Anda di halaman 1dari 79

KONSEP DASAR MEDIK 1.

Definisi Diare adalah satu dari gejala yang lebih sering terjadi pada anak yang mengganggu motilitas usus dan mengganggu absorbsi air dan elektrolit serta mempercepat ekskresi dari isi usus yaitu dengan buang air besar yang frekuensinya dan bertambah (Scipien Chard Hawe Barnard, 1993). Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi faeses encer, dapat berwarna hijau, dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiah, 1997). Diare adalah suatu keadaan atau masalah yang biasanya terjadi pada anak yang dapat terjadi secara akut dan kronik, dengan buang air besar yang sering dan dapat lebih cepat menjadi dehidrasi. (Janeball dan Ruth Bindler, 1995).

2. Anatomi Fisiologi Lambung terletak dari kiri ke kanan menyilang di bawah diafragma. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus uterian, corpus dan antrum, pilorikum/pylorus. Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor dan bagian kiri bawah lambung terdapat kurvatura mayor. Spincter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Spincter cardiac atau spincter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk ke dalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esophagus kembali. Lambung terdiri dari 4 lapisan. Tunika serosa atau lapisan luar merupakan bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan peritoneum viseralis menyatu pada kurvatura minor lambung dan lambung terus memanjang ke arah hati membentuk omentum minus. Fungsi lambung terdiri dari: menampung makanan, menghancurkan. Getah cerna lambung dihasilkan oleh: 1. Pepsin, fungsinya : memecah putih telur menjadi asam amino. 2. HCl, fungsinya : mengasamkan makanan, antiseptik, desinfektan. 3. Renin, fungsinya : sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari karsinogen.

Usus Halus (Intestinum Minor)

Usus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Usus halus dibagi menjadi: duodenum, yeyunum, dan ileum. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pylorus sampai yeyunum. Yeyunum dan ileum panjangnya masing-masing sekitar 3 meter. Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar, yang paling luar atau lapisan serosa dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan viseral dan parietal, ruang yang terletak di antara lapisan-lapisan ini dinamakan rongga peritoneum, otot yang meliputi usus halus mempunyai 2 lapisan : 1. Lapisan luar terdiri atas: serabut longitudinal yang telah tipis. 2. Lapisan dalam terdiri atas: serabut-serabut sirkuler yang membantu gerakan peristaltik usus. Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan disampaikan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus anterikus). Dua hormon penting dalam pengaturan pencernaan usus, lemak yang bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan kandung empedu yang dirantai oleh kerja kolesistokinin. Fungsi usus halus: 1. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap oleh kapiler-kapiler dan saluransaluran limfe. 2. Menyerap protein dalam bentuk asam amino. 3. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida. Fungsi usus besar: 1. Menyerap air dan makanan. 2. Tempat tinggal bakteri koli. 3. Tempat faeces.

3. Etiologi Dapat dibagi beberapa faktor, yaitu: a) Infeksi : Virus (Ratovirus, Adenovirus, Norwalk)

Bakteri (Shigelia, Salmonella, E. Coli, Vibrio) Parasit (Protozoa, E. Histolitica, G. Lamblia, Balantidium Coli, Cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongilucdes).

b) Malabsorbsi : Karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak dan protein. c) Makanan : makanan basi, beracun, alergi atau protein.

d) Imunodefisiensi e) Psikologis : rasa takut dan cemas.

4. Patofisiologi

5. Tanda dan Gejala

1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang. 2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata. 3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. 4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat. 5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan. 6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik. 7. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).

8. Test Diagnostik a. c. Pemeriksaan tinja Makroscopis dan microscopis PH dan kadar gula dalam tinja kental lakmus dan tablet clinitest bila diduga terdapat intoleransi gula. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

b. Pemeriksaan darah Darah perifer lengkap dan elektrolit terutama Na, K, Ca Darah serum pada diare. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal

d. Pemeriksaan analisa gas darah. 9. Therapy a. Pemberian cairan (rehidrasi) Contoh : Ringer Lactat (RL) NaCl

b. Pemberian makanan (bubur) c. Obat-obatan Obat anti sekresi Obat anti diare Antibiotika Obat anti spasmolitik.

d. Istirahat e. Diet.

10. Komplikasi a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)

b. Renjatan hipovolemik c. hipokalemia

d. Hipoglikemia e. f. Kejang Malnutrisi energi protein

g. Sepsis.

BAB I PENDAHULUAN Penyakit diare adalah penyebab utama morbiditas dan kematian anak di negara berkembang, dan penyebab penting kekurangan gizi. Pada tahun 2003 diperkirakan 1.87 juta anak-anak di bawah 5 tahun meninggal karena diare. Delapan dari 10 kematian ini terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan. Rata-rata, anak-anak di bawah usia 3 tahun pada negara-negara berkembang mengalami tiga episode diare setiap tahun. Diare yang terjadi pada banyak negara, termasuk kolera, juga merupakan penyebab penting morbiditas di antara anak-anak dan orang dewasa. (1)

Banyak kematian diare disebabkan oleh dehidrasi. Sebuah perkembangan penting telah menemukan bahwa dehidrasi akibat diare akut dari setiap etiologi dan pada usia berapa pun, kecuali bila parah, dapat dengan aman dan secara efektif diobati dengan metode sederhana oral rehidrasi menggunakan cairan tunggal pada lebih dari 90% kasus. Glukosa dan beberapa campuran garam yang dikenal sebagai Garam Rehidrasi Oral (Oral Rehidration Salts (ORS) atau oralit) yang dilarutkan dalam air untuk membentuk larutan ORS atau oralit. Larutan ORS diserap di usus kecil bahkan selama terjadi diare yang berlebihan, sehingga menggantikan air dan elektrolit hilang yang dalam tinja. Larutan ORS dan cairan lain juga dapat digunakan sebagai perawatan di rumah untuk mencegah dehidrasi. Setelah penelitian selama 20 tahun, telah dilakukan perkembangan dari larutan ORS. Disebut larutan ORS osmolaritas rendah, larutan ORS baru ini sebanyak 33% mengurangi kebutuhan tambahan terapi cairan IV setelah rehidrasi awal bila dibandingkan dengan standar larutan ORS WHO sebelumnya. Larutan oralit baru juga mengurangi insiden muntah sebanyak 30% dan volume diare sebesar 20%. Larutan ORS osmolaritas rendah baru ini, mengandung 75 mEq / l natrium dan 75 mmol / l glukosa, dan sekarang perumusan ORS ini secara resmi direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF. Dalam dokumen yang direvisi ini, ketika ORS / ORT disebutkan, artinya mengacu pada larutan ORS osmolaritas rendah baru ini. (1) Unsur penting dalam pengelolaan anak dengan diare adalah penyediaan terapi rehidrasi oral dan terus menyusui, dan penggunaan antimikroba hanya untuk anak dengan diare berdarah, kasus kolera yang parah, atau infeksi non-usus serius. Para pengasuh anak-anak yang masih muda juga harus diajarkan tentang praktek-praktek cara pemberian makanan dan kebersihan yang dapat mengurangi morbiditas diare. (1) Pedoman penatalaksanaan diare di Indonesia saat ini merujuk pada pedoman penatalaklaksanaan diare yang dikeluarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) pada tahun 1999. Sedangkan World Health Organization (WHO) telah mengeluarkan pedoman penatalaksanaan diare terbaru pada tahun 2005. Pada referat ini akan dikemukakan perbedaan-perbedaan antara kedua pedoman penatalaksanaan diare tersebut. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI Diare ialah buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari biasanya, 3 kali per hari, dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu.(2) Diare adalah buang air besar yang sering dan cair, biasanya paling tidak tiga kali dalam 24 jam. Namun, lebih penting konsistensi tinja daripada daripada jumlah. Seringkali, buang air besar yang berbentuk bukanlah diare. Hanya bayi yang diberi ASI sering buang air besar, buang air besar yang "pucat" juga bukan diare.(1). 2.1.1 Jenis-Jenis Diare Diare terdiri dari beberapa jenis yang dibagi secara klinis, yaitu : (1) a. Diare cair akut (termasuk kolera), berlangsung selama beberapa jam atau hari. mempunyai bahaya utama yaitu dehidrasi dan penurunan berat badan juga dapat terjadi jika makan tidak dilanjutkan. b. Diare akut berdarah, yang juga disebut disentri, mempunyai bahaya utama yaitu kerusakan mukosa usus,sepsis dan gizi buruk, mempunyai komplikasi seperti dehidrasi. c. Diare persisten, yang berlangsung selama 14 hari atau lebih, bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non-usus serius dan dehidrasi. d. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) mempunyai bahaya utama adalah infeksi sistemik yang parah, dehidrasi, gagal jantung dan kekurangan vitamin dan mineral. 2.1.2 Dehidrasi Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.(3) Volume cairan yang hilang melalui tinja dalam 24 jam dapat bervariasi dari 5 ml / kg (dekat normal) sampai 200 ml/kg, atau lebih. Konsentrasi dan jumlah elektrolit yang hilang juga

bervariasi. Total defisit natrium tubuh pada anak-anakdengan dehidrasi berat akibat diare biasanya sekitar 70-110 milimol per liter air defisit. Hilangnya kalium dan klorida berada dalam kisaran yang sama. Defisit sebesar ini dapat terjadi pada diare akut dengan etiologi apapun. Penyebab dehidrasi paling umum adalah rotavirus, enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) dan, selama epidemi, Vibrio cholerae.(1) 2.1.3 Malnutrisi Anak-anak yang meninggal saat diare, biasanya dapat disebabkan juga kekurangan gizi dan sering berat, meskipun telah dilakukan manajemen yang baik pada dehidrasinya. (1) Selama diare terjadi berkurangnya asupan makanan, penurunan penyerapan gizi, dan peningkatan kebutuhan gizi sering bergabung menyebabkan penurunan berat badan dan gagalnya pertumbuhan, anak dengan status gizi buruk sebelumnya menjadi dibuat menjadi lebih buruk lagi. Malnutrisi memberikan kontribusi terjadi diare yang lebih parah, berkepanjangan, dan mungkin lebih sering pada anak-anak dengan kurang gizi. Lingkaran setan ini dapat dipecah oleh: (1) Terus untuk memberikan makanan yang kaya gizi selama dan setelah diare Memberikan makanan bergizi, cocok untuk usia anak, ketika anak baik. 2.1.4 Suplemen Zinc Kekurangan Zinc banyak terjadi pada anak-anak di negara berkembang dan muncul di sebagian besar Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah dan Asia Selatan. Zinc diketahui mempunyai peran penting pada enzim metalloproteinase, poliribosom, dan membran sel, dan fungsi seluler,yang jga dipercaya memainkan peran sentral dalam pertumbuhan seluler dan fungsi sistem imun. Walaupun teori dasar tentang potensi zinc dipostulasikan untuk beberapa waktu,dan meyakinkan bukti pada kesehatan anak yang hanya meyakinkan bukti tentang arti penting zinc pada kesehatan anak yang diteliti baru-baru ini, dari percobaan-percobaan kontrol acak suplementasi zinc.Banyak studi telah menunjukkan suplementasi zinc (10-20 mg/hari sampai diare berhenti)mengurangi keparahan dan durasi dari anak diare dibawah usia 5(lima) tahun secara signifikan. Studi tambahan menunjukkan dengan pemberian zinc jangka pendek (10-20 mg/hari untuk 10-14 hari) mengurangi kejadian diare untuk 2-3 bulan ke depan.

Berdasarkan studi ini, saat ini dianjurkan pemberian suplemen zinc diberikan 10-20mg/hari selama 10-14 hari. (1) 2.2 DIAGNOSIS 2.2.1 Anamnesis Bertanya kepada ibu atau pengasuh anaknya tentang: Adanya darah dalam tinja Durasi diare Jumlah kotoran berair per hari Jumlah episode muntah Adanya demam, batuk, atau masalah-masalah penting lainnya (misalnya kejang-kejang, barubaru ini campak) Jenis dan jumlah cairan (termasuk ASI) dan makanan yang diberikan selama sakit Obat atau solusi lainnya yang diambil Riwayat imunisasi 2.2.2 Pemeriksaan Fisik Pertama, periksa tanda-tanda dan gejala dehidrasi. Cari tanda-tanda berikut: Kondisi Umum: adalah anak waspada; gelisah atau pemarah; lesu atau tidak sadar? Mata Apakah normal atau cekung? Ketika air atau larutan oralit ditawarkan untuk minum, apakah diambil atau dinolak, diambil dengan penuh semangat, atau anak tidak bisa minum karena kelesuan atau koma? Rasakan anak untuk menilai: o Turgor kulit. Ketika kulit di atas perut dicubit dan dilepaskan, segera merata, perlahan-lahan, atau sangat lambat (lebih dari 2 detik)? Kemudian, periksalah tanda-tanda masalah penting lainnya. Cari tanda-tanda ini: Apakah tinja anak mengandung darah merah?

Apakah anak kekurangan gizi? Buka seluruh pakaian bagian atas anak untuk melihat bahu, lengan, bokong dan paha, untuk bukti dari tanda berkurangnya otot (marasmus). Cari juga untuk edema pada kaki, jika ada disertai pengurangan otot, artinya anak menderita gizi buruk. Jika memungkinkan, nilai berat badan anak-untuk-umur, dengan menggunakan grafik pertumbuhan, atau berat badan-untuk-panjang. Atau, mengukur lingkar lengan pertengahan. Apakah anak batuk? Jika demikian, hitung jumlah pernapasan untuk menentukan apakah pernafasannya cepat dan mencari tidak simetris. Periksa suhu anak: o Demam dapat disebabkan oleh dehidrasi parah, atau oleh infeksi non usus seperti malaria atau pneumonia. (1) 2.2.3 Derajat Dehidrasi Penilaian 1. Lihat : Keadaan Umum Mata Rasa Haus Normal Minum biasa tidak haus 2. Periksa turgor kulit 3. Derajat dehidrasi Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Bila ada 1 tanda * ditambah 1 bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain 4. Terapi Rencana terapi A Tabel 2.1 Cara menilai derajat dehidrasi (1) Rencana terapi B Rencana terapi C atau lebih tanda lain Dehidrasi berat Kembali cepat * Kembali lambat Cekung Sangat cekung dan kering * Haus, ingin minum banyak * Malas minum atau tidak bisa minum * Kembali sangat lambat A Baik, sadar * Gelisah B C * Lesu, lunglai atau tidak sadar

Derajat dehidrasi dinilai sesuai dengan tanda dan gejala yang mencerminkan jumlah cairan yang hilang:(1) Pada tahap awal dehidrasi, tidak ada tanda-tanda atau gejala. Sesuai dehidrasi yang meningkat, tanda-tanda dan gejala berkembang. Awalnya termasuk: rasa haus, gelisah atau perilaku pemarah, turgor kulit menurun, mata cekung, dan Fontanel cekung (pada bayi). Pada dehidrasi berat, efek ini menjadi lebih jelas dan berkembang menjadi tanda-tanda syok hipovolemik, termasuk: hilang kesadaran, kurangnya urin, lembab dingin ekstremitas, denyut nadi yang cepat dan lemah denyut (nadi a. radialis mungkin tidak terdeteksi), rendah atau tidak terdeteksinya tekanan darah, dan Sianosis perifer. Dapat terjadi kematian yang cepat jika tidak dimulai rehidrasi dengan cepat. (1) Kekurangan cairan pada anak dapat diperkirakan sebagai berikut : Pengukuran Kekurangan Cairan (%) Berat Badan Tidak Dehidrasi Diare Sedang Diare Berat <5% 5-10% >10% Kekurangan Cairan dalam ml/Kg Berat Badan <50> 50-100 ml/kg >100 ml/kg

Tabel 2.2 Hubungan Derajat Dehidrasi Dengan Perkiraan Jumlah Cairan yang Hilang(1) 2.2.4 Diagnosis Masalah Penting Lainnya Mendiagnosis disentri: jika tinja mengandung darah merah atau ibu mengatakan dia melihat darah. (1) Mendiagnosis diare persisten: jika diare mulai setidaknya 14 hari yang lalu (dan setiap periode tanpa diare telah tidak melebihi dua hari). (1) Mendiagnosis gizi buruk: jika berat badan-untuk-panjang, atau berat badan-untuk-umur, dengan menggunakan berat badan anak setelah rehidrasi, menunjukkan kekurangan gizi sedang atau berat, atau ada edema dengan membuang-buang otot atau anak telah jelas marasmus. (1)

