A. TINJAUAN TEORI 1. Status Gizi Ibu Hamil a. Pengertian Status gizi Status Gizi adalah Keadaan tubuh seseorang sebagai akibat penggunaan makanan zat gizi oleh tubuh (Sufiati, 2008). Status Gizi adalah keadaan tubuh seseorang sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, baik dan lebih (Almatsier, 2001). Status gizi adalah ekspresi dalam keadaan seimbang dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujutan dari nutrient dalam benruk variabei tertentu (Supariasa, 2001). b. Faktor yang mempengaruhi status gizi Status gizi ibu hamil di pengaruhi terhadap faktor resiko, diet, pengukuran antropometrik dan biokimia. Penilaian tentang asupan pangan dapat di peroleh melalui ingatan 24 jam (Arisman, 2004, p.8). Maka gizi ibu yang kurang baik perlu di perbaiki keadaan gizinya atau yang obesitas mendekati yang normal, yang di lakukan sebelum hamil. Sehingga mereka bayi mempunyai yang sehat, kesempatan serta lebih besar untuk
mendapatkan
untuk
mempertahankan
kesehatannya sendiri
Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh (disamping faktor genetis) status gizi janin. Status gizi janin ditentukan antara lain oleh status gizi ibu pada waktu melahirkan dan keadaan ini dipengaruhi pula oleh status gizi ibu pada waktu konsepsi. Status gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh: 1) Keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum hamil 2) Keadaan kesehatan dan gizi ibu 3) Jarak kelahiran jika yang dikandung bukan anak yang pertama 4) Paritas dan usia kehamilan pertama. Status gizi pada waktu melahirkan ditentukan berdasarkan kesehatan dan status gizi waktu konsepsi, juga berdasarkan keadaan sosial dan ekonomi waktu hamil, derajat pekerjaan fisik, asupan pangan, dan pemah tidaknya terjangkit penyakit infeksi. Status gizi ibu akan mempengaruhi status gizi janin dan berat lahir. Penilaian status gizi dan perubahan fisiologis selama hamil dapat digunakan untuk memperkirakan laju pertumbuhan janin, misalnya berat badan rendah sebelum konsepsi serta pertambahan berat badan yang tidak adekuat (Arisman, 2004,pp. 8-9). (Iihat skema2.1)
10
Jarak kelahiran
Partus
Pekerjaan fisik
Makanan
Penyakit infeksi
Status kesehatan
GEN
Berat lahir
Skema 2.1 faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil Sumber Ariaman, 2001
11
c. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Dari hasil pengamatan ada hubungan yang kuat antara keadaan gizi ibu sebelum hamil dengan berat bayi yang dilahirkan, sedangkan berat bayi lahir merupakan indikasi yang potensial untuk status kesehatan bayi nantinya. Bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram mempunyai kesempatan tinggi secara statistik untuk mendapatkan penyakit atau meninggal pada awal kehidupannya. Pada tubuh ibu yang kurang gizi tidak dapat membentuk plasenta yang sehat, yang cukup menyimpan zat-zat gizi untuk janin selama pertumbuhannya. Maka gizi ibu yang kurang baik perlu diperbaiki keadaan gizinya atau yang obesitas menjadi mendekati normal, yang dilakukan sebelum hamil. Sehingga mereka mempunyai kesempatan lebih besar untuk mendapatkan bayi yang sehat, serta untuk mempertahankan kesehatannya sendiri (Soetjaningsih, 2000, pp.132133). Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan atau pada saat kehamilan akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR). Disamping itu akan mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus dan sebagainya. Kondisi anak yang terlahir dari ibu yang kekurangan gizi dan hidup dalam lingkungan yang miskin akan menghasilkan generasi kekurangan gizi dan mudah
12
terkena penyakit infeksi. Keadaan ini biasanya ditandai dengan berat dan tinggi badan yang kurang optimal (Supariasa, 2001, p.29). d. Kebutuhan gizi ibu hamil Kebutuhan gizi ibu hamil menurut Arisman (2004, p. 13) adalah: Cukup kalori, protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin serta plasenta. 1) Makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan tubuh tetapi bukan lemak. 2) Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat badan selama hamil. 3) Perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh dan mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan amal dan berhasil, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik. 4) Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi yang tidak diinginkan seperti mual dan muntah. 5) Perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan penyulit yang terjadi selama kehamilan misalnya diabetes militus, hipertensi, dll. 6) Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik (gizi seimbang).
