Anda di halaman 1dari 15

Pengambilan Flavonoid dengan Ekstraksi dari Berbagai Tumbuhan denganMenggunakan Pelarut Etanol

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis kaya akan jenis tumbuhan. Salah satu senyawa kimia yang terkandung pada tumbuh-tumbuhan adalah flavonoid. Fungsi flavonoid dalam tubuh manusia adalah sebagai antioksidan. Zat antioksidan berfungsi melindungi dan mentralisir radikal bebas penyebab kanker. Antioksidan dibedakan menjadi dua yaitu antioksidan alami dan sintesis. Antioksidan alami sangatlah dianjurkan karena sifatnya yang aman dalam penggunaannya. Antioksidan alami ini banyak terdapat di alam terutama pada tumbuh-tumbuhan. Diantaranya adalah daun pegagang, daun tempuyung, dan buah apel malang. Namun, pengolahan dan pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan Indonesia masih belum optimum. Hanya sebagian kecil digunakan sebagai obat tradisional. Pengolahannya pun belum menggunakan metode yang baik sehingga komposisi bahan yang digunakan sebagai obat belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui komposisi bahan pada tanaman yang digunakan sebagai zat antioksidan. Salah cara untuk mengetahui komposisi bahan pada tumbuhan adalah dengan metode ekstraksi. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui komposisi bahan pada tumbuhan secara tepat. Sehingga penggunaaan tumbuhan untuk keperluan medis dapat optimum dan dosisnya dapat terukur.

1.2. Tujuan Penelitian Mengetahui kadar flavonoid pada berbagai tumbuhan (daun pegagan, daun tempuyung, dan buah apel malang) dengan jalan mengekstraksi menggunakan pelarut etanol. Adapun variabel yang dipelajari adalah kecepatan pengadukan dan menghitung koefisien transfer massa.

1.3. Tinjauan Pustaka 1.3.1. Daun Pegagan Di Indonesia, penyebaran pegagan sangat luas, terbukti dari banyaknya nama yang melekat pada tanaman ini. Penanam tersebut tentu sesuai dengan
1

Pengambilan Flavonoid dengan Ekstraksi dari Berbagai Tumbuhan denganMenggunakan Pelarut Etanol

daerahnya. Namun, dalam kalangan ilmiah, pegagan mempunyai nama Centella asiatia dengan susunan klasifikasi sebagai berikut : Divisi Sub-divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Umbillales : Umbilliferae (Apiaceae) : Centella : Centella asiatica

Gambar 1. Daun Pegagan

Pegagan mengandung bahan aktif seperti triterpenoid glikosida (terutama asiatikosida, asid asiatik, asid madecassik, madikassosida), flavenoids (kaemferol dan guercetin), volatile oils (vallerin, camphor, ciniole dan sterols tumbuhan seperti campesterol, stigmasterol, sitosterol), pektin, asid amino, alkaloid hydrocotyline, mysitol, asid bramik, asid centelik, asid isobrahmik, asid betulik, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Diduga glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar biasa. Zat vellarine yang ada memberikan rasa pahit. (Indah Lasmadiwati,dkk, 2004)

1.3.2. Daun Tempuyung Tempuyung memiliki nama ilmiah Sonchus arvensis. Secara lebih lengkap, klasifikasi tempuyung adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheo bionta Superdevisi : Spermatophyta


2

Pengambilan Flavonoid dengan Ekstraksi dari Berbagai Tumbuhan denganMenggunakan Pelarut Etanol

Divisi Kelas Subkelas Famili Genus Spesies

: Magnoliophyta : Magnoliopsida : Asteridae : Asteraceae : Sonchus : Sonchus arvensis L Tempuyung dikenal sebagai tanaman berduri yang perkembangbiakannya

menyebar, bersifat sebagai tanaman tahunan, dan memiliki perakaran cukup dalam. Pertumbuhan tempuyung dapat mencapai tinggi antara 0,3-1,8 m dan memiliki getah. Tumbuhan ini banyak memiliki bunga.

Gambar 2. Daun Tempuyung

Tempuyung tumbuh liar di tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, seperti di tebing-tebing, tepi saluran air, atau tanah terlantar. Tumbuhan yang berasal dari Eurasia ini bisa ditemukan pada daerah bercurah hujan tinggi pada ketinggian 50-1.650 m dpl (di atas permukaan laut). Tempuyung berupa perdu tahunan, tegak, mengandung getah kuning, dan berakar tunggang yang kuat, sedangkan batang berongga dan berusak. Daun tempuyung mengandung ion-ion mineral antara lain silica, kalium, magnesium, natrium, dan senyawa organic seperti flavonoid (kaempferol, luteolin7-O-glukosida dan apigenin-7-O-glukosida), kumarin (skepoletin), taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat, kumarat, dan vanilat). Dilaporkan, kandungan flovonoid total di dalam daun tempuyung 0,1044. Hasil penelitian diketahui bahwa akar tempuyung mengandung senyawa flavonoid total kira-kira 0,5% dan flavonoid yang terbesar adalah apigenin-7-O-glukosida. Flavonoid apigenin-7-Oglukosida adalah salah satu golongan flavonoid yang mempunyai potensi potensi

Pengambilan Flavonoid dengan Ekstraksi dari Berbagai Tumbuhan denganMenggunakan Pelarut Etanol

cukup baik untuk menghambat kerja enzim ksantin oksidase dan superoksidase yang mengakibatkan asam urat. Kandungan kimianya menurut penelitian adalah alfa-laktuserol, betalaktuserol, manitol, inositol, silica, kalium, flavonoid, dan taraksasterol. (Sulaksana, dkk)

1.3.3. Buah Apel Malang Apel dalam ilmu botani disebut Mallus pumilla, juga disebut Mallus communis, Pyrus malus atau Sylvestris. Rome beauty merupakan vaietas apel yang banyaj ditanam. Hal ini disebabkan karena produktifitasnya yang tinggi. Apel varietas ini dikenal juga dengan nama apel malang, yang mempunyai dua sub varietas yaitu Red tome beauty dan Cahort I. (Rosdianti Permana, 2000)

Gambar 3. Buah Apel Malang

Apel banyak memiliki kandungan vitamin, mineral serta unsur lain seperti fitokimian, serat, tanin, baron, asam tartar, dan lainnya. Zat inilah yang sangat dipelukan bagi tubuh kita untuk mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit. Para ilmuwan dari American Association for Cancer Research setuju bahwa mengkonsumsi Flanovol yang ada di dalam buah apel membantu mengurangi resiko Anda terkena kanker pankreas hingga 23 persen. Bahkan belakangan ini, beberapa senyawa Triterpenoid yang terdapat pada kulit Apel memiliki efek menghambat pertumbuhan aktivitas sel-sel kanker di usus besar, hati, dan payudara.

1.3.4. Ekstraksi Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari campuran dua komponen atau lebih yang komponennya mengalami perpindahan massa dari suatu padatan atau cairan ke cairan lain yang bertindak sebagai pelarut. Pemisahan
4

Pengambilan Flavonoid dengan Ekstraksi dari Berbagai Tumbuhan denganMenggunakan Pelarut Etanol

terjadi akibat kemampuan daya larut yang berbeda dari komponen-kompeonen dalam cairan. (Mc Cabe,1990) Ekstraksi padat-cair banyak digunakan untuk mengambil suatu zat dari bahan padat dengan menggunakan pelarut organik. Ekstraksi ini dilakukan dengan mengontakan padatan yang telah dihancurkan dalam suatu tangki berpengaduk secara batch. Penghancuran padatan sebelum diekstraksi akan mempercepat proses ekstraksi karena luas bidang kontak antara padatan dengan pelarut menjadi lebih besar. Setelah proses berlangsung cukup lama, ekstrak dapat dipisahkan dari padatannya. (Treyball,1981) Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah zat warna hijau daun yang terambi dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut adalah sebagai berikut: a. Suhu ekstraksi Semakin tinggi suhu ekstraksi maka kecepatan perpindahan massanya akan semakin cepat. Dan juga semakin tinggi suhu, maka viskositasnya makin rendah. Tetapi dengan suhu yang terlalu tinggi kemampuan solven untuk mengekstrak akan berkurang. b. Waktu ekstraksi Dengan waktu ekstraksi yang lebih lama akan mengakibatkan waktu kontak antara bahan dengan pelarut juga lama, sehingga jumlah zat warna hijau daun yang terambil akan lebih besar. Namun ketika telah terjadi kesetimbangan, waktu kontak tidak akan berpengaruh lagi. Hal ini karena ketika tercapai kesetimbangan pelarut sudah tidak bisa melarutkan lagi. c. Ukuran bahan. Semakin kecil ukuran bahan maka semakin luas permukaan kontak sehingga transfer massa antara bahan dan zat pelarut semakin baik. d. Jenis pelarut Pemilihan pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat warna hijau daun. Dalam pemilihannya dapat digunakan pelarut-pelarut organik yang mempunyai titik didih lebih rendah daripada air. e. Volume pelarut Perbandingan volume pelarut terhadap berat bahan akan mempengaruhi jumlah massa klorofil yang ditransfer secara difusi oleh pelarut. Semakin besar jumlah pelarut yang digunakan untuk melarutkan bahan maka semakin tinggi hasil

Pengambilan Flavonoid dengan Ekstraksi dari Berbagai Tumbuhan denganMenggunakan Pelarut Etanol

yang diperoleh, tetapi penambahan pelarut yang melampaui batas optimum justru membuat pelarut tidak dapat melarutkan secara efektif.

1.3.5. Flavonoid Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan, pada umumnya flavonoid merupakan senyawa polar sehingga larut dalam larutan polar seperti etanol, metanol butanol, aseton air dan sebagainya. Flavonoid juga agak tahan pada suhu panas, fungsinya kebanyakan flavonoid dalam tubuh manusia adalah sebagai zat antioksidan. Antioksidan melindungi jaringan terhadap kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang berasal dari proses-proses dalam tubuh atau dari luar dan memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas vitamin C). Dalam banyak kasus, flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fugsi mikroorganisme seperti bakteri atau virus. (Hayu dan Happy 2013)

1.3.6. Antioksidan Untuk melindungi sel dan system organ dari spesies oksigen reaktif atau Reactive Oxygen Species (ROS), manusia memiliki sistem proteksi antioksidan. Yang meliputi berbagai komponen, baik endogen, maupun eksogen, yang berfungsi secara interaktif dan sinergis menetralisasi radikal bebas. Komponen tersebut meliputi : a. Antioksidan dari nutrisi seperti asam askorbat (vitamin C), tokoferols, dan tokotrienol (vitamin E), karotenoid, dan senyawa bermolekul rendah lainnya seperti glutation dan asam lipoat. b. Enzim antioksidan, contohnya superoxide dismutasae, glutathione, peroxidase, dan glutathione reductase, yang ,mengkatalisasi reaksi memadamkan radikal bebas. c. Protein pengikat logam, seperti ferritin, laktoferin, albumin, dan seruloplasmin yang mengumpulkan besi bebas dan ion tembaga yang mampu mengkatalisasi reaksi oksidatif. d. Beragam fitonutrien lainnya yang tersebar luas di makanan tumbuh-tumbuhan. Senyawa fenol seperti flavonoid banyak terdapat pada kingdom tumbuhan. (Viranda P.M, 2009)
6

Pengambilan Flavonoid dengan Ekstraksi dari Berbagai Tumbuhan denganMenggunakan Pelarut Etanol