Mendiagnosis serius usus non-infeksi: berbasis, misalnya, pada tanda-tanda pneumonia atau sepsis; di daerah dengan falciparum malaria, demam atau riwayat demam baru-baru ini cukup untuk menjadikan pasien tersangka dan diobati malaria. Jika dicurigai sepsis atau meningitis, anak harus dirujuk ke rumah sakit. (1) 2.3 PENATALAKSANAAN DIARE AKUT (TANPA DARAH) Tujuan daripada pengobatan diare akut secara objektif ialah :(1) Mencegah dehidrasi, jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi Mengobati dehidrasi, jika ada Mencegah kerusakan nutrisi, dengan memberi makanan selama dan setelah dehidrasi,dan mengurangi durasi dan keparahan diare, dan timbulnya pada episode mendatang, dengan memberikan suplemen zinc. 2.3.1 Rencana Terapi A : Terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi memerlukan tambahan cairan dan garam untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare. Jika ini tidak diberikan, tanda-tanda dehidrasi dapat terjadi. (1) Ibu harus diajarkan cara untuk mencegah dehidrasi di rumah dengan memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, bagaimana mencegah kekurangan gizi dengan terus memberi makan anak, dan mengapa tindakan-tindakan ini penting. Mereka harus juga tahu apa tanda-tanda menunjukkan bahwa anak harus dibawa ke petugas kesehatan. Langkah-langkah tersebut dirangkum dalam empat aturan Rencana Terapi A. (1) Aturan 1 : Memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, untuk mencegah dehidrasi Cairan yang diberikan adalah cairan yang mengandung garam (oralit), dapat juga diberikan air bersih yang matang. (1)

Komposisi larutan oralit baru : Natrium klorida 2,6 gram/liter Glukosa 13,5 gram/liter Kalium klorida 1,5 gram/liter Trisodium sitrat 2,9 gram/liter Komposisi larutan oralit lama : Natrium klorida 3,5 gram/liter Glukosa 20 gram/liter Kalium klorida 1,5 gram/liter Trisodium sitrat 2,55 gram/liter Dengan menurunkan osmolaritas dengan mengurangi konsentrasi glukosa dan garam (NaCl) dimaksudkan untuk menghindari hipertonisitas cairan selama absorpsi cairan oralit. (1) Cairan yang mengandung garam, seperti oralit, minuman asin (seperti minuman youghert), atau sayuran dan sup ayam dengan garam. Ajari ibu untuk memasukan garam (kurang lebih 3g/L) pada minuman yang tidak bergaram (seperti air matang, air teh, jus buah-buahan yang tidak diberi gula) atau sup selama diare. (1) Larutan oralit yang dapat dibuat dirumah mengandung 3g/L garam dapur (1 sendok teh penuh garam) dan 18g/L dari gula dapur (sukrosa) sangat efektif namun tidak dianjurkan karena seringkali lupa resepnya. Minuman yang tidak boleh diberikan ialah minuman bersoda, teh manis, jus buah-buahan yang manis. Minuman tersebut dapat menyebabkan diare osmotik dan hipernatremia. Sedangkan kopi tidak boleh diberikan karena bersifat diuretik. (1) Umur (tahun) Jumlah Cairan Yang Harus Diberikan <> 2-10 > 10 50-100 ml cairan 100-200 ml > 200 atau sebanyak yang mereka mau

Tabel 2.3 Jumlah Cairan yang Harus Diberi Sesuai Umur Menurut WHO 2005 Ada sedikit perbedaan dalam jumlah cairan yang harus diberikan dengan pedoman yang lama yaitu: Tabel 2.4 Jumlah Cairan yang Harus Diberi Sesuai Umur Menurut Depkes RI 1999 (2) Aturan 2 : Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap hari selama 10 -14 hari Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana formulasinya tersedia dan terjangkau. Dengan memberikan zinc segera setelah mulai diare, durasi dan tingkat keparahan episode serta risiko dehidrasi akan berkurang. Dengan pemberian zinc selama 10 sampai 14 hari, zinc yang hilang selama diare diganti sepenuhnya dan risiko anak memiliki episode baru diare dalam 2 sampai 3 bulan ke depan dapat berkurang. (1) Pada pedoman penatalaksanaan diare sebelumnya tidak ada anjuran untuk memberikan zinc, namun pada pedoman penatalaksanaan diare WHO 2005 ada anjuran seperti ini. Aturan 3 yaitu berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi Diet bayi yang biasanya harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan setelahnya. Makanan tidak boleh ditahan dan makanan anak yang biasa tidak boleh diencerkan. pemberian ASI harus dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk memberikan makanan yang kaya nutrisipada anak. Sebagian besar anak-anak dengan diare cair mendapatkan kembali nafsu makan mereka setelah dehidrasi diperbaiki, sedangkan orang-orang dengan diare berdarah seringkali nafsu makan tetap buruk sampai penyakitnya sembuh. Anak-anak ini harus didorong untuk mau makan secara normal sesegera mungkin.(1) Ketika makanan diberikan, gizi yang cukup biasanya diserap untuk mendukung pertumbuhan dan pertambahan berat badan. Makan juga mempercepat pemulihan fungsi usus normal, termasuk kemampuan untuk mencerna dan menyerap berbagai nutrisi. Sebaliknya, pada anak-anak yang dibatasi makannya dan makanan yang diencerkan dapat menurunkan berat badan, menyebabkan diare lebih lama dan lebih lambat memulihkan fungsi usus. (1)

Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama dengan yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat. (1) o Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui sesering dan selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya dan ini harus didukung. (1) o Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu formula) sekurangkurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir. (1) o Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus diberikan ASI lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya pasokan ASI, makanan lain harus diturunkan. (1) Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus diberi sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan makanan tersebut belum diberikan, maka harus dimulai selama episode diare atau segera setelah diare berhenti. Daging, ikan atau telur harus diberikan, jika tersedia. Makanan kaya akan kalium, seperti pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan bermanfaat. (1) Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari). Makan porsi kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah diare berhenti, dapat terus memberi makanan dengan energi yang sama dan membrikan satu lagi makan tambahan daripada biasanya setiap hari selama setidaknya dua minggu. Jika anak kekurangan gizi, makanan tambahan harus diberikan sampai anak telah kembali berat badan normal-untuk-height.
(1)

Aturan 4 Bawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda dehidrasi atau masalah lainnya Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak: Buang air besar cair sering terjadi Muntah berulang-ulang Sangat haus

Makan atau minum sedikit Demam Tinja Berdarah Anak tidak membaik dalam tiga hari. Pedoman diare yang sebelumnya hanya mempunyai 3 aturan saja. Namun WHO 2005 menambahkan pemberian zinc pada rencana terapi A ini. 2.3.2 Rencana Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan dehidrasi ringansedang Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk menentukan jumlah larutan yang tepat. Jumlah larutan ditentukan dari berat badan (Kg) dikalikan 75 ml. Jika berat badan anak tidak diketahui maka penentuan jumlah cairan ditentukan berdasarkan usia anak. Seperti yang terlihat pada tabel 2.5. Jumlah Cairan yang Harus Diberikan Dalam 4 Jam Pertama Usiaa <> 4 11 bulan Berat Badan Jumlah (ml)
a

12 23 bulan 8-10.9 kg

24 tahun 11-15.9kg

5 14 tahun 16-29.9kg

> 15 tahun

<>

57.9 kg

> 30 kg

200-400

400-600

600-800

800-1200

1200-2200

2200-4000

Digunakan apabila tidak diketahui berat badan pasien

Tabel 2.5 Pedoman Pengobatan Dehidrasi Pada Anak dan Dewasa dengan Dehidrasi Sedang(1) Jika pasien menginginkan lebih banyak oralit, maka dapat diberikan. Dorong ibu untuk terus menyusui anaknya. Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak menyusui, jika menggunakan larutan oralit WHO yang lama yang mengandung 90 mmol / L natrium, juga memberi 100-200ml air bersih selama

periode ini. Namun, jika menggunakan larutan oralit osmolaritas rendah yang baru mengandung 75mmol / L natrium, hal ini tidak perlu menambah air bersih. (1) Edema (bengkak) kelopak mata adalah tanda dari over-hidrasi. Jika hal ini terjadi, hentikan penggunaan oralit, tapi dapat diberi ASI atau air putih, dan makanan. Jangan beri diuretik. Bila edema telah hilang, lanjutkan pemberian oralit atau cairan rumah sesuai dengan Rencana Terapi A. (1) Keluaraga harus diajarkan cara memberikan larutan oralit. Larutan dapat diberikan pada anak-anak menggunakan sendok atau cangkir. Botol minum tidak boleh digunakan. Untuk bayi dapat digunakan pipet atau syringe. Untuk anak <>(1) Jika tanda-tanda dehidrasi parah telah muncul, terapi intravena (IV) harus dimulai sesuai Rencana Terapi C. (1) Jika anak masih memiliki tanda-tanda yang menunjukkan dehidrasi beberapa, teruskan terapi rehidrasi oral dengan mengulangi Rencana Terapi B. Pada saat yang sama dimulai pemberian makanan, susu dan cairan lain, seperti yang dijelaskan dalam Rencana Terapi A, dan terus menilai kembali anak. (1) Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, harus dipertimbangkan rehidrasi telah lengkap. Bila rehidrasi adalah lengkap: Turgor kulit normal Tidak haus Urin Anak menjadi tenang, tidak lagi mudah marah dan seringkali tertidur. Ajarkan ibu cara untuk merawat anaknya di rumah dengan larutan oralit dan makanan seperti pada Rencana Terapi A.(1) Dengan larutan oralit yang sebelumnya, tanda dehidrasi dapat menetap atau muncul kembali selama pemberian oralit pada 5% anak-anak. Namun dengan larutan oralit osmolaritas

rendah yang baru, diperkirakan kegagalan pengobatan sebelumnya dapat berkurang menjadi 3%, atau kurang. (1) Penyebab kegagalan tersering ialah: Intake larutan oralit yang kurang (lebih dari 15-20 ml/kg/jam), seperti yang terjadi pada beberapa anak-anak dengan kolera Tidak cukup asupan larutan oralit karena kelelahan atau kelesuan Sering terjadi muntah-muntah yang parah. (1) Anak-anak tersebut harus diberikan larutan oralit dengan selang nasogastric (NG) atau larutan Ringer laktat intravena (IV) (75 ml/kg/4jam), biasanya dilakukan di rumah sakit. (1) Mulailah untuk memberikan tambahan zinc, seperti dalam Rencana terapi A, segera setelah anak dapat makan setelah 4 jam pertama periode rehidrasi. (1) Kecuali untuk ASI, makanan tidak boleh diberikan selama empat jam pertama periode rehidrasi. Namun, anak-anak yang terus dalam Rencana Terapi B lebih dari empat jam harus diberikan makanan setiap 3-4 jam seperti yang dijelaskan dalam Rencana terapi A. Semua anak yang lebih tua dari 6 bulan harus diberikan makanan sebelum pulang. Ini membantu untuk menekankan kepada para ibu pentingnya terus makan selama diare. (1) Perbedaan dari rencana terapi B antara WHO tahun 2005 dan Depkes RI 1999 ialah adanya penambahan zinc pada terapi diare menurut WHO 2005 dan adanya perbedaan untuk menentukan jumlah cairan rehidrasi yang ditentukan berdasarkan usia. Pedoman yang dipakai Depkes RI 1999 ialah : Tabel 2.6 Pedoman Pengobatan Dehidrasi Pada Anak dan Dewasa dengan Dehidrasi Sedang berdasarkan Depkes RI 1999(2) 2.3.3 Rencana Terapi C : untuk Pasien dengan Dehidrasi Berat

Pengobatan bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah rehidrasi intravena cepat, mengikuti Rencana Terapi C. Jika mungkin, anak harus dirawat di rumah sakit. Panduan untuk rehidrasi intravena diberikan dalam tabel 2.7. (1) Anak-anak yang masih dapat minum, walaupun buruk, harus diberikan oralit secara peroral sampai infus berjalan. Selain itu, ketika anak dapat minum tanpa kesulitan, semua anak harus mulai menerima larutan oralit (sekitar 5 ml/kg/jam), yang biasanya dalam waktu 3-4 jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk pasien yang lebih tua). Ini memberikan tambahan dasar dan potasium, yang mungkin tidak dapat secara memadai disediakan oleh cairan infus. Mulai diberi cairan i.v segera. Bila pasien dapat minum berikan oralit sampai cairan i.v dimulai. Berikan 100 ml/Kg cairan Ringer Laktat (atau cairan normal salin bila ringer laktat tidak tersedia) yang dibagi sebagai berikut: Tabel 2.7 Jumlah pemberian cairan secara intravena pada pasien dehidrasi berat(1) Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba. Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam .Bila rehidrasi belum tercapai pencepat tetesan intravena. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita mengunakan Tabel Pernilaian Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B atau C ) untuk melanjutkan terapi.
(1)

Pasien harus dinilai ulang setiap 15-30 menit sampai denyut a. radialis teraba kuat. Setelah itu, pasien harus dinilai ulang setidaknya setiap 1 (satu) jam untuk memastikan bahwa hidrasi membaik. Jika tidak, maka infus harus diberikan lebih cepat. Lihat dan rasakan untuk semua tanda-tanda dehidrasi: o Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV seperti yang diuraikan dalam Rencana terapi C. o Jika anak membaik (dapat minum), tetapi masih menunjukkan tanda-tanda dari dehidrasi sedang, hentikan infus IV dan berikan larutan oralit selama empat jam, sebagaimana ditetapkan dalam Rencana terapi B.

o Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana terapi A. Ingatlah bahwa anak membutuhkan terapi dengan larutan oralit sampai diare berhenti. (1) Jika fasilitas terapi IV tidak tersedia, tetapi dapat diberikan dalam jangka waktu dekat (yaitu dalam waktu 30 menit), kirimlah anak untuk pengobatan IV segera. Jika anak dapat minum, berikan ibu beberapa larutan oralit dan tunjukkan kepadanya cara untuk memberikannya kepada anaknya selama perjalanan. (1) Jika terapi IV tidak tersedia di dekatnya, petugas kesehatan yang telah dilatih dapat memberikan larutan oralit menggunakan selang Naso Gastrik, dengan kecepatan 20 ml/kg BB /jam selama 6 (enam) jam (total 120 ml/kg BB). Jika perut menjadi bengkak, larutan oralit harus diberikan perlahan-lahan sampai menjadi kurang buncit. (1) Jika tidak bisa menggunakan selang NGT namun anak dapat minum, larutan oralit harus diberikan melalui mulut dengan kecepatan 20 ml/kg BB/jam selama 6 (enam) jam (total 120 ml / kg berat badan). Jika terlalu cepat, anak dapat muntah berulang. Jika terjadi hal ini, maka memberikan larutan oralit secara lebih lambat sampai muntah mereda. (1) Anak-anak menerima terapi NGT atau per oral harus dinilai ulang paling sedikit setiap jam. Jika tanda-tanda dehidrasi tidak membaik setelah tiga jam, anak harus segera dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV tersedia. (1) Kalau tidak, jika rehidrasi maju memuaskan, anak harus dinilai ulang setelah enam jam dan keputusan pada perawatan lebih lanjut dibuat seperti yang dijelaskan di atas untuk terapi IV yang diberikan. (1) Jika tidak ada fasilitas NGT dan tidak dapat dilakukan secara peroral, anak harus segera dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV atau NGT tersedia. (1) Pada rencana terapi C tidak ada perbedaan antara WHO 2005 dengan pedoman penatalaksanaan diare di Indonesia saat ini. 2.3.4 Gangguan Elektrolit

2.3.4.1 Hipernatremia Beberapa anak diare terjadi dehidrasi hipernatraemia, terutama ketika diberi minuman yang hipertonik karena mengandung gula yang berlebihan (misalnya minuman ringan) atau garam. Ini menarik air dari jaringan dan darah anak ke dalam usus, menyebabkan konsentrasi natrium dalam cairan ekstra-selular meningkat. Jika zat terlarut dalam minuman ini tidak sepenuhnya terserap, air tetap berada dalam usus, dan menyebabkan diare osmotik. (1) 2.3.4.2 Hiponatremia Anak-anak diare yang kebanyakan minum air, atau air minum yang mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremia (Na serum <130>(1) 2.3.4.3 Hipokalemia Penggantian yang inadekuat dari kehilangan kalium selama diare dapat menyebabkan berkurangnya kalium dan hipokalemia (serum K + <3>(1) 2.4 PENATALAKSANAAN PASIEN TERSANGKA KOLERA Kolera dibedakan dengan diare akut penyebab lain dalam tiga cara: Terjadi dalam wabah besar yang melibatkan anak-anak dan orang dewasa Diare cair yang banyak, dengan cepat mengarah ke dehidrasi berat dengan syok hipovolemik Untuk kasus-kasus dehidrasi berat antibiotik yang tepat dapat mempersingkat durasi penyakit.
(1)

Pengobatan awal dehidrasi dari kolera mengikuti rencana terapi dehidrasi seperti yang sudah dijelaskan. Untuk pasien dengan dehidrasi berat dan shock, infus intravena harus diberikan segera untuk memulihkan volume darah, dan perbaikan dinilai dari tekanan darah yang normal dan denyut nadi radial yang kuat. (1)

Biasanya, orang dewasa dengan berat 50 kg dan dengan dehidrasi berat akan memiliki defisit cairan kira-kira 5 (lima) liter. Dari jumlah ini, 2 (dua) liter harus diberikan dalam waktu 30 menit, dan sisanya dalam waktu tiga jam. (1) Dengan kolera, dibutuhkan oralit dalam jumlah besar yang diperlukan untuk mengganti kehilangan akibat diare setelah dehidrasi dikoreksi. Jumlah kehilangan cairan melalui diare sangat banyak dalam 24 jam pertama, pada pasien dengan dehidrasi berat. Selama periode ini, rata-rata kebutuhan cairan pasien sepertiadalah 200 ml/kgBB, tapi beberapa memerlukan 350 ml/kg atau lebih. Pada pasien yang berkelanjutan diarenya biasanya membutuhkan terapi pemeliharaan intravena menggunakan larutan Ringer laktat dengan menambahkan kalium klorida. Tambahan kalium juga dapat diberikan bersamaan dengan oralit segera setelah pasien dapat minum. (1) Setelah rehidrasi, pasien harus dinilai ulang untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi sekurang-kurangnya setiap 1-2 jam, dan dilakukan lebih sering jika diare terjadi terus-menerus dan banyak. Jika tanda-tanda dehidrasi muncul kembali, larutan oralit harus diberikan lebih cepat. Jika pasien menjadi lelah, sering muntah atau distensi perut, larutan oralit harus dihentikan dan rehidrasi harus diberikan secara IV menggunakan larutan Ringer laktat (50 ml/kg dalam tiga jam), dengan menambahkan kalium klorida. (1) Semua kasus dugaan kolera dengan dehidrasi berat harus diberi antimikroba oral yang efektif untuk Vibrio cholerae di daerah (Tabel 2.8). Hal ini dapat mengurangi volume total kehilangan cairan, menyebabkan diare berhenti dalam waktu 48 jam. Dosis pertama harus diberikan segera setelah muntah berhenti, yang biasanya 4-6 jam setelah memulai terapi rehidrasi. (1) Penatalaksanaan diare yang disebabkan Vibrio cholerae hampir sama dalam pemberian antibiotik pilihan namun ada perbedaan dimana cotrimosazol tidak lagi digunakan pada pedoman yang baru, dan digantikan oleh eritromycin. (4) 2.5 PENATALAKSANAAN DIARE AKUT BERDARAH

Selain itu, mereka harus dirawat selama tiga hari dengan ciprofloxacin, atau selama lima hari dengan antimikroba oral lainnya yang sensitif terhadap Shigella. Hal ini karena Shigella menyebabkan episode diare berdarah pada anak-anak, dan hampir semua episode parah. Sangat penting menentukan sensitivitas strain lokal Shigella, karena sering terjadi resistensi antimikroba dan pola resistensi tidak dapat diprediksi. Antimikroba yang tidak efektif untuk pengobatan Shigellosis, tidak boleh diberikan untuk mengobati Shigellosis. Baru-baru ini direkomendasikan bahwa asam nalidixic tidak boleh lagi digunakan untuk pengelolaan infeksi Shigella. (1) Tabel 2.8 Antibiotik yang Digunakan Untuk Mengobati Penyebab Diare Penyebab Kolera Antibiotik Pilihan Doxycycline Dewasa: 300 mg sekali atau Tetracycline Anak-anak: 12.5 mg/kg 4 kali per hari x 3 hari Dewasa: 500 mg 4 kali per hari x 3 hari Disentri Shigella Ciprofloxacin Anak: 15 mg/kg 2 kali per hari x 3 hari Dewasa: 500 mg 2 kali per hari x 3 hari Pivmecillinam Anak-anak: 20 mg/kg 4 kali per hari x 5 hari Dewasa: 400 mg 4 kali per hari x 5 hari Alternatif Erythromycin Anak-anak: 12.5 mg/kg 4 kali per hari x 3 hari Dewasa : 250 mg 4 kali per hari x 3 hari

Ceftriaxone Anak-anak: 50-100 mg/kg 1 kali per hari IM x 2 to 5 hari Amobiasis Metronidazole Anak-anak: 10 mg/kg 3 kali per hari x 5 hari (10 hari pada kasus berat) Dewasa: 750 mg 3 kali per hari x 5 hari (10 hari pada kasus berat) Giardiasis Metronidazole d Anak-anak: 5 mg/kg 3 kali per hari x 5 hari Dewasa: 250 mg 3 kali per hari x 5 hari Diare Berdarah pada Anak Malnutrisi berat ? Berikan Antimikroba untuk Shigellab Mulai dehidrasi, usia <> Berikan antimikroba kedua untuk shigellab Membaik dalam 2 hari ? Rujuk ke rumah sakit ? Rujuk ke RS Selesaikan pengobatan dalam 3 hari

Membaik dalam 2 hari ? Rujuk ke RS Selesaikan pengobatan dalam 3 hari Rujuk ke RS atau obati amoebiasisc Ya Ya Ya Ya Bagan 2.1 Pengelolaan rawat jalan diare berdarah pada anak-anak di bawah usia 5 tahuna(1)
a

Pengobatan juga harus mencakup (i) terapi rehidrasi oral untuk mengobati atau mencegah

dehidrasi, dan (ii) teruskan makan,termasuk menyusui.


b

Penggunaan antimikroba oral efektif untuk Shigella. Cukup memberikan antimikroba untuk 3

sampai 5 hari.
c

Jika E. histolytica trophozoites terlihat pada pemeriksaan faeses, pengobatan amoebiasis harus

diberikan. 2.5.1 Amobiasis Amoebiasis merupakan penyebab yang jarang untuk diare cair berdarah pada anak-anak, insidensinya kurang dari 3%. Anak-anak dengan diare berdarah tidak boleh diobati amobiasis secara rutin. Pengobatan tersebut dilakukan jika pemeriksaan mikroskopis faeses ditemukan tropozoit dari E. histolytica yang mengandung sel-sel darah merah. Pengobatan antiamoeba dapat dilihat pada Tabel 2.8. (1) Tidak ada perbedaan antara penatalaksanaan amoebiasis pada pedoman penatalaksanaan diare Indonesia saat ini dengan WHO tahun 2005. 2.6 Penatalaksanaan Diare Persisten Diare dengan atau tanpa darah yang dimulai secara akut dan berlangsung selama paling tidak 14 hari. Biasanya berhubungan dengan penurunan berat badan dan sering dengan infeksi

non intestinal. Diare persisten hampir tidak pernah terjadi pada anak yang diberi ASI eksklusif. Anak-anak yang menderita diare persisten seringkali sudah malnutrisi sebelum diare. (1) Tujuan pengobatannya yaitu mengembalikan berat badan dan fungsi normal usus. Terapi diare persisten meliputi : Cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi sesuai dengan rencana terapi A, B,dan C. Nutrisi agar tidak memperparah diare Suplemen vitamin dan mineral, termasuk pemberian zinc untuk 10-14 hari Antimikroba untuk mengobati infeksi. Sebagian besar anak-anak dapat diobati dirumah dengan pengawasan yang ketat untuk memastikan adanya perbaikan. Namun, beberapa harus dirawat di rumah sakit, sampai kondisinya stabil, diarenya berhenti dan berat badannya naik. Ini termasuk : (1) Anak dengan infeksi serius, seperti pneumonia atau sepsis Anak dengan tanda dehidrasi Bayi usia <> Pengobatan rutin diare persisten dengan antimikroba tidak efektif dan tidak seharusnya diberikan. Beberapa, menderita infeksi usus atau non usus yang membutuhkan terapi antimikroba. Diare persisten tidak akan membaik jika penyebab infeksi belum diketahui dan diobati dengan benar. (1) Setiap anak dengan diare persisten harus diperiksa adanya infeksi non usus, seperti pneumonia, sepsis, Infeksi Saluran Kemih, dan otitis media. Pengobatan penyakit-penyakit tersebut harus sesuai dengan pedoman standar. Sedangkan pengobatan untuk infeksi ususnya harus diobati setelah diketahui penyebab dari infeksinya setelah dilakukan pemeriksaan faeses, dan diobati sesuai dengan Tabel 2.8.(1) Infeksi yang didapat dirumah sakit seringkali terjadi. Penyakit-penyakit ini seperti pneumonia, diare karena rotavirus, kolera, dan lainnya. Infeksi yang didapat di rumah sakit harus

dicurigai bila terdapat lesu dan sulit makan atau minum namun bukan karena dehidrasi, atau terjadi demam, batuk, diarenya memburuk atau tanda penyakit lain yang serius dalam 2 hari setelah dirawat. Pengobatannya harus sesuai dengan pedoman standar. (1) 2.6.1 Memberikan Nutrisi yang Cukup Ini merupakan pengobatan yang esensial bagi anak dengan diare persisten. Pasien yang diobati di rumah harus diobati dengan diet yang cukup sesuai usianya, namun dengan kadar laktosa yang dibatasi. Anak yang diobati di rumah sakit membutuhkan diet yang khusus sampai diarenya reda dan berat badannya naik. Tujuannya yaitu 110 kalori/Kg/hari. (1) Mengobati Pasien di Rumah(1) o Lanjutkan ASI o Jika yoghurt tersedia, berikan pada anak menggantikan susu hewan yang biasa diberikan pada anak, yoghurt dengan kadar laktosa yang rendah lebih mudah ditoleransi. Jumlahnya 50 ml/KgBB/hari. Dapat dicampur dengan sereal anak. o Berikan makanan lain pada anak sesuai aturan 3 rencana terapi A. o Memberikan makanan kecil yang sering, minimal 6 (enam) kali per hari. Makanan untuk Rumah Sakit(1) Lanjutkan ASI sebanyak anak mau. Makan lainnya harus diberikan setidaknya setelah 46 jam setelah rehidrasi dimulai mengikuti rencana terapi B dan C. Anak di bawah 6 bulan Lanjutkan ASI. Dorong ibu untuk memberikan ASI Jika susu hewan harus diberikan maka gantilah dengan yoghurt yang diberikan dengan menggunakan sendok, dengan kadar laktosa yang rendah atau tidak ada.

Bayi yang lebih besar atau anak-anak Gunakan standar diet menggunakan bahan-bahan lokal. Ada dua contoh diet. Diet yang pertama mengandung laktosa yang rendah. Kedua, untuk anak-anak yang tidak membaik dengan diet yang pertama, tidak mengandung laktosa dan rendah tepung.(1) Diet pertama: rendah laktosa Diet ini harus dimulai secepatnya setelah anak dapat makan dan diberikan 6 (enam) kali per hari. Beberapa anak membutuhkan NGT pada awalnya. Diet ini menyediakan 83 Kkal/100g, 3,7 g laktosa/KgBB/hari dan 11% kalori seperti protein : (1) Susu rendah lemak 11g (atau 85 ml) Nasi 15 g (nasi yang belu dimasak) Minyak sayur 3,5 g Gula pasir 3 g Air matang 200 ml Dengan diet ini, 130ml/Kg menyediakan 110Kkal/Kg. (1) Diet Kedua : Bebas laktosan rendah tepung Hampir 65% anak-anak membaik setelah diberikan diet pertama. Namun bagi anak-anak yang tidak sembuh maka dapat diberikan diet yang kedua ini. (1) Telur 64g Nasi 3 g Minyak sayur 4 g Glukosa 3 g

Air matang 200ml Dengan diet ini, 145 ml/Kg menyediakan 11 kal/Kg. (1) 2.6.2 Suplemen Multivitamin dan Mineral Anak-anak degan diare persisten haru menerima tambahan gizi berupa multivitamin dan mineral setiap hari untuk 2 (dua) minggu. Harus mencakup sebagian besar vitamin dan mineral meliputi anjuran dosis harian dan diberikan minimal 2 (dua) kali sehari, yaitu : (1) Asam folat 50 ug Zinc 10 mg Vitamin A 400 ug Tembaga 1 mg Magnesium 80 mg 2.6.3 Evaluasi Respon Terhadap Pengobatan Anak-anak yang Diobati di Rumah Sendiri Anak harus dievaluasi setelah 7 hari, atau saat diare memburuk atau saat timbulnya masalah lain. Pada penderita yang berat badannya naik dan diare kurang dari 3 (tiga) kali perhari, dianjurkan mendapat diet secara normal kembali. Mereka yang berat badannya tidak meningkat atau pada pasien diare yang tidak membaik harus dirujuk kerumah sakit. (1) Anak-anak yang Diobati di Rumah Sakit Penderita diare persisten harus diperiksakan setiap hari, hal-hal yang diperiksa ialah berat badan, tempertur, intak makanan, dan jumlah diare. (1)

Pengobatan yang berhasil akan menunjukkan intak makanan yang cukup, berat badan meningkat, jumlah diare yang sedikit, dan demam turun. (1) Kegagalan diet disebabkan karena : Peningkatan frekuensi diare (biasanya > 10 kali per hari), sering ditandai dengan munculnya tanda dehidrasi, segera setelah diet baru diberikan. Kegagalan untuk mendapatkan berat badannya kembali dalam 7 (tujuh) hari. Diet pertama harus diberikan dalam 7 (tujuh) hari, kecuali terjadi kegagalan diet yang muncul lebih awal, sehingga hentikan diet pertama dan berikan diet kedua untuk 7 (tujuh) hari.
(1)

Sebagaian besar tujuan dari terapi diare persisten adalah sama, namun pada pedoman WHO tahun 2005 lebih detil menjelaskan tentang tujuan dari masing-masing terapi, seperti terapi gizi. Terapi gizi pada pedoman penatalaksanaan diare WHO tahun 2005 dijelaskan secara terpisah antara terapi di rumah sendiri dan di rumah sakit, dan juga dijelaskan mengenai diet rendah laktosa pertama dan diet bebas laktos kedua. 2.7 Penatalaksanaan Diare Dengan Malnutrisi Berat Status hidrasi sulit dinilai disebabkan sering tampak dalam keadaan yang normal. Turgor kulit muncul pada anak-anak dengan marasmus yang tidak memiliki lemak subkutan, mata tampak cekung. hilangnya turgor kulit dapat ditutupi oleh edema pada anak kwashiorkor. Sehingga tanda-tanda yang dapat dinilai ialah : kemauan untuk minum, lesu, kedinginan, dan kelembaban ekstrimitas, kelemahan dari a. radialis, dan urin output yang sedikit (tanda dehidrasi berat). Pada anak dengan malnutrisi berat sering tidak mungkin untuk membedakan antar dehidrasi sedang dan berat. (1) Sulit juga untuk membedakan dehidrasi berat dengan syok septik, karena kondisi keduanya tampak hipovolemi dan terjadi penurunan tekanan darah. Salah satu tanda yang penting untuk membedakan dengan dehidrasi berat ialah adanya diare cair. Anak dengan malnutrisi berat dengan tanda dehidrasi berat namun tanpa riwayat diare cair harus diobati sebagai pasien dengan syok septik. (1)

2.7.1 Penatalaksanaan Dehidrasi Pasien harus dirawat d rumah sakit. Rehidrasi diberikan peroral, jika sulit maka dapat menggunakan NGT. Infus secara IV mudah menimbulkan overhidrasi dan gagal jantung, hanya digunakan pada saat syok saja. (1) Rehidrasi oral dilakukan perlahan-lahan, memberikan 70-100ml/Kg selama 12 jam. Mulai berikan 10 ml/Kg/jam selama 2 (dua) jam pertama. Dapat diteruskan atau dikurangi sesuai dengan kehilangan cairan lewat diare dan kehausan anak. Meningkatnya timbulnya edema menandaka overhidrasi. Cairan diberikan untuk menjaga hidrasi setelah dehidrasi dikoreksi, dan harus berdasarkan jumlah kehilangan cairan, sesuai rencana terapi A. (1) Larutan oralit lengkap tidak boleh diberikan peroral atau melalui NGT karena terlalu banyak mengandung natrium dan sedikit kalium. Sehingga harus diberikan dengan cara lain, yaitu ketika menggunakan larutan oralit baru yang mengandung 75 mEq/l natrium : (1) Bagi satu paket larutan oralit ke dalam 2 (dua) liter air bersih Tambahkan 45 ml larutan kalium klorida (dari larutan berisi 100 g KCl/L) Tambahkan dan bagi 50g sukrosa. Larutan ini menyediakan natrium yang lebih sedikit (37.5 mmol/l), lebih banyak kalium (40 mmol/L) dan tambahan gula (25g/l), dimana efektif pada anak diare dengan malnutrisi berat.
(1)

2.7.2 Memberi Makan Ibu harus memberikan ASI dan makanan tambahan lainnya pada anak mereka, yang dimulai seceptnya, dalam 2-3 jam setelah rehidrasi dimulai. Makanan harus diberikan setiap 2-3 jam sekali siang dan malam. (1) Diet awal diberikan sejak awal sampai nafsu makan anak kembali normal. Beberapa anak makan dengan baik sejak awal terapi namun banyak penderita mendapatkan nafsu makannya kembali setelah 3-4 hari, setelah infeksi diobati. Diet mengandung 75 Kkal/100ml dan meliputi :
(1)

Bubuk skim milk 25 gram Minyak sayur 20 gram Gula 60 gram Bubuk nasi 60 gram Air bersih 1000 ml Kombinasikan resep dan rebus selama 5 (lima) menit untuk memasak sereal. Anak harus menerima 130 ml/Kg/hari. Bagi anak yang tidak dapat terpenuhi kebutuhan dietnya harus diberikan menggunakan NGT dibagi dalam 6 (enam) kali pemberian. 2.7.3 Vitamin, Mineral, dan Garam Zat di bawah ini harus ditambahkan setiap 2 (dua) liter cairan yang dijelaskan di atas. KCl 3.6 g K3 sitrat 1.3 g MgCl2.6H2O 1.2 g Zn asetat.2H20 130 mg CuSO4.7H2O 22 mg NaSeO4.10H2O 0.44 mg KI 0.20 mg Vitamin A diberikan sesuai dengan bagian 2.8.2. 2.7.4 Antimikroba Semua anak malnutrisi harus menerima antibiotik spektrum luas, seperti gentamicin dan ampicillin, untuk beberapa hari setelah dimasukkan ke RS. Kombinasi ini atau kombinasi lainnya

yang berspektrum luas harus diberikan kepada anak dengan tanda syok septik. Anak harus dicek setiap hari untuk infeksi lain dan kemudian diobati.(1) Perbedaan dari pedoman penetalaksanaan diare Depkes RI tahun 1999 dan WHO tahun 2005 hampir sama, seperti dari penatalaksanaan dehidrasi, pemberian gizi pada anak, vitamin dan mineral, juga antimikroba. 2.8 Masalah Lain yang Terkait Dengan Diare 2.8.1 Demam Demam pada anak diare dapat disebabkan oleh infeksi lain (misalnya pneumonia, bakteremia, ISK atau otitis media). Anak-anak kecil mungkin juga demam karena dehidrasi. Kehadiran demam seharusnya mendorong pencarian penyebab infeksi lain. Hal ini penting terutama bila demam tetap ada setelah seorang anak telah sepenuhnya terrehidrasi. (1) Anak-anak dengan demam tinggi (39 C atau lebih) harus ditangani segera dengan menurunkan suhunya. Cara terbaik dilakukan dengan mengobati setiap infeksi dengan antibiotik yang sesuai serta antipiretik (misalnya parasetamol). menurunkan demam juga meningkatkan nafsu makan dan mengurangi iritasi. (1) 2.8.2 Defisiensi Vitamin A Diare mengurangi penyerapan, dan meningkatkan kebutuhan, vitamin A. Pada daerah penyimpanan vitamin A seringkali rendah, anak-anak dengan diare akut atau diare persisten dapat dengan cepat terbentuk lesi kekurangan vitamin A pada mata yaitu xerophthalmia dan bahkan menjadi buta. (1) Pada daerah seperti ini, anak-anak diare harus diperiksa secara rutin adanya kekeruhan kornea dan lesi conjunctiva (Bitot's spot). Jika terdapat salah satu, vitamin A per oral harus diberikan sekaligus dan pada hari berikutnya: 200 000 unit/dosis untuk usia 12 bulan sampai 5 tahun, 100 000 unit untuk usia 6 bulan sampai 12 bulan, dan 50 000 unit untuk usia kurang dari 6 bulan. Anak-anak dengan malnutrisi tanpa adanya lesi pada mata dan adanya riwayat campak dalam sebulan terakhir harus diberikan terapi yang sama. Ibu juga harus diajarkan secara rutin

untuk memberikan anak-anak mereka makanan yang kaya karoten, ini termasuk buah-buahan berwarna kuning atau oranye dan sayuran berdaun hijau gelap. Jika mungkin, telur, hati, atau lemak susu juga harus diberikan. (1) 2.9 Obat Antimikroba dan Obat "antidiare" 2.9.1 Obat Antimikroba Antimikroba jangan diberikan secara rutin. Karena sulit untuk membedakan antara episode yang secara klinis berespon, seperti diare yang disebabkan enterotoxic E. coli, dengan penyebab lain yang tidak berespon terhadap antimikroba, seperti rotavirus atau Cryptosporum. Bahkan untuk infeksi yang berespon secara potensial, memilih antimikroba yang selektif membutuhkan pengetahuan tentang sensitivitas dari agen penyebab diare, dan informasi tentang ini biasanya sulit didapat. Lebih lagi, penggunaan anti mikroba menambah biaya pengobatan, dan berisiko menimbulkan efek samping dan meningkatkan resistensi bakteri. (1) Antibiotik diketahui hanya berguna bagi diare berdarah (mungkin shigelosis), suspek kolera dengan dehidrasi berat, dan infeksi non intestinal serius seperti pnemunia. Sedangkan obat antiprotozoa jarang sekali diindikasikan. (1) 2.9.2 Obat Antidiare Obat anti diare, walaupun sering digunakan, tidak memiliki manfaat praktis dan tidak pernah diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak-anak. Beberapa dari oabat-obat ini berbahaya. Produk dalam kategori ini meliputi: Adsorbents (misalnya kaolin, attapulgite, smectite, arang aktif, cholestyramine). Obat ini dipromosikan untuk perawatan diare dengan cara mengikat dan menonaktifkan racun bakteri atau zat lain yangmenyebabkan diare, dan obat ini dianggap untuk "melindungi" mukosa usus. Namun, Tidak ada bukti nilai praktis dalam pengobatan rutin diare akut pada anak-anak. (1) Obat-obatan antimotilitas (misalnya loperamide hidroklorida, diphenoxylate dengan atropin, tingtur opium, mengandung kapur barus tingtur opium, obat penghilang rasa sakit, kodein). Obat-obatan ini yaitu opiat atau seperti opiat dan inhibitor motilitas usus lain dapat

mengurangi frekuensi diare pada orang dewasa. Namun, obat ini tidak memperkecil volume tinja pada anak-anak. Selain itu, mereka dapat menyebabkan ileus paralitik yang parah, yang dapat berakibat fatal, dan mereka mungkin memperpanjang infeksi dengan menunda menghilangkan organisme penyebab. Sedasi mungkin dapat terjadi pada dosis terapi biasa dan keracunan sistem saraf pusat telah dilaporkan untuk beberapa obat. Tidak satu pun dari agen ini harus diberikan bayi atau anak-anak dengan diare. (1) Bismut subsalisilat. Bismut subsalisilat mengurangi jumlah diare dan keluhan diare travellers pada orang dewasa. Ketika diberikan setiap empat jam, dilaporkan terjadi penurunan diare pada anak-anak dengan diare akut sekitar 30%. Namun, pengobatan ini jarang dipraktekan.
(1)

Kombinasi obat-obatan. Banyak produk menggabungkan adsorbents, antimikroba, obat antimotilitas obat. Produsen dapat mengklaim bahwa formulasi ini sesuai untuk berbagai penyakit diare, namun, obat kombinasi ini tidak rasional serta mempunyai biaya dan efek samping yang jauh lebih tinggi. Sehingga obat-obat seperti ini tidak diperbolehkan untuk diare pada anak-anak. (1) 2.9.3 Obat Lainnya Antiemetik. Obat-obatan ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine, dapat menyebabkan sedasi yang dapat mengganggu pemberian oralit. Untuk alasan ini antiemetik tidak boleh diberikan kepada anak-anak dengan diare. Terlebih lagi, muntah akan berhenti bila anak sudah terrehidrasi. (1) Stimulan jantung. Syok yang terjadi pada diare akut disebabkan oleh dehidrasi dan hipovolemia. Terapi yang benar yaitu IV yang cepat diimbangi dengan infus larutan elektrolit yang seimbang. Penggunaan stimulan jantung vasoactif dan obat-obatan (misalnya adrenalin, nikotinamida) tidak pernah diindikasikan. (1) Darah atau plasma. Darah, plasma atau plasma sintetik ekspander tidak pernah diindikasikan untuk anak-anak dengan dehidrasi karena diare. Anak-anak ini memerlukan

penggantian kehilangan air dan elektrolit. Namun, perawatan ini digunakan, untuk pasien dengan hipovolemia karena syok septik. (1) Steroid. Steroid tidak memiliki manfaat dan tidak pernah diidikasikan. (1) Obat pencahar. Obat ini dapat membuat diare dan dehidrasi semakin parah, obat-obat ini tidak boleh digunakan. (1) 2.10 Pencegahan Diare Pengobatan penyakit diare sangat efektif dalam mencegah kematian, tetapi tidak memiliki dampak pada insidensi diare. Staf kesehatan yang bekerja di fasilitas perawatan untuk mengajar anggota keluarga dan memotivasi mereka tentang langkah-langkah pencegahan. Ibu dari anak-anak yang dirawat karena diare cenderung sangat menerima pesan-pesan tersebut. Untuk menghindari kelebihan informasi yang didapatkan ibu, yang terbaik adalah dengan menekankan hanya satu atau dua saja dari poin-poin berikut, memilih yang paling sesuai untuk ibu dan anaknya. (1) 2.10.1 Air Susu Ibu Selama 6 bulan pertama kehidupan, bayi harus mendapatkan ASI eksklusif. Ini berarti bahwa bayi yang sehat harus diberi ASI dan tidak boleh menerima makanan atau cairan lainnya, seperti air, teh, jus, sereal minuman, susu hewan atau formula. Bayi dengan ASI eksklusif sangat kecil kemungkinannya untuk mendapatkan diare atau meninggal karena diare daripada bayi yang tidak mendapatkan ASI atau ASI sebagian. Menyusui juga melindungi terhadap risiko alergi pada awal kehidupan, memberikan jarak dan perlindungan terhadap infeksi selain diare (misalnya pneumonia). Menyusui harus terus diberikan sampai minimal 2 tahun. Cara terbaik untuk praktek adalah dengan meletakkan bayi ke payudara segera setelah lahir dan tidak memberikan cairan lain. (1) 2.10.2 Memperbaiki Cara Mempersiapkan Makanan Makanan pelengkap biasanya harus dimulai ketika anak berusia 6 bulan. Hal ini dapat dimulai setiap saat setelah berusia 4 bulan. Namun, jika anak tidak tumbuh memuaskan.

Memberikan makanan yang baik, memilih makanan bergizi dan menggunakan praktek-praktek yang higienis ketika mempersiapkan makanan. Pilihan makanan pelengkap akan tergantung pola diet lokal dan pertanian, serta pada kepercayaan dan praktek-praktek yang ada. Selain ASI (atau susu hewan), makanan lunak (seperti sereal) harus diberikan. Bila mungkin, telur, daging, ikan dan buah-buahan harus diberikan juga. Makanan lain, seperti kacang-kacangan matang dan sayuran harus diberikan, terutama yang ditambahkan beberapa minyak nabati (5-10 ml / porsi).
(1)

2.10.3 Penggunaan Air Bersih Risiko diare dapat dikurangi dengan menggunakan air bersih yang tersedia dan melindunginya dari kontaminasi. (1) Keluarga harus: Kumpulkan air dari sumber terbersih yang tersedia. Tidak mandi, mencuci, atau buang air besar di dekat sumbernya. WC harus ditempatkan lebih jauh 10 meter dan menuruni bukit. Jauhkan binatang jauh dari sumber air. Mengumpulkan dan menyimpan air ke dalam wadah yang bersih; kosong dan bilas keluar wadah setiap hari, menjaga penyimpanan dengan wadah tertutup dan tidak membiarkan anak-anak atau hewan untuk minum dari tempat tersebut, mengambil air menggunakan gagang yang panjang dengan tujuan agar tangan tidak menyentuh air. Masak air yang digunakan untuk membuat makanan atau minuman untuk anak-anak. (1) 2.10.4 Cuci Tangan Semua agen penyebab diare dapat ditularkan melalui tangan yang telah terkontaminasi oleh feses. Risiko diare secara substansial berkurang jika anggota keluarga melakukan praktek cuci tangan dengan benar. Semua anggota keluarga harus mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar, setelah membersihkan seorang anak yang buang air besar, setelah membuang faeses anak, sebelum menyiapkan makanan, dan sebelum makan. Cuci tangan yang baik memerlukan penggunaan sabun atau pengganti lokal (seperti abu atau tanah), dan air yang cukup untuk mencuci tangan dengan bersih. (1)

2.10.5 Keamanan Makanan Makanan dapat terkontaminasi oleh penyebab diare pada semua tahapan produksi dan persiapan, termasuk: selama masa pertumbuhan bahan makanan (dengan menggunakan pupuk hewani), di tempat-tempat umum seperti pasar, selama persiapan di rumah atau di restoran, dan setelah terus disiapkan tanpa didinginkan. Masing-masing praktek-praktek keselamatan makanan juga harus ditekankan. Pendidikan kesehatan untuk masyarakat umum harus menekankan pesan-pesan kunci berikut mengenai persiapan dan konsumsi makanan: (1) o Jangan makan makanan mentah, kecuali rusak buah-buahan dan sayuran yang dikupas dan dimakan langsung. o Cuci tangan dengan bersih dengan sabun setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan atau makan. o Masak makanan sampai panas. o Makanlah makanan saat itu masih panas, atau panaskan secara menyeluruh sebelum makan. o Cuci dan keringkan semua peralatan memasak setelah digunakan. o Jauhkan makanan yang dimasak dan peralatan bersih secara terpisah dari makanan mentah dan alat-alat yang berpotensi terkontaminasi. o Lindungi makanan dari lalat terbang. 2.10.6 Penggunaan Jamban dan Pembuangan Kotoran yang Aman Sebuah lingkungan yang tidak sehat memberikan kontribusi terhadap penyebaran penyebab diare. Karena patogen yang menyebabkan diare diekskresikan ke dalam kotoran orang yang terinfeksi atau hewan, pembuangan kotoran yang tepat dapat memotong penyebaran infeksi. Feses dapat mencemari air tempat anak-anak bermain, ibu mencuci pakaian, dan tempat sumber air untuk pemakaian keperluan rumah tangga. Setiap keluarga harus mempunyai jamban yang bersih dan berfungsi dengan baik. Jika tidak tersedia, keluarga harus buang air besar di tempat yang ditunjuk dan menguburkan kotoran segera. Kotoran anak-anak cenderung mengandung patogen diare, kotoran tersebut harus dikumpulkan segera setelah buang air besar dan dibuang di jamban atau dikubur. (1) 2.10.7 Imunisasi Campak

Imunisasi campak secara substansial dapat mengurangi insiden dan tingkat keparahan penyakit diare. Setiap bayi harus diimunisasi terhadap campak pada usia yang dianjurkan. (1) BAB IV KESIMPULAN Terdapat beberapa perbedaan antara pedoman penatalaksanaan diare antara pedoman dari Depkes RI yang sekarang dipakai di Indonesia dengan pedoman yang direvisi WHO tahun 2005. Perbedaan itu antara lain dibuatnya komposisi oralit yang baru, pemberian zinc dalam pengobatan diare, dan adanya perbedaan rencana terapi B untuk menentukan jumlah cairan rehidrasi yang ditentukan berdasarkan usia, perubahan antibiotik alternatif pada penatalaksanaan diare yang disebabkan Vibrio cholerae, terapi gizi pada penatalaksanaan diare persisten. DAFTAR PUSTAKA 1. M.K. Bhan, D. Mahalanabis, N.F. Pierce, N. Rollins, D. Sack, M. Santosham. 2005. The Treatment of Diarrhoea A manual for physicians and other senior health workers. Web Site : http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/9241593180.pdf (25 September 2009) 2. Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi Prasetyo. 2005. Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Olmu Kesehatan Anak Edisi Ke-3. Bandung: Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Padjajaran/ RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG. Hal. 271-278 (2) 3. Anonymus: 2009. Dehidrasi. Web site: http://id.wikipedia.org/wiki/Dehidrasi (25 September 2009)(3) 4. 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Hal. 81,154.

LATAR BELAKANG Diare akut merupakan keluhan yang sering dijumpai pada orang dewasa. Bila terjadi tanpa komplikasi, secara umum dapat diobati sendiri oleh penderita. Namun, bila terjadi komplikasi akibat dehidrasi atau toksik menyebabkan morbiditas dan mortalitas, meskipun penyebab dan penanganannya telah diketahui dengan baik serta prosedur diagnostiknya juga semakin baik.

Meskipun diketahui bahwa diare merupakan suatu respon tubuh terhadap keadaan tidak normal, namun anggapan bahwa diare sebagai mekanisme pertahanan tubuh untuk mengekskresikan mikroorganisme keluar tubuh, tidak sepenuhnya benar. Terapi kausal tentunya diperlukan pada diare akibat infeksi, dan rehidrasi oral maupun parenteral secara simultan dengan kausal memberikan hasil yang baik terutama pada diare akut yang menimbulkan dehidrasi sedang sampai berat. Acapkali juga diperlukan terapi simtomatik untuk menghentikan diare atau mengurangi volume feses, karena berulang kali buang air besar merupakan suatu keadaan/kondisi yang menggganggu akitifitas sehari-hari.

