Anda di halaman 1dari 15

FAKULTI PENDIDIKAN DAN BAHASA

SEMESTER 9/ TAHUN 2013

HBIS 3103
FIQH 1

NO. MATRIKULASI

830430086178001

NO. KAD PENGNEALAN

830430-08-6178

NO. TELEFON

0165218442

E-MEL

nima07my@gmail.com

PUSAT PEMBELAJARAN

SEAMEO RECSAM, PENANG

HBIS 3103

Pengenalan
Dalam menciptakan segala sesuatu, Allah SWT selalu menerangkan dengan
terperinci mengapa sesuatu tersebut diciptakan. Misalnya kita sebagai manusia, makhluk
yang paling mulia di antara sekian makhluk-Nya, diutus ke dunia sebagai khalifah
pemelihara alam ini. Hal yang demikian tentunya ada hikmah/rahsia tersendiri dibalik
penciptaan kita para manusia. Memasuki bidang syariah, sebagai contoh lain, adalah satu
item yang dijadikan alternatif oleh kita sebagai pengganti wudlu yang merupakan syarat
sahnya solat yakni tayammum. Dalam tayammum ini pun tersimpan suatu hikmah
tertentu yang dirasa perlu diketahui oleh kita agar nantinya dalam pendekatan diri
kepada-Nya tidak terdapat ganjalan yang memungkinkan kita lari dari syariah Islam.

1.0

Pengertian Tayammum
Kata tayammum menurut bahasa sama dengan al-qashdu yang beerti sengaja.

Pengertian ini diambil dari firman Allah S.W.T: Surah Al-Baqarah: ayat 267 :

Maksudnya : . Dan janganlah kamu sengaja memilih yang buruk-buruk
lalu kamu menafkahkan daripadanya..

( Al-Baqarah 2: 267)

Menurut pengertian syara tayammum adalah menggunakan tanah untuk menyapu


dua tangan dan wajah dengan niat agar dapat mengerjakan shalat dan sepertinya.

HBIS 3103

Maksudnya : Menyapu atau mengusap ke muka dan kedua-dua belah tangan


dengan debu tanah yang bersih lagi suci mengikut syarat-syarat tertentu.
Tayammum adalah pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinya seharusnya
menggunakan air bersih digantikan dengan menggunakan tanah atau debu yang bersih,
sebagai rukhsah (keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air kerana beberapa
halangan (uzur) iaitu karena sakit, karena dalam perjalanan, dan karena tidak adanya air.
Yang boleh dijadikan alat tayammum adalah tanah suci yang ada debunya. Dilarang ber
tayammum dengan tanah berlumpur, bernajis atau berbingkah. Pasir halus, pecahan batu
halus boleh dijadikan alat melakukan tayammum.
Orang yang melakukan tayammum lalu shalat, apabila air sudah tersedia maka ia
tidak wajib mengulang sholatnya. Namun untuk menghilangkan hadas, harus tetap
mengutamakan air daripada tayammum yang wajib hukumnya bila sudah tersedia.
Tayammum untuk hadas hanya bersifat sementara dan darurat hingga air sudah ada.
Pensyariatan tayammum ini berdasarkan firman Allah dalam Q.S.An-Nisaayat
43,sebagai berikut:



Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau
kamu Telah menyentuh perempuan, Kemudian kamu tidak mendapat air, Maka
bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun

2.0

Sejarah Pensyariatan Tayammum Beserta Dalil


3

HBIS 3103

Dalam perbahasan fiqh tayammum diertikan dengan menyampaikan tanah ke


muka dan dua tangan sebagai ganti daripada wudhu dan mandi dengan syarat-syarat yang
tertentu. Tayammum merupakan spesifik umat Islam yang disyari'atkan pada peperangan
Bani Mustaliq tahun Keenam Hijrah. Ketika itu Saidatina Aisyah R.A.

kehilangan

kalungnya, lalu Rasulullah S.A.W mengutus orang mencarinya, kemudian waktu solat
datang sedangkan air tidak ada, maka turunlah ayat tayammum. Ini berdasarkan hadis
Riwayat Al-Bukhari, Sabda Rasulullah S.A.W. :















.