1.3.7. Etanol Etanol adalah suatu cairan jernih yang bersifat penarik air dan yang baunya sangat khusus, nyalanya berwarna biru. Etanol dapat dicampur dengan air dalam segala perbandingan, pada pencampuran itu terjadi kontraksi (misalnya 52 ml alcohol + 48 ml air menjadi hanya 96,3 ml campuran). Etanol ternyata suatu pelarut yang baik, juga banyak garam anorganik dapat larut didalamnya. (Djambatan)

1.4 Landasan Teori Proses ekstraksi padat-cair selalu meliputi dua langkah sebagai berikut: 1. Kontak antara pelarut dengan padatan yang akan diekstraksi sehingga terjadi perpindahan zat yang terlarut dari padatan ke cairan. 2. Pemisahan atau pencucian larutan dari padatan yang tersisa. (Brown, 1950) Pada proses ekstraksi akan terjadi transfer massa. Kedua sistem berkontak atas dasar perbedaan kosentrasi. Transfer massa dari padatan ke cairan (pelarut) dihitung dengan menggunakan pendekatan model matematis sebagai berikut: Padatan CAs CAf Pelarut

Gambar 4. Proses Transfer Massa Padatan ke Cairan pada Lapisan Film Salah satu parameter penting dalam menentukan laju penyerapan padatan ke cairan adalah koefisien transfer massa (Kca). Ekstraksi padat-cair secara batch dalam tangki berpengaduk dengan butiran, terjadi dua transfer massa secara seri yaitu transfer massa secara difusi di dalam butiran dan transfer massa antar fasa (padatcair), kecepatan difusi dalam padatan dinyatakan dengan persamaan berikut : Na = . (1)

Sedangkan kecepepatan perpindahan massa antara fasa padat-cair bila permukaan sulit dievaluasi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
7

Pengambilan Flavonoid dengan Ekstraksi dari Berbagai Tumbuhan denganMenggunakan Pelarut Etanol

Na =

.. (2)

Untuk menyusun persamaan neraca massa digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Perpindahan massa berlangsung dari padatan ke cairan. 2. Difusi di dalam partikel diabaikan karena tebal daun sangat kecil (tipis) sehingga difusi yang terjadi dalam slab cepat. Jadi, transfer massa antar fasa yang mengontrol. 3. Ukuran partikel daun dianggap seragam berbentuk slab. 4. Ekstraksi dilakukan secara batch dalam tangki berpengaduk, sehingga dianggap konsentrasi zat flavonoid pelarut selalu seragam. 5. Proses berlangsung secara isothermal. Dari asumsi-asumsi di atas dapat disusun neraca massa zat flavonoid sebagai berikut : Kecepatan massa masuk kecepatan massa keluar reaksi = kecepatan akumulasi ( ( ) ) ...... (3) .. (4)

CAf* adalah konsentrasi zat flavonoid dalam larutan yang setimbang dengan kadar zat flavonoid pada permukaan padatan. Hubungan kesetimbangan antara konsentrasi zat flavonoid dalam padatan dan pada larutan dianggap mengikuti hubungan hukum Henry. Karena konsentrasi larutan sangat kecil, maka dapat ditulis sebagai berikut: CAf* = H.CAs Kadar flavonoid pada fase padatan (CA) diperoleh dari: .. (6) Jadi persamaan diferensial untuk ektraksi flavonoid pada daun pegagan, daun tempuyung, buah apel malang: ( ) .. (7) .. (5)

Persamaan (7) dapat diselesaikan dengan: IC : t = 0 BC : t > 0 t > 0 CAf = CAf0 CAf = CAf0 CAf = CAf CAs = CAin CAs = CAin CAs = CAs

Bila persamaan (7) diselesaikan, maka akan diperoleh : .. (8)

Pengambilan Flavonoid dengan Ekstraksi dari Berbagai Tumbuhan denganMenggunakan Pelarut Etanol