1.2 TUJUAN Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini antara lain untuk memenuhi salah satu penilaian kognitif pada masa Kepaniteraan Klinik pada stase bagian Ilmu Penyakit Dalam. Selain itu, tujuan penulisan Tinjauan Pustaka ini antara lain untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan bagi orang lain yang membacanya terutama mengenai diare akut.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI FISIOLOGI USUS HALUS DAN USUS BESAR

A. USUS HALUS Panjang usus halus pada orang hidup + kaki, terbagi menjadi: 1. Duodenum, panjang + 25 cm 2. Jejenum 3. Ileum Dinding usus halus paling luar/lapisan serosa dibentuk oleh peritoneum yang mempunyai lapisan viseral dan parietal. Paritoneum melipat dan meliputi visera abdomen dengan hampir sempurna. Mesinterium -> lipatan peritoneum yang lebar menyerupai kipas menggantung jejunum dan ileum dari dinding postenor abdomen.

Omentum mayus -> lapisan ganda peritoneum, menggantung dari kurvatura mayor lambung ke bawah di depan visera abdomen. Omentum minus -> terbentang dari kurvatura minor dan bagian atas duodenum, menuju hati membentuk liga mentum hepatogastrikum dan

ligamentum hepatuduodenale. Otot yang meliputi usus halus ada 2 lapis: 1. Lapisan luar terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis. 2. Lapisan dalam terdiri atas serabut-serabut sirkular. Lapisan mukosa dan sbumukosa usus halus membentuk lipatan-lipatan sirlular dinamakan valvula koniventas. Vulva koniventas merupakan tonjolan-tonjolan seperti jari-jari dari mukosa dengan jumlah 4-5 juta dengan ukuran panjang 0.5 dampai1.5 mm. Mikromili tonjolan seperti jari dengan panjang 1 m terletak pada permukaan luar setiap vilkus. Valvula koniventes vili dan mikromili menambah luas permukaan absorpsi. Epitel vilus terdiri dari 2 jenis sel: 1. Sel gobet -> penghasil mucus 2. Sel-sel absorptive -> absorpsi bahan makanan yang telah dicernakan. Disekililing vilus terdapat sumur kecil dinamakan kripta lieberkuin. Duodenum diperdarahi oleh arteria gastro duodenalis dan arteria dankreatikoduodenalis superior. Peredaran darah kembali lewat vena mesentrika superior yang membentuk vena porsa bersama dengan vena lienalis. Fungsi usus halus yang utama ada 2, yaitu: 1. Pencernaan. 2. Absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air.

B. USUS BESAR Tabung muskular berongga dengan panjang + 5 kali, diameter + 2.5 inci. Terbagi jadi : sekum, kolon, rektum. Kolon terbagi menjadi: kolok asendes, transversum desendes, sigmoid. Kelokan tajam di kanan : fleksura hepatika Kelokan tajam di kiri : fleksura lienalis Lapisan otot longitudinalnya terkumpul dalam tiga pita dinamakan faeniakoli arteri mesenterika. Kelenjar usus panjang-panjang dan banyak sel gobet, sel-sel absorptif dan sedikit sel enteroendolon. Epitel pelapisnya silindris yang sel-selnya memiliki mikromili pendek dan tidak teratur. Lapisan kemina propia kaya akan limfosit dan limfonocluli. Muskularis dari usus besar terdiri dari otot longitudinal dan sirkular.
2.2 DEFINISI Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai criteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan beberapa criteria mengenai batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan, tetapi di Indonesia dipilih waktu lebih dari 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab diare dengan lebih tepat. Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari diare akut (peralihan antara diare akut dan kronik, dimana lama diare kronik yang dianut yaitu yang berlangsung lebih dari 30 hari).

Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare noninfektif bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut. Diare organic adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal atau toksikologik. Diare fungsional bila tidak ditemukan penyebab organik. Klasifikasi: Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan : 1. Lama waktu diare : akut atau kronik, 2. Mekanisme patofisiologis: osmotic atau sekretorik, 3. Berat ringan diare: kecil atau besar, 4. Penyebab infeksi atau tidak: infektif atau non-infektif, 5. Penyebab organic atau tidak: organic atau fungsional. 2.3 EPIDEMIOLOGI Lebih dari 2 juta kasus diare akut infeksius di Amerika setia tahunnya yang merupakan penyebab kedua dari morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Gambaran klinis diare akut acapkali tidak spesifik. Namun selalu behubungan dengan hal-hal berikut : adanya traveling (domestik atau internasional), kontak personal, adanya sangkaan food-borne transmisi dengan masa inkubasi yang pendek. Jika tidak ada demam, menunjukkan adanya proses mekanisme enterotoksisn. Sebaliknya, bila ada demam dan masa inkubasi yang lebih panjang, ini karakteristik suatu etiologi infeksi. Beberapa jenis toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme (seperti E.coli 0157:H7) membutuhkan beberapa hari masa inkubasi. 2.4 ETIOLOGI Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain. Infeksi 1. Enteral Bakteri: Shigella sp, E.coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia entero colytica, Compylobacter jejuni, V.parahaemoliticus, V.NAG., Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus dll. Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa. Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum jelas. Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas disakaridase.

Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Bagaimana mekanisme timbulnya diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan. Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella. Seperti Shigella, EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon. Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2 yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome. Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon, menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk : smooth lipopolysaccharide cell-wall antigen yang mempunyai aktifitas endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea Campylobacter jejuni (helicobacter jejuni). Manusia terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan feses hewan melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging ayam dan air. Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to person. C.jejuni mungkin menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus halus dan usus besar.Ada 2 tipe toksin yang dihasilkan, yaitu cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi yang terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis. Vibrio cholerae 01 dan V.choleare 0139. Air atau makanan yang terkontaminasi oleh bakteri ini akan menularkan kolera. Penularan melalui person to person jarang terjadi. V.cholerae melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus dan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Penemuan terakhir adanya enterotoksin yang lain yang mempunyai karakteristik tersendiri, seperti accessory cholera enterotoxin (ACE) dan zonular occludens toxin (ZOT). Kedua toksin ini menyebabkan sekresi cairan kedalam lumen usus. Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi sel epitel usus. Enterotoksin yang dihasilkan menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan mukosa yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, Cytomegalovirus (CMV), echovirus. Virus-virus tersebut merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 80%). Rotavirus: yang sering dijumpai adalah serotype 1,2,8,dan 9 : terdapat pada manusia, Sedangkan serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia, serta serotype 5,6, dan 7 didapati hanya pada hewan.

Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne atau water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to person. Astrovirus, didapati pada anak dan dewasa. Parasit: - protozoa: Entemoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum, Balantidium coli. Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis masih belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan metabolisme asam empedu. Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host-parasite dipengaruhi oleh umur, status

nutrisi,endemisitas, dan status imun. Didaerah dengan endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau tanpa malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 8 hari setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri epigastrik dan anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan faty stools,nyeri perut dan gembung. Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi,namun penyebarannya di seluruh dunia. Insiden nya mningkat dengan bertambahnya umur,dan teranak pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infksi asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai disentri yang fulminant. Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 15% dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-limited. Pada penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik. Worm: A.lumbrocoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S.strercoralis, cestodiasis dll. Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan larva, menimbulkan diare. Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ termasuk intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan perdarahan usus.. Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama jejunu, menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri abdomen. Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan appendix. Infeksi berat dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen. Fungus: Kandida/moniliasis 2. Parenteral: Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, Travelers diarrhea: E.coli, Giardia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica dll.

Makanan: Intoksikasi makanan: makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B.cereus, S.aureus, Streptococcus anhaemoliticus lyticus dll. Alergi: susu sapi, makanan tertentu. Malabsorbsi/maldigesti: karbohidrat: monosakarida (glukosa, laktosa, galaktosa), disakarida (sakarosa, laktosa), lemak: rantai panjang trigliserida protein: asma amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorption, protein intolerance, cows milk, vitamin dan mineral. Imunodefisiensi: hipogmaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton), penyakit

grnaulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA heavycombinationa. Terapi obat, antibiotic, kemoterapi, antacid dll. Tindakan tertentu seperti gastektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi. Lain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomic (neuropati diabetic) Secara etiologi, diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi (poisoning), alergi, reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis

2.5 PATOFISIOLOGI/PATOMEKANISME Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme sebagai berikut: 1). Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotic; 2). Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3). Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak; 4). Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit; 5). Motilitas dan waktu transit usus abnormal; 6). Gangguan permeabilitas usus; 7). Inflamasi dinding usus, disebut diare imflamatorik; 8). Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi. Diare osmotic: diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotic intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (a.l. MgSO4, Mg(OH)2, malabsorbsi umum dan efek dalam absorbsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorbsi glukosa/galaktosa. Diare sekretorik: diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya basorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Escherichia coli, penyakit yang menghasilkan hormone (VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorbs garam empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl sodium sulfosuksinat dll). Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.

Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit: diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+K+ATP ase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal. Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorbsi yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid. Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membrane epitel spesifik pada usus halus. Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mucus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen, gangguan absorpsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi (colitis ulseratif dan penyakit crohn). Diare infeksi: infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelaianan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif (tidak merusak mukosa) dan invasive (merusak mukosa). Bakteri noninvasive menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh diare toksigenik a.l. kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio cholare/eltor merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus, lalu membentuk adenosisn monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation natrium dan kalium. Mekanisme absorpsi ion natrium melalui mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ino klorida (diikuti ion bikarbonat, air, natrium, ion kalium) dapat dikompensasi eleh mneingginya absorsi ion natrium (diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus.

2.6 PATOGENESIS Yang berperan pada pathogenesis diare akut terutama karena infeksi yaitu factor kausal (agent) dan factor pejamu (host). Factor pejamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diri terhadap organism yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri dari factorfkator daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna a.l keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan mikroflora usus. Faktro kausal yaitu daya penetrasi yang dapat masuk sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang memperngaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman. Pathogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit terdiri atas: a. Diare karena bakteri Non-Invasif (Enterotoksigenik).

Bakteri yang tidak merusak mukosa missal V.cholerae Eltor, Enterotoksigenic E.coli (ETEC) dan C.perfringens. V.Cholerae Eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding sel usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium. b. Diare karen Bakteri/parasit invasif (Enterovasif). Bakteri yang merusak (invasive) antara lain: Enteroinvasif E.coli (EIEC), Salmonella, Shigelle, Yersinia, C.Perfringens tipe C. Diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. Walau demikian, infeksi kuman-kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman Salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu: S.paratyphi B, Styphimurium, S.entereiditis, S.choleraesuis. Penyebab parasit yang sering yaitu E.histolitica dan G.lamblia.

2.7 DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasrkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 1. Anamnesis Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan malabsorbsi, dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon sering berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu: nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif, atau berdarah tergantung bakteri pathogen yang spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak invasive, dan patpgen ileokolon lebih mengarah ke invasive. Pasien yang memakai toksin atau pasien yang mengalami infeksi toksigenik secara khas mengalami nausea dan muntah sebagai gejala prominen bersamaan dengan diare air tetapi jarang mengalami demam. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang diahsilkan. Parasit yang tidak menginvasi mukosa usus, seperti Giardia lamblia dan Cryptosporidium, biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman di abdomen yang ringan. Giardiasis mungkin berhubungan dengan steatorea ringan, perut bergas dan kembung. Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella, dan Shigella, dan organism yang menghasilkan sitotoksin seperti Clostridium difficile dan enterohemorragic E.coli (serotype O157:H7) menyebabkan inflamasi usus yang berat. Organism Yersinia seringkali menginfeksi ileum terminal dan caecum dan memiliki gejala nyeri perut kuadran kanan bawah, menyerupai apendisitis akut. Infeksi Compylobacter jejuni sering bermanifestasi sebagai diare, demam dan kadangkali kelumpuhan anggota badan dan (GBS).

Kelumpuhan lumpuh pada infeksi usus ini sering disalahtafsirkan sebagai malpraktek dokter karena ketidaktahuan masyarakat. Diare air merupakan gejala tipikal dari organism yang menginvasi epitel usus dengan inflamasi minimal, seperti virus enteric, atau organism yang menempel tetapi tidak menghancurkan epitel, seperti enteropathogenic E.coli, protozoa, dan helminthes. Beberapa organism sperti Campylobacter, Aeromonas, Shigella, dan Vibrio spesies (missal, V parahaemolyticus) menghasilkan enterotoksin dan juga menginvasi mukosa usus; pasien karena itu menunjukkan gejala diare air diikuti diare berdarah dalam beberapa jam atau hari. Sindrom Hemolitik-uremik dan purpura trombositopenik trombotik (TTP) dapat timbul pada infeksi dengan bakteri E.coli enterohemorrhagik dan Shigella, terutama anak kecil dan orang tua. Infeksi Yersinia dan bakteri enteric lain dapat disertai sindrom Reiter (arthritis, uretritis, dan konjungtivitis), tiroiditis, perikarditis, atau glomerulonefritis. Demam enteric, disebabkan Salmonella parathypi, merupakan penyakit sistemik yang berat yang bermanifestasi sebagai demam tinggi yang lama, prostrasi, bingung, dan gejala respiratorik, diikuti nyeri tekan abdomen, diare dan kemerahan (rash). Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan auspan oral terbatas karena nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala. Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi 3 tingkatan: 1) Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok. 2) Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam 3) Dehidrasi berat (hilang ciaran 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis) 2. Pemeriksaan Fisik Kelainan kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan clue bagi penentuan etiologi.

3. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan darah tepi lengkap: hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit, kadar elektrolit serum, 2) Ureum dan Creatinin: memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh. 3) Pemeriksaan tinja: melihat adanya leukosit pada tinja yang menunjukkan adanya infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa. 4) Pemeriksaan ELISA (enzim-linked immunosorbent assay): mendeteksi giardiasis dan tes serologic amebiasis 5) Foto x-ray abdomen Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Untuk mengetahui mikroorganisme penyebab diare akut dilakukan pemeriksaan feses rutin dan pada keadaan dimana feses rutin tidak menunjukkan adanya miroorganisme atau ova, maka diperlukan pemeriksaan kultur feses dengan medium tertentu sesuai dengan mikroorganisme yang dicurigai secara klinis dan pemeriksaan laboratorium rutin. Indikasi pemeriksaan kultur feses antara lain, diare berat, suhu tubuh > 38,50C, adanya darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin, dan diare persisten yang belum mendapat antibiotic. Penentuan derajat dehidrasi Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan: 1. Keadaan kilnis: ringan, sedang, dan berat (telah dibicarakan dia atas) 2. Berat Jenis Plasma: pada dehidrasi BJ plasma meningkat a. Dehidrasi berat: BJ plasma 1,032 1,040 b. Dehidrasi sedang : BJ plasma 1,028 1,032 c. Dehidrasi ringan : BJ plasma 1,025 1,028 3. Pengukuran Central Venous Pressure (CVP) Bila CVP +4 s/d +11 cm H2 : normal Bila CVP < +4 cm H2 : Syok atau dehidrasi Skor penilaian klinis dehidrasi Klinis Rasa haus/munta Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg Skor 1 1

Tekanan darah sistolik <60> Frekuensi nadi >120 x/mnt Kesadaran apati Kesadaran somnolen, spoor atau koma Frekuensi napas >30 x/mnt Facies cholerica Vox cholerica Turgor kulit menurun Washer womens hand Ekstremitas dingin Sianosis Umur 50 60 tahun Umur >60 tahun

2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2

2.8 PENATALAKSANAAN Diare akut pada orang dewasa selalu terjadinya singkat bila tanpa komplikasi, dan kadang-kadang sembuh sendiri meskipun tanpa pengobatan. Tidak jarang penderita mencari pengobatan sendiri atau mengobati sendiri dengan obat-obatan anti diare yang dijual bebas. Biasanya penderita baru mencari pertolongan medis bila diare akut sudah lebih dari 24 jam belum ada perbaikan dalam frekwensi buang air besar ataupun jumlah feses yang dikeluarkan. Penatalaksanaan pada diare akut antara lain: 1. Rehidrasi : Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalkasanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan gula atau starch harus diberikan. Terapi rehidrasi orla murah, efektif dan lebih praktis dairpada cairan intravena. Cairan oral antara lain: ringer laktat dll. Cairan diberikan 50-200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status dehidrasi.

Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derjat dehidrasi. Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila pasien mengalami kekurangan cairan 2-5% dair BB. Sedang bila pasien kehilangan cairan 5-8% dari berat badan. Berat bila pasien kehilangan cairan 8-10% dari berat badan. Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Macam macam pemberian cairan: a. BJ plasma dengan rumus:

BJ plasma 1,025 Kebutuhan cairan = ----------------------------- x Berat Badan x 4 ml


0,001 b. Metode pierce berdasarkan klinis: Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x BB (kg) Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg) Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg) c. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis a.l.

skor Kebutuhan cairan = ------------ x 10 % x kgBB x 1 liter


15 Bila skor <> Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang, nasogastrik atau intravena. Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat diberikan cairan per oral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi atau oral/saluran cerna atas tak dapat dipakai. Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3.5 g NaCl, 2.5 g Natrium bikarbonat dan 1.5 g KCl setiap liter. Contoh oralit generic, renalyte, pharolit dll.

2. Diet Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan minum minuman sari buah, the, minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi lactase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alcohol harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus. 3. Obat anti-diare Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala. a) yang paling efektif yaitu derifat opiad missal loperamid, difenoksilat-atropin dan tinktur opium. Loperamid paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat digunakan tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan ensefalopati bismuth. Obat antimotilitas penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas (termasuk infeksi shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat memperlama penyembuhan penyakit. b) obat yang mengeraskan tinja: atapulgit 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti. c) obat anti sekretorik atau anti enkephalinase: Hidrasec 3 x 1 tab/hari.

4. Obat antimikroba
Dalam praktek sehari-hari acapkali dokter langsung memberikan antibiotik/antimikroba secara empiris. Pedoman sederhana pemberian antibiotik pada diare akut dewasa seperti terlihat pada table berikut Pedoman Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada Diare Akut Indikasi Pemberian Antibiotik Demam (suhu oral >38,50C), bloody stools, leukosit, laktoferin, hemoccult, sindroma disentri Travelers diarrhea Diare persisten (kemungkinan Giardiasis) Shigellosis Kotrimoksazole 3 5 hari Kuinolon 1 5 hari Metronidazole 3x500 mg selama 7 hari Kotrimoksazole selama 3 hari Kuinolon selama 3 hari Intestinal Salmonellosis Kloramfenikol/Kotrimoksazole/Kuinolon selama 7 hari Campylobacteriosis Eritromisin selama 5 hari Pilihan Antibiotik Kuinolon 3 5 hari

EPEC ETEC EIEC EHEC Vibrio non kolera Aeromonas diarrhea Yersiniosis

Terapi sebagai Febrile Dysentry Terapi sebagai Travelers diarrhea Terapi sebagai Shigellosis Peranan antibiotik belum jelas Terapi sebagai febrile dysentery Terapi sebagai febrile dysentery Umumnya dapat di terapi sebagai febrile

dysentri.Pada kasus berat : Ceftriaxon IV 1 g/6 jam selama 5 hari Giardiasis Metronidazole 4 x 250 mg selama 7 hari. Atau Tinidazole 2 g single dose atau Quinacine 3 x 100 mg selama 7 hari Ingtestinal Amebiasis Metronidazole 3 x 750 mg 5 10 hari + pengobatan kista untuk mencegah relaps: Diiodohydroxyquin 3 x 650 mg 10 hari atau Paramomycin 3 x 500 mg 10 hari atau Diloxanide furoate 3 x 500 mg 10 hari Cryptosporidiosis Paromomycin 3 x 500 selama 7 hari Isosporiosis Kotrimoksazole 2 x 160/800 7 hari Untuk kasus berat atau immunocompromised :

Obat-obat Probiotik yang merupakan suplemen bakteri atau yeast banyak digunakan untuk mengatasi diare dengan menjaga atau menormalkan flora usus. Namun berbagai hasil uji klinis belum dapat merekomendasikan obat ini untuk diare akut secara umum. Probiotik meliputi Laktobasilus, Bifidobakterium, Streptokokus spp, yeast (Saccaromyces boulardi),dan lainnya.

2.9 PENCEGAHAN

Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:

1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting: 1) sebelum makan, 2) setelah buang air besar, 3) sebelum memegang bayi, 4) setelah menceboki anak dan 5) sebelum menyiapkan makanan; 2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi; 3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain); 4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Diare akut pada orang dewasa banyak ditemukan di klinik dalam praktek sehari-hari. Salah satu etiologinya adalah infeksi yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme seperti virus, bakteri, protozoa, dan helminth. Pemahaman tentang patofisiologi diare akut dapat mengarahkan kita untuk mencari dan mengetahui etiologi dan memberikan terapi yang sesuai. Terapi simtomatik sebagai tambahan terhadap terapi kausal kadang diperlukan untuk mengurangi keluhan penderita yang mengganggu aktifitas sehari-hari akibat diare akut.

DAFTAR PUSTAKA 1. DuPont HL : Guidelines on Acute Infectious Diarrhea in Adults, American Journal of Gastroenterology, No.11, November 1997. 2. Marcellus Simadibrata K, Daldiyono, Diare Akut. Dalam Noer HMS-Waspadji S-Rachman AM. Lesmana LA-Widodo D-ISbagio H-Alwi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007. Hal. 408 413 3. Hardjono dkk, Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin. 2003

4. Ilnyckyj A : Clinical Evaluation and Management of Acute Infectious Diarrhea in Adult, Gastroenterology Clinics, WB Saunders Company, September 2001. 5. Pedoman Cairan Infus. Edisi revisi IX, PT. Otsuka Indonesia.2007 6. Turgeon DK, Fritsche, T.R : Laboratory Approachs to Infectious Diarrhea, Gastroenterology Clinics, WB Saunders Company, September 2001. 7. World Gastroenterology Organisation. Global Guidelines 2005.

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1.

Status Gizi Ibu Hamil a. Pengertian Status gizi Status Gizi adalah Keadaan tubuh seseorang sebagai akibat penggunaan makanan zat gizi oleh tubuh (Sufiati, 2008). Status Gizi adalah keadaan t ubuh seseorang sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat -zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, baik dan lebih (Almatsier, 2001). Status gizi adalah ekspresi dalam keadaan seimbang dalam bentuk variabel tertentu, atau pe rwujutan dari nutrient dalam benruk variabei tertentu (Supariasa, 2001). b. Faktor yang mempengaruhi status gizi Status gizi ibu hamil di pengar uhi terhadap faktor resiko, diet, pengukuran antropometrik dan biokimi a. Penilaian tentang asupan pangan dapat di peroleh melalui ingatan 24 jam (Arisman, 2004, p.8). Maka gizi ibu yang kurang baik perlu di perbaiki keadaan gizinya atau yang obesitas mendekati yang normal, yang di lakukan sebelum hamil. Sehingga mereka mempunyai kese mpatan lebih besar untuk mendapatkan bayi yang sehat, serta untuk mempertahankan kesehatannya sendiri 8 9 Berat badan bayi baru lahir dite ntukan oleh (disamping faktor genetis) status gizi janin. Status gi zi janin ditentukan antara lain oleh status gizi ibu pada waktu melahi rkan dan keadaan ini dipengaruhi pula oleh status gizi ib

u pada waktu konsepsi. St atus gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh: 1) Keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum hamil 2) Keadaan kesehatan dan gizi ibu 3) Jarak kelahiran jika yang di kandung bukan anak yang pertama 4) Paritas dan usia kehamilan pertama. Status gizi pada waktu melahi rkan ditentukan berdasarkan kesehatan dan status gizi waktu ko nsepsi, juga berd asarkan keadaan sosial dan ekonomi waktu hamil, derajat pekerjaan fisik, asupan pangan, dan pemah tidaknya terjangkit penyakit infeksi. Status gizi ibu akan mempengar uhi status gizi janin dan berat lahir. Penilaian status gizi dan perubahan fisiologis selama hamil dapat digunakan untuk memperkirakan laju pertumbuhan janin, misalnya berat badan rendah sebelum konsepsi serta pertambahan berat badan yang tidak adekuat (Arisman, 2004,pp. 8-9). (Iihat skema2.1) 10 Skema faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil Skema 2.1 faktor yang mempengar uhi status gizi ibu hamil Sumber Ariaman, 2001
Status sosek ibu sebelum hamil Status gizi dan kesehatan ibu Jarak kelahiran

Partus Usia hamil pertama Status gizi ibu ketika konsepsi Status gizi ibu sebelum hamil Pekerjaan fisik Makanan Penyakit infeksi Status kesehatan Status gizi ketika melahirkan Status gizi janin Berat lahir GEN

11 c. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Dari hasil pengamatan ada hubungan yang kuat antara keadaan gizi ibu sebelum hamil dengan bera t bayi yang dilahirkan, sedangkan berat bayi lahir merupakan indika si yang potensial untuk status kesehatan bayi nantinya. Bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram mempunyai kesempatan tinggi secara statistik untuk mendapatkan penyakit atau meningga l pada awal kehidupannya. Pada tubuh ibu yang kurang gizi tidak dapat membentuk plasenta yang sehat, yang cukup menyimpan zat -zat gizi untuk janin selama pertumbuhannya. Maka gizi ibu yang kurang baik perlu diperbaiki keadaan gizinya atau yang obesitas menjadi mendekati normal, yang dilakukan sebelum hamil. Sehingga mereka mempunyai kesempatan lebih besar untuk mendapatkan ba

yi yang sehat, serta untuk mempertahankan kesehatannya se ndiri (Soetjaningsih, 2000, pp.132133). Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan atau pada saat kehamilan akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR). Disamping itu akan mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus dan sebaga inya. Kondisi anak yang terlahir dari ibu yang kekurangan gizi dan hidup dalam lingkungan yang miskin akan menghasilkan genera si kekurangan gizi dan mudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah suatu hal dalam kehidupan yang dapat membuat keluarga bahagia. Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental yang bersifat alami dimana para calon ibu harus sehat dan mempunyai kecukupan gizi sebelum dan setelah hamil. Agar kehamilan berjalan sukses, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan yang baik dan selama hamil mendapatkan tambahan protein, minimal seperti zat besi dan kalsium, vitamin, asam folat dan energi. Kekurangan atau kelebihan makanan pada masa hamil dapat berakibat kurang baik bagi ibu, janin yang dikandung serta jalannya persalinan. Oleh karena itu, perhatian terhadap gizi dan pengawasan berat badan (BB) selama hamil merupakan salah satu hal penting dalam pengawasan kesehatan pada masa hamil. Selama hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi daripada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya, bila makanan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain.Agar ibu hamil lebih tahu dan mengerti tentang pentingnya gizi seimbang serta menu seimbang saat kehamilan maka dengan demikian dibuatnya makalah ini. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan gizi seimbang serta menu seimbang bagi ibu hamil? 2. Apa saja dampak dan factor yang mempengaruhi gizi pada ibu hamil?

3. Apa dampak kekurangan gizi serta kebutuhan gizi pada ibu hamil? 4. Apa saja contoh kombinasi menu makanan gizi seimbang pada ibu hamil dalam 1 minggu ? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian gizi seimbang serta menu seimbang pada ibu hamil. 2. Untuk mengetahui apa saja manfaat dan factor yang mempengaruhi gizi pada ibu hamil. 3. Untuk mengetahui apa saja dampak kekurangan gizi serta kebutuhan gizi pada ibu hamil. 4. Untuk mengetahui apa saja menu makanan gizi seimbang pada ibu hamil dalam waktu 1 minggu. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Makanan dengan Gizi Seimbang Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang cukup mengandung karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrien akan meningkat selama hamil, namun tidak semua kebutuhan nutrien meningkat secara proporsional. Pada dasarnya menu makanan untuk ibu hamil, tidak banyak berbeda dari menu sebelum hamil. Oleh karena itu, diharapkan tidak ada kesulitan dalam pengaturan menu selama hamil.Selama hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi dari pada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya, bila makanan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain. Demikian pula, bila makanan ibu kurang, tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum hamil telah buruk pula. Keadaan ini dapat mengakibatkan abortus, BBLR, bayi lahir prematur atau bahkan bayi lahir mati. Pada saat bersalin dapat mengakibatkan persalinan lama, perdarahan, infeksi dan kesulitan lain yang mungkin memerlukan pembedahan. Sebaliknya, makanan yang berlebihan dapat mengakibatkan kenaikan BB yang berlebihan, bayi besar, dan dapat pula mengakibatkan terjadinya preeklampsi (keracunan kehamilan). Bila makanan ibu kurang, kemudian diperbaiki setelah bayi lahir, kekurangan yang dialami sewaktu dalam kandungan tidak dapat sepenuhnya diperbaiki. Faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil antara lain : Umur Berat badan Suhu lingkungan Pengetahuan ibu hamil dan keluarga tentang zat gizi dalam makanan Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan Aktivitas Status kesehatan Status ekonomi Hal yang perlu diperhatikan ibu hamil dalam mengatur menu makanan selama hamil, antara lain: 1. Menghindari mengkonsumsi makanan kaleng, makanan manis yang berlebihan, susu berlemak dan makanan yang sudah tidak segar. 2. Ibu hamil sebaiknya makan teratur sedikitnya tiga kali sehari. 3. Hidangan yang tersusun dari bahan makanan bergizi. 4. Mempergunakan aneka ragam makanan yang ada.

5. Memilih dan membeli berbagai macam bahan makanan yang segar. 6. Mengurangi bahan makanan yang banyak mengandung gas, seperti sawi, kool, kubis dan lainlain. 7. Mengurangi bumbu yang merangsang, seperti pedas, santan kental. 8. Menghindari merokok dan minum-minuman keras. 2.2 Dampak Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil Anemia gizi besi Kekurangan zat besi banyak terdapat di Indonesia sehingga ibu hamil dinajurkan agar mengkonsumsi tambahan zat besi atau makanan yang mengandung zat besi. Seperti hati ayam dan lain-lain. Kenaikan BB yang rendah selama hamil Di negara maju rata-rata kenaikan BB selama hamil 12-14 kg. Bila ibu hamil kurang gizi kenaikan BB hanya 7-8 kg berakibat melahirkan bayi BBLR. Tapi, berdasarkan perkembangan terkini juga disampaikan bahwa ternyata penambahan BB selama kehamilan tidak terlalu mempengaruhi BB janin, karena ada kalanya ibu yang penambahan BB nya cukup ternyata BB janinnya masih kurang dan ada juga ibu yang penambahan berat badannya kurang selama kehamilan tapi BB janinnya sesuai. Ngidam (pica) dan mual muntah berlebihan selama kehamilan (hiperemesis gravidarum) Mual muntah yang berlebihan yang sampai menyebabkan ibu pingsan dan lemah memerlukan penanganan khusus. Namun , biasanya emesis ini hanya terjadi pada awal-awal kehamilan saat kebutuhan gizi janin belum terlalu besar. 2.3 Kebutuhan Gizi untuk Ibu Hamil dan Contoh Makanannya Bahan makanan yang dianjurkan dikonsumsi dalam sehari, antara lain: Kelompok Bahan Makanan Porsi Roti, serealia, nasi dan mie 6 piring/porsi Sayuran 3 mangkuk Buah 4 potong Susu, yoghurt dan atau keju 2 gelas Daging, ayam, ikan, telur dan kacang-kacangan 3 potong Lemak, minyak 5 sendok teh Gula 2 sendok makan Kebutuhan makanan ibu hamil per hari (sumber: Widya Karya Pangan dan Zat Gizi Indonesia) Jenis Makanan Jumlah yang Dibutuhkan Jenis Zat Gizi Sumber zat tenaga (karbohidrat) 10 porsi nasi/pengganti 2 sdm gula 4 sdm minyak goreng Karbohidrat Sumber zat pembangun dan mineral 7 porsi terdiri dari:

2 ptg ikan/daging, @ 50 gr 3 ptg tempe/tahu, @50-75 gr 1 porsi kacang hijau/merah Protein, vitamin Sumber zat pengatur 7 porsi terdiri dari : 4 porsi sayuran berwarna @ 100 gr 3 porsi buah2an @ 100 gr Vitamin dan mineral Susu 2-3 gelas Karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral Contoh menu makanan dalam sehari bagi ibu hamil Bahan Makanan Porsi Hidangan Sehari Jenis Hidangan Nasi 5 + 1 porsi Makan pagi: nasi 1,5 porsi (150 gram) dengan ikan/daging 1 potong sedang (40 gram), tempe 2 potong sedang (50 gram), sayur 1 mangkok dan buah 1 potong sedang Sayuran 3 mangkuk Buah 4 potong Tempe 3 potong Makan selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang Daging 3 potong Susu 2 gelas Makan siang: nasi 3 porsi (300 gram), dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi Selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang Makan malam: nasi 2,5 porsi (250 gram) dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi/siang Selingan: susu 1 gelas Minyak 2 gelas Gula 2 sendok makan Menu di atas dapat divariasikan dengan bahan makanan penggantinya, sebagai berikut: Jenis Bahan Makanan Pengganti 1 porsi nasi (100 gram) Roti 3 potong sedang (70 gram), kentang 2 biji sedang (210 gram), kue kering 5 buah besar (50 gram), mie basah 2 gelas (200 gram), singkong 1 potong besar (210 gram), jagung biji 1 piring (125 gram), talas 1 potong besar (125 gram), ubi 1 biji sedang (135 gram) 1 potong sedang ikan (40 gram) 1 potong kecil ikan asin (15 gram), 1 sendok makan teri kering (20 gram), 1 potong sedang ayam tanpa kulit (40 gram), 1 buah sedang hati ayam (30 gram), 1 butir telur ayam negeri (55 gram), 1 potong daging sapi (35 gram), 10 biji bakso sedang (170 gram) dan lainnya 1 mangkuk (100 gram) sayuran Buncis, kol, kangkung, kacang panjang, wortel, labu siam, sawi, terong dan lainnya. 1 potong buah 1 potong besar papaya (110 gram), 1 buah pisang (50 gram), 2 buah jeruk manis (110 gram), 1 potong besar melon (190 gram), 1 potong besar semangka (180 gram), 1 buah apel (85 gram), 1 buah besar belimbing (140 gram), 1/4 buah nenas sedang (95 gram), 3/4 buah mangga besar (125 gram), 9 duku buah sedang (80 gram), 1 jambu biji besar (100 gram), 2 buah

jambu air sedang (110 gram), 8 buah rambutan (75 gram), 2 buah sedang salak (65 gram), 3 biji nangka (45 gram), 1 buah sedang sawo (85 gram), dan lainnya. 2 potong sedang tempe (50 gram) Tahu 1 potong besar (110 gram), 2 potong oncom kecil (40 gram), 2 sendok makan kacang hijau (20 gram), 2,5 sendok makan kacang kedelai (25 gram), 2 sendok makan kacang merah segar (20 gram), 2 sendok makan kacang tanah (15 gram), 1,5 sendok makan kacang mete (15 gram), dan lainnya. 1 gelas susu sapi (20 cc) 4 sendok makan susu skim (20 gram), 2/3 gelas yogurt non fat (120 gram), 1 potong kecil keju (35 gram), dan lainnya. Minyak kelapa 1 sendok teh (5 gram) avokad 1/2 buah besar (60 gram), 1 potong kecil kelapa (15 gram), 2,5 sendok makan kelapa parut (15 gram), 1/3 gelas santan (40 gram), dan lainnya. Gula pasir 1 sendok makan (13 gram) 1 sendok makan madu (15 gram) 2.4 Contoh Kombinasi Menu Makanan untuk Ibu Hamil Selama 1 Minggu Hari/Waktu Pagi Siang Malam Senin 1. 1 porsi nasi (100 gram) 2. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 3. 1 potong sedang ayam tanpa kulit (40 gram) 4. 1 gelas susu sapi (20 cc) 5. Buah pepaya 100 gram 1. 3 porsi nasi (300 gram) 2. 1 potong sedang tempe (50 gram) 3. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 4. 1 potong sedang ikan (40 gram) 5. 1 buah sedang hati ayam (30 gram) 6. Jus tomat 7. Pudding susu 1. 1,5 porsi nasi (150 gram) 2. 1 butir telur ayam negeri (55 gram) 3. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 4. 2 buah jeruk manis (110 gram) 5. 1 gelas susu sapi (20 cc) Selasa 1. Nasi 1 porsi (100 gram) 2. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 3. 1 potong kecil ikan asin (15 gram) 4. 1 buah pisang (50 gram) 5. 1 gelas susu sapi (20 cc) 1. Nasi 3 porsi (300 gram) 2. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 3. 1 buah sedang hati ayam (30 gram) 4. 1 potong daging sapi (35 gram) 5. 2 sendok makan kacang merah segar (20 gram) 6. 1 potong besar semangka (180 gram) 7. 1 gelas jus jeruk 1. 1,5 porsi nasi (150 gram) 2. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 3. 1 potong ikan asin (15 gram)

4. avokad 1/2 buah besar (60 gram) 5. 4 sendok makan susu skim (20 gram) Rabu 1. mie basah 2 gelas (200 gram) 2. Tahu 1 potong besar (110 gram) 3. 10 biji bakso sedang (170 gram) 4. 1 buah sedang sawo (85 gram) 5. 1 sendok makan madu (15 gram) 6. 1 gelas susu sapi (20 cc) 1. 3 porsi nasi (300 gram) 2. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 3. 2 sendok makan kacang tanah (15 gram) 4. 1 sendok makan teri kering (20 gram) 5. 1 potong daging sapi (35 gram) 6. 3/4 buah mangga besar (125 gram) 7. Jus alpukat (60 gram) 1. 1,5 porsi nasi (150 gram) 2. 1 mangkuk sayuran (100 gram) 3. 1 butir telur ayam negeri (55 gram) 4. 1 potong besar semangka (180 gram) 5. 1 gelas susu sapi (20cc) Kamis 1. 1 porsi nasi (100 gram) 2. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 3. 1 potong sedang ayam tanpa kulit (40 gram) 4. 1 gelas susu sapi (20 cc) 5. Buah pepaya 100 gram 1. 3 porsi nasi (300 gram) 2. Tahu 1 potong besar (110 gram) 3. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 4. 1 potong sedang ikan (40 gram) 5. 1 buah sedang hati ayam (30 gram) 6. Jus tomat + wortel 7. Bubur kacang ijo 1. 1,5 porsi nasi (150 gram) 2. 1 butir telur ayam negeri (55 gram) 3. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 4. 2 buah jeruk manis (110 gram) 5. 1 gelas susu sapi (20 cc) Jumat 1. mie basah 2 gelas (200 gram) 2. Tahu 1 potong besar (110 gram) 3. 10 biji bakso sedang (170 gram) 4. 1 buah sedang sawo (85 gram) 5. 1 sendok makan madu (15 gram) 6. 1 gelas susu sapi (20 cc)

1. 3 porsi nasi (300 gram) 2. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 3. 2 sendok makan kacang tanah (15 gram) 4. 1 sendok makan teri kering (20 gram) 5. 1 potong daging sapi (35 gram) 6. 3/4 buah mangga besar (125 gram) 7. Jus alpukat (60 gram) 1. 1,5 porsi nasi (150 gram) 2. 1 mangkuk sayuran (100 gram) 3. 1 butir telur ayam negeri (55 gram) 4. 1 potong besar semangka (180 gram) 5. 1 gelas susu sapi (20cc) Sabtu 1. Nasi 1 porsi (100 gram) 2. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 3. 1 potong kecil ikan asin (15 gram) 4. 1 buah pisang (50 gram) 5. 1 gelas susu sapi (20 cc) 1. nasi 3 porsi (300 gram) 2. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 3. 1 buah sedang hati ayam (30 gram) 4. 1 potong daging sapi (35 gram) 5. 2 sendok makan kacang merah segar (20 gram) 6. 1 potong besar semangka (180 gram) 7. 1 gelas jus jeruk 1. 1,5 porsi nasi (150 gram) 2. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 3. 1 potong daging sapi (35 gram) 4. avokad 1/2 buah besar (60 gram) 5. 4 sendok makan susu skim (20 gram) Minggu 1. 1 porsi nasi (100 gram) 2. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 3. 1 potong sedang ayam tanpa kulit (40 gram) 4. 1 gelas susu sapi (20 cc) 5. Buah pepaya 100 gram 1. 3 porsi nasi (300 gram) 2. Tahu 1 potong besar (110 gram) 3. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 4. 1 potong sedang ikan (40 gram) 5. 1 buah sedang hati ayam (30 gram) 6. Jus semangka 7. Bubur kacang ijo 1. 1,5 porsi nasi (150 gram) 2. 1 butir telur ayam negeri (55 gram) 3. 1 mangkuk (100 gram) sayuran 4. 2 buah jeruk manis (110 gram) 5. 1 gelas susu sapi (20 cc)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kebutuhan gizi seimbang ibu hamil dalam sehari yang patut dipenuhi adalah: Zat Gizi Jumlah Kebutuhan Per Hari Kalori 2680 kkal Protein 95 gram Lemak 65 gram Karbohidrat 350 gram 3.2 Saran Agar ibu selalu dalam keadaan sehat dan janin yang dikandung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka sebaikanya para ibu hamil dapat memenuhi semua kebutuhan nutrisinya selama hamil. Daftar Pustaka 1. docstoc.com/docs/16106147/Gizi-ibu-hamil diunduh 21 Mei 2010, 09:30 PM 2. Francin, P. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC, Jakarta, 2005. gizikuseimbang.blogspot.com/2009/03/gizi-seimbang-bagi-wanita-hamil.html diunduh 21 Mei 2010, 06:46 PM 3. lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/17/gizi-seimbang-ibu-hamil/ diunduh 22 mei 2010, 12:21 AM 4. scribd.com/doc/6223587/Kebutuhan-Zat-Gizi-Sepanjang-Daur-Kehidupan-Manusia diunduh 21 Mei 2010, 06:49 PM 5. Sophia, E. 2009. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. medicastore.com/artikel/268/Kebutuhan_Gizi_Ibu_Hamil.html diunduh 21 Mei 2010, 09:21 PM 6. Wiryo, H. 2002. Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui dengan Bahan Makanan Lokal. Jakarta: Sagung Seto.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar perlunya gizi seimbang bagi ibu hamil pada masa kehamilan merupakan masa terjadinya stress fisiologi pada ibu hamil. Ibu hamil sebenernya sama dengan ibu yang tidak hamil, namun kualitas dan kuantiatasnya perlu ditingkatkan melalui pola makan yang baik dengan memilih menu seimbang dengan jenis makanan yang bervariasi (Purwita Sari, 2009). Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental yang bersifat alami dimana para calon ibu harus sehat dan mempunyai kecukupan gizi sebelum dan setelah hamil, agar kehamilan berjalan sukses, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan yang baik dan

selama hamil harus mendapatkan tambahan energi dan zat gizi yang seimbang untuk peertumbuhan dan perkembangan janin dengan tetap mempertahankan zat gizi ibu hamil seperti tambahan protein minimal seperti zat besi, kalsium, vitamin, asam folat dan energi (Ramayulis, 2009). Ibu memerlukan gizi, jika ibu mengalami kekurangan gizi akan menimbulkan masalah baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya serta kurang gizi dapat mempengaruhi pertumbuhaan dan dapat meenimbulkan keguguran, abortus, cacat bawaan dan berat janin bayi menjadi rendah. Oleh karena itu, perhatian terhadap gizi dan pengawasan berat badan (BB) selama hamil merupakan salah satu hal penting dalam pengawasan kesehatan pada masa hamil (Zulhaida. Com, 2005). Selama hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi daripada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang di kandungnya, bila makan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain. Demikian pula, bila makanan ibu kurang tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum hamil teelah buruk pula. Keadaan ini dapat mengakibatkan abrotus, BBLR, bayi baru lahir prematur atau bahkan bayi baru lahir mati. Sebaliknya, jika makanan berlebih akan mengakibatkan kenaikan berat badan yang berlebihan, bayi besar, dan dapat pula mengakibatkan terjadinya preeklamasi.

B. Ruang Lingkup Pemenuhan gizi ibu hamil adalah yang terpenting pada masa kehamilan. Dengan mendapatkan gizi yang seimbang dan baik, ibu hamil dapat mengurangi resiko ksehatan pada janin dan sang ibu. Oleh karena itu, memperhatikan asupan makanan dan juga nutrisi sangat penting dilakukan oleh ibu hamil maupun keluarganya. Menjaga keseimbangan gizi pada ibu hamil sangat di perlukan agar kondisi ibu dan janin tetap sehat dengan memberikan makanan yang cukup mengandung karbonhidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga. Dan sebagai sumber zat pembangun protein mendapatkan tambahan minimal zat besi, kalsium, vitamin, asam folat dan energi.

C. Tujuan

a. Tujuan Umum Untuk memenuhi tugas mata kuliah dan menambah pengetahuan mahasiswa tentang pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada saat kehamilan.

b. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang gizi pada saat kehamilan 2. Untuk mengetahui pengetahuan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang pada saat kehamilan 3. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang faktor dan dampak kekurangan gizi pada ibu hamil 4. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang menu atau makanan yang harus dikonsumsi pada saat hamil.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan. Pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Olehkarena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi anekaragam makanan, kecuali bayi umur 1-4 bulan yang cukup

mengkonsumsi air susu ibu (ASI) saja. Bagi bayi umur 1-4 bulan, ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang bayi secara wajar dan sehat. Makan maakanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan terutama pada ibu hamil. Makanan yang beranekaragam yaitu makanan yang banyak mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan baik kualitas maupun kuantitasnya. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan saah satu zat gizi pada jenis makanan akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain, sehingga makanan yang beranekaragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi ibu hamil serta janin yang ada dalam kandungannya.

B. Makanan dan Gizi Seimbang bagi Ibu hamil Makanan dan Gizi seimbang merupakan makan yang cukup mengandung karbonhidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrisi akan meningkat selama ibu hamil, namun tidak smua kebutuhan nutrisi meningkat secara propesional. Pada dasarnya menu makanan pada ibu hamil tidak banyak berbeda dari menu sebelum hamil. Oleh karena itu, diharapkan tidak ada kesulitan dalm pengaturan menu selama hamil. Selama hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi pada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil di butuhkan untuk dirinya dan janin yang di kandungnya, bila makanan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain (Purwita Sari, 2009). Demikian pula bila makan ibu kurang, tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum hamil telah buruk pula. Keadaan ini akan mengakibatkan abortus, BBLR, bayi lahir prematur atau bahkan bayi yang lahir akan meninggal dunia. Pada saat bersalin dapat mengakibatkan persalinan lama, pendarahan, infeksi, dan kesulitan lain yang mungkin memerlukan pembedahan. Sebaliknya makanan yang berlebih akan mengakibatkan kenaikan berat badan yang berlebihan, bayi besar, dan dapat pula mengakibatkan terjadinya preeklampsi ( keeracunan kehamilan ). Dan bila makan ibu kurang, kemudian di perbaiki setelah bayi lahir kekurangan yang di alami sewaktu dalam kandungan tidak dapat sepenuhnya di perbaiki. Makamam ibu sebelum dan selama kehamilan berperan penting dalam ketersediaan asam lemak esensial pada simpanan jaringan lemak ibu. Jenis asam lemak seperti : 1. Asam lemak Omega 3, yaitu asam lemak linoleat, yang terdiri dari eikosapentaenoat (EPA) dan asam dekosahektaenoat (DHA). Asm lemak Omega 3 pada ibu hamil dan menyusui ini

berfungsi mempengaruhi membran sel-sel syaraf, mempengaruhi fungsi otak untuk pertumbuhan dan perkembangan plasenta dan fetus, mencegah asterosklerosis dan penyakait jantung koroner serta penyembuahan penyakit nefritis dan arthritis. 2. Asam lemak omega 6, yaitu asam lemak linolat (LNA), yang didalam tubuh dikonversi menjadi asam lemak arakidonat yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan janin bayi serta kseehatan kulit ibu, janin dan bayi. Dasar perlunya gizi seimbang bagi ibu hamil pada masa kehamilan merupakan masa terjadinya stress fisiologi pada ibu hamil. Karena masa penyesuaian tubuh ibu terhadap perubahan fungsi tubuh. Ibu hamil sebenernya sama dengan ibu yang tidak hamil, namun kualitas dan kuantitasnya di tingkatkan melalui pola makan dengan kebiasaan makan yang baik, pola makan dan kebiasaan makan yang baik disini adalah menu seimbang dengan jenis bevariasi. WHO mengatakan kehamilan ibu harus menyediakan nutrisi yang penting bagi pertumbuhan anak dan dirinya. Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil banyak mendapat perhatian dari berbagai komite di seluruh negara. Di negara berkembang termasuk indonesia masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian ibu tidak dapat di pungkiri lagi dari masa kehamilan meenjadi saat yang paling berbahaya dalam hidupnya (Derekam,2005) Di daerah pedesaan banyak ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi sekitar 23% secara umum penyebab kurang gizi pada ibu hamil tersebut adalah menkonsumsi makanan yang tidak terpenuhi oleh syarat gizi yang di anjurkan, dengan adanya jarak kehamilan dan persalinan yang berdekatan pada ibu hamil dengan tingkat pendidikan serta pengetahuan yang kurang akan menyebabkan tingkat kematian pada ibu meenjadi tingggi (www.info, kes.com, 2007). Untuk menjaga keseimbangan gizi pada ibu hamil dalam mengatur asupan atau menu makanan ada hal-hal yang perlu di perhatikan selama hamil misalnya : 1. Menghindari mengkonsumsi makanan kaleng, makanan manis yang berlebihan, serta makanan yang sudah tidak segar 2. Ibu hamil sebaiknya makan dengan teratur untuk menjaga tubuh agar janin yang ada dalam kandung bisa menyerap makanan dari ibunya dengan baik 3. Hidangan yang tersusundari bahan makanan bergizi 4. Mengunakan anekaragam makanan yang mengandaug banyak nutrisi dengan membeli dan memilih makanan yang segar dan bergizi

5.