Maksudnya: " Diberitakan oleh Aisyah bahawasanya dia meminjam kalung dari Asma',
lalu kalung itu hilang. Kemudian Rasulullah S.A.W mengutus seseorang (untuk
mencarinya), akhirnya kalung tadi dapat ditemukan. Kebetulan waktu solat tiba dan
tidak ada air di sana. Lalu mereka solat (tanpa wudu') dan memberitahukan kejadian itu
kepada Rasulullah S.A.W. Maka Allah menurunkan ayat-ayat tayammum". Usaid bin
Hudhair berkata kepada Aisyah: " Semoga Allah melimpahkan pahala kebaikan bagimu.
Demi Allah, apabila sesuatu hal terjadi padamu padahal engkau tidak menyukainya,
Allah menjadikan hal itu mengandung kebaikan bagimu dan bagimu kaum muslimin."

3.0

Dalil Pensyariatan Tayammum


Tayammum disyari'atkan berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah serta Ijma'.

Firman Allah S.W.T dalam Al-Quran, Surah An-Nisa': 43 :

HBIS 3103

...


Maksudnya : " Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari
tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapat air, maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci): Sapulah
mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun."
(Surah Al-Nisa` 4:43)
Berdasarkan hadis Abu 'Umamah Al-Bahili, bahawa Nabi S.A.W bersabda:





Maksudnya : " Jabir bin Abdullah mengkhabarkan, bahawa Nabi S.A.W. bersabda :
Sseluruh bumi dijadikan bagiku dan bagi umatku sebagai masjid dan alat untuk bersuci
(tayammum). Maka di mana pun seseorang dari umatku berada dan waktu solat tiba, dia
boleh solat di sana ( di situ pulalah terdapat alat untuk bersuci)."
Sabda Nabi S.A.W. yang bermaksud: " Dari 'Imran Ibn Hussain r.a berkata:
Sesungguhnya Rasulullah S.A.W telah melihat seorang lelaki mengasingkan diri, tidak
bersembahyang bersama dengan satu kaum. Melihat itu, Rasulullah S.A.W bertanya:
'Wahai fulan apakah yang menghalang kamu bersembahyang bersama-sama dengan
kaum itu?' Orang itu menjawab: 'Saya sedang janabah dan tidak mendapat air'.
Mendengar

perkara

(bertayammum);

itu,

Rasulullah

sesungguhnya

S.A.W.

itu

adalah

(Riwayat Al-Bukhari)

4.0

bersabda:

Rukun Tayammum

cukup

'Gunakanlah
bagi

tanah

engkau."

HBIS 3103

Adapun rukun-rukun tayammum ialah


Yang pertama adalah niat. Rasulullah S.A.W.. bersabda yang bermaksud :
Sesungguhnya tiap amal perbuatan itu tergantung dengan niatnya dan bagi setiap orang
apa yang dia niatkan.

{HR Bukhari}

Berniat hendaklah dilakukan semasa memindahkan (menyapu) debu tanah


sehingga menyentuh sebahagian muka. Lafaz niatnya adalah seperti berikut :









Maksudnya : Sahaja aku bertayammum untuk mengharuskan solat kerana
Allah Taala.

Kedua ialah menyapu debu tanah ke muka. Caranya dengan menepukkan kedua
tapak tangan pada debu dan menyapukannya ke muka secara merata, mulai dari atas
sampai bawah (seperti mengambil wudhuk) dengan disertai niat tayammum.
Ketiga ialah menyapu debu tanah pada kedua belah tangan (dengan menggunakan
debu tanah yang lain daripada yang disapu ke muka tadi) sehingga ke siku. Setelah
selesai menyapu muka, lalu ditepukkan kedua tapak tangan ke debu sekali lagi dan
menyapukannya pada kedua tangan secara merata bermula dari hujung jari hingga ke siku
dengan dimulai tangan kanan. Selepas itu diikuti dengan tangan kiri.
Terakhir adalah tertib. Tertib ialah melakukan tayammum dengan mengikut
urutan iaitu perkara yang perpu dilakukan dahulu didahulukan, yang kemudian
dikemudiankan.

5.0

Tata Cara Tayammum


6

HBIS 3103

Agar lebih memahami pelaksanaan tayammum sesuai dengan tuntunan Rasulullah


saw., secara garis besar tata cara bertayammum adalah sebagai berikut. Rasululah saw.
pernah bersabda;





- -


.



