dahulu oleh kalium iodat yang merupakan standar primer. Larutan kalium iodat ini ditambahkan dengan asam sulfat pekat, warna larutan menjadi bening. Dan setelah ditambahkan dengan kalium iodida, larutan berubah menjadi coklat kehitaman. Fungsi penambahan asam sulfat pekat dalam larutan tersebut adalah memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari kalium iodat dan klium iodida berada dalam kondisi netral atau memiliki keasaman rendah. Reaksinya adalah sebagai berikut : IO3- + 5I- + 6H+ 3I2 + 3H2O Indikator yang digunakan dalam proses standarisasi ini adalah indikator amilum 0,5%. Penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang mudah menuap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas. Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum memiliki kelarutan yang kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi. Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II. Zatzat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodium. Iodium yang terbentuk ditentukan dengan menggunakan larutan baku natrium tiosulfat. Cara iodometri dapat digunakan untuk menentukan kadar iodium dalam garam. Pada oksidator/ garam ini ditambahkan larutan KI dan H2SO4 sebagai asam sehingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 dan dapat ditentukan kadarnya. Namun, sebelumnya, larutan Na2S2O3 ini harus dibakukan atau distandarisasi terlebih dahulu. Pembakuan larutan natrium tiosulfat dapat dapat dilakukan dengan menggunakan kalium iodat, kalium kromat, tembaga dan iod sebagai larutan standar primer, atau dengan kalium permanganate. Namun pada percobaan ini senyawa yang digunakan dalam proses pembakuan natrium tiosulfat adalah kalium iodat standar. Larutan thiosulfat sebelum digunakan sebagai larutan standar dalam proses iodometri ini harus distandarkan terlebih dahulu oleh kalium iodat yang merupakan standar primer. Larutan kalium iodat ini ditambahkan dengan asam sulfat pekat, warna larutan menjadi bening. Dan setelah ditambahkan dengan kalium iodida, larutan berubah menjadi kuning kecoklatan. Fungsi penambahan asam sulfat pekat dalam larutan tersebut adalah memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari kalium iodat dan klium iodida berada dalam kondisi netral atau memiliki keasaman rendah. Reaksinya adalah sebagai berikut : IO3- + 5I- + 6H+ 3I2 + 3H2O Untuk senyawa yang memiliki potensial reduksi yang rendah dapat direaksikan secara sempurna dalam suasana asam. Indikator yang digunakan dalam metode ini adalah indikator kanji (amilum) yang dapat membentuk senyawa absorpsi dengan iodium yang dititrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat.Penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal

ini disebabkan sifat I2 yang mudah menguap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas. Titik akhir titrasi iodometri ialah apabila warna biru telah hilang. 1. Cara langsung Iodimetri merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodin dititrasi kembali dengan menggunakan larutan tiosulfat. (Saragih,-) Reduktor + I2 2INa2S2O3 + I2 NaI + Na2S4O6 2. Cara tidak langsung Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II. Zatzat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk ditentukan dengan menggunakan larutan baku natrium tiosulfat. (Saragih,-) Oksidator + KI I2 + 2e I2 + Na2S2O3 NaI + Na2S4O6 Dalam hal ini iodide sebagai perediksi diubah menjadi iodium. Iodium yang terbentuk dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Cara iodometri digunakan untuk untuk menentukan zat pengoksidasi, misalnya penentuan zat oksidator H2O2. Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam sehingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan Na2S2O3. Reaksi : H2O2 + KI + HCl I2 + KCl + 2H2O