Mengurangi bahan makanan yang banyak mengandung gas seperti sawi, kool, kubis dan lainlain

6. Menghindari merokok dan minum-minuman keras seperti alkohol dan laiin-lain. Menu makanan untuk ibu hamil Pada dasarnya tidak banyak berbeda dari menu sebelum hamil. Jadi seharusnya tidak ada kesulitan dalam pengaturan menu makanan selama hamil.

contoh menu sehari pada ibu hamil. Bahan makanan Nasi Sayuran Buah Tempe Daging Susu Minyak Porsi hidangan sehari 5 + 1 porsi 3 mangkuk 4 potong 3 potong 3 potong 2 gelas 5 sendok teh jenis hidangan Makanan pagi : nasi 1,5 porsi (150 gram) dengan ikan/daging 1 potong sedang (40 gram), tempe 2 potong sedang (50gram), sayur 1 mangkuk dan buah 1 potong sedang. Makan selingan : susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang Makan siang : nasi 3 porsi (300 gram), dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi. Makan selingan : susu 1 gelas dan buah 1 potong Gula D. sendok makan Makan malam : nasi 2,5 porsi (250 gram), dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi/siang. Makan selingan : susu 1 gelas

C. Nutrisi Pada Ibu Hamil Zat makanan sangat penting bagi ibu hamil karena berfungsi untuk perkembangan dan pertumbuhan janin. Oleh karena itu, kebutuhan akan zat makanan harus selalu terpenuhi didalam tubuh ibu hamil karena janin memerlukan gizi untuk perkembangannya. Menurut Dr. Tina Wardani Wisesa, kehamilan sangatlah memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupan perempuan karena dapat mempengaruhi kondisi fisiologis dan kejiwaan.

Dijelaskan, dalam masa kini akan terjadi penurunan nafsu makan akibat faktor fisik maupun pisikis sering muncul diawal kehamilan. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya ibu makan dalam jumlah kecil tetapi sering. Makanan yang dimakan hendaknya tidak kekurangan dan juga kelebihan. Namun, yang pasti haruslah banyak mengandung gizi dan cukup mengandung vitamin dan minralyang banyak diperlukan didalam tubuh ibu hamil. Kebutuhan gizi akan terus meningkat, terutama setelah memasuki kehamilan trimester kedua. Sebab pada saat itu, pertumbuhan janin berlangsung sangat cepat dan berat badan ibu pun naik turun denagan cepat. Pada dua bulan terakhir kehamilan, otak bayi berkembang sangat cepat, karena pada periode ini bayi memerlukan gizi untuk pengembangan otak dan jaringan syaraf. Hal yang harus diperhatikan, meskipun nafsu makan meningkat yaitu tetap berpegang pada pola makan dengan gizi seimbang dengan menghindari makanan yang berkalori tinggi. Ada beberapa jenis makanan yang harus dihindari oleh ibu hamil, karena kemungkinan membawa bibit penyakit atau parasit tertentu yangg bisa membahayakan janin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemenuhan nutrisi ibu hamil yaitu: 1. Ibu harus makan teratur tiga kali sehari. 2. Hidangan harus tersusun dari bahan makanan bergizi yang terdiri : makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan dan diusahan minum susu 1 gelas setiap hari. 3. Menggunakan aneka ragam makanan yang ada. 4. Memilih berbagai macam bahan makanan yang segar. Kegunaan makanan pada ibu hamil a. Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan b. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan untuk sang ibu sendiri c. Agar luka-luka persalinan cepat sembuh d. Guna untuk mengadakan cadangan untuk masa laktasi. D. Faktor yang mempengaruhi Gizi Ibu Hamil 1. Umur Lebih muda umur ibu hamil, maka energi yang dibutuhkan akan lebih banyak 2. Berat badan Berat badan lebih atau kurang dari berat badan rata-rata untuk umur terteentu, merupakan faktor yang dapat menentukan jumlah zat makanan yang harus di cukupi selama hamil. 3. Suhu lingkungan Suhu tubuh di pertahankan pada 36,5-37c yang digunakan untuk metabolisme optimum. Lebih besar perbedaan suhu tubuh dan lingkungan berarti lebih besar pula masukan energi yang di perlukan. 4. Pengetahuan ibu hamil dan keluarga tentang zat Gizi dalam makanan Perencanaan dan penyusunan makanan kaum ibu atau wanita dewasa mempunyai peranan yang penting. Faktor yang mempengaruhi perencanan dan penyusunan makanan yang sehat dan seimbang bagi ibu hamil yaitu kemampuan keluarga dalam membeli makanan serta pengetahuan tentang gizi. Dengan demikain, tubuh ibu akan menjadi lebih efisien dalam menyerap zat gizi dari makanan sehari-hari. 5. Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan

Pada umumnya, kaum ibu atau wanita lebih memperhatikan keeluarga dari pada saat ibu hamil. ibu hamil sebaiknya memeriksakan kehamiannya minimal empat kali selama kehamilan. 6. Aktivitas Semakin banyak aktivitas yang dilakukan maka semakain banyak energi yang di butuhkan oleh tubuh. 7. Status kessehatan Pada saat kondisi tidak sehat maka asupan energi tetap harus diperhatiakn. 8. Status ekonomi Status ekonomi maupuun sosial mempengaruhi terhadap pemilihan makanan TRIMESTER PERTAMA PADA USIA KEHAMILAN -3 BULAN a. Merupakan masa penyusunan ibu terhadap kehamilannya b. Pertumbuhan janin masih berlangsung lambat sehingga kebutuhan gizi untuk pertumbuhan janin belum banyak c. Kebutuhan gizi ibu hamil pada masa ini masih sama dengan wanita dewasa biasa d. Diketahui bahwa keluhan yang timbul pada trimester 1 adalh kurang nafsu makan, mual, pusing, halusinasi, ingin makan yang aneh aneh, mual muntah dan lain-lain e. Dalam batas tertentu hal ini masih wajar, yang perlu dianjurkan adalahh makan berupa makanan yang mudah dicerna dalam porsi sedikit tetapi sering f. Bahan makanan yang baik diberikan adalah makanan kering fdan segar seperti roti panggang, biskuit dan sereal serta buah-buahan segar seperti sari buah. TRIMESTER KEDUA PADA USIA 4-6 BULAN DAN KETIGA PADA USIA 7-9 BULAN Pertumbuhan janin berlangsung cepat pada masa ini 50% dari penambahan BB terjadi pada bulan keenam dan ketujuh Nafsu makan meningkat Pada masa ini penambahan zat gula diperlukan untukk memelihara kesehatan yang baik.

a. b. c. d.

E. Dampak kekurangan gizi pada ibu hamil Dampak yang akan terjadi jika ibu mengalami kekurangan gizi saat hamil bisa menyebabkan seperti : 1. Anemia gizi besi Kekurangn zat beesi banyak terdapat di indonesia sehingga ibu hamil di anjurkan agar menkonsumsi tambahan zat besi atau makan yang mengandung zat besi seperti hati ayam dan lain-lain 2. Kenaikan berat badan yangg rendah selama hamil Di negara maju rata-rata kenaiakn berat badan selama hamil 12-14 kg. Bila ibu hamil kurang gizi kenaikan berad badan hanya 7-8 kg berakibat melahirkan bayi BBLR. Tetapi, bedasarkan perkembangan terkini juga disampaikan bahwa ternyata penambahan berat badan selama kehamilan tidak terlalu mempengaruhi berat badan janin, kareena ada klanya ibu yaang penambahan berat badannya cukup ternyata berar badan janinnya masih berkurang dan ada juga ibu yang penambahan berat badannya kurang selama kehamilan tetapi janinnya sesuai. 3. Ngidam dan mual muntah selama kehamilan (hiperemisis garvidarum) Hipermisis Garvidarum meruupakan komplikasi dari kehamilan yang menyyebabkan mual dan muntah yang terjadi secara terus menerus sehingga menggangu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan, Ini juga bisa menyeebabkan ibu pingsan dan lemah sehingga memerlukan penangan yang khusus. Namun, biasanya emisis hanya terjadi pada awal-awal kehamilan saat kebutuhan gizi janin belum terlalau besar.

F. Kebutuhan Gizi pada ibu hamil 1. Kebutuhan energi Kebutuhan energi pada ibu hamil tergantung pada BB seblum hamil dan pertambahan BB selama kehamilan, karena adanya peningkatan basal metabolisme dan pertumbuhan janin yang pesat terutama pada trimester II dan III. Direkomendasikan penambahan jumlah kalori sebesar 285-300 kalori perhari dibanding saat tidak hamil. berdasarkan perhitungan, pada akhir kehamilan dibutuhkan sekitar 80.000 kalori lebih banyak dari kebutuhan kalori sebelum hamil. Pada trimester I energi masih sedikit di butuhkan, pada trimester II energi di butuhkan untuk penambahan darah, perkembangaan uterus, pertumbuhan massa mammae atau payudara, dan penimbunan lemak. Sedangkan pada trumester III energi di butuhkan untuk pertumbuhan janin dan plaseta. 2. Protein Tambahan protein diperlukan untuk pertumbuhan janin, uterus, jaringan payudara, hormon, penambahan cairan darah ibu serta persiapan laktasi. 2/3 dari protein yang dikonsumsi sebaiknya berasal dari protein hewani seperti daging, ikan, unggas, telur, kerang yang banyak memiliki nilai biologgi tinggi serta sumber energi nabati banyak terdapat pada kacangkacangan. Tambahan protein yang dipelukan selama kehamilan sebanyak12 gr/hari. 3. Karbonhidrat Karbonhidrat merupakan sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan selama kehamilan. Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan karbonhidrat sebagai sumber kalori utama. Selain mengandung vitamin dan mineral, karbonhidrat juga meningkatkan asupan serat serta untuk menceggah terjadinya konstipasi atau sulit buang air besar dan wasir. 4. Vitamin dan Mineral Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak vitamin dan mineral dibanding sebelum hamil. ini perlu untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses diferensiasi sel. Tak Cuma itu, tambbahan zat gizi lain yang penting juga dibutuhkan untuk mmembantu proses metabolisme energi seperti vitamin B1, vitamin B2, niasin, dan asam patotenat. Vitamin B6 dan vitamin B12 diperlukaan untuk membentuk DNA dan sel-sel darah merah, sedangkan vitamin B6 juga berperan penting dalam metabolissme asam amino. Kebutuhhan vitamin A dan vitamin C juga meningkat selama hamil. begitu juga kebutuhan mineral, terutama magnesium dan zat besi. Magnesium dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dari jaringan lunak. Sedangkan zat besi dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah dan sangat penting untuk pertumbuhan metabolisme energi,disamping untuk

meminimalkan peluang terjadinya anemia, kebutuhan zat besi juga dua kali lipat dibandingkan saat hamil. Ada beberapa vitamin yang dibutuhkan selama kehamilan seperti : 1. Asam folat dan Vitamin B12 (Sinokobalamin) yang berfungsi untuk mencegah anemia megaloblastik serta mengurangi resiko defek tabung neural jika dikonsumsi sebelum dan seelama 6 minggu kehamian. 2. Vitamin B6 (Prtdoksin) yang penting untuk pembuatan asam amino dalam tubuh serta untuk mengurangi keluhan mual-mual pada ibu hamil. 3. Vitamin C (Asam Askorbat), jika kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan keracunan kehamilan, ketuban pecah dini (KPD). Vitamin C berguna untuk mencegah terjadinya ruptur membran, sebagai bahan semen jaringan ikat dan pembuluh darah serta kebutuhan yang diperlukan 10 mg/harilebih tinggi dari ibu tidak hamil. 4. Vitamin A yang berfungsi untuk pertumbuhan sel jaringan, pertumbuhan gigi, dan pertumbuhan tulang, penting untuk mata, kulit, rambut serta mencegah kelainan bawaan. Bila kelebihan dapat mngakibatkan cacat tulang wajah, kepala dan otak serta jantung. Kebutuhan yang diperlukan 200 RE/hari lebbih tinggi dari pada ibu tidak hamil. 5. Vitamin D selama kehamilan dapat mencegah hipokalsemia, membantu penyerapan kalsium dan fosfor serta mineralisasi tulang dan gigi. Banyak terdapat pada kuning telur dan susu. 6. Vitamin E yang berfungsi pada pertumbuhan sel dan jaringan dan integrasi sel darah merah, dan dianjurkan mengkonsumsi melebihi 2 mg/hari. 7. Vvitamin K bila kekurangan dapat mengakibatkan gangguan pendarahan pada bayi. 8. Kalsium (Ca) sebagian besar digunakan untuk perkembangan tulang dan janin yang banyak terdapat pada produk susu, ikan ,kacang-kacangan, tahu, tempe dan sayuran berdaun hijau dengan jumlah konsumsi yang dianjurkanpada ibu hamil sebanyak 900-1200 mg/hari. 9. Fosfor berfunggsi pada pembentukan rangka dan gigi janin serta kennaikan metabolisme kalsium ibu. 10. Zat besi (Fe) diperlukan untuk mencegah terjadinya anemia. 11. Seng (Zn) kadar Zn yang dibutuuhkan pada ibu hamil sebanyak 20 mg/hari. 12. Fluor dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi, bila kurang dari kebutuhan gigi tidak terbentuk sempurna dan jika berlebih warna dan struktur gigi tidak normal. 13. Yodium dapat mengakibatkan kretinisme,jika kekurangan terjadi kemudian perumbuhan anak akan terhambat dan dibutuhkan sebanyak 25 ug/hari.

14. Natrium memegang peranan penting dalam metabolisme air dan bersifat mengikat cairan dalam jaringan sehingga mempengaruhi keseimbangan cairan pada ibu hamil. natrium pada ibbu hamil bertambah sekitar 3,3 gr/minggu sehingga ibu hamil cenderung menderita edema. Kebutuhan makanan ibu hamil perhari

Jenis makanan Jumlah yang dibutuhkan 10 porsi nasi/pengganti Sumber zat tenaga (karbonhidrat) G. Sendok makangula 4 sendok makan minyak goreng 7 porsi terdiri dari Sumber zat pembangun dan mineral 2 potong ikan/daging @50gr H. potong tempe/tahu, @50-70 gr 1 porsi kacang hijau/merah 7 porsi terdiri dari : Sumber zat pengatur I. porsi sayuran berwarna @ 100 gr 3 porsi buah-buhan @ 100 grm suhu 2-3 gelas Karbonhidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral Vitamin dan mineral Protein dan vitamin karbonhidrat Jenis zat gizi

G. Tanda-tanda kecukupan gizi pada ibu hamil (Nadesul,2004) 1. Berat badan normal sesuai tinggi dan bentuk tubuh 2. Postur tegak, tungkai dan lengan lurus 3. Pencernaan nafsu makan baik 4. Jantung detak dan irama normal, tekanan darah normal sesuai dengan usia 5. Otot kenyal, kuat, sedikit lemak dibawah kulit 6. Syaraf perhatian baik, tidak mudah tersinggung, refleks normal serta mental stabil 7. Vitalitas umum, ketahanan baik, energik, cukup tidur dan penuh semangat 8. Tungkai kaki tidak bengkak, normal. 9. Keadaan umum Responsive dan gesit 10. Rambut menkilat, kuat, tidak mudah rontook, kulit kepala normal 11. Kulit liciin, lembab dan seegar

12. Muka dan leher warna sama, licin, tampak sehat, segar 13. Bibir licin, lembab, tidak pucat, tidak bengkak 14. Mulut tidak ada luka, selaput merah 15. Ggusi merah normal, tidak ada pendarahan 16. Lidah merah norrmal. Licin tidak ada luka 17. Gigi tidak berlubang, tidak nyeri, mengkilat, bersih, tidak ada pendarahan, lurus dagu normall 18. Mata bersinar, bersih, konjungttiva tidak pucat, tidak ada pendarahan 19. Kelenjar tidak ada pendarahan dan pembesaran 20. Kuku keras dan kemerahan

H. Status Gizi Bagi Ibu Hamil Status gizi pada ibu hamil pada waktu pertumbuhan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai umur kehamilan. Hal ini di karenakan berat badan yang bertambah normal akan menghasilkan bayi yang normal juga. Kekurangan asupan pada trimester 1 dapat menyebabkan Hiperemisis garvidarum, kelahiran prematur, kematian janin, kegugurandan kelainan pada sistem saraf pusat. Sedangkan pada trismeter II dan III dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan Janin terganggu, berat badan bayi lahir rendah. Selain itu, juga akan berakibat terjadi gangguan kekuatan rahim saat persalinan dan pendarahan post partum.

Penambahan berat badan status gizi ibu sebelum hamil Penambahan berat Katagori berat (BMI) Total kenaikan BB (kg) TM 1 (kg) Normal (BMI 19,8-26) Kurus (BMI <19,8) Lebih Obesitas(BMI >19,8) 12,5-3 11,5-16 7-11,6 6 2,3 1,6 0,9 TM 11 (kg) 0,49 0,44 0,3 -

Anda mungkin juga menyukai