13
Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun yang sering kali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 84.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan lainnya. Dibawah ini table Angka Kecukupan Gizi (AKG) perorang/hari yang dianjurkan bagi ibu hamil. Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan perorang/hari khusus ibu hamil. Zat Gizi Wanita tidak hamil umur Ibu Hamil 20- 45 tahun
Energi (Kal) Protein (gr) Vitamin A (RE) Vitamin D (ug) VitaminE (ug) Vitamin K (ug) Tiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin(mg) Vitamin B 12 (ug) Asam folat (ug) Piridoksin (mg)
14
Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Seng (mg) lodium (ug) Selenium (ug)
Tabel 2.2 Angka Kecakupan Gizi yang Dianjurkan (per orang per hari) Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII Tahun 2004 Berdasarkan AKG perorang/perhari tersebut, selanjutnya dapat disederhanakan dalam bentuk bahan makanan dengan memakai ukuran rumah tangga sebagai berikut: Angka Kecakupan Gizi yang Dianjurkan (per orang per hari) Menurut Ukuran Rumah Tangga (URT) Ibu Hamil Nasi/jagung/ubi Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran Buah-buahan 4-5 piring 3 -4 potong 2-3 potong 2-3 mangkok 3 potong
Tabel 2.3 Angka Kecakupan Gizi yang Dianjurkan (per orang per hari) Menurut Ukuran Rumah Tangga (URT)
e. Pengaruh keadaan gizi terhadap proses kehamilan Pengaruh gizi terhadap proses kehamilan dapat mempengaruhi status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan.
15
1) Gizi pra hamil (Prenatal). Konsep perinatal menjamin bahwa ibu dalam status gizi baik untuk terjadinya konsepsi selama masa kehamilan, bekerja dan setelah melahirkan mengalami sedikit komplikasi kehamilan, sedikit bayi premature dan ibu yang sehat menghasilkan bayi yang sehat. 2) Gizi Pranatal Wanita yang diitnya kurang atau sangat kurang selama hamil mempunyai kemungkinan besar bayi yang tidak sehat seperti premature, gangguan kongenital, bayi lahir mati. Wanita hamil kurang gizi kemungkinan akan melahirkan bayi yang premature dan kecil. f. Akibat kekurangan gizi pada ibu hamil Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu, janin dan terhadap proses persalinan yaitu: 1) Terhadap ibu Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan mudah terkena infeksi. 2) Terhadap persalinan Pengaruh gizi terhadap proses persalinan dapat
16
sebelum
waktunya
(prematur),
perdarahan
setelah
persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat. 3) Terhadap Janin Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus pada bayi, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
g. Kenaikan Berat Badan Kenaikan berat badan pada ibu hamil sangat bervariasi, berkisar antara 11-16 kg untuk negara yang maju. Berdasarkan buku pegangan untuk petugas kesehatan "Gizi Ibu Hamil dan Menyusui (Depkes RI,1992)", di sebutkan bahwa kenaikan berat badan untuk ibu hamil adalah 10-12,5kg. Dengan pola kenaikan 700-1400 g dalam trimester 1 dan 340-400 g per minggu dalam trimester II dan III. Kenaikan tersebut karena selama hamil terjadi perubahan-perubahan antara lain: 1) Minggu pertama (2 minggu) setelah konsepsi, terjadi proliferasi dari sel-sel dengan cepat, plasenta terbentuk. Pada tahap ini belum diperlukan suplementasi zat gizi khusus.
17
2) Minggu ke 2-8, sebagian besar organ-organ mulai terbentuk, seperti: jantung, ginjal, paru-paru, hati dan rangka. Dari penelitian pada hewan bila pada tahap ini ada defisiensi vit.A, ribovlafin, vit.B6, vit.B12, atau asam folat, akan terjadi kelainan bawaan. Pada tahap ini diperlukan suplementasi dalam dalam bentuk vitamin dan mineral untuk menghindari defisiensi yang dapat mengakibatkan cacat bawaan. Pertambahan juga terjadi karena beberapa perubahan yaitu (Soetjiningsih, 1997, p. 136) : a) Janin b) Plasenta dan cairan(amnion) c) Darah d) Cairan ekstra seluler e) Lemak (cadangan ibu) f) Lain-Lain (uterus-payudara) Penambahan berat badan 3.400 gram 1.350 gram 1.240 gram 1.200 gram 4.000 gram 1,3 00 gram pada trimester sebenarnya
lebih penting dari pada secara keseluruhan. Kenaikan pada trimester pertama hanya sedikit, sedangkan pada trimester ke II dan III kenaikan terjadi relatif lebih besar. Bila pola ini terbalik maka pengawasan perlu di perketat, dikhawatirkan
akan timbul kelainan misalnya: preeklamsi atau BBLR (Berat Badan hamil Lahir bila Rendah) walaupun badan demikian pada seseorang I ibu
kenaikan
berat
trimester
terlalu
18
tinggi, tidak dapat dilakukan diit yang ketat dengan tujuan menurunkan karenakan tersebut berat badan pada trimester darah. Dalam selanjutnya, keadaan janin
glukosa
kekurangan
glukosa,
karena
belum dapat mensintesa glikogen dari lemak (Soetjiningsih, 1997, p. 136). Perkiraan kenaikan berat badan dalam keadaan hamil: a) Kehamilan l0 minggu naik b) Kehamilan 20 minggu naik c) Kehamilan 30 minggu naik d) Kehamilan 40 minggu naik 0,9kg 5 kg 9 kg 11-12 kg
h. Cara penilaian status gizi ibu hamil Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting baik yang bersifat subjektif maupun yang bersifat objektif. Sedangkan status gizi janin ditentukan antara status gizi ibu sebelum dan selama dalam kehamilan dan keadaan ini dipengaruhi oleh status gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan dan gizi ibu, paritas dan jarak kehamilan jika yang dikandung bukan merupakan anak yang pertama (Arisman, 2004, p.8).
19
Penilaian status gizi dapat dilaksanakan secara langsung dengan antropometri yaitu dengan menggunakan LILA (Supariasa, 2000,pp 48-51). 1) Lingkar Lengan Atas (LILA). a) Pengertian Pengukurann LILA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. b) Tujuan Beberapa tujuan pengukuran LILA adalah
mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah: (1) Mengetahui maupun risiko ibu, KEK untuk WUS, baik ibu wanita hamil yang
calon
menapis
mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR). (2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat
20
(3) Mengembangkan
gagasan
baru
di
kalangan
masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. (4) Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK. (5) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK. c) Ambang Batas Ambang Batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir
rendah (BBLR). BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak. d) Cara pengukuran LILA Pengukkuran LILA dilakukan melalui urut-urutan yang telah ditetapkan. Ada 7 urutan pengukuran LILA, Yaitu: (1) Tetapkan posisi bahu dan siku (2) Letakkan pita antara bahu dan siku (3) Tentukan titik tengah lengan (4) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan (5) Pita jangan terlalu ketat
21
(6) Pita jangan terlalu longgar (7) Cara pembacaan skala harus benar Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang dan kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaanya sudah tidak rata. e) Tindak lanjut pengukuran LILA Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan
yaitu kurang dari 23,5 cm dan lebih dari 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5 cm berarti risiko KEK dan anjuran atau tindakan yang perlu dilakukan adalah dengan makan cukup dengan pedoman umum gizi seimbang, hidup sehat, tunda kehamilan, bila hamil segera dirujuk sedini mungkin. Apabila hasil pengukuran >23,5 cm maka anjuran yang diberikan adalah pertahankan kondisi kesehatan, hidup sehat, bila hamil periksa kehamilan kepada petugas kesehatan
22
Dasa Wisma
Kelompok Masyarakat
Posyandu
Polindes / Pustu
Perusahaan
Lain-lain
< 23.5
< 23.5
Resiko KEK
Anjuran 1. Makan cukup, dengan pedoman umum gizi seimbang. 2. Hidup sehat 3. Tunda kehamilan 4. Bila Hamil segera dirujuk sedini mungkin. 2. Hidup sehat
Skema 2.4 Skema tindak lanjut pengukuran LILA Sumber: Supariasa, 2001
2. Berat badan lahir rendah a. Pengertian Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2,499 gram) (Saifudin, 2001, p.376). Istilah prematuritas telah diganti dengan berat badan lahir kurang dari 37 minggu. Berat badan lahir rendah dari semestinya sekalipun umur cukup atau karena kombinasi keduanya (Manuaba, 1998,).
23
b. Klasifikasi BBLR Bayi BBLR dibagi menjadi 2 golongan (Jitiwiyono, 2010, pp.78-79), yaitu: 1) Prematuritas Murni a) Berat badan kurang dari 2500 gram, PB 45 cm, Lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm. b) Masa gestasi kurang dari 37 minggu. c) Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin. d) Kepala lebih besar dari pada badan e) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan. f) Lemak sub kutan kurang g) Ubun-ubun dan sutura lebar h) Rambut tipis halus i) Tulang rawan dan daun telinga immatur j) Puting susu belum terbentuk dengan baik k) Pembuluh darah kulit belum terlihat, peristaltik usus dapat terlihat l) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki). m) Bayi masih posisi fetal n) Pergerakan kurang dan lemah o) Otot masih hipotonik
24
p) Banyak tidur, tangis lemah, pemafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnoe q) Reflek tonik neck lemah r) Reflek menghisap dan menelan belum sempurna 2) Dismaturitas Pre term: sama dengan bayi dengan prematuritas mumi. Post term: a) Kulit pucat, mekonium kering keriput, tipis b) Vernik caseosa tipis / tak ada. c) Jaringan lemak di bawah kulit kering. d) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat. e) Tali pusat berwarna kuning kehijauan c. Etiologi Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain (Jitowiyono, 2010,pp.76-77). 1) Faktoribu a) Penyakit (1) Toksemia gravidarum (2) Perdarahan antepartum (3) Trauma fisik dan psikologis (4) Nefritis akut
25
b) Usia ibu (1) Usia <16tahun (2) Usia >35tahun (3) Multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat c) Keadaan sosial (1) Golongan sosial ekonomi rendah (2) Perkawinan yang tidak syah d) Sebab lain (1) Ibu yang perokok (2) Ibu peminum alkohol (3) Ibu pecandu narkotik 2) Faktor janin a) Hidramnion b) Kehamilan ganda c) Kelainan kromoson 3) Faktor Lingkungan a) Tempat tinggal dataran tinggi b) Radiasi c) Zat-zat racun d) Karakteristik (keadaan yang dijumpai) d. Diagnosa BBLR menurut ditentukan dari sebelum bayi lahir dan selesai bayi lahir (Mochtar, 1998, pp.449-450).
26
1) Sebelum bayi lahir a) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir mati. b) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. c) Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak lanjut. d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya. e) Sering di jumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula disebut dengan hidramnion; hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia grafidarum atau perdarahan antepartum. 2) Setelah bayi lahir a) Bayi dengan reterdasi pertumbuhan intrauterin secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, vernik kaseosa sedikit atau tidak ada kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat. Abdomen cekung atau rata, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan berwama kehijauan. b) Bayi prematur yang labir sebelum kehamilan 37 minggu. Vernik kaseosa ada jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka,
27
abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni, dan kulit tipis, merah dan transparan. c) Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin. d) Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dan tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap gangguan
pernafasan, dan sebagainya. Pada bayi kecil ( small for date ) alat-alat dalam tubuh lebih berkembang dibandingkan dengan bayi premature berat badan sama, karena itu akan lebih mudah hidup diluar rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan bayi matur dengan berat badan normal. e. Perawatan bayi BBLR (Mochtar, 1998, p.450). Yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan siap sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi prematur makin pendek masa kehamilan, makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi, dan makin tinggi angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan pernafasan, nifeksi, cacat bawaan, dan trauma pada otak. 1) Pengaturan suhu lingkungan Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur: bayi berat badan dibawah 2 kg 35 C, bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 kg 34C.
28
Suhu inkubator diturunkan 1C setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24-27C. 2) Makanan bayi berat lahir rendah. Umumnya bayi prematur belum sempurna refleks mengisap dan batuknya, kapasitas lambung masih kecil, dan daya enzim pencemaan, terutama lipase, masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet sedikit-sedikit. Sedangkan pada bayi small for date sebaliknya kelihatan seperti orang kelaparan, rakus minum dan makan. Yang harus diperhatikan adalah terhadap kemungkinan terjadinya pnemonia aspirasi. f. Prognosis BBLR Kematian perinatal pada bayi berat lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pnemonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah dan gangguan lainnya (Mochtar, 1998,p.450-452). g. Pengamatan lanjut Bila bayi berat lahir rendah ini dapat mengatasi problematika yang dideritanya, maka perlu diamati selanjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran,
29
penglihatan, kognitif, fungsi motor susunan saraf pusat, dan penyakitpenyakit seperti hidrosefalus, cerebal palsy dan sebagainya
(Wiknjosastro, 2002).
B. Kerangka Teori
Faktor Ibu 1) Status sosial ekonomi 2) Status gizi dan kesehatan 3) Jarak kelahiran 4) Paritas 5) Usia hamil Pertama
Faktor janin 1) Hidramnion 2) Kehamilan ganda 3) Kelainan kromoson Faktor Lingkungan 1) Tempat tinggal dataran tinggi 2) Radiasi 3) Zat-zat racun 4) Karakteristik (keadaan yang dijumpai) BBLR
30
Kejadian BBLR
D. Hipotesis penelitian Pernyataan Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan antara status gizi ibu hamil dengan kejadian BBLR