Pada percobaan iodometri ini bertujuan untuk mengetahui prinsip prinsip dasar metode iodimetri dan mentapkan kadar antalgin dengan metode iodimetri. Iodium merupakan oksidator yang relatif kuat. Pada saat reaksi oksidasi iodium akan direduksi menjadi iodida sesuai dengan reaksi : I2 + 2 e 2I Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil dibanding iodium . Sedangkan iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium iodidia senyawa-senyawa yang bersifat oksidator. Pada percobaan ini bertujuan untuk pembakuan larutan digunakan dengan metode iodometri sedangkan untuk penetapan kada dilakukan dengan metode iodimetri (titrasi langsung). Untuk pembakuan larutan baku sekunder Na2S2O3 dengan KIO3 dan pembakuan larutan baku sekunder I2 dengan larutan baku sekunder Na2S2O3 yang telah dibakukan sebelumnya. Untuk pembuatan larutan baku primer KIO3 dilakukan dengan menimbang KIO3 yang berbentuk kristal sebanyak 3,6084 g lalu dilarutkan dalam aquades sampai 1000 ml. Dari pengenceran tersebut didapat nilai normalitas Dari KIO 3 yang digunakan , dan dari perhitungan diperoleh KIO 3 yaitu sebesar 0.1014 N. Sedangkan metode iodimetri dilakukan dengan penetapan kadar antalgin dengan menggunakan larutan baku sekunder I2 sebagai titran. Titrasi secara iodimetri merupakan titrasi secara langsung, artinya sampel yang akan dianalisis langsung dititrasi dengan titran. Sedangkan untuk iodometri dengan menitrasi sampel dengan titran berlebih, kemudian menambahkan indikator, lalu menitrasinya sampai akhir titrasi. Prosedur pertama yang dilakukan adalah pembuatan larutan KIO 3. Untuk pembuatan baku primer KIO3 dilakukan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kemudian dilakukan pembakuan larutan baku sekunder

Na2S2O3atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan baku primer KIO 3 yang telah dibuat sebelumnya. Pembakuan dilakukan secara iodometri dalam suasana H2SO4. Pemberian H2SO4 dimaksudkan untuk menyuasanakan larutan dalam suasana asam, sehingga dapat memperkuat daya oksidasi iodium dan mempercepat berlangsungnya reaksi perubahan warna yang terjadi menjadi kuning pucat, kemudian ditambahkan indikator amilum dan warnanya pun menjadi biru tua. Perubahan warna diakibatkan amilum yang ada berikatan dengan iodium dan membentuk komplek amilum iodida yang berwarna biru. Kemudian ditirasi hingga tak berwarna. Pada saat itu titik akhir titrasi tercapai dari 3 kali percobaan yang dilakukan, diperoleh volume titrasi yang diperlukan yaitu sebesar 5,7 ml ; 6 ml ; 5,55 ml. Dari perhitungan diperoleh normalitas dari masing-masing penitrasian yaitu sebesar 0,0571 N dan 0,0556 N, dari kedua nilai tersebut diambil nilai normalitas rata-rata sebesar 0,0564 N, dan digunakan sebesar normalitas Na2S2O3. Setelah Natrium tiosulfat dibakukan maka bisa digunakan untuk membakukan larutan I 2. Perlu dingat dalam buret maupun yang berada didalam erlenmeyer harus ditutup dengan aluminium foil untuk menghindari terjadinya oksidasi oleh udara dengan katalis cahaya. Oleh karena iodium adalah oksidator yang kuat, terjadi penurunan kadar larutan selama penyimpanan disebabkan reaksinya dengan air yang dikatalis cahaya dan dapat dioksidasi oleh oksigen dari udara menjadi iodium. Maka dari itu larutan iodium perlu sering dibekukan. + I2 + H2O IO + I + 2H + + 4I + O2 + 4H 2I2 Perhitungan volume titrasi dirata-ratakan dengan titrasi sebelumnya. Iodium yang telah dibakukan siap digunakan untuk penetapan kadar antalgin. Penetapan kadar antalgin dilakukan secara iodimetri karena antakgin memiliki potensial oksidasi yang lebih rendah dibandingkan sistem iodium iodida. Untuk proses ini dilakukan dengan menimbang sampel sebanyak 715,1 mg dan melarutkannya kedalam 4 ml aquadest. Penambahab aquadest bertujuan agar tidak terjadi reaksi redoks antara air dengan larutan iodium. Lalu ditambahkan 5 ml HCl 0,02 N untuk menimbulkan suasana asam, sehingga dapat bereakasi dengan iodium. Pada larutan ditambahkan indikator amilum. Penambahan indikator amilum ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan titik akhir titrasi, kepekatan ini juga dipengaruhi oleh suasana asam yang diciptakan oleh asam klorida. Setelah itu ditirasi dengan iodium sehingga terjadi perubahan warna tetesan merah. Pada titrasi ini v1 = 9,1 ; V2 = 9,4 ; V3 = 8,9. Melalui perhitungan dengan rumus :