Ertinya, 'Sesungguhnya mencukupi bagimu begini, 'Lalu beliau meletakkan kedua
telapak tangannya di tanah dan meniupnya, kemudian mengusap muka dan
kedua telapak tangannya". (HR al-Bukhari)
Sedangkan langkah demi langkah pelaksanaan tayammum adalah sebagai
berikut;
Langkah pertama, Sama halnya berwudlu, bertayammum dimulai dengan
membaca basmalah. Hal ini berdasarkan Hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
yang berbunyi,

Artinya,

'Segala

perkara

yang

berguna,

yang

tidak

dimulai

dengan

Bismillahirrahmanirrahim itu tidak berguna.' (HR Abdul Qadir ar-Rahawi)


Langkah kedua, Setelah itu, meletakkan kedua telapak tangan pada debu.
Orang yang sakit dapat meletakkan kedua telapak tangannya pada dinding. Orang
yang bepergian naik bus atau pesawat terbang dapat meletakkan kedua telapak
tangannya pada tempat duduk atau kursi di depannya atau jendela dan sebagainya
yang kita yakini ada debu bersihnya.
Langkah ketiga, meniup debu pada kedua telapak tangan.
Langkah keempat, mengusap wajah.
Langkah kelima, mengusap punggung telapak tangan kanan dengan telapak
tangan kiri, mengusap punggung telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan.
Setelah itu, kita mengusap kedua telapak tangan. Mengusap tangan hanya sampai
pergelangan tangan menurut Hadits Daruquthni berikut:














HBIS 3103

Artinya. Wahai Ammar, sesungguhnya mencukupi bagimu meletakkann dua telapak


tanganmu pada debu kemudian meniupnya kemudian usaplah wajahmu
dengan kedua tanganmu dan kedua tanganmu sampai kepergelangan
tangan.
Bertayammum bagi orang sakit ataupun bertayammum bagi musafir tata
caranya sama.
Sunah / Sunat Ketika Melaksanakan Tayammum :
Adapun sunat ketika bertayammum adalah membaca basmalah, menghadap ke
arah kiblat, membaca doa ketika selesai tayammum, medulukan kanan dari pada kiri,
meniup debu yang ada di telapak tangan, menggosok sela jari setelah menyapu tangan
hingga siku

6.0

Perkara-Perkara Yang Mengharuskan Tayammum


Di antara perkara yang mengharuskan tayammum ialah :

6.1

Ketiadaan Air
Dalil yang menyebutkan bahawa ketiadaan air itu mengharuskankan tayammum

adalah hadis Rasulullah S.A.W berikut ini:


Maksudnya : Dari Imran bin Hushain R.A. berkata bahwa kami pernah
bersama Rasulullah S.A.W. dalam sebuah perjalanan. Baginda lalu solat
bersama orang-orang lain. Tiba-tiba ada seorang yang memencilkan diri .
Baginda bertanya, Apa yang menghalangimu solat? Orang itu menjawab, Aku
terkena janabah. Baginda menjawab, Gunakanlah tanah untuk tayammum dan
itu sudah cukup.

HBIS 3103

Bahkan ada sebuah Hadis yang menyatakan bahawa selama seseorang tidak
mendapatkan air, maka selama itu pula dia boleh tetap bertayammum, meskipun dalam
jangka waktu yang lama dan terus menerus.
Maksudnya : Dari Abi Dzar ra. bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda, Tanah itu
mensucikan bagi orang yang tidak mendapatkan air meski selama 10 tahun.
Apabila tiada air seperti bekalan air terputus(tergendala) atau musim kemarau.
Semasa musafir setelah yakin benar-benar tiada air tanpa perlu mencari. Jika sekiranya
ragu-ragu, kemungkinan air ada ataupun tidak, maka wajib mencarinya dengan syarat
tidak mendatangkan bahaya. Sekiranya diyakini untuk ke tempat mencari air akan
menyebabkan waktu solat habis atau mungkin air dijual dengan harga yang tidak
sepatutnya, maka bolehlah bertayammum. Jika punca air terlalu jauh, maka tidak wajib
mencarinya dan bolehlah terus bertayammum.