Analisa Dimensi Variabel-variabel yang diperkirakan berpengaruh terhadap koefisien transfer massa padat cair pada tangki perpengaduk antara lain , dp, DL, , dan N. Kca = f (, dp, DL, , N) Kca = K (N)C1()C2 (dp)C3(DL) C4 () C5 MLT : [ ] Eksponen T : -1 = -C1-C4-C5 C5 = 1-C1-C4 Eksponen M : 0 = C2+C5 C2 = C5 C2 = -1+C1+C4 Eksponen L: 0 = -3C2+C3+2C4-C5 C3 = 3C2-2C4+C5 C3 = -3+3C1+3C4-2C4+1-C1-C4 C3 = -2+2C1 Persamaan (10) disusun kembali : Kca = K (N)C1()-1+C1+ C4(dp)-2+2C1(DL) C4 () 1- C1-C4 Kca = K[ [ [ ] ] [ [ ] .. (12) .. (13) ] ] .. (14) .. (15) [ ] [ ] [ ] [ ] [ ] .. (11) .. (9) .. (10) Dari variable-variabel tersebut kemudian dilakukan analisis dimensi sebagai berikut :

Hubungan antara variable-variabel di atas diubah dengan analisis dimensi sistem

[
] [

]
[

Atau dapat dinyatakan sebagai : .. (16) Bilangan Schmidt adalah tetap karena densitas, difusivitas molekuler flavonoid dalam pelarut dan viskositas pelarut tetap sehingga persamaan menjadi : .. (17)
9

Pengambilan Flavonoid dengan Ekstraksi dari Berbagai Tumbuhan denganMenggunakan Pelarut Etanol

Dimana Persamaan dilinearkan : ln Sh = ln K + C1lnRe y = a + bx dimana : y = ln Sh x = ln Re a = ln K b=C

.. (18)

Tetapan-tetapan K dan C1 dapat dicari dengan menvariasiakan kecepatan putaran pengaduk (N)

1.5 Batasan Masalah 1. Semua bahan diekstraksi dengan menggunakan labu leher tiga. 2. Dilakukan pada tekanan tetap. 3. Dianggap tidak ada penguapan selama proses ekstraksi. 4. Pelarut yang digunakan adalah etanol. 5. Ekstraksi dilakukann secara batch. 6. Ekstraksi dilakukan pada suhu 70 C. 7. Variable yang diamati yaitu kecepatan putaran yang divariasikan pada 100 rpm, 150 rpm, 200 rpm, 250 rpm.

1.6 Hipotesa 1. Pelarut etanol mampu digunakan untuk mengekstraksi flavonoid 2. Semakin besar kecepatan pengadukan yang digunakan untuk ekstraksi maka flavonoid yang terekstrak semakin banyak. 3. Semakin besar kecepatan pengadukan yang digunakan untuk ekstraksi maka koefisien transfer massa (Kca) semakin besar.

10

Pengambilan Flavonoid dengan Ekstraksi dari Berbagai Tumbuhan denganMenggunakan Pelarut Etanol

BAB II PELAKSANAAN PERCOBAAN

2.1 Bahan 2.1.1. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah daun pegagan yang didapat dari kebun di rumah, daun tempuyung dan buah apel malang yang didapat dari pasar.

2.1.2. Bahan Pembantu Bahan baku pembantu yang digunakan antara lain Etanol 96% sebagai zat pengekstrak dan aquades.

2.2. Alat yang digunakan 1. Alat utama Rangkaian Alat Keterangan : 1. Labu leher tiga 2. Motor pengaduk 3. Thermometer 4. Pendingin balik 5. Kompor pemanas 6. Waterbath 7. Klem 8. Statif Gambar 5. Rangkaian Alat Ekstraksi 2. Alat bantu Adapun alat bantu yang digunakan dalam mengekstraksi antara lain erlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi, corong, dan kertas saring.