Didapat kadar titrasi untuk V1 = 12,6082 % ; V2 = 13,0259 % ; V3 = 12,3331%. Untuk kadar rata-rata hanya memakai V1 dan V3 karena nilainya tidak terlalu jauh, hasil rata-rata adalah 12,4707%. Hasil kadar tidak 100% karena kesalahan praktikan dalam pengerjaan, aluminium foil yang digunakan untuk menutupi mulut erlenmeyer saat menitrasi semakin lama semakin besar kemungkinan terjadinya oksidai yang berdampak pada waktuy akhir titrasi menjadi lebih cepat, dan pada penitrasian iodometri dan iosimetri pada pengocokan sambil dititrasi tidak boleh terputus putus harus kontinyu.

Iodimetri merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat. Baik pada iodimetri maupun iodometri, titrasinya selalu berkaitan dengan I2. meskipun warna I2 (bentuk teroksidasi) berbeda dengan warna I- (bentuk tereduksi), secara teoritis untuk titrasi ini tidak memerlukan indikator, tapi karena warnanya, dalam keadaan encer, sangat lemah, maka pada titrasi ini diperlukan indikator. Indikator yang digunakan adalah larutan kanji (amilum). Kanji atau amilum dengan I2 akan bereaksi dan reaksinya adalah reaksi yang dapat balik : I2 + amilum kompleks iod-amilum Kompleks iod-amilum ini adalah senyawa yang agak sukar larut dalam air sehingga kalau pada reaksi ini I2 tinggi, kesetimbangan akan terletak jauh di sebelah kanan, kompleks iod-amilum yang terbentuk banyak, akan terjadi endapan. Akibatnya kalau pada titrasi I2 hilang karena tereduksi, kesetimbangannya tidak segera kembali

bergeser ke arah kiri, warna kompleks iod-amilum agak sukar hilang. Adapun Dari hasil percobaan titrasi iodometri terdapat kesalahan sebesar 1,8 %. Factor yang mempengaruhinya yaitu a) Oksidasi dari Iodida dalam keadaan asam oleh O2 dari udara 4 I- + O2 + 4 H+ I2 + 2 H2O Oksidasi ini berjalan lambat dalam keadaan netral, tetapi apabila keadaan asam bertambah, maka akan lebih cepat. Sinar mataharipun dapat mempercepat reaksi itu, oleh karena itu ion-ion Iodida yang diasamkan/tidak diasamkan harus segera dititrasi. b) Kecepatan menguap dari Iodium Agar penguapan larut Iodium tidak begitu besar, maka larutan itu seharus dibubuhi KI hingga berlebih (Konsentrasi I- minimal 4 %), dimana Iodida yang ditambahkan itu mengikat molekulmolekul Iodium menjadi ion triiodida Karena reaksi ini bolak balik maka suatu larutan tri iodida pada reaksI-reaksi kimia bereaksi sebagai Iodium murni Tetapi pada prakteknya tidak ditambahkan KI dan pada saat titarsi Erlenmeyer tidak di tutup kemungkinan iodium menguap yang dapat mempengaruhi titik akhir titrasi menjadi terlalu mencolok, yang seharunya berwarna biru. Pada percobaan kali ini terdapat kesalahan 1,8% kemungkinan kesalahan ini terjadi akibat kurang telitinya praktikan pada saat titrasi.

Anda mungkin juga menyukai