6.2

Keuzuran Kerana Sakit


Kita tidak boleh menggunakan air disebabkan sesuatu penyakit yang dihidapi .kita

juga tidak boleh menggunakan air disebabkan penyakit atau luka yang dibimbangi lambat
sembuh atau memudaratkan diri jika menggunakan air. Tidak semua jenis sakit atau luka
mengharuskan tayammum. Sakit atau luka yang mengharuskan tayammum ialah sakit
atau luka yang penggunaan air ditakuti akan menyebabkan Al-Talaf (kematian atau
kemusnahan anggota) atau mendatangkan mudarat pada badan. Ia merangkumi :
1. Akan menyebabkan kematian atau kerosakan pada anggota ( ;)lumpuh
dan sebagainya.
2. Penggunaan air menimbulkan penyakit yang membawa kematian atau
kerosakan anggota.
3. Menyebabkan sakit bertambah teruk atau penyakit semakin melarat.
4. Menyebabkan lambat sembuh.
5. Menyebabkan kesakitan yang tidak tertanggung.
9

HBIS 3103

6. Menimbulkan kecacatan dan kejelikan yang ketara pada badan; seperti


kulit menjadi hitam atau sebagainya.
Kesan-kesan yang dibimbangi tersebut dari penggunaan air hendaklah disahkan
oleh pengalaman sendiri atau berdasarkan makluman dari doktor yang mahir. Menurut
Mazhab Syafie, doktor itu hendaklah muslim dan adil (tidak fasiq). Tidak diterima
pengakuan atau pengesahan dari doktor kafir atau fasiq. Namun menurut Mazhab Imam
Malik boleh menggunakan pandangan atau makluman dari doktor kafir jika tidak ada
doktor muslim.
Dalilnya adalah Hadis Rasulullah S.A.W. berikut ini:
Maksudnya : Dari Jabir ra. berkata, Kami dalam perjalanan, tiba-tiba salah
seorang dari kami tertimpa batu dan pecah kepalanya. Namun dia mimpi
basah. Lalu dia bertanya kepada temannya, Apakah kalian membolehkan aku
bertayammum? Teman-temannya menjawab, Kami tidak menemukan
keringanan bagimu untuk bertayammum. Sebab kamu bisa mendapatkan air.
Lalu mandilah orang itu dan kemudian mati . Ketika kami sampai kepada
Rasulullah S.A.W. dan menceritakan hal itu, bersabdalah Baginda, Mereka
telah membunuhnya, semoga Allah memerangi mereka. Mengapa tidak
bertanya bila tidak tahu? Sesungguhnya ubat kebodohan itu adalah bertanya.
Cukuplah baginya untuk tayammum

6.3

( Riwayat Abu Daud )

Air Diperlukan Untuk Keperluan Yang Lebih Penting


Bekalan air ada tetapi mencukupi untuk keperluan harian seperti makan dan

minum.Atau

bekalan

air

itu

hanya

mencukupi

ternakan(binatang yang dihormati)

10

untuk

keperluan

binatang

HBIS 3103

6.4

Cuaca Yang Terlalu Sejuk(Dingin)


Keadaan cuaca yang terlalu sejuk atau dingin untuk menggunakan air ataupun air

membeku disebabkan suhu dingin yang melampau. Dalilnya adalah ikrar Rasulullah
S.A.W. iaitu peristiwa di mana Baginda melihat suatu hal dan mendiamkan, tidak
menyalahkannya.
Maksudnya : Dari Amru bin Al-`Ash ra. bahawa ketika beliau diutus pada
perang Dzatus Salasil berkata, Aku mimpi basah pada malam yang sangat
dingin. Aku yakin sekali bila mandi pastilah celaka. Maka aku bertayammum
dan solat subuh mengimami teman-temanku. Ketika kami tiba kepada
Rasulullah S.A.W., mereka menanyakan hal itu kepada Baginda. Lalu
Baginda bertanya, Wahai Amr, Apakah kamu mengimami solat dalam
keadaan junub? Aku menjawab, Aku ingat firman Allah S.W.T. (Janganlah
kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih
kepadamu), maka aku tayammum dan solat. Rasulullah S.A.W. tertawa dan
tidak berkata apa-apa. ( Riwayat Ahmad dan Abu Daud )

6.5

Kerana Tidak Terjangkau


Keadaan ini sebenarnya bukan disebabkan tidak ada air. Air ada tapi tidak boleh

dijangkau. Meskipun ada air, namun bila untuk mendapatkannya ada risiko lain yang
menghalangi, maka itupun termasuk yang membolehkan tayammum. Contohnya takut
bila dia pergi mendapatkan air, takut barang-barangnya hilang, atau berisiko nyawa bila
mendapatkannya. Seperti air di dalam jurang yang dalam untuk mendapatkannya harus
turun tebing yang tinggi dan berisiko pada nyawanya. Atau pun bila ada musuh yang
menghalangi antara dirinya dengan air, baik musuh itu dalam bentuk manusia atau pun
haiwan buas. Atau bila air ada di dalam telaga namun dia tidak punya alat untuk
menaikkan air. Atau bila seseorang menjadi tawanan yang tidak diberi air kecuali hanya
untuk minum.

11

HBIS 3103

7.0

Syarat Sah Tayammum


Terdapat sepuluh syarat bagi sahnya tayammum; Pertama, dengan debu. Yang

dimaksudkan adalah debu yang murni tanpa tercampur oleh apapun. Kedua, debu yang
suci. Sebagaimana firman Allah taala; maksudnya: maka bertayammumlah kalian
dengan debu yang suci. Ketiga, debu yang tidak mustamal. Ertinya debu yang sudah
dipakai bertanyammum seseorang maka tidak boleh digunakan kembali oleh orang lain.
Keempat, debu tidak tercampur dengan tepung atau kapur atau sejenisnya. Kelima, niat.
Tempatnya niat adalah di hati. Dihadirkan pada saat pertama kali mengusapkan demi ke
anggota yang pertama wajib dibasuh dengan debu, yaitu wajah. Keenam, mengusapkan
debu pada wajah dan dua tangan dengan dua kali usapan. Maksudnya adalah
mengusapkan debu pada wajah dengan menggunakan satu pengambilan debu. Disusul
dengan mengusapkan debu pada tangan dengan menggunakan debu dalam pengambilan
yang kedua. Dengan demikian, tidak diperbolehkan atau tidak sah jika satu kali
pengambilan debu untuk mengusap wajah dan tangan sekaligus. Ketujuh, terlebih dahulu
menghilangkan najis yang ada di badan. Orang yang hendak bertayammum terlebih
dahulu harus menghilangkan najis yang ada pada badanya, meski pun bukan anggota
tayammum seperti alat kelamin, dan lain-lain. Ia juga harus menghilangkan najis dari
baju dan tempatnya seseorang. Berbeza dengan wudlu. Sebab jika wudlu bertujuan
untuk menghilangkan hadas. Sedangkan tayammum bertujum agar diperbolehkannya
mengerjakan shalat (li-istibahat as-solah). Menurut sebagian ulama, seperti Imam arRamli, mengatakan bahwa seseorang yang bertayammum sebelum menghilangkan najis,
maka tayammumnya tidak sah. Sedangkan menurut Imam Ibnu Hajar sebaliknya
berpendapat sah. Kelapan, bersungguh-sungguh menghadap kiblat sebelum melakukan
tayammum. Namun ternyata syarat ini adalah syarat yang oleh sebagian ulama dianggap
sebagai syarat yang lemah. Dengan kata lain, jika seseorang telah melakukan tayammum
sebelum bersungguh-sungguh (ijtihad) menghadap kiblat maka sudah dianggap sah.
Kesembilan, tayammum dilakukan setelah masuk waktu solat. Disebabkan tayammum
adalah bersuci dalam keadaan darurat, dan tidak ada darurat sebelum masuk wakti solat,
maka tayammum baru dianggap sah setelah masuk waktu. Kesepuluh, tayammum
dilaksanakan kerana hendak melakukan setiap perkara fardlu. Ertinya bahwa satu
12

HBIS 3103

tayammum tidak sah untuk dua kali pekerjaan fardlu, seperti dua solat fardhu zuhur dan
asar. Sehingga setiap hendak mengerjakan perkara fardhu maka harus ber tayammum
dengan satu kali, dan perkara fardlu berikutnya pun harus mengerjakan tayammum untuk
kedua kalinya.