11

Pengambilan Flavonoid dengan Ekstraksi dari Berbagai Tumbuhan denganMenggunakan Pelarut Etanol

2.3. Cara kerja 2.3.1. Persiapan Bahan Baku (Sampel) Daun pegagan, daun tempuyung, dan buah apel malang di cuci bersih lalu ditempatkan dalam suatu wadah, disortir dan kemudian diangin-anginkan hingga kering. Bahan kering kemudian dipotong sekecil mungkin (dibuat serbuk halus) dan dimasukkan dalam kantong plastik yang ditutup rapat.

2.3.2. Proses Ekstraksi Menimbang bahan baku sebanyak 25 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang telah diisi dengan ethanol 96 % dengan volume 200 ml. Pengaduk dijalankan dengan kecepatan yang diinginkan dan pemanas dihidupkan pada suhu 70oC. Ekstraksi setelah 2 jam dan pemanas serta pengaduk dihentikan. Bahan yang telah diekstraksi kemudian di saringdalam keadaan panas dan diambil filtratnya.

2.3.3 Analisa kuantitatif kandungan flavonoid dengan Spektrofotometri UV-Vis Hasil ekstraksi yang telah disaring dilarutkan dalam pelarut. Kemudian sampel dimasukkan kedalam kuvet sampai garis batas. Dalam keadaan tertutup, mengatur kondisi T=0%. Dalam keadaan terbuka, mengatur kondisi T=100% (A=0). Menggunakan cell dengan pelarut murni. Memasukkan sampel dan mengukur Transmitansi atau adsorbansi.

12

Pengambilan Flavonoid dengan Ekstraksi dari Berbagai Tumbuhan denganMenggunakan Pelarut Etanol

2.4 Diagram Alir Penelitian Bahan


Dibersihkan dan dikeringkan

Dihaluskan

Ethanol 96 % 200 ml

Ekstraksi dengan kecepatan pengadukan 100 rpm, 150 rpm, 200 rpm, 250 rpm dengan pelarut ethanol pada T = 70oC, t = 2 jam

Penyaringan

Filtrat

Analisis

Gambar 6. Diagram Alir Proses Keterangan: Analisis : kandungan dan kadar flavonoid dari bahan

13

Pengambilan Flavonoid dengan Ekstraksi dari Berbagai Tumbuhan denganMenggunakan Pelarut Etanol

DAFTAR PUSTAKA Bird, R.B., Stewart, W.E.,Lightfoot, E.N., 1978, Transport Phenomena, p.503, Jhon Willey& Sons Inc.,New York Brown.G.G . et al., 1950, Unit Operation, 3th ed, p.277. John Willey&Sons,Inc, New York Busser, Herman. 1960. Pengantar Ke Kimia Organik. Djambatan. Lasmadiwati, Indah, dkk. 2004. Budi Daya dan Pemanfaatan untuk Obat Daun Pegagan. Penebar Swadaya. Depok Sulaksana, Jaka, dkk. 2004. Budi Daya dan Pemanfaatan untuk Obat Daun Tempuyung. Penebar Swadaya. Depok Viranda P.M. 2009. Pengujian Kandungan. FK UI. Universitas Indonesia.

14

Pengambilan Flavonoid dengan Ekstraksi dari Berbagai Tumbuhan denganMenggunakan Pelarut Etanol

Tabel I. Pengaruh Jenis Bahan Terhadap Kadar Flavonoid No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenis Bahan Daun Pegagan Daun Tempuyung Buah Apel Malang Absorbansi Konsentrasi % Flavonoid

Jadwal kegiatan Pelaksanaan penelitian NO. Uraian Kegiatan Bulan ke I 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Persiapan alat Persiapan bahan Penyusuan alat Penyusunan pendahuluan Penyusunan utama Analisis Penyusunan data Penyusunan makalah Seminar Penyusunan laporan 2 3 4 Bulan ke II 1 2 3 4 Bulan ke III 1 2 3 4 Bulan ke IV 1 2 3 4

15

Anda mungkin juga menyukai