Anda di halaman 1dari 14

1.

Batik: Sebuah Pengantar


A. Pengertian batik,
Definisi BATIK Menurut SNI No 08-0239-1989 Batik adalah bahan tekstil hasil pewarnaan menurut corak khas Indonesia, dengan menggunakan lilin batik (malam) sebagai zat perintang.

Kain yang sedang ditutupi zat perintang yang dihasilkan oleh lilin batik.

Kain yang sudah ditutupi zat perintang yang dihasilkan oleh lilin batik.

B. Bathik Vs. Mbathik,


Mbathik merupakan singkatan kata dari mbaka yang berarti dimulai dan kata sethithik yang berarti sedikit, sehingga ketika dua kata tersebut digabungkan, akan mempunyai makna sebagai sebuah proses kerja yang dimulai sedikit demi sedikit. Lain halnya dengan kata Bathik yang merupakan kata benda (nomina), kata Mbathik merupakan kata kerja (verba), sehingga bisa dikatakan jika mbathik adalah proses pembuatan untuk menghasilkan bathik. Di mana bila merujuk kepada Definisi Batik menurut SNI; bathik --yang secara umum dilafalkan dengan kata batikbaru dapat disebut sebagai bathik apabila dihasilkan dari proses mbathik dengan menggunakan zat perintang berupa lilin batik (malam). Proses mbathik ada 2 yaitu:

Widhyasmaramurti, M.A.

Page 1

Mbathik Tulis

Mbathik Cap

C. Alat dan bahan untuk membatik,


1. Jenis Canting dan Jenis Cap untuk Membatik,

a.

Canting tulis klowong Berfungsi sebagai alat tulis membatik yang digunakan untuk memberikan klowong motif pertama pada mori.
Page 2

Widhyasmaramurti, M.A.

b.

Canting Isen Berfungsi sebagai alat tulis membatik untuk menempelkan lilin pada kain dengan memberi efek isen-isen pada motif tertentu yang telah selesai diklowong. Misalnya isen sawut, cacah gori, uceng dll. Canting cecek Digunakan untuk memberi isen-isen cecek/titik pada motif tertentu. Canting cecek ini paling kecil lubang paruhnya. Canting Tembok Canting tembok merupakan canting yang memiliki lubang paruh paling besar yang digunakan untuk menembok atau menutup gambar tertentu pada motif yang diinginkan. Canting Carat Dua Canting ini berlubang paruh dua sebagai jalan keluarnya lilin cair yang digoreskan pada mori. Gunanya untuk memberikan garis dua pada pinggiran mori yang dibatik, supaya garis keduanya sejajar. Terutama pada motif-motif batik lereng. Canting Cecek Tiga dan Cecek Tujuh. Canting cecek tiga berparuh tiga dan berlubang tiga. Digunakan untuk memberi isen cecek tiga, sedangkan canting cecek tujuh memberi isen tujuh

c.

d.

e.

f.

2. Jenis Media Pembuatan atau Bahan Membatik, a. Kain (bahan umum yang dipergunakan dalam membatik) Katun atau Mori

Widhyasmaramurti, M.A.

Page 3

Sutra

Serat Nanas b. Kain sebagai kanvas (banyak dipergunakan dalam proses pembuatan batik sebagai seni rupa, seperti lukisan batik yang dibuat dengan proses pencantingan) Two Figures (Lukisan karya Bagong Kussudiardja, dibuat tahun 1973, dengan ukuran 45 x 50 Cm)

Bouraq (Lukisan karya Mahyar, dibuat tahun 1976, dengan ukuran 47 x 53 Cm)

Widhyasmaramurti, M.A.

Page 4

Kain Doa (Lukisan karya Agus Ismoyo dan Nia Fliam, dibuat tahun 2004, dengan ukuran 60 x 120 Cm)

c. Kayu (banyak dipergunakan dalam proses pembuatan batik sebagai seni kriya, seperti patung dengan ragam hias batik)

3. Jenis Malam atau Lilin (kualitas malam atau lilin dapat dilihat dari warnanya) a. Kuning (malam mbathik dengan kualitas terbaik)
Widhyasmaramurti, M.A. Page 5

b. Coklat atau Merah (malam mbathik dengan kualitas di bawah malam kuning karena bahan pembuatannya umumnya terbuat dari endapan malam kuning) c. Hitam (malam bathik dengan kualitas paling rendah di bawah malam coklat atau merah karena bahan pembuatannya merupakan sisa malam coklat atau merah yang telah diendapkan) d. Putih (malam untuk menghasilkan tekstur cracking atau pecah-pecah pada kain). 4. Jenis Pewarnaan a. Pewarnaan Alami Sistem pewarnaan yang ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi kesehatan seseorang (pembatik) karena dihasilkan oleh hasil alam disekitar tempat tinggal manusia. Pewarnaan ini bersifat natural, sehingga warna-warna yang dihasilkan tidak secerah/seterang warna-warna kimiawi.

b. Pewarnaan Kimiawi Sistem pewarnaan yang bersifat kimiwawi, tidak ramah lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan pembatik, dan mereka yang bukan tenaga ahli pembatikan. Warna-warna yang dihasilkan umumnya berwarna cantik, dan cerah.

Widhyasmaramurti, M.A.

Page 6

5. Kompor, wajan, dan dandang a. Kompor untuk menghilangkan lilin batik pada kain bisa menggunakan kompor gas atau tungku.

Widhyasmaramurti, M.A.

Page 7

b. Kompor untuk memanaskan lilin batik, bisa menggunakan kompor minyak tanah, kompor arang (anglo) atau kompor listrik.

6. Air Air dipergunakan untuk bahan pewarna, membersihkan tumpahan lilin di atas kain, dan perebusan akhir.
Widhyasmaramurti, M.A. Page 8

7. Alat tulis, dalam hal ini pensil, penggaris dan penghapus.

8. Meja gambar.

Widhyasmaramurti, M.A.

Page 9

9. Gawangan dan tempat duduk

Widhyasmaramurti, M.A.

Page 10

D. Proses membatik tradisional.

1. Mbathik Membuat pola pada kain mori dengan merintangi kain menggunakan lilin batik, baik dengan alat canthing tulis ataupun cap.

2. Nembok Menutup bagian-bagian pola dengan lilin batik yang akan tetap berwarna putih atau berwarna dasar setelah pencelupan pertama.

Widhyasmaramurti, M.A.

Page 11

3. Medel Mencelup kain batik yang sudah diberi perintang lilin batik ke dalam warna dasar (untuk batik tradisional biasanya berwarna dasar biru).

Widhyasmaramurti, M.A.

Page 12

4. Ngerok dan nggirah (lorodan pertama) Menghilangkan lilin pada bagian-bagian yang akan diberi warna soga (coklat). Bisa direbus atau langsung dirintangi dengan lilin batik. 5. Mbironi Menutup tempat yang akan tetap dibiarkan menjadi warna dasar 1 dengan menggunakan bahan perintang (lilin batik).

6. Nyoga Mencelup mori ke dalam larutan soga.

Dalam batik tradisional umumnya berwarna biru. Oleh sebab itu dinmakan mbironi.
Widhyasmaramurti, M.A. Page 13

7. Nglorod Menghilangkan lilin batik (malam) dengan proses perebusan. Proses ini merupakan proses akhir dari pembatikan tradisional.

***

Widhyasmaramurti, M.A.

Page 14

Anda mungkin juga menyukai