8.0

Hal yang Membatalkan Tayammum


Terdapat hal-hal yang membatalkan tayammum iaitu:
1.

Setiap perkara yang membatalkan wudlu

2.

Ketika adanya air.

Adanya air disini adalah ketika mendapatkan air

sebelum shalat, maka batalah tayammum bagi orang yang melakukan tayammum
tersebut karena ketiadaan air bukan karena sakit.
Kesimpulan
Menurut pengertian syara tayammum adalah menyengaja (menggunakan) tanah
untuk menyapu dua tangan dan wajah dengan niat agar dapat mengerjakan solat dan
sepertinya. Syarat-syarat dari tayammum iaitu: sudah masuk waktu solat, sudah
diusahakan mencari air tetapi tidak dapat, sedangkan waktu solat sudah masuk, dengan
tanah yang suci dan berdebu serta yang terakhir menghilangkan najis. Adapun rukunrukun tayammum ialah niat, mengusap wajah (muka) dengan tanah (debu), mengusap
kedua tangan sampai ke siku dengan tanah (debu) dan menertibkan rukun-rukun tersebut.
Sedangkan hal-hal yang membatalkan tayammum yaitu setiap perkara yang membatalkan
wudlu dan ketika adanya air.
Hikmah yang dapat dipetik dari adanya pensyariatan tayammum diantaranya
yaitu: Pertama, untuk menunjukkan sifat Rahman dan Rahim Tuhan, bahwa syariat Islam
itu tidak sukar untuk umat-Nya. Manusia diperintah melaksanakan ajaran-Nya sesuai
dengan kesanggupan masing-masing. Bila tidak ada air atau dalam keadaan sakit yang
tidak boleh menggunakan air, maka Allah memberikan kemurahan dengan
13

HBIS 3103

memperbolehkan menggunakan debu sebagai pengganti air. Kedua, hikmah yang


terdapat pada tanah sebagai pengganti air untuk bersuci antara lain adalah tanah mudah
didapat dan juga dapat melemahkan nafsu amarah kita, kerana tanah yang biasanya kita
pijak, pada saat tayammum harus kita sapukan pada wajah kita. Ini bererti menuntut
keikhlasan dan kesabaran kita. Ketiga, menyedarkan akan asal manusia diciptakan,
bahwa dirinya diciptakan dari tanah. Ini bererti menuntut manusia agar bersifat
merendahkan diri dan tidak berlaku sombong. Dan yang keempat, memberikan kesadaran
bahwa tidak ada alasan untuk meninggalkan ibadah. Hal ini juga menunjukkan keluhuran
ajaran Islam yang lengkap sesuai dengan keperluan manusia.

14

HBIS 3103

RUJUKAN / BIBLIOGRAFI
Al-Quran Al-Karim. Rasm Uthmani.

Al-Siddieqy, Prof. Dr. T.M. Hasbi(1980) , Hukum-Hukum Feqah Islam , Kelantan:


Pustaka Aman Press Sdn. Bhd.

Al-Syeikh Hassan Ayub (1422H/2002), Fiqhul Ibadat , Darul Salam.

Dato` Ismail Kamus & Mohd. Azrul Azlen Ab. Hamid (2009), Indahnya Hidup
Bersyariat, Kuala Lumpur: Telaga Biru Sdn. Bhd.

Dr. A. Rahman Ritonga, Dr. Zainuddin Tanjung (1999) Fiqh Ibadah , Kuala Lumpur:
Penerbit Edaran Kalam.

Norzulaili Mohd Ghazali, Rabiatul Adawiyah Mohd @ Amat, Mohd Zohdi Mohd Amin
& Zulhilmi Mohamed Nor (2010). Pendidikan Islam: Tingkatan 1 , UNITEM
Sdn.Bhd.
Suparta, H. Mundzier MA. 2002. Fiqih Madrasah Aliyah kelas 1. Semarang: PT Karya
Toha Putra
Rasjid, H. Sulaiman. 2006. Fiqih Islam. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo
http://fiqh-am.blogspot.com

15

Anda mungkin juga menyukai