Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Aluminium adalah logam berwarna putih keperakan yang lunak. Aluminium juga merupakan logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi, dan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat di kerak bumi sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padat dari kerak bumi, dengan produksi tahunan dunia sekitar 30 juta ton pertahun dalam bentuk bauksit dan bebatuan lain (corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore, dan lain-lain). Sulit menemukan Aluminium murni di alam karena Aluminium merupakan logam yang cukup reaktif. Aluminium tahan terhadap korosi karena fenomena pasivasi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan pelindung akibat reaksi logam terhadap komponen udara sehingga lapisan tersebut melindungi lapisan dalam logam dari korosi. Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan dapat ditempa dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga abu-abu, tergantung kekasaran permukaannya. Aluminium memiliki berat sekitar satu pertiga baja, mudah ditekuk, permesinan, dicor, ditarik (drawing), dan diekstrusi. Resistansi terhadap korosi terjadi akibat fenomena pasivasi, yaitu terbentuknya lapisan Aluminium oksida ketika Aluminium terpapar dengan udara bebas. Lapisan Aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Aluminium paduan dengan tembaga kurang tahan terhadap korosi akibat reaksi galvanik dengan paduan tembaga. Aluminium juga merupakan konduktor panas dan elektrik yang baik. Jika dibandingkan dengan massanya, Aluminium memiliki keunggulan dibandingkan dengan tembaga, yang saat ini merupakan logam konduktor panas dan listrik yang cukup baik, namun cukup berat. Aluminium banyak digunakan dalam komponen otomotif, kemasan makanan dan minuman, pesawat militer, dll. Sifat tahan korosi dari Aluminium diperoleh karena terbentuknya lapisan Aluminium oksida (Al2O3) pada permukaan Aluminium. Lapisan ini membuat Aluminium tahan korosi tetapi

Universitas Sumatera Utara

sekaligus sukar dilas, karena perbedaan melting point (titik cair). Aluminium umumnya melebur pada temperatur 660,320C dan Aluminium oksida melebur pada temperatur 2519oC. Penggunaan Aluminium yang sangat luas akan mengakibatkan timbulnya limbah yang dampaknya akan sangat berbahaya untuk lingkungan. Selain itu, bahan dasar untuk membuat Aluminium (alumina) sangat terbatas dan pengolahannya memerlukan dana yang cukup besar. Oleh karena itu perlu dilakukan daur ulang (recycle) dari limbah Aluminium untuk digunakan sebagai material teknik. Salah satu cara daur ulang (recycle) adalah dengan proses peleburan. Unsur Magnesium termasuk dalam salah satu campuran yang paling baik untuk Aluminium, dimana hasil paduan dari kedua unsur ini lebih ringan dibandingkan dengan besi atau baja, ketahanan korosi yang baik, mengurangi kebisingan (Low Noise) pada pesawat dan mampu mesin yang baik.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada paduan Aluminium-Magnesium sebagai material Low Noise. Pada dasarnya unsur Magnesium dapat meningkatkan kemampuan serap bunyi dan kekuatan tarik (tensile strength) jika dibandingkan dengan unsur Aluminium murni. Tetapi jika kadar yang diberikan berlebihan, maka terdapat kemungkinan kekuatan tarik akan menurun.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari paduan Aluminium-Magnesium melalui mechanical propertiesnya.

1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan Khusus dari penelitian adalah: a. Melakukan proses peleburan.

Universitas Sumatera Utara

b. Memperoleh Mechanical Properties menggunakan pengujian kekuatan tarik (tensile strength). c. Mendapatkan bentuk struktur mikro dari paduan Aluminium-Magnesium dengan menggunakan foto mikro. d. Mengetahui penambahan kadar Magnesium terhadap perubahan titik cair Aluminium pada diagram fasa Aluminium-Magnesium. e. Mengetahui hubungan antara kekuatan tarik, foto mikro, kekerasan dan porositas.

1.4 Batasan Masalah Adapun batasan dari permasalahan ini hanya dibatasi pada kajian untuk mendapatkan mechanical properties (uji tarik) dan mengetahui bentuk struktur mikro dari paduan Aluminium-Magnesium.

1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini disajikan dalam tulisan yang terdiri dari 5 bab. a. Bab 1: Pendahuluan. Berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. b. Bab 2: Tinjauan Pustaka. Berisikan tentang sejarah Aluminium, sifat-sifat Aluminium, sejarah Magnesium, sifat-sifat Magnesium, paduan AluminiumMagnesium, sejarah pengecoran, teori pengecoran, proses pengecoran, pembuatan cetakan, uji tarik, metallography dan variabel riset dan analisis. c. Bab 3: Metodologi Penelitian. Berisikan urutan cara yang dilakukan. Dimulai dari waktu dan tempat dilaksanakan penelitian, bahan yang digunakan, kemudian alat yang digunakan, proses peleburan, pengujian tarik yang meliputi set up alat uji tarik dan prosedur pengujian dan pengujian metallography yang meliputi set up alat uji metallography dan prosedur pengujian, dan diagram alir penelitian. d. Bab 4: Data dan Analisa Data. Berisi tentang data dan analisa data dari hasil penelitian dari uji tarik dan hasil uji metallography. e. Bab 5: Kesimpulan dan Saran. Berisikan kesimpulan dari penelitian dan saran untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai