PKL.KERINCI(riaueditor)- Dalam rapat dengar pendapat komisi C DPRD Pelalawan bersama pimpinan perusahaan pengelola listrik di Pelalawan, yakni Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Tuah Sekata dan PLN Ranting Pangkalan Kerinci, Rabu (16/1) lalu di gedung DPRD, warga mengeluhkan pemadaman listrik dan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) yang selalu dibayarkan oleh pelanggan. Kepada dewan masyarakat mempertanyakan soal PPJ yang dibayarkan setiap bulannya, namun lampu penerangan jalan sejak beberapa tahun belakangan tidak lagi menyala dan tidak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat pengguna jalan. Lampu jalan hanya menerangi sejumlah jalan protokol yang ada di kota Pangkalan Kerinci. Saya ingin mempertanyakan soal PPJ yang kita kutip ke masyarakat, sebab banyak masyarakat yang tanya kepada kita kenapa PPJ di kutip tapi lampu jalan nya sendiri tak pernah hidup, terus kemana PPJ yang kita bayarkan selama ini, ungkap Anggota Komisi C DPRD Pelalawan H Muklis Ali dalam rapat dengar pendapat bersama unsur pengelolah listrik di Pelalawan. H Muklis menambahkan, kalau pajak lampu penerangan jalan selama ini di kutip seharusnya pengelola bisa memberikan pelayanan dengan memberikan penerangan jalan, sehingga PPJ yang dibayarkan oleh masyarakat bisa juga dirasakan oleh masyarakat. Mereka kan bayar tuh PPJ nya, jadi kalian harus bertanggung jawab lah merealisasikan apa yang sudah diwajibkan kepada pelanggan, ini kalian kutip PPJ, tapi lampu penerangan jalannya tidak ada, hal ini kan jadi tanda tanya bagi kita semua kemana jadinya PPJ mengalir, Ungkap Muklis Ali sambil menanyakan siapa yang mengelolah PPJ jalan protokol Pangkalan Kerinci. Kalau memang alasannya kekurangan daya sehingga harus dilakukan pemadaman di jalan protokol, masih kata Muklis, seharusnya jangan di ambil PPJ nya, atau sebaliknya bisa di kutip PPJ nya tapi pengelola harus bertanggung jawab untuk tidak mematikan lampu jalannya, Ungkap Muklis Ali. Menjawab pertanyaan Muklis Ali, Afrizal perwakilan dari BUMD selaku pengelola penerangan jalan protokol kota Pangkalan Kerinci, mengakui bahwa sampai saat ini pihaknya masih mengambil PPJ dari pelanggan. Memang kita akui pak, PPJ itu kita ambil, tapi terus terang PPJ itu tidak kemana -mana dananya, semuanya kita setorkan ke kas daerah dan itu bisa kita buktikan dengan bukti setoran kita. Soal keluhan pelanggan terkait penerangan jalan, pihak pengelola juga tidak bisa berbuat banyak karena pihak BUMD tidak memiliki tambahan daya alternatif sehingga harus melakukan pemadaman di sejumlah titik saat jam-jam tertentu, Ungkap Afrizal. Mendengar pernyataan Afrizal, Muklis Ali bersama rekan anggota Komisi C DPRD lainnya, yakni Monang Pasaribu dan Akhirudin, kembali akan mengundang dinas yang mengelola pajak penerangan jalan untuk di lakukan pembahasan secara mendalam terkait hal ini demi kepentingan masyarakat tutupnya.( zul)
http://www.riaueditor.com/17/01/2013/pelalawan/pajak-dibayar-lampu-jalan-tetap-mati-wargapertanyakan-ppj
PPJ Dikutip Tiap Bulan, Lampu Jalan Di Bagan Sinembah 5 Tahun Tak Kunjung Hidup
Posted by Ponco on September 27, 2012 in PASANG TELINGA | 0 Comment
Satu dari sejumlah lampu penerangan jalan di Jala Bukit Pembangunan II Kecamatan Bagan Sinembah, yang tak pernah hidup sejak dipasang sekira 5 tahun lalu.
BAGANBATU, JAM 11.00 WIB Nasib lampu jalan di Baganbatu, Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), benar-benar memprihatinkan. Kendati sudah dua kali dianggarkan lewat APBD Rohil, hingga berita ini diturunkan, yang namanya lampu penerangan jalan tidak pernah menyala pada malam hari. Seorang warga Jalan Bukit Pembangunan II, Ponimen (57) mengatakan, lampu penerangan jalan sangat membantu bagi terciptanya suatu keamanan dan ketertiban pada malam hari. Coba anda lihat, hampir semua jalan di Kecamatan Bagan Sinembah rawan rampok pada malam hari karena lampu jalan hampir 5 tahun tak pernah menyala, padahal Pajak Penerangan Jalan (PPJ) selalu diambil saat pembayaran rekening listrik setiap bulanya, ungkap Ponimen. Sebagaimana data yang dihimpun kru koran ini, penarikan PPJ sudah berlangsung tiga tahun dengan nilai 7 persen dari jumlah rekening bulanan, sementara sebelumnya persentase PPJ masih 4 persen. Bilamana dikakulasikan dari omset penerimaan tagihan PLN Area Baganbatu yang berkisar Rp 6 miliar per bulan dari 32.000 pelanggan, berarti Pemkab Rohil meraup Rp 420 juta per bulan. Lantas ke mana perginya uang yang dipunggut dari masyarakat itu? Selayaknya dana yang diperuntukan untuk pembangunan fasilitas tersebut kembali ke masyarakat. Ini tidak, dana diambil, sementara fasilitas yang sudah dibangun dibiarkan rusak dan tumbang. Ada apa dengan proyek lampu jalan di Baganbatu? kata warga. Sementara Manager PLN Area Baganbatu, M Sitorus, ketika dikonfirmasi baru-baru ini mengatakan, pihaknya siap mendistribusikan arus listrik ke lampu jalan apabila sudah ada kerjasama operasional antara Pemkab Rohil dengan PLN. Namun sebelum dilakukan KSO antara kedua belah pihak, fasilitas lampu jalan tersebut secara tekhnis harus sesuai standar. Artinya kondisi fasilitas lampu jalan yang tersedia dan trafo serta kontr uksi tiang dan jaringan yang ada, harus dicek kembali. Setelah KSO dan pembayaran Biaya Penyambungan (BP), penyalaan listrik sudah dapat
dioperasikan. Untuk sistem operasi lampu jalan ini nantinya terserah Pemkab, apakah menggunakan time switch atau sensor fotosel, yang penting dapat beroperasi sesuai dengan keinginan masyarakat dan kita siap bekerjasama dengan Pemkab Rohil untuk menyalakan lampu jalan ini, terangnya. Ditambahkannya, arus listrik di Gardu Induk PLN Area Baganbatu masih surplus 6 MW. Artinya untuk mendistribusikan arus listrik kita masih memadai untuk penerangan jalan dan kebutuhan masyarakat lainnya. Kita akan jemput bola ke Pemkab Rohil terkait lampu jalan ini. Kita akan surati Pemkab agar dilakukan perbaikan jaringan dan kontruksi yang sudah ada ini, agar segera dapat dinikmati masyarakat. Fasilitas jaringan yang ada seperti trafo 50 KVA yang sudah ada ini juga akan mengalami kerusakan bila tidak dioperasikan sampai sekian lama, sementara trafo tersebut sudah diaktifkan tetapi arus listrik dari trafo tersebut belum didistribusikan, hal ini juga berdampak merugikan arus listrik yang masuk ke trafo tersebut atau terjadi loussis. Semakin cepat fasilitas ini dioperasikan, akan semakin baik dan kita siap untuk menyalakannya setelah proses untuk mengoperasikanya dilakukan kedua belah pihak, tegasnya. Sementara itu ,Kepala Dinas Pasar, Kebersihan, dan Taman Kota Kabupaten Rohil, Suwandi SSos, saat dikonfirmasi mengatakan, PPJ itu tetap diterima, namun pembagiannya secara global dalam penganggar an daerah. Yang menerima PPJ itu tetap Dispenda, walaupun secara struktur pemerintahan memang Dinas Pasar, & Taman Kota sebagai pelaksana penerangan jalan. Pengalokasian PPJ tadi diakumulasikan dengan pajak-pajak lain dan realisasinya bukan hanya untuk penerangan jalan tapi bisa juga untuk pembangunan yang lain, dan itu tergantung pembahasan di APBD, terang Suwandi. (r/zef)
http://www.metro24jam.co.id/?p=5391
PELALAWAN Keberadaan lampu penerangan jalan umum (PJU) di kota Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, sebagian besar tidak menyala di malam hari. Namun demikian, pemerintah melalui petugas PT PLN selalu rutin memungut pajak penerangan lampu jalan kepada pelanggan, berdasarkan Perda Nomor 01 tahun 2011 tentang Pajak Daerah.
Kepala Bagian Hukum Setdakab Pelalawan, Devidson, S.H., menjawab FOKUS di ruang kerjanya, Kamis (7/3) menerangkan bahwa Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Dijelaskan, bahwa Pajak daerah yang disebut dengan pajak, adalah kotribusi wajib pajak kepada daerah yang terhutang oleh orang pribadi, atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sedangkan wajib pajak bagi pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik termasuk pemerintah. Sementara untuk tenaga listriknya baik yang disediakan sumber lain seperti PLN dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Pihak penyedia tenaga listrik itu, diwajibkan membayar atau menyetor pajak setelah dipungut dari pelanggan PLN. Adapun objek pajak PJU tersebut yakni penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain. Sedangkan subjeknya yaitu, dari orang pribadi atau badan yang dapat menggunakan tenaga listrik, ujarnya. Mengenai tarif pajak PJU yang yang dipungut dari pelanggan PLN, ungkapnya, sebesar 10 persen dari jumlah rekening listrik yang dibayarkan pelanggan PLN. Jumlah yang sama juga dikenakan kepada pengguna tenaga listrik dari sumber lain yang bukan untuk industri, dan pertambangan minyak bumi dan gas alam. Pemungutan pajak PJU tersebut dilakukan pihak PT PLN, untuk kemudian disetorkan ke Pemkab Pelalawan melalui Dinas Pendapatan Daerah. Pajak PJU itu dipungut atas penggunaan tenaga listrik oleh pelanggan PLN meski lampu PJU itu tidak menyala di malam hari, katanya. Sebenarnya, dengan adanya kewajiban pembayaran pajak tersebut, maka seharusnya pihak PLN juga harus menyalakan lampu penerangan jalan umum itu. Namun jika pihak PLN ditanyakan hal tersebut, mereka beralasan bahwa tidak cukup daya. FOKUS/Sona
http://www.detikriau.net/pelalawan/439-pju-tidak-nyala-pajak-tetap-dipungut
http://riauheadline.com/pview/rohil/574/Pemkab-Rohil-Belum-Bayat-BP-Lampu-Penerangan-Jalan.html